• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

PERLINDUNGAN KONSUMEN SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

OLEH :

RANDY HIDAYAT TAMBUNAN NIM : 160200157

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS HUKUM

MEDAN 2021

Universitas Sumatera Utara

(2)
(3)

Nama : Randy Hidayat Tambunan Nim : 160200157

Departemen : Hukum Keperdataan (BW)

Judul Skripsi : Perlindungan Hukum Terhadap Penggunaan Uang Elektronik Pada Jalan Tol (E-Toll) Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

Dengan ini menyatakan :

1. Bahwa skripsi yang saya tulis tersebut diatas adalah benar dan tidak merupakan hasil karya ilmiah orang lain

2. Apabila terbukti dikemudian hari skripsi tersebut adalah hasil karya ilmiah orang lain, maka segala akibat hukum yang timbul menjadi tanggung jawab saya

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa ada paksaan atau tekanan dari pihak manapun.

Medan, Januari 2021

Randy Hidayat Tambunan 160200157

Universitas Sumatera Utara

(4)

i

hidayah-Nya yang senantiasa diimpahkan kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perlindungan Hukum Terhadap Penggunaan Uang Elektronik Pada Jalan Tol (E-Toll) Ditinjau Dari Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen”. Skripsi ini merupakan sebagai suatu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak baik secara moril dan materil. Penulis juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. selaku Rektor Universitas Sumatera Utara;

2. Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

3. Prof. Dr. O.K. Saidin, S.H., M.Hum. selaku Wakil Dekan I, Ibu Puspa Melati Hasibuan, S.H., M.Hum. selaku Wakil Dekan II, Dr. Jelly Leviza, S.H., M.Hum. selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

4. Prof. Dr. Rosnidar Sembiring, S.H., M.Hum. selaku Ketua Departemen Jurusan Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

5. Dr. Edy Ikhsan, S.H., M.A. selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan waktunya untuk membimbing dan memberikan saran

Universitas Sumatera Utara

(5)

ii

6. Dr. Idha Aprilyana Sembiring, S.H., M.Hum. selaku Dosen Pembimbing II terima kasih banyak juga penulis ucapkan kepada ibu yang selalu membimbing, memberi saran, serta mendorong penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini;

7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan pelajaran serta mendidik penulis sejak semester awal hingga tingkat Sarjana;

8. Seluruh Staf Biro Pendidikan dan akademik Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan bantuan dalam penyusunan skripsi ini;

9. Terimakasih Kepada Elsya Dwi Kurnia yang telah menjadi teman berbagi cerita, berbagi pengalaman berorganisasi selama di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

10. Terimakasih Kepada Kakanda Juangga Sahputra Dalimunthe yang telah memberikan banyak masukan untuk penulisan skripsi ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini;

11. Terimakasih Kepada Muhtadi Yusuf Lubis, Muhammad Adil Ginting, Fanny Syah Irawan, Anas Alfarizi dan Yasir Hidayat yang telah memberikan dukungan bagi penulis baik moril maapun materil sehingga penulis bisa menyelesaikan penulisan skripsi ini;

12. Terimakasih Kepada keluarga besar HMI Komisariat Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan pengalaman

Universitas Sumatera Utara

(6)

iii

Dan Terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Orang Tua Penulis Ridwan Tambunan,S.H. dan Aslinda Siregar yang telah memberikan dukungan sepenuhnya kepada penulis baik moril maupun materil dan menjadi tempat penulis dalam berbagi keluh kesah serta memberikan kesempatan kepada penulis yang seluas-luasnya dalam penyelesaian skripsi penulis sehingga menjadi motivasi terbesar bagi penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsinya, serta Terimakasih Kepada saudara-saudari penulis, Rika Astari Tambunan, Rina Irianti Tambunan dan Reza Syahputra Tambunan yang telah banyak memberikan bantuan dan motivasi sebesar-besarnya kepada penulis;

Akhir kata penulis menyadari bahwa yang disajikan dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun sehingga dapat menjadi perbaikan dan bermanfaat bagi penulis dan berbagai pihak.

Medan, Januari 2021 Penulis,

Randy Hidayat Tambunan

Universitas Sumatera Utara

(7)

iv

DAFTAR ISI ... iv

ABSTRAK ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penulisan ... 7

D. Manfaat Penulisan ... 8

E. Keaslian Penulisan ... 8

F. Tinjauan Pustaka ... 9

G. Metode Penulisan ... 18

H. Sistematika Penulisan ... 21

BAB II KEDUDUKAN UANG ELEKTRONIK SEBAGAI ALAT PEMBAYARAN YANG SAH PADA JALAN TOL (E- TOLL) A. Uang Elektronik 1. Sejarah Perkembangan Uang Elektronik... 24

2. Pengertian Uang Elektronik ... 30

3. Media Penyimpanan Uang Elektronik ... 33

4. Jenis Uang Elektronik ... 34

B. Dasar Hukum Berlakunya Uang Elektronik Sebagai Alat Pembayaran Yang Sah ... 39

C. Kedudukan Uang Elektronik Sebagai Alat Pembayaran Yang Sah DiJalan Toll (E-Toll) ... 45

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN PENGGUNA UANG ELEKTRONIK PADA JALAN TOL (E-TOLL) A. Pengertian Perlindungan Hukum ... 49

1. Bentuk Perlindungan Hukum ... 53

Universitas Sumatera Utara

(8)

v

1. Sejarah Perkembangan Hukum Perlindungan Konsumen ... 71

2. Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen ... 75

3. Hak dan Kewajiban Konsumen ... 77

4. Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha ... 80

5. Larangan Klausula Baku ... 84

C. Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Pengguna Uang Elektronik Di Jalan Tol (E-Toll) ... 85

BAB IV UPAYA HUKUM KONSUMEN PENGGUNA E-TOLL DALAM HAL TERJADI KEHILANGAN DAN RUSAKNYA E-TOLL A. Jika Uang Elektronik Pada Jalan Tol (E-Toll) Hilang ... 99

B. Jika Uang Elektronik Pada Jalan Tol (E-Toll) Rusak ... 108

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 115

B. Saran ... 116

DAFTAR PUSTAKA ... 118

Lampiran Hasil Wawancara Dengan Lembaga Perlindungan Konsumen Nasional ... 124

Universitas Sumatera Utara

(9)

vi Edy Ikhsan

Idha Aprilyana Sembiring

Uang elektronik (E-Money) adalah uang yang digunakan dalam transaksi internet dengan cara elektronik. Ketika digunakan, nilai uang elektronik yang tersimpan dalam media elektronik akan berkurang sebesar nilai transaksi dan setelahnya dapat mengisi kembali (top-up). Media elektronik untuk menyimpan nilai uang elektronik dapat berupa chip atau server. Salah satu fungsi penggunaan e-money saat ini digunakan pada pelayanan jasa jalan tol (e-toll), sehingga tidak perlu antri hingga memakan banyak waktu, tidak perlu membawa uang tunai secara berlebihan, proses pembayaran cepat dan praktis, tidak perlu menunggu uang kembalian dalam bertransaksi. Hal ini membuat para pengguna jalan tol diwajibkan untuk menggunakan e-money dalam bertransaksi pada jasa tol untuk memudahkan dan mempercepat proses penggunaan jasa jalan tol. Disamping keuntungan tersebut, saat ini telah banyak muncul bentuk penyelewengan dan kecurangan yang cenderung merugikan konsumen dan menimbulkan berbagai permasalahan hukum dalam melakukan transaksi sistem pembayaran elektronik Semakin kompleksnya permasalahan menyangkut penggunaan e-money dalam transaksi pembayaran menggunakan media elektronik, maka dari itu seorang pengguna e-money sudah selayaknya dilindungi secara hukum dengan regulasi.

Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah jenis penelitian hukum normatif yang bersifat deskriptif dimana penelitian hukum normatif mengarahkan refleksinya kepada norma dasar yang diberi bentuk konkret dalam norma-norma yang ditentukan dalam bidang hukum tertentu. Norma-norma tersebut nantinya akan diimplementasikan ke dalam peraturan-peraturan konkret dalam kehidupan masyarakat.

Hasil penelitian atau kesimpulan dari skripsi ini ialah dalam peggunaannya uang elektronik pada jalan tol (E-Toll) sering terdapat permasalahan yang terdapat dalam penggunaannya yang mana hal tersebut bertentangan dengan Undang- Undang Perlindungan Konsumen (UU No. 8 Tahun 1999) yang mana permasalahan-permasalahan ini tentunya sangatlah merugikan konsumen dan dalam hal ini konsumen tidak diberikan perindungan hukum atas hak-hak yang dimilikinya sebagai pengguna uang elektronik pada jalan tol (E- Toll).

Kata Kunci : Uang Elektronik Pada Jalan Tol (E-Toll), Perlindungan Hukum, Perlindungan Konsumen.

Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

 Dosen Pembimbing I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

 Dosen Pembimbing II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

(10)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Di zaman yang semakin berkembang seperti saat sekarang ini, tentunya mempengaruhi kehidupan manusia dari berbagai sisi kehidupan banyak hal yang berubah dari kehidupan manusia yang tentunya dipengaruhi oleh pesatnya perkembangan zaman, dan dalam hal ini manusia juga dituntut untuk mengikuti perkembangan zaman yang terus berkembangan pesat ini, termasuk salah satu diantaranya ialah kemajuan teknologi informasi. Dinamika perubahan teknologi pada zaman ini, sangat berpengaruh dalam segala aspek kehidupan di masyarakat, terutama pada bidang ekonomi, politik dan sosial budaya. Perubahan ini kerap dipergunakan dengan istilah globalisasi.

Kemajuan teknologi informasi dalam dekade akhir ini telah mengubah tatanan kehidupan masyarakat yang mengarah dan bertumpu pada pemanfaatan teknologi. Teknologi telah mengubah perilaku dan pola hidup masyarakat secara global. Perkembangan teknologi informasi telah pula menyebabkan dunia menjadi tanpa batas serta menyebabkan perubahan sosial, budaya, dan ekonomi dalam masyarakat salah satunya yang berkaitan dengan sistem pembayaran.1

Pembayaran menjadi suatu kompenen penting dalam setiap kegiatan transaksi perdagangan barang dan jasa. Namun semakin pesatnya perkembangan teknologi saat ini serta makin besarnya nilai transaksi dan risiko mendorong masyarakat

1 Ahmad M Ramli, Menuju kepastian hukum informasi dan elektronik, (Departemen komunikasi dan informatika Republik Indonesia, 2007), hlm.1.

Universitas Sumatera Utara

(11)

untuk menginginkan adanya sistem pembayaran yang aman dan lancar dan tentunya juga untuk mempermudah masyarakat dalam melakukan pembayaran.

Proses terciptanya hingga sekarang ini telah melalui proses yang panjang dan cukup rumit. Berawal Indonesia mulai mengetahui dan mengenal adanya sistem barter, yang mana merupakan suatu kegiatan dengan cara tukar menukar barang yang nilainya dianggap sesuai atau pantas. Namun seiring berkembangnya zaman, sistem ini tidak lagi digunakan karena dirasa tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dengan baik, yang mana kemudian memunculkan uang sebagai alat pembayaran untuk melakukan setiap transaksi. Uang sebagai alat pembayaran yang sah sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang (yang selanjutnya disebut UU Mata Uang).

Sistem pembayaran yang aman dan lancar selain diperlukan untuk memfasilitasi perpindahan dana secara efisien, aman, cepat, juga sangat diperlukan dalam dunia pasar modal yang menuntut ketepatan, keamanan dalam penyelesaian setiap transaksinya.2 Sistem pembayaran tidak dapat dipisahkan dari perkembangan uang yang diawali dari pembayaran secara tunai sampai kepada pembayaran yang bersifat nontunai.3 Kemajuan yang cukup pesat di bidang teknologi rupanya secara langsung sangat mempengaruhi sistem pembayaran saat ini. Hal ini berakibat semakin intensnya interaksi antara bidang hukum bisnis dan bidang teknologi itu sendiri.4

2 Dea Sudawati, dkk, Perkembangan system pembayaran di Indonesia, (Jurusan Pendidikan Akuntansi Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis, 2013), hlm. 6.

3 Sri Mulyati Tri Subari dan Ascaraya, Kebijakan Sistem Pembayaran di Indonesia, (Jakarta: Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan,Bank Indonesia, 2003), hlm. 1.

4 Munir Fuad, Hukum Perbankan Modern Buku Kedua, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2001), hlm. 83.

Universitas Sumatera Utara

(12)

Sistem pembayaran telah berkembang pesat sejalan dengan kemajuan sistem keuangan modern dan pesatnya perkembangan teknologi. Dalam sistem pembayaran ritel, inovasi pembayaran berlangsung cepat, memberikan akses kepada masyarakat terhadap berbagai instumen pembayaran baru, seperti meluasnya penggunaan Anjungan Tunai Mandiri (ATM), Kartu Debit, mobile dan internet banking, dan bahkan kartu (electronic money) uang elektronik5.

Sebagai contoh, pesatnya perkembangan teknologi dan keinginan untuk memberikan nilai tambah pada nasabah membuat bergesernya sistem pelayanan di bank. Bank dalam melakukan kegiatan usaha atau memberikan layanan kepada nasabah, telah berevolusi dari model konvensional face to face dan didasarkan pada paper dokumen ke model layanan dengan non face to face dan digital6.

Perkembangan sistem pembayaran yang berbasis elektronik telah memberikan dampak munculnya berbagai inovasi baru dalam sistem pembayaran yang diharapkan dapat memberikan kemudahan, fleksibilitas, efisiensi, dan kesederhanaan dalam melakukan transaksi7. Oleh karena itu, Bank Indonesia mengadaptasikan suatu alat pembayaran yang dapat mengakomodasikan aspek- aspek tersebut, yang dikenal dengan uang elektronik.8

Dalam penggunannya, nilai uang elektronik yang tersimpan dalam media elektronik akan berkurang sebesar nilai transaksi dan setelahnya dapat mengisi kembali (top-up). Media elektronik untuk menyimpan nilai uang elektronik dapat berupa chip atau server. Penggunaan uang elektronik ini sebagai alat pembayaran

5 Perry Warjiyo dan Solikin M.Juhro,Kebijakan Bank Sentral Teori dan Praktik, (PT.

Rajagrafindo Persada, 2016), hlm. 51.

6 Rachmadi Usman, Karekteristik Uang Elektronik Dalam Sistem Pembayaran, (Yuridika Fakultas Hukum Universitas Airlangga, 2007), hlm. 135.

7 Mintarsih, Perlindungan Konsumen Pemegang Uang Elektronik (E-money), Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, (Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 29 No. 02 September 2013), hlm. 896.

8 Ibid., hlm.136.

Universitas Sumatera Utara

(13)

yang inovatif dan praktis diharapkan dapat membantu kelancaran pembayaran kegiatan ekonomi yang bersifat massal, cepat dan mikro, sehingga perkembangannya dapat membantu kelancaran transaksi di jalan tol, di bidang transportasi seperti kereta api maupun angkutan umum lainnya atau transaksi di minimarket, food court, atau parkir.

Salah satu fungsi penggunaan e-money saat ini digunakan pada pelayanan jasa jalan tol (e-toll), sehingga tidak perlu antri hingga memakan banyak waktu, tidak perlu membawa uang tunai secara berlebihan, proses pembayaran cepat dan praktis, tidak perlu menunggu uang kembalian dalam bertransaksi. Hal ini membuat para pengguna jalan tol diwajibkan untuk menggunakan e-money dalam bertransaksi pada jasa tol untuk memudahkan dan mempercepat proses penggunaan jasa jalan tol.9

Hal ini erat kaitannya dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 16/PRT/M/2017 tentang Transaksi Tol Non Tunai di Jalan Tol, terkhusus pada Pasal 6 ayat (2) yang secara implisit menyebutkan bahwa pada saat diterapkannya transaksi tol non tunai, maka seluruh ruas jalan tol tidak menerima lagi adanya transaksi tunai.

Disamping keuntungan tersebut, saat ini telah banyak muncul bentuk penyelewengan dan kecurangan yang cenderung merugikan konsumen dan menimbulkan berbagai permasalahan hukum dalam melakukan transaksi sistem pembayaran elektronik.10 Semakin kompleksnya permasalahan menyangkut penggunaan e-money dalam transaksi pembayaran menggunakan media

9 Destrin dan Yolandari, “Analisis Fakto-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Uang Elektronik”, (Studi Kasus: Mahasiswa Universitas Andalas), http://scholar.unand.ac.id/15711//, (diakses tanggal 30 Juni 2020).

10 Didik M. Arief Mansur dan Elisatris Gultom, Cyber Law Aspek Hukum Teknologi Informasi, (Bandung: PT.Refika Aditama, Bandung, 2005), hlm. 162.

Universitas Sumatera Utara

(14)

elektronik, maka dari itu seorang pengguna e-money sudah selayaknya dilindungi secara hukum dengan regulasi. Selain itu, juga diperlukan kemampuan dari aparat penegak hukum, kesadaran hukum masyarakaat, dan prasarana-prasarana yang mendukung penegak hukum di bidang teknologi informasi11.Konsumen pemegang uang elektronik dapat dirugikan baik secara materil maupun imateril apabila dalam praktiknya tidak mengindahkan hak-hak konsumen terutama hak kenyamanan ketika mengajukan klaim ganti rugi.12

Pengguna alat pembayaran elektronik yang kita ketahui bersama merupakan buatan dari manusia tentunya mempunyai kelemahan-kelemahan yang mengikutinya, beberapa resiko yang dapat terjadi saat menggunakan uang elektronik pada jalan tol (e-toll) yakni seperti hilangnya kartu, tidak seperti kartu ATM atau kartu kredit lainnya, kartu uang elektronik pada jalan tol (e-toll) tidak dapat di blokir saat terjadi kehilangan, apabila terjadi kehilangan maka hilang juga saldo yang ada di dalam kartu uang elektronik pada jalan tol (e-toll) tersebut atau tidak dapat dikembalikan saldo yang ada didalam kartu e-toll tersebut, kemudian masalah yang sering muncul dalam penggunaan kartu e-toll khususnya pada jalan tol yakni mengenai kerusakan kartu e-toll, kerusakan ini sering terjadi pada kartu uang elektronik yang berbasis chip, seperti kartu uang elektronik pada jalan tol (e- toll), yang menyebabkan terjadinya gagal transaksi karena uang elektronik tidak dapat terbaca oleh alat reader di merchant tempat transaksi. Dan dalam hal ini konsumen dirugikan dan tidak dilindungi hak-haknya sebagai konsumen pemegang uang elektronik pada jalan tol (e-toll).

11 Johanes Ibrahim, Kartu Kredit Antara Kontrak dan Kejahatan, (PT.Refika Aditama,Bandung,2004), hlm. 1.

12 Ibid., hlm. 2.

Universitas Sumatera Utara

(15)

Sehingga dalam pelaksanan uang elektronik pada jalan tol (e-toll) memerlukan perlindungan dari segi hukum bagi pemegang uang elektronik yang mana dalam hal ini harus di berikan perlindungan hukum maupun kepastian hukum dalam pelaksanannya dan juga memberikan rasa nyaman dan aman bagi konsumen penggunannya.

Dalam rangka mencegah permasalahan uang elektronik yang sering terjadi seharusnya dibuat standarisasi kualitas uang elektronik untuk mencegah terjadinya kesalahan ataupun kecurangan dalam transaksi. Para pihak yang terkait dalam transaksi elektronik harus mempunyai referensi ketentuan hukum agar dapat menjamin hak-hak dan kewajiban masing-masing pihak.

Melalui ketentuan hukum diharapkan dapat memberdayakan dan melindungi terhadap hak-hak konsumen pemegang uang elektronik dalam sistem pembayaran elektronik khususnya pada jalan tol (e-toll) dan diharapkan dapat meningkatkan kesadaran hukum para pihak agar kepentingan konsumen dilindungi baik secara integratif maupun komprehensif serta dapat diterapkan secara langsung di masyarakat.

Dengan hal ini untuk mengetahui kebijakan penggunaan uang elektronik (e-money) pada layanan jalan tol dan juga penulis ingin membahas mengenai perlindungan hukum terhadap konsumen pengguna uang elektronik pada jalan tol (e-toll) sehingga penulis mengusulkan atau membahas mengenai “Perlindungan Hukum Terhadap Penggunaan Uang Elektronik Pada Jalan Tol (E-Toll) Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen”.

Universitas Sumatera Utara

(16)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan apa yang diuraikan pada latar belakang di atas, maka masalah yang akan dibahas adalah:

1. Bagaimana Kedudukan Uang Elektronik Di Indonesia Sebagai Alat Pembayaran Yang Sah Pada Jalan Tol (E-Toll)?

2. Bagaimana Perlindungan Konsumen Pengguna Uang Elektronik Pada Jalan Tol (E-Toll)?

3. Bagaimana Upaya Konsumen Pengguna Uang Elektronik Pada Jalan Tol (E-Toll) Jika Terjadi Kerusakan Atau Kehilangan ?

C. Tujuan Penulisan

Manfaat penulisan yang dapat diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kedudukan uang elektronik di Indonesia sebagai alat pembayaran yang sah pada jalan tol.

2. Untuk mengetahui perlindungan konsumen terhadap pengguna uang elektronik di Indonesia dan khususnya perlindungan konsumen terhadap pengguna uang elektronik pada jalan tol (e-toll).

3. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dapat dilakukan pengguna uang elektronik pada jalan tol (e-toll) dalam melindungi kepentingan hukumnya khususnya jika terjadi kerusakan atau kehilangan kartu e- toll.

Universitas Sumatera Utara

(17)

D. Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan yang dapat diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

a. Manfaat teoritis

Skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya tentang perlindungan konsumen dalam kaitannya dengan penggunaan Uang Elektronik pada jalan tol yang mana masih sedikit literatur-literatur yang membahas hal-hal yang berkaitan tersebut, serta peraturan hukum lainnya yang berkaitan dengan perlindungan konsumen.

b. Manfaat Praktis

Penulisan skripsi ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi para peneliti lain mengenai Uang Elektronik dan perlindungan konsumen terhadap penggunanya terutama pengguna uang elektronik pada jalan tol (e-toll) dalam bertransaksi dan dapat melindungi kepentingan hukum dari penggunannya.

E. Keaslian Penulisan

Pada saat penulis menulis skripsi yang berjudul “Perlindungan Hukum Terhadap Penggunaan Uang Elektronik Pada Jalan Tol (E-Toll) Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen”, belum pernah ada judul ataupun tema yang sama dengan skripsi ini.

Dengan demikian, dari permasalahan serta tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini, maka dapat dikatakan bahwa skripsi ini adalah merupakan karya sendiri yang asli bukan jiplakan dari skripsi orang lain yang diperoleh dari pemikiran, refrensi buku- buku, makalah-makalah, jurnal, media elektronik yaitu internet serta bantuan dari berbagai pihak. Kalaupun ada, menurut pengamatan

Universitas Sumatera Utara

(18)

penulis berbeda dalam substansi pembahasan, pendekatan, dan penulisannya dengan skripsi ini. Apabila dikemudian hari ada ditemukan judul skripsi yang sama maka penulis akan mempertanggung jawabkan sepenuhnya.

F. Tinjauan Pustaka

Adapun judul yang dikemukakan penulis adalah “Perlindungan Hukum Terhadap Penggunaan Uang Elektronik Pada Jalan Tol (E-Toll) Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen”, maka sebelum diuraikan lebih lanjut terlebih dahulu Penulis akan memberikan penjelasan tentang judul dengan maksud untuk menghindarkan dari kesalahpahaman dan memberikan batasan yang jelas serta penulis mencari landasan teoritis dari permasalahan penelitian sehingga penelitian yang dilakukan bukanlah aktifitas yang bersifat “trial and error”.

1. Uang Elektronik Di Indonesia.

Uang diciptakan dengan tujuan untuk melancarkan kegiatan tukar menukar dan perdagangan13. Menurut Undang-Undang No 7 Tahun 2011 dalam pasal 1 ayat (2) uang adalah alat pembayaran yang sah.

Dalam kehidupan perekonomian suatu negara, peran uang sangatlah penting karena uang mempunyai fungsi antara lain sebagai alat tukar atau alat pembayar dan pengukur harga.

Menurut Sadono Sukirno menyatakan:

“Bahwa kemajuan perekonomian akan menyebabkan peranan uang menjadi semakin penting dalam perekonomian14.”

13 Sadono Sukino, Pengantar Teori Mikro ekonomi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000), hlm. 33.

14 Ibid., hlm. 34.

Universitas Sumatera Utara

(19)

Untuk membantu mengimbangi berkembangnya perekonomian nasional sekarang ini dengan permasalahan yang semakin rumit dan pelik dengan sistem keuangan yang semakin maju dan berkembang, untuk itulah kebijakan baru dalam bidang ekonomi yang berkesesuaian dengan bidang keuangan15. Dengan adanya kondisi sedemikian rupa, maka Bank sentral Indonesia yakni Bank Indonesia (selanjutnya disebut BI) mengemban tugas dalam menetapkan kebijakan moneter untuk mengatur sistematika pembayaran, yang mana dimulai dari dikeluarkannya metode atau sistem pembayaran elektronik ini (e-money). Kebijakan inilah yang telah ditetapkan dalam bentuk Peraturan Bank Indonesia Nomor:

20/6/PBI/2018.16.

Menurut Peraturan Bank Indonsia No. 20/6/PBI/2018 Tentang Uang Elektronik, Uang Elekrtonik adalah instrumen pembayaran yang memenuhi unsur sebagai berikut:17

a. diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetor terlebih dahulu kepada penerbit;

b. nilai uang disimpan secara elektronik dalam suatu media server atau chip; dan

c. nilai uang elektronik yang dikelola oleh penerbit bukan merupakan simpanan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai perbankan.

15 Muhammad Sofyan Abidin, Dampak Kebijakan E-Money Di Indonesia Sebagai Alat Sistem Pembayaran Baru, (Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya, Surabaya, 2018), hlm. 3.

16 Ibid., hlm. 6.

17 Indonesia (Uang Elektronik) Peraturan Bank Indonesia No. 20/6/PBI/2018 Tentang Uang Elektronik,Pasal 1 ayat 3.

Universitas Sumatera Utara

(20)

2. Pengaturan Mengenai Jalan Tol

Dalam Pasal 1 angka 2 Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 Tentang Jalan Tol mengartikan :

“Jalan tol adalah jalan umum yang merupakan bagian sistem jaringan jalan dan sebagai jalan nasional yang penggunaannya diwajibkan membayar tol”. 18

Dalam hubungannya dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 16/PRT/M/2017 mengenai Transaksi Tol Non Tunai di Jalan Tol, yang mana dalam Pasal 6 ayat (2) menyebutkan bahwa:

“Pada saat penerapan Transaksi Tol Non-tunai sepenuhnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diberlakukan, seluruh ruas jalan tol tidak menerima transaksi tunai.”19

E-toll Card adalah kartu elektronik yang digunakan untuk membayar biaya masuk jalan tol di sebagian daerah Indonesia. Penggunaan e-toll hanya perlu menempelkan kartu untuk membayar uang tol dalam waktu 4 detik, lebih cepat dibandingkan bila membayar secara tunai yang membutuhkan waktu 7 detik.

Pengguna e-toll juga mengurangi biaya operasional karena hanya diperlukan biaya untuk mengumpulkan, menyetor dan memindahkan uang tunai dari dan ke bank.20 3. Perlindungan Hukum Dan Konsumen

Indonesia adalah Negara yang berdasarkan hukum, hal tersebut tertuang dalam Undang-Undang Dasar Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 yang menyatakan

18 Indonesia (Jalan Tol), Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 2005 Tentang Jalan Tol, Pasal 1 angka 2.

19 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 16/PRT/M/2017 Mengenai Transaksi Tol Non Tunai di Jalan Tol.

20 https://id.wikipedia.org/wiki/E-Toll, (diakses tanggal 02 Juli 2020).

Universitas Sumatera Utara

(21)

Negara Indonesia adalah Negara hukum21. Adapun tujuan pokok hukum adalah menciptakan tatanan masyarakat yang tertib, menciptakan ketertiban dan keseimbangan. Dengan tercapainya ketertiban di dalam masyarakat diharapkan kepetingan manusia akan terlindungi.22

Penerapan hukum merupakan salah satu usaha untuk menciptakan tata tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat sebagai pencegahan terjadinya pelanggaran hukum. Dengan penerapan hukum yang baik diharapkan kepentingan manusia dapat terlindungi dari suatu perbuatan tindak pidana.

Menurut pakar masalah Konsumen di Belanda, Hondius menyimpulkan, para ahli hukum pada umumnya sepakat mengartikan konsumen sebagai pemakai terakhir dari benda dan jasa. Hondius membedakan antara konsumen bukan pemakai terkhir (konsumen antara) dengan konsumen pemakai terakhir.23

kata “konsumen” berasal dari alih bahasa kata consumer (Inggris- Amerika), atau consument/konsument (Belanda). Pengertian dari consumer atau consument itu tergantung dari posisi mana ia berada. Secara harafiah arti kata consumer itu adalah “(lawan dari produsen) setiap orang yang menggunakan barang”.24

Pengertian “konsumen” dalam arti umum adalah pemakai, pengguna dan atau jasa untuk tujuan tertentu.25 Dalam naskah-naskah akademik dan/atau berbagai naskah pembahasan rancangan peraturan perundang-undangan, cukup

21 Undang-Undang Dasar 1945 Pasca Amandemen.

22 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, (Yogyakarta, 2005).

hlm. 77.

23 Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, (Jakarta: Grasindo, 2004), hlm.

3.

24 AZ.Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, (Jakarta: Diadit Media, 2002), hlm. 3.

25 Abdul Halim Barakatulah, Hukum Perlindungan Konsumen, (Bandung: Nusa Media, Band ung , 2008), hlm. 8.

Universitas Sumatera Utara

(22)

banyak dibahas dan dibicarakan tentang berbagai peristilahan yang termasuk dalam lingkup perlindungan konsumen. Dari naskah-naskah akademik itu yang patut mendapat perhatian,antara lain:

a. Badan Pembinaan Hukum Nasional-Departemen Kehakiman (BPHN), menyusun batasan tentang konsumen akhir, yaitu pemakai akhir dari barang, digunakan untuk keperluan diri sendiri atau orang lain, dan tidak untuk diperjualbelikan.

b. Batasan konsumen dari Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia: Pemakai barang atau jasa yang tersedia dalam masyarakat bagi kepentingan diri sendiri, keluarga atau orang lain dan tidak untuk diperdagangkan kembali.

c. Sedang dalam naskah akademis yang dipersiapkan Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FH-UI) bekerja sama dengan Departemen Perdagangan RI, berbunyi: Konsumen adalah setiap orang atau keluarga yang mendapatkan barang untuk dipakai dan tidak untuk diperdagangkan.26

Dalam pasal 1 Angka 2 Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 disebutkan:27

“Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak diperdagangkan.”

Dari defenisi konsumen menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen diatas dapat diperoleh unsur-unsur konsumen antara lain:

26Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm. 23.

27 Indonesia (Perlindungan Konsumen), Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999, Pasal 1 angka 2.

Universitas Sumatera Utara

(23)

1. Setiap orang

Subjek yang disebut sebagai konsumen berarti setiap orang yang berstatus sebagai pemakai barang dan/atau jasa. Istilah “orang” sebetulnya menimbulkan keraguan, apakah hanya orang individual yang lazim disebut naturlijke person atau termasuk juga badan hukum (rechtpersoon). Yang lebih tepat adalah tidak membatasi pengertian konsumen itu sebatas pada perseorangan. Namun, konsumen harus mencakup juga badan usaha, dengan makna lebih luas daripada badan hukum.

2. Pemakai

Sesuai dengan bunyi penjelasan Pasal 1 Angka 2 Undang-Undang perlindungan Konsumen, kata pemakai menekankan, konsumen adalah konsumen akhir (ultimate consume).28 Penggunaan istilah pemakai dalam hal ini tepat digunakan dalam rumusan penjelasan ketentuan tersebut, sekalipun menunjukkan barang dan/atau jasa yang dipakai tidak serta merta hasil dari transaksi jual beli. Artinya, yang diartikan sebagai konsumen tidak selalu harus memberikan prestasinya dengan cara membayar uang untuk memperoleh barang dan/atau jasa.

3. Barang dan/atau jasa

Undang-undang Perlindungan Konsumen mengartikan barang setiap benda, baik berwujud maupun tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, baik dapat dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan, yang dapat menjelaskan perbedaan istilah-istilah dipakai, dipergunakan, atau dimanfaatkan.29

28 Indonesia (Undang-Undang Perlindungan konsumen), Pasal 1 angka 2.

29Indonesia (Perlindungan Konsumen), Ibid, Pasal 1 angka 4.

Universitas Sumatera Utara

(24)

4. Yang tersedia dalam masyarakat

Barang dan/atau jasa yang ditawarkan kepada masyarakat sudah harus tersedia di pasaran. Dalam perdagangan yang semakin kompleks dewasa ini, syarat itu tidak mutlak lagi dituntut oleh masyarakat konsumen. Misalnya, perusahaan pengembang (developer) perumahan sudah biasa mengadakan transaksi terlebih dahulu sebelum bangunannya jadi.30

5. Bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, makhluk hidup lain transaksi konsumen ditujukan untuk kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, dan makhluk hidup lain. Unsur yang diletakkan dalam defenisi ini mencoba untuk memperluas pengertian kepentingan. Kepentingan ini tidak sekedar ditujukan untuk diri sendiri, keluarga, tetapi juga barang dan/atau jasa itu diperuntukkan bagi orang lain (diluar diri sendiri dan keluarganya).31 6. Barang dan/atau jasa itu tidak untuk diperdagangkan

Pengertian konsumen dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen ini dipertegas, yakni hanya konsumen akhir. Batasan itu sudah biasa dipakai dalam peraturan perlindungan konsumen di berbagai negara. Secara teoritis hal demikian terasa cukup baik untuk mempersempit ruang lingkup pengertian konsumen, walaupun dalam kenyataannya, sulit menetapkan batas-batas seperti itu.32

Perlindungan konsumen adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan perlindungan hukum yang diberikan kepada konsumen dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya dari hal-hal yang dapat merugikan

30 Shidarta, Op. Cit., hlm. 7.

31 Ibid., hlm. 8.

32 Celina Tri Siwi Kristiyanti, Op. Cit., hlm. 30.

Universitas Sumatera Utara

(25)

konsumen itu sendiri.33

Pasal 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen menyatakan,Perlindungan Konsumen berasaskan manfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan dan keselamatan konsumen,serta kepastian hukum.

Penjelasan Pasal 2 Undang-Undang ini menguraikan, Perindungan konsumen diselenggarakan sebagai usaha bersama berdasarkan 5 (lima) asas yang relevan dalam pembangunan nasional yaitu:34

1. Asas Manfaat dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala upaya dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan.

2. Asas keadilan dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku usahan untuk memperoleh haknya dan melaksanakan kewajiban secara adil.

3. Asas keseimbangan dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara kepentingan konsumen, pelaku usaha dan pemerintah dalam arti materil ataupun spiritual.

4. Asas keamanan dan keselamatan konsumen dimaksudkan untuk memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang, dan/atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan.

5. Asas kepastian hukum dimaksudkan agar baik pelaku usaha maupun

33Ahmad Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta:

Rajawali Pers, 2004), hlm. 3.

34M.Sadar dkk, Hukum Perlindungan Konsumen Di Indonesia, (Akademika, 2012), hlm. 19.

Universitas Sumatera Utara

(26)

konsumen menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta negara menjamin kepastian hukum.

Pasal 3 UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen mengemukakan, Perlindungan Konsumen bertujuan:35

a. meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk,melindungi diri;

b. mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari akses negatif pemakaian barang dan/atau jasa;

c. meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menetukan dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen;

d. menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi;

e. menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha;

f. meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, kemanan dan keselamatan konsumen.

Cakupan perlindungan hukum itu dapat dibedakan menjadi dua aspek, yaitu:36 a. Perlindungan terhadap kemungkinan barang yang diserahkan kepada

konsumen tidak sesuai dengan apa yang telah disepakati.

b. Perlindungan terhadap diberlakukannya syarat-syarat yang tidak adil

35 Ibid., hlm. 20.

36 Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen, ctk. Pertama, (Jakarta: Kencana Predana Media Group, 2013), hlm. 21.

Universitas Sumatera Utara

(27)

kepada konsumen.

Kepastian hukum untuk melindungi hak-hak konsumen, yang diperkuat melalui undang-undang khusus, memberikan harapan agar pelaku usaha tidak lagi bertindak sewenang-wenang yang selalu merugikan hak-hak konsumen. Dengan adanya Undang-Undang Perlindungan Konsumen beserta perangkat hukum lainnya, konsumen memiliki hak dan posisi yang berimbang, dan mereka pun bisa menggugat atau menuntut jika ternyata hak-haknya telah dilanggar oleh Pelaku Usaha.37

G. Metode Penelitian

Penelitian merupakan salah satu cara yang tepat untuk memecahkan masalah. Selain itu, penelitian juga digunakan untuk menentukan, mengembangkan dan menguji kebenaran. Dilaksanakan untuk mengumpulkan data guna memperoleh pemecahan masalah atau mendapat jawaban atas pokok- pokok permasalahan yang dirumuskan, sehingga diperlukan rencana yang sistematis metodologi yang merupakan suatu logika yang menjadi dasar suatu penelitian ilmiah. Oleh karenanya pada saat melakukan penelitian seseorang harus memperhatikan ilmu pengetahuan yang menjadi induknya.38

Menurut Soerjono Soekanto yang dimaksud dengan “penelitian hukum adalah kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari suatu atau gejala hukum tertentu dengan jelas menganalisanya”.39

37 Happy Susanto, Op. Cit., hlm. 4.

38 Sri Mulyati Tri Subari dan Ascarya, Op. Cit., hlm. 2.

39 Soerjono Soekanto, dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Cetakan ke-8, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2004), hlm. 43.

Universitas Sumatera Utara

(28)

Dalam penyusunan skripsi ini agar menjadi tulisan arya ilmiah yang memenuhi kriteria, dibituhkan data-data yang relevan dengan skripsi ini. Upaya pengumpulan data melalui metode pengumpulan data di bawah ini:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian hukum normatif yang bersifat deskriptif dimana penelitian hukum normatif mengarahkan refleksinya kepada norma dasar yang diberi bentuk konkret dalam norma-norma yang ditentukan dalam bidang hukum tertentu. Norma-norma tersebut nantinya akan diimplementasikan ke dalam peraturan-peraturan konkret dalam kehidupan masyarakat.40

Penelitian Hukum Normatif adalah metode penelitian hukum yang dilakukan dengan meneliti bahan pustaka atau data sekunder. Dalam penelitian hukum normatif hukum tertulis dikaji dari berbagai aspek seperti aspek teori, filosofi, perbandingan, struktur/komposisi, konsistensi, penjelasan umum dan penjelasan pada tiap pasal, formalitas dan kekuatan mengikat suatu undang-undang serta bahasa yang digunakan adalah bahasa hukum. Sehingga dapat kita simpulkan pada penelitian hukum normatif mempunyai cakupan yang luas.

2. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian yuridis normatif ini adalah data sekunder. Data dekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian, yaitu sebagai berikut:

a. Bahan hukum primer yaitu norma atau kaidah dasar seperti peraturan perundang-undangan maupun peraturan-peraturan lainnya seperti:

40 Jhonny Ibrahim, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, ctk. Kedua, (Malang: Bayumedia Publishing, 2006), hlm. 49.

Universitas Sumatera Utara

(29)

1. Undang-Undang Dasar 1945.

2. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1998 Tentang Bank Indonesia.

4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

5. Peraturan Bank Indonesia Nomor 20/6/PBI/2018 Tentang Uang Elektronik.

6. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor: 1/POJK.07/2013 Tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan.

7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 16/PRT/M/2017 Tentang Transaksi Tol Nontunai Di Jalan Tol.

8. Dan Peraturan-Peraturan Hukum Lainnya.

b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer seperti: buku-buku, artikel-artikel, jurnal, hasil-hasil penelitian, dan pendapat para ahli hukum yang berkaitan dengan skripsi ini.

c. Badan hukum tersier ialah bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum skunder seperti kamus umum, dan ensiklopedia yang menjadi tambahan bagi penulisan skripsi ini yang berkaitan dengan penelitian ini.41

3. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah penelitian kepustakaan (library research) yaitu dengan membaca dan mempelajari berbagai

41 Amiruddin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014), hlm. 25.

Universitas Sumatera Utara

(30)

macam literatur yang berkaitan dengan skripsi ini serta dokumen-dokumen seperti Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen dan peraturan-peraturan hukum serta jurnal-jurnal hukum terkait yang mendukung pembahasan skripsi ini.

4. Analisis Data

Untuk menganalisis data yang diperoleh, pengolahan data dilakukan dengan cara mensistematika terhadap bahan-bahan hukum tertulis. Sistematisasi berarti membuat klasifikasi terhadap bahan-bahan hukum tersebut untuk memudahkan pekerjaan analisis dan kontruksi.42 Kegiatan yang dilakukan dalam analisis data penelitian hukum normatif dengan cara data yang diperoleh di analisis secara deskriptif kualitatif yaitu analisis terhadap data yang tidak dapat dihitung.

Bahan hukum yang telah diperoleh selanjutnya dilakukan pembahasan, pemeriksaan dan pengelompokan ke dalam bagian-bagian tertentu untuk diolah menjadi data informasi, kemudian mengintrepesentasikan dan mendiskusikan data informasi atau bahan hasil penelitian berdasarkan pada pengertian hukum, norma hukum, teori-teori hukum serta doktrin yang berkaitan dengan pokok permasalahan, kemudian dikorelalsikan dengan fakta-fakta yang relevan dan melalui proses silogisme akan diperoleh suau kesimpulan (conclution) terhadap permasalahnnya.

H. Sistematika Penulisan

Penulisan ini dibuat secara terperinci dan sistematis agar memberikan kemudahan bagi pembacanya dalam memahami maknanya dan memperoleh

42 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Op. Cit., hlm 251-252.

Universitas Sumatera Utara

(31)

manfaatnya. Gambaran secara keseluruhan mengenai skripsi ini akan dijabarkan dengan cara menguraikan sistematika penulisannya yang terdiri atas 5 (lima) bab yaitu:

Bab I, Pendahuluan merupakan bab yang memberikan ilustrasi guna memberikan informasi yang bersifat umum dan menyeluruh serta sistematis dari skripsi ini yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan pustaka, metode penulisan sampai pada sistematika penulisan.

Bab II, Kedudukan Uang Elektronik Sebagai Alat Pembayaran Yang Sah Pada Jalan Tol (E-Toll), bab ini merupakan awal dari pembahasan terhadap masalah yang telah dirumuskan sebelumnya dalam pendahuluan yang dibahas dalam bab ini yakni mengenai uang elektronik mulai dari sejarah perkembangan ulang elektronik sampai pada uang elektronik di Indonesia, kemudian dibahas juga mengenai dasar hukum berlakunya uang elektronik di Indonesia sebagai alat pembayaran yang sah di jalan tol (e-toll), dan sampai pada kedudukan uang elektronik di jalan tol (e-toll) sebagai alat pembayaran yang sah.

Bab III, Menjelaskan mengenai Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Pengguna Uang Elektronik Pada Jalan Tol (E-Toll), pada bab ini akan membahas mengenai perlindungan hukum pada umumnya, dan kemudian membahas perlindungan konsumen secara umum dengan segala aspek perlindungan terhadap konsumen yang diatur undang-undang perlindungan konsumen, serta juga membahas bagaimana perlindungan hukum bagi konsumen pengguna uang elektronik di jalan tol (e-toll).

Universitas Sumatera Utara

(32)

Bab IV, pada bab ini akan membahas mengenai upaya hukum yang dapat dilakukan konsumen pengguna uang elektronik di jalan tol (e-toll), jika terjadi kerusakan ataupun kehilangan pada kartu elektronik tol, yang ditinjau dari Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen serta juga mengkaitkan dengan peraturan-peraturan hukum yang ada selain undang-undang tentang perlindungan konsumen tersebut.

Bab V, Penutup yang berisikan Kesimpulan dan Saran, merupakan bab penutup yang didalamnya dirumuskan kesimpulan dan saran yang kesimpulannya diambil dari pembahasan dalam skripsi ini dan diakhiri dengan saran-saran.

Sebagai pelengkap skripsi ini, pada bagian terakhir disertakan daftar pustaka.

.

Universitas Sumatera Utara

(33)

24 BAB II

KEDUDUKAN UANG ELEKTRON IK SEBAGAI ALAT PEMBAYARAN YANG SAH PADA JALAN TOL (E-TOLL)

A. Uang Elektronik

1. Sejarah Perkembangan Uang Elektronik.

Tumbuhnya tingkat perekonomian manusia selalu diukur dengan berapa jumlah uang yang dimiliki, semakin besar jumlah uang yang dimiliki maka semakin besar pula kemampuan daya beli atau pembayaran yang dapat dilakukan.

Lahirnya sistem pembayaran tidak lepas dari sejarah pembayaran. Pada awalnya, manusia selalu berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri.

Dalam setiap aktifitas ekonominya masyarakat membutuhkan sarana yang bisa di pakai sebagai alat pembayaran. Fungsi dari alat pembayaran ini tentu untuk memudahkan orang dalam proses tukar menukar barang ataupun jasa. Pada zaman dulu, alat yang bisa dipakai untuk membayar barang dan jasa bermacam- macam.43

Pada awal perkembangan, selalu saja ada keterbatasan sumber daya yang dihadapi manusia di satu wilayah tertentu. Mereka yang tinggal di puncak gunung tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk menghasilkan garam. Sebaliknya, mereka yang tinggal di pesisir tidak dapat menghasilkan kopi atau gula untuk memenuhi kebutuhannya.44

43 Rohardjo M. Dawam, Bank Indonesia dalam Kilasan Sejarah Bangsa, (Jakarta:

LP3ES, 1995), hlm. 2.

44 Ibid., hlm. 3.

Universitas Sumatera Utara

(34)

Keterbatasan-keterbatasan sumber daya itu kemudian mendorong setiap manusia untuk mencari orang lain yang memiliki barang yang dibutuhkannya dan mau bertukar dengan barang yang dimilikinya. Mereka melakukan tukar menukar barang yang dibutuhkan untuk memenuhi kekurangannya masing-masing. Maka, mulailah terjadi transaksi pertukaran yang dikenal dengan nama barter. Barang tertentu ditukar dengan barang yang lain. Untuk mengatasi hal-hal yang menjadi kesulitan dalam sistem tukar menukar, mulailah muncul ide-ide untuk menggunakan benda-benda yang langka yang dianggap memiliki nilai dan makna yang tinggi, atau benda-benda yang dibutuhkan sehari-hari.

Pada Masa Romawi, orang romawi menggunakan garam sebagai alat tukar baik sebagai penukar barang maupun pembayaran upah. Tradisi ini berlangsung cukup lama dan berdampak luas. Salah satunya adalah sebutan Orang Inggris untuk upah yakni salary yang diyakini berasal dari bahasa latin, salarium yang berarti garam. Selain garam, barang-barang yang dianggap memiliki nilai keindahan dan bernilai, seperti kerang, pernah dijadikan alat tukar sebelum manusia menemukan uang logam.45

Kesulitan-kesulitan itu kemudian mendorong manusia menciptakan alternatif demi alternatif dalam hal pertukaran. Kemudian munculah apa yang dikenal sebagai uang logam sebagai alat tukar. Sejak itu, sistem pembayaran terus berkembang hingga kini.46 Dan di Indonesia beragamnya jenis mata uang yang beredar mulai mengalami perkembangan setelah proklamasi kemerdekaan tahun 1945, dan tidak terlepas dari situasi dan kondisi pasca kemerdekaan. Namun setelah tahun 1951, dengan dikeluarkan dan diberlakukannya Undang-Undang

45 Aulia Pohan, Sistem Pembayaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hlm. 49.

46 Ibid., hlm. 50.

Universitas Sumatera Utara

(35)

Darurat Nomor 20 Tahun 1951 pada bulan September 1951, telah ditetapkan bahwa alat pembayaran yang sah adalah uang (dalam hal ini rupiah), terkecuali pada wilayah Irian Barat. Melalui pengesahan terhadap Undang-Undang Nomor 13 tahun 1968 mengenai Pokok Perbankan, maka ditetapkan pula bahwa Rupiah dan dapat disingkat dengan “Rp” merupakan satuan hitung terhadap uang di Negara Republik Indonesia.

Uang merupakan alat tukar atau alat pembayaran yang sah di setiap negara, sedangkan menurut jenisnya uang dapat dibagi menjadi uang kartal, uang giral dan uang kuasi. Uang kartal adalah alat bayar yang sah dan wajib diterima oleh masyarakat dalam melakukan transaksi jual beli seharihari. Bentuk dari uang kartal yaitu uang kertas dan uang logam. Sedangkan uang giral menurut Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan memiliki pengertian tagihan umum, yang dapat digunakan sewaktu-waktu sebagai alat pembayaran. Bentuk uang giral dapat berupa cek, giro, wesel atau telegraphic transfer.

Namun seiring dengan perkembangan financial technology (fintech) memunculkan inovasi baru dalam penyelenggaraan transaksi pembayaran secara elektronik, guna memaksimalkan penggunaan alat pembayaran non tunai (less cash), sehingga nantinya tercipta less cash society.47

Sistem pembayaran dalam transaksi ekonomi mengalami kemajuan yang pesat seiring dengan perkembangan teknologi yang canggih. Kemajuan teknologi dalam sistem pembayaran telah menggantikan peranan uang tunai (currency) yang dikenal masyarakat sebagai alat pembayaran pada umumnya ke dalam bentuk pembayaran non tunai yang lebih efektif dan efisien. Hal ini didukung dengan

47 Hidayati, dkk, Kajian Operasional e-money, (Jakarta: Bank Indonesia, 2006), hlm. 2.

Universitas Sumatera Utara

(36)

semakin banyaknya perusahaan-perusahaan ataupun pusat perbelanjaan di Indonesia yang menerima transaksi pembayaran dengan menggunakan sistem pembayaran non tunai. Cepat, aman, nyaman, mudah dan efesien dalam bertransaksi merupakan alasan masyarakat Indonesia memiliki respon yang besar terhadap sistem pembayaran non tunai dan sistem pembayaran non tunai ini telah dikembangkan oleh pihak bank maupun non bank sebagai lembaga penyelenggara sistem pembayaran di Indonesia.

Pembayaran elektronik ini merupakan pembayaran yang memanfaatkan teknologi informasi dan jaringan komunikasi. Pembayaran elektronis tersebut antara lain yaitu phone banking, internet banking, pembayaran menggunakan kartu kredit serta kartu debit/Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Meskipun teknologi yang digunakan berbeda-beda, namun seluruh bentuk pembayaran elektronis tersebut terkait dengan rekening nasabah pada bank melalui proses otorisasi.48

Sejak tahun 1990-an hingga kini terdapat kecenderungan masyarakat untuk menggunakan “uang eloktronik” (electronic money atau e-money), seperti internet banking, debit cards, dan automatic teller machine (ATM) cards. Evolusi uang tidak berhenti di sini. Uang elektronik juga muncul dalam bentuk smart cards, yaitu penggunaan chips pada sebuah kartu. Penggunaan smart cards sangat praktis, yaitu dengan “mengisi” chips dengan sejumlah uang tertentu yang dikehendaki, dan selanjutnya menggunakannya untuk melakukan transaksi.49

Perkembangan e-money sendiri dimulai sejak 1960. Saat itu perusahaan komputer raksasa IBM bekerjasama dengan American Airlines menciptakan suatu

48 R. Serfianto, dkk, Untung Dengan Kartu Kredit, Kartu ATM-Debit, & Uang Elektronik, (Jakarta: Visi Media, 2012), hlm. 98.

49 Hidayati, dkk, Kajian Operasional e-money, (Jakarta: Bank Indonesia, 2006), hlm 2.

Universitas Sumatera Utara

(37)

sistem yang disebut SABRE (Semi-Automatic Busines Research Environment) yang memungkinkan kantor-kantor American airlines untuk dipasangkan dengan terminal yang terhubung dengan jaringan telepon yang memungkinkan perusahaan mengecek secara langsung jadwal keberangkatan, ketersediaan kursi, dan secara digital membuat pesanan yang kemudian bisa dibayarkan menggunakan sistem kredit. Tahun 1970-an bank di Amerika dan Eropa telah menggunakan mainframe komputer untuk melacak transaksi antar cabang dan bank lain, sistem ini terbukti sukses melewati batasan internasional pertukaran kurs dibutuhkan.50

Uang elektronik (e-money) adalah uang yang digunakan dalam transaksi internet dengan cara elektronik. Biasanya, transaksi ini melibatkan penggunaan jaringan komputer (seperti internet dan sistem penyimpanan harga digital).51 e-money sekarang mulai berkembang di Indonesia, Tahun ketahun penguna e- money semakin meningkat. Menjadi populer juga banyaknya wirausaha online maupun offline di Indonesia dan transaksi yang sedang popular digunakan sekarang adalah e-money. Bahkan, fasilitas-fasilitas umum telah memperkenalkan e-money sebagai pembayaran tol, commuterline, transjakarta, parkir, dan masih banyak lagi.52

Di Indonesia sendiri, penggunaan uang elektronik (e-money) ini dimulai di tahun 2007 tetapi masih diatur dalam pengaturan mengenai APMK (Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu). Bank Indonesia mencatat jumlah

50 S. Nuryanti Hidayati, dkk, Operasional e-money, (Jakarta: Bank Indonesia, 2006), hlm. 45.

51 Hidayati, dkk, Op. Cit., hlm. 17.

52 Rina Nurjanah, diakses melalui Infografis Uang Mulai Ketinggalan Zaman, melalui http://m.liputan6.com/news/read/2180705/infografis-uang-mulai-ketinggalan-zaman, (pada tanggal 6 Juli 2020).

Universitas Sumatera Utara

(38)

transaksi di tahun 2007 ada sekitar 586.046 transaksi dan di tahun 2008 meningkat sebanyak 2.560.591 transaksi.53

Kemudian di tahun 2009, Bank Indonesia sebagai lembaga yang mempunyai otoritas moneter mengeluarkan peraturan Bank Indonesia dengan No.

11/12/PBI/2009 Tentang Uang Elektronik (Electronic money). Peraturan ini menjadikan pengaturan mengenai Uang Elektronik terpisah dengan pengaturan mengenai Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu. Keluarnya PBI ini secara tidak langsung mengakibatkan melonjaknya jumlah transaksi uang elektronik mencapai 17 juta transaksi dengan nilai transaksi mencapai 500 milyar pada tahun 2009. Di tahun-tahun berikutnya jumlah instrument selalu meningkat dan di akhir tahun 2011, jumlah transaksi sudah mencapai 41 juta transaksi.54

Setiap tahunnya penggunaan e-money mengalami kenaikan terutama pada tahun 2013 ke 2014 dan banyak bank atau perusahaan lainya yang menyediakan jasa e-money yang telah bersertifikat Bank Indonesia. E-money di Indonesia memiliki masa depan cerah. Karena Seperti yang dilaporkan oleh Detik, Bank Indonesia memperlihatkan beberapa statistik mengenai kondisi e-money di negara ini. Sejauh ini, e-money uang non tunai yang digunakan dalam transaksi sudah digunakan sebagai alat pembayaran untuk transaksi yang bernilai kurang dari Rp 5 juta di Indonesia. Total nilai transaksi e-money di tahun 2013 mencapai Rp 6,7 miliar per hari atau Rp 2 triliun per tahun. Sementara total nilai transaksi di Indonesia adalah Rp 260 triliun per tahun.55

53 Jurnal Universitas Sumatera Utara “ Analisis Permintaan Uang Elektronik (E-money) Terhadap Velocity of Money di Indonesia”, hlm. 7.

54 Ibid., hlm. 8.

55 S. Nuryanti Hidayati, dkk, Op. Cit., hlm. 21.

Universitas Sumatera Utara

(39)

2. Pengertian Uang Elektronik.

Pengertian uang elektronik dijelaskan dalam artikel laporan Bank International Settlements edisi Oktober 1996 yaitu sebagai mekanisme penyimpanan nilai dan atau pembayaran terlebih dahulu untuk pelaksanaan transaksi pembayaran yang dilakukan secara elektronik. Dengan kata lain, uang elektronik memiliki dua fungsi uang yakni sebagai store value (penyimpan nilai) dan prepaid payment yang pada hakekatnya identik dengan fungsi standard of deffered payment pada uang secara umum. Secara lengkap, definisi uang elektronik menurut versi Bank for International Settlements berbunyi:

“uang elektronik dapat bersifat “single purpose” yakni, hanya dapat digunakan untuk penyelesaian satu jenis transaksi pembayaran, maupun

“multi purpose” yakni dipergunakan untuk berbagai jenis transaksi pembayaran. Dalam pelaksanaannya, pembatasan untuk jenis multi purpose uang elektronik terdapat pada nilai elektronik yang terdapat didalamnya dan atau jangka waktu penggunaan instrumen uang elektronik yang diberikan oleh bank penerbit kepada nasabah yang bersangkutan”.56

Sebagai “Store of value”, uang elektronik dapat bersifat “single purpose” yakni hanya dapat digunakan untuk penyelesaian satu jenis transaksi pembayaran, maupun “multi purpose” yakni dipergunakan untuk berbagai jenis transaksi pembayaran. Dalam pelaksanaannya, pembatasan untuk jenis multi purpose uang elektronik terdapat pada nilai elektronik yang terdapat didalamnya dan atau

56 Mulyana Soekarni,Studi Empiris: Dampak Perkembangan Teknologi Informasi Pada Kegiatan Bank Sentral, (Jakarta: Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan Bank Indonesia, 2001), hlm. 14.

Universitas Sumatera Utara

(40)

jangka waktu penggunaan instrumen uang elektronik yang diberikan oleh bank penerbit kepada nasabah yang bersangkutan.57

Uang elektronik yang dimaksud adalah alat pembayaran elektronik yang diperoleh dengan menyetorkan terlebih dahulu sejumlah uang kepada penerbit, baik secara langsung, maupun melalui agen-agen penerbit, atau dengan pendebitan rekening di bank, dan nilai uang tersebut dimasukan menjadi nilai uang dalam media uang elektronik, yang dinyatakan dalam satuan Rupiah, yang digunakan untuk melakukan transaksi pembayaran dengan cara mengurangi secara langsung nilai uang pada media uang elektronik tersebut.58

Adapun dilihat dari aspek media yang dipergunakan, secara umum terdapat dua jenis produk uang elektronik yakni digital cash (disebut pula sebagai card-based mechanism) dan prepaid card (disebut pula sebagai electronic purses). Perbedaan kedua instrumen tersebut adalah:

Pertama, berdasarkan sistem penyimpanan nilai, digital cash memakai disk yang terdapat dalam personal computer nasabah dan frame bank, sementara prepaid card memakai chip-intergrated circuit, nilai tertanam dalam kartu;

Kedua, Berdasarkan mekanisme pemindahan nilai/pembayaran, digital cash memanfaatkan jaringan komunikasi (net, web atau sarana telephone) sebagai sarana pemindahan nilai/pembayaran;

Ketiga, pelayanan transaksi pembayaran digital cash secara virtual tetapi pelayanan transaksi pembayaran prepaid card secara face to face antara penerima dengan pembayar.59

57 Ibid., hlm. 14.

58 Prof. Dr. H. Veithal Rivai, M.B.A, dkk, Bank and Financial Institution Management, (Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada, 2001), hlm. 167.

59 Mulyana Soekarni, Op. Cit., hlm. 15.

Universitas Sumatera Utara

Referensi

Dokumen terkait

Data diperoleh melalui penelitian kepustakaan (library research) dan penelitian lapangan (field research). Penelitian Kepustakaan dilakukan dengan menganalisis Putusan

1) Selama masih dalam pemeriksaan dan untuk mencegah kerugian yang lebih besar, pemilik Merek dan/atau penerima Lisensi selaku penggugat dapat mengajukan permohonan

Seperti diantaranya adalah praktik perjanjian jual beli tanah hak milik oleh pihak asing dengan cara pinjam nama (nominee) yang seolah-olah bahwa pembeli tanah

3. suatu sebab yang halal. Pos Indonesia bergerak dalam bidang jasa, maka faktor yang sangat penting yang perlu di perhatikan adalah kepercayaan pengguna jasa, dimana

a) Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang mengikat, terdiri dari peraturan perundang-undangan yang terkait dengan objek penelitian. Bahan hukum primer yang

3) Periksa dengan seksama kondisi kamera dan lensa tersebut, mulai dari kondisi fisik dan tombol-tombol fungsi produk. 4) Cek kelengkapan dari paket tersebut, mulai

Skripsi ini mengemukakan permasalahan mengenai bentuk-bentuk pelanggaran terhadap perempuan korban perang di Suriah ditinjau menurut hukum internasional, diantara banyak

Pasal tersebut menyatakan bahwa asuransi pada umumnya adalah suatu persetujuan dimana penanggung dengan menikmati suatu premi mengikat dirinya terhadap tertanggung