MODUL PRAKTIKUM MIKOLOGI I
PROGRAM STUDI
TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK
PAKAM
SURAT KEPUTUSAN DEKAN FAKULTAS FARMASI
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM Nomor : 063.B/03.3/INKES-MLP/V/2018
TENTANG
DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2018 – 2019 FAKULTAS FARMASI INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM
DEKAN FAKULTAS FARMASI INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM
MENIMBANG : 1. Bahwa Untuk Melaksanakan Tugas Pendidikan dan Pengajaran Perlu Ditetapkan Dosen Pengampu Mata Kuliah Pada Semester Ganjil Tahun Akademik 2018 - 2019 di Lingkungan Program Studi Teknologi Laboratorium Medik Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam;
2.
3.
Bahwa berdasarkan Kalender Akademik Semester Ganjil Fakultas Farmasi Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam Tahun Akademik 2018-2019 maka perkuliahan akan dimulai pada Agustus 2019 dan berakhir pada Februari 2019;
Bahwa untuk keperluan dimaksud diatas maka perlu ditetapkan dengan Surat Keputusan Dekan Fakultas Farmasi Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam sebagai pengesahannya.
MENGINGAT : 1. Undang – Undang RI Nomor : 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional;
2. Surat Keputusan Dirjend DIKTI Nomor : 297/KPT/I/2017, Tentang izin Institut Kesehatan MEDISTRA Lubuk Pakam dan 161/D/O/2001 tentang izin penyelenggaraan Program Studi ;
3. Undang-Undang RI Nomor : 14 Tahun 2005, Tentang Guru dan Dosen;
4. Undang-Undang RI Nomor : 12 Tahun 2012, Tentang Pendidikan Tinggi;
5. Peraturan Pemerintah RI Nomor : 42 Tahun 2007, Tentang Sertifikasi Dosen;
Peraturan Pemerintah RI Nomor : 37 Tahun 2009, Tentang Dosen;
6. Peraturan Pemerintah RI Nomor : 23 Tahun 2013, Tentang Perubahan Atas Standar Nasional Pendidikan;
7. Peraturan Pemerintah RI Nomor : 4 Tahun 2014, Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Tingggi dan Pengelolaan Perguruan Tinggi;
8. Kalender Akademik Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam T.A 2018 - 2019.
FAKULTAS FARMASI
Jl. Sudirman No. 38 Lubuk Pakam Kab. Deli Serdang – Sumatera Utara (20512) Telp. (061) 7952234 – 7952262 Faximile : (061) 7952234
Email : farmasimedistra@gmail.com, Website: www.medistra.ac.id
2.
YAY-M/VI/2016, tentang penetapan honorarium mengajar dan pemberian insentif bagi setiap kegiatan akademik yang termasuk dalam lingkup pendidikan dan pengajaran;
Hasil evaluasi pelaksanaan pembelajaran dengan Sistem Penjaminan Mutu Internal Fakultas Farmasi Semester Genap T.A 2018-2019.
MEMUTUSKAN MENETAPKAN
Pertama : Menugaskan Dosen untuk Menjadi pengampu Mata Kuliah bagi mahasiswa di lingkungan Program Studi Teknologi Laboratorium Medik Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam (roster dan daftar nama terlampir).
Kedua : Kepada para dosen sebagaimana dimaksud diwajibkan untuk menaati Kode Etik Dosen dan Standar Pembelajaran yang telah ditetapkan serta berhak mendapatkan honorarium mengajar sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan Yayasan Medistra Lubuk Pakam.
Ketiga
Keempat
:
:
Pada setiap akhir semester, akan dilakukan penilaian Indeks Kinerja Dosen (IKD) pengampu mata kuliah berdasarkan survei tingkat kepuasan mahasiswa.
Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini, akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Lubuk Pakam Pada Tanggal : 1 Mei 2018
Dekan,
Romauli Anna Teresia Marbun, S.Farm., M.Si NPP. 06.15.12.08.1991
Nomor : 063.B/03.3/INKES-MLP/V/2018
Tentang : Penetapan Dosen Pengampu Mata Kuliah Pada Program Studi Teknologi Laboratorium Medik Fakultas Farmasi Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam
Pakam Semester Ganjil T.A. 2018/2019.
No. MATA KULIAH YANG DI AMPU KODE MATA
KULIAH SKS NAMA DOSEN PENGAMPU
1. MIKOLOGI I MK232 2 Vinsensius Krisdianilo.,M.Biomed
Ditetapkan di : Lubuk Pakam Pada Tanggal : 1 Mei 2018
Dekan,
Reni Aprinawaty Sirait, S.K.M., M.Kes NIK. 01.96.26.02.1972
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK
VISI
Menghasilkan laboran yang unggul dan profesional dalam bidang mikrobiologi molekuler menuju tingkat Asia tahun 2028.
MISI
1) Menyelenggarakan proses belajar mengajar yang kondusif dengan sistem yang mendukung pada FF sehingga pembelajaran tersebut menghasilkan prodi yang dapat menghasilkan alumni berkarakter unggul dan profesional.
2) Menyelenggarakan proses praktik laboratorium yang kondusif dan handal di berbagai fasilitas pelayanan kesehatan.
3) Mengoptimalkan dan mengimplementasikan penelitian mikrobiologi molekuler klinis dengan menggunakan pendekatan riset.
4) Mengimplementasikan program pengabdian kepada masyarakat berbasis riset untuk menyelesaikan berbagai permasalahan teknologi laboratorium medik.
5) Mengembangkan kerjasama dengan institusi pendidikan, pelayanan, organisasi, dan stakeholders baik dalam maupun luar negeri
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami Panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas Karunia dan izin-Nya, sehingga Kami dapat menyelesaikan Penuntun Praktikum “MIKOLOGI I”. Pada kesempatan ini pula, kami mengucapkan terima kasih kepada pihak- pihak yang mendukung dan mengarahkan kami sehingga penuntun praktikum ini dapat diselesaikan dengan baik dan bermanfaat dalam pembelajaran, Kami menyadari bahwa dalam penyusunan penuntun praktikum ini, masih banyak kekurangan yang ditemui. Untuk itu, kami mengharapkan adannya saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penuntun praktikum ini. Akhir kata, semoga penuntun praktikum ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua terutama bagi para pembaca dan pelajar dibidang Laboratorium.
Lubuk Pakam,
Tim Penulis
DAFTAR ISI
COVER ... i
SK DEKAN ... ii
VISI MISI... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... v
BAB I MIKOLOGI I ... 1
1.LATAR BELAKANG ... 1
BAB II MIKOLOGI I ... 3
1.Pembuatan media ... 3
2.Isolasi Jamur... 5
3.Identifikasi Jamur ... 7
BAB III JAMUR PENYEBAB PENYAKIT ... 10
1.Koloni Candida Albicans ... 10
BAB IV FUNGI PADA MAKANAN ... 13
1.Isolasi dan Identifikasi ... 13
BAB V MIKOSIS SUPERFICIAL ... 16
1.Isolasi ... 18
2.Identifikasi... 19
DAFTAR PUSTAKA ... 21
PERATURAN PRAKTIKUM
1. Mendapat ijin dari kepala Laboratorium untuk bekerja dalam waktu yang telah disepakati dengan mempertimbangkan permohonan pengguna dan ruang lingkup penelitian.
2. Pengguna fasilitas harus memahami biosafety dan menyerahkan rencana kerja proposal penelitian termasuk alat-alat utama yang akan digunakan.
3. Menghubungi Kepala Laboratorium, dimana pengguna akan melakukan kegiatan penelitiannya dan mengisi log book daftar peneliti dan daftar pemakaian alat.
4. Memahami cara kerja alat/instrumen yang akan digunakan dengan mendapat bimbingan Kepala Lab./teknisi atau penuntun kerja (buku petunjuk). Bila dipandang perlu dapat dilakukan pelatihan singkat oleh Lab. Mikrobiologi.
5. Dilarang memindahkan alat dan posisi yang telah ditentukan.
Pemindahan alat kecil dapat diatur sepengetahuan Kepala Laboratonium.
6. Mencatat kehadiran di Laboratorium pada buku presensi.
7. Mencatat pemakaian alat pada masing-masing buku/log book yang telah disediakan.
8. Apabila terjadi kerusakan alat, baik karena kesalahan tata kerja atau karena sebab-sebab lain, pengguna fasilitas harus segera melaporkan kepada Kepala Laboratorium atau yang bertanggungjawab. Biaya Penggantian/perbaikan karena kesalahan pemakaian sepenuhnya dibebankan kepada pengguna.
9. Setiap kali selesai menggunakan alat, pengguna diharuskan meneliti kelengkapan alat dan accessories alat terkait, serta membersihkan dan mengembalikannya ke tempat semula.
10. Pengguna fasilitas diperbolehkan bekerja dalam pengawasan pengelola/teknisi selama jam kerja 07.30-16.00. Penggunaan di luar ketentuan tersebut harus mendapat ijin persetujuan dari Kepala Laboratorium dan mematuhi ketentuan dan aturan yang telah ditentukan.
11. Pengguna fasilitas tidak diperkenankan membawa makanan, minuman, dan merokok di ruang laboratorium. Tas ditempatkan di rak/loker yang telah disediakan.
12. Selama bekerja di laboratonium pengguna fasilitas diharuskan menggunakan jas laboratorium dan memperhatikan keselamatan kerja di laboratorium.
13. Pengguna fasilitas harus bertanggungjawab atas kebersihan, kerapian dan keselamatan tempat kerja yang digunakan di dalam laboratonium, termasuk mematikan Iistrik, kran air, gas, menutup pintu dan jendela setelah selesai bekerja. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, pengguna dilarang menggunakan alat-alat selain yang dibutuhkan.
14. Pengguna fasilitas tidak diperkenankan menyertakan orang lain yang tidak dimintakan ijin untuk ikut bekerja atau menunggu di ruang laboratonium.
15. Pengguna fasilitas dapat menggunakan bahan kimia di laboratorium atas pengetahuan dari laboran, dan yang bersangkutan mencatat pemakaian bahan di log book. Selanjutnya penentuan jumlah biaya penggantian bahan kimia diselesaikan dengan laboran pada saat penelitian berakhir.
16. Setelah menyelesaikan seluruh kegiatan laboratorium, semua peralatan yang dipakai dikembalikan ke laboran, dalam keadaan baik dan bersih, membersihkan tempat kerja, mengambil barang- barang yang tidak diperlukan lagi dari tempat-tempat penyimpanan,
baik itu dari freezer, kulkas, ataupun almari bahan dan menyelesaikannya dengan laboran Lab. Mikrobiologi.
17. Hal-hal lain yang belum tercantum dalam peraturan dan tata tertib di atas dapat diatur dan dipertimbangkan kembali atas persetujuan Kepala Laboratorium. Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
PRAKTIKUM I MIKOLOGI I LATAR BELAKANG I. Pendahuluan
Mikologi merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang jamur (fungi) - banyak orang juga menyebut cendawan.Kajian dalam mikologi antara lain meliputi taksonomi jamur, fisiologi jamur, bioteknologi jamur, budidaya jamur (mushroom culture). Mikologi berasal dari kata ‘ mykes’ yang berarti Myceane yaitu salah satu kelompok mushroom ( jamur mikro ) dan dari kata logos yang berarti ilmu.Jadi bisa dikatakan mikologi adalah ilmu yang mepelajari tentang jamur dan pemanfaatnya dalam kehidupan sehari – hari oleh manusia.
Karakteristik Taksonomi jamur meliputi, Morfologi hifa (ukuran, warna, bentuk prmukaan), Morfologi spora/konidia (ukuran, warna, bentuk permukaan).
Karakteristik Reproduksi (spora jantan, spora betina), karakteristik fisiologi (bentuk pertumbuhan pada medium khusus dan sifat pertumbuhan pada suhu, pH, dan kelembaban tertentu), karakteristik selular (bentuk dinding sel, komposisi dinding sel, pola pembelahan sel, karakteristik organel sel dan karakteristik sekuen asam amino dan protein dan sekuen nuleotida DNA. Organisme yang tergolong fungi aadalah kapang, khamir, dan jamur (mushroom). Kapang merupakan golongan fungi yang multiseluler dan memiliki filamen. Kapang memiliki beberapa pengelompokkan. Antara jenis kapang yang satu dengan yang lain tentunya memiliki perbedaan ciri dan sifat.
Jamur banyak terdapat dilingkungan yang bentuknya bermacam-macam, ada yang seperti bola, gada, payung dan sebagainya. Jamur berada pada tempat yang lembab dan mengndung sisa-sisa organik, pada kayu yang lapuk, tempat buangan sampah, terutama banyak tumbuh ketika musim hujan. Bila dibandingkan dengan tumbuhan tingkat tinggi, jamur memiliki ciri sebagai berikut : tubuh buahnya merupakan tallus, sedangkan tumbuhan bagian-bagiannya telah memiliki akar, batang dan daun yang sebenarnya. Fungi adalah mikroorganisme tidak berklorofil, berbentuk hifa atau sel tunggal, eukariotik, berdinding sel dari kitin atau selulosa, berproduksi seksual atau aseksual. Dalam dunia kehidupan fungi merupakan kingdom tersendiri, karena cara mendapatkan makanannya berbeda dengan organisme eukariotik lainnya yaitu melalui absorpsi. Jamur adalah mikrooragnisme eukariotik Jamur tidak hidup secara autotrof karena tidak memiliki klorofil. Jamur hidup secara heterotrof dengan menguraikan bahan- bahan organik yang ada di lingkungannya. Misalnya hidup secara saprofit artinya hidup dari penguraian sampah-sampah organik (seperti bangkai, sisi tumbuhan,
makanan, kayu lapuk) menjadi bahan-bahan organik. Jamur dapat pula hidup sebagai parasit dengan mendapatkan bahan organik dari inangnya (kulit manusia, binatang dan tumbuhan). Selain itu ada pula jamur yang hidup secara simbiotik yakni hidup bersama-sama dengan organisme lain agar dapat saling menguntungkan (simbiosis mutualisme) seperti jamur yang hidup bersama ganggang membentuk lumut kerak. Jamur tidak berklorofil, dinding sel jamur mengandung kitin. Kitin adalah polisakaria yang terdapat pada kulit kepiting dan udang-udangan (jika dipanaskan berubah warna menjadi kemerahan).jamur multiselule terbentuk dari rangkaian sel yang membentuk benang seperti kapas yang disebut hifa. Dilihat dari mikroskop hifa ada yang bersekatsekat melintang.
Tiap-tiap sekat mempunyai satu sel denagn satu inti atau bebrpa inti sel. Da pula hifa yng tidak bersekat melintang dan mengnadung benyak inti. Kumpulan hifa membentuk jaringn benang yang disebut miselium. Jamur berkembangbiak dengan dengan spora dan umunya secara seksual ataupun aseksual. Semula jamur dianggap sebagai tumbuhan. Klasifikasi yang memasuki fungi kedalam dunia karena beralasan karena keasaman dalam hidupnya, habitat hidupnya pada umumnya di tanah. Fungi yang mengahsilkan tubuh buah seperti hal pertumbuhan lumut. Baik jamur tingkat rendah maupun jamur yang tingkat tinggi tubuhnya mempunyai ciri yang khas, yaitu berupa benang tunggal bercabang – cabang yang disebut miselium, atau berupa kumpulan benang – benang yang padat menjadi satu. Hanya golongan ragi (sacharomycetes) itu tubuhnya berupa sel – sel tunggal ciri kedua adalah jamur tidak mempunyai klorofil, sehingga hidupnya terpaksa heterotrof. Sifat ini menguatkan pendapat, bahwa jamur itu merupakan kelanjutan bakteri di dalam evolusi.
PRAKTIKUM II
MIKOLOGI I PEMBUATAN MEDIA
I. Pendahuluan
Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pembuatan media antara lain :
Media harus mengandung semua nutrisi yang mudah digunakan oleh mikroba.
Media harus mempunyai tekanan osmosa, tegangan permukaan dan pH yang sesuai dengan pertumbuhannya.
Media tidak mengandung zat penghambat kecuali yang sengaja ditambahkan pada media selektif atau one purpose media.
Media harus steril
Temperatur/ suhunya sesuai
Sabouraud (diucapkan sah-bu-Ro ') medium agar dikembangkan oleh dokter kulit Perancis, Raymond JA Sabouraud pada akhir 1800 untuk mendukung pertumbuhan jamur yang menyebabkan infeksi kulit, rambut, atau kuku, secara kolektif disebut sebagai dermatofit. Investigasi medis Sabouraud berfokus pada bakteri dan jamur yang menyebabkan lesi kulit, dan ia mengembangkan banyak agar dan teknik untuk cetakan patogen budaya dan ragi, seperti dermatofita dan Malassezia. Media ini sangat diharapkan bahwa semua mycologists detil formulasi mereka tepat media, suhu dan waktu inkubasi spesimen, dalam rangka standarisasi observasi lapangan dan dengan demikian mengurangi perbedaan dalam penampilan sebagai kemungkinan sumber kesalahan dalam identifikasi.
Secara historis, Sabouraud agar dikembangkan untuk mendukung studi dermatofit, yang membutuhkan masa inkubasi yang lama (minggu). Ada dua kekuatan pendorong di belakang pengembangan Sabouraud tentang media ini:
kebutuhan untuk menghindari kontaminasi bakteri sementara dermatofit kultur dan jamur lainnya, dan kebutuhan untuk menyediakan media yang akan menghasilkan hasil yang dapat diandalkan untuk identifikasi jamur di
laboratorium.
Komposisi Media SDA (Sabouraud Dextrose Agar)
Mycological peptone 10 g
Glucose 40 g
Agar 15 g
Fungsi dari komponen dalam SDA
Mycological peptone: menyediakan nitrogen dan sumber vitamin yang diperlukan untuk pertumbuhan organisme dalam Sabouraud Dextrose Agar.
Glucose: dalam konsentrasi yang tinggi dimasukkan sebagai sumber energi
Agar: berperan sebagai bahan pemadat
II. Alat
1. Hot plate 2. Autoclove 3. Beaker glass 4. Gelas ukur 5. Cawan petri
6. Handscoon dan masker 7. erlenmeyer
III. Bahan
1. Media SDA 2. Aquadest
3. HCL/NAOH 10% untuk menyusaikan PH 4. antibiotik chlorampenicol
IV. Cara kerja
1. Menimbang media SDA sebanyak 16,25 gram 2. Melarutkan dengan aquadest sebanyak 120 ml
3. Mengatur PH 5,6 apabila PH tidak sesuai ditambahkan HCL 10%
atau NAOH 10%
4. Memanaskan diatas hot plate
5. Menambahkan larutan antibiotik chlorampenicol sebanyak 0,5 ml 6. Melakukan sterilisasi pada suhu 121oC selama 15 menit
7. Menuang media SDA kedalam cawan petri.
ISOLASI JAMUR PADA MEDIA SDA
I. Pendahuluan
Media Sabouroud Dextrose Agar (SDA) merupakan produksi pabrik atau perusahaan tertentu yang sudah dalam keadaan siap pakai (ready for use), harganya yang cukup mahal, higramoskopis dan sulit didapat. SDA merupakan salah satu media pembiakan jamur patogen dan komensal in vitro. Kandungan dekstrosanya yang tinggi dan pHnya yang asam menyebabkan SDA hanya dapat menjadi media pembiakan jamur-jamur tertentu. Penambahan cycloheximide, streptomisin, dan penisilin pada SDA menjadikan media tersebut sempurna untuk isolasi primer jamur dermatofita. SDA memiliki banyak kegunaan, diantaranya untuk menentukan kandungan mikroba dalam kosmetik, evaluasi mikologi pada makanan, dan secara klinis untuk membantu mendiagnosa penyakit infeksi jamur (Nuryati and Huwaina, 2015). Dalam SDA, terdapat 40 gram dekstrosa, 15 gram agar, 5 gram cernaan enzimatik kasein, serta 5 gram cernaan enzimatik jaringan hewan. Dua kandungan terakhir tersebut berperan dalam menyediakan kebutuhan nitrogen dan vitamin untuk pertumbuhan organisme. Konsentrasi dekstrosa yang tinggi merupakan sumber energi. Agar adalah agen untuk membuat media menjadi solid. SDA memiliki pH 5,6 ± 0,2 pada suhu 25°C. Formula tersebut dapat dimodifikasi untuk mendapatkan suatu performa spesifik yang diperlukan.
Bila ditambahkan agen antimikroba, selain dapat menghambat bakteri, beberapa jamur patogen juga dapat terhambat. Media SDA plate direkomendasikan untuk sampel atau bahan klinis yang berasal dari kuku dan kulit. Media ini selektif untuk fungi dan yeast melihat pertumbuhan dan identifikasi Candida albicans yang mempunyai pH asam/pH 5,6. Penambahan antibiotika membuat media ini lebih
selektif yang bertujuan untuk menekan bakteri yang tumbuh bersama jamur di dalam bahan klinis (Mutiawati, 2016).
Pada Sampel Tepung terigu II. Alat
1. Cawan petri 2. Api Bunsen 3. Mikroskopis III. Bahan
1. tepung terigu 2. media SDA IV. Cara kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Menimbang 1 gram tepung terigu (terbuka), kemudian mengfiksasi cawan petri yang sudah berisi media dengan cara melewatkan pada api spiritus, buka tutup cawan petri didekat api lalu menaburkan tepung terigu pada cawan petri yang berisi media sampai rata
3. Memfiksasi cawan petri yang sudah ditanami sampel tepung terigu kemudian diinkubasi selama 3-5 hari pada suhu 27oc
4. Melakukan pengamatan secara makroskopis dan mikroskopis
Sampel Roti Alat :
1. Autoklaf 2. Jarum Ose 3. Wadah roti 4. Kulkas 5. Mikroskop Bahan :
1. Roti
2. Media agar
3. Dextrose Sabouraud Cara kerja :
1. Siapkan alat dan bahan yang akan diperlukan
2. Sterilisasi alat menggunakan Autoklaf pada suhu 121oC terlebih dahulu, tekanan 15 psi selama 15 menit. Jarum Ose disterilkan dengan bunsen 3. Roti disimpan pada wadah yang Steril yaitu plastik dengan suhu kulkas
dan suhu kamar
4. Setiap roti disuir-suir lalu ditanam ke dalam media agar Dextrose Sabouraud
5. Kemudian inkubasi pada suhu 27oC selama 3-5 hari IDENTIFIKASI JAMUR
I. Pendahuluan
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak. Sebagai kebutuhan dasar, pangan merupakan hak asasi setiap rakyat Indonesia, sehingga harus senantiasa tersedia cukup setiap waktu, aman, bermutu, bergizi dan beragam dengan harga yang terjangkau oleh daya beli masyarakat. Dalam proses penyiapan, pengolahan dan pembuatan makanan atau minuman diperlukan suatu sistem pangan yang memberikan perlindungan baik bagi produsen maupun konsumen pangan, serta tidak bertentangan dengan keyakinan masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah telah melakukan berbagai upaya melalui pengaturan, pembinaan dan pengawasan terhadap pangan. Salah satu contoh pangan yang cukup banyak dikonsumsi masyarakat sebagai makanan kudapan di Indonesia sekarang adalah roti.
Pangan ini merupakan makanan manusia yang telah dikenal sejak dulu.Jenis makanan ini biasa dikonsumsi oleh masyarakat dari berbagai belahan dunia. Roti digemari karena rasanya yang lezat disamping nilai gizinya yang baik. Banyak jenis roti yang beredar di pasaran, salah satunya adalah roti tawar yang sering digunakan sebagai menu sarapan pagi sebagian masyarakat Indonesia. Menurut Kusuma, tepung terigu yang menjadi bahan dasar dalam pembuatan roti tawar mengandung pati dalam jumlah yang relatif tinggi. Pati ini dapat dihidrolisis menjadi gula sederhana oleh mikroorganisme khususnya jamur, karena gula sederhana merupakan sumber nutrisi utama bagi mikroorganisme tersebut.Jamur merupakan mikro organisme utama yang berperan penting dalam proses pembuatan dan pembusukan roti. Beberapa jenis jamur yang sering ditemukan pada pembusukan roti adalah Rhizopus stolonifer, Penicillium sp, Mucor sp dan
Geotrichum sp serta juga bisa terdapat Aspergillus sp dan lainnya.
Aspergillus Sp merupakan mikroorganisme eukariot, saat ini diakui sebagai salah satu diantara beberapa makhluk hidup yang memiliki daerah penyebaran paling luas serta berlimpah di alam, selain itu jenis kapang ini juga merupakan kontaminan umum pada berbagai substrat di daerah tropis maupun subtropis.
Oleh karena itu, kemungkinan besar banyak jenis Aspergillus juga dapat hidup pada roti tawar. Jamur Aspergillus sp dapat menghasilkan beberapa mikotoksin.
Salah satunya adalah aflatoksin II. Alat
1. Mikroskop 2. Objeck glass 3. Deck glass III. Bahan
1. Koloni Jamur 2. KOH 10%
IV. Cara Kerja a. Makroskopis
Warna dan permukaan koloni (granular, seperti tepung, menggunung, licin) - Tetes-tetes eksudat ada atau tidak ada - Garis-garis radial dari pusat koloni ke arah tepi koloni / radial furrow, ada atau tidak ada - Lingkaran-lingkaran konsentris / zonasi, ada atau tidak ada
b. Mikroskipis
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan 2. Meneteskan 1 tetes KOH 10% pada objek glass 3. Mengfiksasi ose menggunakan api spritus
4. Mengambil koloni kemudian pada objeck glass yang telah diberi 1 tetes KOH 10%
5. Menunggu sampai 5-10 menit
6. Menutup dengan menggunakan deck glass
7. Mengamati dibawah mirkoskop dengan perbesaran 40x
PRAKTIKUM III
JAMUR PENYEBAB PENYAKIT Koloni Candida albicans
I. Pendahuluan
Candidiasis atau kandidiasis adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh jamur Candida albicans. Infeksi jamur ini biasanya terjadi di kulit, mulut, dan organ intim. Jika tidak mendapatkan penanganan, infeksi akibat jamur ini bisa menyebar ke bagian tubuh lain, seperti usus, ginjal, jantung, dan otak.Candidiasis dapat dialami oleh siapa saja. Namun, orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah lebih berisiko terkena infeksi ini.
Candida albicans adalah jamur dengan bentuk lonjong dan bertunas yang menghasilkan pseudomiselium baik dalam biakan maupun dalam jaringan eksudat. Candida albicans merupakan flora normal pada selaput mukosa saluran pernafasan, saluran pencernaan dan genitalia wanita. Tetapi Candida albicans juga dapat menyebabkan infeksi sistemik progresif jika sistem imunitas seseorang melemah serta dapat menimbulkan invasi dalam aliran darah.
Morfologi dan Taksonomi Candida albicans Menurut Mirna, taksonomi Candida albicans adalah sebagai berikut:
Kingdom : Fungi Filum : Ascomycota kelas : Saccharomycetes Ordo : Saccharomycetales Famili : Saccharomycetaceae Genus : Candida
Spesies :Candida albicans
Sel Candida albicans bersifat dimorfik, selain ragi-ragi dan pseudohifa, ia juga bisa menghasilkan hifa sejati. Pada sediaan apus eksudat, Candida tampak sebagai ragi lonjong, kecil, berdinding tipis, bertunas, gram positif, berukuran 2-3
x 4-6 µm yang memanjang menyerupai hifa (pseudohifa). Candida membentuk pseudohifa ketika tunas-tunas terus tumbuh tetapi gagal melepaskan diri, menghasilkan rantai sel-sel yang memanjang yang terjepit atau tertarik pada septasi-septasi. (Siregar, 2004). Pada agar sabouraud yang dieramkan pada suhu kamar atau 37ºC selama 24 jam, spesies Candida albicans menghasilkan koloni koloni halus berwarna krem yang mempunyai bau seperti ragi. Pertumbuhan permukaan
terdiri atas sel-sel bertunas lonjong. Pertumbuhan di bawahnya terdiri atas pseudomiselium. Ini terdiri atas pseudohifa yang membentuk blastokonidia pada nodus-nodus dan kadangkadang klamidokonidia pada ujung-ujungnya
II. Alat
1. Jarum ose 2. Lampu spritus
3. Objeck galss dan deck glass 4. Pipet tetes
5. Mikroskop 6. Tissue lense III. Bahan
1. Koloni Candida albicans pada cwan petri 2. LCB (Lactophenol cotton blue)
3. Media SDA IV. Cara Kerja
a. Makroskopis
Amati Koloni Candida Albicans pada media SDA b. Mikroskopis
1. Siapkan bojeck glass dan cover glass
2. Teteskan LCB sebanyak satu tetes diatas objeck glass
3. Ambil koloni kapang Candida Albicans menggunakan ose jarum letakkan diatas tetesan LCB dan ratakan
4. Tutup dengan cover glass, lakukan secara pelan agar tidak ada gelembung
5. Amati dibawah mirkoskop pada perbesaran lensa 10x dan 40x
PRAKTIKUM IV FUNGI PADA MAKANAN
Isolasi dan Identifikasi
I. Pendahuluan
Isolasi dan Identifikasi Fungi dari Makanan Fungi hidup pada lingkungan yang beragam namun sebagian besar fungi hidup di tempat yang lembap. Habitat fungi berada di darat (terestrial) dan di tempat lembap. Meskipun demikian banyak pula fungi yang hidup pada organisme atau sisa-sisa organisme di laut atau di air tawar. Fungi juga dapat hidup di lingkungan yang asam, dan di lingkungan dengan konsentrasi gula tinggi. Semua jenis jamur bersifat heterotrof.
Namun, berbeda dengan organisme lainnya, jamur tidak memangsa dan mencernakan makanan. Untuk memperoleh makanan, jamur menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya, kemudian menyimpannya dalam bentuk glikogen. Oleh karena jamur merupakan konsumen maka jamur bergantung pada substrat yang menyediakan karbohidrat, protein, vitamin, dan senyawa kimia lainnya. Semua zat itu diperoleh dari lingkungannya.
II. Alat
1. Objeck glass dan Deck glass 2. Bunsen
3. Mikroskop III. Bahan
1. LCB
2. miselium/hifa fungi IV. Cara Kerja
1. Pengamatan langsung Fungi dari makanan
a. Siapkan alat dan bahan makanan yang telah dibutuhkan
b. Amati adakah pertumbuhan fungi kalau ada dilanjutkan dengan pemeriksaan langsung (point C)
c. Lewatkan objek glass di atas api bolak balik d. Teteskan LCB pada objek glass sebanyak satu tetes e. Pijarkan ose pada api dan tunggu sampai dingin
f. Ambil miselium/hifa fungi yang tumbuh dari bahan makanan g. Letakkan di atas tetesan LCB dan ratakan
h. Tutup dengan cover glass secara perlahan agar tidak menimbulkan gelembung udara
i. Amati di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 X dan 40 X j. Catat dan gambar hasilnya
Isolasi Fungi dari Makanan
I. Alat
1. Mortar alu 2. Erlenmeyer 3. Cawan pteri II. Bahan
1. Aquades
2. Bahan makanan 3. Media SDA
III. Cara kerja
a. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
b. Timbang bahan makanan sebanyak 10 gram, haluskan dengan mortar alu c. kemudian masukkan ke dalam Erlenmeyer yang berisi akuades steril sebanyak 90 mL, homogenkan dan tunggu sampai mengendap
d. Ambil 1 mL larutan dari Erlenmeyer kemudian masukkan ke cawan Petri steril e. Lalu tuangkan media SDA ke dalam cawan Petri dan homogenkan putaran angka 8.
f. Tunggu sampai memadat
g. Bungkus dan inkubasi pada suhu ruang (30 °C) selama 5-7 hari
Pengamatan koloni fungi dari bahan makanan
I. Alat
1. objek glass dan cover glass 2. Ose
3. Bunsen 4. Mikroskop II. Bahan
1. Koloni Jamur 2. LCB
III. Cara kerja Makroskopis
Amati koloni jamur yang telah diinkubasi pada media SDA selama 5-7 hari meliputi warna, tekstur, topografi, tetesan eksudat dan garis radial dan lingkaran kosentris
Mikroskopis
a. Siapkan objek glass dan cover glass
b. Teteskan LCB sebanyak satu tetes di atas objek glass
c. Ambil koloni jamur menggunakan ose jarum letakkan di atas tetesan LCB dan ratakan dan Tutup dengan cover glass, lakukan secara pelan agar tidak ada gelembung
e. Amati di bawah mikroskop pada perbesaran lensa objektif 10X,40 X
PRAKTIKUM V MIKOSIS SUPERFICIAL
Isolasi dan Identifikasi
I. Pendahuluan
Mikosis superficial (kulit) biasanya terbatas pada lapisan luar kulit, rambut, dan kuku, dan tidak menyerang jaringan hidup. Jamur yang disebut dermatofit. Dermatofita, atau lebih tepat jamur keratinophilic, menghasilkan enzim ekstraseluler (keratinase) yang mampu menghidrolisis keratin. Mikosis superfisialis adalah infeksi jamur superfisial yang disebabkan oleh kolonisasi jamur atau ragi. Angka kejadian mikosis superfisialis diperkirakan sekitar 20-25%
populasi dunia dan merupakan salah satu bentuk infeksi yang paling sering pada manusia. Mikosis superfisialis meliputi dermatofitosis, pitiriasis versikolor, folikulitis malassezia dan kandidiasis superfisialis. Dermatofitosis adalah infeksi mikosis superfisialis yang menginvasi jaringan yang mengandung keratin seperti stratum korneum, epidermis, rambut, dan kuku. Penyebab dermatofitosis menjadi tiga genus, yaitu Trichophyton, Microsporum, dan Epidermophyton. Pitiriasis versikolor adalah penyakit infeksi jamur superfisial kronis pada kulit yang disebabkan oleh Malassezia furfur atau Pityrosporum orbiculare.Malassezia furfur juga merupakan penyebab folikulitis malassezia. Kandidiasis superfisialis adalah infeksi kulit dan mukosa yang disebabkan oleh genus Candida, terutama dari spesies Candida albicans.Mikosis superfisialis cukup banyak diderita penduduk negara tropis. Indonesia dengan iklim tropis disertai suhu dan kelembapan tinggi membuat suasana yang baik untuk pertumbuhan jamur, sehingga diperkirakan insidensi penyakit ini cukup tinggi di masyarakat. Selain iklim yang mendukung, higiene sebagian masyarakat yang masih kurang, adanya sumber penularan dari lingkungan, penggunaan obatobatan seperti antibiotik, kortikosteroid, dan sitostatika yang meningkat, adanya penyakit kronis dan penyakit sistemik lainnya
seperti diabetes, keganasan, infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), trauma, dan maserasi juga dapat memudahkan penetrasi jamur. Kemungkinan lain tingginya prevalensi mikosis superfisialis juga dipengaruhi oleh lama pengobatan, kepatuhan pasien terhadap pengobatan, banyaknya kasus yang resisten terhadap obat antijamur serta adanya efek samping yang ditimbulkan oleh obat antijamur sistemik
II. Alat 1. Kapas 2. pisau scapel 3. cawan petri steril 4. gunting kuku steril
5. objek glass dan deck glass 6. mikroskop
III. Bahan
1. alkohol 70%/ alkohol swab 2. media SDA
3. KOH 10%.
IV. Cara Kerja 1. Teknik Sampling Kerokan kulit
1) Ditulis nama pasien, dan tanggal pengambilan sampel.
2) Hapuslah beberapa kali bagian kulit yang akan dikerok dengan kapas yang sudah dibasahi dengan alkohol 70%/ alkohol swab
3) Keroklah dengan perlahan – lahan menggunakan pisau scapel. Bagian yang dikerok merupakan bagian pinggir lesi yang aktif dan tertutup dengan sisik
4) Hasil kerokan ditampung didalam cawan petri steril siap digunakan untuk bahan pemeriksaan dan ditanam pada media SDA.
Potongan kuku
1. Disiapkan pisau scalpel dan gunting kuku steril.
2. Dibersihkan kuku dengan kapas beralkohol, dibiarkan kering.
3. Sementara kuku mengering, disiapkan media yang digunakan.
4. Ditulis nama pasien, dan tanggal pengambilan sampel.
5. Digunakan cawan petri steril untuk menampung potongan dan kerokan kuku. 6. Dipotong kuku dengan gunting kuku. Diusahakan potongan kuku agak besar, untuk direndam dalam KOH 10%.
7. Sisa potongan kuku dikerok dengan pisau scalpel untuk ditanam dalam media yang sudah disiapkan
Pengamatan Langsung Kerokan Kulit dan Potongan Kuku 1) Kerokan Kulit
a. Siapkan objek glass dan lewatkan api secara bolak balik b. Teteskan KOH 10% pada objek glass
c. Ambil kerokan kulit dan letakkan di atas tetesan KOH 10% lalu tutup dengan cover glass
d. Amati di bawah mikroskop dengan perbesaran 10X dan 40X 2) Potongan Kuku
a. Siapkan objek glass dan lewatkan api secara bolak balik b. Teteskan KOH 10% pada objek glass
c. Ambil kerokan kuku dan letakkan di atas tetesan KOH 10% lalu tutup dengan cover glass
d. Amati di bawah mikroskop dengan perbesaran 10X dan 40X
Isolasi jamur dari kerokan kulit dan potongan kuku
I. Alat
1. Bunsen
2. Pinset II. Bahan
3. Media SDA 4. KOH 10%
III. Cara Kerja 1) Kerokan Kulit
a. Siapkan media SDA plate
b. Pijarkan pinset di atas api spirtus c. Ambil hasil kerokan kulit dengan pinset d. Letakkan pada media SDA
e. Bungkus dan inkubasi pada suhu ruang (30 °C) selama 5-7 hari 2) Potongan Kuku
a. Siapkan media SDA plate
b. Rendam potongan kuku di KOH 10%
c. Kerokan kuku diambil dan ditanam ke media SDA
d. Bungkus dan inkubasi pada suhu ruang (30 °C) selama 5-7 hari
Identifikasi jamur dari kerokan kulit dan potongan kuku
I. Pendahuluan
Identifikasi dilakukan dengan mengamati ciri makroskopis dan mikroskopis jamur. Ciri makroskopis yang diamati adalah warna jamur, koloni jamur dan bentuk tubuh buah jamur. Pengamatan ciri mikroskopis mencakup hifa, spora, sporangium, konidia dan konidiofor dan ciri khusus yang akan menentukan jenis jamur tersebut
II. Alat
1. Objeck glass dan deck glass 2. Ose
3. Bunsen
4. mikroskop III. Bahan
1. koloni jamur 2. LCB
IV. Cara Kerja Makroskopis
a. Amati koloni jamur yang telah diinkubasi pada media SDA selama 5-7 hari meliputi warna, tekstur, topografi, tetesan eksudat dan garis radial dan lingkaran kosentris
Mikroskopis
a. Siapkan objek glass dan cover glass
b. Teteskan LCB sebanyak satu tetes di atas objek glass
c. Ambil koloni jamur menggunakan ose jarum letakkan di atas tetesan LCB dan ratakan
d. Tutup dengan cover glass, lakukan secara pelan agar tidak ada gelembung
e. Amati di bawah mikroskop pada perbesaran lensa objektif 10X dan 40 X
DAFTAR PUSTAKA
Adriani W. Isolasi dan Identifikasi kapang Aspergillus spp dari kopi (Coffea sp) bubuk (skripsi). Semarang: Universitas Diponegoro; 2005
Annaissie, E.J., et al., 2009. Clinical Mycology Second Edition. USA: Elsevier Inc
Direktorat Bina Produksi dan distribusi kefarmasian. modul pelatihan pengawasan pangan kabupaten kota. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia;
2011
Dix, N. J., John Webster. 1995. Fungal Ecology. Chapman & Hall. London Grants, Small Research. 2000. Jamur Makroskopis (Cendawan) di TNKS. Kehati.
Hardy, S.P. 2003. Human Microbiology. USA: Taylor & Francis inc
Husni, Hifzil, Ennesta Asri, dan Rina Gustia. 2018. Identifikasi Dermatofita Pada Sisir Tukang Pangkas Di Kelurahan Jati Kota Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. 7(3),hlm. 331-335
Jawetz, E., dkk. 2013. Mikrobiologi Kedokteran Edisi 20. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC). Hal.608 – 637
Kusuma R. Pengaruh penggunaan cengkeh (Syzygium aromaticum) dan kayu manis (Cinnamomum) sebagai pengawet alami terhadap daya simpan roti manis (skripsi). Bogor: Institut Pertanian Bogor; 2008.
Muzayyin Y. Isolasi dan karakterisasi kapang aspergillus dari roti tawar (skripsi).
Semarang: Universitas Diponegoro; 2003
Rahayu,K.D.A., I Nyoman Jirna, dan Burhannuddin. 2019.Uji Angka Kapang Khamir dan Identifikasi Aspergillus species Pada Jamu Kunyit di Denpasar Selatan. Meditory. Vol. 7, No. 1, Hlm. 17-26
Rosida, Fatma dan Evy Ervianti. 2017. Penelitian Retrospektif: Mikosis Superfisialis. Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin-Periodical of Dermatology and Venereology. Vol.29, No.2, Hlm.117-125
Treu, Roland. 1998. Macrofungi in Oil Palm Plantation of South East Asia. The International Journal of General Mycology. Vol. 12, Part 1, Februari 1998. Hlm.
10-13. Cambridge Univ. Press. Danvers.