• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL HUKUM OLEH : FANDY GULTOM DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM KEPERDATAAN BW

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "JURNAL HUKUM OLEH : FANDY GULTOM DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM KEPERDATAAN BW"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL HUKUM

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PERTANGGUNG JAWABAN PT.POS INDONESIA KANTOR PUSAT MEDAN BERKAITAN DENGAN

KELALAIAN YANG MENYEBABKAN RUSAK ATAU HILANGNYA BARANG KIRIMAN MENURUT

UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN (Studi Di PT.Pos Indonesia Kantor Pusat Medan)

OLEH :

FANDY GULTOM 140200018

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM KEPERDATAAN BW

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(2)

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PERTANGGUNG JAWABAN PT.POS INDONESIA KANTOR PUSAT MEDAN BERKAITAN DENGAN

KELALAIAN YANG MENYEBABKAN RUSAK ATAU HILANGNYA BARANG KIRIMAN MENURUT

UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN (Studi Di Pt.Pos Indonesia Kantor Pusat Medan)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tanggung jawab PT.Pos Indonesia (Persero) sebagai penyedia jasa apabila terjadinya kelalaian yang menyebabkan rusak atau hilangnya barang kiriman dalam penyelenggaraan jasa pos. Penelitian yang dilakukan adalah yuridis normatif dengan sifat penelitan deskriptif yaitu menghadapi permasalahan yang dibahas berdasarkan peraturan- peraturan yang berlaku kemudian dihubungkan dengan kenyataan-kenyataan yang terjadi dalam masyarakat dan pengolahan datanya menggunakan data primer sesuai dengan keadaan yang terjadi

Hasil dari penelitian ini yang 1. faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya wanprestasi dalam proses pengiriman barang di PT.Pos Medan disebabkan oleh faktor internal yaitu dari pihak PT.Pos sendiri dan faktor eksternal yaitu faktor alam dan ketertiban yang berada di luar kekuasaan manusia.

2. konsumen jasa pos di PT.Pos Indonesia (Persero) Medan belum cukup terlindungi karena masih terdapat hak-hak yang diabaikan apabila ditinjau dari undang-undang nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen. 3. tanggung jawab yang di berikan pihak pos adalah dengan memberikan ganti rugi kepada pengguna jasa pos yang dirugikan, yang ketentuannya sudah ditentukan oleh pihak pos, namun tidak semua konsumen merasa puas atas aturan yang telah dibuat oleh pihak pos. Tetapi pihak pos selalu mengupayakan kenyamanan pengguna jasa pos dalam melakukan transaksi di kantor pos Medan.

Kata kunci : PT.Pos Indonesia, Perlindungan Konsumen, Pertanggung Jawaban Pelaku Usaha.

A. PENDAHULUAN

Proses pengiriman barang pada dasarnya menggunakan alat transportasi yang dapat menunjang mobilitas barang sampai pada tujuan yang dikehendaki, dengan segala keterbatasan manusia dalam proses pengiriman barang (keterbatasan dalam waktu, biaya dan jarak) maka sangat di perlukan suatu penyedia jasa pengiriman yang menyediakan fasilitas transportasi yang baik dan

(3)

dapat memenuhi permintaan masyarakat agar proses pengiriman dan penerimaan barang dapat berjalan dengan lancar dan dapat memberikan jaminan kepada pengguna jasa pegiriman.

Pengiriman barang sudah merupakan salah satu kebutuhan masyarakat, banyak sarana yang dapat digunakan untuk melakukan hal tersebut salah satunya melalui PT. Pos Indonesia (Persero). PT.Pos Indonesia adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang menyelenggarakan pelayanan jasa pengiriman surat dan paket pos, jasa keuangan, serta logistik yang menjangkau 100% (seratus persen) kota/kabupaten, hampir seluruh kecamatan dan 42% (empat puluh dua persen) kelurahan/desa, dan lokasi transmigrasi di Indonesia. Jumlah Kantor Pos lebih dari 3.800 (tiga ribu delapan ratus), dilengkapi dengan 1.811 (seribu delapan ratus sebelas) Mobile Pos di kota-kota besar yang sudah dilengkapi dengan teknologi sistem online. Sehingga membu at para konsumen masih seringkali menggunakan layanan jasa pos dalam memenuhi kebutuhannya, karena dianggap lebih mudah.1

PT. Pos Indonesia (Persero) dalam penyelenggaraan Surat dan Paket Pos Domestik berusaha untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada pihak pengirim maupun penerima. Walaupun kadangkala tetap saja ada pelaksanaan pelayanan pos yang tidak sesuai dengan yang dijanjikan sehingga pengiriman paket pos berakibat terhadap timbulnya kerugian-kerugian tertentu bagi pengguna jasa pos, seperti paket yang dikirimkan mengalami keterlambatan sampai ke tujuan atau barang yang dikirimkan mengalami kerusakan yang sebelumnya pada saat dikirim kondisi barang masih bagus dan pada saat sampai di tujuan berbeda keadaannya atau bahkan bisa saja terjadi paket barang kiriman tidak sampai ke

1 https://id.wikipedia.org/wiki/Pos_Indonesia diakses pada tanggal 20 Oktober 2017.

(4)

tujuan alamat penerima karena paket barang hilang. Selain itu kerugian yang timbul dalam pengiriman paket pos juga bisa diakibatkan oleh kesalahan dan/atau kelalaian baik penyelenggara pos atau sumber daya manusianya (pegawai- pegawainya) maupun pengguna jasa pos itu sendiri.

Banyak peristiwa hukum yang berkaitan dengan perjanjian pengiriman khususnya yang berkaitan dengan tanggung jawab pihak jasa pengiriman barang terhadap rusaknya atau hilangnya barang kiriman tersebut. Kenyataan yang ditemukan sering kali klaim yang ditemukan oleh pengirim kurang ditanggapi oleh pihak perusahaan pengiriman sehingga terkadang timbul sengketa. Misalnya kasus yang sering terjadai di PT.Pos Indonesia cenderung mengenai masalah yang bersifat pribadi antara pengirim dan penerima.

Suatu transaksi tentunya di dalamnya terkandung suatu perjanjian bagi pihak yang melakukan transaksi tersebut. Dalam hal ini setiap transaksi haruslah mengandung manfaat bagi pihak-pihak yang membuatnya.

Perjanjian menurut pasal 1313 KUHPerdata adalah “ suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”.2 Maka perjanjian tersebut tidak terlepas dari peranan Buku III KUHPerdata tentang Perikatan. Bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah adalah mengikat para pihak yang membuatnya.

Hal ini selaras dengan asas itikad baik yaitu pihak-pihak yang melakukan perjanjian haruslah melakukannya dengan itikad baik dengan tidak mengganggu hak dan kewajiban pihak lain. Yang dalam hal ini tidak terlepas dari transaksi yang dilakukan oleh PT.Pos Indonesia dengan pengguna jasa pos yang dalam

2 Pasal 1313, KUHPerdata.

(5)

bertransaksi keduanya haruslah saling menguntungkan dan tidak boleh ada yang merasa dirugikan oleh salah satu pihak. Karena ketika ada yang merasa dirugikan oleh salah satu pihak hal ini berarti terdapat salah satu pihak yang melanggar hak dari pihak lain.

Namun faktanya dalam penyelenggaraan jasa pos ini sering kali terjadi wanprestasi. Adapun bentuk wanprestasi yang sering terjadi dalam penyelenggaraan jasa pos seperti misalnya rusaknya barang pengirim, hilangnya barang pada saat sebelum sampai pada penerima barang, dan kerusakan barang.

Hilang diartikan tidak ada lagi, lenyap, atau tidak kelihatan. Rusak diartikan sudah Tidak sempurna ,tidak utuh lagi.3

Konsumen yang dalam artian pengguna jasa pos seringkali diam saja ketika haknya tidak terpenuhi, cenderung dari mereka justu membiarkan saja padahal sebagai konsumen mereka memiliki hak untuk dilindungi. Salah satu sifat sekaligus tujuan hukum itu adalah memberikan perlindungan kepada masyarakat.

Jadi sebenarnya hukum konsumen dan hukum perlindungan konsumen adalah dua bidang hukum yang sulit dipisahkan dan ditarik batasnya.4 Oleh karena itu melihat keadaan yang demikian maka konsumen merupakan pihak yang lemah yang didalamnya ada aturan yang mengatur untuk memberikan perlindungan pada konsumen. Terutama dalam penyelenggaraan jasa pos ini seringkali terjadi resiko yang tidak diinginkan, yang menyebabkan tidak terpenuhinya hak konsumen yang dirugikan.5

3 Depertemen pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Balai pustaka:

Jakarta ,2005).hal 971

4 Celina Tri Siwi Kristyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Sinar Grafika, 2016), hal 13

5 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen, (Jakarta:Gramedia, 2003), hal 12.

(6)

Dengan demikian, PT.Pos Indonesia ( Persero) dituntut untuk memenuhi tanggung jawabnya yaitu mengganti kerugian sesuai peraturan yang berlaku.

Mengenai pemberian ganti rugi atas kerusakan atau kehilangan barang yang dikirim, tanggung jawab PT.Pos Indonesia (persero) diatur dalam UU No.38 Tahun 2009 Pasal 31 ayat (1) yang menyebutkan bahwa : “ penyelenggara Pos wajib memberikan ganti rugi atas kerugian yang dialami oleh pengguna layanan Pos akibat Kelalaian dan kesalahan penyelenggara pos”.6

kemudian dalam Pasal 28 dirumuskan :

Pengguna layanan pos berhak mendapatkan ganti rugi apabila terjadi : 1. kehilangan kiriman

2. kerusakan isi paket

3. keterlambatan kiriman ; atau

4. ketidaksesuaian antara barang yang dikirim dan yang di terima.7 PT. Pos Indonesia Indonesia (Persero) dalam memberikan pelayanan jasa berupa pengiriman surat dan paket pos, di samping mencari keuntungan juga harus bertanggung jawab atas kepuasan pelanggan. Wujud tanggung jawab tersebut harus sesuai dengan perjanjian yang telah di sepakati antara pihak pengirim dengan pihak penyedia jasa, yaitu pengirim menghendaki mengirimkan barangnya dengan syarat tertentu berupa pembayaran sejumlah uang dan pihak PT. Pos Indonesia (Persero) bersedia memenuhi kewajibannya dengan mengantarkan atau mengirim barang tepat pada waktu dan sampai di tujuan dengan aman. Sebagaimana dalam Pasal 30 Undang-undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang Pos bahwa:“Pos wajib menjaga kerahasiaan, keamanan dan keselamatan kiriman”.8

6 Pasal 31 ayat (1) Undang-undang No. 38 Tahun 2009 Tentang Pos

7 Pasal 28 Undang-undang No. 38 Tahun 2009 Tentang Pos

8 Pasal 30 Undang-undang No. 38 Tahun 2009 Tentang Pos

(7)

B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan dalam sripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah faktor-faktor penyebab terjadinya wanprestasi dalam proses pengiriman barang di PT.Pos Indonesia (Persero) kantor Pusat Medan ? 2. Bagaimana perlindungan konsumen di PT. Pos Indonesia ( Persero) kantor

Pusat Medan apakah sudah sesuai dengan UU No.8 Tahun 1999 tentang perlindungan Konsumen ?

3. Bagaimana tanggung Jawab pihak pos di PT.Pos Indonesia (Persero) kantor Pos Pusat Medan terhadap konsumen yang dirugikan akibat kelalaian yang mengakibatkan rusak atau hilangnya barang kiriman ? C. Metode Penelitian

jenis penelitian yang dipergunakan yaitu penelitian Yuridis Normatif atau disebut dengan penelitian kepustakaan, yaitu penelitian dengan mengkaji peraturan-peraturan hukum, termasuk norma dan asas-asas yang terkandung dalam peraturan- peraturan tertulis atau bahan-bahan hukum yang lain.9 Jenis penelitian yuridis yang dimaksud meliputi asas-asas hukum, sistematika hukum, dan sinkronisasi hukum.

Penulisan ini memiliki sifat sebagai penelitian deskriptif, Menurut soejono soekanto penelitian deskriptif adalah: “suatu penelitian yang dimaksud untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan gejala-gejala

9 Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, (Jakarta:Sinar Grafika,2002), hal 13

(8)

lainnya.”10 Maksudnya adalah untuk mempertegas hipotesa-hipotesa agar dapat membantu memperkuat teori-teori lama atau dalam kerangka penyusunan teori baru.

D. PEMBAHASAN

1. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Wanprestasi Dalam Proses Pengiriman Barang Di PT.Pos Indonesia (Persero) Kantor Pusat Medan

Dalam keadaan normal, perjanjian dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya tanpa ada gangguan ataupun halangan, tetapi pada waktu tertentu yang tidak dapat diduga oleh para pihak, muncul halangan, sehingga pelaksanaan perjanjian tidak dapat dilaksanakan dengan baik. Faktor terjadiya wanprestasi diklasifikasikan menjadi dua faktor yaitu:

a. Faktor dari luar, yaitu peristiwa yang tidak diharapkan terjadi dan tidak dapat di duga akan terjadi ketika perjanjian dibuat

b. Faktor dari dalam para pihak, yaitu kesalahan yang timbul dari diri para pihak, baik kesalahan tersebut yang dilakukan dengan sengaja ataupun karena kelalaian pihak itu sendiri, dan para pihak itu sendiri, dan para pihak sebelumnya telah mengetahui akibat yang timbul dari perbuatannya tersebut.11

a. Wanprestasi yang disebabkan faktor internal.

Wanprestasi yang disebabkan oleh faktor internal ialah dari pihak PT.Pos itu sendiri yaitu faktor manusia yang biasanya disebut dengan Human eror. Ada beberapa faktor yang pernah di alami oleh PT.Pos Medan yang mengakibatkan wanprestasi antara lain:

10 Soerjono Soekanto,Pengantar Penelitian Hukum ,(Jakarta: Universitas Indonesia Press, 2014), hal 43.

11 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2002), hal.

55.

(9)

1) Identifikasi barang konsumen.

a) pengguna layanan pos tidak memberitahukan secara lengkap pada pegawai pos ( costumer service) mengenai wujud dan sifat barang.

Apakah barang tersebut merupakan barang yang dilarang oleh Undang-undang atau barang yang bernilai tinggi, seperti Ijazah, Paspor, Kartu Tanda Penduduk (KTP), dll

b) apabila terdapat barang yang membahayakan pengiriman atau keselamatan orang lain. Seperti halnya barang yang karena sifatnya dapat merusak/mengotori kiriman lain dan atau membahayakan orang lain.

Pada saat menyerahkan barang yang akan dikirim terkadang masyarakat selaku konsumen sudah melakukan pengemasan dari rumah dan saat melakukan pengiriman barang tidak memberi tahu secara lengkap apa isi kiriman tersebut dan kadang kala konsumen juga tidak mau apabila barang kiriman tersebut di buka oleh pihak PT.Pos banyaknya pengguna jasa pos tidak memungkinkan apabila setiap isi kiriman yang sudah dikemas dari rumah konsumen dibuka satu per satu oleh pihak PT.Pos karena kurangnya tenaga kerja atau karyawan PT.Pos Indonesia (Persero) Medan serta tidak adanya alat pelacak seperti X-Ray yang dimiliki oleh pihak PT.Pos mengakibatkan apabila pengguna layanan pos tidak jujur paket pos yang mudah pecah atau rusak dapat berdampak pada rusaknya isi paket yang dikirim.

(10)

2) Kelalaian dalam pengemasan barang.

Pada saat menyerahkan barang yang akan dikirim kepada pegawai pos terkadang masyarakat selaku pengguna layanan pos tidak membungkus barang kiriman dengan baik. Dengan demikian pihak pos berkewajiban untuk melakukan pengemasan/pengepakan atas barang yang dikirim oleh penguna layanan pos tersebut. Walaupun sebenarna setiap pegawai PT.Pos Indonesia (persero) Medan sebenarnya sudah mempunyai Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam bekerja supaya untuk menjaga paket kiriman agar tidak rusak, tetapi tidak menutup kemungkinan pegawai pos selaku manusia juga dapat melakukan kelalaian sehingga terjadi kerusakan pada paket kiriman pada saat pengemasan/pengepakan barang kiriman oleh pegawai pos.12

3) Kelalaian yang dilakukan oleh pegawai pos pada saat pemindahan paket- paket pos kepada jasa angkutan sebagai pihak ketiga juga sering terjadi kelalaian, seperti kurang kehati-hatian pegawai pos dalam mengangkut dan memindahkan paket-paket pos tersebut. Sehingga paket pos yang mudah pecah atau rusak dapat berdampak pada rusaknya isi paket yang dikirim 4) Kelalaian yang pernah terjadi di PT.Pos Medan pernah melakukan

kesalahan pencantuman kode kiriman sehingga mengakibatkan keterlambatan pengiriman.

5) Tingkat Keandalan Sumber Daya Manusia (SDM)

12 Hasil Wawancara Dengan Basaria Sitanggang, Manager Pelayanan PT.Pos Indonesia Medan, Pada Tanggal 29 November 2017 Pukul 9.30 Wib.

(11)

Tingkat keandalan sumber daya manusia maksudnya apabila tingkat keandalan SDM dalam memberikan pelayanan pos baik maka pengguna jasa pos sekalu konsumen merasa nyaman dan lebih tertarik dalam menggunakan jasa pos karena selaku konsumen pasti mencari pelayanan yang terbaik dalam pengiriman barang dan yang terpenting paket pos yang dikirimkan dapat sampai pada tujuan dengan tepat waktu dalam kondisi yang baik. Sebaliknya jika keandalan SDM kurang atau buruk, secara tidak langsung akan mempengaruhi tingkat kepuasan pengguna jasa pos yang akhirnya dapat megurangi pengguna jasa pos.

b. Wanprestasi yang disebabkan oleh faktor Eksternal.

Wanprestasi yang disebabkan faktor eksternal yang pernah terjadi di PT.Pos Indonesia (Persero) Medan antara lain berupa keterlambatan sampainya paket pos yang dikirim ketempat tujuan, kerusakan serta kehilangan terhadap paket pos. Tidak dilaksanakannya suatu yang telah di perjanjikan dapat terjadi karena disebabkan oleh keadaan force majeure, jasa angkutan sebagai pihak ketiga.

Keterlambatan dapat terjadi karena kelalaian yang disebabkan oleh sipengirim itu sendiri. Pencantuman alamat yang kurang jelas oleh si pengirim menjadi salah satu penyebab. Seperti yang pernah terjadi sipengirim mengirimkan barang dengan mencantumkan alamat-alamat besar yang kemungkinan besar mempunyai satu nama jalan tetapi berbeda daerahnya, terlebih lagi sipengirim sering lupa mencancumkan kode pos tempat yang akan dituju. Walaupun pada akhirnya barang tersebut sampai pada tujuan yang dikirim tetapi petugas

(12)

memerlukan waktu untuk menyampaikan kiriman tersebut, yang pada akhirnya dapat menyebabkan keterlambatan. 13

Selain itu, bisa juga timbul dari pihak ketiga seperti pihak penerbangan, angkutan darat maupun angkutan laut sebagai jasa angkutan yang merupakan faktor diluar kekuasaan manusia, seperti kerusakan angkutan, ditundanya penerbangan sehingga proses pengiriman tersebut memerlukan waktu tambahan untuk sampai ketempat tujuan. Akan tetapi faktor seperti ini hanya terjadi dalam skala kecil, faktor eksternal yang sering terjadi yang mengakibatkan kerugian/

wanprestasi khususnya di pelabuhan/bandara ialah menunda-nunda pemindahan paket pos yang sudah sampai ke container pos. 14

Kehilangan terhadap paket pos yang dikirimkan juga pernah terjadi.

Pengaduan terhadap hilangnya paket pos yang dikirimkan melalui PT.Pos Indonesia (Persero) Medan merupakan salah satu bentuk klaim yang diajukan pelanggan.15 Kehilangan paket pos yang terjadi disebabkan oleh pihak ketiga seperti jasa angkutan, hal ini tidak mungkin bagi pengguna jasa selaku konsumen untuk menuntut pihak ketiga atas kelalaian yang bersangkutan. Dengan demikian PT.Pos Indonesia (Persero) Medan akan mengambil kebijakan untuk menyelesaikan klaim dengan konsumen terlebih dahulu dengan tidak melupakan tanggung jawab jasa angkutan selaku pihak ketiga atas kehilangan paket pos yang terjadi. Dengan syarat bahwa setelah dilakukan penelusuran, kelalaian ada pada jasa angkutan sebagai pihak ketiga. Karena bagaimanapun setiap perusahaan

13Ibid.

14 Ibid.

15 Ibid.

(13)

angkutan udara, laut dan darat bertanggung jawab atas keamanan dan keselamatan kiriman yang diserahkan kepadanya.

Selain itu keadaan force majeure seperti bencana alam, perang, huru-hara, ketertiban yang diluar kekuasaan manusia yang tidak dapat dicegah dan dihentikan manusia, yang dapat menyebabkan keterlambatan, kerusakan, serta kehilangan paket pos yang diakibatkan karena faktor eksternal ini. Force majeure berasal dari bahasa Prancis yang berarti “ kekuatan yang lebih besar” adalah suatu kejadian yang terjadi di luar kemampuan manusia dan tidak dapat dihindarkan sehingga suatu kegiatan tidak dapat dilaksanakan atau tidak dapat dilaksanakan sebagai mana mestinya. Pasal 1245 KUHPerdata menentukan syarat sebagai alasan pembenar tidak ada penggatian biaya, kerugian dan bunga apabila terjadi:

1) Keadaan memaksa

2) Kejadian yang tidak disengaja

Yang menyebabkan debitor tehalang untuk memberikan atau berbuat sesuatu yang diwajibkan, atau melakukan suatu perbuatan yang terlarang baginya. Oleh karena itu, dalam hal ini force majeure tidak menyebabkan debitor melakukan wanprestasi.16

Oleh karena itu, hal yang tidak dapat diperkirakan seperti ini tentulah menciptakan situasi dimana tidak dapat diambil langkah apapun untuk menghindari terjadinya seperti bencana alam, perang, huru-hara dan sejenisnya, dimana pada saat demikian tidak dapat dicegah atau dihindari pencurian, kerusakan barang maka pihak pengangkut dibebaskan dari tanggung jawab membayar ganti kerugian. 17

16 Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja,Perikatan Pada Umumnya, (Jakarta: PT.Raja Grafindo, 2004) hal.96.

17 Hasil wawancara dengan Basaria Sitanggang, Manager Pelayanan PT.Pos Indonesia Medan, Pada Tanggal 29 November 2017 Pukul 9.30 Wib.

(14)

2. Perlindungan Konsumen Di PT.Pos Indonesia (Persero) Kantor Pusat Medan Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen. Dalam hal ini ada dua jenis perlindungan yang diberikan kepada konsumen, yaitu:

a. Perlindungan yang Bersifat Preventif, dan;

b. Perlindungan yang Bersifat Represif.18 a. Perlindungan Preventif

Perlindungan preventif adalah perlindungan yang diberikan kepada konsumen pada saat konsumen tersebut akan membeli dan menggunakan atau memanfaatkan suatu barang dan atau jasa tertentu, mulai melakukan proses pemilihan serangkaian atau sejumlah barang dan atau jasa tersebut dan selanjutnya memutuskan untuk membeli dan menggunakan atau memanfaatkan barang dan jasa dengan spesifikasi tertentu dan merek tertentu tersebut. 19

Oleh karena itu, PT.Pos Indonesia (Persero) Medan dalam memberikan perlindungan hukum kepada konsumen yang bersifat preventif adalah sebagai upaya pencegahan untuk mengurangi tingkat kelalaian dan resiko yang mengakibatkan terjadinya kerugian dengan berpedoman pada Standar Operasional Prosedur (SOP) yang di tetapkan oleh PT.Pos Indonesia (persero) Kantor Pusat Medan.

Standar Operasional Prosedur memuat tata cara/prosedur pengiriman barang, prosedur pengajuan komplain, tata cara pengajuan tuntutan ganti rugi

18 Dinda Adystia Nugraha, Tanggung Jawab Perusahaan Jasa Pengiriman Barang Terhadap Kelalaian Yang Menyebabkan Rusak Atau Hilangnya Barang Pengiriman, (Medan: FH- USU,2013), hal.66

19 Ibid, hal.66.

(15)

sampai pada pembayarannya. Standar Operasional Prosedur digunakan sebagai pedoman pelaksanaan pelayanan oleh pihak pos untuk proses pengiriman barang dan menyelesaikan semua masalah yang berkaitan dengan komplain yang diberikan konsumen.20

PT.Pos Indonesia (persero) Medan menerima dan menampung gugatan/komplain dari pengguna jasa pos dan berusaha menyelesaikan semua komplain tersebut sampai konsumen merasa puas dan apabila konsumen layak mendapat ganti rugi, maka pihak pos akan memberikan ganti rugi setelah melalui tahapan-tahapan yang sesuai dengan SOP. PT.Pos Indonesia (Persero) Medan tidak mempunyai petunjuk/pedoman lain dalam menangani komplain yang diajukan oleh konsumen.

Selama ini, apabila ada terjadi gugatan atau komplain yang diajukan oleh konsumen (pengguna jasa pos), PT.Pos Indonesia (Persero) medan selalu dapat menyelesaikan komplain tersebut dengan mengacu pada prosedur pelaksanaan yang sudah ada, tidak ada yang berkepanjangan apalagi sampai ke tingkat pengadilan maupun Badan Penyesesaian Sengketa Konsumen (BPSK).

Penentuan SOP yang di berikan oleh pihak PT.Pos Indonesia (Persero) Medan akan memberikan perlindungan kepada konsumen yang ingin melakukan transaksi dengan menggunakan jasa PT.Pos serta penentuan SOP ini juga dapat memberikan mutu pelayanan yang baik dalam memberikan pelayanan kepada konsumen di PT.Pos Indonesia Medan, karena dengan adanya SOP ini tidak akan membedakan layanan yang diberikan kepada konsumennya baik dari kalangan

20 Data Dari PT.Pos Indonesia Kantor Pusat Medan, Standar Operasional Prosedur.

(16)

atas ataupun bawah, atau jumlah kiriman besar atau kecil/sedikit, dengan penentuan SOP ini akan memberikan pelayanan yang sama.

Selain itu, perlindungan hukum yang diberikan oleh PT.Pos Medan dalam melakukan transaksi ialah menggunakan bukti pembayaran secara tertulis.

Dengan adanya bukti transaksi ini, bisa dijadikan sebagai alat untuk memberikan perlindungan bagi pengguna jasa pos. Karena ketika di kemudian hari terdapat hal-hal yang tidak diinginkan bukti pembayaran tersebut dapat digunakan sebagai sarana untuk mengajukan ganti rugi atau untuk mendapatkan pertanggung jawaban dari pihak pos. 21 seperti yang dikatakan oleh ibu Basaria Sitanggang selaku manager pelayanan bahwa ketika ada barang yang hilang, terlambat maupun rusak maka biasanya hanya perlu menunjukkan bukti pembayarannya saja.22

b. Perlindungan Represif.

Penyelesaian gugatan/komplain yang terjadi di kantor pos Medan biasanya diselesaikan melalui cara perdamaian, yang dimaksud dengan penyelesaian secara damai adalah penyelesaian yang dilakukan oleh kedua belah pihak yang bersengketa PT. Pos Indonesia (Persero) Medan dengan pengguna jasa tanpa melalui pengadilan atau Badan Penyelesaian gugatan/komplain konsumen dan tidak bertentangan dengan Undang-Undang. Penyelesaian dapat langsung diadakan antara kedua belah pihak secara musyawarah untuk mencapai kesepakatan terhadap penyelesaian gugatan/komplain yang terjadi.23

21 Hasil wawancara dengan Basaria Sitanggang, Manager Pelayanan PT.Pos Indonesia Medan, Pada Tanggal 29 November 2017 Pukul 9.30 Wib.

22 Ibid.

23 Ibid.

(17)

PT.Pos Indonesia (Persero) Medan dalam menyelesaikan gugatan/komplain konsumen selalu mengacu pada prosedur pelaksanaan yang sudah ada, selama ini belum ada gugatan/komplain konsumen yang berkepanjangan apalagi sampai pada tingkat pengadilan dan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK). Bagaimanapun pihak PT.Pos Indonesia (Persero) Medan selalu mengupayakan yang terbaik bagi pelanggannya (Konsumen).

Bentuk perlindungan lain yang diberikan oleh pihak pos ialah seperti yang tercantum tercantum sesuai pasal 4 ayat (4) undang-undang perlindungan konsumen bahwa salah satu dari hak konsumen ialah konsumen mempunyai hak untuk didengar akan pendapat dan keluhannuya.24 Sesuai dengan itu maka pihak pos Medan memberikan kesempatan pada konsumen melakukan komplain atau memberikan hak kepada konsumen untuk menyampaikan keluhannya.25 Hal ini terlihat dari dibukanya situs resmi pos yang khusus untuk para pengguna jasa pos untuk menyampaikan keluhannya atas pelayanan yang di berikan Pos dan dapat juga terlihat dari keterbukaan pihak pos dalam menanggapi apabila adanya keluhan pengguna jasa pos.

3. Tanggung Jawab pihak pos di PT.Pos Indonesia (Persero) kantor Pos Pusat Medan terhadap konsumen yang dirugikan akibat kelalaian yang mengakibatkan rusak atau hilangnya barang kiriman

Dalam hal terjadinya kerugian yang dianggap disebabkan oleh faktor- faktor kesalahan atau kelalaian yang dilakukan oleh kantor pos maka dapat diajukan klaim yang biasanya diajukan lebih dulu oleh si pengirim, bahwa paket tersebut terlambat, rusak ataupun hilang. Selanjutnya pihak pos akan melakukan investigasi awal dengan cara melacak tahapan-tahapan proses pengiriman.

24 Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen,(Jakarta: Kencana, 2013) hal,178.

25Hasil wawancara dengan Basaria Sitanggang, Manager Pelayanan PT.Pos Indonesia Medan, Pada Tanggal 29 November 2017 Pukul 9.30 Wib.

(18)

Disamping itu juga kantor pos pusat Medan akan berhubungan dengan kantor pos asal untuk meminta keterangan yang diperlukan apabila si pengirim mengirimkan barang kirimannya lewat kantor pos asal.26

PT.Pos Indonesia (Persero) Medan sebagai penyelenggara jasa pos memiliki tanggung jawab untuk mengganti kerugian yang disebabkan karena keterlambatan, kerusakan atau kehilangan barang kiriman. Namun, pemberian ganti rugi ini berbeda-beda pada setiap objek barang kiriman sesuai ketentuan yang berlaku. Pemberian ganti rugi yang diberikan PT. Pos yaitu dalam bentuk uang tunai atau penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau setara nilainya.

Penyelesaian gugatan/komplain yang terjadi di kantor pos Medan diselesaikan berdasarkan prosedur penanganan tuntutan ganti rugi yang diatur dalam Standar Operasional Prosedur.

Dalam Pasal 19 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen dan Pasal 28 Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2009 Tentang Pos tidak ditemukan secara rinci mengenai pemberian ganti rugi yang harus diberikan oleh pihak pelaku usaha terhadap konsumen yang menggunakan jasanya apabila konsumen tersebut merasa dirugikan. Oleh karena itu, karena tidak adanya ketentuan yang memberikan perincian mengenai pemberian ganti rugi ini maka pihak pos memiliki wewenang untuk membuat aturan dalam hal akan memberikan ganti rugi kepada konsumen yang merasa dirugikan terhadap jasanya.

Wewenang PT.Pos Indonesia (Persero) dalam hal menetapkan besarnya ganti kerugian akibat keterlambatan, kerusakan, atau kehilangan barang kiriman

26 Ibid.

(19)

diatur dalam keputusan direksi PT.Pos Indonesia (Persero) Nomor:

KD.11/DITRATKET/0217 Tentang Perubahan Pertama Atas Putusan Direksi PT.Pos Indonesia (Persero) Nomor: KD.128/DITRATKET/0616 Tentang Jaminan Ganti Rugi Surat Dan Paket Pos.

E. PENUTUP

Berdasarkan hasil uraian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya maka di peroleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya wanprestasi dalam proses pengiriman barang di PT.Pos Indonesia (Persero) Kantor Pos Pusat Medan antara lain:

a. Faktor internal adalah faktor manusia yang tidak hanya meliputi pihak karyawan PT.Pos Indonesia melainkan juga pihak konsumen tidak memberitahukan secara lengkap dan sebenarnya mengenai wujud dan sifat barang yang akan dikirim. Kurangnya tenaga kerja atau karyawan yang ada di kantor pos untuk membuka kembali barang-barang yang di kemas pengguna dari rumah serta tidak adanya alat pelacak seperti X-Ray yang dimiliki oleh pihak PT.Pos mengakibatkan apabila pengguna layanan pos tidak jujur paket pos yang mudah pecah atau rusak dapat berdampak pada rusaknya isi paket yang dikirim.

b. Faktor eksternal adalah faktor alam dan faktor gangguan keamanan dan ketertiban yang berada di luar kekuasaan manusia dan tidak dapat dicegah atau dihentikan oleh manusia seperti seperti kerusakan

(20)

angkutan, ditundanya penerbangan sehingga proses pengiriman tersebut memerlukan waktu tambahan untuk sampai ketempat tujuan.

2. Perlindungan konsumen merupakan suatu yang harus di berikan kepada masyarakat (konsumen), hal ini juga tidak terlepas dari pengguna jasa pos adapun perlindungan yang diberikan oleh pihak pos ialah:

a. Perlindungan Preventif :

Perlindungan preventif yang diberikan oleh PT.Pos Indonesia (Persero) Medan ialah dengan menetapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang mengatur mengenai standar pengiriman barang, Prosedur/tata cara pengajuan komplain dan tata cara pengajuan ganti rugi, sebagai upaya pencegahan untuk mengurangi tingkat kelalaian dan resiko yang mengakibatkan terjadinya kerugian dan digunakan sebagai pedoman pelaksanaan pelayanan untuk proses pengiriman barang dan menyelesaikan semua masalah yang berkaitan dengan komplain dengan berpedoman pada SOP yang telah ditetapkan oleh pihak pos tersebut.

Bentuk perlindungan preventif juga diberikan oleh Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen dengan mengatur hak dan kewajiban konsumen dan pelaku usaha.

b. Perlindungan Represif.

Perlindungan represif yang diberikan oleh PT.Pos Indonesia (persero) Medan ialah berupa penyelesaian

(21)

gugatan/komplain yang terjadi di kantor pos Medan biasanya diselesaikan melalui cara perdamaian. Penyelesaian dapat langsung diadakan antara kedua belah pihak secara musyawarah untuk mencapai kesepakatan terhadap penyelesaian gugatan/komplain yang terjadi.

Perlindungan represif juga diatur dalam Undang_Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen dan KUHPerdata, konsumen yang dianggap dirugikan dapat meminta ganti kerugian akibat tindakan wanprestasi dan Perbuatan Melawan Hukum (PMH) pelaku usaha dan apabila pelaku usaha menolak memberikan ganti rugi maka konsumen memiliki hak untuk mengajukan gugatan ke badan pengadilan di tempat kedudukan konsumen dan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK).

3. Tangggung jawab pihak pos di PT.Pos (Persero) Kantor Pos Pusat Medan terhadap konsumen yang dirugikan adalah dengan pemberian ganti rugi berupa uang tunai atau penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau setara nilainya. pemberian ganti rugi sudah di tetapkan oleh pihak pos, tetapi dalam kenyataannya tidak semua konsumen merasa puas atas aturan yang telah di berikan oleh pihak pos terkait ganti rugi. Dengan demikian tanggung jawab yang dilakukan oleh kantor pos tidak sepenuhnya telah sesuai dengan undang-undang yang berlaku tetapi pihak PT.Pos selalu mengupayakan kenyamanan pengguna jasa pos dalam melakukan transaksi di kantor pos medan.

(22)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Muhammad, Abdulkadir, 2004, Hukum Perdata Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung.

Kristyanti Trisiwi, Celina, 2016, Hukum Perlindungan Konsumen, Sinar Grafika, Jakarta.

Widjaja, Gunawan dan Yani, Ahmad,2003, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen, Gramedia, Jakarta.

Soekanto, Soerjono, 2014, Pengantar Penelitian Hukum ,Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Waluyo, Bambang, 2002, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta.

Depertemen Pendidikan Nasional, 2005, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.

Zulham, 2013, Hukum perlindungan konsumen, kencana, Jakarta.

Mulhadi, 2010, Hukum Perusahaan Bentuk-Bentuk Badan Usaha Di Indonesia, Ghalia Indonesia, Bogor.

Muljadi, Kartini dan Widjaja, Gunawan,2004, Perikatan Pada Umumnya, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Nugraha, Adystia Dinda, 2013, Tanggung Jawab Perusahaan Jasa Pengiriman Barang Terhadap Kelalaian Yang Menyebabkan Rusak Atau Hilangnya Barang Pengiriman, FH-USU, Medan.

B. Peraturan Perundang-undangan KUHPerdata

Undang-Undang No.38 Tahun 2009 Tentang Pos.

Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Pelindungan Konsumen.

C. Internet

https://id.wikipedia.org/wiki/Pos_Indonesia diakses pada tanggal 20 oktober 2017

(23)

Referensi

Dokumen terkait

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2019.. Dalam Undang-Undang tersebut terdapat khusus Pasal-Pasal yang membahas tentang pembiayaan bagi para pelaku UMKM. Adapun permasalahan

Di dalam Hukum Adat masyarakat Karo dalam hal pewarisan banyak sekali mengalami kontroversi yang aman banyak sekali masyarakat adat Batak Karo mengajukan gugatan kepada

Lembaga perbankan dan lembaga jaminan sangat berpengaruh dalam rangka mendorong pembagunan ekonomi Indonesia, karena bank memiliki peran yang salah satunya yaitu

c. Dokumen-dokumen yang dianggap berharga. Sebelum timbulnya suatu resiko tersebut, masyarakat selalu berusaha mencari langkah-langkah untuk menghindari resiko. Salah satu

Direksi salah satu organ PT yang berwenang dan bertanggungjawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan. Namun,

Antara Para Penggugat dan Tergugat juga tidak mencantumkan syarat batal maka sesuai dengan ketentuan Pasal 1266 KUH Perdata “ Hakim adalah leluasa untuk, menurut keadaan,

Pengadilan Agama adalah lembaga yang berwenang dalam menyelesaikan hak istri. Namun untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut diatas para pencari keadilan yang selalu

Baik undang-undang dan lembaga terkait dengan peraturan ini telah memberikan peraturan yang jelas mengenai tanggung jawab produsen terkait produk pangan, namun