• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN HASIL KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL)DI PT. INTRACAWOOD MANUFACTURING, TARAKAN KOTA TARAKAN KALIMANTAN TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN HASIL KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL)DI PT. INTRACAWOOD MANUFACTURING, TARAKAN KOTA TARAKAN KALIMANTAN TIMUR"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN

HASIL KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL)DI PT.

INTRACAWOOD MANUFACTURING, TARAKAN

KOTA TARAKAN KALIMANTAN TIMUR

Oleh :

S U R Y A N I

NIM : 080 500 100

JURUSAN PENGOLAHAN HASIL HUTAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA

2011

(2)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT , karena atas rahmat dan karunia–Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT.

INCTACAWOOD Mfg di Kota Tarakan Provinsi Kalimantan Timur .

Dalam menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak yang telah membantu dan dengan kerendahan hati penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada:

1. Ayahanda dan ibunda tercinta yang telah banyak memberikan dukungan material maupun moril dalam menyelesaian studi dan penyusunan laporan PKL, serta seluruh keluarga yang selalu mendoakan dan mendorong penulis dalam menyelesaikan studi.

2. Bapak Ir. Wartomo, MP. Selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

3. Bapak Heriad Daud Salusu. MP Selaku Ketua Jurusan Pengolahan Hasil Hutan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

4. Bapak Ir. Andi Yusuf. MP selaku dosen pembimbing.

5. Ibu Eva Nurmarini. S.Hut.MP dan Ibu Erina Hertianti. S.Hut. Mp selaku Dosen pengantar PKL.

(3)

6. Kepala Bagian dan seluruh staf/karyawan yang telah membantu kami selama proses kegiatan PKL di perusahaan tersebut.

8 Rekan–rekan angkatan 2008 khususnya satu tempat rekan-rekan praktek dan rekan–rekan lainnya yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan laporan praktek kerja lapang ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini masih terdapat kekurangan-kekurangan dan kesalahan-kesalahan, akan tetapi besar harapan dari penulis semoga dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Penulis

(4)

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN ... i DAFTAR ISI ... ii KATA PENGANTAR ... iv BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Tujuan ... 1

C. Hasil Yang di Harapkan ... 2

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN ... 3

A. Sejarah berdirinya PT. Intracawood Mfg ... 3

B. Bahan Baku dan Produk Yang Dihasilkan ... 4

C. Pemasaran ... 5

D. Lokasi dan Waktu Kegiatan PKL ... BAB III METODE PKL ... 6

A. Waktu PKL ... 6

B. Kegiatan PKL ... 7

BAB IV HASIL PKL ... 8

A. Tahapan TPTI ... 9

B. Proses Pembuatan Plywood ... 24

BAB V PENUTUP ... 41

A. Kesimpulan... 41

B. Saran ... 43

(5)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang memiliki berbagai sebuah sumber daya alam yang melimpah. Salah satu sumber daya alam yang termasuk terbesar yaitu sumber daya hutan, karena hutan Di negara kita termasuk yang terbesar di dunia. Berbagai hasil yang dapat diperoleh dari hutan, misalnya rotan, dammar dan terutama kayu. Seiring dengan berkembang teknologi dan pertambahan penduduk, penggunaan kayu juga semakin bertambah, sehingga turut memicu kelahiran dan perkembangan industri pengolahan kayu di Indonesia, salah satunya adalah industri kayu lapis.

Praktek kerja lapang (PKL) yang dilaksanakan oleh mahasiswa Politeknik Pertanian Negeri Samarinda program studi Teknologi Hasil Hutan merupakan kurikulum yang sudah ditentukan. Kegiatan ini merupakan lanjutan dari perkuliahan yang ditempuh selama dibangku kuliah, dan mempunyai acuan kepada mahasiswa yang bersangkutan sehingga mempunyai koordinasi antara Mahasiswa, Akademik dan perusahaan yang ditempati, sehingga dapat terjalin kerjasama yang baik.

Dalam rangka memantapkan materi perkuliahan yang didapatkan dibangku kuliah maka diadakan Pengalaman praktek kerja lapang (PKL) selama kurang lebih 8 minggu untuk menambah pengalaman.

(6)

B. Tujuan PKL

Tujuan dari pelaksanaan praktek kerja lapang (PKL) ini adalah agar mahasiswa lebih memahami prinsip kerja kegiatan industri pengolahan kayu padat dan industri pengolahan kayu lainnya, memiliki pengetahuan teknis dan keterampilan praktis tertentu, pengetahuan untuk menambah kepercayaan diri, melatih menggunakan daya nalar terhadap kegiatan di lapangan, disamping itu juga memahami penggunaan alat sarana yang lainnya dalam tahapan industri pengolahan kayu.

C. Hasil Yang Diharapkan

Diharapakan setelah mahasiswa selesai melaksanakan praktek kerja lapang (PKL) ini dapat menambah pengalaman dan memperluas ilmu pe ngetahuan, juga dimaksudkan agar mahasiswa dapat melihat langsung kegiatan di lapangan, sehingga dapat membandingkan antara teori yang diterima dari bangku kuliah dengan kenyataan di lapangan.

(7)

II. TINJAUAN UMUN PERUSAHAAN

A. Sejarah berdirinya PT. Intracawood Mfg

PT. Intracawood Manufacturing didirikan atas anjuran pemerintah yang disampaikan oleh Bapak Menteri Ekuin Radius Prawiro kepada pendiri CCM Group Bapak Murdaya Widyaminarto Poo, hal ini bertujuan agar pihak swasta ikut serta berperan dalam usaha pemerataan Pembangunan Nasional di Indonesia bagian timur terutama daerah terpencil seperti kota Tarakan. Maka dengan maksud menciptakan dampak positif bagi lingkungan setempat, serta membuka lapangan kerja dan yang utama adalah dengan membendung mengalirnya tenaga kerja ke Negara tetangga serta meningkatkan ketahanan nasional dan pemerataan pembangunan daerah-daerah terpencil, dididrikanlah perseroan yang idenya direalisasikan pada tahun 1988 dengan nama PT. INTACAWOOD MANUFACTUTING. Perusahaan ini merupakan joint venture dari tiga perusahaan, yaitu :

1. PT. INHUTANI 1 2. PT. ALTRAK 78

3. PT. BERCA INDONESIA

Perjanjian kerjasama dalam perseroan PT. Intracawood Mfg ini tercantum dalam: 1. Akte No. 43 tanggal 10 maret 1988

2. Akte No. 131 tanggal 21 juli 1988 3. Akte No. 62 13 september 1988

(8)

Pada perjanjian tersebut masing- masing perusahaan memasukan saham PT. INHUTANI I mempunyai kepemilikan saham sebesar 25%, PT. ALTRAK 78 mempunyai kepemilikan saham sebesar 50%, dan untuk PT. BERCA INDONESIA kepemilikan sahamnya adalah sebesar 25%. Pada tanggal 29 Desember 1983 dengan akte pendirian No.524. dan pada tanggal 3 Desember 1987 izin penawaran modal dalam negeri diterbitkan. Pada tanggal 21 Januari 1991 kayu lapis komersial pertama ditandatangani oleh Presiden Direktur Ibu Siti Hartani Murdaya sebagai prasasti dan pada tanggal 10 april 1991 ekspor perdana yang menghasilkan devisa bagi Negara yang cukup besar.

PT. Intracawood Mfg sebagai pabrik lapis kayu terkhir di Indonesia sadar, bahwa keberadaannya dicatat pada daftar yang paling bawah. Kemudian managemen bersama dengan karyawan-karyawannya bekerja keras untuk mencapai hasil yang maksimal. Karena itu dalam waktu yang relatif singkat PT. Intraca masuk peringkat lima besar pabrik penghasi kayu lapis tipis yaitu 2,4 mm x 3 feet x 6 feet dan 2,4 mm x 4 feet x 8 feet diantara 118 pabrik di Indonesia.

Industri PT. Intracawood Mfg berpusat di Desa Juata Laut yang berjarak sekitar 14 km dari pusat kota Tarakan dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan roda empat dengan waktu 30menit.

Luas areal industri seluruhnya adalah sekitar 74,9 Ha yang terdiri dari areal-areal berikut :

1. Luas pabrik 42.80 Ha (57,21%)

(9)

3. Luas areal karyawan berkeluarga perumahan 15,00 Ha (20,05%)

4. Luas jalur hijau 9,90 Ha (13,23%)

B. bahan baku dan produk yang dihasilkan

PT. Intracawood Mfg dalam memperoleh bahan baku dengan cara mengambil langsung dari HPH yang terletak pada dua tempat yaitu Camp Bengalun dan Camp Sekatak. Pengangkutan log tersebut ke lokasi industri dilakukan dengan meggunakan rakit dan pontoon.

Produk yang dihasilkan PT. Intracawood Mfg adalah : 1. Polywood 2,4 mm,2,7 mm, 3,4 mm,3,6mm, dll

2. LVB (Laminated Vaneer Board) 21,3 mm,x 1230 mm x 2460 mm 3. LVL (Laminated Vaneer Lamber) 40 mm x 920 mm x 2020 mm 4. Floor base 11,5 mm x 945 mmm x1840 mm 5. Block Board 18 mm x 1220 mm x 2440 mm 6. Paper Overlay 2,4 mm x 920 mm x 1830 mm 7. Concrete panel 8. Home base C. Pemasaran

Semua produk yang dikerjakan pada PT. Intracawood sesuai dengan pesanan atau permintaan dari pembeli (joborder). Dalam memasarkan produk

(10)

yang dihasilkan PT. Intracawood Mfg mengekspor keluar negeri. Adapun Negara ekspor yang di tujuan adalah jepang, USA, China, Hongkong, Korea, dan lain-lain.

(11)

III. Metode PKL

A. Waktu Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) Politeknik Pertanian Negeri Samarinda di PT. INTRACAWOOD MANUFACTURING dimulai dari tanggal 05 maret 2011 sampai dengan 21 april 2011 ialah sebagai berikut :

1. Kegiatan di HPH sekatak a) Kegiatan di perencanaan b) Kegiatan di PWH c) Kegia tan di silint d) Kegiatan diTUK 2. Kegiatan di pabrik

a) Kegiatan di Central log pond b) Kegiatan di Grain vaneer c) Kegiatan di Drying

d) Kegiatan di Vaneer Preparation e) Kegiatan di Assembly

f) Kegiatan di Finishing g) Kegiatan di Inspection h) Kegiatan di Packing

(12)

i) Kegiatan Pengujian di Laboratorium

B. Kegiatan PKL

Pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Lapang(PKL) di PT. INTRACAWOOD MANUFACTURING khususnya pada kegiatan HPH dan plymill dilaksanakan mulai dari kegiatan orientasi lapangan kemudian praktek langsung ke lapangan dan setelah itu menyusun laporan, dan di akhiri dengan acara pelepasan.

(13)

IV. HASIL PKL

1. Tahapan TPTI ( HPH sekatak )

A. Perencanaan Hutan

a. Penataan Areal Kerja (PAK)

Penataan areal kerja adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatur blok kerja

tahunan dan petak kerja guna perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pengawasan kegiatan unit pengelolaan hutan.

Maksud :

a. Memberi tanda batas yang nyata di lapangan pada unit pengelolasan hutan, blok kerja tahunan dan petak kerja sehingga pelaksanaan setiap kegiatan pengusahaan hutan dapat dilaksanakan dengasn baik.

b. Memudahkan pelaksanaan kegiatan pemantauan, pengendalian dan pengawasan dalam hubungannya dengan pelaksanaan kegiatan pengusahaan hutan pada areal HPH tersebut.

Tujuan :

Mengatur areal kerja sehingga kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pengawasan kegiatan pengusahaan berjalan dengan tertib dan efisien.

(14)

B. Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan (ITSP)

ITSP adalah kegiatan pencatatan, pengukuran dan penandaan pohon dalam areal blok kerja tahunan untuk mengetahui data pohon inti, data pohon yang dilindungi, data pohon yang akan dipanen (jumlah, jenis dan diameter) dan data medan kerja (jurang, sungai, kawasan yang dilindungi). ITSP khususnya ditujukan untuk penyusunan rencana karya tahunan yang berkaitan dengan pelaksanaan TPTI.

Maksud :

a. Untuk mengetahui keadaan penyebaran pohon dalam tegakan yang meliputi jumlah dan komposisi jenisnya serta volume pohon yang akan ditebang.

b. Untuk mengetahui jumlah dan jenis pohon inti dan pohon yang dilindungi yang akan dipelihara sampai dengan rotasi selanjutnya.

Tujuan :

a. Data penyebaran pohon yang akan ditebang antara lain meliputi komposisi jenis, jumlah dan volume pohon, digunakan untuk menetapkan target produksi tahunan pada blok kerja tahunan yang bersangkutan, arah trace jalan dan jumlah atau kapasitas mesin/tenaga kerja yang harus disiapkan.

b. Data jumlah dan komposisi pohon yang ada, khususnya pohon inti dan pohon yang dilindungi untuk merencanakan jumlah dan komposisi pohon yang akan ditinggal di lapangan untuk dipelihara sampai rotasi tebangan berikutnya.

(15)

C. Perencanaan Pembukaan Wilayah Hutan

Perencanaan pembukaan wilayah hutan (PPWH) merupakan kegiatan persiapan pelaksanaan PWH untuk menentukan alternative tebaik pembuatan jarian jalan yang kegiatannya meliputi : perencanaan di peta, pelaksanaan survey lapangan, penetapan jaringan jalan, inventarisasi tegakan di sepanjang rencana jaringan jalan, pengukuran dan pemetaan.

Maksud :

Pelaksanaan survey lokasi jalan di maksudkan untuk menetapkan dan merencanakan posisi pembuatan jalan angkutan dan prasarana PWH lainnya.

Tujuan :

PPWH bertujuan untuk menyiapakan data dan informasi mengenai kondisi lokasi jalan yang akan di bangun.

D. Pembukaan Wilayah Hutan (PWH)

Pembukaan wilayah hutan adalah kegiatan penyediaan prasarana wilayah bagi kegiatan produksi kayu, pembinaan hutan, perlindungan hutan, inspeksi kerja, transportasi sarana kerja dan komunikasi antara pusat kegiatan. Pembukaan hutan diwujudkan oleh penyediaan jaringan angkutan, barak kerja, penimbunan kayu dan lain- lain.

(16)

Maksud pembukaan wilayah hutan adalah untuk merencanakan pembuatan jalan angkutan dan prasarana lainnya yang berkaitan erat dengan kegiatan pengusahaan hutan.

Tujuannya adalah untuk menyiapkan jalan angkutan dan prasarana lainnya (jembatan, gorong- gorong, dll) dalam upaya untuk kelancaran angkutan produksi hasil hutan dari masing- masing blok tebangan.

a) Jalan angkutan

Jalan Angkutan adalah jalan yang menghubungkan antara block tebangan baru dengan jalan yang ada sebelumnya, dimana kayu yang ada di TPn dapat diangkut menggunakan logging truck menuju ke Logpond/ Logyard.

b) Jalan sarad

Jalan Sarad adalah jalan hutan atau lorong bermuara pada jalan cabang yang dibuat hanya untuk lalu lintas traktor dalam kegiatan menyarad kayu bulat.

c) Penebangan

Penebangan adalah kegiatan pengambilan kayu dari pohon-pohon dalam tegakan yang berdiameter sama dengan atau lebih besar dari diameter batas yang ditetapkan yaitu 50 cm. Kegiatan penebangan pohon meliputi pekerjaan penentuan arah rebah, pelaksanaan penebangan, pembagian batang, penyaradan, pengupasan kulit dan pengangkutan dari tempat pengumpulan ke tempat penimbunan (TPK).

(17)

Maksud :

Melaksanakan pemanfaatan kayu secara optimal dari blok rencana yang telah disahkan atas pohon-pohon yang berdiameter lebih besar dari batas diameter yang telah ditetapkan, yaitu 50 cm dan meminimalkan kerusakan pada tegakan tinggal. Tujuan :

Untuk mendapatkan hasil dan keuntungan perusahaan, berupa kayu dengan jumlah yang cukup dan mutu yang memenuhi persyaratan.

Dalam proses penebangan, yang harus di perhatikan dalam menentukan arah rebah pohon :

Arah angin a) Berat tajuk

b) Ada tidaknya liana yang membelit pohon. Pengolahan data

Data yang diperoleh dari hasil penebangan adalah meliputi nomor petak, nomor pohon,luas petak, luas penebangan, jumlah pohon yang ditebang.

Setelah semua data tersebut diambil kemudian dimasukkan dalam blanko yang sudah tersedia, sehingga akan terlihat berapa hasil penebangan setiap bulannya. Laporan hasil penebangan dilaporkan setiap akhir bulan, sehingga pada akhir tahun RKT dapat dilihat secara kumulatif berapa penebangan selama satu tahun.

(18)

d) Penyaradan

Penyaradan adalah proses mengeluarkan kayu bulat dari dalam hutan (blok tebangan) hasil dari penebangan menuju tempat pengumpulan kayu (TPn) . Maksud :

Melaksanakan penarikan kayu bulat (log) yang berada di dalam blok tebangan Tujuan :

Mengeluarkan kayu bulat (Log) dari dalam hutan menuju ke Tempat Pengumpulan Kayu (TPn).

e) Pengangkutan (hauling).

Pengangkuan adalah proses mengangkut kayu dari TPn ke logpond atau logyard dengan menggunakan truk loging. Saat ini blok tepangan berada di kilometer 100, log di langsir menuju kilometer 44,5 untuk selanjutnya di bawa ke logpond selanyut.

f) Tata Usaha Kayu

Tata usaha kayu adalah suatu tatanan atau tata usaha dalam bentuk pencatatan, penerbitan dokumen dan pelaporan yang meliputi kegiatan perencanaan produksi, pemanenan, pengolahan dan peredaran kayu.

Maksud :

Memahami penyelenggaraan tata usaha kayu, sesuai petunjuk teknis dari Dinas Kehutanan.

(19)

Agar penyelenggaraan tata usaha kayu dapat berjalan dengan tertib dan lancar sesuai ketentuan yang berlak

Cara Pengukuran Isi Kayu Bulat : a. Pengukuran panjang

b. Panjang diukur dalam satuan meter, dengan kelipatan 10 cm c. Pengukuran panjang diberikan spilasi sebesar 10 cm sampai 19 cm d. Pengukuran diameter

e. Kayu yang diukur harus rata dan siku pada kedua bontos, bebas dari cabang, bersih dari kulit dan diusahakan selurus mungkin.

f. Isi kayu dapat dicari dalam tabel isi kayu bulat rimba Indonesia yang telah tersedia dengan mengukur diameter dan panjang kayu.

g. Pengukuran diameter merupakan rata-rata bontos pangkal dan duiameter ujung dengan kelipatan 1cm penuh.

h. Pengukuran pada bontos :

a. Diukur diameter terkecil bontos tersebut melalui titik pusat (d1) b. Ditarik melalui central bontos tegak lurus pada diameter terkecil (d2) c. Pengukuran pada bontos lainnya sama dengan cara di atas (d3 dan d4) ½(d1 + d2) + (d3+ d4)

D log = --- 2

Pengisian Buku Ukur

Buku ukur dibuat dalam bentuk lembaran sesuai ketentuan dari dinas Kehutanan. Adapun yang dicatat yaitu tanggal, bulan dan tahun pengukuran, regu

(20)

pengukuran, blok RKT tebangan, petak tebangan, nomor pohon, jenis kayu, panjang kayu, diameter pangkal, ujung, diameter rata-rata kayu, keterangan gerowong (cacat kayu), nomor urut batang, nama tanda tangan scaler (tukang ukur), nama dan tanda tangan mandor pengawas.

Pembuatan Laporan Hasil Produksi (LHP)

LHP dibuat oleh karyawan yang mempunyai Surat Ijin Menguji (SIM) kayu dan telah disetujui oleh Dinas kehutanan dengan mendapat nomor register.

Pembuatan LHP tiap bulan terdiri dari tiga periode yaitu: a. Periode I tanggal 1s/d 10 bulan yang bersangkutan

b. Periode II tanggal 11 s/d 20 bulan yang bersangkutan c. Periode III tanggal 21 s/d akhir bulan yang bersangkutan

Kelengkapan yang menyertai LHP :

a. Rekapitulasi Hasil Produksi (RLHP) berfungsi sebagai alat kontrol antara target RKT dengan realisasi produksi baik Volume maupun jenisnya.

b. Permohonan Pemeriksaan dan Pengesahan LHP, kepada pejabat Pengesah yang berwenang.

Pembuatan Faktur Angkutan Kayu Bulat (FAK-B)

Setiap pengir iman kayu bulat baik menggunakan ponton atau rakit dari TPK ke industri harus dibuatkan FAK-B . Kayu yang dimasukkan dalam FAK -B adalah kayu yang di LHP kan. Jangka waktu berlakunya FAK -B tergantung tujuan dan lamanya pengiriman.

(21)

Surat Keterangan Sah Kayu Bulat (SKSKB)

SKSKB dibuat apabila ada penggunaan dan penarikan kayu oleh perusahaan dan dibuat oleh pejabat dari Dinas Kehutanan.

Pembahasan

Kegiatan seksi produksi dimulai dengan membuat sarana transportasi jalan,setelah pembuatan jalan selesai, kegiatan selanjutnya adalah penebangan. Di dalam kegiatan penebangan dilakukan pembagian kerja berdasarkan petak-petak tebangan, terdiri dari chainsawman beserta pembantu, operator traktor dan helper.

Chainsawman bertugas untuk menebang pohon-pohon yang telah diberi tanda label plastik mika merah berdasarkan LHC (Laporan Hasil Cruising) oleh seksi Inverntarisasi Tegakan Sebelum Penebangan (ITSP). Batang pohon yang berbanir ditebang di atas banir tersebut karena selain penghematan biaya, juga untuk efisiensi waktu. Kemudian log yang telah ditebang disarad dengan menggunakan traktor oleh operator traktor. Di TPn, log dibagi berdasarkan panjang log dan kapasitas angkutan log. Kemudian dilakukan penandaan pada kedua bontos log dengan cara memahat kode bulan, nomor produksi, nomor petak, panjang log, diameter log, jenis kayu serta nomor batang yang akan dimasukkan ke dalam buku ukur.

Pengupasan kulit log ada sebagian dilakukan di TPn dan ada pula yang dikupas setelah di TPK. Hal ini dilakukan untuk menghemat waktu serta mengurangi kerusakan yang ditimbulkan oleh alat yang digunakan untuk mengangkut log, walaupun log yang tidak dikupas dapat diserang oleh mikroorganisme, namun kemungkinan kerusakan sangant kecil bila dibandingkan dengan alat.

(22)

Log yang diangkut dengan lo gging truck dari TPn menuju ke TPK harus disertai dengan hauling sheet yang akan dijadikan arsip tata usaha kayu. Arsip inilah yang nantinya dicatat pada LHP (Laporan hasil Penebangan).

Log yang dibawa ke inidustri dapat diangkut dengan menggunakan rakit dan ponton. Untuk kayu floater menggunakan rakit sedangkasn kayu jenis sinker menggunakan ponton. Log yang diangkut dengan rakit, pada bagian log yang kelihatan di permukaan air diberi keterangan dengan menggunakan cat berupa kode perusahaan, kode wilayah tempat perusahaan itu berada, keterangan dari buku ukur serta diberi nomor urut log yang ada dirakit. Kapal yang menarik rakit tersebut harus disertai dengan SKSKB (Surat Keterangan Sah Kayu Bulat), kemudian diangkut langsung ke industri atau ke log pond se mentara.

5. Pembinaan Hutan

a. Inventarisasi Tegakan Tinggal (ITT) dan Penandaan Pohon Binaan

(PPB)

1. Inventarisasi Tegakan Tinggal

Inventarisasi Tegakan Tinggal adalah kegiatan pencatatan dan pengukuran pohon serta permudaan alam pada areal tegakan tinggal untuk mengetahui komposisi jenis, penyebaran dan kerapatan pohon dan permudaan serta jumlah tingkat kerusakan pohon inti.

Pohon inti adalah pohon jenis niagawi berdiameter 20 - 49 cm yang akan membentuk tegakan utama dan akan ditebang pada rotasi berikutnya.

(23)

Permudaan adalah tiang, pancang dan semai jenis niagawi dengan diameter kurang dari 20 cm.

Maksud:

a. Untuk mengetahui jumlah, jenis, penyebaran pohon inti dan permudaannya b. Untuk mengetahui lokasi dan luas tempat-tempat yang terbuka atau kurang

permudaannya pada petak-petak kerja setelah dilaksanakannya penebangan dan perapihan.

Tujuan :

Untuk menentukan perlakuan silvikultur pada petak-petak kerja tahunan sesudah kegiatan penebangan dan perapihan dilaksanakan, antara lain untuk mengetahui perlu tidaknya dilakukan kegiatan pengayaan dan berapa luas penanaman rehabilitasi yang harus dilaksanakan pada petak kerja tersebut.

2. Penandaan Pohon Binaan

Pohon binaan adalah 200 pohon dan permudaan niagawi terpilih per hektar termasuk sekurang-kurangnya 25 batang pohon inti yang dirawat agar tajuknya selalu bebas menerima sinar matahari langsung dan ruang tumbuh secukupnya dengan kriteria penunjukan sebagai berikut :

a. Jarak satu sama lain 5 sampai 9 meter b. Jenis niagawi utama setempat

c. Berukuran paling besar di kelompoknya d. Memiliki batang dan tajuk yang sehat

(24)

tanpa cacat dengan batang bebas cabang minimal 6 meter

c) Semua pohon yang dilindungi oleh undang- undang/peraturan pemerintah Maksud :

Memilih dan memberikan tanda pohon binaan dan pohon penyaingnya. Tujuan :

Untuk memudahkan kegiatan pembebasan sehingga tidak terjadi kesalahan dalam membunuh pohon penyaing.

6. Silvikultur Intensif (Silint)

1. Persemaian

Persemaian adalah suatu areal atau tempat yang digunakan untuk menyemaikan benih atau bibit suatu tanaman dengan perlakuan tertentu selama periode waktu yang telah ditentukan.

Pengadaan bibit adalah kegiatan yang meliputi penyiapan tempat pembibitan, pengadaan sarana dan prasarana, kegiatan lain yang berhubungan dengan pengadaan bibit.

Pembibitan adalah suatu kegiatan dimana biji atau bibit yang berasal dari hutan/kebun bibit/kebun pangkas dikumpulkan dan dipelihara pada suatu lokasi yang tertata dengan baik. Sedangkan bibit adalah tanaman anakan yang akan dibudidayakan.

(25)

Maksud dan Tujuan

Untuk memperoleh benih atau bibit yang mempunyai kualitas baik dalam jumlah yang memadai sesuai dengan keperluan penanaman dan dalam tata waktu yang tepat serta jenis yang diinginkan.

Pengadaan Bibit

Sistem pengadaan bibit pada HPH - HPH di PT. Intracawood. Mg ada tiga cara, yaitu:

1. Biji 2. Cabutan 3. Stek

Pemilihan lokasi persemaian harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1. Areal lokasi persemaian harus relatif datar atau dengan kemiringan <5%. 2. Mudah mendapatkan air sepanjang tahun.

3. Letak lokasi berada di sekitar areal penanaman, dipinggir jalan angkutan dan mudah mendapatkan tenaga kerja.

4 Tanah harus subur, tekstur ringan (gembur), drainase dan aerase baik bebas dari batu atau kerikil.

Pembahasan

Pada kegiatan pembinaan hutan, persemaian merupakan areal yang digunakan untuk menyemai benih atau bibit suatu tanaman dengan perlakuan tertentu selama periode waktu yang telah ditentukan.

(26)

Bibit yang ada dipersemaian berasal dari cabutan alam dan stek , ada yang berasal dari biji, namun yang dari biji untuk ketersrediaannya tidak dapat dipenuhi secara terus menerus (hanya pada musim buah) karena untuk jenis Dipterocarpaceae masa berbuahnya sekitar empat tahun sekali, bahkan ada yang sampai sekitar delapan tahun sekali baru berbuah. Jadi untuk memenuhi kebutuhan bibit sewaktu-waktu dapat dilakukan dengan penyetekan dan dari cabutan alam. Pada pengadaan bibit dengan cabutan alam bibit diperoleh dengan mencabut anakan-anakan alam pohon jenis niagawi disekitar pohon induk. Anakan-anakan tersebut tingginya sekitar 15-20 cm dengan daun sekitar 2- 5 helai. Setelah dicabut anakan tersebut dipindahkan pada polybag dan dipelihara pada sharlon shade. Setelah beberapa waktu siap untuk ditanam pada areal bekas tebangan.

2. Proses Pembuatan Kayu Lapis

Plywood (kayu lapis) adalah papan yang terbuat dari lembaran kayu (veneer) yang dirakit sedemikian rupa (saling tegak lurus) dengan menggunakan perekat dan dalam kondisi tertentu. Sedangkan vaneer adalah kayu tipis dengan ketebalan yang merata berkisar antara 0,60 sampai dengan 3,75 mm. perekat adalah suatu bahan yang mampu menggabungkan beberapa benda yang akan dipadukan sedemikian rupa dengan cara mengontakkan antara kedua permukaan benda-benda yang akan disatukan.

(27)

1. Central Log Pond Section

Log adalah kayu bulat atau kayu yang masih berbentuk gelondongan yang berasal dari hutan. Log pond adalah tempat penampungan Log yang tempatnya berada di pinggir sungai atau laut, sedangkan log yard berada di darat.

Adapun jenis log yang terdapat pada central log pond terdiri dari dua jenis, yaitu :

a. floater merupakan jenis log yang mempunyai berat jenis rendah atau jenis log yang terapung. Contohnya Meranti, Kapur, dan lain-lain. Log jenis ini di angkut dengan cara dirakit dan ditarik dengan kapal Tug Boat kemudian di tampung di log pond

b. Shinker merupakan jenis log yang mempunyai berat jenis tinggi atau jenis log yang tenggelam. Contohnya Bangkirai, Keruing, dan lain- lain. Log jenis ini diangkut dengan menggunakan ponton atau logging truck kemudian ditampung di log yard.

2. Grain Veneer Section

a. Pemotongan Log (chain saw)

Kayu log yang sudah diangkat dari log pond dengan menggunakan hoist dan diletakkan di log conveyor kemudian diukur sesuai dengan papan permintaan, dan setelah itu dipotong-potong melintang sesuai dengan keadaan kayu bulat dan ukuran veneer yang akan dibuat. Potongan yang akan diolah menjadi veneer face dan back sepanjang 4 ft, 7 ft, 8 ft lebih, sedangkan yang

(28)

diolah menjadi veneer core sepanjang 4 ft, 3 ft lebih. Alat pomotongan yang dipakai biasanya berupa gergaji rantai yang berukuran besar.

b. Pembersihan Log (debarking)

Log yang sudah di potong sesuai ukuran yang di ingingkan (block), block lalu di bersihkan dari kulit dan kotoran – kotoran yang menempel pada block dengan menggunakan alat debarker.

c. Kolam Penampungan

Block yang sudah di bersihkan dari kulit dan kotoran lalu di masukkan kedalam kolam penampungan melalui log conveyor.

Kolam perendaman berfungsi untuk merendam log sudah dipotong, hal ini berguna untuk mencegah turunnya kadar air secara drastis dan juga menghindari serangan jamur serta kekeringan.

Log yang sudah berada dalam kolam, sebelum diangkat untuk di cleaner (pembersihan log) terlebih dulu dipilih menurut jenisnya yang akan dikupas di rotary. Untuk memudahkan log disortir digunakan alat bantu berupa pancung agar log lebih mudah untuk ditarik kepinggir kolam. Alat tersebut panjangnya 2 sampai 3 meter dengan diameter 5 sampai 7 cm, bagian ujungnya terbuat dari besi runcing sehingga memudahkan tertancap pada log serta pada bagian pangkalnya dikaitkan guna lebih memperpanjang jangkauan pancung.

d. Pembersihan (cleaning)

Log yang sudah ditarik kepinggir kolam diangkat dengan hoist dengan kapasitas 5 ton. Untuk pembersihan log hanya dilaksanakan secara manual,

(29)

dengan memakai alat tombak kampak serta pisau kupas yang gunanya untuk membersihkan log dari kotoran atau benda-benda tajam yang melekat pada batang log dan juga membersihkan kulit log yang masih tersisa pada log. Kegiatan pembersihan ini bertujuan untuk efisiensi pemakaian pisau pada rotary, sehingga mendapatkan hasil kupasan veneer yang baik dan meningkatkan produktifitas yang baik.

e. Persiapan

Yang dimaksud persiapan disini ialah persiapan log sebelum diproses dirotary. Dan proses kerjanya sebagai berikut. :

1. Saw log yang telah dibersihkan diangkat dengan hoist manuju log conveyor setelah itu lepaskan log dari hoist

2. Dari conveyor, log dilanjutkan menuju chain conveyor

3. Jalan log dengan menggerakkan chain conveyor menuju v blok dan setelah log berada diatas v blok, naikkan log dengan cara menaikkan v blok dengan penggerak hidraulik yang sebelumnya kedua ujung log diratakan dengan alat horizontal centering log.

4. Lalu atur posisi diameter log dengan menggunakan lampu proyektor. Guna alat ini adalah agar pada waktu pengupasan veneer didapat veneer yang panjang.

5. Untuk melihat posisi diameter ujung log satunya yaitu dengan menggunakan cermin yang terletak didepan v blok tujuannya agar operator mesin dapat melihat posisi diameter ujung log.

(30)

6. Jika semua itu sudah selesai maka log yang sudah di centering diangkat menuju rotary lathe dengan menggunakan trolly. Agar trolly dapat mengangkat log maka trolly ini dilengkapi dengan log holding hooks pada kiri dan kanan trolly.

7. Kemudian log dibawa dengan trolly menuju spindle untuk dijepit.

f. Pengupasan veneer (log peeling)

Didalam seluruh seksi kegiatan, seksi inilah mempunyai peranan penting selain seksi glue spreader. Karena seksi rotary ini yang menentukan apakah veneer yang dihasilkan itu bagus atau tidak untuk di produksi selanjutnya, jadi diseksi ini dibutuhkan sekali seorang operator mesin yang mempunyai keterampilan yang tinggi dan keuletan dalam bekerja, selain itu juga dibutuhkan kekompakan antara pekerja diseksi rotary ini.

1. Prosedur Kerja.

a. Log yang sudah ditentukan titik pusat lingkaran kemudian dibawa dengan trolly menuju ke spindle.

b. Kemudian log yang berada di spindle di tekan atau menjepit log pada kedua ujungnya sampai gigi- gigi pada ujung spindle masuk seluruhnya dalam kayu. c. Operator menyetel sudut kupas dari pisau kupas dan nosebar demikian pula

spur knife sesuai dengan tebal veneer yang ada di papan permintaan.

d. Setelah samua alat selesai disetel, operator memutar spindle searah jarum jam dan operator memulai dengan pengupasan core kulit. Pengupasan core kulit

(31)

ini fungsinya untuk membuat log yang tadi bentuknya tidak bulat menjadi bulat agar veneer yang dihasilkan baik dan panjang.

e. Setelah itu mulai dilakukan pengupasan face dan back.

f. Veneer yang keluar diteruskan dengan belt conveyor menuju relling untuk digulung yang sebelumnya ujung veneer dipotong sekitar 5 cm.

g. Setelah selesai digulung, gulungan relling tadi dibawa menuju mesin countinous untuk diproses selanjutnya.

g. Reeling

Reeling adalah penggulungan veneer yang berasal dari pengupasan mesin rotari, dan sebagai alat penggulung yang digunakan adalah bobbin.

Veneer yang digulung, pertama-tama disobek bagian pangkalnya sekitar 5 cm. Hal ini disebabkan pada awal mesin rotary mengupas, tebal veneer belum stabil. Pada saat reelling, kedua bagian pinggir diberikan gumed tape yang berfungsi agar veneer tidak rusak sewaktu dibuka dan masuk ke pengeringan veneer.

2. Veneer Drying Section

Pengeringan veneer bertujuan untuk mengeringkan veneer hasil pengupasan rotary, mengurangi kadar air dari veneer, menambah kekuatan veneer, menstabilkan ukuran veneer, memudahkan dalam proses perekatan.

Countinous dryer adalah mesin untuk mengeringkan veneer yang berasal dari gulungan (unreeling) veneer secara berkesinambungan, dimana pada mesin ini terdapat 3 dek ya itu dek 1 dan dek 2 untuk mengeringkan veneer face dan back sedangkan dek 3 untuk mengeringkan veneer core random. Pada dasarnya

(32)

prinsip kerja dari kelima mesin dryer ini sama saja, mulai dari tekanan steam 12 – 13 kg/cm2 (untuk semua mesin dryer), tempera tur countinous dryer 165 – 170 ºC.

Untuk kecepatan dryer banyak faktor yang mempengaruhinya seperti ketebalan veneer, kadar air dan jenis kayu lainnya, kecepatan dryer ulang 1,30 kali dari speed normal, dan kecepatan dryer ulang untuk WBP 80% dari speed normal.

Pada PT INTRACAWOOD MANUFACTURING terdapat 5 buah mesin dryer yang terdiri dari 3 buah jenis countinous dryer dan 2 buah jenis roller dryer. Sedangkan untuk kadar air adalah sebagai berikut :

1. MC F/B = 12 – 16%

2. MC F/B (LVB dan LVL) = 10 – 12% 3. MC L/C = 8 – 10%

4. MC S/C = 10 – 12%

5. Khusus untuk WBP = MC maksimal 8% 6. Untuk dryer ulang 20 – 25%

Roller dryer merupakan mesin pengering veneer untuk short core yang berasal dari mesin Clipper TRC dan ARC. Proses kerja dari mesin ini hampir sama dengan mesin countinous dryer, namun yang membedakan hanyalah dari jenis veneer yang akan dikeringkan serta ukuran veneer yang akan dimasukkan kedalam mesin dryer ini.

(33)

3. Veneer preparation

a. Penyambungan veneer (veneer jointing)

Penyambungan veneer adalah bagian kerja yang melaksanakan penyambungan veneer yang memiliki ukuran tidak sempurna atau dengan ukuran veneer yang diinginkan. Kegiatan ini dilakukan setelah penyeleksian, khususnya untuk veneer face biasanya langsung ditempatkan kebagian setting. b. Penyusunan veneer (veneer setting)

Penyusunan veneer adalah kegiatan menyusun veneer sesuai dengan komposisi plywood yang diinginkan dengan tujuan untuk mempermudah proses assembly.

4. Assembly section

Assembly section merupakan kegiatan perakitan veneer – veneer menjadi kayu lapis sesuai dengan ukuran yang diinginkan, dimana proses ini merupakan awal terbentuknya plywood dan pada section ini terbagi menjadi lima tahapan yaitu :

a. Pencampuran perekat (glue mixing)

Pencampuran perekat merupakan kegiatan pencampuran formula perekat dimana dalam kegiatan ini melakukan pencampuran bahan –bahan perekat yang telah ditentukan komposisinya dan mencampur komponen perekat didalam mesin glue mixer.

(34)

Adapun jenis resin yang digunakan adalah Melamine resin. Urea resin dan Phenol resin. Bahan – bahan pendukung lainnya adalah tepung industri, HU (hardener), MCP (anti rayap), Melamine Powder dan lain – lain.

Adapun hal yang paling utama dalam bagian ini adalah mengenai komposisi dan kekentalan atau viscositas resin. Mengenai viscositas ini dapat diukur dengan menggunakan alat pengukur yaitu viscotester. Apabila dalam pencampuran perekat ini terlalu cair maka dapat ditambah tepung industri, jika terlalu kental maka ditambah resin. Untuk standart viscositas yang dipakai adalah perekat yang menggunakan urea formaldehyde dan melamine formaldehyde adalah 21± 1 poise. Perekat yang menggunakan phenol adalah 17± 1 poise, kemudian perekat yang dapat didistribusikan dalam ketangki penampung dimasing – masing glue spreader.

b. Pelaburan perekat (glue spreading)

Pada bagia n ini merupakan kegiatan yang melaksanakan pelaburan perekat ke permukaan veneer dengan menggunakan mesin glue spreader. Sebelum melaburi veneer harus diketahui terlebih dahulu berat laburnya, karena harus sesuai dengan standart yang ada. Cara mengetahui berat labur adalah :

1. Core veneer yang belum dilaburi perekat (berat awal) ditimbang.

2. Kemudian veneer tersebut dimasukkan kedalam glue spreader, kemudian beratnya di timbang lagi (berat akhir)

(35)

Dalam perekat veneer terbagi atas ½ kali proses, dan 1 kali proses. Untuk ½ kali proses core dimasukan sebanyak dua lembar dalam mesin glue spreader kemudian direkatkan dengan veneer face dan back. Setelah itu barulah diangkat untuk diberikan perlakuan kempa dingin. Sesudah pengempaan dingin dilakukan, lalu direpair. Jika proses repair selesai maka diangkut kembali ke glue spreader untuk menjalani dua kali proses yaitu dengan cara memasukan sekaligus dua lembar diinput glue spreader dan output direkatkan dengan face dan back. Setelah keluar dari glue spreader baru diberikan perlakuan kempa dingin dan kemudian diseleksi serta dilanjutkan dengan memberikan perlakuan pengempaan panas. Untuk 1 kalo proses dimulai dari kegiatan glue spreader lalu diberi perlakuan pengempaan dingin kemudian diseleksi lalu diberi perlakuan pengempaan panas.

c. Pengempaan dingin (cold press)

Pengempaan dingin adalah merupakan kegiatan pengempaan awal terhadap susunan veneer yang telah dilaburi perekat. Adapun tujuan dari pengempaan dingin adalah :

1. Untuk meratakan perekat keseluruhan permukaan veneer

2. Untuk memaksa perekat masuk kedalam pori – pori kayu sehingga sehingga terjadi penjangkaran yang bersifat mengakar pada permukaan veneer yang direkatkan

3. Memberi kesempatan perekat bereaksi dengan kayu karena molekul - molekul perekat berukuran lebih besar dari rongga sel kayu, maka untuk

(36)

memaksa sebagian perekat masuk kedalam rongga sel kayu yang diperlukan tekanan yang cukup besar.

d. Assembly repair

Assembly repair adalah suatu kegiatan yang melakukan perbaikan terhadap cacat yang terdapat pada veneer setelah dilakukan pengempaan dingin. Adapun cacat yang perlu di repair adalah sebagai berikut:

1. Core bertumpangan (core laps) 2. Core renggang (core void) 3. Lubang gerek besar (pin hole) 4. Patah (broken)

5. Sampah (waste)

Hal yang perlu diperhatikan dalam proses repair ini adalah para pekerja (pelaksana) dituntut ketelitiannya dan perlu berhati – hati dalam melaksanakan kegiatan ini.

e. Pengempaan panas (hot press)

Pengempaan panas merupakan kegiatan pengeringan perekat terhadap kayu lapis. Tujuan dari pengempaan panas ini adalah untuk memaksa perekat masuk ke dalam pori-pori kayu,mengeringkan sehingga daya rekatnya menjadi maksimal dan menguapkan sisa air yang tersisa dalam plywood. Setelah selesai proses hot press kemudian dilakukan pengondisian selama 2 hari khusus untuk tipe perekat WBP dan Melamine.

(37)

Mesin hot press berjumlah 5 unit. Untuk unit 1,2,3 mempunyai diameter sillindris 37,5 cm dan untuk unit 4 diameter silindrisnya 31,0 cm serta untuk unitk 5 diameter silindrisnya 40,0 cm. hal yang perlu diperhatikan dalam proses pengempaan panas adalah sebagai berikut :

1. Dalam memasukan plywood dalam loader harus hati-hati dan blower harus selalu dijalankan untuk membersihkan sampah dari permukaan plywood. 2. Penyusunan plywood pada plat pengempaan panasharus di tengah-tengah. 3. Besar tekanan,waktu kempa dan temperaturharus sesuai dengan ketebalan dan

ukuran glue plywood

6. Finishing section

Pada section ini terdapat beberapa proses antara lain : a. Pemotongan sisi (double sizing)

Pemotongan sisi merupakan kegiatan pemotongan pada kedua sisi panjang dan sisi lebar suatu plywood yang telah melalui proses pengempaan panas dengan menggunakan mesin double sizer. Adapun tujuan dari proses ini adalah untuk mendapatkan plywood dengan ukuran yang sesuai dengan yang ditentukan atau diinginkan. Mesin double sizer berjumlah tiga unit. Pada proses ini yang perlu diperhatikan adalah:

1. Ketingggian mata gergaji harus sesuai dengan ketebalan plywood yang akan dipotong dan harus sesuai dengan standar yang berlaku atau yang ditetapkan. 2. Ketajaman mata gergaji harus selalu diperiksa agar hasil yang didapat

(38)

3. Penyetelan rolls sepatu harus benar-benar tepat agar dapat menghindari atau mencegah cacat/pecah sisi.

4. Memasukan plywood ke rolls conveyor harus hati-hati, tidak boleh miring dan blower harus selalu dihidupkan.

b. Pendempulan (puttty)

Pendempulan merupakan suatu proses yang melakukan kegiatan perbaikan terhadap permukaan plywood dari cacat alami maupun cacat teknis dengan menggunakan dempul. Jenis-jenis cacat yang di dempul adalah sebagai berik ut : 1. Lubang gerek besar

2. Lubang mata kayu 3. Lubang paku 4. Kasar

Dalam kegiatan ini hal yang harus dperhatikan adalah : 1. Pendempulan tidak boleh terlalu tipis dan cekung

2. Warna dempul harus sama dengan warna panel yang akan di dempul 3. Pendempulan harus searah denga n arah serat kayu

4. Dempul tidak boleh terlalu encer atau terlalu kental

Untuk jenis dempul dibedakan menjadi dua yaitu : 1. Water base (dempul campuran air)

(39)

c. Pengamplasan (sanding)

Pengamplasan adalah suatu proses penghalusan permukaan panel dengan menggunakan mesin sander, yang bertujuan untuk melicinkan atau menghaluskan permukaan plywood. Pada mesin sander terdapat :

1. Sander bottom ; sering digunakan untuk plywood anti rayap 2. Sander top 1 ; mesh kasar (120)

3. Sander top 2 ; mesh sedang (150) 4. Sander top 3 ; mesh halus (180)

7. Inspection section

Inspection merupakan kegiatan penyeleksian plywood sesuai dengan gread. Untuk penyeleksian plywood yang baik (langsung di packing) atau rusak (reject) yang perlu didempul ulang atau disander ulang. Proses kerja dari inspection adalah sebagai berikut :

a. Memeriksa (seleksi) apabila terdapat cacat maka harus didempul ulang dan sander ulang dengan diberi tanda dengan kapur. Untuk dempul ulang diberi tanda DU dan sander ulang diberi tanda SU.

b. Untuk plywood 3 ply up, plywood diangkat dan dipukul dengan tongkat kayu untuk mengetahui lapisan dalam yang kosong.

Adapun standar plywood yang digunakan adalah : a. IHPA (Imported Hardwood Product Association) b. JPIC (Japanese Plywood Inspection Coorporation)

(40)

c. JAS (Japanese Agricultural Standard) d. BS (British Standard)

8. Packing and FGWH Section (pengemasan dan penggudangan)

Packing merupakan suatu kegiatan yang melakukan pengepakan dengan cara mengemas produk yang telah siap untuk dipasarkan dengan tujuan melindungi produk dari kerusakan.

9. Pengujian di Laboratorium

Dalam analisis plywood ini terdapat 4 pengujian yang di lakukan, yaitu : 1. Uji Tarik (bonding strength)

Proses pengujian ini dilakukan dengan menggunakan mesin yang disebut Tensilstrength. Dalam pengujian ini ada beberapa tipe glue yang digunakan, yaitu:

- T1 : Melamine

- T1,5 : Urea dan Melamine - T2 : Urea

- T WBP : Phenol

Ukuran sampel uji tarik adalah 8,2 x 2,5 cm dan pembuatan takik 2/3 kali total thicknes atau sedalam inti.

(41)

a. Metode pengujian untuk T2 dan T1,5 yaitu sampel diikat dan kemudian direbus dalam waterbath dengan suhu 60 ºC selama 3 jam. Setelah 3 jam barulah diangkat dan kemudian dilakukan uji tarik.

b. Metode pengujian untuk T1 diawali dengan perebusan sampel pada suhu 100 ºC selama 4 jam, kemudian dioven dengan suhu 60 ºC selama 20 jam, setelah itu direbus lagi dengan suhu 100 ºC selama 4 jam. Hal terakhir yang dilakukan adalah mengangkat sampel dan dibonding.

c. Metode pengujian T WBP, sampel direbus pada suhu 100 ºC selama 72 jam kemudian langsung diuji.

Dengan persentase kelulusan minimal 90% dari total jumlah sampel, dan untuk kelulusan bonding strength dengan nilai minimal 7,0 kg/cm.

2. Uji Delaminasi (soaking)

Uji delaminasi merupakan proses pengujian kerekatan dengan cara oven. Jumlah specimen adalah 10 pcs dengan ukuran sampel 7,5 x 7,5 cm.

a. Untuk T2 dan T1,5 sampel direbus dalam waterbath pada temperature 70 ºC selama 2 jam, kemudian di oven dengan suhu 60 ºC selama 3 jam setelah itu di analisa.

b. Untuk T1 sampel direbus pada temperature 100 ºC selama 4 jam kemudian di oven pada suhu 60 ºC selama 20 jam setelah itu direbus lagi pada temperature 100 ºC selama 4 jam dan di oven lagi pada suhu 60 ºC selama 3 jam kemudian di analisa.

(42)

c. Untuk TWBP sampel direbus pada suhu 100 ºC selama 72 jam kemudian di oven selama 3 jam dengan suhu 60 ºCdan kemudian di analisa. Persentase kelulusan delaminasi minimal 90% dari total sampel, yang terdelaminasi minimal 2,5 cm tiap garis kerekatan.

3. Uji Kadar Air (moisture content)

Dalam uji ini ukuran sampel yang digunakan 10 x 10 cm sebanyak 5/pcs. Kadar air dihitung dengan rumus :

Kadar Air = berat awal – berat akhir x 100%

Berat akhir

Dengan pengujian sampel di timbang dan di oven pada temperature 100 ºC sampai beratnya konstan.

4. LFE (Low Formaldehyde Emission)

Cara yang biasa dikerjakandalam pengujian emisi formaldehyde adalah dengan memakai desicator (cara desicator). Cara 24 jam desicator yang dianut oleh jepang, dimana jumlah kayu lapis yang digunakansebanyak 10 sampel dengan ukuran 5 x 15 cm. dalam desicator terdapat air yang berfungsi untuk mengikat formaldehyde yang keluar dari kayu lapis. Analisa kadar formaldehyde dilakukan terhadap air tersebut. Beberapa macam bahan kimia dipakai dan alat yang biasa digunakan adalah spektrofotometer.

(43)

V. Penutup

1. Kesimpula n

Dari hasil Praktek kerja Lapang, maka penulis dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Target produksi yang direncanakan dapat tercapai apabila ketersediaan dan suplai bahan baku mencukupi, kondisi mesin prima dan sumber daya manusianya.

2. Dalam tahapan TPTI di HPH sekatak terbagi dalam beberapa seksi, yaitu : Perencanaan, pemanenan, TUK, rehabilitasi.

3. Ketersediaan bahan baku dapat diperoleh tidak hanya dari HPH yang ada di dua camp (Bengalun Sekatak), melainkan dapat diperoleh dari HPH lain. 4. Pada proses produksi, bahan baku yang ada harus dapat dimaksimalkan sehingga limbah yang terbuang dapat dikurangi sedikit mungkin.

5. Dalam kegiatan produksi kayu lapis PT. Intracawood Mfg. terbagi dalam beberapa seksi, yaitu : log pond section, grain veneer section, drying section,veneer preparation section, assembly section, finishing and inspection section, packing and FGWH section.

6. Dalam analisa plywood terdapat 4 pengujian yang dilakukan yaitu :

- Uji tarik (bonding strength) dengan menggunakan mesin yang disebut tensilstrength.

(44)

cara oven.

- Uji kadar air (moisture content), dengan melakukan penimbangan dan kemudian di oeven sampai beratnya konstan.

- LFE (Low Formaldehyde emission), merupakan pengujian dengan menggunakan desikator. Desikator ini berfungsi untuk mengikat formaldehyde yang keluar dari kayu lapis.

2. Saran

Dari hasil kegiatan praktek ini ada beberapa saran yang penulis akan sampaikan antara lain adalah sebagai berikut :

1. Para karyawan seharusnya tidak menganggap remeh dalam menggunakan masker penutup mulut dan hidung saat bekerja deni keselamatan para karyawan tersebut

2. Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkan, perlu adanya antar seksi dan menjalankan peraturan dengan baik

3. Perlunya dukungan dari perusahaan dalam melakukan pene litian untuk memperlancar proses produksi dan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil produksi.

(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)

Referensi

Dokumen terkait

Pemotongan sisi merupakan kegiatan pemotongan pada kedua sisi panjang dan sisi lebar suatu plywood yang telah melalui proses pengempaan panas dengan menggunakan mesin double

Jenis bibit jagung yang digunakan adalah hirbisida super jumbo, bibit jenis ini dapat menghasilkan panen yang maxsimal, tugal digunakan untuk melubangi lahan sedangkan

Jenis bibit jagung yang digunakan adalah hirbisida super jumbo, bibit jenis ini dapat menghasilkan panen yang maxsimal, tugal digunakan untuk melubangi lahan sedangkan

Dalam sehari mahasiswa PKL yang berjumlah 4 orang ditambah 2 orang kariyawan dapat mengaudit tanaman lahan sekitar 16 Ha dengan jumlah 450 tanaman sengon buto

Sentering alat di atas BM (Bench Mark) ataupun PB (titik Bantu) dan setting alat total station. BM sebagai base station dan azimuth sebagai backsight. 1) Berdirikan statif diatas

pengukuran. 3) Memasukan koordianat titik patok dan titik back side. 4) Memasukan titik Point Projection. 5) Membaca prisma dengan menggunakan alat Total Station SOKKIA set3x ke

manual lalu masukkan tinggi alat. 6) Untuk backsight tekan F2, lakukan backsight ke arah titik Azimut yang dan nilai koordinatnya dapat di input dari alat total

Inventarisasi tegakan sebelum penebangan (ITSP) merupakan kegiatan yang bertujuan mengetahui dan mendata kondisi/ potensi suatu areal hutan dengan intensitas 100 % adalah