Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
TESIS
Oleh
SAROHATUA SARUMPAET
077026025/FIS
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Magister Ilmu Fisika pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
SAROHATUA SARUMPAET 077026025/FIS
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
Nomor Pokok : 077026025/FIS Program studi : Ilmu Fisika
Menyetujui
Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Eddy Marlianto, M.Sc) (Drs. Anwar Dharma Sembiring, MS) Ketua Anggota
Ketua Program Studi, Direktur,
Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
PANITIA PENGUJI TESIS:
Ketua : Prof. Dr. Eddy Marlianto, M.Sc
Anggota : 1. Drs. Anwar Dharma Sembiring, MS
2. Prof. H. Muhammad Syukur, MS
3. Drs. Nasir Saleh, M.Eng.Sc
Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
Mengingat luasnya akibat yang disebabkan oleh pencemaran gas buang kendaraan bermotor dan memanfaatkan limbah dalam upaya untuk mengurangi pencemaran udara tersebut maka penelitian ini dilakukan. Keramik berpori berbahan dasar limbah padat pulp grit, dreg dan biosludge dari PT. Toba Pulp Lestari dengan aditif clay yang berasal dari daerah Tapanuli Utara – Provinsi Sumatera Utara telah berhasil dibuat. Filter gas buang yang telah dibuat berhasil mengurangi polusi udara dari gas buang kenderaan bermotor dengan absorbsi gas sebesar 9,56 – 47,41% CO, 1,23 – 43,11% CO2, dan 6,15 – 48,87% HC, di samping itu kadar O2 meningkat dari 81,29 – 607,19%. Karakteristik yang diperoleh dari bahan keramik yang telah diuji yaitu susut massa 16,29 – 31,21%, susut bakar 1,62 – 2,14%, densitas 1,104 – 1,193%, porositas 23,25 – 50,11%, kuat tekan 0,98 – 30,87 MPa, kuat pukul 1,49 x 10-2 – 2,64 x 10-2 MPa, kekerasan 87 – 126 MPa.
Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
ABSTRACT
According to widely effect of the air pollution by exhaust gas and waste usage as a expedient to decrease pollution that this research is done. Porous ceramic by main materials of pulp solid waste as grit, dreg, and biosludge from Toba Pulp Lestari, Ltd with additif of clay from North Tapanuli – Province of North Sumatera has been made. Gas filter which has been made can decrease pollution succesfully by exhaust gas with absobtion gas is 9,56 – 47,41% CO, 1,23 – 43,11% CO2, dan 6,15 – 48,87% HC, on the other hand O2 increase from 81,29 – 607,19%. Characteristic of the porous ceramik has been studied is shrinkage mass 16,29 – 31,21%, shrinkage combustion 1,62 – 2,14%, density 1,104 – 1,193%, porousity 23,25 – 50,11%, compressive strength 0,98 – 30,87 MPa, impact strength 1,49 x 10-2 – 2,64 x 10-2 MPa, hardness 87 – 126 MPa,
Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmatNyalah sehingga tesis ini dapat terselesaikan.
Penulis ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Pemerintah Republik Indonesia c.q. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara yang telah memberikan bantuan dana sehingga penulis dapat melanjutkan pendidikan kejenjang Program Magister Sains pada Program Studi Magister Ilmu Fisika di Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.
Dengan selesainya tesis ini, perkenankanlah juga penulis mengucapkan terima kasih kepada :
Pemerintah Prov. Sumatera Utara c/q Bapeda Prov. Sumatera Utara yang telah membantu dalam mendanai biaya pendidikan ini.
Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.Ak atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendikan Program Magister Sains.
Direktur Sekolah Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Ir. Chairun Nisa B, M.Sc atas kesempatan menjadi mahasiswa Program Magister Sains pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Ketua Program Studi Magister Ilmu Fisika, Prof. Dr. Eddy Marlianto, M.Sc, Sekretaris Program studi Magister Ilmu Fisika, Drs. Nasir Saleh, M.Eng.Sc beserta seluruh staf edukatif dan administratif pada Program Studi Magister Ilmu Fisika Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.
Pembimbing Utama, Prof. Dr. Eddy Marlianto, M.Sc dan Pembimbing Lapangan Drs. Anwar Dharma Sembiring, MS yang telah memberikan arahan dan motivasi yang sangat berarti bagi penulis untuk menyelesaikan penelitian ini.
Kepada Bapak Sofyan, SPd, Kepala SMA Negeri 9 Medan.
Kepada Ayahanda P. Sarumpaet dan ibunda N. Br Siburan, serta istriku tercinta Hermin Erika Hutauruk dan anak-anakku terkasih Michaael, Edwin, dan boruku
hasian Yovani yang imut dan ca’em.
Teman satu tim, khususnya Abanganda Joskar Limbong, semua teman Angkatan 07, istimewa bang Bob Nainggolan,M.Si (Angkatan 06) dan semua orang yang membantu penulis secara moral dan materil untuk menyelesaikan pendidikan ini.
Terima kasih atas doa dan dorongan kalian semua. Semoga kebanggaan ini, juga menjadi kebanggaan kita semua. Sekali lagi terima kasih.
Semoga kita diberikan taufik dan hidayahNya dalam memanfaatkan segala ciptaanNya bagi kesejahteraan umat manusia. Tuhan memberkati kita semua. Amin.
Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama lengkap berikut gelar : SAROHATUA SARUMPAET
Tempat dan Tanggal lahir : Lobuharambir, 5 Januari 1968
Alamat rumah : Jl. Tempirai Lestari 20 No. 73
Blok V Griya Martubung - Medan
Telp/Hp : 061-6859534 / 081396490893
Email : sarumpaet_tuasaroha@yahoo.co.id
Instansi Tempat Bekerja : SMA Negeri 9 Medan
Alamat Kantor : Jl. Sei Mati – Medan Labuhan - Medan
Telepon : 061- 6859534
DATA PENDIDIKAN
SD : SD Negeri Kolang Tamat : 1982
SMP : SMP Negeri Naipospos Tamat : 1985
SMA : SMA Negeri Sorkam Tamat : 1988
Strata-1 : IKIP Negeri Medan Tamat : 1993
Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
DAFTAR TABEL
Nomor Judul
3.1 Tabel Komposisi Bahan Dasar dan Aditif Clay ... 27
4.1 Hasil Pengukuran Susut Massa ... 34
4.2 Hasil Pengukuran Susut Bakar ... 36
4.3 Hasil Pengukuran Densitas dan Porositas ... 38
4.4 Hasil Pengukuran Kuat Tekan dan Kuat Pukul ... 41
4.5 Hasil Pengukuran Kekerasan ... 43
4.6 Hasil Pengukuran Absorbsi Tanpa Filter ... 45
4.7 Hasil Pengukuran Absorbsi Berfilter ... 45
4.8 Hasil Pengukuran O2 Berfilter ... 47
4.9 Data XRD Clay + Pulp (2 , d, I, dan I/Io) ... 49
Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul
2.1 Pawai Gerakan Anti Udara Kotor ... 6
2.2 Peserta International Seminar On Chemistry 2008 berkunjung ke PT. Toba Pulp Lestari – Indonesia ... 11
4.1 Grafik Susut Massa-Persentase Clay ... 35
4.2 Grafik Susut Bakar-Persentase Clay ... 37
Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul
A Tabel Data Pengukuran Diameter dan Tinggi Sampel Silinder ... 55
B Tabel Data Volume Silinder dan Susut Bakar ... 57
C Tabel Susut Massa ... 59
D Tabel Densitas dan Porositas ... 61
E Laporan Analisa AAS ... 63
F Format Data Uji Gas Buang Auto 2000 ... 68
G Surat Keterangan dari PT. Astra Indonesia tbk – Auto 2000 ... 71
H Surat Keterangan Balai Riset dan Standarisasi Industri Medan ... 72
I Foto ... 73
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pencemaran akibat gas buang kendaraan bermotor semakin mengkhawatirkan,
terutama di kota-kota besar, seperti Jakarta, Surabaya dan Medan.
Bahan-bahan pencemaran udara yang terdapat pada gas buang kendaraan
Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
yang menyebabkan iritasi dan radang pada saluran pernafasan. Sulfur oksida (SO2)
yang dapat terabsorbsi dalam hidung dan saluran ke paru-paru. Nitrogen oksida
(NO2) dapat mengganggu fungsi saluran pernafasan (Wardhana, 2004).
Mengingat luasnya akibat yang disebabkan oleh pencemaran gas buang
kendaraan bermotor tersebut maka timbul keinginan untuk mengurangi pencemaran
yang berasal dari gas buang kendaraan bermotor yaitu dengan membuat semacam
filter yang dibuat dari bahan keramik berpori sebagai komponen dan ditempatkan
pada knalpot kendaraan.
Bahan keramik juga terdapat pada beberapa jenis limbah, seperti pada limbah
pabrik pulp, dimana jenis limbahnya terdiri dari grit, dreg dan biosludge memiliki
kandungan bahan dasar yang dapat digunakan untuk pembuatan keramik. Sifat-sifat
keramik juga tergantung pada jenis bahan dasarnya. Secara umum strukturnya sangat
rumit dengan sedikit elektron-elektron bebas yang membuat sebahagian besar bahan
keramik secara kelistrikan bukan merupakan konduktor yang baik, melainkan
menjadi konduktor panas yang jelek. Di samping itu keramik mempunyai sifat rapuh,
keras dan kaku. Keramik secara umum mempunyai kekuatan tekan lebih baik
dibandingkan kekuatan tariknya.
Sifat keporian dari bahan filter yang akan dibuat diperoleh dari bahan keramik
itu sendiri. Karbon berpori atau yang lebih dikenal dengan nama karbon aktif
digunakan secara luas sebagai absorben dalam proses industri untuk menghilangkan
sejumlah pengotor, terutama yang berhubungan dengan zar warna, pengolahan
limbah pemurnian air, obat-obatan dan lain-lain (Sudirjo, 2006).
Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Menguasai teknik pembuatan keramik berpori dengan menggunakan bahan
baku limbah pabrik pulp dengan penambahan clay.
2. Mengurangi polusi udara yang disebabkan oleh gas buang kendaraan
bermotor yang berbahan bakar premium (C6H12).
3. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk mengetahui persentase
bahan dasar keramik berpori dari grit, dreg dan biosludge dan persentase
clay yang tepat dalam keramik berpori sebagai filter gas buang kendaraan
Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
1.3 Ruang Lingkup Masalah
Penelitian ini akan membahas pengurangan polusi udara yang berasal dari gas
buang kendaraan bermotor dengan menggunakan keramik berpori dari bahan limbah
pabrik pulp, yaitu grit, dreg dan biosludge.
1.4 Batasan Masalah
Dalam penelitian ini masalah dibatasi pada seberapa besar persentase
pengurangan polusi akibat gas buang kendaraan bermotor berbahan bakar premium
(C6H12) dengan menggunakan keramik berpori berbasis grit, dreg dan biosludge
dengan aditif clay. Dan berapa persen clay dapat dipergunakan sebagai bahan
penguatnya.
1.5 Rumusan Masalah
1. Bagamana teknik pembuatan keramik berpori ?
2. Bagaimana pengaruh temperatur pembakaran, waktu dan komposisi
campurannya ?
3. Berapa persenkah gas radikal (CO, CO2, HC) yang berasal dari kendaraan
bermotor berbahan bakar premium (C6H12) yang dapat diabsorbsi oleh
Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
1.6 Manfaat Peneletian
1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan untuk penelitian yang
berkaitan dengan filter gas buang kendaraan bermotor.
2. Penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam upaya penanggulangan limbah
pabrik pulp dan pencemaran udara.
Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gas Buang
Pencemaran udara merupakan masalah serius yang dihadapi kota-kota besar di
Indonesia beberapa tahun terakhir ini. Tentu saja, termasuk yang dialami Kota
Medan.
Berdasarkan jumlah beban pencemarannya, maka pencemaran udara yang
berasal dari emisi gas buang kendaraan bermotor merupakan sumber pencemaran
terbesar, diikuti sektor industri dan domestik. Jika pencemaran emisi gas buang
kendaraan tidak dikendalikan dengan seksama, diperkirakan parameter tersebut di
atas pada masa akan datang terjadi peningkatan dua kali lipat. Penjelasan ini
dikemukakan oleh Kepala Sub Bidang Pengembangan Bahan Bakar Alternatif Linda
Krisnawati, S.Si, MM didampingi KTU Dinas Lingkungan Hidup Kota Medan Ir. Lis
Setiowati di Balaikota, pada hari Senin, 14 Juli 2007 (beritasore, 2008).
Pemanasan global (Global Warming) dan perubahan iklim (climate change)
merupakan issu internasional. Pada peringatan Hari Lingkungan Hidup sedunia 2009,
Walikota Medan menghimbau masyarakat Medan sadar akan udara bersih. Kegiatan
yang sama juga dilakukan serempak di tujuh kota besar di Indonesia, yaitu, Jakarta,
Bandung, Surabaya, Makassar, Denpasar dan Medan. Pada kegiatan tersebut
dilakukan pawai Gerakan Anti Udara Kotor (Harian Analisa, 2009).
Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
Pada Gambar 2.1 terlihat bahwa pawai Gerakan Anti Udara Kotor yang
diadakan pada Sabtu, 6 Juni 2009 di lapangan Merdeka Medan juga dihadiri oleh
Direktur Pascasarjana USU Prof. Chairunnisa.
Kementerian Negara Lingkungan Hidup, Departemen Perhubungan,
Departemen Perindustrian dan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia
(Gaikindo) melakukan kerjasana yang disebut Langit Biru (Blue Sky) di Indonesia.
Salah satu Program Langit Biru adalah evaluasi kualitas udara perkotaan, dalam
rangka menurunkan pencemaran udara dari sektor transportasi melalui promosi dan
penerapan kebijakan transportasi berkelanjutan di daerah perkotaan. Lima kota yang
terpilih sebagai Kota Langit Biru terbaik tahun 2008 adalah Denpasar, Surabaya,
Jakarta Pusat, Makassar dan Yogyakarta. Tujuan lain dari program itu antara lain
pengendalian emisi gas buang kendaraan bermotor, dan sosialisasi serta penyebaran
informasi kepada masyarakat luas mengenai emisi gas buang kendaraan bermotor
(sodagembira, 2008).
Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
Bahan-bahan pencemaran udara yang terdapat pada gas buang kendaraan
bermotor seperti oksida-oksida sulfur dan nitrogen partikulat dan senyawa-senyawa
oksida lainnya adalah merupakan penyumbang polusi terbesar di kota-kota besar.
Bahan-bahan pencemar ini mempunyai dampak yang sangat luas bagi kesehatan
manusia.
Dampak emisi gas buang kendaraan bermotor antara lain adalah :
a. Pb (timbal) dapat menurunkan tingkat kecerdasan dan perkembangan mental
anak-anak, mengakibatkan tekanan darah tinggi, berkurangnya fungsi reproduksi
laki-laki, terganggunya fungsi ginjal.
b. CO (karbon monoksida) dapat menyebabkan pengurangan kadar oksigen dalam
darah sehingga mengakibatkan pusing, gangguan berfikir, penurunan reflek,
gangguan jantung, bahkan kematian.
c. NOx (oksida nitrogen) dapat menimbulkan iritasi mata, batuk, gangguan jantung
dan paru-paru, asma dan infeksi saluran pernafasan.
d. HC (hidro karbon) menyebabkan iritasi mata, pusing, batuk mengantuk, bercak
kulit, perubahan kode genetik, memicu asma dan kanker paru-paru.
2.2 Keramik
Keramik berasal dari bahasa Yunani yaitu keramikos yang artinya suatu bentuk
dari tanah liat yang mengalami proses pembakaran (Wikipedia, 2007). Tetapi seiring
kemajuan teknologi, pengertian keramik terbaru mencakup semua bahan bukan
Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
Keramik sebagai bahan bangunan dan pecah belah dikenal manusia sejak
beberapa ribu tahun sebelum masehi. Sebagai bahan baku yang digunakan adalah
lempung. Sekarang ini dunia perkeramikan berkembang dengan pesat dilihat dari
penggunaan bahan untuk keperluan teknologi, sebagai contohnya di bidang teknologi
nuklir dan teknologi ruang angkasa. Dalam hal ini jenis bahan baku yang digunakan
sudah beraneka macam disesuaikan dengan keperluan penggunaannya (Syukur,
1982).
Umumnya senyawa keramik lebih stabil dalam lingkungan termal dan kimia
dibandingkan elemennya. Bahan baku keramik yang umumnya dipakai adalah kaolin,
feldsfar, clay dan kuarsa. Sifat keramik sangat ditentukan oleh struktur kristal,
komposisi kimia dan mineral bawaannya. Senyawa SiO2 , Al2O3 , dan MgO
masing-masing dapat dipakai sebagai bahan keramik tersendiri (Wikipedia, 2007)..
Keramik didefenisikan sebagai suatu hasil seni dan teknologi untuk
menghasilkan barang dari tanah liat yang dibakar seperti gerabah, genteng, porselin,
dan sebagainya. Tetapi saat ini defenisi keramik adalah semua bahan bukan logam
dan anorganik yang berbentuk padat. Umumnya senyawa keramik lebih stabil dalam
lingkungan termal dan kimia dibandingkan elemennya.
Keramik mempunyai sifat rapuh dan keras dan kaku. Sifat bahan keramik imi
sangat bergantung pada ikatan kimianya. Ikatan kovalen memberi sifat dapat
mengarah kan pada kualitas kristal dan strukturnya lebih rumit dari ikatan logam atau
Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
Ikatan kovalen sangat kuat sehingga kritalnya bersifat kuat dan mempunyai titik leleh
yang tinggi serta sifat isolator yang baik.
Keramik secara umum mempunyai kualitas tekan lebih baik dibandingkan
kualita tariknya. Pada prinsipnya keramik terbagi atas keramik tradisional dan
keramik halus. Keramik tradisional yaitu keramik yang terbuat dengan menggunakan
bahan alam seperti kaolin, feldsfar, clay, kuarsa. Yang termasuk keramik ini adalah
barang pecah belah (dinner ware), keperluan rumah tangga (tile bricks) dan untuk
industri (refractory).
Keramik halus (fine ceramic) atau keramik modern biasanya disebut keramik
teknik, avanced ceramic, engineering ceramic, technical ceramic adalah keramik
yang dibuat dengan menggunakan oksida-oksida logam atau logam, seperti : oksida
logam (Al2O3, ZrO2, Mg, O, dll). Penggunaannya sebagai elemen pemanas
semikondukor, komponen turbin, dan pada bidang medis (Refractron, 2001).
2.2.1 Keramik Berpori
Keramik berpori yang berfungsi sebagai filter lebih banyak digunakan sebagai
penyaring air untuk menjernihkan dan menghilangkan aroma, dan dewasa ini
penggunaannya sudah lebih luas dan bervariasi.
Refractron Technologies Corp New York USA, adalah badan yang meneliti dan
memproduksi keramik berpori, dengan karakteristik standar porositas antara 40 –
50%, sedangkan HP Technical Ceramics memproduksi keramik berpori dengan
Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
Bahkan Swedish Ceramic Institute dapat membuat keramik berpori dengan
teknik yang berbeda yang dinamakan teknik protein suspensi hingga memperoleh
porositas antara 50 – 80% dari volum keramik.
Pembuatan keramik berpori dari bahan limbah juga telah dilakukan oleh Ryo
Sasai, dkk (2003), dengan mencampur limbah pabrik kertas, serbuk gergajian kayu
(K2CO3) sebagai activator dan clay sebagai aditif. Dikalsinasi pada suhu 850 ºC
selama 1 jam pada tekanan 2 atmosfer.
2.3 Limbah Pabrik Pulp
Limbah atau sampah yaitu limbah atau kotoran yang dihasilkan karena
pembuangan sampah atau zat kimia dari pabrik-pabrik akibat efek samping produksi,
misalnya pabrik pulp.
Pabrik bubur kertas PT. Toba Pulp Lestari kini berproduksi lebih dari 250.000
ton per tahun dengan menerapkan sistem yang lebih baik. Di lingkungan pabrik sudah
tidak lagi tercium bau yang menyengat karena sudah dipasang mesin incinerator
sebagai penghilang bau. "Ini juga merupakan salah satu hal yang memperlihatkan
bahwa TobaPulp memang telah sangat ramah lingkungan. Tak ada lagi bau, sehingga
bisa dipastikan pemakaian bahan kimia di pabrik ini sudah memenuhi syarat," kata
Michael McKee, dosen senior dari Department of Chemistry & Biochemistry Auburn
University dari Alabama, Amerika. Dipilihnya PT. Toba Pulp Lestari sebagai
kunjungan lapangan untuk melihat seberapa jauh sebuah industri sudah menerapkan
Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
bisa menjadi barometer untuk bisa ditiru oleh seluruh industri serupa. Kedatangan
Prof Dato' Dr. Noramly Bin Muslim bersama sejumlah professor dan dosen-dosen
dari tiga universitas - Universitas Sumatera Utara, Universitas Kebangsaan Malaysia
dan Auburn University Alabama - ke PT. Toba Pulp Lestari adalah merupakan
rangkaian program International Seminar On Chemistry 2008 yang sudah
dilangsungkan sehari sebelumnya di Hotel Tiara, Medan. Dalam kunjungan itu,
seluruh rombongan peserta seminar berkesempatan untuk melihat langsung dari dekat
proses kerja pabrik bubur kertas satu-satunya di Sumatera Utara itu. Selain ke pabrik,
mereka juga mengunjungi waste water treatment (sarana Instalasi Pengolahan Air
Limbah - IPAL) dan melihat bagaimana flora dan fauna tumbuh dengan baik dengan
pengelolaan air limbah yang benar dan terkontrol. Prof Dato' Dr. Noramly Bin
Muslim, pakar kimia dan nuklir dari Kementerian Sains, Teknologi dan Inovasi
Malaysia mengatakan, pabrik PT. Toba Pulp Lestari di Porsea merupakan salah satu
pabrik terbersih yang pernah ia lihat dari berbagai kunjungan yang dia lakukan di 86
negara (Administrator, 2008).
Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
Jenis limbah pabrik pulp antara lain adalah grit, dreg dan biosludge.
Grit adalah jenis limbah yang diperoleh dari sisa pembuangan pabrik pulp yang
berwarna coklat muda yang memiliki komposisi kimia Al2O3 24,74%, SiO2 56,42%,
Na2O 0,33%, K2O 0,25%, MgO 9,40%, CaO 2,12%, Fe2O3 2,62%, TiO2 3,38%, LOI
0,74% (Lampiran E.2).
Dreg adalah jenis limbah yang diperoleh dari sisa pembuangan pabrik pulp
yang berwarna abu-abu dengan komposisi kimia Al2O3 26,35%, SiO2 55,21%, Na2O
0,30%, K2O 0,27%, MgO 9,12%, CaO 2,30%, Fe2O3 2,34%, TiO2 3,31%, LOI 0,80%
(Lampiran E.3).
Biosludge adalah jenis limbah yang diperoleh dari pembuangan pabrik pulp
yang berwarna coklat tua dengan komposisi kimia Al2O3 28,97 %, SiO2 51,70 %,
MgO 9,46%, CaO 2,04%, Fe2O3 3,57%, TiO2 3,35%, LOI 0,91% (Lampiran E.1).
Kadar sellulosa pada biosludge, grit dan dreg masing-masing 46,60%, 0% dan 2,54%
(Lampiran E.6). Sellulosa ini berfungsi sebagai karbon aktif dan akhirnya akan
menghasilkan pori setelah pembakaran.
2.4 Clay (Lempung)
Lempung atau tanah liat ialah kata umum untuk partikel
dasar
leburan silika dan/ata
Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
terbentuk dari proses pelapukan batuan silika oleh
dihasilkan dari aktivitas
Clay (lempung) dikenal sebagai tanah liat merupakan jenis mineral berukuran
halus, berbentuk kepingan, hablur yang berbentuk dari batuan sedimen (sedimensary
rock) dengan ukuran butir < 1/256 mm (skala Wentworth). Clay tersusun atas grup
alumina silikat (seperti Al, Fe, Mg, Si) dapat terbentuk di laut (marine clay), atau di
darat (terrestial clay) dengan proses pembentukan dapat secara allogenic clay (dari
luar cekungan sedimentasi) atau secara authigenic clay (terbentuk di dalam
sedimentasi), misalnya perubahan atau proses alterasi dari mineral feldsfar menjadi
clay mineral. Clay (lempung) membentuk gumpalan keras dan kaku apabila kering,
bersifat plastis dan melekat apabila basah terkena air dan bersifat viterius bila dibakar
Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
Ball clay biasanya digunakan untuk pembuatan keramik putih yang memiliki
plastisitas tinggi dan tegangan patah yang baik. Fire clay terdiri dari mineral kaolinit
yang bentuk kristalnya tidak sempurna, mengandung sedikit mika kuarsa dan
lempung yang bersifat lunak, dan tidak mempunyai pelapisan fire clay yang tahan
terhadap suhu tinggi (>1500 o). Fire clay terbentuk karena soil yang tertimbun oleh
sedimen lain di daratan atau cekungan lakustrin ataupun delta yang umumnya
mengandung batu bara. Fire clay biasanya digunakan untuk pembuatan refraktori dan
batu tahan panas.
Clay yang digunakan untuk pembuatan sampel berasal dari Desa Ranggigit
Kecamatan Parmonangan Kabupaten Tapanuli Utara, dengan spesifikasi sebagai
berkut : SiO2 62,94%, Al2O3 23,83%, Fe2O3 0,62%, TiO2 0,93%, CaO 0,88%, MgO
0,19%, K2O 0,52%, Na2O 0,45%, LOI 9,64% (Tambunan, 2008).
2.5 Karbon Aktif
Karbon aktif atau karbon berpori digunakan secara luas sebagai absorben dalam
proses industri untuk menghilangkan sejumlah pengotor, terutama yang berhubungan
dengan zat warna, pengelolaan limbah, pemurnian air, obat-obatan, yang biasanya
digunakan dalam bentuk bubuk (Sudirjo, 2006). Untuk absorben gas biasanya
digunakan dalam bentuk padatan (granular). Bahan baku utama dalam pembuatan
karbon aktif adalah semua bahan an-organik yang memiliki kandungan karbon tinggi,
seperti tempurung kelapa, kayu, gambut, tulang, batu bara dan lain-lain. Dalam hal
ini, karbon aktif yang dimaksud sudah terdapat dalam kandungan sampel grit, dreg
Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
Secara umum faktor yang menyebabkan adanya daya serap karbon aktif antara
lain adalah :
a. Dengan adanya pori-pori mikro yang sangat banyak jumlahnya pada karbon
aktif, akan menimbulkan gaya kapiler yang menyebabkan adanya daya
serap.
b. Luas permukaan yang dimiliki karbon aktif dapat menimbulkan daya serap.
Hak paten pertama dalam pembuatan karbon aktif diperoleh eleh R.V.Ostrejko
pada 1900, dan pada tahun 1909 didirikan pabrik penghasil karbon aktif pertama di
Raciborz Jerman dengan nama EPONIT, dan pada tahun 1911 diproduksi karbon
aktif yang dikenal dengan nama norit (Tambunan, 2008).
2.6 Filter Gas Buang
Keramik berpori sangat banyak digunakan untuk filtrasi ion-ion logam berat
dan absorbsi gas pada temperatur tinggi.
Keramik berporositas telah berhasil dibuat dan dimanfaatkan sebagai filter
dalam penuangan logam cair, sebagai katalisator yang ditempatkan dalam sistem gas
buang kenderaan bermotor (Van Vlack, 1985). Hal yang sama juga dilakukan oleh
Lindqvist dan Liden pada pembuatan keramik berpori dari bahan alumina dengan
cara menambahkan tepung jagung (Lindqvist dan Liden, 2000). Untuk mereduksi
pencemaran di atmosfer digunakan biofilter oleh Lee, dkk (2001).
Keramik berpori sebagai filter partikulat gas buang diesel juga telah dilakukan
Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
memanfaatkan limbah anorganik dalam bentuk abu terbang (fly ash) dengan bahan
dasar lempung dan air. Pengujian menunjukkan bahwa sampel produk keramik
berpori tersebut memiliki susut bakar 1,2 – 3,7%, porositas semu 46,2 – 51,7%,
dengan ukuran pori berkisar antara 10 – 20 µm.
Porositas dapat diatur antara lain dengan menambahkan bahan aditif seperti
serbuk kayu dan bahan lain misalnya grog yang dapat menghasilkan gas pada saat
dibakar sehinggal meninggalkan rongga yang disebut pori. Hasil pengukuran keramik
cordierite berpori menunjukkan bahwa densitas berkisar 0,75-1,17 gr/cm3, porositas
58µ½, kekuatan patah 0,5-2 MPa, kekerasan (HV) 0,3-1,8 GPa (Sebayang, 2006).
Andrita (2008) dalam penelitiannya pada pembuatan keramik berpori untuk
digunakan sebagai filter gas buang diperoleh porositas berkisar antara 26,13% -
59,40%; densitas antara 0,658 – 1,363 gr/cm3..
2.7 Absorbsi
Terserapnya suatu substansi (adsorbat) pada permukaan yang dapat menyerap
(adsorben) disebut dengan absorbsi. Absorbsi gas buang merupakan kemampuan
penyerapan (absorbtion) gas buang suatu keramik berpori. Absorbsi gas buang ini
dilakukan dengan menggunakan gas analyzer.
Hal ini dapat terjadi diantara zat padat dengan zat cair, zat padat dengan gas,
zat cair dengan zat cair, serta zat cair dengan gas. Absorbsi terjadi akibat
molekul-molekul pada permukaan zat yang memiliki gaya tarik dalam keadaan tidak
Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
dari gaya adhesinya). Akibatnya zat sebagai adsorben cenderung menarik zat-zat lain
yang bersentuhan dengan permukaannya.
Berdasarkan interaksi antara permukaan adsorben dengan adsorbat, adsorbsi
dibagi menjadi dua bagian :
a. Adsorbsi fisika terjadi bila gaya intermolekul besar lebih besar dari gaya
tarik antar molekul atau gaya tarik menarik yang lemah antara adsorbat
dengan permukaan adsorben, gaya ini disebut gaya Van der Waals.
Adsorbat dapat bergerak dari satu bagian permukaan ke bagian permukaan
lain dari adsorben.
b. Absorbsi kimia terjadi karena adanya reaksi antara molekul-molekul
adsorbat dengan adsorben dimana terbentuk ikatan kovalen dengan ion.
Gaya ikat adsorben ini bervariasi dan tergantung pada zat yang bereaksi.
2.8 Emisi Gas Buang
Uji emisi gas buang dengan menggunakan alat Gas Analyzer, alat ini dapat
menunjukkan kadar zat-zat polutan yaitu CO, CO2, dan HC yang keluar dari knalpot
kendaraan bermotor. Hasil pengukuran alat ini dapat langsung diketahui melalui
print- out yang langsung keluar dari alat tersebut. Hasil pengukuran meliputi kadar
CO (%), HC (ppm), CO2 (%), maupun O2. Gas analyzer dihubungkan dengan mobil
melalui pipa listrik yang dihubungkan ke baterai dan mesin mobil , kemudian mobil
Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
ke dalam knalpot kendaraan dan secara otomatis alat bekerja serta hasil langsung
tertera pada monitor alat.
2.9 Karakteristik Bahan
2.9.1 Sifat Fisis
2.9.1.1 Penyusutan (Shrinkage)
Penyusutan terjadi akibat menurunnya porositas dimana keporian terisi oleh
bahan-bahan yang mudah melebur. Penyusutan suatu produk sangat erat
kaitannyanya dengan proses pembuatan (fabrication) bahan tersebut.
Temperatur pembakaran sangat berpengaruh terhadap penyusutan. Semakin
tinggi temperatur pembakaran yang diberikan terhadap bahan maka keporian akan
semakin tertutupi oleh bahan yang mudah melebur sehingga terjadi penyusutan yang
semakin besar.
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi penyusutan antara lain :
a. Pembentukan.
b. Lama pembakaran.
c. Ukuran butiran.
d. Komposisi, dll.
Penyusutan massa adalah persentasi penyusutan massa sebelum dan sesudah
Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
Msbl = massa sebelum dibakar (basah)
Msdh = massa sesudah dibakar (kering)
Penyusutan volum (susut bakar) adalah persentasi penyusutan volume sebelum
dan sesudah dibakar. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut :
Vsbl = volum sebelum dibakar (basah)
Vsdh = volum sesudah dibakar (kering)
2.9.1.2 Porositas
Porositas sangat dipengaruhi oleh bentuk renik dan distribusinya. Secara umum
porositas dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
a. Porositas semu (apparent porousity), yaitu perbandingan volum renik
terbuka dengan volum total.
b. Porositas total, yaitu perbandingan jumlah volum renik terbuka dengan
volum renik tertutup terhadap volum total.
Porositas semu dapat ditentukan dengan metoda serapan (absorbtion method).
Persentase porositas keramik dapat diketahui berdasarkan daya serap bahan terhadap
Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
Secara matematis hal inidapat dirumuskan sebagai berikut (Gurning, 1994) :
dimana : mb = massa basah (gr)
mk = massa kering (gr)
air = massa jenis (gr/cm3)
Vt = volume total sampel (m3)
2.9.1.3 Densitas
Densitas adalah pengukuran massa setiap satuan volum benda. Semakin tinggi
densitas (massa jenis) suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap volumnya.
Densitas rata-rata setiap benda merupakan total massa dibagi dengan total volumnya.
Sebuah benda yang memiliki densitas lebih tinggi akan memiliki volum yang
lebih rendah dari pada benda bermassa sama yang memiliki densitas lebih rendah.
Densitas (massa jenis) berfungsi untuk menentukan zat. Setiap zat memiliki
massa jenis yang berbeda. Dan satu zat yang sama berapapun massanya dan
berapapun volumenya akan memiliki densitas yang sama pula, oleh sebab itu
dikatakan bahwa massa jenis atau densitas merupakan ciri khas (sidik jari) suatu zat.
Untuk menghitung besarnya densitas dipergunakan persamaan matemetis
berikut (Gurning, 1994) :
Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
2.9.2 Sifat Mekanik
2.9.2.1 Kekerasan
Kekerasan dapat didefenisikan sebagai ketahanan bahan terhadap penetrasi
pada permukaannya. Cara pengukuran kekerasan dapat ditetapkan dengan deformasi
yang berbeda, yaitu kekerasan Brinnel, Rochwell, Vickers, yaitu dengan alat yang
disebut Static Hardness Tests.
Dynamic Hardness Tests contohnya Shore Scleroscope, Pendulum Hardness,
CloudburstTest, Equotip Hardness. Alat uji kekerasan yang sering digunakan adalah
Brinnel Hardness, Rockwell dan Vickers. Ketiga alat uji ini menggunakan indentor
yang bentuknya berupa bola kecil, piramid, atau tirus.Identor berfungsi sebagai
pembuat jejak pada logam (sampel) dengan pembebanan tertentu, nilai kekerasan
diperoleh setelah diamater jejak diukur
Pada penelitian ini digunakan alat uji kekerasan Equotip Hardness, alat uji ini
diperkenalkan pada tahun 1977, dengan satuan pengukurannya disebut Leeb Value
sesuai dengan nama penemunya Dietmar Leeb, meggunakan baterai dalam
mengoperasikannya dan bekerja secara otomatis (digital), penggunaannya sangat
praktis sesuai dengan bentuknya yang kecil dan sedarhana dan dapat dibawa
kemanapun. Persamaan menghitung besarnya kekerasan (Voort, 1995) :
HB = Hardness of Brinnel
HV = Hardness of Vickers
Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
2.9.2.2 Kuat Tekan
Besarnya kekuatan tekan suatu bahan merupakan perbandingan besarnya beban
maksimum yang dapat ditahan bahan dengan luas penampang bahan yang dapat
mengalami gaya tersebut. Secara matematis besarnya kuat tekan suatu bahan (Surdia,
1985) :
dimana : Pmaks = beban tekan maksimum (kgf)
A = luas penampang (cm2)
2.9.2.3 Kuat Pukul (Impact Strength)
Suatu bahan mungkin memiliki kekuatan tarik yang tinggi tetapi tidak
memenuhi syarat untuk kondisi pembebanan kejut. Ketahanan impak biasanya diukur
dengan menggunakan metod Izod atau Charpy yang bertakik maupun tidak bertakik.
Pada pengujian ini beban diayun dari ketinggian tertentu untuk memukul benda uji,
kemudian diukur energi yang diserap oleh perpatahan (Smallmann, 1991).
Alat yang digunakan untuk mengukur kuat pukul pada pengujian ini adalah Iber
Test (Gambar 2.3).
A P :
Tekan
Kuat σ= maks ...(2.6)
Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
2.10 XRD (X Ray Diffraction)
XRD adalah suatu alat untuk menentukan identifikasi substansi atau kristal
yang terkandung dalam sampel, biasanya selalu memperhatikan pola difraksi yang
unik, kecuali bila sampel tersebut amorf atau gas. Pola difraksi yang muncul
mencerminkan substansi apa saja yang dikandung sampel tersebut. Analisa ini
dimulai dengan mengidentifikasi pola-pola difraksi yang muncul.
Pola-pola itu adalah merupakan substansi seperti apa adanya suatu sampel.
Misalnya suatu sampel mengandung senyawa Ax By, maka analisa kuantitatif XRD
tetap akan mengungkap senyawa Ax By. Berbeda dengan analisa kimia yang
memberikan adanya dua unsur A dan B. Selanjutnya, jika sampel tersebut
mengandung Ax By dan A2x By, maka analisa XRD tetap mengungkapkan senyawa
Ax By dan A2x By. Sedangkan menurut analisa kimia hanya memberi dua unsur A
dan B. Untuk mengerjakan analisa kualitatif dimulai dengan menganalisa dan
menyusun pola difraksi metoda bubuk. Pola difraksi yang telah dikoreksi merupakan
kumpulan substansi yang dapat dikenal. Suatu cara dibutuhkan dalam penyusunan
pola-pola difraksi sehingga penelusuran dapat dilakukan dengan cepat.
Nilai puncak pada grafik hasil XRD adalah merupakan pola difraksi yang
dihasilkan suatu bahan , akan mematuhi Hukum Bragg. Dari nilai d (jarak antar
Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
Pada Gambar 2.4 ditunjukkan jalannya sinar pada bidang difraksi pada
peristiwa difraksi sinar-X, hingga diperoleh persamaan n = 2 d sin .
Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
3.1.1 Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di :
1. Laboratorium MIPA USU Medan.
2. Pusat Penelitian Fisika – LIPI, Kawasan Puspiptek Serpong Tangerang.
3. Laboratorium Penelitian PTKI Medan.
4. Bengkel PT. Astra Motor (Auto 2000) Jl. Gatot Subroto Medan.
5. Balai Riset dan Standarisasi Industri – Jl. Medan – Tj. Morawa Km. 9,3
3.1.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan mulai awal September 2008 sampai dengan Mei 2009.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Neraca Ohauss.
2. Ayakan 100 mesh.
3. Furnace..
4. Cetakan.
5. Alat Penghancur.
6. Universal Tokyo Testing Machine..
Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
7. Equatif Hardness Tester.
8. Gas Analyzer
9. Jangka sorong.
10. Mixer.
11. Gelas Ukur.
12. Tungku Pembakaran.
13. Iber Test.
14. AAS Type AA-680.
15. XRD.
3.2.2 Bahan
1. Limbah padat pulp PT. TPL Porsea yang terdiri dari grit, dreg dan
biosludge dari kecamatan Porsea.
2. Clay dari Desa Ranggitgit Kecamatan Parmonangan Kab. Tapanuli
Utara.
3. Air.
Perbandingan antara bahan dasar grit, dreg, biosludge dan clay terdapat pada
Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
No.
3.3 Prosedur Penelitian
a. Pengumpulan bahan-bahan lokal.
b. Penghancuran bahan dengan ukuran butir 100 mesh .
c. Analisa Spesifikasi Bahan dengan AAS.
d. Pembuatan cetakan.
e. Pembuatan sampel.
f. Pembakaran.
g. Pengamatan dilakukan dengan pengukuran susut massa, porositas,
densitas.
h. Uji mekanik (uji tekan, impak dan kekerasan).
i. Uji absorbsi gas buang (Gas Analyzer).
j. Uji XRD.
Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
k. Diagram alir penelitian.
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Bahan Penyusun
(susut massa, porositas, densitas)
Uji Mekanik (kekerasan, impak,
kuat tekan) Uji Absorbsi
Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
3.4 Variabel dan Parameter Penelitian
a. Variabel Penelitian
Variabel terikat pada penelitian ini adalah presentase gas buang yang
terabsorbsi dan variabel bebas adalah clay (sebagai aditif).
b. Parameter Penelitian
Parameter adalah ukuran data yang akan diperoleh dari hasil penelitian. Dan
yang menjadi parameter dalam penelitian ini adalah :
1. Porositas
2. Densitas
3. Kekerasan
4. Kekuatan Tekan
5. Absorbsi terhadap gas buang
3.5 Alat Pengumpul Data Penelitian
Alat pengumpul data adalah instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan
data, yaitu : Atomic Absorbtion Spectrometer Type A- 680 untuk menganalisa
komposisi kimia bahan dasar sampel, Jangka sorong untuk mengukur diameter dan
tebal sampel, Neraca Ohauss untuk mengukur massa sampel, Gas Analyzer untuk
mengukur persentasi gas radikal CO, CO2, HC yang dapat terabsorb, Equatip
Hardness Tester untuk mengukur kekerasan sampel, Universal Tokyo Testing
Machine untuk mengukur kekuatan tekan sampel. Iber Test untuk mengukur kuat
Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
3.6 Pengolahan Bahan
a. Pembutiran
Pembutiran dilakukan di Laboratorium Penelitian PTKI Medan dan Balai Riset
dan Standarisasi Industri Medan Jl. Medan- Tj.Morawa, dengan menggunakan alat
penggiling, dan diayak dengan ukuran butiran 100 mesh untuk keempat bahan dasar
(grit, dreg, biosludge dan clay).
b. Pencampuran (mixed)
Bahan dasar yang sudah berbentuk serbuk ditimbang, dalam hal ini dengan
komposisi grit, dreg, biosludge dan clay seperti pada Tabel 3.1, kemudian dicampur
secara merata (homogen).
c. Pembentukan sampel
Bahan yang telah ditimbang dicampur (bahan dasar + aditif) lalu ditambahkan
air. Untuk perlakuan pertama, ditambahkan air 300 ml dan setiap penambahan adtif
10%, air ditambahkan air kembali 20 ml. Kemudian diaduk dengan mikser selama 1
jam, lalu dimasukkan ke dalam cetakan stainless berbentuk silinder. Cetakan ini
terdiri dari dua silinder. Silinder pertama berdiameter lebih besar dengan diameter
dalam 3,84 cm dan silinder kedua berdiameter lebih kecil dengan diameter luar 1,61
cm dan tinggi keduanya masing-masing 30 cm. Silinder kecil diletakkan di sebelah
dalam dari silinder yang lebih benar. Bahan campuran keramik yang berbentuk
serbuk basah dituang ke dalam cetakan (ruang antara silinder besar dan silinder
kecil), kemudian dipres sampai tekanan 5 ton dengan menggunakan alat Universal
Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
Untuk pengukuran kekuatan tekan, dibuat sampel berbentuk balok (pelet) yang
panjangnya 3,30 cm, lebar 2,30 cm, dan tinggi 1,50 cm. Untuk pengukuran kekerasan
dibuat sampel berbentuk koin dengan diameter 4,90 cm dan tinggi 3,20 cm.
Cetakan sampel dapat dibuka setelah 12 jam untuk silinder dan 1 jam untuk
balok dan koin. Selanjutnya dibiarkan diruang terbuka selama 4 hari agar siap untuk
dibakar. Sebelum dibakar terlebih dahulu ditimbang dan diukur volumenya.
d. Pembakaran
Pembakaran dengan menggunakan oven dari suhu kamar hingga suhu 1100º C
kemudian ditahan selama 2 jam, kemudian oven dimatikan (off).
e. Pendinginan
Pendinginan dilakukan secara perlahan-lahan, dengan membiarkan sampel
tetap didalam oven yang telah dalam kondisi off sampai selama 12 jam, kemudian
dikeluarkan untuk dilakukan pengukuran-pengukuran.
Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
3.7 Pengukuran Volum dan Massa Sampel
Pengukuran volum sampel dilakukan dengan menggunakan jangka sorong,
yaitu dengan mengukur diameter dan tebal sampel. Hasil pengukuran volum sampel
ditunjukkan pada Tabel 4.2.
Pengukuran massa sampel dilakukan dengan menggunakan neraca Ohauss.
Pengukuran ini untuk membandingkan massa sampel sebelum dan sesudah dibakar,
hingga diperoleh persentasi penyusutannya, yang ditunjukkan pada Tabel 4.1.
3.8 Pengukuran Porositas dan Densitas
Pengukuran densitas dilakukan dengan membandingkan massa dan volume
sampel setelah dibakar. Pengukuran porositas dilakukan dengan merendam sampel di
dalam air selama satu hari (24 jam), kemudian massa sampel yang telah direndam
tersebut ditimbang, lalu dihitung besarnya porositas dengan menggunakan persamaan
(2.3) dan densitas dengan menggunakan persamaan (2.4).
3.9 Pengujian Kekerasan, Kuat Tekan dan Kuat Impak
Pengujian kekerasan dilakukan di Balai Riset dan Standarisasi Industri Medan,
yaitu dengan menggunakan Equatip Hardness Tester. Hasil pengujian langsung
tertera di monitor alat dalam satuan BH (Brinell Hardness), yang kemudian
dikonversikan ke VH (Vickers Hardness) menurut persamaan (2.5). Dan pengujian
Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
3.10 Analisa Kualitatif XRD
Analisa mikrostruktur dilakukan dengan menggunakan X- Ray Difraction
(XRD) yang ada di LIPI - Tangerang, dengan spesifikasi alat :
Nama alat : X-Ray Difractometer – Philips
Type : PW1835 NC9430
Tegangan Kerja : V = 40 KV
Arus : I = 30 mA
Radiasi : COK : = 1,78897 Å
3.11 Pengujian Absorbsi Gas Buang
Uji absorbsi gas buang dilakukan di PT.Astra International TSO Auto 2000 Jl.
Gatot Subroto Medan dengan menggunakan Gas Analyzer, yang bekerja secara
komputerisasi. Pengujian dilakukan dengan menggunakan sampel yang berbentuk
silinder dengan cara menempatkan sampel di dalam knalpot kendaraan dengan
bantuan baut, kemudian dimasukkan sensor pendeteksi gas buang kedalam sampel.
Pengujian untuk tiap sampel dilakukan selama 15 menit.
Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Telah dilakukan pengukuran, pengujian dan analisa terhadap sampel dengan
menggunakan jangka sorong, neraca Ohauss, equatip hardness tester, alat uji tekan,
Iber Test, XRD, gas analyzer.
4.1 Susut Massa
Data dari hasil pengukuran terhadap massa sampel sebelum dan sesudah
dibakar {Lampiran B) diolah dengan menggunakan persamaan (2.1) maka diperoleh
hasil seperti pada Tabel 4.1.
No Clay
Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Susut Massa
Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
Susut massa berkisar antara 11,49 – 25,21%. Grafik hubungan penambahan
clay terhadap susut massa ditunjukkan pada Gambar 4.1.
Dari Gambar 4.1 terlihat bahwa semakin besar aditif clay yang diberikan maka
akan semakin kecil persentase susut massanya. Hal ini dimungkinkan karena
berkurangnya persentase grit, dreg dan biosludge yang di dalamnya terdapat bahan
yang dapat terbakar (combustible material) dan dapat menjadi hilang bila dipanaskan
pada suhu 1100oC.
Gambar 4.1 Grafik Susut Massa-Persentase Clay
Susut Massa - Persentase Clay
Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
4.2 Susut Volum (Susut Bakar)
Dari data hasil pengukuran terhadap volume sampel sebelum dan sesudah
dibakar (Lampiran A dan Lampiran B) diolah dengan menggunakan persamaan (2.2)
maka diperoleh hasil seperti pada Tabel 4.2.
No Clay
Besarnya susut bakar yang diperoleh berkisar antara 1,68 – 2,14%. Grafik
Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
Dari Gambar 4.2 ditunjukkan bahwa susut bakat relatif menurun secara linear
sampai penambahan clay dari 0 – 20%. Dari 20 – 30% ditujukkan bahwa susut bakar
relatif tidak berubah. Kemudian menurun secara dratis setelah penambahan clay dari
40 – 50%. Adanya penyusutan volum dengan penambahan aditif kemungkinan
disebabkan telah terjadi perubahan susunan atom pada sampel setelah terjadi proses
pembakaran.
4.3 Densitas dan Porositas
Dari data hasil pengukuran terhadap volume sampel sebelum dan sesudah
dibakar (Lampiran A dan Lampiran B) diolah untuk menentukan densitas dan
porositas. Persamaan (2.3) digunakan untuk menentukan persentase porositas dan Gambar 4.2 Grafik Susut Bakar-Persentase Clay
Susut Bakar - Persentase Clay
Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
persamaan (2.4) digunakan untuk menentukan besar densitas. Maka, diperoleh hasil
dari kedua pengukuran seperti pada Tabel 4.3.
No Clay
Besar densitas sampel yang diukur berkisar antara 1,10 – 1,19% dan besar
porositas berkisar antara 23,24 – 50,11%. Grafik hubungan antara densitas dan
penambahan persentase clay ditujukkan pada Gambar 4.3.
Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
Dari Gambar 4.3 terlihat bahwa densitas relatif naik dengan landai pada 0 –
20% clay, dan pada penambahan 20 – 30% clay, densitas relatif tetap. Dan, kembali
densitas relatif naik secara linear pada penambahan di atas 30 – 50% clay.
Grafik hubungan antara porositas dan penambahan persentase clay ditujukkan
pada Gambar 4.4.
Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
Dari Gambar 4.4 terlihat bahwa poroitas relatif menurun secara linear seiring
penambahan persentase clay.
Dari kedua grafik densitas dan porositas ditunjukkan bahwa terdapat korelasi
yang jelas antara besarnya densitas dan porositas dengan penambahan persentase
clay. Besarnya densitas berbanding lurus dengan pertambahan clay, artinya semakin
besar persentase clay semakin besar pula densitas sampel. Sebaliknya terdapat
hubungan terbalik antara porositas dengan pertambahan pertambahan clay, yaitu
bahwa semakin besar pertambahan clay maka semakin kecil pula porositasnya. Kedua
hal ini terjadi karena bahan clay memang dimaksudkan untuk menambah densitas
dari sampel. Tapi kemungkinan juga sebagian pori tidak terjadi karena grit, dreg,
biosludge diikat clay sehingga tak terbakar habis pada saat pembakaran.
Gambar 4.4 Grafik Porositas - Persentase Clay
Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
4.4 Kuat Tekan dan Kuat Pukul
Setelah melakukan pengujian terhadap kekuatan tekan maka diperoleh hasil
pengujian seperti pada Tabel 4.4 berikut.
No Clay
Dari hasil pengujian diperoleh pengukuran kuat tekan 0,98 – 30,87 MPa, dan
kuat pukul sampel berkisar antara 1,49 x 10-2 – 2,64 x 10-2 MPa. Grafik hubungan
antara kuat tekan dan kuat pukul dengan persentase penambahan clay ditunjukkan
pada Gambar 4.5 dan Gambar 4.6.
Dari Gambar 4.5 ditunjukkan bahwa kuat tekan cenderung naik secara linear.
Pada penambahan persentase clay 30% terjadi perubahan besar kuat tekan meskipun
Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
Kuat Pukul - Persentase Clay
0,012
Gambar 4.6 Grafik Kuat Pukul - Persentase Clay
Kuat Tekan - Persentase Clay
0
Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
Dari Gambar 4.6 ditunjukkan bahwa kuat pukul relatif tetap sampai
penambahan persentase clay 20%, lalu kemudian relatif naik dengan landai sampai
30%. Pada penambahan persentase clay sampai 40% , kuat pukul turun dengan relatif
sangat landai, dan kenudian naik relatif curam pada penambahan persentase clay 40%
sampai 50%.
4.5 Kekerasan
Dari hasil pengujian kekerasan yang telah dilakukan dengan menggunakan
Equotip Harness Tester diperoleh data hasil pengujian sebagaimana tertera pada
Tabel 4.5 berikut ini.
No Clay
Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
Dari Tabel 4.5 ditunjukkan bahwa kekerasan sampel berkisar dari 87 – 126
MPa. Grafik hubungan antara kekerasan dengan penambahan persentase clay
ditunjukkan pada Gambar 4.7.
Dari Gambar 4.7 ditunjukkan bahwa kekerasan relatif naik dari penambahan
persentase clay dari 10 – 20%, dan setelah penambahan persentase clay dari 20 – 40%
relatif naik landai secara linear. Dari penambahan persentase clay 40 – 50%,
kekerasan sampel relatif naik secara curam.
4.6 Uji Absorbsi Gas Buang
Pertama dilakukan uji absorbsi tanpa filter sampel untuk mengetahui keadaan
awal dari gas buang (Lampiran F).
Kekerasan (Hv) - Persentase Clay
80
Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
Hasil pengukuran awal tanpa filter diterakan pada Tabel 4.6 berikut ini..
Kemudian selanjutnya dilakukan pengujian dengan menggunakan filter sampel
dari tiap-tiap persentase clay yang pengujiannya berlangsung sekitar 15 menit
(Lampiran F). Hasil pengujian ini tertera pada Tabel 4.7.
No Clay (%)
Dengan Filter Absorbsi
(%)
Dari Tabel 4.7 diperoleh absorbsi CO terentang antara 9,56 – 47,41%, absorbsi
CO2 di antara 1,01 – 43,11%, absorbsi HC antara 5,81 – 48,68%. Tanpa Filter
CO CO2 HC O2
7,028 8,93 1101 1,39 Tabel 4.6 Hasil Pengukuran Tanpa Filter
Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
Grafik hubungan antara absorbsi CO, CO2, HC dengan persentase penambahan
clay ditujukkan pada Gambar 4.8 dan pertambahan O2 ditunjukkan pada Gambar 4.9.
Dari Gambar 4.8 ditunjukkan bahwa pada dasarnya bentuk grafik ketiga
absorbsi gas buang relatif memiliki bentuk yang sama. Absorbsi CO relatif menurun
secara linear sampai penambahan persentase clay 10%, lalu relatif tak berubah pada
penambahan persentase clay sampai 20%, lalu turun kembali sampai persentase clay
30%. Abosorbsi CO kembali naik pada persentase clay 40% dan akhirnya turun
kembali setelah persentase clay 50%. Absorbsi gas CO2 juga relatif menurun tajam
pada persentase clay 10%, relatif tetap sampai persentase clay 20%. Kemudian turun
Absorbsi CO, CO2, HC- Persentase Clay
0
Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
lagi sampai persentase clay 30%, lalu naik pada 40% dan akhirnya turun lagi pada
persentase clay 50%. Absorbsi HC sedikit berbeda dengan yang lainnya, pada
persentase clay dari 10 – 20% cenderung naik, sedangkan pada persentase clay
lainnya relatif sama dengan absorbsi gas buang lainnya.
Jika ketiga gas yang terabsorbsi ternyata gas CO relatif lebih banyak diabsorbsi,
kemudian diikuti gas HC dan CO2.
Berbeda dengan ketiga gas lainnya, jumlah gas O2 ternyata bertambah. Hal
tertera pada Tabel 4.8 (Lampiran F).
No
Dari Tabel 4.8 ditunjukkan bahwa pertambahan persentase O2 berkisar antara
81,29 – 607,19%. Hubungan persentase pertambahan O2 dengan persentase clay
ditunjukkan pada Gambar 4.9.
Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
Dari Gambar 4.9 ditunjukkan bahwa persentase gas O2 sangat berbeda dengan
ketiga gas lainnya. Jika jumlah ketiga gas lainnya berkurang, gas O2 malah
bertambah. Kemungkinan hal ini terjadi karena karena terjadinya permunian karbon.
Namun demikian, meskipun jumlah O2 bertambah dari 81,29 – 607,19%, pertambahn
jumlah ini tidak begitu signifikan dibandingkan ketiga gas lainnya.
Pada penambahan persentase clay sampai 10% terjadi penurun yang sangat
tajam yaitu dari 607,19% turun menjadi 283,45%. Kemudian relatif tak berubah
sampai penambahan 20%, kemudian turun lagi dengan relatf linear sampai persentase
clay 30%. Lalu naik lagi sampai persentase clay 40%, dan akhirnya turun lagi sampai
persentase clay 50%.
Gambar 4.9 Grafik Persentase Pertambahan O2 - Persentase Clay Pertambahan O2 - Persentase Clay
Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
4.7 Hasil Uji Analisa XRD
Hasil uji sampel untuk aditif clay 20% diterakan pada Tabel 4.9 dan Tabel
4.10.
Tabel 4.9 Data XRD Clay + Pulp (2 , d, I, dan I/Io)
Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
Pola difraksi sampel ditunjukkan pada Gambar 4.10.
Dari hasil uji XRD yang dilakukan pada sampel dengan aditif 20% tampak
bahwa intensitas maksimum terjadi pada puncak ke-7. Pada keadaan ini fasa yang
terbentuk adalah fasa Calcium Magnesium Aluminium Silicate (Ca-Mg-Al-Si-O).
10
3 8
2 1
4 5
6 9 11
12 13 14
Gambar 4.10 Pola Difraksi XRD Sampel Aditif 20%
Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan pengujian untuk pembuatan keramik berpori dengan aditif
clay sebagai filter gas buang kenderaan bermotor berbahan bakar premium (C6H12)
dengan memanfaatkan limbah padat pulp sebagai bahan dasarnya, maka diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
1. Keramik berpori berbahan dasar limbah padat pulp dengan aditif clay
telah berhasil dibuat.
2. Filter gas buang yang telah dibuat berhasil mengurangi polusi udara dari
gas buang kenderaan bermotor sebesar 9,56 – 47,41% CO, 1,23 – 43,11%
CO2, dan 6,15 – 48,87% HC.
3. Pada aditif 0% Clay absorbsi gas buang optimum.
4. Filter gas ternyata dapat meningkarkan persentase O2 sebesar 81,29 –
607,19%.
5. Karakteristik bahan keramik yang telah diuji yaitu susut massa 11,49 –
25,21%, susut bakar 1,62 – 2,14%, densitas 1,104 – 1,193%, porositas
23,25 – 50,11%, kuat tekan 0,98 – 30,87 MPa, kuat pukul 1,49 x 10-2 –
2,64 x 10-2 MPa, kekerasan 87 – 126 MPa,
Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
5.2 Saran
1. Pada aditif 0% Clay perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk
menemukan aditif yang tepat karena pada komposisi tersebut absorbsi gas
buang optimum.
2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan secara kimia atau fisis tentang
terjadinya produksi oksigen.
3. Perlu dilakukan pengujian lanjutan dengan komposisi penambahan aditif
clay dan bahan penyusun keramik lainnya, misalnya, kuarsa atau feldsfar.
4. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai desain, nilai ekonomis dan
Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
DAFTAR PUSTAKA
Andrita. 2008. Pengaruh Aditif Serbuk Kayu dalam Pembuatan Keramik Berpori
untuk Digunakan Sebagai Filter Gas Buang. Tesis Master, USU Medan.
Purbasari,A.2005. The Development of Porous Ceramics Product By Extrusion
Process in Laboratory Scale.Master Thesis. Bandung – Institute of Tecnology
Bandung.
Richard,L.H. and Robert,C.Schenck 1989. Process for Producing Porous Ceramic
Filter for Filtering of Particulates From Diesel Exhaust Gases. In United State
Patent 4871495. US Patent Storm.
Sasai, R, Masahiro Torazawa, Katsuya Shibaguchi, Hideaki Itoh, 2003. Preparation
of Porous Ceramis Materials Dispersed with Activated Carbon from Industrial Solid Wastes and Their Characterization, Journal of Ceramic Society of Japan.
Vol 111 (2003) no 1299 (november) pp. 826-830.
Sebayang. P. 2006. Pengaruh Penambahan Serbuk Kayu terhadap Karakteristik
Keramik Cordierite Berpori sebagai Bahan Filter Gas Buang. Pusat Penelitian
Fisika-LIPI, Serponng.
Sembiring,A.D. 1994. Penguat Bahan Keramik Untuk Konstruksi. Tesis, Universitas Sumatera Utara Medan.
Smallmann.R.E. 1991. Metalurgi Fisik Modern. Jakarta, PT. Gramedia.
Sudirjo,E. 2006. Penentuan Distribusi Benzena – Toluena Pada Kolom Absorbsi
Fixed - Bed Karbon Aktif, Fak.Teknik UI.
Surdia, T dan Shinroku Saito. 1985. Pengetahuan Bahan Teknik. Jakarta, PT. Pradnya Paramita.
Syukur, M. 1982. Studi Difraksi Sinar-X Mengenai Perubahan Fasa Kaolin Bangka yang Dipanaskan. Tugas Akhir. Sekolah Pascasarjana ITB, Bandung.
Tambunan,T.D. 2008. Pembuatan Keramik Berpori Sebagai Filter Gas Buang
Dengan Aditif Karbon Aktif. Tesis Master, USU Medan.
Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
Tugaswati, T. A., Suzuki S., Kiryu Y., Kawada T .1995. Automotive Air Pollution in
Jakarta With Special Emphasis on Lead, and Nitrogen Dioksida. In : Japan J of
Health and Human Ecologi 61: 261-75
Vlack,V. L.H. 1984. Ilmu dan Teknologi Bahan. Jakarta, Penerbit Erlangga.
Voort,V.G.F. 1995. Metallography, Principles and Practice. McGraw- Book Company.
Wardhana,W.A. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan, Yogjakarta, Penerbit Andi.
_____Admistrator. 2008 (http://www.tobapulp.com – diakses 12 Juni 2009).
_____Harian Analisa, Halaman 7, Selasa, 9 Juni 2009
_____Harian Berita Sore (http://beritasore.com/2008/07/15/pencemaran-udara-mencemaskan-uji-emisi-gas-buang-mobil-di-medan/ - diakses 11 Juni 2009).
_____Refractron Technology Corporation 2009).
_____Sodagembira. 2008 (http://www.sodagembira.com/fe_news.php?view_detail =yes&news_id=586 – diakses 11 Juni 2009).
_____Wikipedia (http://id.wikipedia.org/wiki/Keramik - diakses 21 Maret 2009).
Sarohatua Sarumpaet : Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Pembuatan Keramik Berpori Dengan Aditif Clay Sebagai Filter Gas Buang, 2009.
Lampiran A Tabel Data Pengukuran Diameter dan Tinggi Sampel Silinder