• Tidak ada hasil yang ditemukan

S K R I P S I. Oleh: IMMANUEL PETRA SILABAN NIM : DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "S K R I P S I. Oleh: IMMANUEL PETRA SILABAN NIM : DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

PERJANJIAN KERJASAMA PAKET PEKERJAAN PEMBANGUNAN JALAN/PENGASPALAN ANTARA PT. DIAN PERKASA DENGAN

PT. BLASTINDO MITRA MANDIRI (STUDI DESA SIPERMARA KECAMATAN PERGETTENG-GETTENGSENGKUT,

KABUPATEN PAKPAK BHARAT)

S K R I P S I

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh:

IMMANUEL PETRA SILABAN NIM :140200528

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(2)
(3)
(4)

ABSTRAK

Immanuel Petra Silaban*

Muhammad Husni**

Rabiatul Syahriah***

Perjanjian kerjasama dimulai dengan diadakan perjanjian antara pihak pertama dengan pihak kedua. Pihak pertama dan pihak kedua sepakat mengikat perjanjian kerja untuk melaksanakan paket pekerjaan pembangunan jalan/pengaspalan. Beberapa masalah yang timbul dalam penelitian ini adalah bagaimanakah bentuk dan isi Perjanjian Kerjasama Paket Pekerjaan Pembangunan Jalan/Pengaspalan Antara PT. Dian Perkasa dengan PT. Blastindo Mitra Mandiri.

Bagaimanakah kedudukan dan tanggung jawab para pihak dalam pelaksanaan perjanjian kerjasama paket pekerjaan pembangunan jalan/pengaspalan antara PT.

Dian Perkasa dengan PT. Blastindo Mitra Mandiri. Bagaimanakah perjanjian kerjasama paket pekerjaan pembangunan jalan/pengaspalan antara PT. Dian Perkasa dengan PT. Blastindo Mitra Mandiri (Studi Desa Sipermara, Kecamatan Pergetteng-Gettengsengkut, Kabupaten Pakpak Bharat).

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian yuridis normatif dan yuridis empiris. Sifat penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitis. Sumber data primer dan data sekunder pada penelitian umumnya dibedakan antara data yang diperoleh secara langsung dari narasumber dan dari bahan-bahan pustaka. Analisis data dilakukan secara kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa bentuk dan isi perjanjian kerjasama paket pekerjaan pembangunan jalan/pengaspalan antara PT. Dian Perkasa dengan PT. Blastindo Mitra Mandiri, bentuk perjanjian dibuat secara tertulis dengan saksi notaris untuk tanda tangan para pihak. Fungsi kesaksian notaris atau suatu dokumen semata-mata hanya untuk kebenaran tanda tangan para pihak, akan tetapi, kesaksian tersebut tidaklah mempengaruhi kekuatan hukum dari isi perjanjian. Kedudukan dan tanggung jawab para pihak dalam pelaksanaan perjanjian kerjasama paket pekerjaan pembangunan jalan/pengaspalan antara PT. Dian Perkasa dengan PT. Blastindo Mitra Mandiri.

Bentuk tanggung jawab dari pihak kontraktor apabila tidak sesuai dengan bestek akan dikenakan sanksi-sanksi seperti pemberi tugas akan menangguhkan pembayaran. Penyelesaian sengketa perjanjian kerjasama paket pekerjaan pembangunan jalan/pengaspalan antara PT. Dian Perkasa dengan PT. Blastindo Mitra Mandiri, apabila timbul perselisihan antara pihak pertama dan pihak kedua, maka diselesaikan secara musyawarah dan mufakat, Jika dengan jalan musyawarah tidak tercapai kata sepakat maka penyelesaian dilakukan di pengadilan negeri. Dapat pula penyelesaian perselisihan tersebut dengan dibentuk panitia arbitrase yang terdiri dari seorang wakil pihak kesatu dan seorang wakil pihak kedua, kemudian mengangkat seorang ahli yang pengangkatannya disetujui oleh kedua belah pihak.

Kata kunci :Perjanjian Kerjasama, Pengaspalan Jalan1

* Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

** Pembimbing I, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

*** Pembimbing II, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

(5)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas berkat dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga dengan kemampuan yang ada menyelesaikan tugas menyusun skipsi ini. Sudah merupakan kewajiban bagi setiap mahasiswa bahwa dalam menyelesaikan studi untuk mencapai gelar kesarjanaan menyusun skripsi dalam hal ini penulis memilih judul “Perjanjian Kerjasama Paket Pekerjaan Pembangunan Jalan/Pengaspalan antara PT. Dian Perkasa dengan PT. Blastindo Mitra Mandiri (Studi Desa Sipermara Kecamatan Pergetteng-gettengsengkut Kabupaten Pakpak Bharat).” Penulis menyadari bahwasanya skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif untuk mendekati kesempurnaan didalam skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga penulisan skripsi ini masih memiliki banyak kekeliruan.

Oleh karena itu penulis seraya minta maaf sekaligus sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi penyempurnaan dan kemanfaatannya.

Kedua Orang Tua penulis yang tercinta, Ayahanda Ir. Monang Silaban dan Ibunda Elisabeth Caroline, yang selalu memberikan semangat dan motivasi dalam mendidik dan membimbing anaknya untuk menjadi orang yang berhasil, dan juga tiada hentinya mencari rezeki dari terbit fajar hingga terbenam matahari untuk menafkahi keluarga dan membiayai pendidikan penulis hingga saat ini, serta

(6)

keluarga besar penulis yang telah memberikan motivasi hingga saat ini, terima kasih atas do’a yang tiada henti.

Dalam kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang secara langsung ataupun yang tidak langsung telah membantu penulis dalam menyusun skripsi ini maupun selama penulis menempuh perkuliahan, khususnya kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. OK. Saidin, SH., M.Hum, selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Puspa Melati Hasibuan, SH, M.Hum, selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

5. Dr. Jelly Leviza, SH., M.Hum, selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

6. Dr. Rosnidar Sembiring, S.H., M.Hum, selaku Ketua Departemen Fakultas Hukum Perdata Universitas Sumatera Utara..

7. Syamsul Rizal, S.H, M.Hum, selaku Sekretaris Departemen Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

8. M. Husni, S.H., M.H, selaku Dosen Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktunya membimbing penulis sehingga terselesaikannya skripsi ini.

(7)

9. Rabiatul Syahriah, S.H., M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan arahan dan masukan, sehingga terselesaikannya skripsi ini.

10. Rafiqoh Lubis, S.H, M.Hum selaku Dosen Penasehat Akademik Penulis.

11. Seluruh staf dosen pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara 12. Seluruh pegawai Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah

memberikan pelayanan administrasi yang baik selama proses akademik penulis.

13. PT. Dian Perkasa yang telah memberikan kesempatan dan waktunya untuk memberikan data yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

14. Sahabat-sahabat penulis Ari, Irwanda, Fauzan, Apas, Adib, Fery, Kibot, Sonang, Gary, Anes, Rizky DP, Keto, Marvel, Rahmat, Cindy, Refika, Ivan, Sari, Devin, Theo, Priska, Angga, Jim, Erikson, Joel, Dita, dan semua sahabat penulis yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

15. Genk Mebakers yang terdiri dari Daniel, Harold, Rama, Aziz, Imam, Johan, Ronny, Abram, Raja, Fadel, Khadafi, Caca, Ica, Niki, Indah, Dewi, Nargis, Regin mereka yang telah mengisi hari-hari saya selama masa perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

16. Keluarga Besar Ikatan Mahasiswa Perdata (IMP) Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Stambuk 2014.

17. Teman-teman Grup E Angkatan 2014 dan teman-teman Angkatan 2014 lainnya, yang karena kebersamaannya Penulis mampu menyelesaikan semua kegiatan perkuliahan dengan baik.

(8)

18. Terima Kasih penulis kepada seluruh rekan-rekan perkuliahan saya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada semua pihak dan semoga kritik dan saran yang telah diberikan mendapatkan balasan kebaikan berlipat dari Tuhan Yang Maha Esa dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu hukum di negara Republik Indonesia.

Medan, Januari 2019 Penulis,

Immanuel Petra Silaban

(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Permasalahan ... 5

C. Tujuan Penulisan ... 5

D. Manfaat Penulisan ... 5

E. Tinjauan Pustaka... 6

F. Metode Penelitian ... 9

G. Keaslian Penulisan ... 12

H. Sistematika Penulisan ... 15

BAB II BENTUK DAN ISI PERJANJIAN KERJASAMA PAKET PEKERJAAN PEMBANGUNAN JALAN/ PENGASPALAN ... 17

A. Syarat- Syarat Sahnya Perjanjian Kerjasama ... 17

B. Bentuk dan Isi Perjanjian Kerjasama Pekerjaan Pembangunan Jalan/Pengaspalan ... 26

BAB III KEDUDUKAN DAN TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK DALAM PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJASAMA PAKET PEKERJAAN PEMBANGUNAN JALAN/PENGASPALAN ... 34

A. Pengaturan Perjanjian Kerjasama Paket Pekerjaan Pembangunan Jalan/Pengaspalan ... 34

B. Akibat Hukum Pihak PT. Blastindo Mitra Mandiri Tidak Melaksanakan Perjanjian Sesuai dengan Kesepakatan ... 36

(10)

C. Kedudukan dan Tanggung Jawab Para Pihak Dalam Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama Paket Pekerjaan

Pembangunan Jalan/Pengaspalan ... 40

BAB IV PERJANJIAN KERJASAMA PAKET PEKERJAAN PEMBANGUNAN JALAN/PENGASPALAN ANTARA PT. DIAN PERKASA DENGAN PT. BLASTINDO MITRA MANDIRI (STUDI DESA SIPERMARA, KECAMATAN PERGETTENG-GETTENG SENGKUT, KABUPATEN PAKPAK BHARAT) ... 45

A. Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama Paket Pekerjaan Pembangunan Jalan/Pengaspalan antara PT. Dian Perkasa dengan PT. Blastindo Mitra Mandiri ... 45

B. Hak dan Kewajiban dalam Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan Perjanjian Perjanjian Kerjasama Paket Pekerjaan Pembangunan Jalan/Pengaspalan antara PT. Dian Perkasa dengan PT. Blastindo Mitra Mandiri ... 57

C. Penyelesaian Sengketa Perjanjian Kerjasama Paket Pekerjaan Pembangunan Jalan/Pengaspalan antara PT. Dian Perkasa dengan PT. Blastindo Mitra Mandiri ... 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 74

A. Kesimpulan ... 74

B. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 77 LAMPIRAN

(11)

BAB I PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang sedang berkembang dengan salah satu cirinya adalah pembangunan disegala bidang. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan, berlandaskan kemampuan nasional, dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta memperhatikan tantangan perkembangan global.2

Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional bangsa Indonesia yang maju, mandiri, sejahtera, berkeadilan, berdasarkan iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Sesuai tujuan yang tercantum dalam alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disebut UUD 1945) disebutkan bahwa hakikat pembangunan nasional adalah: mencerdaskan kehidupan bangsa, menciptakan kesejahteraan umum, melindungi seluruh tumpah darah Indonesia, dan membantu melaksanakan ketertiban dunia dan perdamaian abadi.3

Dalam melaksanakan menciptakan kesejahteraan umum, melindungi seluruh tumpah darah Indonesia, pemerintah melaksanakan pembangunan di segala bidang salah satunya pekerjaan pembangunan jalan/pengaspalan Desa Sipermara, Kecamatan Pergetteng-Gettengsengkut, Kabupaten Pakpak Bharat, sehingga dibuatlah suatu kontrak.

2 Nanik Trihastuti, Hukum Kontrak Karya, Malang, Setara Press, 2013, hlm. 1.

3 Linna Nindyahwati, Perjanjian Kerjasama Operasi Proyek Pembangunan Jalan Tol / Freeway Paket 2 Samboja – Palaran 1 Kalimantan Timur Nomor : 01/KSO/WRM/XII/2010, Program Pascasarjana Universitas Airlangga Surabaya 2013, hlm 1

(12)

Kontrak berawal dari perbedaan atau ketidaksamaan kepentingan di antara para pihak. Perumusan hubungan kontrak tersebut pada umumnya diawali dengan proses negosiasi di antara para pihak. Melalui negosiasi, para pihak berupaya menciptakan bentuk-bentuk kesepakatan untuk saling mempertemukan sesuatu yang diinginkan (kepentingan) melalui proses tawar-menawar.4

Hukum perjanjian atau kontrak yang dianut di Indonesia bersifat terbuka.

Artinya, ada pemberian kebebasan yang seluas-luasnya kepada siapapun untuk membuat perjanjian dengan isi dan sifatnya sesuai yang dikehendaki, asalkan tidak melanggar undang-undang, ketertiban umum, dan kesusilaan. Selain itu, hukum perjanjian merupakan hukum pelengkap maksudnya, para pihak yang membuat perjanjian boleh membuat atau mengatur ketentuan-ketentuan sendiri tentang isi dari perjanjianya dengan ketentuan apabila tidak diatur dalam perjanjian tersebut, yang berlaku adalah pasal-pasal tentang perjanjian yang ada di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata).5

Pembangunan sarana jalan dalam rangka memperlancar penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan dan kegiatan masyarakat perlu didukung dengan pembangunan infrastruktur yang memadai. Salah satunya pembangunan bidang sarana dan prasarana jalan, karena dengan sarana jalan yang memadai secara tidak langsung penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan dan kepentingan masyarakat dapat dilaksanakan secara efektif. Disisi lain dapat memudahkan aksesbilitas penduduk dalam segala bentuk kegiatan yang menyangkut kehidupan masyarakat.

4 Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas Dalam Kontrak Komersial, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2011, hlm. 1

5 Yunirman Rijan dan Ira Koesoemawati, Cara Mudah Membuat Surat Perjanjian Atau Kontrak Dan Surat Penting Lainya, Raih Asa Sukses, Depok, 2009, hlm. 6.

(13)

Pembangunan jalan merupakan kebutuhan yang sangat vital sebagai pendukung utama dinamika dan aktivitas ekonomi, baik dipusat maupun daerah dan pengembangan wilayah serta sebagai prasarana penunjang yang utama bagi perekonomian nasional. Pembangunan jalan dan jembatan sebagai prasarana transportasi yang efektif dan handal dalam bentuk sistem transportasi terpadu akan memberikan pelayanan dan manfaat bagi masyarakat luas, pembangunan ekonomi, kemudahan mobilitas manusia, barang, dan jasa yang akan berujung pada meningkatnya daya saing nasional. Peran jalan di atas adalah dengan menghubungkan pusat-pusat ekonomi yaitu pusat produksi, pusat distribusi, dan pusat pemasaran.6

Pengelolaan jalan diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atas angkutan barang dan jasa (orang) yang aman, nyaman, dan berdaya guna. Kualitas jalan yang baik akan memberikan standar pelayanan minimal dalam penggunaannya, yang meliputi aspek aksesibilitas (kemudahan pencapaian), mobilitas, kondisi jalan, keselamatan, dan kecepatan tempuh rata- rata. Kondisi tersebut pada akhirnya ditujukan untuk menciptakan sistem transportasi terpadu yang berorientasi pada efisiensi transportasi guna mempercepat pembangunan di segala bidang.7

Pembangunan infrastruktur masih menjadi sektor pembangunan yang diprioritaskan oleh pemerintah baik pusat dan di daerah. Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu sektor penting untuk mempercepat laju pembangunan nasional karena menjadi roda penggerak pertumbuhan ekonomi.

6 “Kebijakan Pembangunan Jalan di Indonesia tahun 2005-2010”, http://jdih.bpk. go.id/

wpcontent/uploads/2011/03/KebijakanPembgnJalan.pdf diakses tanggal 01 Desember 2018

7 Sri Hartini dan Setiajeng Kadarsih, Analisis Terhadap Implementasi Kebijakan Pengelolaan Jalan Di Kabupaten Banyumas, Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, Jurnal Dinamika Hukum . Vol. 12 No. 2 Mei 2012, hlm 284

(14)

Perjanjian kerjasama paket pekerjaan pembangunan jalan/pengaspalan antara PT.

Dian Perkasa dengan PT. Blastindo Mitra Mandiri Desa Sipermara, Kecamatan Pergetteng-Gettengsengkut, Kabupaten Pakpak Bharat sebagai pengguna jasa yang telah dituangkan dalam surat perjanjian (kontrak), dalam pelaksanaannya timbul perubahan pekerjaan berupa pekerjaan tambah dan kurang serta perubahan harga kontrak.

Pembangunan jalan merupakan kebutuhan yang sangat vital sebagai pendukung utama dinamika dan aktivitas ekonomi, baik dipusat maupun daerah dan pengembangan wilayah serta sebagai prasarana penunjang yang utama bagi perekonomian nasional. Pembangunan jalan dan jembatan sebagai prasarana transportasi yang efektif dan handal dalam bentuk sistem transportasi terpadu akan memberikan pelayanan dan manfaat bagi masyarakat luas, pembangunan ekonomi, kemudahan mobilitas manusia, barang, dan jasa yang akan berujung pada meningkatnya daya saing nasional.

Permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan perjanjian kerjasama paket pekerjaan pembangunan jalan/pengaspalan antara PT. Dian Perkasa dengan PT.

Blastindo Mitra Mandiri Desa Sipermara, Kecamatan Pergetteng-Gettengsengkut, Kabupaten Pakpak Bharat ini adalah adanya klausul yang menyatakan pembayaran tahap pertama sebagai uang muka dibayarkan senilai 30% (tiga puluh persen). Pembayaran pekerjaan fisik dilakukan setiap progres 2 (dua) minggu dengan memperhitungkan cicilan uang muka sebesar 30% (tiga puluh persen).

Volume pekerjaan dihitung berdasarkan volume awal yang diukur berdasarkan volume survey dibandingkan dengan volume pekerjaan setiap 2 (dua) minggu dan dibuat berita acara kedua belah pihak yang disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).8

8 Hasil wawancara dengan Henny Paulisa Matondang Bag. Keuangan, 5 Januari 2019 di kantor PT. Dian Perkasa

(15)

Prinsip ini dipahami bahwa kontrak telah terjadi dan karenanya mengikat para pihak sejak tercapainya kata sepakat. Perkembangan prinsip konsensualisme memperoleh penjabaran lebih detail dalam legalisasi di beberapa negara, termasuk KUHPerdata baru Belanda dan dalam berbagai model hukum perjanjian/kontrak.9Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka dilakukan penelitian dengan judul Perjanjian Kerjasama Paket Pekerjaan Pembangunan Jalan/Pengaspalan antara PT. Dian Perkasa dengan PT. Blastindo Mitra Mandiri (Studi Desa Sipermara, Kecamatan Pergetteng-Gettengsengkut, Kabupaten Pakpak Bharat).

J. Permasalahan

Guna menemukan identifikasi masalah dalam penelitian, maka perlu dipertanyakan apa yang menjadi masalah dalam penelitian yang akan dikaji lebih lanjut untuk menemukan pemecahan masalah yang telah diidentifikasi antara lain 1. Bagaimanakah bentuk dan isi perjanjian kerjasama Perjanian Kerjasama Paket

Pekerjaan Pembangunan Jalan/Pengaspalan Antara PT. Dian Perkasa dengan PT. Blastindo Mitra Mandiri?

2. Bagaimanakah kedudukan dan tanggung jawab para pihak dalam pelaksanaan perjanjian kerjasama paket pekerjaan pembangunan jalan/pengaspalan antara PT. Dian Perkasa dengan PT. Blastindo Mitra Mandiri?

3. Bagaimanakah perjanjian kerjasama paket pekerjaan pembangunan jalan /pengaspalan antara PT. Dian Perkasa dengan PT. Blastindo Mitra Mandiri (Studi Desa Sipermara, Kecamatan Pergetteng-Gettengsengkut, Kabupaten Pakpak Bharat)?

9 Y. Sogar Simamora, Hukum Kontrak (kontrak pengadaan barang dan jasa di Indonesia), Alumni, Surabaya , 2014, hlm. 167

(16)

K. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah yang sudah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah

1. Untuk mengetahui bentuk dan isi perjanjian kerjasama paket pekerjaan pembangunan jalan/pengaspalan antara PT. Dian Perkasa dengan PT.

Blastindo Mitra Mandiri.

2. Untuk mengetahui kedudukan dan tanggung jawab para pihak dalam pelaksanaan perjanjian kerjasama paket pekerjaan pembangunan jalan /pengaspalan antara PT. Dian Perkasa dengan PT. Blastindo Mitra Mandiri.

3. Untuk mengetahui perjanjian kerjasama paket pekerjaan pembangunan jalan/pengaspalan antara PT. Dian Perkasa dengan PT. Blastindo Mitra Mandiri (Studi Desa Sipermara, Kecamatan Pergetteng-Gettengsengkut, Kabupaten Pakpak Bharat).

L. Manfaat Penulisan

Penulis berharap penelitian ini dapat berguna bagi ilmu pengetahuan (manfaat teoretis) dan pembangunan (manfaat praktis).

1. Manfaat teoretis

Diharapkan penelitian dapat memberikan perkembangan ilmu pengetahuan dan memperluas wawasan, khususnya ilmu di bidang hukum keperdataan yang berkenaan dengan hukum jasa konstruksi. perjanjian kerjasama paket pekerjaan pembangunan jalan/pengaspalan.

2. Manfaat praktis

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi bagi pihak yang memerlukan khususnya para pelaku usaha yang terkait dengan jasa konstruksi

(17)

yang membutuhkan informasi tentang kontrak kerja pada pekerjaan konstruksi sesuai atau tidak dengan peraturan perundangan yang berlaku dan pelaksanaan pekerjaan konstruksi pada suatu kontrak kerja konstruksi.

M. Tinjauan Pustaka

Hukum kontrak/perjanjian diatur dalam Buku III KUHPerdata yang terdiri atas 18 Bab dan 631 Pasal, dimulai dari Pasal 1233 KUHPerdata sampai dengan Pasal 1864 KUHPerdata. Secara garis besar, perjanjian yang diatur/dikenal di dalam KUHPerdata, antara lain perjanjian jual beli, tukar-menukar, sewa- menyewa, kerja, persekutuan perdata, perkumpulan, hibah, penitipan barang, pinjam pakai, bunga tetap dan abadi, untung-untungan, pemberian kuasa, penanggung utang dan perdamaian. Pada teori ilmu hukum, perjanjian-perjanjian di atas disebut dengan perjanjian nominaat. Di luar KUHPerdata dikenal pula perjanjian lainnya, seperti kontrak joint venture, kontrak production sharing, leasing, franchise, kontrak karya, beli sewa, dan lain sebagainya. Perjanjian jenis ini disebut perjanjian innominaat yakni perjanjian yang timbul, tumbuh, hidup, dan berkembang dalam praktik kehidupan masyarakat. Keberadaan perjanjian baik nominaat maupun innominaat tidak terlepas dari adanya sistem yang berlaku dalam hukum perjanjian itu sendiri.

Ketentuan Pasal 1313 KUHPerdata, perjanjian didefinisikan perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Dari isi pasal tersebut ditegaskan bahwa perjanjian mengakibatkan seseorang mengikatkan dirinya terhadap orang lain. Hal ini berarti dari suatu perjanjian lahirlah kewajiban atau prestasi dari satu atau lebih

(18)

orang (pihak) kepada satu atau lebih orang (pihak) lainnya, yang berhak atas prestasi tersebut.

Suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.10 Dari peristiwa ini ditimbulkan suatu hubungan antara dua orang itu yang dinamakan "perikatan". Perjanjian tersebut menerbitkan suatu perikatan antara dua orang yang membuatnya. Dalam bentuknya, perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis. Dengan demikian maka hubungan antara perikatan dan perjanjian adalah bahwa perjanjian itu menerbitkan perikatan. Perjanjian adalah sumber perikatan, di samping sumber-sumber lain. Suatu perjanjian juga dinamakan "persetujuan" karena dua pihak itu bersetuju untuk melakukan sesuatu.

Dapat dikatakan bahwa dua perkataan (perjanjian dan persetujuan) itu adalah sama artinya. Perkataan "kontrak" adalah lebih sempit karena ditujukan kepada perjanjian atau persetujuan yang tertulis.

Sistem pengaturan hukum kontrak adalah sistem terbuka (open system) yang mengandung maksud bahwa setiap orang bebas untuk mengadakan perjanjian, baik yang sudah diatur maupun yang belum diatur di dalam undang- undang. Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata secara tegas dinyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Jika dianalisa lebih lanjut maka ketentuan pasal tersebut memberikan kebebasan kepada para pihak untuk:

1. Membuat atau tidak membuat perjanjian;

2. Mengadakan perjanjian dengan siapa pun;

10 Subekti , Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 2005, hlm. 1

(19)

3. Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya, 4. Menentukan bentuk perjanjiannya apakah tertulis atau lisan

Asas kebebasan berkontrak yang dianut dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata para pihak yang sepakat melakukan perjanjian dianggap mempunyai kedudukan yang seimbang serta berada dalam situasi dan kondisi yang bebas menentukan kehendaknya untuk melakukan perjanjian. “Pasal tersebut seolah- olah membuat suatu pernyataan bahwa diperbolehkan membuat perjanjian apa saja dan itu akan mengikat kita sebagaimana mengikatnya undang-undang.”11 Kebebasan berkontrak juga ditegaskan dalam Pasal 1321 KUHPerdata yang menyatakan suatu kesepakatan itu dibuat harus bersifat bebas. Kesepakatan tidaklah sah apabila diberikan berdasarkan kekhilafan, atau diperolehnya dengan penipuan atau paksaan.

Para pihak diperbolehkan mengatur sendiri kepentingan mereka dalam perjanjian-perjanjian yang diadakannya. Kebebasan berkontrak adalah bila para pihak dikala melakukan perjanjian berada dalam situasi dan kondisi yang bebas menentukan kehendaknya dalam konsep atau rumusan perjanjian yang disepakati.12 Kesepakatan dalam perjanjian merupakan perwujudan dari kehendak dua atau lebih pihak dalam perjanjian mengenai apa yang mereka kehendaki untuk dilaksanakan, bagaimana cara melaksanakannya, kapan harus dilaksanakan, dan siapa yang harus melaksanakan.13

N. Metode Penelitian

1. Jenis dan sifat penelitian

11 Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2006, hlm. 34

12 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum, Suatu Pengantar, Liberty, Liberty,2003, hlm. 108

13 Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Op. Cit., hlm. 95

(20)

Jenis penelitian yang digunakan adalan penelitian yuridis normatif dan yuridis empiris. Penelitian hukum yuridis normatif adalah penelitian hukum mengenai pemberlakuan ketentuan hukum normatif (kodifikasi, undang-undang atau kontrak) secara in action pada setiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam masyarakat.14 Sifat penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran atau penjelasan secara konkrit tentang keadaan objek atau masalah yang diteliti tanpa mengambil kesimpulan secara umum. Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin dengan manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya, serta hanya menjelaskan keadaan objek masalahnya tanpa bermaksud mengambil kesimpulan yang berlaku umum.15 2. Sumber Data

Sumber data pada penelitian umumnya dibedakan antara data yang diperoleh secara langsung dari narasumber dan dari bahan-bahan pustaka. Yang diperoleh langsung dari masyarakat dinamakan data primer (atau data dasar), sedangkan yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka lazimnya dinamakan data sekunder.16 Data dalam penulisan ini adalah data sekunder dan data primer, yaitu bahan pustaka yang mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku perpustakaan, peraturan perundang-undangan, karya ilmiah, artikel-artikel, serta dokumen yang berkaitan dengan materi penelitian. Dari bahan hukum sekunder tersebut mencakup tiga bagian, meliputi:

14 Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004, hlm. 134

15Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 2010, hlm. 10

16Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013, hlm. 12.

(21)

a. Bahan hukum primer. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat. Bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari peraturan perundang-undangan yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonsia tahun 1945. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Penyelesaian Alternatif. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

b. Bahan hukum sekunder. Bahan hukum sekunder, yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti, rancangan undang-undang, hasil-hasil penelitian, hasil karya dari kalangan hukum, dan seterusnya.

c. Bahan hukum tertier. Bahan hukum tertier yakni bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap hukum primer dan sekunder; contohnya adalah kamus hukum, kamus bahasa Indonesia, ensiklopedia, dan internet.17 3. Metode Pengumpulan Data

Data bagi suatu penelitian merupakan bahan yang akan digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian. Oleh karena itu, data harus selalu ada agar permasalahan penelitian itu dapat dipecahkan.18 Dalam penelitian ini jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data yang bersifat primer dan data yang bersifat sekunder.

Data primer merupakan sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data.19 Sumber data primer didapatkan melalui kegiatan wawancara dengan subjek penelitian dan dengan observasi atau pengamatan langsung di lapangan. Dalam penelitian ini data primer berupa catatan hasil wawancara dan hasil pengamatan langsung di lapangan yang diperoleh melalui

17 Ibid.

18 Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo, Jakarta, 2014, hlm 35

19Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Alfabteha, Bandung, 2016, hlm 225

(22)

wawancara dengan Hasil wawancara dengan James Tampubolon Bag. Informasi

& Teknologi PT. Dian Perkasa dan Henny Paulisa Matondang Bag. Keuangan PT.

Dian Perkasa.

Data sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya melalui orang lain atau lewat dokumen.

Sumber data sekunder digunakan untuk mendukung informasi yang didapatkan dari sumber data primer yaitu dari bahan pustaka, literatur, penelitian terdahulu, buku, laporan-laporan kegiatan yang diadakan oleh erpustakaan Asmaina dan lain sebagainya20

4. Analisis data

Data yang telah terkumpul melalui kegiatan pengumpulan data belum memberikan arti apa-apa bagi tujuan suatu penelitian. Penelitian belum dapat ditarik kesimpulan bagi tujuan penelitiannya, sebab data itu masih merupakan data mentah dan masih diperlukan usaha atau upaya untuk mengolahnya. Proses yang dilakukan adalah dengan memeriksa, meneliti data yang telah diperoleh untuk menjamin apakah data dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan kenyataan.

O. Keaslian Penulisan

Berdasarkan penelusuran yang telah dilakukan di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, baik secara fisik maupun online tidak menemukan judul berkaitan judul tersebut di atas, namun ada beberapa penelitian terdahulu yang mengkaji tentang perjanjian kerjasama, antara lain :

Siti Afrah Afifah. Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan (2018), dengan judul penelitian Analisis Mengenai Perjanjian Pemborongan

20 Ibid., hlm 226

(23)

Pekerjaan antara Biro Perlengkapan Dan Pengelolaan Aset Setdaprovsu dengan PT. Hari Jadi Sukses (Studi Pada Biro Umum dan Perlengkapan Setdaprovsu).

Adapun permasalahan dalam penelitian ini :

1. Proses pelaksanaan perjanjian pemborongan pekerjaan antara Biro Perlengkapan dan Pengelolaan Aset Setdaprovsu dengan PT. Hari Jadi Sukses telah memenuhi ketentuan hukum tentang pemborongan pekerjaan.

2. Pengaturan hak dan kewajiban para pihak dalam pelaksanaan perjanjian pemborongan pekerjaan antara Biro Perlengkapan dan Pengelolaan Aset Setdaprovsu dengan PT. Hari Jadi Sukses.

3. Upaya penyelesaian sengketa terhadap wanprestasi dalam pelaksanaan perjanjian pemborongan pekerjaan antara Biro Perlengkapan dan Pengelolaan Aset Setdaprovsu dengan PT. Hari Jadi Sukses.

Akhmad Nopriansyah M. Fakultas Hukum Universitas Lampung Bandar Lampung (2018), dengan judul penelitian Perjanjian Kerja Konstruksi Pembangunan Jalan Raya (Studi Pada PT Rindang Tiga Satu Pratama). Adapun permasalahan dalam penelitian ini :

1. Pelaksanaan perjanjian konstruksi antara PT Rindang Tiga Satu Pratama dengan Pejabat Pembuat Komitmen Bagian Pelaksana Kegiatan Pembangunan Jalan Terbanggi Besar-Simpang Pematang-Pematang Panggang

2. Hubungan kontraktual antara PT Rindang Tiga Satu Pratama dengan Pejabat Pembuat Komitmen Bagian Pelaksana Kegiatan Pembangunan Jalan Terbanggi Besar-Simpang Pematang-Pematang Panggang.

Dinda Anna Zatika. Fakultas Hukum Universitas Lampung (2018), dengan judul penelitian Tinjauan Yuridis Terhadap Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan

(24)

Konstruksi Pembangunan Jalan Tol Ruas Bakauheni-Terbanggi Besar Paket 2 Sidomulyo- Kotabaru antara PT Hutama Karya (PERSERO) dan PT Waskita Karya (Persero) Tbk. Adapun permasalahan dalam penelitian ini :

1. Dasar hukum pelaksanaan pekerjaan konstruksi pembangunan jalan tol Ruas Bakauheni – Terbanggi Besar Paket 2 Sidomulyo – Kotabaru.

2. Hubungan kontraktual antara PT Hutama Karya (Persero) dengan PT Waskita Karya (Persero) Tbk dalam perjanjian pelaksanaan pekerjaan konstruksi pembangunan jalan tol Ruas Bakauheni – Terbanggi Besar Paket 2 Sidomulyo – Kotabaru.

Faisal Iswandi S. Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan (2017), dengan judul penelitian Tinjauan Yuridis Perjanjian Kerjasama Dinas Pekerjaan Umum Kota Sibolga dengan PT. Andika Putra Perdana untuk Pembangunan Infrastruktur Jalan di Kota Sibolga. Adapun permasalahan dalam penelitian ini:

1. Dasar hukum pelaksanaan perjanjian kerjasama dan proses pelaksanaannya.

2. Hak dan kewajiban para pihak terkait dalam perjanjian kerjasama.

3. Hambatan dan kendala dalam pelaksanaan perjanjian

Prastiwi Ratna Aji. Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta (2008), dengan judul penelitian Perjanjian Pemborongan (Studi Kasus Rehabilitasi Jalan Wonosari – Semin di Kabupaten Gunung Kidul). Adapun permasalahan dalam penelitian:

1. Isi dan bentuk kontrak konstruksi yang terdapat dalam Surat Perjanjian Pemborongan (kontrak) Rehabilitasi Jalan Wonosari – Semin di Kabupaten

(25)

Gunung Kidul antara Pengguna Jasa (Pemerintah) dengan Penyedia Jasa (konsultan Pelaksana/ Kontraktor).

2. Perlindungan hukum yang diperoleh kontraktor sebagai penyedia jasa dalam Perjanjian Pemborongan.

P. Sistematika Penulisan

Penulisan dalam penelitiannya membagi masalah menjadi 5 (lima) bab agar dapat memberikan gambaran dan mengemukakan garis besar sehingga memudahkan dalam mempelajari seluruh isinya. Adapun sistematika penulisan hukum atau skripsi ini adalah sebagai berikut :

Bab I, merupakan pendahuluan bab ini berisikan latar belakang, permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, tinjauan pustaka, metode penulisan dan keaslian penulisan serta sistematika penulisan.

Bab II, bentuk dan isi perjanjian kerjasama perjanjian kerjasama paket pekerjaan pembangunan jalan/pengaspalan antara PT. Dian Perkasa dengan PT.

Blastindo Mitra Mandiri, bab ini berisikan perjanjian kerjasama, syarat sahnya perjanjian kerjasama dan bentuk dan isi perjanjian kerjasama pekerjaan pembangunan jalan/pengaspalan antara PT. Dian Perkasa dengan PT. Blastindo Mitra Mandiri.

Bab III, kedudukan dan tanggung jawab para pihak dalam pelaksanaan perjanjian kerjasama paket pekerjaan pembangunan jalan/pengaspalan antara PT.

Dian Perkasa dengan PT. Blastindo Mitra Mandiri, bab ini berisikan pengaturan perjanjian kerjasama paket pekerjaan pembangunan jalan/pengaspalan antara PT.

Dian perkasa dengan PT. Blastindo Mitra mandiri. Akibat hukum pihak PT.Blastindo Mitra Mandiri tidak melaksanakan perjanjian sesuai dengan

(26)

kesepakatan. Kedudukan dan tanggung jawab para pihak dalam pelaksanaan perjanjian kerjasama paket pekerjaan pembangunan jalan/pengaspalan antara PT.

Dian perkasa dengan PT. Blastindo Mitra Mandiri.

Bab IV, perjanjian kerjasama paket pekerjaan pembangunan jalan/pengaspalan antara PT. Dian Perkasa dengan PT. Blastindo Mitra Mandiri (Studi Desa Sipermara, Kecamatan Pergetteng-Gettengsengkut, Kabupaten Pakpak Bharat). Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama Paket Pekerjaan Pembangunan Jalan/Pengaspalan antara PT. Dian Perkasa dengan PT. Blastindo Mitra Mandiri.

Hak dan Kewajiban dalam Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan Perjanjian Perjanjian Kerjasama Paket Pekerjaan Pembangunan Jalan/Pengaspalan antara PT. Dian Perkasa dengan PT. Blastindo Mitra Mandiri. Penyelesaian sengketa Perjanjian Kerjasama Paket Pekerjaan Pembangunan Jalan/Pengaspalan antara PT. Dian Perkasa dengan PT. Blastindo Mitra Mandiri.

Bab V, kesimpulan dan saran, bab ini merupakan bab terakhir dari isi skripsi ini. Pada bagian ini, dikemukakan kesimpulan dan saran yang didapat sewaktu mengerjakan skripsi ini mulai dari awal hingga pada akhirnya.

(27)

BAB II

BENTUK DAN ISI PERJANJIAN KERJASAMA PAKET PEKERJAAN PEMBANGUNAN JALAN/PENGASPALAN

C. Syarat- Syarat Sahnya Perjanjian Kerjasama

Istilah perjanjian berasal dari bahasa Inggris, yaitu contract. Sedangkan dalam bahasa Belanda disebut dengan overeenkomst (perjanjian).21 Perjanjian dalam Pasal 1313 KUHPerdata adalah suatu perjanjian dimana satu orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau lebih). Perjanjian dengan demikian mengikat para pihak secara hukum, untuk mendapatkan hak atau melaksanakan kewajiban yang ditentukan dalam perjanjian itu. Perjanjian memberikan kepastian bagi penyelesaian sengketa, dan perjanjian ditujukan untuk memperjelas hubungan hukum.22

Kamus hukum menjelaskan bahwa perjanjian adalah persetujuan yang dibuat oleh dua pihak atau lebih, tertulis maupun lisan, masing-masing sepakat untuk mentaati isi persetujuan yang telah dibuat bersama. Sedangkan menurut Pasal 1313 KUHPerdata, suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih.23

Agus Yudha Hernoko menyatakan bahwa perjanjian adalah suatu perbuatan hukum berdasarkan kata sepakat diantara dua orang atau lebih untuk menimbulkan akibat-akibat hukum yang dapat dipaksakan oleh undang-undang. 24

21 Subekti dan Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pradnya Paramita:

Jakarta 2008, hlm. 338.

22I Ketut Artadi dan I Dewa Nyoman Rai Asmara Putra,2010, Implementasi Ketentuan- Ketentuan Hukum Perjanjian Kedalam Perancangan Kontrak, Udayana Uniersity Press, Denpasar, 2010, hlm 28

23 Sudarsono, Kamus Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2007, hlm. 363.

24Agus Yudha Hernoko, Op,Cit., hlm 15-16.

(28)

Perjanjian kerjasama berasal dari kata perjanjian dan kerjasama. Perjanjian menurut Van Dunne adalah suatu hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum.25 Kerja sama bisnis adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai suatu tujuan bersama. Perjanjian kerjasama dapat dibedakan menjadi tiga pola yaitu:

1. Usaha bersama (joint venture)

2. Kerjasama operasional (joint operational) 3. Operasional sepihak (single operational)26

Berdasarkan pengertian perjanjian yang dikemukakan dapat dilihat bahwa perjanjian mengakibatkan seseorang mengikatkan dirinya kepada orang lain hal ini berarti dari suatu perjanjian lahirlah kewajiban atau prestasi dari suatu orang atau lebih (pihak) kepada satu orang atau lebih (pihak) lainnya yang berhak atas prestasi tersebut yang merupakan perikatan yang harus dipenuhi oleh orang atau subjek hukum tersebut.

Perjanjian mengandung unsur-unsur, antara lain:

a. Essentialia, merupakan unsur yang mutlak harus ada bagi terjadinya perjanjian. Unsur ini mutlak harus ada agar perjanjian itu sah, merupakan syarat sahnya perjanjian. Unsur essentialia dalam perjanjian mewakili ketentuan-ketentuan berupa prestasi-prestasi yang wajib dilakukan oleh salah satu atau lebih pihak, yang mencerminkan sifat dari perjanjian tersebut, yang membedakankannya secara prinsip dari jenis perjanjian

25 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Tim Penyusunan Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2010, hlm 729

26 Johanes Ibrahim dan Lindawaty Sewu, Hukum Bisnis (Dalam Persepsi Manusia Modern), Reika Aditama, Bandung, 2003, hlm. 42

(29)

lainnya. Unsur essentialia ini pada umumnya dipergunakan dalam memberikan rumusan, definisi, atau pengertian dari suatu perjanjian.

b. Naturalia, merupakan unsur yang lazimnya melekat pada perjanjian, yaitu unsur yang tanpa diperjanjikan secara khusus dalam perjanjian secara diam-diam dengan sendirinya dianggap ada dalam perjanjian karena sudah merupakan pembawaan atau melekat pada perjanjian. Unsur naturalia pasti ada dalam suatu perjanjian tertentu, setelah unsur essentialia diketahui secara pasti. Misalnya dalam perjanjian yang mengandung unsur essentialia jual-beli, pasti akan terdapat unsur naturalia berupa kewajiban dari penjual untuk menanggung kebendaan yang dijual dari cacat-cacat tersembunyi. Sehubungan dengan hal itu, maka berlakulah ketentuan Pasal 1339 KUHPerdata yang menyatakan bahwa: “Perjanjian-perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan di dalamnya, melainkan juga untuk segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian diharuskan oleh kepatutan, kebisaaan, atau undang-undang.”27

c. Accidentalia, yaitu unsur pelengkap dalam suatu perjanjian, yang merupakan ketentuan-ketentuan yang dapat diatur secara menyimpang oleh para pihak sesuai dengan kehendak para pihak merupakan persyaratan khusus yang ditentukan secara bersama-sama oleh para pihak. Dengan demikian, maka unsur ini pada hakekatnya bukan merupakan suatu bentuk prestasi yang harus dilaksanakan atau dipenuhi oleh para pihak.28

Dasar-dasar hukum kontrak adalah prinsip yang harus dipegang bagi para pihak yang mengikatkan diri ke dalam hubungan hukum kontrak. Menurut

27 Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 2009, hlm. 118-119.

28 Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Op.Cit., hlm., 85-90.

(30)

Hukum Perdata, sebagai dasar hukum utama dalam berkontrak, dikenal 5 (lima) asas penting, antara lain:

1) Asas kebebasan berkontrak (freedom of contract)

Latar belakang lahirnya asas kebebasan berkontrak berkaitan erat dengan lahirnya paham individualisme. Paham individualisme secara embrional lahir pada zaman Yunani yang kemudian diteruskan oleh kaum epicuristen dan berkembang pesat pada zaman renaissance melalui ajaran- ajaran antara lain ajaran Hugo de Groot, Thomas Hobbes, John Locke dan Rousseau.29

2) Asas kepastian hukum (asas pacta sunt servanda)

Asas pacta sunt servanda (asas kepastian hukum) asas ini berhubungan dengan akibat perjanjian. Asas pacta sunt servanda merupakan asas bahwa hakim atau pihak ketiga harus menghormati substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak, sebagaimana layaknya sebuah undang-undang. Mereka tidak boleh melakukan intervensi terhadap substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak. Asas pacta sunt servanda dapat disimpulkan dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata yang bunyinya perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang.

Asas bahwa para pihak harus memenuhi apa yang mereka terima sebagai kewajiban masing-masing karena persetujuan merupakan undang- undang bagi pihak-pihak yang mengadakannya dan kekuatan mengikatnya dianggap sama dengan kekuatan undang-undang, sehingga istilah pacta sunt servanda (asas kepastian hukum) berarti “janji itu mengikat”.

29 Salim H.S, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Sinar Grafika Jakarta 2005, hlm. 9.

(31)

Terikatnya para pihak pada perjanjian itu tidak semata-mata terbatas pada apa yang diperjanjikan, akan tetapi juga terhadap beberapa unsur lain sepanjang dikehendaki oleh kebiasaan dan kepatutan secara moral.30

3) Asas kepribadian (personalitas)

Asas personalitas dapat dilihat dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata yang mengatur: “semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”, pada kalimat “bagi mereka yang membuatnya” menunjukkan asas personalitas.

Asas personalitas merupakan asas yang menentukan seseorang yang akan melakukan atau membuat perjanjian hanya untuk kepentingan dirinya saja, kecuali diperjanjikan lain (pengecualian terdapat dalam Pasal 1317 KUHPerdata). Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 1315 dan 1340 KUHPerdata, Pasal ini menerangkan bahwa seseorang yang membuat perjanjian tidak dapat mengatasnamakan orang lain, dalam arti yang yang menanggung kewajiban dan yang memperoleh hak dari perjanjian itu hanyalah pihak yang melakukan perjanjian. 31

4) Asas itikad baik (goede trouw)

Asas itikad baik dalam suatu perjanjian terdapat dalam Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata, yang menyatakan persetujuan-persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad baik, akan tetapi dalam pasal tersebut tidak disebutkan secara ekplisit apa yang dimaksud dengan “itikad baik”. asas itikad baik dapat diterapkan dalam situasi dimana perjanjian sudah

30Mariam Darus Badrulzaman, dkk, Kompilasi Hukum Perikatan, Citra Adytia Bakti, Bandung, 2001, hlm .88.

31 Ahmadi Miru dan Sakka Patti, Hukum Perikatan Penjelasan Makna Pasal 1233 sampai Pasal 1456 BW, Raja Grafindo Persada. Jakarta, 2008, hlm 78

(32)

memenuhi syarat hal tertentu, akibat ajaran ini tidak melindungi pihak yang menderita kerugian dalam tahap pra kontrak atau tahap perundingan, karena dalam tahap ini perjanjian belum menenuhi syarat tertentu.32

5) Asas konsensualisme

Kata konsensualisme berasal dari kata consensus yang berarti sepakat, hal ini berarti bahwa pada asasnya suatu perjanjian timbul sejak saat tercapainya konsensus atau kesepakatan atau kehendak yang bebas antara para pihak yang melakukan perjanjian. Asas konsensualitas ini tercermin dalam unsur pertama.Pasal 1320 KUHPerdata yang menyebutkan “sepakat mereka yang mengikatkan diri”, artinya dari asas ini menurut Subekti adalah“ pada dasarnya perjanjian dan perikatan yang timbul karenanya itu sudah dilahirkan sejak detik tercapainya kesepakatan”.

Asas konsensualisme mempunyai arti yang terpenting, yaitu bahwa untuk melahirkan perjanjian adalah cukup dengan dicapainya kata sepakat mengenai hal-hal pokok dari perjanjian tersebut, dan bahwa perjanjian sudah lahir pada saat atau detik tercapainya consensus.33Berdasarkan asas- asas perjanjian tersebut di atas, maka dalam penelitian menggunakan asas kebebasan berkontrak (freedom of contract), dimana para pihak mempunyai kedudukan yang sama dan mempunyai hak dan kewajiban yang harus dijalankan.

Lahirnya perjanjian yang sah harus memenuhi syarat-syarat yang terdapat pada Pasal 1320 KUH Perdata. Pasal 1320 pembuat undang-undang memberi

32 Suharnoko, Hukum Perjanjian Teori dan Analisa Kasus, Prenada Media, Jakarta 2004, hlm. 5

33Subekti, Aspek-aspek Hukum Perikatan Nasional, Alumni, Bandung., 2001, hlm. 5

(33)

patokan umum tentang bagimana suatu perjanjian lahir.34 Syarat sahnya suatu perjanjian secara umum diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata. Terdapat empat syarat yang harus dipenuhi untuk sahnya perjanjian. Syarat-syarat tersebut adalah:

(a) Kesepakatan

Kesepakatan ini diatur dalam Pasal 1320 ayat (1) KUH Perdata, yang dimaksud kesepakatan adalah persesuaian pernyataan kehendak antara satu orang atau lebih dengan pihak lainnya.Sesuai pernyataannya, karena kehendak itu tidak dapat dilihat/diketahui orang lain. Kesepatan para pihak merupakan unsur mutlak untuk terjadinya suatu kontrak. Kesepakatan ini dapat terjadi dengan berbagai cara, baik dengan tertulis maupun secara tidak tertulis. Dikatakan tidak tertulis, bukan lisan karena perjanjian dapat saja terjadi dengan cara tidak tertulis dan juga tidak lisan, tetapi bahkan hanya dengan simbol-simbol atau dengan cara lainnya yang tidak secara lisan, namun yang paling penting adalah adanya penawaran dan penerimaan atas penawaran tersebut. Cara-cara untuk terjadinya penawaran dan penerimaan dapat dilakukan secara tegas maupun dengan tidak tegas, yang penting dapat dipahami atau dimengerti oleh para pihak bahwa telah terjadi penawaran dan penerimaan.35

(b) Kecakapan bertindak

Kecakapan bertindak adalah kecakapan atau kemampuan untuk melakukan perbuatan hukum. Perbuatan hukum adalah perbuatan yang akan menimbulkan akibat hukum. Orang-orang yang akan mengadakan

34 Mariam Darus Badruzaman, Kompilasi hukum perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, hlm 161

35 Ahmadi Miru, Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak, Rajawali Pers, Jakarta, 2013, hlm. 1

(34)

perjanjian haruslah orang-orang yang cakap dan yang mempunyai wewenang untuk melakukan perbuatan hukum, sebagaimana ditentukan oleh undang-undang.36

Prinsipnya semua orang dinyatakan cakap untuk membuat perjanjian apabila ia oleh undang-undang (tidak) dinyatakan tidak cakap.

Hal ini diatur dalam Pasal 1329 KUHPerdata. Perkecualian atas prinsip yang ada di dalam Pasal 1329 KUHPerdata yaitu ada dalam Pasal 330 KUHPerdata, yang menyatakan bahwa mereka yang belum genap berumur 21 tahun dan tidak telah menikah adalah belum dewasa. Secara contario dapat disimpulkan bahwa dewasa adalah mereka yang telah berumur 21 tahun, telah menikah (termasuk mereka yang belum berusia 21 tahun, tapi telah atau pernah menikah), dan orang-orang dewasa adalah orang-orang yang pada asasnya cakap untuk bertindak.37

(c) Suatu hal tertentu

Suatu hak tertentu dalam perjanjian adalah barang yang menjadi objek suatu perjanjian. Menurut Pasal 1333 KUHPerdata barang yang menjadi objek suatu perjanjian ini haruslah tertentu, setidaknya haruslah ditentukan jenisnya, sedangkan jumlahnya tidak perlu ditentukan, asalkan saja kemudian dapat ditentukan atau diperhitungkan. Sebelumnya, dalam Pasal 1334 ayat (1) KUHPerdata ditentukan bahwa barang-barang yang baru akan ada dikemudian hari juga dapat menjadi objek suatu perjanjian.38

36Salim H.S, Op.Cit, hlm 24

37 Endang Mintorowati, Hukum Perjanjian, UNS Press, Surakarta, 1999, hlm 17.

38 Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Perjanjian, Sumur, Bandung, Cetakan VII, Bandung, 2004, hlm. 2

(35)

Barang yang belum ada dijadikan objek perjanjian tersebut bisa dalam pengertian relatif (nisbi). Belum ada pengertian mutlak misalnya, perjanjian jual beli padi dimana tanamannya baru sedang berbunga, sedangkan belum ada pengertian relatif, misalnya perjanjian jual beli yang diperjual belikan sudah berwujud beras, pada saat perjanjian diadakan masih milik penjual.39

(d) Adanya causa yang halal (geoorloofde oorzaak)

Pasal 1320 KUHPerdata tidak dijelaskan pengertian orzaak (causa yang halal). Di dalam Pasal 1337 KUHPerdata hanya disebutkan causa yang terlarang. Suatu sebab adalah terlarang apabila bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan, dan ketertiban umum. 40 KUHPerdata menentukan akibat hukum bagi kontrak atau perjanjian tidak memenuhi persyaratan yang ditentukan Pasal 1320 KUH Perdata. Syarat yang pertama dan kedua disebut syarat subjektif, karena menyangkut pihak- pihak yang mengadakan perjanjian.

Syarat ketiga dan keempat disebut syarat objektif, karena menyangkut objek perjanjian. Apabila syarat pertama dan kedua tidak terpenuhi maka perjanjian itu dapat dibatalkan. Artinya, bahwa salah satu pihak dapat mengajukan kepada pengadilan untuk membatalkan perjanjian yang disepakatinya, akan tetapi apabila para pihak tidak ada yang keberatan, maka perjanjian itu tetap dianggap sah. Apabila syarat ketiga dan keempat tidak terpenuhi maka perjanjian itu batal demi hukum.

Artinya, bahwa dari semula perjanjian itu dianggap tidak ada.41

39 Ibid.

40 Salim H.S, Op.Cit, hlm.34.

41 Ibid., hlm 35

(36)

D. Bentuk dan Isi Perjanjian Kerjasama Pekerjaan Pembangunan Jalan /Pengaspalan

Perjanjian pemborongan dapat dibuat dalam bentuk lisan ataupun dalam bentuk tertulis, untuk proyek-proyek pemerintah, perjanjian pemborongan harus dibuat secara tertulis dan dalam bentuk perjanjian standar, artinya perjanjian pemborongan dibuat dalam bentuk model-model formulir tertentu. Perjanjian yang dibuat dengan formulir-formulir tertentu disebut perjanjian standar.

Perjanjian dibuat dengan perjanjian standar karena hal ini menyangkut keuangan negara yang besar jumlahnya dan untuk melindungi keselamatan umum. Arti perjanjian standar adalah perjanjian yang dibuat berdasarkan peraturan standar yang telah dituangkan dalam perundang-undangan.42

Bentuk-bentuk perjanjian dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu tertulis dan tidak tertulis. Perjanjian tertulis adalah perjanjian yang dibuat oleh para pihak dalam bentuk tulisan. Sedangkan perjanjian lisan suatu perjanjian yang dibuat oleh para pihak dalam wujud lisan (cukup kesepakatan para pihak). Bentuk perjanjian tertulis, sebagaimana dikemukakan berikut ini :

1. Perjanjian di bawah tangan yang ditandatangani oleh para pihak yang bersangkutan saja. Perjanjian itu hanya mengikat para pihak dalam perjanjian, tetapi tidak mempunyai kekuatan mengikat pihak ketiga. Jika perjanjian tersebut disangkal pihak ketiga maka para pihak atau salah satu pihak dari perjanjian itu berkewajiban mengajukan bukti-bukti yang diperlukan untuk membuktikan keberatan pihak ketiga dimaksud tidak berdasar dan tidak dapat dibenarkan.

42 F.X. Djumialdji, Perjanjian Pemborongan, Rineka Cipta, Jakarta, 2001, hlm. 3

(37)

2. Perjanjian dengan saksi notaris untuk melegalisir tanda tangan para pihak.

Fungsi kesaksian notaris atau suatu dokumen semata-mata hanya untuk melagilisir kebenaran tanda tangan para pihak, akan tetapi, kesaksian tersebut tidaklah mempengaruhi kekuatan hukum dari isi perjanjian. Salah satu pihak mungkin saja menyangkal isi perjanjian namun pihak yang menyangkal itu adalah pihak yang harus membuktikan penyangkalannya.

3. Perjanjian yang dibuat dihadapan dan oleh notaris dalam bentuk akta notariel.

Akta notariel adalah akta yang dibuat di hadapan dan di muka pejabat yang berwenang untuk itu. Pejabat yang berwenang untuk itu adalah notaris, camat, PPAT, dan lain-lain. Jenis dokumen ini merupakan alat bukti yang sempurna bagi para pihak yang bersangkutan maupun pihak ketiga.43

Kontrak bangunan dapat terjadi secara tertutup yaitu antara pemberi tugas dan pemborong atau terbuka seperti pelelangan, tender, aanbesteding, melalui pengumuman. Kontrak kerja bangunan dapat dibedakan dalam dua jenis:

a. Kontraktor hanya akan melakukan pekerjaan saja, sedangkan bahan- bahannya disediakan oleh pemberi tugas.

b. Kontraktor melakukan pekerjaan dan juga ia akan memberikan bahan- bahannya44

Isi perjanjian yang diatur dalam Pasal 1339 KUHPerdata dan 1347 KUHPerdata. Pada Pasal 1339 KUHPerdata menyatakan, persetujuan tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang secara tegas dinyatakan di dalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian, diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan, dan undang- undang. Selanjutnya pada Pasal 1347 KUHPerdata

43 Salim, Hukum Perjanjian, Teori dan Praktik Penyusunan Perjanjian, cetakan kelima, Sinar Gafika,Jakarta, 2008, hlm 42-43

44 Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, Alumni, Bandung, 2011, hlm. 61

(38)

dinyatakan bahwa hal-hal yang menurut kebiasaan selamanya diperjanjikan (bestending gebrukelijk beding) dianggap secara diam-diam dimasukkan di dalam perjanjian meskipun tidak dengan tegas dinyatakan.

Isi dari perjanjian pemborongan bangunan pada umumnya memuat secara terperinci mengenai :

1) Luasnya pekerjaan yang harus dilaksanakan dan memuat uraian-uraian tentang pekerjaan dan syarat-syarat pekerjaan yang disertai dengan gambar (bestek) dilengkapi dengan uraian tentang bahan material, alat-alat dan tenaga kerja yang diperlukan.

2) Penentuan tentang harga pemborongan.

3) Mengenai jangka waktu penyelesaian pekerjaan.

4) Mengenai sanksi dalam hal terjadi wanprestasi.

5) Tentang resiko dalam hal terjadi overmacht.

6) Penyelesaian jika terjadi perselisihan.

7) Hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian pemborongan.45 Isi perjanjian kerjasama pekerjaan pembangunan jalan /pengaspalan Pasal 1

Ruang lingkup pekerjaan

(a) Pihak kedua mempersiapkan/ mengadakan segala peralatan dan bahan yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan pengeboran, peledakan, dan pembuangan material hasil ledakan.

(b) Pihak kedua wajib melakukan pengamanan terhadap lingkungan sehingga tidak terjadi bahaya terhadap masyarakat.

45Sri Soedewi Masjchun Sofwan, Hukum Bangunan Perjanjian Pemborongan Bangunan, cet. 3, Liberty, Yogyakarta, 2009, hal 55.

(39)

(c) Pihak kedua wajib mengurus/mendapatkan persetujuan dari pihak berwajib.

Pasal 2

Tata cara pembayaran

(a) Pihak kedua berhak menerima uang persiapan operasi sebesar Rp.

200,000,000.00,- (dua ratus juta rupiah).

(b) Pihak kedua berhak menerima uang muka tambahan sehingga uang muka total senilai 30 % dari harga yang disepakati.

(c) Pembayaran pekerjaan fisik dilakukan setiap progres 2 (dua) minggu dengan memperhitungkan cicilan uang muka sebesar 30 %.

(d) Pembayaran tagihan dilakukan kepada pihak kedua melalui rekening:

Nama : PT. BLASTINDO MITRA MANDIRI Bank : Mandiri KCP Cilandak Commersial Estate Account : 127.000.649.5301

Kecuali uang muka persiapan operasi Rp. 200,000,000.00,- (dua ratus juta rupiah)

Pasal 3

Cara perhitungan volume pekerjaan

1. Pekerjaan dihitung berdasarkan volume survey dibandingkan dengan volume pekerjaan setiap 2 (dua) minggu dan dibuat berita acara kedua belah pihak yang disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)

Pasal 4

Harga pekerjaan

(40)

(a) Harga satuan pekerjaan adalah senilai Rp. 80,000,- /m3 tidak termasuk PPN .

(b) Harga satuan tersebut sudah termasuk seluruh komponen pekerjaan yang meliputi :upah pekerja, bahan-bahan, peralatan, overhead dan profit termasuk keselamatan kerja (K3 ).

(c) Total harga pekerjaan adalah merupakan perkalian antara volume yang dikerjakan dikalikan harga satuan.

(d) Estimasi total volume pekerjaan 40,000 m3 .

(e) Pembayaran uang muka diperhitungkan terhadap volume hasil final rekayasa lapangan.

Pasal 5

Waktu pelaksanaan

Waktu pelaksanaan disepakati 90 (sembilan puluh) hari kalender terhitung sejak tanggal 30 September 2016.

Pasal 6

Pemutusan perjanjian

(a) Pihak pertama dapat membatalkan secara sepihak perjanjian ini tanpa mengunakan Pasal 1266 dan 1267 KUHPerdata apabila pemilik proyek dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pakpak Bharat tidak dapat memenuhi kewajibannya.

(b) Pihak kedua dapat menghentikan pakerjaan apabila pihak pertama tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran pekerjaan kepada pihak kedua.

Pasal 7

Keadaan memaksa (force majeure)

(41)

Yang dimaksud force majeure dalam perjanjian ini adalah meliputi tentang tidak terbatas pada hal-hal terjadinya bencana alam, wabah penyakit ,peperangan, pemberontakan, huru-hara, pemogokan, kebakaran dan atau adanya kebijakan pemerintah. Force majeure ini diberitahukan secara tertulis dalam waktu 3x14 jam sejak terjadinya force majeure tersebut oleh pihak yang terkena force majeure tersebut kepada pihak lainnya.

Pasal 8 Risiko

Segala persoalan dan kerugian meliputi tentang tidak terbatas yang mengakibatkan tidak tersedianya bahan-bahan, alat-alat, tuntutan tenaga kerja serta pihak-pihak lain (orang-orang yang tidak ada sangkut-pautnya dengan perjanjian) yang terkait dengan pelaksanaan pekerjaan pihak kedua sepenuhnya tanggung jawab Pihak kedua.

Pasal 9

Penyelesaian perselisihan

Apabila timbul perselisihan antara pihak pertama dan pihak kedua maka diselesaikan secara musyawarah dan mufakat.

Pasal 10 Penutup

(a) Hal-hal yang belum diatur dan apabila ada perubahan akan diatur kemudian atas dasar mufakat kedua belah pihak.

(b) Surat perjanjian ini ditandatangani di Medan oleh kedua belah pihak pada hari Jumat tanggal 30 September 2016, dan berakhir setelah kedua belah pihak menyelesaikan kewajiban masing-masing dan dibuat dalam rangkap

(42)

4 (empat) dan 2 (dua) diantaranya bermaterai cukup untuk masing-masing pihak yang mempunyai kekuatan hukum yang sama.

Setelah isi perjanjian kerjasama disepakati dan ditandatangani oleh para pihak maka perjanjian mengikat kedua belah pihak terjadi perubahan keadaan yang berpengaruh terhadap pemenuhan prestasi dan kontraprestasi yang diperjanjikan, maupun keadaan yang tidak dapat diperhitungkan atau tidak diduga sebelumnya di luar dari apa yang telah disepakati sebelumnya. Mengenai hal-hal yang belum diatur atau terjadi keadaan khusus setelah perjanjian telah terbentuk tersebut, Pasal 10 perjanjian kerjasama ini mengakomodir dengan cara diselesaikan secara musyawarah dan mufakat diantara kedua belah pihak.

Berakhirnya perjanjian kerjasama paket pekerjaan pembangunan jalan /pengaspalan antara PT. Dian Perkasa dengan PT. Blastindo Mitra Mandiri, yaitu:

1.1. Tercapainya tujuan perjanjian

Tercapainya tujuan perjanjian dalam arti apabila hasil pekerjaan itu telah diserahkan kepada pihak yang memborongkan dan si pemborong menerima harga atas pekerjaan itu. Jadi karena tujuan dari perjanjian pemborongan tersebut adalah selesainya suatu pekerjaan bagi si pemberi pekerjaan yaitu menyerahkan pekerjaan yang didapatnya harga pembayaran bagi si pemborong, maka berakhirlah perjanjian pemborongan tersebut.

1.2. Dihentikan oleh pihak yang memborongkan

Perjanjian pemborongan berakhir karena pekerjaan pemborongan dihentikan oleh si pemberi tugas, dengan memberikan ganti rugi sepenuhnya kepada si pemborong baik memgenai biaya-biaya yang telah dikeluarkan maupun mengenai keuntungan yang diharapkan jika si pemborong tersebut telah selesai mengerjakannya

(43)

1.3. Meninggalnya si pemborong

Meninggalnya si pemborong diatur dalam Pasal 1612 KUHPerdata yang berbunyi perjanjian pemborongan berakhir dengan meninggalnya pemborong.

Tetapi pemberi tugas itu wajib membayar ahli waris pemborong itu harga hasil pekerjaan yang telah selesai dan harga bahan-bahan bangunan yang telah disiapkan, menurut perbandingan dengan harga yang diperjanjikan dalam perjanjian, asal hasil pekerjaan atau bahan-bahan bangunan tersebut ada manfaatnya bagi si pemberi tugas.46

46 Hasil wawancara dengan James Tampubolon Bag. Informasi & Teknologi PT. Dian Perkasa, tanggal 5 Januari 2019 di Kantor PT. Dian Perkasa

Referensi

Dokumen terkait

Pengaturan PERUM DAMRI diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2002 tentang Perusahaan Umum (PERUM) DAMRI. PERUM DAMRI berpedoman pada Undang-Undang

3.1. Ketentuan Hukum Terhadap Transaksi Jual-Beli Online Di Indonesia Sebagaimana kegiatan jual-beli antara penjual dan konsumen secara konvensional perlu diawasi, tentu

Perkawinan yang tidak didaftarkan di kantor catatan sipil dianggap tidak pernah diakui oleh negara karena tidak memenuhi syarat sahnya suatu perkawinan yang diatur dalam Pasal

Pemerintah telah menjamin adanya perlindungan hukum terhadap suatu ciptaan sebagai produk dari Hak Kekayaan Intelektual seorang individu, tidak terkecuali pada

Berdasarkan Pasal 41 Undang-Undang Perkawinan diatas, maka jelas bahwa meskipun suatu perkawinan sudah putus karena perceraian, tidaklah mengakibatkan hubungan

Dampak meningkatnya perkara perceraian yang terjadi di Mahkamah Syar’iyah Meulaboh dan dampak terhadap korban kekerasan dalam rumah tangga dapat dikurangi ataupun

Pendapat demikian juga sesuai dengan pertumbuhan hukum Anglo Amerika menurut sistem common law, di mana pemegang hipotek (mortgagee) dianggap memperoleh hak eigendom atas benda

Pengadilan Agama adalah lembaga yang berwenang dalam menyelesaikan hak istri. Namun untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut diatas para pencari keadilan yang selalu