• Tidak ada hasil yang ditemukan

TESIS. Oleh. KIKI RATNA PATRICIA SIREGAR /MKn FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TESIS. Oleh. KIKI RATNA PATRICIA SIREGAR /MKn FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN Universitas Sumatera Utara"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK HAK ATAS TANAH, YANG TELAH DITERBITKAN SERTIPIKATNYA ATAS NAMA PIHAK LAIN (STUDI PADA SERTIPIKAT HAK MILIK

NOMOR 1.022 DI KECAMATAN TARUTUNG KABUPATEN TAPANULI UTARA)

TESIS

Oleh

KIKI RATNA PATRICIA SIREGAR 127011151/MKn

FAKULTAS HUKUM

(2)

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK HAK ATAS TANAH, YANG TELAH DITERBITKAN SERTIPIKATNYA ATAS NAMA PIHAK LAIN (STUDI PADA SERTIPIKAT HAK MILIK

NOMOR 1.022 DI KECAMATAN TARUTUNG KABUPATEN TAPANULI UTARA)

TESIS

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

KIKI RATNA PATRICIA SIREGAR 127011151/MKn

FAKULTAS HUKUM

(3)
(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 22 Nopember 2014

____________________________________________________________________

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN.

Anggota : 1. Prof. Dr. Syafruddin Kalo, SH, M.Hum.

2. Dr.Idha Aprilyana Sembiring, SH, M.Hum.

3. Dr.T.Keizerina Devi A, SH, CN, M.Hum.

(5)
(6)

ABSTRAK

Kedudukan dari Surat Keterangan Tanah ini dimuka hukum hanya sebagai surat keterangan hak untuk memohonkan hak atas tanah. Dan jika ada seseorang yang mempunyai tanah garapan berdasarkan Surat Keterangan Tanah dapat saja mengajukan hak kepada Kantor Badan Pertanahan karena Surat Keterangan Tanah dapat dipergunakan sebagai alas hak. Hal ini disebabkan lampiran dari Surat Keterangan Tanah tersebut membuktikan tanah tersebut telah digarap oleh pemilik dan dibenarkan oleh para penggarap lainnya, terlebih lagi dikuatkan dengan pernyataan pemilik yang kemudian diketahui oleh RT, RW, kepala desa, kelurahan dan diketahui oleh Kepala Kecamatan setempat.

Permasalahan dalam penelitian mengapa sertipikat Hak Milik Nomor 1.022 dapat diterbitkan diatas tanah milik orang lain, bagaimana perlindungan hukum terhadap pemilik tanah yang diatas tanah tersebut telah terbit sertipikat atas nama orang lain, upaya yang ditempuh oleh pihak pemilik tanah untuk mengatasi penyelesaian sengketa tanah diatas milik orang lain di Aek Ristop, Kelurahan Hutatoruan VII, Kecamatan Tarutung Tapanuli Utara.

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis empiris, spesifikasi penelitiannya deskriptif analisis. Teknik pengumpulan data diperoleh dari penelitian lapangan, hasil penelitian menunjukan bahwa mengapa sertipikat Hak Milik Nomor 1.022 dapat diterbitkan diatas tanah milik orang lain, oleh aparat pemerintah mulai dari Kelurahan, Kecamatan dan Badan Pertanahan telah terjadi pelanggaran terhadap perundangan, asas-asas pemerintah yang baik, dan prinsip kehatian-hatian dan ketidaktelitian tidak diterapkan. Berdasarkan data yuridis perlindungan hukum hanya diberikan kepada pemilik tanah bukan kepada pemilik sertipikat Hak Milik Nomor 1.022-

Kesimpulannya dari penelitian penerbitan Sertipikat Hak Milik Nomor 1.022 terjadi atas beberapa yaitu faktor pejabat yang berwenang atas pembuatan sertipikat, faktor itikad tidak baik dari pemohon dengan tidak memberikan data yuridis, dan faktor ketidakjelasan sejarah asal usul tanah dikarenanya belum lengkap / terbentuk peta pendaftaran dikantor Badan Pertanahan, sehingga terjadi sertipikat cacat hukum administrasi dan pemegang sertipikat tidak mendapat perlindungan hukum.

Perlindungan hukum hanya diberikan kepada pemilik tanah yang benar berdasarkan bukti-bukti kepemilikan hak atas tanah yang sah menurut hukum, dan penyelesaian sengketa tersebut dilakukan melalui proses litigasi. Disarankan perlunya pengawasan dan penyuluhan hukum di Kabupaten Tarutung dan perlunya reformasi birokrasi Badan Pertahanan Nasional secara nyata, serta diharapkan negarapun ikut bertanggungjawab penuh terhadap sipemilik tanah atas dikeluarkannya sertipikat Hak Milik Nomor 1.022.

Kata Kunci : Perlindungan Hukum, Pemilik Hak Atas Tanah, Sertipikat.

(7)

ABSTRACT

The position of the Leiter of Notification of Land is legally used as the recommendation to request for land certificate. When a person ha.~an arable land, based on the leiter qf Notification on Land, he can file a claim to the Land Office because it can be used as legal basis, This is because the altachment of this letter can give evidence that the land has been tilled by the owner and the case has been acknowledged by the other tillers and strengthened by the head of RT (neighborhood association). the head of RW (citizens association). village head, and subdistrict head

The problems of the research were as follows: why the Proprietary Rights Certificate No. 1.022 could be issued on another person's land how about legal protection for the land owner whose land had been given a certificate in another person 's name, and how about legal remedy used by the land owner to sellie dispute on the land of another person at Kelurahan Hutatoruan V/l Tarutung Subdistrict.

North Tapanuli.

The research usedjudicial empirical approach with descriptive analytic as its specification. The data were gathered by conductlngfield research The result of the research showed that the Proprietary Rights Certificate No. 1.022 on another person's land issued by government qDicialsfrom village, subdistrict. until the Land Office has violated law and good government principles. and why due diligence and carefUlness were not applied Based on judicial data, it was found that legal prolection was only given to the land owner and not to the owner of Propriety Rights

Certificate No. 1.022.

The conclusion of the research was that the issuance of the Proprietary Rights Certificate No.1.022 was invalid because ofsomefaclors asfollows: thefaclor of the authority that issued the certificate, the faclor of lhe applicant's bad faith by hiding thejudicial data, thirdly, Ihefactor of ambiguity of the origin of Ihe land so that the mapping of registering the land in Ihe Land Officeisincomplete, In consequence, the certificate is legally and administratively .defectiveand the certificate holder does not get legal protec/ion. It isonly given 10the right landowner, based on the evidence of Ihe legal land right ownership, and lhe seltlement of the dispute is done through litigation process. It isrecommended that legal supervision and counseling should be provided in Tarotung District, bureaucratic reformation of the National and Boord should be realized, and the government should be responsible for land owners by the

Issuance of the Propriety Rights Certificate No. 1.022.

Keywords: Legal Prolection, Land Rights Owner. Certificate

"

~~.--.~~,--'-~,,

(8)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Penulis panjatkan Kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya tesis yang berjudul “ PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK HAK ATAS TANAH YANG TELAH DITERBITKAN SERTIPIKATNYA ATAS NAMA PIHAK LAIN (STUDY PADA SERTIPIKAT HAK MILIK NOMOR 1022, DI KECAMATAN TARUTUNG, KABUPATEN TAPANULI UTARA)”.

Penulisan tesis ini merupakan syarat yang harus dipenuhi dalam menyelesaikan studi di Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Terima kasih yang mendalam dan tulus saya ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN , Prof. Dr. Syafruddin Kalo, SH, M.Hum, Dr.Idha Aprilyana Sembiring, SH, M.Hum masing-masing selaku anggota komisi Pembimbing yang telah memberikan pengarahan, nasehat, serta bimbingan kepada penulis dalam penulisan tesis ini.

Tidak lupa penulis sampaikan terima kasih yang mendalam kepada Bapak Syafnil Gani, SH, Mkn, dan Ibu Dr.T.Keizerina Devi A., SH, CN, M.Hum, masing- masing selaku Dosen Penguji dan telah memberikan pengarahan, nasehat, serta masukan kepada penulis dalam penulisan tesis ini.

Selanjutnya ucapan terima kasih tak terhingga penulis sampaikan kepada :

(9)

kami untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan dan Program Studi Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH,M.Hum, Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr.Muhammad Yamin, SH, MS, CN Ketua Program Studi Magister Kenotariatan dan Ibu Dr.T.Keizerina Devi A., SH, CN, M.Hum selaku sekretaris Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara .

4. Bapak-bapak dan Ibu-ibu Guru Besar dan Staf Pengajar dan juga karyawan pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu dalam penulisan ini dari awal hingga selesai.

Secara khusus penulis menghaturkan sembah dan sujud dan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada suami, Joslin Purba, dan Anak tercinta Ondi Raja Pande Purba yang telah bersusah payah dengan penuh pengorbanan mengizinkan dan mendukung serta memberikan kasih sayang dan memberikan doa restu hingga penulis dapat melanjutkan dan menyelesaikan pendidikan di Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih beriring doa penulis persembahkan kepada Ayah tercinta yang selalu memberikan dukungan moril sehingga penulis dengan lapang dapat menyelesaikan pendidikan di Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum

(10)

Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada adik-adik, kakak yang selalu mengingatkan dan memberi semangat dan selalu memberikan pemikiran, kritik dan saran dan membantu penulis dalam proses penulisan tesis ini, baik moril maupun materil dari awal penulisan hingga selesainya tesis ini.

Penulis berharap semoga semua bantuan dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis akan mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa agar selalu dilimpahkan kebaikan, kesehatan, kesejahteraan dan rejeki yang melimpah.

Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak terutama kepada penulis dan kalangan yang mengembangkan ilmu hukum khususnya dalam bidang kenotariatan.

Medan , Nopember 2014 Penulis,

Kiki Ratna Patricia Siregar

         

(11)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Data Pribadi

Nama : Kiki Ratna Patricia Siregar.

Tempat /Tanggal Lahir : Rantau Prapat, 01 Mei 1970.

Status : Menikah.

Alamat : Jl.Nuri 1 No.41, Kelurahan Kenangan Baru, Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang, Medan.

II. Keluarga

Suami : Joslin Purba.

Anak : Ondi Purba.

Orang Tua

Nama Ayah : Leonard Pieter Siregar, SH Nama Ibu : Marisi Hutabarat (Alm)

III. Pekerjaan : PT.Bank Artha Graha Internasional,Tbk.

Cabang Medan.

IV. Pendidikan

1. SD : Santo Yoseph – Nusa Tenggara Timur.

2. SMP : Negeri 2 Nusa Tenggara Timur.

3. SMA : Negeri 2 Ujung Pandang – Makasar.

4. S1 : Fakultas Hukum Universitas Pattimura Maluku.

(12)

 DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 13

C. Tujuan Penelitian ... 13

D. Manfaat Penelitian ... 14

E. Keaslian Penelitian ... 14

F. Kerangka Teori dan konsepsi ... 16

1. Kerangka Teori ... 16

2. Konsepsional ... 22

G. Metode Penelitian ... 24

1. Sifat dan Jenis Penelitian ... 24

2.Sumber Data Penelitian ... 25

3. Alat Pengumpulan Data ... 26

(13)

BAB II FAKTOR PENYEBAB TERBITNYA SERTIPIKAT HAK MILIK NOMOR 1.022 DI ATAS TANAH MILIK

ORANG LAIN ... 29

A. Peralihan Hak Milik Atas Tanah Dengan Dasar Jual Beli ... 29

B. Alas Hak Atas Tanah Yang Belum Bersertipikat ... 37

C. Prosedur Jual Beli Hak Atas Tanah ... 40

D. Faktor Kesalahan Terbitnya Sertipikat Hak Milik Nomor 1.022 Diatas Tanah Pihak Lain Di Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara ... 42

E. Kepastian Hukum Pendaftaran Tanah ... 46

  BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK TANAH ... 53

A. Kepemilikan Hak Atas Tanah ... 53

B. Kekuatan Alat Bukti Alas Hak Atas Tanah Sebagai Alat Pembuktian ... 59

C. Perlindungan Hukum Terhadap Pemilik Tanah Atas Terhadap Terbitnya Sertipikat Hak Milik Nomor 1.022 di Kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara ... 74

(14)

   

E. Tanggungjawab Badan Pertanahan Terhadap Pemilik Hak Atas Tanah Atas Terbitnya Sertipikat Hak Milik

Nomor 1.022 ... 84

   BAB IV UPAYA HUKUM PEMILIK TANAH TERHADAP PENYELESAIAN SENGKETA TANAH DIATAS MILIK ORANG LAIN ... ... 92

A. Penyelesaian Sengketa Melalui Badan Pertanahan Nasional ... 92

B. Penyelesaian Sengketa Melalui Proses Litigasi ... 99

C. Pembatalan Sertipikat Hak Milik Terhadap Hak Atas Tanah.... 105

BAB.V. KESIMPULAN DAN SARAN... 114

A. Kesimpulan ... 114

B. Saran ... 115

DAFTAR PUSTAKA... 116

(15)

ABSTRAK

Kedudukan dari Surat Keterangan Tanah ini dimuka hukum hanya sebagai surat keterangan hak untuk memohonkan hak atas tanah. Dan jika ada seseorang yang mempunyai tanah garapan berdasarkan Surat Keterangan Tanah dapat saja mengajukan hak kepada Kantor Badan Pertanahan karena Surat Keterangan Tanah dapat dipergunakan sebagai alas hak. Hal ini disebabkan lampiran dari Surat Keterangan Tanah tersebut membuktikan tanah tersebut telah digarap oleh pemilik dan dibenarkan oleh para penggarap lainnya, terlebih lagi dikuatkan dengan pernyataan pemilik yang kemudian diketahui oleh RT, RW, kepala desa, kelurahan dan diketahui oleh Kepala Kecamatan setempat.

Permasalahan dalam penelitian mengapa sertipikat Hak Milik Nomor 1.022 dapat diterbitkan diatas tanah milik orang lain, bagaimana perlindungan hukum terhadap pemilik tanah yang diatas tanah tersebut telah terbit sertipikat atas nama orang lain, upaya yang ditempuh oleh pihak pemilik tanah untuk mengatasi penyelesaian sengketa tanah diatas milik orang lain di Aek Ristop, Kelurahan Hutatoruan VII, Kecamatan Tarutung Tapanuli Utara.

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis empiris, spesifikasi penelitiannya deskriptif analisis. Teknik pengumpulan data diperoleh dari penelitian lapangan, hasil penelitian menunjukan bahwa mengapa sertipikat Hak Milik Nomor 1.022 dapat diterbitkan diatas tanah milik orang lain, oleh aparat pemerintah mulai dari Kelurahan, Kecamatan dan Badan Pertanahan telah terjadi pelanggaran terhadap perundangan, asas-asas pemerintah yang baik, dan prinsip kehatian-hatian dan ketidaktelitian tidak diterapkan. Berdasarkan data yuridis perlindungan hukum hanya diberikan kepada pemilik tanah bukan kepada pemilik sertipikat Hak Milik Nomor 1.022-

Kesimpulannya dari penelitian penerbitan Sertipikat Hak Milik Nomor 1.022 terjadi atas beberapa yaitu faktor pejabat yang berwenang atas pembuatan sertipikat, faktor itikad tidak baik dari pemohon dengan tidak memberikan data yuridis, dan faktor ketidakjelasan sejarah asal usul tanah dikarenanya belum lengkap / terbentuk peta pendaftaran dikantor Badan Pertanahan, sehingga terjadi sertipikat cacat hukum administrasi dan pemegang sertipikat tidak mendapat perlindungan hukum.

Perlindungan hukum hanya diberikan kepada pemilik tanah yang benar berdasarkan bukti-bukti kepemilikan hak atas tanah yang sah menurut hukum, dan penyelesaian sengketa tersebut dilakukan melalui proses litigasi. Disarankan perlunya pengawasan dan penyuluhan hukum di Kabupaten Tarutung dan perlunya reformasi birokrasi Badan Pertahanan Nasional secara nyata, serta diharapkan negarapun ikut bertanggungjawab penuh terhadap sipemilik tanah atas dikeluarkannya sertipikat Hak Milik Nomor 1.022.

Kata Kunci : Perlindungan Hukum, Pemilik Hak Atas Tanah, Sertipikat.

(16)

ABSTRACT

The position of the Leiter of Notification of Land is legally used as the recommendation to request for land certificate. When a person ha.~an arable land, based on the leiter qf Notification on Land, he can file a claim to the Land Office because it can be used as legal basis, This is because the altachment of this letter can give evidence that the land has been tilled by the owner and the case has been acknowledged by the other tillers and strengthened by the head of RT (neighborhood association). the head of RW (citizens association). village head, and subdistrict head

The problems of the research were as follows: why the Proprietary Rights Certificate No. 1.022 could be issued on another person's land how about legal protection for the land owner whose land had been given a certificate in another person 's name, and how about legal remedy used by the land owner to sellie dispute on the land of another person at Kelurahan Hutatoruan V/l Tarutung Subdistrict.

North Tapanuli.

The research usedjudicial empirical approach with descriptive analytic as its specification. The data were gathered by conductlngfield research The result of the research showed that the Proprietary Rights Certificate No. 1.022 on another person's land issued by government qDicialsfrom village, subdistrict. until the Land Office has violated law and good government principles. and why due diligence and carefUlness were not applied Based on judicial data, it was found that legal prolection was only given to the land owner and not to the owner of Propriety Rights

Certificate No. 1.022.

The conclusion of the research was that the issuance of the Proprietary Rights Certificate No.1.022 was invalid because ofsomefaclors asfollows: thefaclor of the authority that issued the certificate, the faclor of lhe applicant's bad faith by hiding thejudicial data, thirdly, Ihefactor of ambiguity of the origin of Ihe land so that the mapping of registering the land in Ihe Land Officeisincomplete, In consequence, the certificate is legally and administratively .defectiveand the certificate holder does not get legal protec/ion. It isonly given 10the right landowner, based on the evidence of Ihe legal land right ownership, and lhe seltlement of the dispute is done through litigation process. It isrecommended that legal supervision and counseling should be provided in Tarotung District, bureaucratic reformation of the National and Boord should be realized, and the government should be responsible for land owners by the

Issuance of the Propriety Rights Certificate No. 1.022.

Keywords: Legal Prolection, Land Rights Owner. Certificate

"

~~.--.~~,--'-~,,

(17)

BAB I PENDAHULUAN

   

A. Latar Belakang Masalah

         Tanah dapat dinilai sebagai harta yang bersifat permanen, karena memberikan suatu kemantapan atau sebagai cadangan modal bagi kehidupan manusia pada waktu yang akan datang.

Secara formal, kewenangan hak menguasai dari negara untuk mengatur bidang pertanahan sebagaimana bunyi Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 yang merupakan hukum dasar pendayagunaan tanah di sebutkan : ” Bumi dan Air serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar- besarnya kemakmuran rakyat.” Hak menguasai negara atas tanah mencerminkan negara memiliki kewenangan untuk mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, serta pemanfaatan atas tanah. Penguasaan dalam arti yuridis adalah penguasaan yang dilandasi hak, yang dilindungi oleh hukum dan pada umumnya memberikan kewenangan kepada pemegang hak untuk menguasai secara fisik tanahnya.

Kedudukan dari Surat Keterangan Tanah ini dimuka hukum hanya sebagai surat keterangan hak untuk memohonkan hak atas tanah. Dan jika ada seseorang yang mempunyai tanah garapan berdasarkan Surat Keterangan Tanah dapat saja mengajukan hak kepada Kantor Badan Pertanahan karena Surat Keterangan Tanah

(18)

dapat dipergunakan sebagai alas hak. Hal ini disebabkan lampiran dari Surat Keterangan Tanah tersebut membuktikan tanah tersebut telah digarap oleh pemilik dan dibenarkan oleh para penggarap lainnya, terlebih lagi dikuatkan dengan pernyataan pemilik yang kemudian diketahui oleh RT, RW, kepala desa, kelurahan dan diketahui oleh kepala kecamatan setempat.

Surat Keterangan Tanah ini adalah merupakan bentuk administratif terhadap penguasaan fisik tanah sama halnya dengan surat dasar. oleh karena itu sebagai bentuk administrasi maka ini ada kaitan dengan suatu alat pembuktian yang mana untuk membuktikan adanya penguasaan atas suatu tanah.

Keberadaan Surat Keterangan Tanah sebagai surat di bawah tangan sebagai dasar dalam penerbitan sertifikat diakui dalam Peraturan Pemerintah Nomor. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, walaupun surat di bawah tangan tidak memiliki kekuatan hukum akan tetapi untuk dapat dijadikan sebagai alas hak dalam penerbitan Sertipikat.

Hal ini ditegaskan kembali dalam Pasal 2 ayat (2) dan Pasal 19 ayat (1) UU Pokok Agraria menentukan bahwa untuk menjamin kepastian hukum oleh pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Peraturan Pemerintah yang dimaksud yaitu Peraturan Pemerintah (PP) No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Pendaftaran tanah dilakukan oleh Pemerintah dan dibantu oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT).Tujuan pendaftaran tanah sebagaimana tercantum pada huruf a yaitu memberikan kepastian

(19)

hukum dan perlindungan kepada pemegang hak atas tanah, sebagai alat pembuktian yang kuat. Untuk mendapatkan kepastian hukum diseluruh wilayah Indonesia atas peralihan hak atas tanah maka harus didaftarkan ke di Kantor Pertanahan, tujuan pendaftaran tanah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah Pasal 3 yang menyatakan sebagai berikut :

1) Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak bersangkutan.

2) Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan termasuk pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang- bidangtanah dan satuan-satuan rumah susun yang sudah terdaftar.

3) Untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan.

Untuk memberikan kepastian dan perlindungan hukum kepada pemegang hak yang bersangkutan diberikan sertipikat hak atas tanah.1 Dalam penerbitan sertipikat diperlukan suatu proses yang melibatkan pihak pemohon, para pemilik tanah maupun pihak instansi yang terkait untuk memperoleh penjelasan dan surat-surat sebagai alas hak yang berhubungan dengan permohonan sertipikat tersebut.

Penjelasan yang diberikan pemohon baik lisan maupun tertulis dari pihak terkait memiliki peluang untuk terjadi pemalsuan, daluarsa bahkan adakalanya tidak benar atau fiktif sehingga timbul sertipikat cacat hukum.2

________________________

1 Urip Santoso, Pendaftaran dan Peralihan Hak atas Tanah, Cetakan kedua, Jakarta Prenada Media Group, 2011 , hal. 42.

2 Ali Achmad Chomzah, Hukum Pertanahan Seri Hukum Pertanahan III-Penyelesaian Sengketa Hak Atas Tanah dan Seri Hukum Pertanahan IV-Pengadaan Tanah Instansi Pemerintah, Prestasi Pustaka, Jakarta, 2003, hal. 18.

(20)

Pengertian pendaftaran tanah menurut Boedi Harsono adalah :

“Pendaftaran tanah merupakan suatu rangkaian kegiatan, yang dilakukan oleh negara/Pemerintahan secara terus menurus dan teratur, berupa pengumpulan keterangan atau data tertentu mengenai tanah-tanah tertentu yang ada di wilayah-wilayah tertentu, pengolahan, penyimpanan dan penyajian bagi kepentingan rakyat, dalam rangka memberikan jaminan kepastian hukum dibidang pertanahan, termasuk penerbitan tanda buktinya dan pemeliharaannya.”3

Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960, pengertian pendaftaran tanah diatur dalam Pasal 19 ayat (1) yaitu rangkaian kegiatan pendaftaran tanah meliputi:

a. Pengukuran, pemetaan dan pembukuan tanah;

b. Pendaftaran hak atas tanah dan peralihan hak tersebut;

c. Pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat. 4

Bertitik tolak pada kenyataan-kenyataan yang demikian, maka tidak mengherankan pada individu dari beberapa kelompok masyarakat ingin menguasai tanah orang lain sebagai pemilik tanah dengan cara mengakui tanah itu benar miliknya sendiri. Memiliki tanah yang masih dalam status mengerjakan atau mengusahakan atau menyewakan tanah milik orang lain, hal ini sering terjadi pertikaian atau perselisihan pemilik tanah yang sebenarnya disebabkan pemilik tanah tidak berada di daerah atau dilingkungan masyarakat tersebut hingga waktu yang lama hal inilah yang menyebabkan permasalahan tanah.

Tanah yang ada dipermukaan bumi Indonesia ini dapat digunakan dan ________________________

3 Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan UUPA, Isi dan pelaksanaannya, Jakarta, Djambatan, 2005, hal. 72.

4 Muhammad Yamin Lubis dan Abd Rahim Lubis, Hukum Pendaftaran Tanah, Mandar Maju, Bandung 2008, hal. 82-83.

(21)

dimanfaatkan oleh orang-orang yaitu dengan hak-hak yang diatur dalam Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Pokok Agraria Tahun 1960 yang disebut dengan hak atas tanah.

Jadi dengan demikian bahwa hak-hak atas tanah yang diberikan kepada orang-orang haruslah sesuai dengan aturan yang berlaku, mengingat tanah merupakan kekayaan alam yang harus dikuasai negara dan dipergunakan untuk kemakmuran rakyat.

Hak menguasai negara, merupakan hak yang dimiliki oleh negara untuk hak atas tanah. Hak menguasai negara atas tanah bersumber pada hak bangsa Indonesia atas tanah, yang pada hakekatnya penugasan pelaksanaan tugas kewenangan negara yang mengandung unsur hukum publik.5

Hak menguasai negara atas tanah mencerminkan bahwa negara memiliki kewenangan untuk mengatur dan menyelengarakan peruntukan, penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan atas tanah serta mengatur hubungan hukum antara manusia dengan tanah. Terkait dengan adanya hak menguasai negara tersebut terdapat bermacam-macam hak atas tanah yang diberikan negara dan yang dipunyai oleh perorangan maupun bersama-sama dan badan hukum.

Namun disamping itu juga dengan tegas dikemukakan dalam membedakannya ada juga disebut hak tanah yang terdaftar dan hak atas yang belum terdaftar. Hal ini sekedar mengokohkan hubungan hukum dari orang yang ingin menggunakan atau memiliki hak itu saja serta terkait dengan kegiatan administratif dari pemerintah dalam rangka memberikan kepastian hukum atas _______________________

5 W. Riawan Tjandra, Hukum Administrasi Negara, Universitas Atma jaya Yogyakarta, Yogyakarta 2008, hal.107.

(22)

pemilikan tanah tersebut berupa pendaftaran tanah.6

Dengan adanya pendaftran tanah tersebut, terdapatlah jaminan tertib hukum dan kepastian hak dari tanah. Inilah yang disebut dengan rechts kadaester . Yang Dimaksud dengan rechts kadester atau kadester hak adalah suatu bentuk kadester yang dibentuk dengan tujuan menjamin kepastian hukum dan perlindungan hukum atas tanah .7

Dengan demikian sertipikat hak milik atas tanah merupakan suatu bukti hak atas tanah yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat, namun hal tersebut belum dapat memberikan kepastian hukum bagi pemegangnya haknya. Oleh karena itu bagi pihak yang merasa memiliki tanah yang telah diterbitkan sertipikat hak milik atas tanah tersebut dapat menggugatnya di pengadilan. Pada masyarakat dewasa ini nilai tanah semakin tinggi harganya dan menyebabkan status hak atas tanah semakin penting pula, karena akan memberikan jaminan kepemilikan atas tanah dan memberikan kepastian hukum bagi pemilik tanah yang bersangkutan. Sehingga masalah pembuktian hak atas tanah tersebut semakin penting, karena sekarang yang mempunyai hak alat bukti yang kuat atas status tanah yang dimilikinya, tentu akan menjamin pula kepastian hukumnya atas tanah tersebut.

Hak atas tanah merupakan hak penguasaan atas tanah yang berisikan serangkaian wewenang, kewajiban dan/atau larangan bagi pemegang haknya untuk

_______________________________

6 Muhammad Yamin Lubis, Abdul Rahim Lubis, Kepemilikan Properti Di Indonesia, Bandung:

Mandar Maju 2013, hal.16.

7 H.Ali Achmad Chomzah, SH, Hukum Agraria – Pertanahan Indonesia, jilid 2 , Prestasi Pustakaraya 2004, hal. 9.

(23)

berbuat sesuatu mengenai tanah yang haki . Yang dimaksud “sesuatu disini adalah hal yang boleh, wajib atau dilarang untuk diperbuat dan merupakan isi dari hak penguasaan yang menjadi kriteria atau tolak pembeda diantara hak-hak penguasaan atas tanah yang diatur dalam hukum tanah. 8

Walaupun sertipikat hak milik atas tanah merupakan tanda bukti hak atas tanah, namun hal tersebut belum dapat memberikan kepastian hukum bagi pemegang haknya. Oleh karena itu bagi pihak yang merasa memiliki tanah yang telah diterbitkan sertipikat hak miliknya dapat menggugatnya di pengadilan. Adanya gugatan atas terbitnya sertipikat diatas tanah pihak lain hal ini disebabkan karena sistem pendaftaran tanah yang dianut di Indonesia, adalah sistem publikasi negatif. Sistem publikasi negatif dapat diartikan negara tidak menjamin kepastian dan kebenaran yang disajikan dalam sertipikat, hal inilah yang menimbulkan peluang bagi pihak pemilik tanah yang sebenarnya atau pihak lain yang merasa memiliki hak diatas tanah tersebut untuk menggugat pihak yang namanya tercantum dalam sertipikat tersebut atau menggugat pejabat yang berwenang menerbitkan atau mengeluarkan sertipikat hak milik atas tanah tersebut.

Selaku Pemilik hak atas tanah perlu mencari informasi tentang kebenaran

_______________________________

8. Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, Jakarta, Djambatan, 2003, hal. 24.

(24)

data fisik dan data yuridis yang tertera didalam sertipikat tersebut di Kantor Pertanahan setempat. Pada umumnya masalah baru muncul dan diketahui terjadi penerbitan sertipikat di atas tanah milik pihak lain. Demikian pula bila tanah tersebut dialihkan kepada pihak lain, pihak kedua merasa yakin tidak akan terjadi sengketa dikemudian hari mengenai tanah tersebut serta akan memudahkan tata cara dan proses jual beli atas penjualan tanah tersebut. Seperti sengketa yang terjadi di Kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara dengan permasalahan sengketa sebagai berikut :

Permasalahan sengketa tanah warisan dengan Sertipikat Nomor 1022/Hutatoruan VII atas nama RS yang diterbitkan sekitar bulan Agustus 2013, dimana kepemilikan atas hak tanah tersebut adalah milik pada ahli waris yaitu LH, HH dan RH. Terhadap Sertipikat Hak Milik Nomor 1.022/Hutatoruan VII atas nama RS tersebut dipermasalahkan oleh ahli waris yang lain yaitu LH,HH dan RH. Selama ini ahli waris berdomisili di Kota Medan. Adapun menurut pemilik tanah, bahwa obyeknya tanahnya terletak di Aek Ristop Kelurahan Hutatoruan VII, Kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara, dengan luas tanah seluas 580 M2. (lima ratus delapan puluh meter persegi), Alas Hak (Liggerblad) Nomor 107a, Kampung Huta Nagodang, Negeri Hutabarat Partali, Ketjamatan Tarutung, yang telah dikeluarkan dahulu oleh Assisten Wedana/kepala kantor urusan sawah, Kabupaten Tapanuli Utara tertanggal 30 Desember 1959 dengan nomor 149/1959 (sekarang Kantor Badan Pertanahan). Menurut pemilik tanah atau ahli waris LH, HH dan RH mereka merupakan ahli waris yang sah dari kakeknya bernama Almarhum JAH., yang telah

(25)

dibagi dan semua ahli waris dari Almarhum JAH. Obyek tanah tersebut diatas adalah bagian dari ayahnya ahli waris yang bernama Almarhum JPH, berdasarkan Surat Pembagian warisan almarhum JAH, sejak tahun 1995. Kemudian Berdasarkan surat keterangan ahli waris dari Almarhum JPH yang dibuat oleh Kelurahan Pusat Pasar dan yang disahkan Camat Medan Kota bahwa ahli warisnya yang sah dari Almarhum JPH menurut hukum adalah LH, HH dan RH. Oleh keluarga orang tua Almarhum JPH dan Keluarganya tanah tersebut disewakan sejak tahun 1949 kepada Marga Tobing untuk diusahakan dan ditanami padi-padian, dan semasa hidupnya almarhum JPH dan keluarganya tidak pernah menjual tanah tersebut kepada orang lain. Namun pada bulan Juli tahun 2012, ahli waris pemilik tanah LH, HH dan RH kaget bahwa tanah milik mereka telah beralih kepemilikannya menjadi milik EH dan RH yang selama ini berdomisili di Jakarta dan tidak pernah mengusahakan obyek tanah tersebut diatas.

Menurut keterangan saksi pihak penjual yaitu BH, pada bulan Juli Tahun 2012 diatas obyek tanah tersebut telah dilakukan jual beli antara EH dan RH selaku Penjual dan RS selaku Pembeli. Jual beli tersebut dilakukan dihadapan Lurah Partali Toruan dan yang disahkan Camat Tarutung . Pada bulan Juli Tahun 2012 pihak ahli waris LH, HH dan RH mengajukan Surat Keberatan. Surat tersebut ditujukan kepada Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Tapanuli Utara, Camat Tarutung dan Lurah Partalitoruan VII, agar diatas tanah tersebut tidak diterbitkan sertipikat dan ataupun diproses diatas obyek tanah mereka, dengan melampirkan dokumen sebagai

(26)

bukti-bukti atas kepemilikan tanah. Tapi tidak ditanggapi secara serius oleh Badan Pertanahan Kabupaten Tapanuli Utara beserta Camat dan Lurah Partalitoruan VII.

Pada bulan Agustus 2013, terbitlah sertipikat Hak Milik No.

1.022/Hutatoruan VII. tercatat atas nama RS, dengan luas 580 M2 (lima ratus delapan puluh meter persegi) terletak di Kelurahan Hutatoruan VII, Kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara. Dalam Penerbitan Sertipikat Hak Milik Nomor 1022/Hutatoruan VII pada asal perolehan hak atas tanah tertulis berdasarkan pangkuan hak atas tanah milik adat. Sedangkan tanah tersebut telah ada alas hanya berdasarkan Surat Petikan dari Gambar Sawah dengan Alas Hak (Liggerblad) Nomor 107a, yang telah dikeluarkan dahulu oleh Assisten Wedana/kepala kantor urusan sawah Kabupaten Tapanuli Utara tertanggal 30 Desember 1959 dengan nomor 149/1959. Didalam persyaratan kelengkapan dokumen setelah terjadi jual beli yang dikeluarkan oleh kantor Kelurahan dan disahkan Camat Tarutung, dan ditemukan ketidakbenaran data dari pihak data-data penjual yaitu :

a. Adanya Surat Keterangan Ahli waris tertanggal 16 Juli 2012 yang dibuat Lurah Partalitoruan Tarutung, padahal selama hidup Almarhum MH berdomisili di Medan dan meninggal di Medan(Pihak Penjual EH dan RH) b. Adanya Surat Pernyataan Penyerahan/Penolakan Hak Waris tanggal 16 Juli

2012 kepada EH dan RH , yang dikeluarkan Lurah Partali Toruan dan disahkan Camat diatas Obyek tanah milik ahli waris LH,HH, dan RH.

c. Adanya Surat sebagai pengganti identitas dari Penjual EH, bahwa EH telah mengganti dan mencoret alamat tempat tinggal pada Surat Tanda Laporan

(27)

kehilangan Barang / Surat dari Polisi dari Jakarta Timur, Sektor Durian Sawit, Nomor 0312/B/VII/2011/Res.JT/Sek.Dsw. tanggal 01 Juli 2011.

d. Tidak adanya kartu keluarga dari pihak penjual.

e. Tidak ada bukti alas hak dari pihak penjual.

Pihak Badan Pertanahan Nasional di Kabupaten Tapanuli Utara telah menerbitkan sertipikat Hak Milik Nomor 1.022/Hutatoruan VII, yang tercatat atas nama RS, dasar penerbitan sertipikat tersebut hanya berdasarkan bukti surat penebusan tanah, dan sehingga terjadi Jual beli yang dilakukan di hadapan Lurah Partalitoruan dan yang disahkan Camat Tarutung, Adapun penerbitan sertipikat Hak Milik No.1.022/Hutatoruan VII, hanya berdasarkan bukti surat penebusan tanah yang digadaikan sejak tahun 1949 yang telah ditebus EH dan RH tanpa sepengetahuan LH CS. Setelah itu dibuatlah Jual Beli Tanah dihadapan Camat Selaku Pejabat Pembuat Akta Tanah antara penjual EH dan RH dengan pembeli RS dengan di ikut sertakan saksi-saksi yang menyakinkan seakan-akan benar si penjual merupakan pemilik tanah yang sebenarnya.

Bahwa secara yuridis bukti kepemilikan / penguasaan tanah yang dimiliki oleh ahli waris pemilik tanah yaitu LH, HH, RH, surat atau dokumen yang dimiliki ahli waris tanah yaitu gambar situasi dengan Alas Hak (Liggerblad) Nomor 107a, Kampung Hutagodang, Negeri Hutabarat Partali, Ketjamatan Tarutung, yang telah dikeluarkan dahulu oleh Assisten Wedana/kepala kantor urusan sawah Kabupaten Tapanuli Utara tertanggal 30 Desember 1959 dengan nomor 149/1959 (saat ini Badan Pertanahan di Kabupaten Tapanuli Utara) .

(28)

Adapun pembuktian hak atas tanah tersebut diatas yaitu masih hak atas tanah yang berasal dari konversi hak-hak lama yang pada waktu mulai berlaku Undang- Undang Pokok Agraria dan belum di daftarkan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961.

Mengambil tanah orang lain biasa juga disebut sebagai tindakan penyerobotan tanah, penyerobotan tanah merupakan bentuk perbuatan mengambil hak orang lain yang secara melawan hukum, bentuknya bisa dengan menempati tanah, melakukan pemagaran, mengusir pemilik tanah sebenarnya, penjualan suatu hak atas tanah dan lain-lain. Penyerobotan tanah akan merugikan pihak lain, ini merupakan perbuatan melawan hukum, sehingga pelakunya dapat di tindak secara hukum baik pidana maupun perdata.

Dengan melihat dampak yang mungkin timbul atas lahirnya sertipikat hak atas tanah yang mengandung cacat hukum administratif maka pemerintah perlu memberikan perlindungan hukum bagi para pihak, yaitu dengan mengeluarkan Peraturan Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 tahun 2011 tentang Pengelolaan Pengkajian Dan Penanganan Kasus Pertanahan .

Melihat permasalahan tersebut diatas telah diterbitkan sertipikat oleh Pihak Badan Pertahanan Nasional Kabupaten Tapanuli Utara diatas tanah milik pihak lain, maka perlu mengkaji masalah ini lebih lanjut sehingga membuat tesis dengan judul :

“Perlindungan Hukum Terhadap Pemilik Hak Atas Tanah Yang Telah Di Terbitkan Sertipikatnya Atas Nama Pihak Lain ( Studi Pada Sertipikat Hak Milik Nomor

(29)

1.022 di Kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara )” yang selanjutnya dihubungkan dengan dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960 dan ketentuan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 serta Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2011.

B . Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian singkat dalam latar-belakang permasalahan tersebut maka permasalahan yang akan bahas dalam penelitian ini adalah :

l. Mengapa sertipikat Hak Milik Nomor 1.022 dapat diterbitkan diatas tanah milik orang lain di Kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara ?

2. Bagaimana perlindungan hukum terhadap pemilik tanah yang diatas tanah tersebut telah terbit sertipikat atas nama orang lain ?

3. Upaya Hukum apa yang ditempuh oleh pihak pemilik tanah untuk mengatasi penyelesaian sengketa tanah diatas tanah milik orang lain di Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara?

C . Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah :

1. Untuk mengetahui faktor penyebab terbitnya sertipikat Hak Milik Nomor 1.022 diatas tanah milik orang lain.

2. Untuk mengetahui perlindungan hukum yang dapat diberikan kepada pemilik tanah yang telah terbit sertipikatnya atas nama orang lain.

(30)

3. Untuk mengetahui upaya hukum pemilik tanah diatas milik orang lain di Kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis, Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi aparat-aparat pemerintahan di Kecamatan Tarutung (Kepala Desa, Lurah dan Camat) mengenai pengetahuan bidang hukum khususnya Hukum Agraria terutama mengenai syarat administrasi dan prosedur penerbitan sertipikat tanah hak milik dan pelaksanaan jual–beli tanah yang belum terdaftar yang dilakukan oleh Camat selaku PPAT Sementara sehingga dapat dipergunakan sebagai bahan masukan dalam penyempurnaan peraturan tersebut dimasa yang akan datang.

2. Secara Praktis, Penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pihak dalam menyelesaikan permasalahan terhadap penerbitan sertipikat hak milik diatas tanah milik pihak lain.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelitian dan penelusuran yang telah dilakukan terhadap hasil- hasil penelitian yang sudah ada di Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, belum ada penelitian yang menyangkut “ Perlindungan Hukum Terhadap Pemilik Hak Atas Tanah Yang Telah Diterbitkan Sertipikatnya (Studi Pada Sertipikat

(31)

Hak Milik Nomor 1.022 di Kecamatan Tarutung, Tapanuli Utara)” Namun ada penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya yaitu tesis atas nama:

1. Evi Fitriani, Magister Kenotariatan sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, dengan judul Analisis Yuridis Terhadap Pembatalan Sertipikat Hak Pakai No.765 (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung No.981/K/PDT/2009 dan permasalahan yang diteliti adalah

a. Faktor-faktor apakah yang dapat membatalkan Sertipikat Hak Pakai No.765 menurut Putusan Mahkamah Agung No.981/Pdt/2009 ?

b. Apakah dasar pembatalan Sertipikat Hak Pakai No.765 dapat dibenarkan menurut hukum ?

c. Bagaimana perlindungan hukum terhadap pemilik Sertipikat Hak Pakai No.765 ?

2. Muaz Effendi, Magister Kenotariatan sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, dengan judul Peralihan Hak Atas Tanah Yang Belum Bersertipikat Di Kecamatan Medan Johor Dan Pendaftaran Haknya Di Kantor Pertanahan Medan dan permasalahan yang diteliti adalah

a. Mengapa terjadi ketidakseragaman atas peralihan hak atas tanah yang belum bersertipikat di Kecamatan Medan Johor ?

b. Bagaimana bentuk-bentuk surat peralihan hak atas tanah sebagai landasan pengalihan hak atas tanah yang belum bersertipikat ?

(32)

c. Bagaimana pelaksanaan pendaftaran tanah yang belum bersertipikat serta kendala-kendala apa yang umumnya dihadapi masyarakat dalam pendaftaran tanah pada Kantor Pertanahan Medan ?

3. Noni Syahputri, Magister Kenotariatan sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara dengan judul Tinjauan Yuridis terhadap Alas Hak dibawah tangan sebagai dasar Penerbitan Sertipikat dan Implikasinya terhadap kepastian hukum, dan permasalahan yang diteliti adalah :

a. Bagaimanakah prosedur alas hak dibawah tangan, sebagai dasar pendaftaran hak atas tanah ?

b. Apakah kendala-kendala alas hak dibawah tangan, sebagai dasar pendaftaran hak atas tanah?

c. Upaya apakah yang dilakukan dalam mengatasi kendala alas hak dibawah tangan, sebagai dasar pendaftaran hak atas tanah?

Dengan demikian penelitian ini adalah asli dan dapat dipertanggung jawabkan secara akademis.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Teori berfungsi untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi dan suatu teori harus diuji dengan menghadapkan

(33)

pada fakta-fakta yang dapat menunjukan ketidak benarannya.9

Mengenai sertipikat yang terbit oleh Badan Pertanahan diatas tanah milik pihak lain. Dan kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis mengenai suatu kasus atau permasalahan (problem) yang menjadi bahan perbandingan, pegangan teoritis yang mungkin disetujui ataupun tidak disetujui .10

Untuk tercapainya suatu ketertiban dan kedamaian maka hukum berfungsi untuk memberikan jaminan bagi seseorang agar kepentingannya diperhatikan oleh orang lain. Jika kepentingan itu terganggu, maka hukum harus melindunginya dan setiap ada pelanggaran hukum, maka hukum itu harus dilaksanakan dan ditegakkan.11

Hans Kelsen dalam Pure Theory of Law mengatakan penerapan hukum harus dengan pendekatan metode normatif yuridis yang bersih dari anasir-anasir seperti sosiologis, politis, historis dan etika dimana konsepsi hukum positip adalah hukum dalam kenyataan (das solles) bukan dengan apa yang dicita- citakan (das sein) dan dalam teorinya “Stuffenbow theory” mengatakan bahwa norma dasar suatu tata hukum adalah peraturan yang lebih dari tata hukum sebagai peraturan fundamental dari berbagai tata hukum positif. 12

_______________________________

9 J.J.J.M.Wuisman , Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Asas-Asas, M.Hisyam, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Jakarta,1996, hal. 203.

10 M.Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Bandung , Mandar Maju, 1994, hal. 80.

11 Syafruddin Kalo, Modul Kuliah Penemuan Hukum, Medan, Program Studi Magister Kenotariatan USU, 2005, hal.38.

12 HR.Otje Salman S, Filsafat Hukum, Perkembangan dan Dinamika Masalah, Bandung, Reifika Aditama, 2009, hal. 66.

(34)

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori kepastian dan perlindungan hukum sebagai pisau analisisnya.

a. Teori Kepastian Hukum

Kepastian hukum data kepemilikan tanah akan dicapai apabila telah dilakukan pendaftaran tanah, karena tujuan pendaftaran tanah adalah untuk memberikan pendaftaran tanah, memberikan jaminan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas tanah. Baik kepastian mengenai dan Kepastian mengenai obyeknya, yaitu letaknya, batas-batasnya dan luasnya serta ada/tidaknya bangunan/tanaman diatasnya dan subyeknya (yaitu apa haknya,siapa pemiliknya, ada/atau beban diatasnya).13

Adapun kepastian hukum dimaksud adalah meliputi :

a. Kepastian mengenai orang/badan hukum yang menjadi pemegang hak atas tanah tersebut. Kepastian berkenaan dengan siapakah pemegang hak atas tanah itu disebut dengan kepastian subyek hak atas tanah.

b.  Kepastian mengenai letak tanah, batas-batas dan panjang serta lebar tanah.

Kepastian berkenaan dengan letak, batas-batas dan panjangDalam rang serta lebar tanah itu disebut dengan kepastian onyek hak atas tanah. 14 

Dalam rangka memberikan jaminan kepastian hukum tersebut kepada yang mendaftarkan tanahnya akan diberikan satu dokumen tanda bukti hak yang berfungsi  sebagai alat pembuktian yang kuat. Alat bukti dalam hukum tanah sangat berperan ________________________

13 Sri Wijayanti, Kepastian hukum Sertipikat Hak Atas Tanah Sebagai Bukti Hak Kepemilikan Tanah , Studi Kasus Putusan MA.Tentang Sengketa Tanah Meruya Selatan, Tesis, Semarang : Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Diponegoro, 2010) hal.11.

14 Bachtiar Effendie, Pendaftaran Tanah di Indonesia Dan Peraturan Pelaksanaannya, Bandung, Alumni, 1993, hal. 20.

(35)

untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan bagi pemegang hak atas tanah, hak atas satuan rumah susun dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan.

Dikatakan sebagai data yang benar, selama tidak ada bukti lain yang membuktikan ketidakbenarannya dan tidak perlu ditambah dengan bukti tambahan.15

Seseorang yang mengaku memiliki hak atas sesuatu harus dapat membuktikan kepemilikannya kepemilikannya tersebut. Hal ini sesuai dengan ketentuan yang termaktub dalam Pasal 1865 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menegaskan bahwa setiap orang yang mendalilkan bahwa ia mempunyai suatu hak, atau guna meneguhkan haknya sendiri maupun membantah suatu hak orang lain, menunjuk pada suatu peristiwa, diwajibkan membuktikan adanya hak atau peristiwa tersebut. Dalam hal kepemilikan atas sebidang tanah, seseorang tidak dapat mengaku memiliki sebidang tanah tanpa memiliki alat bukti adanya kepemilikan atas sebidang tanah tersebut. Sehingga bagi pemegang hak atas tanah yang telah terbit sertipikatnya, maka akan mendapat perlindungan hukum dan tidak perlu ada bukti tambahan. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 32 ayat (2) PP No.24/1997 yang mengatakan :

“Dalam hal atas suatu bidang tanah sudah diterbitkan sertipikat secara sah atas nama orang atau badan hukum yang memperoleh tanah tersebut dengan itikad baik dan secara nyata menguasainya, maka pihak lain yang merasa mempunyai hak atas ________________________

15 Ibid , hal 12.

(36)

tanah itu dapat lagi menuntut pelaksanaan hak tersebut apabila dalam waktu 5 (lima) tahun sejak diterbitkannya sertipikat itu tidak mengajukan keberatan secara tertulis kepada pemegang sertipikat dan Kepala Kantor Pertanahan yang bersangkutan ataupun tidak mengajukan gugatan ke pengadilan mengenai penguasaan tanah atau penerbitan sertipikat tersebut. “

Didalam ketetapan PMNA/KBPN Nomor 3 tahun 1997 pada pasal 111 yang berupa suatu keputusan pemberian hak tersebut selalu ada persyaratan umum maupun khusus dan kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi oleh yang bersangkutan, dengan akibat hukum “Batal” dengan sendirinya apabila persyaratan dan atau kewajiban tidak dipenuhi oleh mereka yang mengajukan permohonan hak atas tanah yang bersangkutan.

b.Teori Perlindungan Hukum

 Sengketa hak atas tanah timbul karena adanya pengaduan/keberatan dari orang/Badan Hukum yang berisi keberatan dan tuntutan terhadap suatu keputusan tata usaha negara di lingkungan Badan Pertanahan Nasional dimana keputusan pejabat tersebut dirasakan merugikan hak-hak mereka atas suatu bidang tanah tertentu.16 Karena semua warga negara sama kedudukannya dihadapan hukum, sesuai Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 27 ayat (1) menyebutkan “ segala warga  negara bersamaan kedudukannya didalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada dikecualikannya”.

Penegakan hukum ini sangat penting untuk menjaga citra Indonesia sebagai

________________________________

16 Ali Achmad Chomzah, Penyelesaian Sengketa Hak Atas Tanah, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2003, hal. 29

(37)

negara hukum dan buruknya penegakan hukum bisa berdampak minimnya perlindungan hukum bagi warga negara.

Menurut Sjachran Basah mengatakan bahwa perlindungan terhadap warga negara diberikan bilamana sikap tindak administrasi negara itu menimbulkan kerugian terhadapnya, sedangkan perlindungan terhadap administrasi dilakukan terhadap sikap tindakannya dengan baik dan benar menurut hukum baik tertulis maupun tidak tertulis.17

Jaminan kepastian hukum terhadap tanah lebih menjurus pada terselenggaranya kepastian hak dalam arti sesuatu hak yang telah diterbitkan sertipikatnya dapat diketahui secara pasti siapa pemiliknya, batas-batasnya dan berapa jumlah luasnya. Sedang perlindungan hukum terhadap hak atas tanah adalah apa yang disajikan dalam pendaftaran tanah dapat memberikan perlindungan hukum bagi pemiliknya untuk membuktikan kepemilikannya terhadap pihak-pihak yang ingin mengganggu.

Menurut Sudikno Mertokusomo, hukum berfungsi sebagai “ perlindungan kepentingan manusia, agar kepentingan manusia terlindungi, hukum harus dilaksanakan”. Pelaksanaan hukum dapat berlangsung secara normal, damai, tetapi dapat juga terjadi pelanggaran hukum. Pelanggaran hukum terjadi ketika subyek hukum tertentu tidak menjalankan kewajibannyayang seharusnya dijalankan atau karena melanggar hak-hak subyek hukum lain.

Terhadap subyek hukum yang dilanggar hak-haknya harus mendapatkan perlindungan hukum. 18

Teori perlindungan hukum berfokus kepada perlindungan hukum yang diberikan kepada masyarakat. Masyarakat pada posisi ini adalah masyarakat yang

________________________

17 Sjachran Basah, Perlindungan Hukum Terhadap Sikap Tindak Administrasi Negara, Bandung, alumni, 1992, hal 7-8.

18 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Yogyakarta, Liberty 1996, hal. 40.

(38)

berada pada posisi yang dirugikan, baik secara ekonomi maupun secara yuridis. 19 2. Konsepsional

Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari teori, peranan konsepsi dalam penelitian adalah untuk menghubungkan teori dengan observsi antara abstrak dan kenyataan. Konsep diartikan sebagaikata yang menyatukan abstrasi yang digenaralisasikan dari hal-hal yang khusus yang disebut defenisi operasional.20

Konsep merupakan alat yang dipakai oleh hukum disamping yang lain-lain seperti asas dan standar. Oleh karena itu kebutuhan untuk membentuk konsep merupakan salah satu hal-hal yang rasakan penting dalam hukum. Konsep adalah suatu konstruksi mental yaitu sesuatu yang dihasilkan oleh suatu proses yang berjalan dalam pikiran penelitian untuk keperluan analisis. Kerangka konsepsional mengungkapkan beberapa konsepsi atau pengertian yang dipergunakan sebagai dasar penelitian hukum.

Untuk menghindari terjadi perbedaan pengertian atau makna ganda dari konsep-konsep tersebut serta menghindari kesalahpahaman maka selanjutnya akan diuraikan pengertian konsep-konsep dasar yang dipakai dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Perlindungan berarti tempat berlindung atau merupakan perbuatan (hal) ________________________

19 Salim HS dan Erlies Septiana Nurbaini, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Tesis Dan Disertasi, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2013, hal. 263.

20 Samadi Surbyabrata, Metodelogi Penelitian, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1998, hal..3.

(39)

melindungi, seperti memberi perlindungan kepada orang yang lemah atau yang dirugikan.21

2. Hukum adalah kumpulan peraturan atau kaedah yang mempunyai isi yang bersifat umum dan normatif karena menentukan bagaimana caranya melaksanakan kepatuhan pada kaedah-kaedah.22 Jadi jaminan perlindungan hukum adalah suatu perbuatan hal melindungi subjek-subjek hukum yang dijamin dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan pelaksanaanya diterapkan berdasarkan bukti hukum yang kuat dan akurat.

3. Perlindungan hukum ada 2 macam bagi rakyat termasuk pemerintah yaitu perlindungan hukum preventif dan represif. Pada perlindungan yang preventif perlindungan hukum kepada rakyat yang diberikan kesempatan untuk mengajukan keberatan (inspraak) atau pendapatnya sebelum suatu keputusan pemerintah mendapat bentuk yang definitife, artinya perlindungan hukum yang preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa.Sedangkan perlindungan hukum yang represif perlindungan yang bertujuan untuk menyelesaikan sengketa. 23

 

__________________________ 

21 W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, cetakan IX, Balai Pustaka, Jakarta 1986, hal. 600.

22 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Revisi Ketiga, Yogyakarta, Liberty, 2007, hal.45.

23 Philipus M.Hadjon, Pengantar Hukum Tata Usaha Negara Indonesia, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, 2000, hal. 2.

(40)

4. Hak Atas Tanah adalah hak sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria selanjutnya disebut UUPA. Data fisik adalah keterangan mengenai letak, batas dan luas bidang tanah dan satuan rumah susun yang didaftar termasuk keterangan mengenai adanya bangunan atau bagian bangunan diatasnya. Hak yang dapat dicabut dengan memberi ganti rugian yang layak dan menurut cara yang diatur dengan Undang-Undang.

5. Hak Milik atas tanah merupakan suatu hak yang mempunyai hubungan kepemilikan hukum yang tertinggi tingkatannya dibandingkan dengan hak-hak kepemilikan lainya dan Hak Milik atas tanah tetap melekat secara turun temurun pada pemiliknya selama mereka tidak melepaskan haknya.

6. Sertipikat adalah surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat sengketa pembuktian yang kuat yang didalam termuat secara rinci mengenai kepemilikannya, luas, Kelurahan, Kecamatan, Kebupaten/Kotamadya dan propinsinya.

G. Metode Penelitian

1. Sifat dan Jenis Penelitian  

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode pendekatan yuridis empiris karena penelitiannya bertitik tolak dari kenyataan hukum yang ada dalam masyarakat, yuridis maksudnya bahwa penelitian ini ditinjau dari sudut Hukum Agraria dan peraturan-peraturan tertulis. Secara empiris karena penelitian ini

(41)

bertujuan untuk memperoleh mengenai terjadinya penerbitan sertipikat di atas tanah pihak milik lain. Dan penelitian ini meninjau dari pertimbangan-pertimbangan hukum dalam mengambil keputusan dan yang dikaji dari sisi hukum pertanahan, khususnya Penelitian mengenai tanggungjawab Kepala Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Tapanuli Utara, dalam menerbitan sertipikat Hak Milik No.1.022/Hutatoruan VII di atas tanah milik pihak lain.

Penelitian ini bersifat deskriptif analisis. Dikatakan deskriptif, karena penelitian ini menyajikan data sekunder mengenai permasalahan yang berkenaan dengan perlindungan hukum dalam penerbitan sertipikat hak atas tanah diatas tanah milik pihak lain. Dikatakan analisis, karena selain menggambarkan fakta-fakta yang diperoleh dari lapangan, juga dilakukan analisis yang dikaitkan dengan norma hukum pertanahan yang berlaku terhadap sinkronisasi dari Pasal-Pasal dalam peraturan Kepala Kantor Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Pengkajian Dan Penanganan Kasus Pertanahan.

2. Sumber Data Penelitian  

Sumber data penelitian yang digunakan dalam tesis ini adalah menggunakan data primer dan sekunder. Data primer yang dimaksud disini adalah data yang faktanya dikumpulkan melalui wawancara yang narasumbernya adalah ahli waris pemilik tanah di Kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara.

(42)

Data sekunder bertujuan untuk mencari data awal atau informasi, mendapatkan landasan teori dan landasan hukum yakni yang memberikan penjelasan dan batasan, defenisi dan arti suatu istilah. Data sekunder yang digunakan berdasarkan kekuatan mengikatnya dibedakan atas tiga bagian, terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tertier.

a. Bahan hukum primer dalam penelitian yaitu : 1. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

2. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 1960, Nomor 104).

4. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah

5. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan.

6. Serta Peraturan-peraturan perundang-undangan lainnya yang berkaitan dengan tanggungjawab Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional.

b. Bahan hukum sekunder adalah bahan yang memberikan mengenai bahan hukum primer yang berupa hasil-hasil penelitian dan atau karya ilmiah dari kalangan hukum yang relevan dengan bidang penelitian ini.

c. Bahan hukum tertier bahan pendukung seperti kamus ensiklopedia atau majalah yang memberi petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder .

3. Alat Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan 2 (dua) alat pengumpulan data yaitu :

(43)

a. Studi dokumen yaitu untuk mengumpulkan data sekunder yang terkait dengan permasalahan yang diajukan dengan cara mempelajari buku-buku, hasil penelitian dan dokumen-dokumen perundang-undangan yang terkait selanjutnya digunakan untuk kerangka teoritis pada penelitian.

b. Wawancara yaitu menghimpun data dengan melakukan wawancara kepada ahli waris pemilik tanah, pemilik sertipikat dan Badan Pertanahan yang terkait dengan penerbitan Sertipikat Hak Milik Nomor 1.022/Hutatoruan VII.

4. Analisis Data

Dalam penelitian akan menggunakan Analisis secara kualitatif yang meneliti dan mengkaji perlindungan hukum terhadap pihak yang berhak atas tanah yang telah terbit sertipikatnya oleh pihak lain yang berdasarkan data yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis dan analisa untuk mencapai kejelasan masalah yang yang bahas, yang diuraikan secara kualitatif yakni mengungkapkan atau menggambarkan kenyataan-kenyataan yang terdapat dilapangan dalam bentuk kalimat yang sistematis. Setelah itu terkumpul keseluruhan data tersebut akan di sistematis sehingga menghasilkan klasifikasi yang selaras dengan permasalahan yang di bahas dalam penelitian ini dengan tujuan memperoleh jawaban yang baik pula.

Pengertian analisis disini dimaksudkan sebagai suatu penjelasan dan penginterprestasian secara logis dan sistematis, dan mengikuti tata tertib dan penulisan laporan penelitian ilmiah. Setelah analisis data maka hasilnya akan disajikan secara deskriptif, dengan menuturkan dan menggambarkan secara ke

(44)

seluruhan sesuai dengan permasalahan.24 Tentang perlindungan hukum terhadap pemilik hak atas tanah yang telah diterbitkan sertipikatnya atas nama pihak lain dan dari hasil kemudian ditarik suatu kesimpulan yang merupakan jawaban atas permasalahan yang diangkat dalam tesis ini.

________________________________

24 H.B.Sutopo, Metodologi, Penelitian Hukum Kualitatif, Bagian II, Surakarta : UNS Press, 1998 hal.37.

(45)

BAB II

FAKTOR PENYEBAB TERBITNYA SERTIPIKAT HAK MILIK NOMOR 1.022 DIATAS TANAH MILIK PIHAK LAIN

A. Peralihan Hak Milik Atas Tanah Dengan Dasar Jual Beli

Sebelum penerbitan Sertipikat Hak Milik Nomor 1.022, Hutatoruan VII, pihak penjual dan pembeli telah melakukan peralihan hak atas tanah hanya berdasarkan jual beli yang dibuat dibawah tangan. Seharusnya setiap perbuatan hukum yang berupa pengalihan atau jualbeli, harus dilakukan dihadapan Camat atau notaris setempat. Maka setiap orang Pembeli dari suatu bidang tanah mengharapkan adanya kepastian hukum dan jaminan hukum bahwa tanah dan segala sesuatu yang terdapat, tertanam dan tumbuh serta berdiri diatasnya adalah benar-benar aman, tidak bermasalah dan dapat dipergunakan sesuai dengan peruntukannya.

  Secara umum terjadinya peralihan hak atas tanah dapat disebabkan oleh berbagai perbuatan hukum antara lain :

a. Jual Beli b. Tukar menukar c. Hibah

d. Pemasukan dalam perusahaan e. Pembagian hak bersama

f. Pemberian hak guna bangunan / hak pakai atas tanah hak milik g. Pemberian hak tanggungan

h. Pemberian kuasa pembebanan hak tanggungan

Salah satu hak kebendaan atas tanah yang diatur dalam Pasal 16 ayat (1) UUPA adalah hak milik atas tanah yang paling kuat dan terpenuh. Terkuat menunjukkan bahwa jangka waktu hak milik tidak terbatas serta hak milik juga terdaftar dengan adanya “tanda bukti hak” sehingga memiliki kekuatan. Terpenuh

(46)

maksudnya hak milik memberi wewenang kepada empunya dalam hal peruntukannya yang tidak terbatas. 25

Pemindahan hak atas tanah adalah perbuatan hukum yang sengaja dilakukan dengan tujuan agar hak atas tanah berpindah dari yang mengalihkan kepada yang menerima pengalihan. 26

Dalam pasal 20 ayat (2) UUPA ditentukan bahwa hak milik dapat beralih dan dialihkan. “Beralih“ maksudnya terjadi bukan karena suatu perbuatan hukum (kesengajaan) melainkan karena peristiwa hukum (bukan kesengajaan), misalnya diwariskan. Pewarisan adalah perpindahan hak milik kepada pihak lain karena pemiliknya meninggal dunia. Sedangkan “dialihkan” menunjukkan adanya kesengajaan sehingga terdapat suatu perbuatan hukum terhadap hak milik tersebut.

Salah satu perbuatan hukum peralihan hak milik atas tanah ialah dengan jual beli tanah. Dalam kebiasaan praktik jual beli tanah pada saat ini diharapkan terdapat kepastian hukum yang dapat menjamin berlangsungnya kegiatan tersebut melalui pendaftaran tanah.

Semua hak atas tanah itu mempunyai sifat-sifat kebendaan (zakelijk karakter), yaitu: 27

(1) dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain, (2) dapat dijadikan jaminan suatu hutang, dan

________________________________

25 Effendi Perangin, Hukum Agraria di Indonesia, Suatu Telaah dari Sudut Pandang Praktisi Hukum, PT.Raja Grafindo Persada 1994, hal..237.

26 Ibid. hal.1.

27 Bachsan Mustafa, Hukum Agraria dalam Perspektif, Cetakan ke II, Remadja Karya CV. Bandung 1985, hal. 39.

(47)

(3) dapat dibebani hak tanggungan.

 

Salah satu perbuatan hukum peralihan hak milik atas tanah ialah dengan jual beli tanah. Dalam kebiasaan praktik jual beli tanah pada saat ini diharapkan terdapat kepastian hukum yang dapat menjamin berlangsungnya kegiatan tersebut melalui pendaftaran tanah.Sebelum melakukan peralihan hak atas tanah, antara kedua belah pihak terlebih dahulu melakukan perjanjian atau kesepakatan mengenai bidang tanah yang akan dialihkan haknya tersebut. Dan yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah calon penjual dan pembeli. Para penjual yaitu pemegang sah dari hak atas tanah baik itu milik perorangan atau milik keluarga sedangkan mengenai obyek jual beli tanah adalah hak atas tanah yang akan dijual. Didalam jual beli tanah, tujuan membeli hak atas tanah adalah supaya dapat secara sah menguasai dan mempergunakan tanah, tetapi secara hukum yang dibeli atau dijual bukan tanahnya tetapi hak atas tanahnya.

Penjual merupakan pemilik tanah yang sah atas tanah tersebut, jika jual beli tersebut dilakukan oleh pihak lain dengan surat kuasa dari penjual yang sah dengan itikad tidak baik maka dapat menyebabkan perbuatan hukum tersebut batal demi hukum. Seseorang yang telah menjadi pemegang hak atas tanah yang belum bersertipikat tidak dapat memberikan haknya tersebut kepada orang lain dengan begitu saja karena hak itu merupakan kewenangannya namun yang dapat dilakukannya adalah cara mengalihkan atau melepaskan hak atas tanah yang dimilikinya dengan menggunakan Akta Pelepasan Hak Dengan Ganti Rugi yang

(48)

dibuat dihadapan Notaris ataupun Surat Pelepasan Hak Dengan Ganti Rugi yang dilegalisasi oleh Notaris ataupun Surat Pernyataan Pelepasan Penguasaan Tanah Dengan Ganti Rugi yang dibuat oleh Camat.

Pelepasan hak atau penyerahan hak atas tanah adalah kegiatan melepaskan hubungan hukum antara pemegang hak atas tanah dengan tanah yang dikuasainya dengn memberikan ganti rugi atas dasar musyawarah. Salah satu kunci yang cukup menentukan dalam perbuatan hukum diatas adalah yang berkenaan dengan ganti rugi dalam pelepasan hak atau penyerahan tanah itu adalah imbalan sebagai pengganti nilai tanah yang diserahkan oleh pemilik atau pemegang hak atas tanah.

Pada kenyataan masih ada terjadi jual beli tanah yang belum bersertipikat yakni hanya didasarkan pada surat penebusan tanah yang dibuat dibawah tangan dan diterbitkannya Surat Pernyataan Pelepasan hanya berdasarkan permintaan dari seseorang, seperti yang terjadi di Kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara, yaitu jual beli tanah dengan alas haknya hanya berdasarkan Surat Pernyataan Pelepasan Tanah dari penjual dan bukan oleh pemilik tanah, dengan tanah seluas 580 m2 yang terletak di Aek Ristop, Kelurahan Hutatoruan VII, Kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara antara EH dan RH (penjual) dengan RS (pembeli). Jual beli tanah ini telah menimbulkan sengketa kepemilikan hak atas tanah dan kekuatan hukum pelaksanaan jual beli tanah ini dianggap sangat lemah.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas maka jelaslah bahwa salah satu penyebabnya kurangnya pengetahuan masyarakat dan kepala desa / kelurahan dalam hal pengajuan dan pembuatan surat keterangan hak atas tanah. Begitu mudah

Referensi

Dokumen terkait

Mitra Wahyu prakasa tidak disalahkan tetapi belum tentu juga perjanjian tersebut telah mewujudkan keseimbangan hak dan kewajiban bagi kedua belah pihak, walaupun isi perjanjian

b) Harus jelas calon penjual, ia harus berhak menjual tanah yang hendak dijualnya, dalam hal ini tentunya si pemegang yang sah dari hak atas tanah itu yang disebut pemilik. c)

34 Ibid.,hal.13. Satrio, Hukum Jaminan, Hak Jaminan Kebendaan, Hak Tanggungan Buku 2, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004, hal.65.. terhadap objek Hak Tanggungan. Pemegang

Maka yang dijadikan permasalahan didalam penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan pemberian perpanjangan dan pembaharuan hak guna usaha di Kabupaten Aceh Utara, bagaimana

badan hukum yang memperoleh tanah tersebut dengan itikad baik dan secara nyata menguasainya, maka pihak lain yang merasa mempunyai hak atas tanah itu tidak

c. Penerbitan Sertipikat Hak Atas Tanah di Kecamatan Bangkinang Kota, Desa Kumantan. Ketua Panitia Ajudikasi/Tim I PTSL Desa Kumantan melakukan pencoretan nama pemegang hak

Jawaban terhadap permasalahan tersebut diatas adalah Prosedur Ketentuan Hukum tentang Peralihan Hak Karena Pewarisan berdasarkan Peraturan Menteri Agraria/Kepala Badan

Saat terhutang PPh Final pengalihan hak atas tanah dan bangunan dalam transaksi BOT adalah pada saat sebagian bangunan yang diserahkan investor ke pemilik tanah, pemilik