• Tidak ada hasil yang ditemukan

INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK MODUL PRAKTIKUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK MODUL PRAKTIKUM"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

MODUL PRAKTIKUM

HEMATOLOGI

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM

(2)

VISI dan MISI

INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM

Visi

Menjadi Institut yang unggul dan profesional dalam bidang kesehatan di tingkat Nasional dan Asia tahun 2028.

Misi

1. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran yang unggul, berkarakter, dan kompeten yang adaptif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan globalisasi;

2. Menyelenggarakan penelitian yang inovatif, produktif dan responsif terhadap ilmu pengetahuan, teknologi dan kebutuhan masyarakat;

3. Menyelenggarakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat berlandaskan nilai dan tanggung jawab sosial; dan

4. Menjalin kerjasama yang baik dengan stakeholder mulai dari pemerintah, dunia usaha dan masyarakat sebagai pengguna lulusan.

(3)

VISI dan MISI FAKULTAS FARMASI

Visi

Menghasilkan lulusan yang unggul dan professional dalam mutu pendidikan di bidang Farmasi Klinis dan Komunitas serta Mikrobiologi Molekuler Klinis yang Mampu Bersaing di tingkat Nasional dan Asia Tahun 2022.

Misi

1) Menyelenggarakan proses belajar mengajar yang kondusif dengan sistem yang mendukung pada FF sehingga pembelajaran tersebut menghasilkan prodi yang dapat menghasilkan alumni berkarakter unggul, kompeten, dan excellent service;

2) Menyelenggarakan proses praktik laboratorium yang kondusif dan handal di berbagai fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat;

3) Mengoptimalkan dan mengimplementasikan penelitian bidang Farmasi Klinis dan Komunitas dan Mikrobiologi Molekuler Klinis dengan menggunakan pendekatan riset dalam bidang Farmasi dan Teknologi Laboratorium Medik;

4) Mengimplementasikan program pengabdian kepada masyarakat berbasis riset untuk menyelesaikan berbagai permasalahan di bidang Farmasi dan Teknologi Laboratorium Medik; dan

5) Mengembangkan kerjasama dengan institusi pendidikan, pelayanan, organisasi, dan stakeholders baik dalam maupun luar negeri.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada kehadirat Allah SWT, karena atas izin- Nya Modul Praktikum dari Mata Kuliah hematologi ini dapat diselesaikan. Modul ini disusun untuk menambah bahan bacaan mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan praktikum hematologi

Modul praktikum hematologi ini disusun untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa Program Studi Teknologi Laboratorium Medik Fakultas Farmasi Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam dalam menempuh matakuliah praktikum hematologi Modul ini disusun dengan kualifikasi merangkum semua materi teoritis.

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu atas selesainya modul ini. Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan modul ini. Oleh karena itu segala masukan dari berbagai pihak sangat diharapkan guna penyempurnaan modul ini.

Lubuk Pakam, Juli 2020

(5)

DAFTAR PUSTAKA

VISI dan MISI ... 2

INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM ... 2

VISI dan MISI ... 3

FAKULTAS FARMASI ... 3

KATA PENGANTAR... 4

DAFTAR PUSTAKA ... 5

BAB 1 ... Error! Bookmark not defined. HEMATOLOGI ... 8

Pengertian Hematologi ... 8

Pengenalan Alat Praktikum Hematologi ... 8

BAB II ...10

MENGANALISA KOMPONEN DARAH ...12

Komponen-Komponen Darah ...12

Trombosit ...12

Sitoplasma ...15

Lisosom ...15

Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Trombosit ...15

Faktor Yang Dapat Menurunkan Hasil Pemeriksaan Trombosit Berdasarkan Teknik Pemeriksaannya : ...17

BAB III ...31

MENGANALISA KOMPONEN DARAH ...32

A. Darah Lengkap (Whole Blood) Whole Blood atau Darah Lengkap ...32

B. Fasilitas penyimpanan dan Stabilitas darah lengkap...34

BAB IV ... Error! Bookmark not defined. MENGIDENTIFIKASI PROSES TERBENTUKNYA DARAH ...41

Eritropoiesis ...41

Leukopoiesis ...42

Zat Untuk Pembentukan Darah ...42

BAB V ...42

MENGIDENTIFIKASI PROSES TERBENTUKNYA DARAH ...43

Hitung Retikulosit ...43

Metode Hitung Retikulosit...44

(6)

BAB VI ...50

PEMERIKSAAN DARAH ...51

Definisi Pemeriksaan Darah ...51

Darah Vena ...51

Langkah – Langkah Pada Prosedur Venipuncture ...52

BAB VII ... Error! Bookmark not defined. PEMERIKSAAN DARAH ...54

Antikoagulan EDTA (Etylendiamine Tetraacetic Acid) ...54

Pemeriksaan Hitung Jumlah Trombosit ...55

c. Pengukuran Jumlah Trombosit dengan Hematology Analyzer ...57

BAB VIII ...58

MENGIDENTIFIKASI HEMATOPOESIS ...59

Hematopoiesis ...59

BAB IX ... Error! Bookmark not defined. PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN ...65

Definisi Hemoglobin ...65

Struktur Hemoglobin ...66

Dampak Kekurangan Hemoglobin ...70

BAB X ... Error! Bookmark not defined. PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN ...71

Pemeriksaan Kadar Hemoglobin ...71

B. Pemeriksaan Kadar Hemoglobin Metode Sahli ...71

BAB XI ... Error! Bookmark not defined. PEMERIKSAAN LEUKOSIT ...75

Pengertian Leukosit ...75

Jenis-Jenis Leukosit ...75

Hemopoisis Sel Darah Putih / Lekosit...79

BAB XII ... Error! Bookmark not defined. PEMERIKSAAN LEUKOSIT ...82

Pemeriksaan Hitung Jumlah Lekosit ...82

BAB XIII ... Error! Bookmark not defined. PEMERIKSAAN TROMBOSIT ...85

Trombosit ...85 BAB XIV ... Error! Bookmark not defined.

(7)

PEMERIKSAAN ERITROSIT ...87 Eritrosit ...87 Pemeriksaan Hitung Jumlah Eritrosit ...87

(8)

HEMATOLOGI

A. Pengertian Hematologi

Cabang kedokteran internal, fisiologi, patologi, pekerjaan laboratorium klinis, dan pediatri yang berkaitan dengan studi tentang darah, organ pembentuk darah, dan penyakit darah. Hematologi meliputi studi tentang etiologi, diagnosis, pengobatan, prognosis, dan pencegahan penyakit darah.

Pekerjaan laboratology yang masuk ke studi tentang darah sering dilakukan oleh teknolog medis. Dokter ahli darah juga sangat sering melakukan studi lebih lanjut dionkologi pengobatan medis kanker. Darah penyakit mempengaruhi produksi darah dan komponen-komponennya, seperti sel-sel darah, hemoglobin, protein darah, mekanisme koagulasi, dll.

B. Pengenalan Alat Praktikum Hematologi

1. Tujuan : Mengenal dan mengetahui fungsi dari peralatan yang digunakan di laboratorium Hematologi

2. Gambar dan Fungsinya

BAB I

(9)
(10)
(11)
(12)

MENGANALISA KOMPONEN DARAH

A. Komponen-Komponen Darah

Darah merupakan jaringan yang terdiri dari dua komponen, plasma dan sel darah. Plasma merupakan komponen intra seluler yang berbentuk cair dan berjumlah sekitar 55 % dari volume darah, sedangkan sel darah merupakan komponen padat yang terdapat didalam plasma dengan jumlah 45% dari volume darah(Bani,2004).

Komponen padat atau sering disebut korpuskula ini terdiri dari: 1. Sel darah merah atau eritrosit ( 99 % ) Eritrosit mengandung hemoglobin dan berperan dalam mengedarkan oksigen. 2. Keping darah atau trombosit ( 0,6 - 1,0 % ) Trombosit bertanggung jawab dalam proses pembekuan darah 3. Sel darah putih atau lekosit ( 0,2 % ) Lekosit berperan penting dalam sistem imun dan mempunyai tugas untuk memusnahkan benda asing yang dianggap berbahaya.

Fungsi Darah Dalam sirkulasi darah berfungsi sebagai media transportasi, pengaturan suhu dan memelihara keseimbangan cairan. Warna darah berasal dari hemoglobin, protein pernapasan yang mengandung heme yang merupakan tempat melekatnya oksigen

1. Trombosit

Trombosit adalah bagian dari beberapa sel-sel besar dalam sumsum tulang belakang yang berbentuk cakram bulat, oval, bikonveks tidak berinti dan hidup sekitar 10 hari. Jumlah trombosit antara 150.000 – 400.000 mililiter, sekitar 30 – 40 % terkonsentrasi dalam limpa dan sisinya bersirkulasi dalam aliran darah perifer. Trombosit berperan penting dalam pembekuan darah. Trombosit berasal

BAB II

(13)

dari fragmentasi sitoplasma megakariosit, suatu megakarioblas dalam sumsum tulang.

Megakariosit matang ditandai proses replikasi endometotik dan makin besarnya jumlah sitoplasma. Sehingga pada akhirnya sitoplasma menjadi granula dan terjadi pelepasan trombosit. Setiap megakariosit mampu menghasilkan 3.000 - 4.000 sel trombosit. Waktu diferensiasi dari sel asal (stem cell) sampai dihasilkan trombosit memerlukan waktu sekitar 10 hari. Umur trombosit pada sirkulasi darah perifer 7 - 10 hari.

Fungsi Trombosit Trombosit Berperan penting dalam pembentukan pembekuan darah. Trombosit dalam keadaan normal bersikulasi ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Namun dalam beberapa detik setelah kerusakan suatu pembuluh, trombosit tertarik ke daerah tersebut sebagai respon terhadap kolagen yang terpajan di lapisan sub endotel pembuluh. Trombosit melekat ke permukaan yang rusak dan mengeluarkan beberapa zat (serotonin dan histamin) yang menyebabkan terjadinya vasokontriksi pembuluh. Fungsi lain dari trombosit yaitu untuk mengubah bentuk dan kualitas setelah berikatan dengan pembuluh yang cedera.

Trombosit akan menjadi lengket dan menggumpal bersama membentuk sumbat trombosit yang secara efektif akan menutupi daerah yang luka.

1. Sebagai sumbatan dalam proses hemostasis

2. Menghasilkan zat kimia tertentu yang menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah

(14)

3. Mempertahankan integritas pembuluh darah (daya tahan kapiler, kontraksi kapiler)

4. Sebagai fagositosis (pertahanan non spesifik) 5. Sebagai alat transport di substansi tertentu.

6. Melindungi dinding pembuluh darah bagian dalam.

7. Sebagai sumber pembentukan protrombin.

8. Pembekuan darah dan retraksi bekuan Sifat Fisis Trombosit

1. Adhesi yaitu sifat trombosit yang mudah melekat pada permukaan asing.

2. Agregasi yaitu sifat trombosit yang saling melekat satu sama lain.

3. Aglutinasi yaitu sifat trombosit yang mudah menggumpal 4. Disentrigasi yaitu sifat trombosit yang mudah pecah / mati

Struktur Trombosit Struktur trombosit dibagi menjadi 3 komponen, yaitu : (Membran trombosit Terbentuk dari lapisan fosfolipid dua lapis (bilayer) dengan distribusi fosfollipid yang asimetris. Membran trombosit menggandung glikoprotein yang berfungsi sebagai reseptor. Melalui reseptor tersebut, trombosit berinteaksi dengan zat yang menyebabkan agregasi, zat inhibtor, faktor koagulasi seperti fibrinogen, faktor von Willebrand (VWF) dan thrombin, serta dengan dinding pembuluh darah dan dengan trombosit lain.

(15)

B. Sitoplasma

Sitoplasma dalam tombosit terdapat beberapa organel : mitokondria, cadangan glikogen, serta granula penyimpanan : granula padat (dense bodies), granula dan lisosom Isigranula : 2 kelompok a. Protein spesifik untuk trombosit : β- trombogobulin (βTG), platelet faktor 4 (PF4) b. Potein yang berasal dari plasma, misalnya fibrinogen, fibronektin dan factor V Isi granula padat: 1) Kandungan kalsium tinggi 2) Serotonin 3) Adenosine difosfat (ADP) 4) Adenosine trifosfat (ATP). ADP dalam granula padat lebih banyak dibandingkan dengan ATP (3 : 2).

C. Lisosom

Mengandung hidrolase asam : β-glukuronidase, katepsin, β-galaktosidase, elasta dan kolagenase. Sekresi trombosit, lisosom lebih lambat melepaskan isinya disbanding granula dan granula padat, dan diperlukan inhibitor yang lebih kuat dan menginduksi penglepasan isi lisosom.

D. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Trombosit

Trombosit sequestrasi Sepertiga dari total trombosit secara fisiologis didestruksi oleh limpa. Pada kondisi splenomegali, lebih dari 90% trombosit terdestruksi oleh limpa, sehingga menyebabkan trombositopenia. Penyakit seperti sirosis hepatis dengan hipertensi portal atau infiltrate tumor pada limpa dapat menyebabkan destruksi trombosit oleh limpa secara signifikan. Meskipun nilai trombosit dapat rendah, fungsi trombosit biasanya normal pada destruksi akibat spenomegali kecuali kelainan hematologik atau penyakit keganansan

Gangguan produksi trombosit Kondisi ini terdapat pada leukemia, kelainan hematologik lainnya, metastasis kanker, mielosupresi agen kemoterapi. Kondisi

(16)

lain juga dapat ditemukan pada penggunaan obat tertentu, terutama pada golongan thiazide diuretic, ethanol, gold, dan obat golongan sulfa dapat secara selektif menghambat produksi platelet.

Percepatan destruksi trombosit Percepatan destruksi trombosit adalah kasus yang disebabkan oleh non imunologi atau imunologi. Penyebab non immunologi seperti DIC, vaskulitis dan prostetik katup jantung. Penyebab immunologi dihubungkan pada antibodi trombosit dari obat, infeksi, tranfusi trombosit sebelumnya, atau auto antibodi seperti pada SLE, Immunologi Trombositopenia Purpura (ITP), atau evans sindrom (ITP dan anemia hemolotik).

Pasien pada trombositopenia yang disebabkan oleh immunologi biasanya tidak dijumpai splenomegali dan sumsum tulang yang normal dengan peningkatan produksi megakariosit. Usia trombosit pada kelainan immunologi trombositopenia lebih rendah dari 1 hari. Faktor penyebab trombositopenia adalah Alergi, Infeksi virus, Penggunaan obat, seperti obat anti radang non-steroid (ibuprofen, aspirin, indomethacin, phenyl butazone; tricyclic, anti depresan; anti histamin; phenol thiazines), Gangguan kolagen, seperti lupus eriternatosus, Tranfusi darah dan pembedahan, Keracunan darah, Penyakit hati, Perawatan radiasi untuk kanker, Limpa yang membesar karena sebab apa saja, Uremia, Anemia, Leukemia.

Kemoterapi dan sinar X dapat menurunkan hitung trombosit. Faktor penyebab trombositosis adalah Setelah pemberian epinefrin, Pemulihan sumsum tulang, Kemoterapi sitotoksik (Pengobatan defisiensi vitamin B12 atau folat), Keganasan, Defisiensi besi, Penyakit peradangan kronis (Penyakit kolagen vaskular, Penyakit usus meradang), Infeksi kronis (Tuberkulosis, Osteomielitis), Pengeluaran darah (termasuk pembedahan), Sindrom mieloproliferatif, Pasca splenektomi.

(17)

E. Faktor Yang Dapat Menurunkan Hasil Pemeriksaan Trombosit Berdasarkan Teknik Pemeriksaannya :

1. Perbandingan volume darah dengan antikoagulan tidak sesuai dapat menyebabkan kesalahan pada hasil :

a. Jika volume terlalu sedikit (1-1,5 mg Na2EDTA /ml darah untuk Na2EDTA kering dan 10 ul/1ml darah untuk EDTA cair), sel-sel eritrosit mengalami krenasi, sedangkan trombosit membesar dan mengalami disintegrasi. Dapat diartikan jumlah trombosit akan menurun.

b. Jika volume terlalu banyak ( 1-1,5 mg Na2EDTA / ml darah untuk Na2EDTA kering dan 10 ul/1ml darah untuk EDTA cair) dapat menyebabkan terbentuknya jendalan yang berakibat menurunnya jumlah trombosit.

2. Pemeriksaan hitung jumlah trombosit yaitu penundaan pemeriksaan lebih dari 1 jam menyebabkan penurunan jumlah trombosit.

3. Penggunaan darah kapiler menyebabkan hitung trombosit cenderung lebih rendah,

4. Pengambilan sampel darah yang lamban menyebabkan trombosit saling melekat (agregasi) sehingga jumlahnya menurun palsu

5. Tidak segera mencampur darah dengan antikoagulan atau pencampuran yang kurang kuat juga dapat menyebabkan agregasi trombosit, bahkan dapat terjadi bekuan.

(18)

6. Kesalahan pada saat pengambilan darah vena a. menggunakan spuit yang basah.

b. menggunakan ikatan pembendung terlalu lama atau terlalu keras, akibatnya ialah hemokosentrasi.

c. terjadinya bekuan dalam spuit karena lambatnya bekerja

d. terjadinya bekuan dalam botol kerena tidak dicampur semestinya dengan antikoagulan yang digunakan.

Faktor Laboratoris

1. Faktor Pra analitik Merupakan tahap penentuan kualitas sampel yang akan diguunakan pada tahap - tahap selanjutnya. Pada tahap ini meliputi : ketata usahaan, Persiapan penderita, Pengumpulan spsimen, Penanganan specimen.

Keselahan pada proses pra analitik dalam pemeriksaan laboratorium dapat memberikan kontribusi sekitar 62% dari total keseluruhan pemeriksaan Laboratorium.

a. Persiapan Pasien Ada beberapa sumber kesalahan yang kurang terkontrol dari proses praanalitik yang dapat mempengaruhi pemeriksaan laboratorium seperti aktivitas fisik, puasa, diet, stres, efek posisi, menstruasi, kehamilan, gaya hidup (konsumsi alkohol, rokok, kopi, obat), usia, jenis kelamin, pasca transfusi, pasca donasi,pasca operasi dan lainnya. Karena hal-hal tersebut memiliki pengaruh yang kuat terhadap beberapa pemeriksaan hematologi, maka pasien harus selalu dipertimbangkan sebelum pengambilan sampel.

(19)

b. Persiapan Pengumpulan Sampel Spesimen yang akan diperiksa laboratorium harus memenuhi persyaratan sesuai jenis pemeriksaan, volume mencukupi, kondisi baik (tidak lisis, segar / tidak kadaluwarsa), pemakaian antikoagulan atau pengawet yang tepat, ditampung dalam wadah yang memenuhi syarat, identitas benar sesuai dengan data pasien.

c. Pengambilan Spesimen Hal-hal yang harus diperhatikan pada pengambilan spesimen adalah : 1. Tehnik atau cara pengambilan. Pengambilan specimen harus dilakukan dengan benar sesuai dengan standard operating procedure (SOP) yang ada.

2. Cara menampung specimen dalam wadah / penampung yang harus diperhatikan meliputi :

a. Seluruh sampel harus masukke dalam wadah (sesuai kapasitas), jangan ada yang menempel pada bagian luar tabung untuk menghindari bahaya infeksi.

b. Wadah harus dapat ditutup rapat dan diletakkan dalam posisi berdiri untuk mencegah spesimen tumpah.

c. Darah harus segera dimasukkan dalam tabung setelah sampling.

d. Pasca operasi dan lainnya. Karena hal-hal tersebut memiliki pengaruh yang kuat terhadap beberapa pemeriksaan hematologi, maka pasien harus selalu dipertimbangkan sebelum pengambilan sampel.

e. Persiapan Pengumpulan Sampel Spesimen yang akan diperiksa laboratorium harus memenuhi persyaratan sesuai jenis pemeriksaan,

(20)

volume mencukupi, kondisi baik (tidak lisis, segar / tidak kadaluwarsa), pemakaian antikoagulan atau pengawet yang tepat, ditampung dalam wadah yang memenuhi syarat, identitas benar sesuai dengan data pasien.

f. Pengambilan Spesimen Hal-hal yang harus diperhatikan pada pengambilan spesimen adalah :Tehnik atau cara pengambilan. Pengambilan specimen harus dilakukan dengan benar sesuai dengan standard operating procedure (SOP) yang ada.

3. Cara menampung specimen dalam wadah / penampung yang harus diperhatikan meliputi :

a. Seluruh sampel harus masukke dalam wadah (sesuai kapasitas), jangan ada yang menempel pada bagian luar tabung untuk menghindari bahaya infeksi.

b. Wadah harus dapat ditutup rapat dan diletakkan dalam posisi berdiri untuk mencegah spesimen tumpah.

c. Darah harus segera dimasukkan dalam tabung setelah sampling.

Faktor Analitik Proses analitik adalah tahap pengerjaan sampel sehingga diperoleh hasil pemeriksaan.

a. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan jumlah eritrosit, leukosit dan trombosit dapat menggunakan darah vena maupun darah kapiler.

Pemeriksaan dengan darah kapiler memberikan hasil lebih rendah dibandingkan darah vena.

(21)

b. Pemeliharaan dan Kalibrasi

Alat Alat pemeriksaan bila tidak dilakukan perawatan secara rutin maupun kalibrasi maka akan mempengaruhi hasil pemeriksaan jumlah eritrosit, leukosit dan trombosit menjadi lebih tinggi atau menjadi rendah. Upaya untuk mengkoreksi alat hematology analyzer merupakan sebuah upaya yang baik karena kita tahu bahwa tidak semua alat luput dari kesalahan dan ketidak telitian. Perlu adanya pemahaman untuk menilai dan memilah kesalahan yang mungkin terjadi saat pengerjaan dengan metode hematology analyzer.

Setiap laboratorium mengklaim bahwa hasilnya lebih akurat bahkan pakai darah kontrol dibandingkan laboratorium lain. Alasan ini bias dipatahkan bila pra analitiknya buruk, missal darah tidak segera dicampur dengan antikoagulan, kelebihan anti koagulan, tidak segera di periksa (dalam waktu 1 jam lebih bagus), tidak dikocok sebelum diperiksa dan botol yang digunakan dari plastic / polietilen.

Pemeriksaan darah lengkap umumnya telah menggunakan mesin penghitung otomatis (hematology analyzer).

Pemeriksaan ini dapat memberikan hasil yang cepat. Namun alat hitung otomatis / analyzer memiliki keterbatasan ketika terdapat sel yang abnormal, misalnya banyak dijumpainya sel - sel yang belum matang pada leukemia, infeksi bakterial, sepsis, dan sebagainya. Dalam kasus jumlah sel yang sangat tinggi dimana alat tidak mampu menghitungnya, maka pemeriksaan manual menjadi pilihan untuk dilakukan. Pada pemeriksaan secara manual ini darah diencerkan dulu dengan tingkat pengenceran yang lebih tinggi.

(22)

Penyebab kesalahan pada hasil alat hitung otomatis (hematology analyzer):

a. Salah cara sampling dan pemilihan spesimen

b. Salah penyimpanan specimen dan waktu pemeriksaan ditunda terlalu lama sehingga terjadi perubahan morfologi sel darah.

c. Kesalahan tidak mengocok sampel secara homogen, terutama bila tidak memiliki alat pengocok otomatis (nutator) maka dikhawatirkan tidak sehomogen saat sampel darah di ambil dari tubuh pasien. Inilah kesalahan fatal yang sering terjadi pada pemeriksaan ini.

d. Kehabisan reagent lyse sehingga seluruh sel tidak dihancurkan saat pengukuran sel tertentu. e. Kalibrasi dan kontrol tidak benar. Tidak melakukan kalibrasi secara berkala dan darah control yang digunakan sudah mengalami expired date tapi tetap di pakai karena menghemat biaya operasional.

e. Carryover, homogenisasi, volume kurang.

Untuk alat jenis open tube maka, penyebabnya salah saat pada memasukkan sampel pada jarum sampling alat, missal jarum tidak masuk penuh ujungnya pada darah atau darah terlalu sedikit dalam tabung atau botol lebar sehingga saat dimasukkan jarum tidak terendam seluruhnya. Untuk jenis close tube kesalahan hampir sama juga, yaitu tidak memenuhi volume minimum yang diminta oleh alat. Untuk tipe close tube menggunakan cara predilute, perlu dikocok dahulu saat pengenceran darah dengan diluent

(23)

f. Alat atau reagen rusak.

Alat dapat saja rusak bila suhu yang tidak sesuai (warning : temperature ambient abnormal) dan kondisi meja yang tidak baik. Reagensia yang digunakan jelek dan mungkin terkontaminasi oleh udara luar karena packing yang jelek.

g. Memang sampel tersebut ada kelainan khusus.

Dengan demikian perlu dilakukan perawatan alat secara rutin dengan melakukan perawatan harian yaitu EZ cleanser yaitu untuk menghancurkan sisa bekuan atau sisa pembuangan darah yang tidak sempurna dan melakukan kalibrasi dengan menggunakan kalibrator komersial atau sampel darah segar.

Kalibrasi hendaknya diperiksa secara teratur dengan menggunakan program pemantapan mutu yang biasa dilakukan setiap laboratorium, sesuai dengan persyaratan laboratorium yang baik, verifikasi yang mencakup quality control harian pada setiap shift dan juga pada setiap perubahan nomor lotreagen. Alat yang digunakan untuk penelitian ini sudah dilakukan pemeliharaan alat secara rutin dan kalibrasi.

4. Kualitas Reagent Reagen harus diperlakukan sesuai aturan yang diberikan pabrik pembuatnya termasuk cara penyimpanan, penggunaan dan expirednya.

Pemakaian reagen yang sudah rusak oleh karena sudah expired maupun salah dalam suhu penyimpanan akan menyebabkan penurunan jumlah eritrosit, leukosit dan trombosit. Hal ini dapat diatasi dengan pemakain reagen yang tidak expired dan penyimpanan reagen pada suhu yang sudah ditentukan pabrik pembuatnya yaitu pada suhu 15-30 0C

(24)

5. Pemeriksa Faktor pemeriksa juga dapat berpengaruh terhadap hasil pemeriksaan jumlah eritrosit, leukosit dan trombosit, bila sampel tidak dicampur / dikocok dengan benar sebelum sampel diperiksa atau pada saat sampel dihisap oleh penghisap sampel tidak sampai dasar tabung sampel atau hanya pada permukaan tabung sampel, maka hasil pemeriksaan jumlah trombosit menjadi rendah. Hal ini memerlukan pemeriksa yang berpengalaman dan terlatih.

6. Faktor Pasca Analitik

Proses pasca analitik adalah tahap akhir pemeriksaan yang dikeluarkan untuk meyakinkan bahwa hasil pemeriksaan yang dikeluarkan benar - benar valid atau dapat dipertanggung jawabkan. Kegiatan pencatatan dan pelaporan hasil di laboratorium harus dilaksanakan dengan cermat dan teliti karena dapat mempengaruhi hasil peeriksaan dapat mengakibatkan kesalahan dalam penyampaian hasil pemeriksaan

Metode pemeriksaan hitung jumlah trombosit

Trombosit sulit dihitung karena mudah sekali pecah dan sulit dibedakan dengan kotoran, selain itu karena sifatnya yang mudah sekali melekat pada permukaan asing dan membentuk gumpalan. Cara yang sering dipakai untuk menghitung jumlah trombosit adalah dengan cara langsung dan tak langsung.

Pada cara langsung jumlah trombosit dihitung dengan cara manual atau otomatis (automatic cell counter). Cara manual dapat dilakukan dengan metode Rees Ecker atau Brecher Cronkite sedangkan cara tak langsung dengan metode Fonio.

(25)

a. Metode Rees Ecker Darah diencerkan dengan larutan Rees Ecker dan jumlah trombosit dihitung dalam kamar hitung. Larutan Rees Ecker : natriumsitrat 3,8 g; larutan formal dehide 40 % 2 ml; briliant cresyl blue 30 mg; aquadest ad 100 ml. Larutan harus disaring sebelum dipakai. 1.

Mengisap cairan Rees Ecker kedalam pipet eritrosit sampai garis tanda “1”

dan buanglah lagi cairan itu.

b. Mengisap darah sampai garis tanda “0,5” dan cairan Rees Ecker sampai

“101”. Segeralah kocok selama 3 menit.

c. Meletakkan kamar hitung yang telah benar-benar bersih dengan kaca penutup yang terpasang mendatar di atas meja.

d. Membuang cairan yang ada pada batang kapiler pipet (3-4 tetes) dan kemudian sentuhkan ujung pipet (sudut 30 derajat) dengan menyinggung pinggir kaca penutup pada kamar hitung. Biarkan kamar hitung tersebut terisi cairan perlahan - lahan dengan gaya kapilaritasnya sendiri.

e. Membiarkan kamar hitung yang sudah terisi tersebut dengan sikap datar dalam cawan petri tertutup yang berisi kapas basah selama 10 menit agar trombosit mengendap.

f. Menghitung semua trombosit dalam seluruh bidang besar di tengah - tengah (1 mm 2 ) dengan perbesaran 40x.

g. Menghitung hasil hitung jumlah trombosit dikalikan 2.000 menghasilkan jumlah trombosit per µl darah

(26)

7. Metode Brecher - Cronkite Darah diencerkan dengan Ammonium oksalat 1%

yang berfungsi untuk melisiskan eritrosit, jumlah trombosit dihitung dengan bilik hitung dibawah mikroskop (Koeswardani, 2001). Dengan metode Rees Ecker, kemungkinan kesalahan yang terjadi sebesar 16 – 25 %, sedangkan Brecher Cronkite 8 – 10%. Kesalahan yang terjadi biasanya berasal dari pengenceran dan penghitungan.

8. Metode Fonio Cara tak langsung jumlah trombosit dibandingkan dengan jumlah eritrosit sedangkan jumlah eritrosit itulah yang sebenarnya di hitung.

1. Mebersihkan ujung jari dengan alkohol dan biarkan kering lagi.

2. Menaruh diatas ujung jari tersebut setetes besar larutan magnesium sulfat 14%.

3. Menusuk ujung jari dengan lanset melalui tetesan larutan magnesium sulfat tersebut.

4. Setelah jumlah darah keluar kurang lebih 1/4 jumlah larutan magnesium sulfat, mencampur darah dengan magnesium sulfat tersebut.

5. Membuat sedian hapus (dengan pewarnaan Wrigth atau Giemsa)

6. Menghitung jumlah trombosit yang dilihat bersama dengan 1.000 eritrosit.

7. Melakukan tindakan menghitung jumlah eritrosit per µl darah.

8. Menghitung jumlah trombosit per µl darah berdasarkan kedua angka itu.

(Ganda Soebrata, 2010) Perhitungan : N x ∑eritrosit/ 1000 pemeriksaan kimia darah, imunologi, serologi dan bank darah (crossmatching test)

(27)

9. Tabung tutup kuning, berisi gel separator (serum separator tube / SST) yang fungsinya memisahkan serum dan sel darah. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah, imunologi dan serologi

10. Tabung tutup hijau terang, berisi gel separator (plasma separator tube / PST) dengan antikoagulan lithium heparin. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah.

11. Tabung tutup ungu atau lavender, berisi EDTA. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan darah lengkap dan bank darah (crossmatch)

12. Tabung tutup biru, berisi natrium sitrat. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan koagulasi( mis. PPT, APTT)

13. Tabung tutup hijau, berisi natrium atau lithium heparin, umumnya digunakan untuk pemeriksaan fragilitas osmotik eritrosit, kimia darah.

14. Tabung tutup biru gelap, berisi EDTA yang bebas logam, umumnya digunakan untuk pemeriksaan trace element (zink, copper, mercury) dan toksikologi.

15. Tabung tutup abu-abu terang, berisi natrium fluoride dan kalium oksalat, digunakan untuk pemeriksaan glukosa.

16. Tabung tutup hitam, berisi bufer sodium sitrat, digunakan untuk pemeriksaan LED (ESR).

17. Tabung tutup pink, berisi potassium EDTA, digunakan untuk pemeriksaan imunohematologi

(28)

18. Tabung tutup putih, berisi potassium EDTA, digunakan untuk pemeriksaan molekuler / PCR dan bDNA.

19. Tabung tutup kuning dengan warna hitam dibagian atas, berisi media biakan, digunakan untuk pemeriksaan mikrobiologi-aerob, anaerob dan jamur. Penggunaan vacutainer lebih menguntungkan karena tidak perlu membagi sampel darah kedalam beberapa tabung, cukup dengan sekali penusukan dapat digunakan untuk beberapa tabung secara bergantian sesuai jenis pemeriksaan yang akan dilakukan. Untuk uji biakan kuman, cara ini lebih baik untuk mencegah kontaminasi karena darah langsung mengalir kemedia biakan.

Vacutainer EDTA digunakan untuk pengujian parameter dalam hematologi.

Permukaan Tabung bagian dalam tabung dilapisi Spray Dried K2EDTA (dipotassium ethylene diamine tetra acetic acid) atau K3EDTA (tripotassium ethylene diamine tetra acetic acid). Tabung vacutainer K3EDTA menunjukkan secara substansial setara dengan kinerja tabung vacutainer K2EDTA dan tidak ada perbedaan yang signifikan secara klinis antara keduanya.

Semua garam EDTA adalah hiperosmolar, yang menyebabkan air meninggalkan sel dan menyebabkan penyusutan sel. Semakin tinggi konsentrasi EDTA, semakin besar penarikan osmotik air dari sel. Oleh karena itu harus di pastikan bahwa tabung diisi sepenuhnya. Selain itu, pengisian tabung yang kurang, juga menyebabkan rasio darah dan bahan aditif menurun, mengakibatkan penyusutan sel, pengurangan Mean Corpuscular Volume (MCV) dan meningkatkan Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC). Pada

(29)

Tabung K3EDTA mungkin sedikit lebih terpengaruh, karena konsentrasi ion kalium yang lebih tinggi

merupakan automatic cell counter yang bekerja dengan metode flowcytometri yang prinsip dasarnya adalah impedansi elektrik (electrical impedance) dan pendar cahaya (light scattering).

1. Impedansi Elektrik

Prinsip yang digunakan adalah sebelum pemeriksaan, sampel diencerkan dengan larutan yang mempunyai konduktivitas tertentu dan merupakan konduktor listrik yang kurang baik, kemudian sel darah dialirkan melalui lubang kecil yang disebut orifice yang mempunyai ukuran tertentu. Pada saat yang sama, suatu arus listrik dialirkan melalui elektroda yang dipasang pada sisi luar dan sisi dalam orifice, karena sel darah adalah penghantar listrik yang buruk, maka jika sel darah masuk melalui orifice tadi, arus listrik yang mengalir juga akan terganggu. Gangguan ini menimbulkan suatu pulsa elektrik. Jumlah pulsa listrik yang terukur persatuan waktu (frekuensi pulsa) dideteksi sebagai jumlah sel yang melalui celah tersebut. Sedangkan besarnya perubahan tegangan listrik (amplitudo) yang terjadi, merupakan ukuran volume dari masing – masing sel darah. Besarnya pulsa akan sesuai dengan besarnya jumlah dan besarnya sel darah yang lewat. Jika sel darah besar, maka pulsa yang ditimbulkan besar, sebaliknya jika sel darah kecil maka pulsa pun kecil.

Dengan demikian dapat mengenali jenis – jenis sel menurut ukuran dan menghitung jumlahnya.

(30)

2. Pendar Cahaya

Prinsip yang digunakan adalah pendaran cahaya yang terjadi ketika sel mengalir melewati celah dan berkas cahaya yang difokuskan ke sensi area yang ada pada aperture tersebut. Apabila cahaya mengenai sel, maka cahaya akan dihamburkan, dipantulkan, atau dibiaskan kesemua arah.

Kemudian hamburan cahaya yang mengenai sel akan ditangkap oleh detektor yang ada pada sudut – sudut tertentu sehingga menimbulkan pulsa. Pulsa cahaya yang berasal dari hamburan cahaya, intensitas warna, atau fluoresensi, akan diubah menjadi pulsa listrik. Pulsa ini dipakai untuk menghitung jumlah, ukuran, maupun inti sel yang merupakan ciri dari masing – masing sel. Hamburan cahaya dengan arah lurus (forward scettered light) mendeteksi volume dan ukuran sel. Sedangkan cahaya yang dihamburkan dengan sudut 90º menunjukkan informasi dari isi granula sitoplasma. Pada metode ini juga dapat dilakukan pewarnaan dengan cara menambahkan pewarna pada reagen. Sel yang telah diberi pewarna akan memberikan pendaran cahaya yang berbeda – beda, sehingga akan lebih banyak informasi untuk mendeteksi atau mendeteksi berbagai jenis sel. Alat ini cocok digunakan untuk laboratorium dengan pemeriksaan darah 15 – 25 tes / hari. Parameter pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu WBC, RBC, PLT, HGB, HCT, MCV, MCH, MCHC, RDW – SD, RDW – CV, PDW, MPV, P – LCR, LYM, MXD, NEUT.

Volume darah yang diperlukan sebanyak 1 ml dan volume darah yang dihisap oleh alat sebanyak 15µl. Prinsip kerja alat ini dalam menghitung jumlah trombosit adalah sampel didilusi dengan larutan konduktifitas

(31)

tertentu. Sel dialirkan melalui lubang dengan ukuran tertentu – orifice.

Pada saat yang sama, arus listrik dialirkan melalui elektroda yang dipasang pada sisiluar (external electrode) dan sisi dalam (internal electrode) dari orifice. Sel darah ad

Alat penghantar listrik yang buruk sehingga setiap sel darah yang masuk melalui orifice akan menimbulkan gangguan pada orifice. Gangguan tersebut akan menimbulkan pulsa, dimana besarnya pulsa sebanding dengan ukuran sel darah yang melewatinya. Setiap pulsa listrik yang tejadi sesuai dengan satu trombosit yang melalui aperture sehingga jumlah pulsa sama dengan jumlah trombosit dan tingginya pulsa menunjukkan ukuran trombosit.

Distribusi ukuran partikel trombosit dianalisa dengan Procan PE – 6800 menggunakan 3 diskriminator yaitu batas bawah 2 – 6 fL, batas tengah12 fL, dan batas atas 12 – 30 fL. Kesalahan yang terjadi dalam hitung trombosit disebabkan oleh darah yang menjendal (sample clotting), trombosit bergerombol yang dihitung sebagai leukosit, trombosit bentuk besar dan giant platelet yang dihitung sebagai eritrosit, serta platelets satellitism (formasi rosette) yang terbentuk dari trombosit – leukosit). Keadaan tersebut menyebkan jumlah trombosit rendah palsu. Sebaliknya, adanya non platelet particles seperti debu, pecahan eritrosit, leukosit dan trombosit dapat dihitung sebagai trombosit, sehingga hasilnya menjadi tinggi palsu

(32)

MENGANALISA KOMPONEN DARAH

A. Darah Lengkap (Whole Blood) Whole Blood atau Darah Lengkap

Adalah darah yang diambil dari donor dengan menggunakan kantong darah dengan antikoagulan steril dan bebas pyrogen( Desmawati,2013)) Darah lengkap ini berisi sel darah merah, leukosit, trombosit, dan plasma. Satu unit kantong darah lengkap berisi 450 mL darah dan 63 mL antikoagulan. Di Indonesia, 1 kantong darah lengkap berisi 250 mL darah dengan 37 mL antikoagulan, ada juga yang 1 unit kantong berisi 350 mL darah dengan 49 mL antikoagulan. Suhu simpan antara 10 - 6 0 Celcius. Satu unit darah (250-450 ml) dengan antikoagulan sebanyak 15 ml/100ml darah.

Dilihat dari masa penyimpanannya, maka whole blood dapat dibagi menjadi 2, yaitu darah segar (fresh blood), yaitu darah yang disimpan kurang dari 6 jam, masih lengkap menngandung trombosit dan factor pembeku, serta darah yang disimpan (stored blood), yaitu darah yang sudah disimpan lebih dari 6 jam sampai 6 hari , faktor pembeku sudah hampir habis dan juga dapat terjadi peningkatan kadar kalium, amonia, dan asam laktat.

Darah lengkap berguna untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan volume plasma dalam waktu yang bersamaan, misalnya pada pendarahan aktif dengan kehilangan darah lebih dari 25-30 % volume darah total. Namun demikian, pemberian darah lengkap pada keadaan tersebut hendaklah tidak menjadi pilihan utama karena pemulihan segera volume darah pasien lebih penting daripada penggantian sel darah merah atau transfusi yang masih

BAB III

(33)

memerlukan waktu. Eritrosit dibuat dari darah keseluruhan (whole blood) dengan sentrifugasi dan menghilangkan plasma.

Larutan yang paling umum digunakan sebagai antikoagulan aadalah CPDA1.Antikoagulan ini dilengkapi dengan dekstrosa dan adenine untuk mengawetkan pada tingkat adenosine trifosfat pada eritrosit.Eritrosit dengan CPDA-1 dapat disimpan sampai 35 hari pada suhu 1-6 0 C. eritrosit juga dapat ditambah larutan yang mengandung glukosa dan substrat lainnya selama pembuatan. Larutan aditif tersebut memungkinkan periode penyimpanan yang lebih lama (42 hari) dan memiliki nilai hematokrit (Ht) rendah. Selama penyimpanan, eritrosit mengalami penuaan perubahan serupa yang terjadi dalam tubuh (in vivo), sehingga sebagian sel darah merah yang ditransfusikan dengan cepat akan dimusnahkan oleh limpa resipen. Kebocoran kalium intraselular akan terjadi selama penyimpanan eritrosit.

(34)

B. Fasilitas penyimpanan dan Stabilitas darah lengkap

Komponen darah harus disimpan pada kondisi suhu yang optimal untuk setiap jenis komponen. Fasilitas atau peralatan yang digunakan untuk menyimpan komponen darah harus dikualifikasi dan divalidasi agar memenuhi system manajemen mutu untuk unit penyedia darah.

Fasilitas atau peralatan harus dapat diamankan, didesain agar sirkulasi udara sekitar komponen darah terjaga dan dibersihkan secara teratur. Suhu dan alarm harus diperiksa secara teratur untuk menjamin kondisi yang telah ditentukan terjaga. Whole blood harus selalu terpelihara suhunya antara2°-6°C. Pada suhu ini, terjadi pengurangan reaksi biokimia dan akumulasi produk limbah, memungkinkan pengawetan secara invitro selama beberapa minggu. Coldbox harus digunakan setiap kali darah selesai diambil dari donor untuk menjaga agar darah tetap baik selama transportasi. Sekarang telah tersedia coldbox untuk transportasi darah yang dioperasikan dengan baterai sehingga dapat menjaga suhunya tetap optimal selama waktu transportasi.

Darah sebaiknya disimpan pada lemari es khusus yang mampu menjaga suhu antara 2°-6°C, apabila tidak memiliki lemari es khusus dapat digunakan lemari es biasa dengan memperhatikan hal-hal berikut :

1. Darah dapat disimpan dalam satu lemari es bersama reagen dan sampel, namun tidak boleh dicampuradukkan penempatannya.

2. Pintu lemari es hanya boleh dibuka saat menyimpan atau mengeluarkan darah.

3. Penempatan darah harus sedemikian rupa sehingga terjadi sirkulasi udara diantara kantong-kantongnya, dapat diposisikan berdiri dalam keranjang,

(35)

atau mendatar diatas rak lemari es. d)Tidak menyimpan darah pada pintu lemaries.

4. Tidak menyimpan darah didekat lemari pembeku (freezer). Suhu didalam lemari es tempat penyimpanan darah harus tetap diperiksa dan dicatat secara berkala, paling tidak dua kali sehari.

C. Teknik Pengambilan Darah (Flebotomi)

Flebotomi berasal dari Bahasa Yunani yaitu Phlebos : vena, dan Tome:

memotong. Flebotomi Masa Kini, terdiri dari: 1. Tusukan Vena (Venipuncture) 2. Tusukan Kulit (Skin Puncture)(Departemen,2008).

TUSUKAN VENA (VENIPUNCTURE)

a. Pra Analitik Alat dan bahan:

- Antiseptik & desinfektan : alkohol 70 %

- Kapas steril - Plester - Tourniquet

- Metode semprit: Jarum semprit (21-23 gauge) Penampung (barrel) Penghisap (plunger) Tabung yang telah diisi antikoagulan

- Metode tabung vakum: Jarum khusus (20-22gauge) holder/adapter tabung vakum (dengan antikoagulan)

- Antikoagulan: EDTA, heparin, Na. Sitrat, NH4-oksalat

(36)

b. Analitik

1. Metode Tabung Vakum

a. pilih bagian yang akan dilakukan tusukan vena (venipuncture), yaitu:

antecubitus lengan, pilih vena yang besar dan tidak mudah bergerak b. desinfektan area venipuncture dengan kapas alkohol dengan gerakan

memutar dari tengah ke tepi, biarkan 30 detik untuk pengeringan alkohol.

c. pasang tourniquet 7.5 – 10 cm di atas bagian venipuncture disertai pengepalan tangan pasien membantu penampakan vena.

d. tusuk jarum ke dalam vena, posisi lubang jarum menghadap ke atas dengan sudut 15 – 300 .

e. lepas tourniquet setelah darah mengalir (jangan biarkan tourniquet terpasang lebih 1 menit).

f. isi tabung sampai kevakumannya habis g. lepaskan tabung dari jarum

h. bolak balik isi tabung 5 – 10 kali i. lepaskan jarum perlahan-lahan j.

j. segera tekan dengan kapas selama 3 – 5 menit

k. plester bagian veni puncture dan lepas setelah 15 menit.

l. beri label pada tabung (nama, no.lab, jarum & tgl.pengambilan)

(37)

2. Metode Semprit

a. keluarkan semprit dari plastiknya, pasang jarum, tarik penghisap untuk memeriksa kelancarannya

b. penusukan vena dilakukan seperti metode vakum c. lepaskan tourniquet setelah darah mengalir

d. tarik perlahan-lahan pengisap (plunger) dan biarkan semprit terisi darah

e. masukkan darah ke dalam tabung yang telah diisi antikoagulan.

TUSUKAN KULIT (SKIN PUNCTURE)

A. Pra Analitik Alat dan bahan:

- Antiseptik & desinfektan : alkohol 70 % - Kapas steril - Lancet steril atau hemolet - Penampung darah (tabung/ pipa kapiler)

B. Analitik

1. Tangan diletakkan di atas meja dengan posisi telapak menghadap ke atas 2. Pilih bagian yang akan ditusuk dan dibersihkan

3. Pegang jari pasien dengan ibu jari dan telunjuk kita 4. Bagian kulit dibersihkan dengan kapas alkohol 70%

5. Tusukkan lancet pada kulit

6. Buang lancet pada tempat khusus.

(38)

7. Tekan bagian yang darahnya keluar (jangan terlalu keras) 8. Seka tetesan darah pertama dengan kapas steril

9. Tampung darah yang keluar ke dalam tabung/pipa kapiler sesuai permintaan pemeriksaan dengan menempelkan tabung/pipa kapiler langsung pada bagian kulit dimana darah keluar.

10. Pipa kapiler ditutup dengan clay

11. Bila diperlukan sediaan apus, ambil porsi pertama sebelum tabung antikoagulan: 1 – 2,5 cm pada ujung kaca obyek, diameter tetesan 1 – 2 mm.

(39)
(40)
(41)

MENGIDENTIFIKASI PROSES TERBENTUKNYA DARAH

A. Eritropoiesis

Eritropoiesis merupakan proses pembentukan sel darah merah. Sel darah merah berfungsi sebagai pengangkut oksigen ke jaringan dan mengikat CO2 dari jaringan. Dalam keadaan normal eritropoiesis memerlukan 3 faktor yaitu

(1) stem sel hematopoetik,

(2) sitokin spesifik, growth factor dan hormonal regulator, serta

(3) hematopoietik yang mempengaruhi microenvirontment yang merupakan stroma pendukung dan interaksi sel dengan sel yang diikuti proliferasi dan diferensiasi hematopoetik sel stem dan mempengaruhi erythroid progenitor yang akhirnya menghasilkan sel darah merah yang matur.

Proliferasi dan maturasi ini diatur oleh sitokin termasuk eritropoietin sebagai faktor yang terpenting dalam mekanisme ini. Bila terjadi hipoksia, nefron ginjal akan merespons dengan memproduksi eritropoietin. Eritropoietin (EPO) merupakan suatu glikoprotein hormon dengan berat molekul 30 – 39 kD yang akan terikat pada reseptor spesifik progenitor sel darah merah yang selanjutnya memberi sinyal merangsang proliferasi dan diferensiasi.6 Sebaliknya bila terjadi peningkatan volume sel darah merah di atas normal misalnya oleh karena transfusi, aktivitas eritropoietin di sumsum tulang akan berkurang.1,2,7 Eritropoietin terutama dihasilkan oleh peritubular interstitial (endothelial) ginjal (± 90%)dan sisanya (10- 15%) dihasilkan di hati.1,2,4,7,8 Produksi EPO akan meningkat pada keadaan anemiaa ataupun hipoksia jaringan.

BAB IV

(42)

B. Leukopoiesis

Leukopoiesis adalah proses pembentukan leukosit, yang dirangsang oleh adanya colonystimulating factors atau faktor perangsang koloni. Penstimulasi (perangsang) koloni inidihasilkan oleh sel darah putih (leukosit) dewasa.

Perkembangan dari setiap sel darah putihdimulai dengan terjadinya pembelahan sel batang temopoitik menjadi sel “blas”

C. Zat Untuk Pembentukan Darah

Dalam proses pembentukan sel darah merah membutuhkan bahan zat besi, vitamin B12, asam folat, vitamin B6 ( piridoksin ), protein dan faktor lain.

Kekurangan salah satu unsur diatas akan mengakibatkan penurunan produksi sel darah sehingga mengakibatkan Anemia yang ditandai dengan Kadar hemoglobin yang rendah/kurang dari normal.

(43)

MENGIDENTIFIKASI PROSES TERBENTUKNYA DARAH

A. Hitung Retikulosit

Retikulosit adalah eritrosit muda yang kehilangan intinya, dimana sitoplasmanya masih mengandung sejumlah besar sisa-sisa ribosome dan RNA yang berasal dari sisa inti dari bentuk penuh pendahulunya. Ribosome mempunyai kemampuan untuk bereaksi dengan pewarna tertentu seperti brilliant cresyl atau new methylene blue untuk membentuk endapan granula atau filament yang berwarna biru. Reaksi ini hanya terjadi pada pewarnaan terhadap sel yang masih hidup dan tidak difiksasi. Oleh karena itu disebut pewarnaan supravital.

Retikulosit paling muda (imatur) adalah yang mengandung ribosome terbanyak, sebaliknya retikulosit tertua hanya mempunyai beberapa titik ribosome. (Noble NA, Xu QP, Hege LL, 1990 ; Koury MJ, Koury ST, Kopsombut P, Bondurant MC, 2005) Retikulosit pada pewarnaan Wright tampak sebagai eritrosit yang berukuran lebih besar dan berwarna lebih biru daripada eritrosit matang. Reticulum terlihat sebagai bintik-bintik abnormal. Polikromatofilia yang menunjukkan warna kebiru-biruan dan bintik-bintik basofil pada eritrosit, sebenarnya disebabkan oleh bahan ribosome tersebut.

Hitung retikulosit merupakan indicator aktivitas sumsum tulang dan digunakan untuk mendiagnosis anemia. Banyaknya retikulosit dalam darah tepi menggambarkan eritropoesis yang hamper akurat. Peningkatan jumlah retikulosit di darah tepi menggambarkan akselerasi produksi eritrosit dalam sumsum tulang.

Sebaliknya, hitung retikulosit yang rendah terus-menerus dapat mengindikasikan keadaan hipofungsi sumsum tulang atau anemia aplastik.

BAB V

(44)

B. Metode Hitung Retikulosit

Umumnya menggunakan metode pewarnaan supravital. Sampel darah dicampur dengan larutan brilliant cresyl blue (BBC) atau new methylene blue maka ribosome akan terlihat sebagai filament berwarna biru. Jumlah retikulosit dihitung per 1000 eritrosit dan dinyatakan dalam jadi hasilnya dibagi 10. Pewarna yang digunakan memiliki formula sebagai berikut :

1. brilliantCresylBlue (BCB) : brilliantcresylblue 1.0gr; NaCl 0.85% 99.0ml.

saring larutan sebelum dipergunakan(Raja et all,2013).

2. Newmethyleneblue : NaCl 0.8gr; kalium oksalat 1.4gr; new methylene blue N 0.5gr; aquadest 100ml. saring larutan sebelum dipergunakan.

Dianjurkan menggunakan new methylene blue, kesalahan metode ini pada nilai normal 25%. Sampel darah yang digunakan untuk hitung retikulosit adalah darah kapiler atau vena, dengan antikoagulan (EDTA) atau tanpa antikoagulan (segar).

Prosedur

1. Masukkan 0,5 sampai 1 ml larutan pewarna kedalam tabung kecil.

2. Campur 5 tetes darah dengan larutan tadi dan biarkan selama 5 menit. Dari campuran tersebut diambil satu tetes untuk membuat sediaan apus darah tipis, biarkan kering di udara.

3. Periksa dibawah dengan perbesaran 100x. eritrosit Nampak biru muda dan retikulosit akan tampak sebagai sel yang mengandung granula/filament yang berwarna biru. Bila kurang jelas waktu pewarnaannya diperpanjang atau dicounterstain (dicat lagi) dengan cat Giemsa.

(45)

4. Kemudian hitung jumlah retikulosit dalam 1000 sel eritrosit. Hitung retikulosit = (jumlah retikulosit per 1000 eritrosit : 10%.

Nilai Rujukan Dewasa : 0.5 – 1.5%, Bayi baru lahir : 2.5 – 6.5%, Bayi : 0.5 – 3.5% dan Anak : 0.5 – 2.0% Faktor-faktor yang mempengaruhi temuan hasil laboratorium :

a. Bila hematokritnya rendah maka perlu ditambahkan darah

b. Cat yang tidak disaring menyebabkan pengendapan cat pada sel-sel eritrosit sehingga terlihat seperti retikulosit

c. Menghitung di daerah yang terlalu padat C. Crossmatch (Reaksi Silang Serasi)

Reaksi silang perlu dilakukan sebelum melakukan transfusi darah untuk melihat apakah darah penderita sesuai dengan darah donor. Mayor Crossmatch adalah serum penerima dicampur dengan sel donor dan Minor Crossmatch adalah serum donor dicampur dengan sel penerima. Jika golongan darah ABO penerima dan donor sama, baik mayor maupun minor test tidak bereaksi. Jika berlainan umpamanya donor golongan darah O dan penerima golongan darah A maka pada test minor akan terjadi aglutinasi. Mayor Crossmatch merupakan tindakan terakhir untuk melindungi keselamatan penerima darah sebaiknya dilakukan demikian sehingga Complete Antibodies maupun incomplete Antibodies dapat ditemukan.

Reaksi silang yang dilakukan hanya pada suhu kamar saja tidak dapat mengesampingkan aglutinin Rh yang hanya bereaksi pada suhu 37°C. Ada beberapa cara untuk menentukan reaksi silang yaitu reaksi silang dalam larutan garam faal dan reaksi silang metode gell (Notoatmodjo, 2012).

(46)

1. Reaksi Silang dalam Tabung

Prinsip : Sel donor dicampur dengan serum penerima (Mayor Crossmatch) dan sel penerima dicampur dengan serum donor dalam bovine albumin 20% akan terjadi aglutinasi atau gumpalan dan hemolisis bila golongan darah tidak cocok.

2. Tujuan

Untuk menentukan cocok tidaknya darah donor dengan darah penerima untuk persiapan transfusi darah.

Alat, reagensia dan bahan pemeriksaan : Tabung reaksi, pipet tetes, sentrifuge, tabung sentrifuge, bovine albumin 20%, mikroskop, NaCl 0,9%, serum Coombs, serum eryhtrosit 5 %. Teknik kerja :

a. Pembuatan suspense Eryhtrosit 5 %

1. Kedalam tabung diisi dengan larutan NaCl 0,9 % sebanyak 5 ml.

2. Tambahkan 5 tetes darah EDTA dan campur.

3. Putar pada sentrifuge pada 1500 rpm selama 5 menit

4. Cairan dibuang dan pada endapan ditambahkan larutan NaCl 0,9 % sebanyak 5 ml. campur dan putar lagi, ulangi langkah tadi sebanyak 3 kali.

5. Terakhir pada penambahan NaCl 0,9 % yang ke-4 kalinya sebanyak 5 ml merupakan suspensi eryhtrosit 5 %.

b. Pemeriksaan reaksi silang fase I

(47)

1. Dua buah tabung reaksi kecil dalam rak, yang sebelah kiri untuk mayor test dan sebelah kanan untuk minor test.

2. Tabung kiri diisi dengan 2 tetes serum penerima dan 2 tetes suspense erythrosit donor 5 % dalam larutan NaCl 0,9 % dan 2 tetes bovine albumin 20%.

3. Tabung kanan diisi dengan 2 tetes serum donor dan 2 tetes suspense erythrosit penerima 5 % dalam larutan NaCl 0,9 % 2 tetes bovine albumin 20%.

4. Masing-masing tabung dicampur dan diputar disentrifuge pada 1000 rpm selama 1 menit.

5. Goyang dengan hati-hati dan periksa adanya aglutinasi dan hemolisis.

6. Bila hasil Mayor dan minor negatif, dilanjutkan ke fase II

7. Bila hasil Mayor dan minor positif, pemeriksaan tidak dilanjutkan (tidak cocok)

c. Crossmatch Fase II

1. Tabung tadi diinkubasi pada suhu 37°C selama 15 menit 2. Putar selama 1 menit pada 1000 rpm disentrifuge.

3. Baca adanya aglutinasi dan hemolisis dengan menggoyang perlahanlahan sama dengan fase I, bila negatif dilanjutkan ke fase III.

d. Crossmatch Fase III

1. Sel darah merah dicuci dengan NaCl 0,9% 3-4 kali

(48)

2. Tambahkan 2 tetes serum Coombs pada kedua tabung mayor dan Minor test.

3. Putar pada sentrifuge 1000 rpm selama 1 menit.

4. Baca adanya aglutinasi dan hemolisis dengan menggoyang perlahanlahan sama dengan fase I secara makroskopis.

Penafsiran :

1. Bila aglutinasi dan hemolisis negatif (-) maka darah dapat ditransfusikan.

2. Bila aglutinasi dan hemolisis positif (+) maka darah tidak dapat ditransfusikan (tidak cocok).

3. Pemeriksaan Crossmatch

Metode Gell Prinsip : Anti body yang terdapat dalam serum, plasma bila direaksikan dengan antigen pada sel darah merah, melalui inkubasi pada suhu 37°C dan dalam waktu tertentu dengan penambahan anti imunoglobin terjadi reaksi aglutinasi.

Alat dan bahan : Tabung reaksi, mikropipet 50 ml, 25 ml, centrifuge, incubator, kartu cross match (card liss/coombs card), serum donor, serum pasien, sel donor, sel pasien, reagen Diluent 2 Prosedur :

1. Buat suspense sel pasien dan donor 0,8 – 1 % cara : ambil ditabung 500 ml Dluent 2 dengan dispenser.

(49)

2. Ambil 5 ml sel darah merah atau darah lengkap → masukkan ke tabung yang ada Diluent 2-nya

3. Campur dalam homogenkan

4. Ambil liss/Coombs card, tandai dengan identitas pasien/donor, buka penutup aluminium.

a. Mayor : 50 ul suspensi sel donor ± 25 ul serum pasien b. Minor : 50 ul suspensi sel pasien ± 25 ul serum donor c. Auto control : 50 ul suspensi sel pasien ± 25 ul serum pasien

5. Masukkan coombs card ke incubator. Inkubasi 37°C, 15 menit (tekan tombol timer 1/2/3) 6. Pindahkan coombs card ke centrifuge. Tekan tombol start (centrifuge selama 10 menit). Baca reaksi. Keterangan : a. Hasil positif pada crossmatch mayor.

1. Periksa sekali lagi golongan darah pasien apakah sudah sama dengan donor.

2. Artinya ada regular antibodi pada serum pasien.

3. Harus dilakukan screering dan identifikasi antibod pada serum pasien, dalam hal ini sampel darah dikirim ke UDD pembina.

b. Hasil positif pada crossmatch minor, autocontrol = negative. Artinya ada irregular antibodi pada serum donor. Solusi : ganti dengan darah donor yang lain

(50)

c. Hasil positif pada crossmatch minor, autocontrol = positif. Artinya ada autobodi pada serum pasien. Bandingkan positif pada minor dan autocontrol

Serum antiglobulin meningkatkan sensitivitas pengujian in vitro. Antibodi kelas IgM yang kuat biasanya menggumpalkan eritrosit yang mengandung antigen yang relevan secara nyata, tetapi antibodi yang lemah sulit dideteksi.

Banyak antibodi kelas IgG yang tak mampu menggumpalkan eritrosit walaupun antibodi itu kuat. Semua pengujian antibodi termasuk uji silang tahap pertama menggunakan cara sentrifugasi serum dengan eritrosit. Sel dan serum kemudian diinkubasi selama 15-30 menit untuk member kesempatan antibody melekat pada permukaan sel, alalu ditambahkan serum antiglobulin dan bila penderita mengandung antibodi dengan eritrosit donor maka terjadi gumpalan.

Uji saring terhadap antibod penting bukan hanya pada transfusi tetapi juga ibu hamil yang kemungkinan terkena penyakit hemolitik pada bayi baru lahir.

Pemeriksaan Crossmatch di UTD dan BDRS saat ini menggunakan metode gel dalam cup kecil yang lebih mudah dan praktis, metode ini telah menggantikan metode tabung yang lebih sulit dan memerlukan banyak peralatan untuk pemeriksaan. Namun begitu metode tabung yang saat ini telah menggunakan teknik yang lebih ketat yaitu menggunakan beberapa fase pemeriksaan dan medium pemeriksaan yang lebih banyak, missal menggunakan bovine albumin, serum coombs dan inkubasi pada suhu 37°C yang akan menambah sensitivitas pemeriksaan(Cipta Nurgaha, 2015).

(51)

PEMERIKSAAN DARAH

A. Definisi Pemeriksaan Darah

Pemeriksaan darah lengkap adalah tes darah yang dilakukan untuk mengetahui jumlah sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit dalam tubuh Anda. Jumlah sel darah dapat menggambarkan kondisi kesehatan Anda sehingga bisa membantu dokter dalam menentukan diagnosis dan pengobatan.

B. Darah Vena

Darah vena adalah darah yang berada di pembuluh darah vena, membawa darah miskin akan oksigen menuju ke jantung. Pembuluh darah vena juga berdinding tiga lapis seperti arteri, tetapi lapisan tengah berotot lebih tipis, kurang kuat, lebih mudah kempes, dan kurang elastis dari pada arteri. Untuk mendapatkan sampel darah vena dilakukan venipuncture yaitu cara pengumpulan darah dengan melakukan tusukan kedalam pembuluh darah vena.

Pada umumnya semua pembuluh vena cukup besar yang letaknya superficial dapat dipergunakan untuk pengambilan darah, namun vena mediana cubital, pada anterior lengan (sisi dalam lipatan siku) terletak dekat dengan permukaan kulit, cukup besar, dan tidak terdapat saraf besar sehingga vena ini dijadikan pilihan utama karena minimal rasa sakitnya. Apabila tidak memungkinkan, vena chepalica atau vena basilica bisa menjadi pilihan berikutnya.

Pengambilan darah pada vena basilica harus dilakukan dengan hati-hati karena letaknya berdekatan dengan arteri brachialis dan syaraf median. Terdapat dua cara pengambilan sampel darah vena, yaitu cara terbuka (menggunakan jarum spuit)

BAB VI

(52)

dan cara tertutup (jarum dan tabung vacum/ vacutainer). Pada penelitian ini menggunakan cara terbuka.

C. Jenis Pemeriksaan Darah

1. Pemeriksaan Rutin: Kadar Hb, Jumlah Leukosit, Hitung Jenis Leukosit (Differential Counting) dan Laju Endap Darah

2. Pemeriksaan penyaring (Screening):

Gambaran Darah Tepi, Jumlah Eritrosit, Hematokrit, Indeks Eritrosit, Hitung Retikulosit dan Hitung Trombosit

3. Pemeriksaan Lanjutan: Tes Coombs, Fragilitas Osmotik Eritrosit dan Kimia Klinik ≈ hematologi

4. Pemeriksaan Khusus: Penentuan kadar zat/sel khusus (Fe, B12, as.folat, G6PD, Hb elektroforese, sel LE)

5. Pemeriksaan darah lengkap : Pemeriksaan darah rutin dan Pemeriksaan penyaring

D. Langkah – Langkah Pada Prosedur Venipuncture

1. Identifikasi pasien; setidaknya dua pengenal (nama lengkap, alamat, tanggal lahir) jangan melanjutkan prosedur jika ada ketidaksesuaian identifikasi, Formulir Permintaan pemeriksaan harus tertulis jelas nama pasien, alamat, tanggal lahir, no identitas, tanggal pengambilan sampel, jenis pemeriksaan yang diperlukan

2. Phlebotomis memperkenalkan diri dan menyampaikan prosedur yang akan dilakukan

3. Verifikasi puasa untuk keperluan pemeriksaan tertentu (kapan terakhir makan, minum)

(53)

4. Lakukan hand hygiene, kenakan sarung tangan; disarankan untuk tidak menyentuh pasien tanpa sarung tangan

5. Posisikan pasien supaya nyaman, letakkan lengan pasien lurus diatas meja dengan telapak tangan menghadap keatas

6. Ikat lengan dengan cukup erat menggunakan tourniquet untuk membendung aliran darah, kemudian pasien disuruh mengepal dan membuka tangannya beberapa kali untuk mengisi pembuluh darah

7. Dalam keadaan tangan pasien masih mengepal, ujung telunjuk pemeriksa mencari lokasi pembuluh darah yang akan ditusuk

8. Bersihkan lokasi tersebut dengan kapas alkohol dan biarkan kering

9. Peganglah spuit dengan tangan kanan dan ujung telunjuk pada pangkal jarum

10. Tegangkan kulit dengan jari telunjuk dan ibu jari kiri diatas pembuluh darah supaya pembuluh darah tidak bergerak, kemudian tusukkan jarum dengan sisi miring menghadap keatas dan membentuk sudut ± 30oC 11. Jarum dimasukkan sepanjang pembuluh darah ± 1 - 1½ cm

12. Dengan tangan kiri, pengisap spuit ditarik perlahan-lahan sehingga darah masuk kedalam spuit, sementara itu kepalan tangan dibuka dan ikatan pembendung direnggangkan atau dilepas sampai didapat sejumlah darah yang dikehendaki

13. Letakkan kapas pada tempat tusukan, jarum ditarik Kembali

14. Pasangkan plester untuk menutup bekas tusukan pada lengan pasien 15. Alirkan darah yang terambil ke dalam tabung vacutainer EDTA

16. Segera bolak- balikkan vacutainer sesuai rekomendasi produsen tabung

(54)

PEMERIKSAAN DARAH

A. Antikoagulan EDTA (Etylendiamine Tetraacetic Acid)

Pemeriksaan hematologi pada umumnya memerlukan sampel darah yang ditambah antikoagulan. Antikoagulan adalah bahan yang digunakan untuk mencegah pembekuan darah. EDTA pada umumnya tersedia dalam bentuk garam sodium/natrium (sequestrene Na2) atau potassium/kalium (dipotassiumethylenediamine tetraacetic), mencegah koagulasi dengan cara mengikat kalsium.

EDTA mempunyai keunggulan dibandingkan antikoagulan lainnya, yaitu tidak mempengaruhi sel sel darah, sehingga ideal untuk uji hematologi. EDTA ada tiga macam yaitu, dinatrium EDTA (Na2EDTA), dipotassium EDTA (K2EDTA ) dan tripotassium EDTA (K3EDTA).Na2 EDTA dan K2 EDTA biasanya digunakan dalam bentuk kering sedangkan K3 EDTA dalam bentuk cair.

Dari ketiga EDTA ini K2 EDTA yang paling baik dan dianjurkan oleh ICSH (International Council for Standardization in Hematology ).

Perbandingan volume darah dengan antikoagulan tidak sesuai dapat menyebabkan kesalahan pada hasil. EDTA kurang dari yang dibutuhkan menyebabkan hitung trombosit menurun karena terjadi mikrotrombi di dalam penampung yang dapat menyumbat alat, sedangkan bila berlebihan akan menyebabkan sel membengkak kemudian disintegrasi, membentuk fragmen dalam ukuran yang sama dengan trombosit sehingga terhitung oleh alat penghitung elektronik, berakibat peningkatan palsu hitung jumlah trombosit, bila disintegrasi ini membentuk fragmen dalam ukuran yang berbeda dengan ukuran

BAB VII

(55)

trombosit akan menyebabkan penurunan palsu hitung jumlah trombosit(Sacher dan person, 2004).

B. Pemeriksaan Hitung Jumlah Trombosit

Metode pemeriksaan jumlah trombosit Pemeriksaan hitung trombosit dapat dilakukan dengan metode langsung dan tidak langsung. Metode langsung dapat dilakukan dengan metode Rees Ecker, metode Brecher Cronkite, dan metode otomatis. Metode Rees Ecker dapat dilakukan dengan cara darah diencerkan dengan larutan BCB (Brilliant Cresyl Blue), sehingga trombosit akan tercat terang kebiruan. Trombosit dihitung dengan bilik hitung dibawah mikroskop, kemungkinan kesalahan metode Rees Ecker 16-25% Metode Brecher Cronkite dapat dilakukan dengan cara darah diencerkan dengan larutan amonium oksalat 1% untuk melisiskan eritrosit, trombosit dihitung pada bilik hitung menggunakan mikroskop fase kontras. Kemungkinan kesalahan Brecher Cronkite 8-10%. Hitung trombosit cara tak langsung dilakukan dengan metode Fonio dan estimasi jumlah trombosit pada sediaan apus darah tepi (SADT).

a. Metode Fonio dilakukan menggunakan darah kapiler dicampur dengan larutan magnesium sulfat 14% kemudian dibuat SADT dan dilakukan pengecatan giemsa. Jumlah trombosit dihitung dalam 1000 eritrosit, jumlah mutlak trombosit dapat diperhitungkan dari jumlah mutlak eritrosit. Cara Fonio lebih kasar daripada cara langsung. Cara estimasi jumlah trombosit pada SADT, semua hasil hitung trombosit baik normal maupun abnormal yang diperiksa secara langsung harus dilakukan cross check dengan SADT yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hitung trombosit secara langsung dan estimasi

b. Metode otomatis hematology analyzer Metode otomatis menggunakan hematology analyzer yang berfungsi untuk pengukuran dan pemeriksaan sel darah dalam sampel darah. Alat hematology analyzer memiliki

(56)

beberapa kelebihan yaitu efisiensi waktu, volume sampel, dan ketepatan hasil.

Pemeriksaan dengan hematology analyzer dapat dilakukan dengan cepat hanya memerlukan waktu sekitar 45 detik. Sampel darah yang digunakan dapat menggunakan darah perifer dengan jumlah darah yang lebih sedikit. Hasil yang dikeluarkan alat ini biasanya sudah melalui quality control yang dilakukan oleh intern laboratorium.

Beberapa kekurangan hematology analyzer antara lain tidak dapat menghitung sel abnormal, misalnya sel-sel yang belum matang pada leukemia, infeksi bakterial, sepsis dan sebagainya, dan tidak mampu menghitung ketika jumlah sel sangat tinggi. Cross check menggunakan sediaan apus darah tepi sangat berarti.

Penggunaan alat hematology analyzer perlu mendapatkan perhatian khusus dalam hal perawatan. Suhu ruangan harus dilakukan kontrol secara berkala, reagen harus dalam penyimpanan yang baik, dan sampel dijaga supaya tidak terjadi aglutinasi. Sampel darah yang digunakan adalah sampel darah yang sudah ditambahkan antikoagulan. Apabila sampel yang digunakan terdapat darah yang menggumpal, maka apabila terhisap alat akan merusak alat tersebut.

Prinsip kerja hematology analyzer adalah sampel darah yang sudah dicampur dengan reagen dilusi sebanyak 200x proses hemolyzing untuk mengukur jumlah leukosit. Selanjutnya sampel dilakukan dilusi lanjutan sebanyak 200x (jadi 40.000x) untuk mengukur eritrosit dan trombosit. Sampel diproses pada blok data processing dan hasilnya akan ditampilkan pada monitor dan dicetak dengan mesin print.

Referensi

Dokumen terkait

Mata kuliah ini mempelajari Bahasa Indonesia dalam ilmu teknologi laboratorium medik dengan menekankan penggunaan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar

Pembuluh darah adalah bagian dari sistem peredaran darah yang berfungsi untuk mengedarkan darah dari jantung ke berbagai organ dan jaringan tubuh

Statistik adalah suatu ilmu yang mempelajari cara pengumpulan, pengolahan, penyajian dan analisis data serta cara pengambilan kesimpulan secara umum berdasarkan

Media harus steril Pemeriksaan mikrobiologis tidak mungkin dilakukan apabila media yang digunakan tidak steril, karena mikroorganisme yang diidentifikasi atau diisolasi

Pemeriksaan urin terdiri dari pemeriksaan makroskopis yang meliputi pemeriksaan warna, kejernihan, mikroskopis dan kimia urin. Metode yang dipakai untuk memperoleh

Proglotid yang matang (proglotid gravid) keluar bersama tinja atau bergerak aktif menuju anus → cabang-cabang uterus anterior pecah dan telur keluar melalui

140 bekerja sama, dan mengalami saat-saat biasa dan istimewa dengan orang-orang lawan jenis tanpa hubungan asmara. Kedua, persahabatan yang lebih istimewa. Adalah

baik atau tidak baik, hal itu akan terlihat dan dapat dikenali melalui penggunaan bahasa Indonesianya. Pengembanan fungsi demikian seyogianya mendapat pencermatan agar kita