• Tidak ada hasil yang ditemukan

RISALAH RAPAT KERJA KOMISI VIII DPR RI DENGAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RISALAH RAPAT KERJA KOMISI VIII DPR RI DENGAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

RISALAH RAPAT KERJA

KOMISI VIII DPR RI DENGAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA Tahun Sidang : 2019-2020

Masa Persidangan : IV

Jenis Rapat : Rapat Kerja Komisi VIII DPR RI dengan Menteri Agama Republik Indonesia

Hari, Tanggal : Kamis, 25 Juni 2020 Pukul : 10.25 – 16.35 WIB Sifat Rapat : Terbuka

Pimpinan Rapat : H. Yandri Susanto, S.Pt. (F-PAN) Sekretaris Rapat : Sigit Bawono Prasetyo, S.Sos., M.Si.

Kabag Sekretariat Komisi VIII DPR RI Tempat : Ruang Rapat Komisi VIII DPR RI

Gedung Nusantara II Lt. 1,

Jl. Jenderal Gatot Soebroto, Jakarta 10270

Acara : 1. Pembahasan Pembicaraan Pendahuluan RAPBN TA 2021 dan RKP Tahun 2021 (RKA K/L dan RKP K/L Tahun 2021);

2. Evaluasi Pelaksanaan Anggaran TA 2019; 3. Evaluasi Kinerja Tahun 2020.

Anggota yang Hadir : PIMPINAN:

1. H. Yandri Susanto, S.Pt. (F-PAN)

2. M. R. Ihsan Yunus, BA., B.Comm., Me.Con (F-PDI Perjuangan)

3. DR. TB. H. Ace Hasan Syadzily, M.Si. (F-PG)

4. Laksdya. TNI (Purn) Moekhlas Sidik, MPA. (F-Partai Gerindra)

5. H. Marwan Dasopang (F-PKB)

ANGGOTA:

FRAKSI PDI PERJUANGAN 1. I Komang Koheri, SE. 2. Diah Pitaloka, S. Sos. M.Si. 3. Selly Andriany Gantina, A.Md. 4. Umar Bashor

5. Ina Ammania

6. Mochamad Hasbi Asyidiki Jayabaya 7. I. G. N. Kesuma Kelakan, ST., M.Si. 8. H. Rachmat Hidayat, SH.

9. Matindas J. Rumambi, S. Sos. 10. Drs. Samsu Niang, M.Pd. 11. H. Arwan M. Aras T., S. Kom.

(2)

2

FRAKSI PARTAI GOLKAR 12. H. John Kenedy Azis, SH. 13. Mohammad Saleh, SE.

14. Hj. Itje Siti Dewi Kuraesin, S.Sos., MM. 15. Hj. Endang Maria Astuti, S.Ag., SH., MH. 16. Muhammad Fauzi, SE.

17. Dra. Hj. Idah Syahidah Rusli Habibie, M.H. 18. Muhammad Ali Ridha

FRAKSI PARTAI GERINDRA 19. M. Husni, SE. , MM

20. H. Jefri Romdonny, SE., S.Sos., M.Si., MM. 21. Abdul Wachid

22. Drs. H. Zainul Arifin 23. H. Iwan Kurniawan, SH. 24. Drs. H. Saiful Rasyid, MM.

FRAKSI PARTAI NASIONAL DEMOKRAT 25. Hj. Lisda Hendrajoni, SE., MM.Tr. 26. Dra. Delmeria

27. Nurhadi, S.Pd.

28. Ach. Fadil Muzakki Syah, S.Pd.I. 29. Satori, S.Pdi. MM

FRAKSI PARTAI KEBANGKITAN BANGSA 30. H. Maman Imanul Haq

31. Dra. Hj. Anisah Syakur, M.Ag. 32. H. An’im Falachuddin Mahrus FRAKSI PARTAI DEMOKRAT 33. Drs. H. Achmad, M.Si. 34. Harmusa Oktaviani, SE. 35. Wastam, SE., SH.

36. H. Hasani Bin Zuber, S.IP. 37. Ir. Nanang Samodra, KA., M.Sc.

FRAKSI PARTAI KEADILAN SEJAHTERA 38. KH. Bukhori, LC., MA.

39. H. Iskan Qolba Lubis, MA.

40. Dr. H. Muhammad Hidayat Nur Wahid, MA. 41. Hj. Nur Azizah Tamhid, BA., MA.

42. Nurhasan Zaidi, S.Sos.I.

FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL 43. H. Mhd. Asli Chaidir, SH.

44. H. Sungkono

45. M. Ali Taher, SH., M.Hum.

FRAKSI PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN 46. KH. Muslich Zainal Abidin

47. H. Iip Miftahul Choiri, S.Pd.I.

Anggota yang Izin : 3 orang Anggota

Undangan : Menteri Agama Republik Indonesia beserta jajaran

(3)

3

JALANNYA RAPAT:

KETUA RAPAT (H. YANDRI SUSANTO, S.Pt.): Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Selamat Pagi, Salam Sejahtera buat kita semua.

Yang terhormat para Pimpinan Komisi VIII DPR RI, beserta Yang terhormat seluruh Anggota Komisi VIII DPR RI,

Yang terhormat Pak Menteri Agama Republik Indonesia beserta seluruh jajaran, dan

Hadirin yang berbahagia,

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan rahmat-Nya kita pada pagi hari ini dalam keadaan sehat wal afiat bisa menghadiri rapat kerja, mudah-mudahan bisa menghasilkan sesuatu yang terbaik buat bangsa dan negara kita.

Pak Menteri para Anggota Komisi VIII DPR RI sebagaimana biasanya kita sebelum memulai dari semua rangkaian rapat kerja pada hari ini, kita terlebih dahulu berdo’a sesuai dengan agama dan kepercayaan kita masing-masing. Kepada yang beragama Islam kita membaca umul kitab, dan kepada Bapak, ibu yang beragama diluar agama Islam kami persilakan untuk berdo’a dan sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing.

Al fatihah

(BERDOA) Selesai.

Pak Menteri yang kami hormati beserta seluruh jajaran, Para Pimpinan dan para Anggota Komisi VIII,

Bahwa sesuai dengan jadwal acara rapat-rapat di DPR masa persidangan ke IV tahun sidang 2019-2020 yang telah diputuskan dalam rapat konsultasi pengganti rapat Badan Musyawarah DPR RI antara Pimpinan DPR RI dan Pimpinan Fraksi-fraksi tanggal 30 April 2020, dan sesuai keputusan rapat internal Komisi VIII DPR RI tanggal 15 Juni 2020 maka pada hari ini Kamis, 25 Juni 2020 Komisi VIII DPR RI mengadakan rapat kerja dengan Menteri Agama Republik Indonesia dengan agenda membahas Pembicaraan Pendahuluan RAPBN dan Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2021, Evaluasi pelaksanaan APBN Tahun 2019, dan Evaluasi Kinerja serta pelaksanaan anggaran Tahun 2020 yang sedang berjalan.

(4)

4

Hadirin yang kami hormati,

Menurut laporan dari Sekretariat Komisi VIII DPR RI bahwa pada saat ini sudah hadir 17 Anggota secara fisik Pak Menteri dari 9 Fraksi dan ada 24 Anggota mengikuti sistem virtual Pak.

Jadi ini kami sengaja mengikuti protokol corona, protokol kesehatan tidak semua anggota diundang tetapi dibagi. Maka nanti respon tanggapan dialog itu akan kita beri kesempatan juga kepada para Anggota yang terhormat yang mengikuti rapat kerja ini berada dirumahnya masing-masing. Oleh karena itu berdasarkan Tata Tertib DPR RI Pasal 251 ayat (1) kuorum telah tercapai, oleh karena itu izinkan kami Pak Menteri dan seluruh Anggota untuk membuka rapat kerja ini dan saya nyatakan terbuka untuk umum.

Agenda kita pada pagi hari ini: 1. Pengantar dari Pimpinan rapat;

2. Penjelasan Menteri Agama Republik Indonesia, dengan agenda yang pertama Pembahasan Pembicaraan Pendahuluan RAPBN Tahung Anggaran 2021, dan Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2021, kemudian yang kedua evaluasi pelaksanaan APBN yang sudah berjalan tahun 2019 dan ketiga evaluasi kinerja pelaksanaan Anggaran tahun 2020 yang sedang berjalan.

3. Dari paparan Pak Menteri itu tentu para Anggota dan dari meja Pimpinan aka nada tanya jawab, respon maupun masukan;

4. Kita akan mengambil sebuah kesimpulan dalam rapat kerja ini. dan 5. Penutup.

Apakah 5 agenda yang saya bacakan tadi bisa kita setujui? Setuju ya.

(RAPAT: SETUJU)

Rapat kita mulai jam 10.25 WIB kita akhiri jam 12.00 WIB dulu Pak Menteri ya, kita akhiri jam 12.00 WIB kalau nanti ada perkembangan kita

tentative saja bisa kita perpanjang tapi kita sepakati dulu pukul 12.00 WIB.

Pak Menteri yang Saya hormati,

Para Anggota dan para Pimpinan Komisi VIII yang terhormat,

Bahwa pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih atas kehadiran Pak Menteri Agama Republik Indonesia serta seluruh jajarannya, juga kepada para Anggota dan para Pimpinan Komisi VIII DPR RI.

Rapat hari ini diselenggarakan berdasarkan surat Pimpinan Badan Anggaran DPR RI, Nomor AG/05596/DPR RI/V/2020 tanggal 6 Mei 2020 perihal penyampaian rancangan jadwal pembahasan pembicaraan pendahuluan RAPBN Tahun Anggaran 2021 dan Rencana Kerja Pemerintah

(5)

5

Tahun 2021. Selain itu Pasal 98 ayat (2) Undang-undang Nomor 17 Tahun 2014 yang diubah menjadi Undang-undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang MD3 menyebutkan bahwa salah satu ruang lingkup tugas komisi dibidang anggaran antara lain:

a. Mengadakan pembicaraan pendahuluan mengenai penyusunan rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara, termasuk dalam ruang lingkup tugasnya bersama-sama dengan pemerintah. b. Mengadakan pembahasan dan mengajukan usul penyempurnaan

rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara termasuk dalam ruang lingkup tugasnya bersama-sama dengan pemerintah. c. Membahas dan menetapkan alokasi anggaran untuk fungsi dan

program Kementerian/Lembaga yang menjadi mitra kerja komisi. d. Mengadakan pembahasan laporan keuangan negara dan

pelaksanaan APBN termasuk hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang berkaitan dengan ruang lingkup tugasnya bersama-sama dengan pemerintah.

e. Menyampaikan hasil pembicaraan pendahuluan dan hasil pembahasan kepada Badan Anggaran untuk sinkronisasi.

Jadi rapat kali ini sangat strategi karena akan ditindaklanjuti ke Badan Anggaran besar DPR RI.

Mengacu pada ketentuan undang-undang tersebut diatas, rapat ini memiliki makna yang strategis karena membahas rencana anggaran dan rencana kerja Kementerian Agama Republik Indonesia Tahun Anggaran 2021, evaluasi pelaksanaan APBN Tahun 2019 dan evaluasi kinerja serta pelaksanaan anggaran Tahun 2020.

Rencana kerja dan anggaran Kementerian Agama Republik Indonesia Tahun 2021, diharapkan mampu memenuhi berbagai kebutuhan mendesak pembangunan dibidang agama berdasarkan data yang valid.

Rencana kerja dan anggaran Kementerian Agama Republik Indonesia harus diarahkan untuk menyelesaikan permasalahan pembangunan dibidang agama dengan menitik beratkan pada penyebab utamanya. Terutama dalam penanggulangan dampak pada masa dan paska Pandemic Covid 19.

Dengan demikian rencana kerja dan anggaran Kementerian Agama Republik Indonesia dapat berkontribusi secara optimal terhadap upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

Oleh karena itu Pak Menteri pada rapat kerja hari ini Komisi VIII DPR RI ingin mendapatkan penjelasan secara langsung yang pertama berapa anggaran atau pagu indikatif Kementerian Agama Republik Indonesia Tahun 2021 dari hasil trilateral meeting dan apa saja program prioritas yang akan dilaksanakan untukTtahun Anggaran 2021?

Yang kedua apa target dan output yang hendak dicapai Kementerian Agama Republik Indonesia pada Tahun 2021 serta apa saja indikatornya?

(6)

6

Yang ketiga bagaimana pelaksanaan anggaran APBN Tahun 2019, dan apa saja output yang telah dihasilkan pada tahun 2019?

Yang keempat bagaimana penyerapan anggaran pada tahun 2020 dan kegiatan apa saja yang terpengaruh akibat adanya program refokusing dan realokasi anggaran dalam menanggulangi dampak wabah Covid 19 dilingkungan Kementerian Agama?

Saya kira itu Pak Menteri yang saya sampaikan dalam pengantar ini, intinya dari beberapakali rapat kerja dengan Pak Menteri termasuk di RDP dengan Pak Sekjen, Pak Dirjen atau juga kita menerima banyak audiensi dari para pihak yang ada dilingkungan Kementerian Agama, seperti para Pondok Pesantren, Madrasah, para Alim Ulama, Tokoh Masyarakat itu menginginkan sekali kehadiran kita semua baik itu DPR maupun Kementerian Agama terutama di Pondok-pondok pesantren, di madrasah-madrasah swasta, para Da’i, tempat-tempat ibadah yang terpapar atau terdampak dengan Covid 19. Saya kira ini harus kita menjadi prioritas utama dalam hal untuk membuktikan bahwa kita hadir ditengah-tengah mereka.

Oleh karena itu Pak Menteri kami persilakan untuk memberikan paparan, dan setelah itu kami akan persilakan para Anggota untuk merespon, memberikan saran dan memberikan pertanyaan.

Kepada Pak Menteri kami persilakan. MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA:

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Pimpinan dan Anggota Komisi VIII DPR RI yang kami muliakan,

Teman-teman jajaran Kementerian Agama yang kami hormati pula, serta Bapak-Bapak, ibu-ibu sekalian yang berbahagia,

Sebagai pertama pendahuluan marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang berkat rahmat dan hidayahnya kita dapat melaksanakan rapat kerja pada hari ini guna melakukan pembicaraan pendahuluan RAPBN Tahun Anggaran 2021 dan rencana kerja pemerintah Kementerian Agama sesuai surat undangan Pimpinan DPR RI Nomor PW.07104/DPR RI/VI/2020 tanggal 24 Juni 2020 tentang undangan rapat kerja.

Dalam kesempatan yang baik ini pula perkenankan kami menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada Pimpinan dan Anggota Komisi VIII DPR RI yang terhormat, yang tidak henti-hentinya memberikan dukungan dan perhatian, serta nasehat-nasehat terhadap upaya peningkatan kinerja Kementerian Agama khususnya dimasa Pandemic Covid 19 seperti saat ini.

(7)

7

Sebelum menyampaikan penjelasan rancangan APBN dan RKP Tahun Anggaran 2021 Kementerian Agama, evaluasi pelaksanaan anggaran tahun 2019 dan evaluasi kinerja Tahun 2020, perkenankan kami menyampaikan beberapa hal terkait visi, misi, tujuan dan sasaran serta program pada Kementerian Agama yang dijadikan sebagai landasan kebijakan dan arah yang akan ditempuh dalam pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian Agama.

Yang kedua kami sampaikan tentang visi dan misi, tujuan, sasaran dan program Kementerian Agama Tahun 2021.

A. Visi dan misi

Visi dan misi merujuk kepada visi dan Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2020 – 2024 yaitu terwujudnya Indonesia maju yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian, berlandaskan gotong royong, maka visi Kementerian Agama Tahun 2020 – 2024 ditetapkan menjadi “Kementerian Agama yang professional dan handal dalam membangun masyarakat yang sholeh, moderat, cerdas dan unggul untuk mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat mandiri dan berkepribadian yang berdasarkan gotong royong.” Visi diatas mengandung tujuan bahwa masyarakat yang mempunyai ciri-ciri diatas diharapkan akan memberikan kontribusi terhadap terwujudnya visi Presiden dan Wakil Presiden dalam mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri berkepribadian berdasarkan gotong royong.

Adapun misi Kementerian Agama dirumuskan dan disusun bercermin dari misi Presiden dan Wakil Presiden tersebut. Yang diarahkan untuk mendukung pencapaian empat misi dari 9 misi Presiden dan Wakil Presiden yaitu: yang pertama meningkatkan kualitas kesolehan umat beragama; kedua memperkuat moderasi beragama dan kerukunan umat beragama; ketiga meningkatkan layanan keagamaan yang adil, mudah dan merata; meningkatkan layanan pendidikan yang merata dan bermutu; kelima meningkatkan produktivitas dan daya saing pendidikan; keenam memantapkan tata kelola kepemerintahan yang baik good

gavernance.

Sebagaimana diketahui bahwa selain agama, Kementerian Agama juga berperan dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang pendidikan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Dalam bidang agama Kementerian Agama merumuskan, menetapkan dan melaksanakan kebijakan urusan agama. Dalam meningkatkan layanan keagamaan yang adil, merata Kementerian Agama akan terus memberi kontribusi dalam meningkatkan kualitas kesolehan umat beragama untuk mencapai visi masyarakat yang sholeh. Peningkatan kualitas kesholehan umat beragama yang diperkuat dengan moderasi beragama baik melalui bimbingan masyarakat maupun pendidikan agama pada satuan pendidikan akan menghasilkan masyarakat yang sholeh didepan khaliqnya, tetapi

(8)

8

juga bersikap moderat dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam bidang pendidikan Kementerian Agama terus melaksanakan layanan pendidikan yang merata dan bermutu pada pendidikan umum berciri kas agama. Pendidikan agama, dan pendidikan keagamaan yang ditujukan untuk menghasilkan peserta didik yang cerdas yang akhirnya memberikan kontribusi dalam menciptakan masyarakat yang cerdas. Peningkatan produktivitas dan daya saing pendidikan akan menghasilkan lulusan yang produktif dan efisien, sehingga setelah terjun ke masyarakat akan memberikan kontribusi dalam menciptakan masyarakat yang unggul yaitu memiliki keunggulan komperatif. Disamping itu tata kelola pemerintahan yang baik sangat diperlukan untuk menciptakan kondisi bagi pembiasan ASN yang professional, pembiasaan mohon maaf, pembiasaan ASN yang professional dan handal sebagai lokomotif penggerak dan sekaligus pelaksana dari semua misi yang dicanangkan. Dengan perpaduan seluruh misi yang dicanangkan maka diharapkan dalam kurun waktu lima tahun mendatang misi Kementerian Agama akan dapat diwujudkan.

B. Tujuan.

Untuk mencapai visi dan misi tersebut diatas Kementerian Agama menetapkan 6 tujuan sebagai berikut:

1. Peningkatan kualitas umat beragama, menjalankan ibadah ritual dan sosialnya.

2. Penguatan kualitas moderasi beragama dan kerukunan umat beragama.

3. Peningkatan umat beragama yang menerima layanan keagamaan.

4. Peningkatan peserta didik yang memperoleh layanan pendidikan umum ciri kas agama, pendidikan agama dan pendidikan keagamaan berkualitas.

5. Peningkatan lulusan pendidikan yang produktif dan memiliki daya saing komparatif. Dan

6. Peningkatan budaya birokrasi kepemerintahan yang bersih, melayani dan responsive.

C. Sasaran

Dalam rangka mencapai 6 tujuan sebagaimana yang disebut diatas, Kementerian Agama menetapkan 13 sasaran strategis yang menggambarkan kondisi yang ingin dicapai Kementerian Agama pada tahun 2024 dan masing-masing diindikasikan, masing-masing indikator capaian yang sekaligus menjadi indikator kinerjanya adalah sebagai berikut:

1. Tujuan pertama, peningkatan kualitas umat beragama dalam menjalankan ibadah ritual dan sosial dapat tercapai dengan sasaran strategis sebagai berikut yaitu kita gunakan kode (SS1) sasaran strategis, sasaran strategisnya adalah meningkatnya kualtias pemahaman pengamalan ajaran agama indikatornya adalah kesholehan umat beragama

(9)

9

2. Tujuan kedua tentang penguatan kualitas moderasi beragama dan kerukunan umat beragama dapat dicapai dengan sasaran strategis sebagai berikut: yaitu dengan kode SS2 (sasaran strategisnya adalah meningkatnya moderasi beragama dan kerukunan umat beragama, indikatornya adalah indeks kerukunan umat beragama. Yang kita kasih kode SS3 meningkatnya keselarasan relasi agama dan budaya, sedangkan indikatornya adalah tingkat penerimaan umat beragama atas keragaman budaya.

3. Tujuan ketiga yaitu peningkatan umat beragama yang menerima layanan keagamaan dapat tercapai dengan sasaran strategis sebagai berikut, kita berika kodes SS4 sasaran strategisnya adalah meningkatnya kualitas pelayanan kehidupan beragama, indikator kinerjanya pertama, indeks kepuasan layanan KUA, kedua tingkat kepuasan layanan sertifikasi produk halal, dan ketiga indeks kepuasan layanan ibadah haji. Kita akan berikan kode SS5 sasaran strategisnya adalah meningkatnya pemanfaatan ekonomi keagamaan umat, indikatornya presentase peningkatan dana sosial keagamaan untuk menunjang layanan pendidikan dan keagamaan.

4. Tujuan empat peningkatan peserta didik yang memperoleh layanan pendidikan umum berciri kas agama, pendidikan agama dan pendidikan keagamaan berkualitas dapat dicirikan dengan tercapainya sasaran strategis sebagai berikut, kita berikan kode SS6 sasaran strategisnya adalah meningkatnya kualitas pembelajaran dan pengajaran. Indikator kinerjanya satu presentase siswa diatas batas kompensasi minimal dalam test assessment dan kompetensi yang meliputi literasi dan numerasi. Kedua presentase siswa diatas batas kompetensi minimal dalam test bisa membaca, matematika dan saign. Kita berikan kode SS7 adalah sasaran strategisnya meningkatnya kualitas pemerataan akses pendidikan, indikator kinerjanya adalah APKRA Pratama Widya, Pasraman, Taman Seminary, Nafa, Darma Seka, kedua APK. MI, ULA, SDTK, Adiwidya, Pasraman. Ketiga APK, MTs, Futsa, SMPTK, Madiama, Widya Pasraman, keempat APK, MA, ULIA, SMTK, SMAK, Widya, Pasraman. Kelima APM MI, ULA, SDTK, Adi Widya, Pasraman. Keenam APM, MTs, Futsa, SMPTK, Vadiama, Widyama, Pasraman. Ketujuh APM MA, ULIA, SMTK, SMAK, Utama, Widya, Pasraman, kedelapan APK, PTK, Mahat Ali. Ini meliputi semua agama. Kami kasih kode dengan SS8 adalah sasaran strategisnya meningkatnya pengelolaan dan penempatan pendidik. Indikatornya rasio guru terhadap siswa yang memenuhi SNT-nya. SS9 meningkatnya kualitas jaminan mutu pendidikan, ini meliputi indikator kinerjanya satu presentase MI, ULA, SDTK, Adi Widya Pasraman yang terakreditasi B. dua presentase MTs, Futsa, SMPTK, Madya Widya Pasraman yang terakreditasi B. Tiga presentase MA, ULIA, SNTK, SMAK, Utama Widya Pasraman yang terakreditasi B. Keempat

(10)

10

presentase PTK, Ma’at Ali yang terakreditasi A atau unggul. Kode SS10 meningkatnya kualitas mental atau karakter siswa ini indikatornya adalah indeks karakter siswa.

5. Tujuan kelima peningkatan kelulusan pendidikan yang produktif dan memiliki daya saing komparatif dapat dicirikan dengan tercapainya sasaran strategis sebagai berikut. Kode SS11 sasaran strategisnya adalah menguatnya pendidikan tinggi yang berkualitas. Indikator kinerja satu presentase PTKI yang memiliki prodi dalam kelas internasional. Dua presentase kelulusan PTKI yang bekerja dalam jangka waktu satu tahun setelah kelulusan. Ketiga presentase jumlah ilmiah terakreditasi internasional.

6. Tujuan enam peningkatan budaya birokrasi kepemerintahan yang bersih, melayani dan responsive dapat dicirikan dengan tercapainya sasaran strategis sebagai berikut. Kode SS12 sasaran strategis meningkatnya kualitas tata kelola pemerintahan yang efektif transparan dan akuntabel. Indikator kinerjanya satu predikat opini laporan keuangan, kedua nilai reformasi birokrasi. Kode SS13 meningkatnya kualitas penelitian, pengembangan dan kebijakan, indikatornya adalah presentase penelitian yang dijadikan dasar kebijakan policy

paper.

D. Tentang program

Dalam rangka efektivitas dan efisiensi anggaran serta agar hasil APBN langsung dirasakan masyarakat Kementerian PPN Bappenas bersama dengan Kementerian dan Lembaga terkait telah melakukan restrukturisasi program pada masing-masing kementerian dan lembaga termasuk Kementerian Agama.

Berdasarkan surat edaran bersama Menteri Keuangan S375 MK.02/2020 dan Menteri PPN Kepala Bappenas nomor B308 M. PPN D.8 PP0403/05/2020 tanggal 8 Mei 2020 tentang data program Kementerian atau lembaga Tahun Anggaran 2021 Kementerian Agama untuk Tahun Anggaran 2021 telah melakukan restrukturisasi 12 program menjadi 5 program sebagaimana table sebagai berikut.

Table 1

Perbandingan program Kementerian Agama tahun 2020 dan 2021. Tahun 2020 ada 12 program tahun 2021 hanya ada 5 program. 1. Dukungan menejemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya. 2. Kerukunan umat beragama. (dua program ini tetap masih ada

satu dukungan menejemen kedua kerukunan umat dan layanan beragama, kami tajamkan dengan layanan beragama)

3. Pengawasan dan peningkatan akuntabilitas aparatur, ini semua kami bacakan dulu.

4. B imbingan masyarakat islam. 5. Pendidikan islam.

(11)

11

7. Bimbingan masyarakat katholik. 8. Bimbingan masyarakat hindu. 9. Bimbingan masyarakat budha. 10. Penyelenggaraan haji dan umroh.

11. Penelitian pengembangan dan pendidikan pelatihan.

12. Penyelenggaraan jaminan produk halal menjadi tiga program yaitu, pendidikan tinggi, kualitas pengajaran pembelajaran, kelima pendidikan anak usia dini dan wajib belajar 12 tahun. Dari lima program tersebut diatas program kerukunan umat dan layanan kehidupan beragama merupakan program kekasan kementerian yang tidak diselenggarakan oleh kementerian dan lembaga lain. Sedangkan empat program lainnya merupakan program yang diselenggarakan juga oleh Kementerian dan lembaga lainnya.

Adapun kegiatan yang diselenggarakan oleh lima program tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tentang program dukungan menejemen, penyelenggaraan program ini terkait erat dengan pelaksanaan kebijakan peningkatan kualitas tata kelola khususnya dalam:

1) Pelaksanaan belanja pegawai dan barang operasional Kementerian Agama.

2) Meningkatkan koordinasi pelaksanaan tugas dan fungsi pembinaan, pemberian dukungan menejemen disemua unit kerja dan organisasi.

3) Meningkatkan kinerja aparatur Kementerian Agama melalui penyelenggaraan dan pengawasan yang efektif.

4) Menyediakan hasil penelitian dan pengembangan sebagai landasan bagi perumusan kebijakan. Dan

5) Meningkatkan kualitas aparatur Kementerian Agama melalui pendidikan dan pelatihan.

Berkenaan dengan kondisi diatas maka pelaksanaan program dukungan menejemen ini dilaksanakan oleh seluruh unit Eselon I dilingkungan Kementerian Agama, dari tingkat pusat, instansi fertikal sampai tingkat unit pelaksana teknis.

2. Tentang program kerukunan umat dan layanan umat beragama. Program ini merupakan program kas Kementerian Agama yang diselenggarakan dalam rangka pelaksanaan kebijakan dan fungsi:

1) Memperkukuh kerukunan hidup umat beragama dalam bingkai negara kesatuan republik Indonesia. Dan

2) Meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran agama, peningkatan pelajaran pelayanan agama dan penguatan pengelolaan potensi ekonomi keagamaan masyarakat.

3) Menyelenggarakan ibadah haji yang dan pemantauan terhadap penyelenggaraan umroh dan haji khusus dalam rangka mewujudkan kepuasan jamaah baik dari sisi

(12)

12

pembinaan, pelayanan maupun perlindungan kepada jamaah. dan

4) Meningkatkan pelayanan dan penjaminan produk halal kepada masyarakat. Program kerukunan umat dan pelayanan umat beragama ini dilaksanakan oleh seluruh unit Eselon I yang memberikan pelayanan keagamaan seluruh agama, termasuk sekretariat jenderal yang menaungi layanan keagamaan konghucu.

3. Tentang program pendidikan tinggi, program pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama merupakan program yang dilakukan untuk meningkatkan akses, mutu, relevansi dan daya saing pendidikan tinggi keagamaan yang berada dilingkungan Kementerian Agama.

Tujuan pendidikan keagamaan adalah mengembangkan potensi mahasiswa untuk mengkaji ilmu agama yang berwawasan integrase ilmu, memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Penyelenggaraan program ini diselenggarakan oleh seluruh unit-unit Eselon I Kementerian Agama yang memiliki perguruan tinggi keagamaan, baik negeri maupun swasta termasuk dalam hal ini adalah Ma’at Ali.

4. Program kualitas pengajaran dan pembalajaran, penyelenggaraan program ini terkait erat dengan kebijakan dalam hal peningkatan kualitas pendidikan, dari sisi komponen-komponen pembelajaran dan pengajaran yang meliputi kurikulum, tujuan, guru, mahasiswa, materi, metoda, media dan evaluasi pada satuan-satuan pendidikan dilingkungan Kementerian Agama pada jenis pendidikan umum yang berciri kas agama, pendidikan agama di sekolah umum dan pendidikan keagamaan, pada jalur pendidikan formal dan non formal untuk jenjang tingkat dasar dan menengah pada semua agama.

Program ini diselenggarakan oleh Dirjen pendidikan Islam, Dirjen-dirjen Bimas Kristen, Katholik, Hindu dan Budha yang memiliki lembaga dan satuan pendidikan keagamaan baik negeri maupun swasta, serta memiliki guru-guru agama yang disekolah umum. 5. Program pendidikan anak usia dini atau PAUD dan wajib belajar 12

tahun, penyelenggaraan program PAUD dan Wajar 12 tahun berkenaan dengan upaya peningkatan akses dan mutu pendidikan anak usia dini dan pendidikan bagi peserta didik pada satuan pendidikan tingkat dasar dan menengah yang berada dilingkungan Kementerian Agama.

Satuan-satuan pendidikan tersebut antara lain RA, BA, Taman seminari, Pratama Widya Pasraman, dan Nafa Darmaksesa, MI, MTs, Nefa pendidikan diniyah formal, madrasyah diniyah, ULA,

(13)

13

Wutsa dan Ulia, SDTK, SMPTK, SMATK dan SMAK, serta Adi, Madyama dan Utama Madya Pasraman. Program ini diselenggarakan oleh seluruh unit-unit Eselon I Kementerian Agama yang memiliki satuan-satuan pendidikan sebagaimana tersebut diatas, yaitu Dirjen Pendidikan Islam, Dirjen Bimas Kristen, Bimas Katholik, Bimas Hindu dan Bimas Budha, serta pusat bimbingan dan pendidikan Konghucu.

Berikut adalah table program dalam unit-unit Eselon I yang jadi penanggungjawab program.

Tabel 2

Program dan unit Eselon I penanggungjawab program.

Pertama dukungan menejemen, penanggungjawabnya adalah seluruh unit Eselon I.

Kedua kerukunan umat dan layanan beragama penanggungjawabnya adalah Sekretariat Jenderal dan Dirjen Bimas Islam, Dirjen Bimas Kristen, Dirjen Bimas Katholik, Dirjen Bimas Hindu, Dirjen Bimas Budha, Dirjen PHU dan Badan Penyelenggara BPH.

Ketiga program pendidikan tinggi, penanggungjawabnya adalah Dirjen Pendidikan Islam, Dirjen Bimas Kristen, Dirjen Bimas Katholik, Dirjen Bimas Hindu, Dirjen Bimas Budha.

Keempat tentang program kualitas pengajaran dan pembelajaran, penanggungjawabnya adalah Sekjen, Dirjen Pendidikan Islam, Dirjen Bimas Kristen, Dirjen Bimas Katholik, Dirjen Bimas Hindu, Dirjen Bimas Budha.

Kelima tentang program PAUD dan Wajar 15 tahun, wajib belajar 12 tahun penanggungjawabnya adalah Sekretariat Jenderal, Dirjen Pendidikan Islam, Dirjen Bimas Kristen, Dirjen Bimas Katholik, Dirjen Bimas Hindu, Dirjen Bimas Budha.

Ketiga kami laporkan tentang RAPBN dan RKP Tahun 2021 Kementerian Agama Republik Indonesia.

a. Tentang Pagu indikatif Kementerian Agama tahun 2021, surat bersama Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor S-376/MK/02/2020 dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor B-310/MPPND.8.PP0402/05/2020 tanggal Mei 2020 tentang Pagu Indikatif belanja Kementerian dan Lembaga tahun anggaran 2021. Menetapkan pagu indikatif Tahun 2020 Kementerian Agama adalah sebesar Rp66.673.486.995.000,-. Pagu Indikatif Tahun 2021 Kementerian Agama secara umum mengalami kenaikkan sebesar Rp1.612.538.300.000,- bila dibandingkan dengan alokasi anggaran Kementerian Agama Tahun 2020 sebesar Rp 65.060.948.695.000,-. Jika dibandingkan dengan postur anggaran Kementerian Agama tahun 2020 setelah adanya penghematan berdasarkan peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2020 tentang perubahan postur dan rincian APBN Tahun Anggaran 2020 maka pagu indikatif Tahun

(14)

14

2021 Kementerian Agama mengalami kenaikkan sebesar Rp2.997.698.016.000,-.

Meskipun demikian pagu indikatif tahun 2021 dipandang belum sepenuhnya mengakomodasi kebutuhan Kementerian Agama yang usulannya telah disampaikan kepada Menteri Keuangan dan Menteri PPN Kepala Bappenas. Untuk menyikapi pagu ini Kementerian Agama telah menyampaikan surat tentang penyesuaian usulan tambahan pagu indikatif Tahun 2021 Kementerian Agama kepada Menteri Keuangan dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Kepala Bappenas melalui surat Nomor B.176.MK.KU 00.2/06/2020 tanggal 20 Juni 2020. 1. Anggaran pagu indikatif berdasarkan sumber dana.

Pagu indikatif Kementerian Agama Tahun 2021 berasal dari berbagai sumber pendanaan, yaitu rupiah murni, rupiah murni pendamping, pendapatan negara bukan pajak Kementerian Agama, ulangi bukan pajak Kementerian Agama, dana yang dihasilkan dari Badan Layanan Umum, dana pinjaman atau hibah luar negeri, dan dana surat berharga syari’ah negara, rincian sumber dana dimaksud adalah sebagaimana pada tabel 3 sebagai berikut.

Pertama tentang rupiah murni, jumlahnya 88,23% angkanya adalah Rp58.823.691.109.000,-.

Kedua penerimaan negara bukan pajak jumlahnya 2,74% yaitu Rp1.826.194.174.000,-.

Ketiga dari Badan Layanan Umum jumlahnya 3% yaitu Rp2.003.517.522.000,-.

Keempat dari Pinjaman luar negeri jumlahnya Rp660.366.917.000,- (0,99%).

Kelima dari surat berharga syari’ah negara jumlahnya mencakup 5,01% angkanya Rp3.341.281.273.000,-.

Keenam sedangkan rupiah murni pendamping hanya 0,03% yaitu Rp18.436.000.000,-.

Jumlah keseluruhannya tadi adalah Rp66.673.486.995.000,-.

Sebagian besar sumber dana yang digunakan untuk membiayai pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian Agama bersumber dari rupiah murni, yaitu sebesar Rp58.823.691.109.000,- (88,23%) dari total sumber dana pagu indikatif Tahun 2021 Kementerian Agama. Nilai rupiah murni ini mengalami peningkatan sebesar 0,99% dari anggaran Kementerian Agama Tahun 2020, atau naik sebesar Rp575.067.508.000,-.

Sumber dana pembiayaan kegiatan Kementerian Agama selanjutnya ada sumber dari PNBP, besarnya Rp1.826.194.174.000,- (2,74%) dari total pagu indikatif. Dana tersebut berasal dari hasil pelayanan pencatatan nikah di Balai Nikah atau KUA, pelayanan pendidikan tinggi diperguruan tinggi negeri, dan pelayanan penggunaan fasilitas jasa asrama haji, nilai PNBP ini yaitu penerimaan negara bukan pajak mengalami peningkatan yang cukup besar yaitu 18%. Dari besaran anggaran

(15)

15

PNPB Kementerian Agama Tahun 2020, atau naik sebesar Rp278.558.547.000,-.

Sumber dana BLU sebesar Rp2.003.517.522.000,- (3%) dari total pagu indikatif berasal dari layanan pendidikan pada 16 perguruan tinggi keagamaan negeri yang berstatus BLU. Besaran BLU ini mengalami peningkatan yaitu 12,7% dari besaran anggaran BLU Kementerian Agama tahun 2020 sebesar Rp1.777.764.148.000,-. Atau naik sebesar Rp225.753.374.000,-.

Kementerian Agama juga dapat sumber dana dari pinjaman luar negeri atau PLN sebesar Rp660.366.917.000,- (0,99%) dari total pagu indikatif yang digunakan untuk meningkatkan aksetabilitas dan kualitas perguruan tinggi keagamaan negeri.

Sumber dana lainnya berasal dari SBSN sebesar Rp3.341.281.273.000,- (5,01%) dari total pagu indikatif yang digunakan untuk membiayai peningkatan sarana KUA atau balai nikah, asrama haji, pusat layanan haji terpadu kabupaten/kota, madrasah negeri, perguruan tinggi keagamaan negeri dan pusat layanan jaminan produk halal. Secara umum besaran SBSN mengalami peningkatan sebesar Rp432.607.690.000,-. Untuk Tahun 2021 sumber pendanaan berupa rupiah murni pendamping dialokasikan sebesar Rp18.436.000.000,- (0,03%) dari total pagu indikatif Tahun 2021.

Pada APBN 2020 sumber dana RMP dialokasikan (Rupiah Murni Pendamping) maksudnya dialokasikan sebesar Rp269.374.385.000,-. Perbandingan alokasi anggaran Tahun 2020 dengan pagu indikatif Tahun 2021 Kementerian Agama berdasarkan sumber dana dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini. Tabel 4

Pertama tentang (RM) rupiah murni alokasi anggaran 2020 adalah Rp58.248.623.601.000,-. Indikatif Tahun 2021 Rp58.823.691.109.000,- dengan selisihnya adalah kenaikan Rp575.067.508 atau kenaikkan 0,99%.

Kedua dari sumber PNBP Rp1.547.605.627.000,- indikatif Rp1.826.019.174.000,- sehingga ada selisih tambah Rp278.588.547.000,- atau kenaikkan 18%.

BLU Rp1.777.764.148.000,- sedangkan indikatif 2021 Rp2.003.517.522.000,- ada kenaikkan Rp225.753.374.000,- atau kenaikkan 12,7%.

Untuk PLN (pinjaman luar negeri) alokasinya itu untuk 2020 adalah Rp308.907.351.000,- indikatif 2021 menjadi Rp660.366.091.000,- sehingga ada selisih kenaikkan Rp351.459.566.000,- atau kenaikan 113,78%. SBSN alokasi 2020 Rp2.908.673.583.000,- indikatif Rp3.341.281.273.000,- jadi ada kenaikkan sebesar Rp432.607.690.000,- atau kenaikan 14,87%.

RMP ini malah terjadi penurunan yaitu alokasi 2020 adalah Rp269.374.385.000,- indikatif 2021 menjadi Rp18.436.000.000,- jadi ada perbedaan kekurangan Rp.250.938.385.000,- atau kurang 93%.

(16)

16

Dengan demikian secara keseluruhan APBN 2020 alokasi anggaran 2020 adalah Rp65.060.948.695.000,- menjadi indikatif di Tahun 2021 sebesar Rp66.673.486.995.000,- atau ada selisih kenaikkan Rp1.612.538.300.000,- atau kalau dihitung presentasenya ada kenaikkan 2,48%.

2. Anggaran pagu indikatif berdasarkan fungsi.

Pagu indikatif Tahun 2021 Kementerian Agama akan dimanfaatkan untuk membiayai berbagai program dan kegiatan yang tercakup dalam dua fungsi yang menjadi tugas Kementerian Agama. Yaitu fungsi agama dan fungsi pendidikan, dibidang fungsi agama indikatif 2021 adalah sebesar Rp11.079.586.995.000,- atau (16,62%), sedangkan dibidang pendidikan Rp55.593.900.000.000,- atau (83,38%). Jumlah keseluruhan sama dengan sebelumnya adalah Rp66.673.486.995.000,-.

Berdasarkan surat bersama Menteri Keuangan dan Menteri PPN Kepala Bappenas tersebut diatas berdasarkan pagu indikatif untuk fungsi agama sebesar Rp11.079.586.995.000,- atau (16,62%) dari total pagu indikatif Tahun 2021. Anggaran fungsi agama akan dimanfaatkan untuk merumuskan, menetapkan dan melaksanakan kebijakan dalam urusan agama, termasuk upaya peningkatan pelayanan keagamaan yang adil dan merata. Kami akan terus berupaya untuk memberikan kontribusi dalam peningkatan kualitas kesholehan umat beragama untuk mencapai visi masyarakat yang sholeh yang diperkuat melalui program moderasi beragama. Diharapkan melalui program moderasi beragama kesholehan akan terwujud baik dalam kesholehan pribadi, maupun juga kesholehan sosial.

Selanjutnya pagu indikatif fungsi pendidikan di Kementerian Agama adalah Rp55.593.900.000.000,- atau 83,38% dari total pagu indikatif tahun 2021 Kementerian Agama. Anggaran fungsi ini akan digunakan untuk melaksanakan tugas dan fungsi Kementerian Agama dibidang pendidikan yaitu meningkatkan aksesibilitas dan kualitas pendidikan umum berciri agama. Pendidikan agama pada satuan pendidikan umum, dan pendidikan keagamaan, serta meningkatkan relevansi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat, dan meningkatkan daya saing lembaga tinggi keagamaan. Pelaksanaan fungsi ini diharapkan dapat menghasilkan peserta didik yang cerdas, yang dapat berkontribusi dalam menciptakan masyarakat yang cerdas pula.

Pada pagu indikatif 2021 anggaran fungsi agama mengalami peningkatan sebesar 12,95% atau Rp1.270.032.699.000,-. Dan anggaran funsi pendidikan mengalami peningkatan sebesar 3,21% atau Rp1.727.635.317.000,-. Jadi dibandingkan pagu harian 2020 Kementerian Agama berdasarkan fungsi.

Tabel 6 tentang perbandingan alokasi anggaran tahun 2020 dengan pagu indikatif tahun 2021 berdasarkan fungsi.

(17)

17 Tabel 6

Pertama a. fungsi agama alokasi anggaran 2020 adalah Rp10.090.768.637.000,- sedangkan indikatif 2021 sebesar Rp11.079.584.995.000,- atau ada selisih sebesar Rp988.818.358.000,- atau kenaikkan 9,8%.

Untuk di fungsi pendidikan alokasi anggaran 2020 adalah Rp54.900.180.058.000,- sedangkan pagu indikatif Tahun 2021 Rp5.593.900.000.000,- selisihnya Rp623.719.942.000,- atau ada kenaikkan 1,13%. Jumlahnya kalau anggaran kalau alokasi anggaran tahun 2020 adalah Rp65.060.948.695.000,- indikatif Tahun 2021 Rp66.673.486.995.000,- ada selisih kenaikkan Rp1.612.538.300.000,- atau kenaikkan 2,48%.

3. Anggaran pagu indikatif berdasarkan program, pagu indikatif yang disampaikan kepada Menteri Agama melalui surat bersama Menteri Keuangan dan Menteri PPN Kepala Bappenas sebagaimana tersebut diatas menetapkan jumlah program Kementerian Agama dan besaran anggaran masing-masing program sebagaimana tabel 7 adalah sebagai berikut.

Tabel 7

Pagu indikatif Kementerian Agama Tahun 2021 berdasarkan program:

Satu program dukunga menejemen jumlahnya adalah Rp35.577.022.081.000,- atau (53,36%).

Kedua program kerukunan umat dan layanan kehidupan beragama Rp3.271.636.867.000,- atau (4,91%).

Ketiga Pendidikan Tinggi Rp.6.257.138.929.000,- atau (9,38%). Keempat tentang kualitas pengajaran dan pembelajaran Rp6.911.073.877.000,- atau (10,73%).

Kelima pendidikan usia dini dan wajib belajar 12 tahun sebesar Rp14.656.615.241.000,- atau (21,98%).

Jumlah adalah Rp66.673.486.995.000,-.

Program dukungan menejemen merupakan program yang secara garis besar difungsikan untuk penyelenggaraan seluruh belanja operasional Kementerian Agama yang pengelolaannya terdapat diseluruh satuan kerja di Kementerian Agama. Program ini juga lintas fungsi karena memuat anggaran fungsi agama dan fungsi pendidikan. Dengan demikian seluruh unit Eselon I memiliki kontribusi dalam pengelolaan anggaran program dukungan menejemen.

Dibidang pendidikan terdapat tiga program yang dikelola Kementerian Agama, yaitu program pendidikan tinggi, program kualitas pengajaran dan pembelajaran, dan program pendidikan anak usia dini dan wajib belajar 12 tahun. Ketiga program tersebut merupakan shear programs atau program yang juga dikelola oleh kementerian atau lembaga lain selain Kementerian Agama.

(18)

18

Adapun program kerukunan umat dan layanan kehidupan beragama yang ditetapkan mengelola anggaran sebesar Rp3.271.636.867.000,- merupakan program kekhasan Kementerian Agama yang tidak dimiliki oleh kementerian atau lembaga lain. Sehingga secara substansif dan implementasi Kementerian Agama adalah leading sektor program ini. secara khusus kami ingin sampaikan bahwa dari Rp66 triliun lebih pengelolaan anggaran untuk program kerukunan umat dan layanan kehidupan beragama yang merupakan fungsi khas Kementerian Agama hanya sebesar 4,91% dari keseluruhan anggaran pagu indikatif Tahun 2021. Anggaran ini akan dipergunakan untuk mewujudkan kerukunan umat beragama dan meningkatkan layanan kehidupan beragama. Anggaran ini relative sangat kecil dibandingkan layanan yang harus diberikan kepada umat dari lahir sampai ke liang lahat.

4. Anggaran pagu indikatif berdasarkan jenis pengeluaran.

Jenis pengeluaran atau belanja merupakan anggaran pembiayaan kegiatan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan tugas penyelenggaraan fungsi dan implementasi program-program Kementerian Agama secara umum jenis pengeluaran yang dipergunakan untuk membiayai kegiatan ada tiga kelompok yaitu. a. Pertama belanja pegawai operasional; pagu indikatif untuk

pengeluaran biaya belanja pegawai operasional sebesar Rp31.342.739.201.000,- atau sebesar (47,01%) dari total pagu indikatif Tahun 2021 Kementerian Agama. Belanja pegawai operasional meliputi pembayaran gaji dan tunjangan lainnya yang melakat pada gaji bagi seluruh pegawai negeri sipil Kementerian Agama yang tersebar diseluruh Indonesia. Belanja pegawai operasional ini digunakan antara lain untuk gaji pokok, dan tunjangan anak, istri atau suami, uang makan, tunjangan kinerja, tunjangan fungsional PNS, tunjangan structural PNS, tunjangan profesi guru PNS, tunjangan profesi dosen PNS, tunjangan kehormatan professor, tunjangan tambahan penghasilan PNS, tunjangan khusus PNS dan lain-lainnya. Belanja pegawai oprasional ini turun sebesar Rp1.677.477.629.000,- atau sebesar (5,08%) dari alokasi anggaran Tahun 2020. Menurunnya anggaran pegawai operasional dapat diasumsikan karena selama ini trens realisasi belanja pegawai operasional tidak terealisasi 100% dari target yang telah ditetapkan sebelumnya, termasuk juga adanya penggunaan anggaran operasional untuk kegiatan yang bersifat non operasional, sehingga menjadikan adanya fanismen, terjadinya kelebihan dalam anggaran operasional dan menyebabkan pengurangan terhadap anggaran tersebut.

b. Belanja barang operasional.

Belanja barang operasional meliputi pembiayaan operasional kantor dan sarana pemeliharaan gedung, pemeliharaan kendaraan operasional, perjalanan dinas, langganan daya dan jasa, serta berbagai kegiatan operasional lainnya. Pagu indikatif

(19)

19

Tahun 2021 untuk pengeluaran belanja barang operasional adalah Rp2.893.157.879.000,- atau sebesar (4,43%) dari total pagu indikatif tahun 2021 Kementerian Agama.

Belanja pegawai operasional ini naik sebesar Rp2.442.893.000,- atau sebesar (0,08%) dari alokasi anggaran Tahun 2020 sebesar Rp2.890.714.986.000,-. Meskipun tidak besar namun meningkatnya anggaran belanja barang operasional dapat dipandang sebagai satu upaya pemenuhan kebutuhan, karena beberapa tahun ini kegiatan operasional perkantoran khususnya di instansi fertikal selalu mengalami kekurangan anggaran perkantoran.

c. Tentang belanja non operasional.

Belanja non operasional adalah pengeluaran Kementerian yang meliputi seluruh pengeluaran pembiayaan kegiatan diluar belanja pegawai dan belanja barang operasional. Antara lain pengeluaran untuk pembiayaan kegiatan prioritas nasional, prioritas kementerian, dan kegiatan lain yang dimuat dalam rencana kerja pemerintah Kementerian Agama. Total anggaran untuk pengeluaran belanja non operasional Kementerian Agama sebesar Rp32.437.589.915.000,- atau (48,65%) dari total pagu indikatif Tahun 2020. Anggaran belanja non operasional ini meningkat sebesar 11,28% dari alokasi anggaran Tahun 2020 sebesar Rp29.150.016.678.000,-. Perbandingan alokasi anggaran Tahun 2020 dengan pagu indikatif Tahun 2021 untuk Kementerian Agama berdasarkan jenis pengeluaran adalah sebagaimana disajikan pada tabel 6 berikut ini.

Tabel 6

Pertama pengeluaran:

Pengeluaran untuk pegawai operasional APBN Tahun 2020 sebesar Rp33.020.216.831.000,- sedangkan indikatif Tahun 2020 adalah sebesar Rp31.342.739.201.000,- jadi berkurang sebesar Rp1.677.477.630.000,- atau berkurang (5,08%).

Tentang untuk barang operasional APBN Tahun 2020 adalah Rp2.890.714.946.000,- pagu indikatif Tahun 2021 Rp2.893.157.879.000,- atau ada kenaikkan Rp2.422.893.000,- atau kenaikkan (0,08%).

Tentang non operasional APBN Tahun 2020 Rp29.150.016.876.000,- atau kalau di indikatif adalah Rp32.437.589.915.000,- selisih ada kenaikkan Rp3.487.573.037.000,- atau kenaikkan (11,28%).

Sehingga jumlah keseluruhan Rp. Pengeluaran adalah kalau APBN Tahun 2020 Rp65.060.948.695.000,- sedangkan indikatif dari Tahun 2021 Rp66.673.486.995.000,- atau ada kenaikkan Rp1.612.538.300.000,- atau kenaikkan (2,48%).

(20)

20

5. Tentang Anggaran Pagu indikatif per unit Eselon I

Berikut di tabel 9 untuk sekretariat jenderal indikatif Tahun 2021 adalah Rp2.280.046.995.000,- atau sejumlah 3,42% dari pagu indikatif.

Inspektorat jenderal Rp170.124.955.000,- atau (0,26%) dari pagu indikatif.

Dirjen Pendidikan Islam sebesar Rp52.265.423.958.000,- atau sebesar (78.39%) dari pagu indikatif.

Dirjen Bimbingan masyarakat Islam sebesar Rp5.757.283.884.000,- atau (8,64%) dari pagu indikatif.

Dirjen Bimbingan Masyarakat Kristen sebesar Rp1.858.190.917.000,- atau (2,78%) dari pagu indikatif.

Dirjen Bimbingan Masyarakat Katholik sebesar Rp880.571.030.000,- atau (1,32%) dari pagu indikatif.

Dirjen Bimbingan Masyarakat Hindu sebesar Rp803.751.044.000,- atau (1,21%) dari pagu indikatif.

Dirjen Bimbingan Masyarakat Budha sebesar Rp272.655.533.000,- atau (0,41%) dari pagu indikatif.

Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umroh sebesar Rp1.596.797.402.000,- atau (2,39%) dari pagu indikatif.

Badan Litbang dan Diklat sebesar Rp693.143.362.000,- atau (1,04%) dari pagu indikatif.

Badan Penyelenggara JPH Jaminan Produk Halal sebesar Rp97.497.915.000,- atau (0,15%) dari pagu indikatif.

Jumlah semua total sebesar Rp66.673.486.995.000,-.

b. Kami sampaikan tentang kegiatan prioritas rencana kerja pemerintah Kementerian Agama Tahun 2021.

Secara umum kegiatan Kementerian Agama berkenaan dengan bidang agama dan bidang pendidikan, namun dalam konteks pembangunan nasional, rencana kerja yang dituangkan oleh sebuah kementerian haruslah memiliki rujukan, mereferensi atau bahkan berkontribusi bagi agenda pembangunan nasional, atau kegiatan prioritas nasional.

Arah kebijakan dan strategi Kementerian Agama mendukung tiga dari tujuh agenda pembangunan nasional yang tertuang dalam RPJMN Tahun 2020 yaitu, agendan nomor tiga meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing. Kemudian agenda nomor empat revolusi mental dan pembangunan berbudaya, dan agenda nomor tujuh memperkuat stabilitas Polhukam, Hubhankam dan transpormasi pelayanan publik.

Arah kebijakan nasional dalam meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing dilakukan melalui strategi yang kemudian menjadi program prioritas sebagai berikut: 1. Mengendalikan pertumbuhan penduduk dan memperkuat tata

kelola kependudukan;

(21)

21

3. Meningkatkan pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta;

4. Meningkatkan pemerataan pelayanan pendidikan berkualitas; 5. Meningkatkan kualitas anak perempuan dan pemuda;

6. Mengentaskan kemiskinan;

7. Meningkatkan produktifitas dan daya saing.

Arah kebijakan nasional dalam revolusi mental dan pembangunan kebudayaan dilakukan melalui strategi yang kemudian menjadi program prioritas sebagai berikut:

1. Revolusi mental dan pembinaan idiologi Pancasila; 2. Meningkatkan pemajuan dan pelestarian kebudayaan; 3. Memperkuat moderasi beragama;

4. Meningkatkan budaya literasi, inovasi dan kreatifitas bagi terwujudnya masyarakat berpengetahuan dan berkarakter; Arah kebijakan nasional dalam stabilitas Polhukhankam dan transpormasi pelayanan public dilakukan melalui strategi yang kemudian menjadi program prioritas sebagai berikut:

1. Konsolidasi demokrasi;

2. Optimalisasi kebijakan luar negeri; 3. Penegakan hukum yang mantap; 4. Reformasi birokrasi dan tata kelola; 5. Menjaga stabilitas keamanan nasional.

Berdasarkan tugas dan fungsinya Kementerian Agama mendukung lima program prioritas dari 16 program piroritas diatas yang kemudian dijabarkan dalam 18 kegiatan prioritas dengan rincian sebagai berikut:

1. Peningkatan kualitas pengajaran dan pembelajaran;

2. Peningkatan pemerataan proses layanan pendidikan disemua jenjang, dan percepatan pelaksanaan wajib belajar 12 tahun; 3. Peningkatan professionalisme, kualitas pengelolaan, dan

penempatan pendidik dan tenaga kependidikan yang merata. 4. Penguatan penjamin mutu pendidikan untuk meningkatkan

pemerataan kualitas layanan antar satuan pendidikan, dan antar wilayah;

5. Peningkatan tata kelola pembangunan pendidikan strategi pembiayaan dan peningkatan efektifitas pemanfaatan anggaran pendidikan;

6. Pendidikan dan pelatihan fokasi berbasis kerja sama industri; 7. Penguatan pendidikan tinggi berkualitas;

8. Revolusi mental dalam system pendidikan untuk memperkuat nilai integritas, etos kerja, gotong royong, dan budi pekerti; 9. Revolusi mental dan tata kelola pemerintahan untuk penguatan

budaya birokrasi yang bersih, melayani dan responsive;

10. Penguatan cara pandang, sikap dan praktek beragama dalam presfektif jalan tengah untuk memantapkan persaudaraan, dan kebersaamaan di kalangan umat beragama.

(22)

22

11. Penguatan harmoni dan kerukunan umat beragama; 12. Penyelarasan relasi agama dan budaya;

13. Peningkatan kualitas pelayanan kehidupan beragama;

14. Pengembangan ekonomi umat dan sumber daya keagamaan, 15. Menejemen ASN;

16. Penataan kelembagaan dan proses bisnis; 17. Reformasi system akuntabilitas kinerja; 18. Transpormasi pelayanan publik.

Ke 18 kegiatan prioritas ini dijadikan sebagai rujukan Kementerian Agama melalui unit-unti Eselon I yang ada dalam menyusun rencana pelaksanaan anggaran dan tertuang dalam rencana kerja Kementerian Agama.

c. Usulan anggaran tambahan pagu indikatif Tahun 2021.

Kementerian Agama telah menindaklanjuti penetapan pagu indikatif Tahun 2021 yang ditetapkan berdasarkan surat bersama Menteri Keuangan dan Menteri PPN Bappenas, dengan melakukan telaah dan kajian serta pembahasan dengan Kementerian Keuangan dan Bappenas melalui mekanisme pertemuan tiga pihak. Disamping juga beberapa kali pertemuan di internal Kementerian Agama. Dalam pertemuan dan pembahasan tersebut Kementerian Agama memandang pagu indikatif Tahun 2021 belum memadai untuk membiayai sejumlah kegiatan termasuk kegiatan menjadi prioritas di Tahun 2021.

Mengingat masih terdapatnya beberapa kegiatan yang belum terbiayai, atau pemberian anggaran yang dipandang masih kurang, serta perlu adanya penyesuaian anggaran antar program, Menteri Agama melalui surat Nomor B-176/MA/KU.00.2/06/2020 tanggal 20 Juni 2020 mengajukan usulan penyesuaian dan tambahan anggaran sebesar Rp3.836.824.257.000,- sehingga anggaran Kementerian Agama akan menjadi Rp70.510.311.252.000,- adapun usulan rinciannya adalah sebagai berikut:

Sekretariat Jenderal indikatifnya Rp2.280.046.995.000,- kami mengajukan usulan tambahan Rp160.083.424.000,-.

Untuk Inspektorat Jenderal indikatifnya adalah Rp170.124.955.000,- kami mengusulkan tambahan sebesar Rp8.697.104.000,-.

Kemudian Dirjen Pendidikan Islam indikatifnya adalah Rp52.265.423.958.000,- kami mengusulkan untuk tambahan anggaran Rp1.394.280.064.000,-.

Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam indikatifnya adalah Rp5.757.283.884.000,- kami mengusulkan tambahan anggaran sebesar Rp1.200.000.000.000,-.

Dirjen Bimbingan Masyarakat Kristen indikatifnya adalah sebesar Rp1.856.190.917.000,- kami mengusulkan tambahan anggaran sebesar Rp158.988.724.000,-.

(23)

23

Dirjen Bimbingan Masyarakat Katholik indikatifnya adalah sebesar Rp880.571.030.000,- kami mengusulkan untuk mendapatkan tambahan sebesar Rp482.225.541.000,-.

Dirjen Bimbingan Masyarakat Hindu indikatifnya adalah sebesar Rp803.751.044.000,- kami usulkan tambahan Rp72.711.680.000,-. Dirjen Bimbingan Masyarakat Budha indikatifnya adalah sebesar Rp272.655.533.000,- kami usulkan untuk mendapatkan tambahan sebesar Rp142.629.234.000,-.

Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umroh indikatifnya Rp1.596.797.402.000,- kami usulkan untuk mendapatkan tambahan Rp94.716.883.000,-

Badan Litbang dan Diklat indikatifnya sebesar Rp693.143.362.000,- kami usulkan mendapatkan tambahan Rp122.489.603.000,-.

Badan Penyelenggaraan Jaminan Produk Halal indikatifnya sebesar Rp97.497.915.000,- kami tidak ajukan tambahan.

Sehingga dengan demikian indikatif Rp66.673.486.995.000,- kami usulkan tambahan Rp3.836.824.257.000,-.

Dengan demikian kalau dipenuhi menjadi Rp70.510.311.252.000,-. Berikut uraian usulan tambahan masing-masing Eselon I tersebut. 1. Tentang Sekretariat Jenderal yang masih memerlukan anggaran

tambahan sebagaimana kami sebut tadi Rp160.083.424.000,- ini akan digunakan antara lain untuk:

a. Pemenuhan untuk pembayaran gaji dan tunjangan lainnya PNS, karena besaran pagu indikatif 2021 lebih kecil dari realisasi anggaran Tahun 2019 untuk pembayaran gaji dan tunjangan lainnya PNS.

b. Untuk pemenuhan pembayaran bandwich PPN dan DRC yang sebelumnya tidak dialokasikan dalam belanja operasional.

c. Pemberian insentif bagi 10 penyuluh agama konghucu honorer dan guru agama konghucu honorer.

Selain itu sebagai koordinator dan fasilitator memberikan dukungan terhadap pelayanan fungsi agama dan fungsi pendidikan, sekretariat memerlukan dukungan anggaran yang berasal dari fugnsi pendidikan dalam rangka memfasilitasi tata kelola bidang pendidikan.

2. Inspektur Jenderal tadi kami ajukan tambahan sebesar Rp8.697.104.000,- yang akan digunakan untuk pembiayaan pendampingan proyek strategis sebanyak 2 semester dan review PNBP, KUA Kecamatan, pembiayaan untuk penggantian kendaraan dinas pimpinan, integrasi aplikasi sistem monitoring pengawasan, dan up grade alat pengolah data di Inspektur Jenderal.

3. Direktorat Jenderal Pendidikan Islam memerlukan anggaran tambahan sebesar Rp1.394.280.064.000,- yang akan dipergunakan antara lain:

a. Bantuan pondok pesantren dan lembaga keagamaan; b. Bantuan Madrasah swasta;

(24)

24

d. Operasional dan bea siswa MAN keagamaan;

e. Pengadaan tanah di PTKIN, dan sarana kelas PTKIS;

f. Kenaikkan unit kos BOP pondok pesantren dari Rp20.000.000,- ke Rp40.000.000,- per lembaga;

g. Pembayaran terhutang PPG non PNS Tahun 2018 – 2019; h. Operasional dan pembangunan Universitas Islam

Internasional;

i. Sarana dan prasarana madrasah negeri; j. Operasional MAN IC;

k. Kualitas penyelenggaraan perguruan tinggi;

l. Kualitas pembelajaran dilembaga keagamaan Islam; m. Kualitas pembelajaran di madrasah;

n. Bea siswa mahasiswa dan siswa;

o. Kualitas pengajaran dan pembelajaran di PHI;

p. Kegiatan nasional misalnya hari santri, KSN, Pramuka, hari guru dan lain sebagainya.

q. Kegiatan penunjang lainnya.

4. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam memerlukan tambahan anggaran sebesar Rp1.200.000.000.000,- yang akan digunakan untuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan antara lain: a. Pengadaan lahan untuk KUA Kecamatan;

b. Pelaksanaan bimbingan perkawinan;

c. Bantuan operasional Baznas tingkat Provinsi, Kabupaten dan Kota;

d. Bantuan untuk Badan Wakaf Indonesia Pusat; e. Peningkatan kompetensi penyuluh agama Islam; f. Pemberian bantuan untuk masjid dan mushola, dan

g. Untuk pemenuhan keuangan kepada belanja operasional dan pemeliharaan kantor dilingkungan unit Bimas Islam. 5. Direktoral Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen memerlukan

tambahan anggaran sebesar Rp158.984.724.000,- yang akan dipergunakan untuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a. Pemenuhan anggaran belanja operasional khususnya pada belanja pegawai operasional;

b. Pemenuhan kebutuhan anggaran untuk pelaksanaan event pesta rawi nasional Tahun 2021;

c. Tambahan kebutuhan anggaran pada out put rumah ibadah Kristen yang bersih dan sehat;

d. Peningkatan kualitas sarana dan prasarana perguruan tinggi keagamaan Kristen. Dan

e. Pemenuhan kekurangan anggaran untuk program Indonesia pintar kuliah.

6. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Katholik memerlukan tambahan anggaran sebesar Rp482.225.541.000,- yang akan dipergunakan untuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

(25)

25

a. Pemenuhan tunjangan penyuluh agama katholik non PNS yang masih kurang 5 bulan;

b. Pengembangan budaya keagamaan katholik untuk mempersiapkan kontingen di daerah dan pelaksanaan even Pesparani di Kupang NTT;

c. Pengadaan kitab suci dan buku-buku rohani agama katholik serta peralatan misa;

d. Pemenuhan insentif dan tunjangan untuk guru non PNS penerima insentif, guru non PNS penerima tunjangan profesi, dan dosen PT katholik non PNS penerima tunjangan profesi;

e. Sertifikasi guru SMAK, guru PAK tingkat menengah, guru PAK tingkat dasar;

f. Pemenuhan kekurangan BOS SMAK;

g. Penyediaan sarana dan prasarana pada tiga SMAK negeri; h. Pembinaan siswa katholik seluruh sekolah tingkat dasar dan

tingkat menengah;

i. Pemenuhan kekurangan BOPTN, SPKAT negeri dan BOP. Katholik swasta;

j. Penyediaan sarana dan prasarana pada STAK di negeri; k. Pemenuhan KIP kuliah mahasiswa katholik negeri dan

swasta;

l. Pembinaan lembaga mahasiswa katholik PTU;

m. Pemenuhan kekurangan layanan dukungan menejemen satuan-satuan kerja untuk fungsi agama di 34 provinsi, dan fungsi pendidikan di 33 provinsi;

n. Pemenuhan kekurangan layanan perkantoran fungsi agama, dan layanan dukungan menejemen sarana dan prasarana untuk fungsi pendidikan di unit Eselon I Bimas Katholik; 7. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu, mengusulkan

tambahan anggaran sebesar Rp72.717.680.000,- yang akan digunakan untuk:

a. Tambahan alokasi belanja pegawai pada fungsi pendidikan, karena besaran pada pagu indikatif Tahun 2021 lebih rendah dari realisasi tahun 2019;

b. Pembangunan kampus IHDN Denpasar dan STAHN Empu Kuturan untuk pemenuhan kebutuhan ruang kelas;

c. Pelaksanaan Utsawa dan Magita di Maluku, yang sebelumnya direncanakan untuk diselenggarakan pada Tahun 2020;

d. Peningkatan kompetensi guru pengawas, pembinaan lembaga agama dan keagamaan hindu, dan penguatan KKGMGMP; dan

e. Pembinaan dan fasilitas penyuluh agama Hindu dialog kerukunan intern umat dan sarana prasaranadi rumah ibadah.

8. Direktorat Bimbingan Masyarakat Budha membutuhkan tambahan anggaran sebesar Rp142.629.234.000,- yang akan digunakan untuk:

(26)

26

a. Pemenuhan anggaran dukungan menejemen terutama untuk pemenuhan kebutuhan nasional dan belanja pegawai terkait dengan adanya tambahan satker baru pada Dirjen Bimas Budha;

b. Pemenuhan kebutuhan anggaran untuk pelaksanaan even Swayampara Tri Pitaka Gatra, yang seharusnya dilaksanakan pada Tahun 2020, tapi karena adanya penyesuaian belanja maka tertunda pelaksanaannya;

c. Pemenuhan kebutuhan anggaran kegiatan nasional untuk siswa berkarakter yaitu SIPA DAMA SAMAJA;

d. Pemenuhan kebutuhan anggaran pembangunan dan peningkatan kualitas sarana dan prasarana untuk sekolah tinggi agama budha negeri yang bertambah prodi dan rencana peningkatan status dari sekolah tinggi menjadi institute;

e. Pemenuhan kekurangan anggaran pada out put ibadah yang berkualitas;

f. Pemenuhan kebutuhan anggaran pada program peningkatan mutu dan relevansi pendidikan agama Budha.

9. Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umroh memerlukan tambahan anggaran sebesar Rp94.716.883.000,- yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan penguatan tugas dan fungsi pembinaan umroh dan haji khusus, tambahan biaya nasional dan biaya perjalanan dinas petugas haji yang disebabkan bertambahnya jumlah petugas haji, serta alokasi untuk visa berbayar, pengadaan lelang dan asuransi petugas kloter dan non kloter.

10. Badan Penelitian dan Pengembangan dan Pendidikan dan Pelatihan memerlukan tambahan anggaran sebesar Rp112.489.603.000,- yang akan dimanfaatkan untuk keperluan: a. Penyelenggaraan diklat tenaga administrasi lembaga

pendidikan sebanyak 17.530 orang dengan anggaran sebesar Rp97.302.638.000,-;

b. Pengembangan kediklatan dengan target out put sebanyak 73 dokumen dengan anggaran sebesar Rp6.080.760.000,- c. Pemenuhan anggaran untuk pelayanan sarana dan

prasarana berupa pembangunan balai diklat keagamaan di Aceh dan Papua sebesar Rp19.106.205.000,-

Terhadap usulan tersebut diatas mohon kiranya Pimpinan dan Anggota Komisi VIII DPR yang terhormat untuk berkenan memberikan dukungan sehingga tugas dan fungsi Kementerian Agama berjalan lancara, dan kinerja bimbingan dan pelayanan kepada umat beragama semakin berkualitas kedepan.

Saya masuk kepada topik yang kedua, yaitu evaluasi pelaksanaan anggaran Tahun 2019.

(27)

27

A. Pagu dan Realisasi Anggaran.

Kementerian Agama pada Tahun 2019 memperoleh amanah mengelola anggaran sebesar Rp66.418.765.942.000,-. Dari anggaran tersebut per 31 Desember 2019 telah terealisasi sebesar Rp63.946.369.726.231,- atau (96,28%) dari total pagu anggaran. Capaian realisasi anggaran menduduki peringkat keempat tertinggi dari 10 kementerian/lembaga dengan APBN terbesar. Dengan rata-rata nasional sebesar 92,58%.

Adapun realisasi anggaran Kementerian Agama berdasarkan program, fungsi jenis belanja, sumber dana dan kewenangan pusat dan daerah dapat kami laporkan sebagai berikut.

1. Dukungan menejemen, APBNnya sebesar Rp2.203.058.282.000,- terealisasi sebesar Rp2.147.937.303.000,- atau (97,50%). Tahun lalu pak 2019.

2. Kerukunan umat beragama APBNnya sebesar Rp127.592.423.000,- terealisasi sebesar Rp123.933.823.000,- atau (97,16%).

3. Bidang pengawasan APBNnya sebesar Rp165.498.413.000,- terealisasi sebesar Rp163.689.337.000,- atau (99,02%).

4. Bidang pendidikan Islam APBNnya sebesar Rp51.148.596.507.000,- realisasinya sebesar Rp49.395.201.628.000,- atau (96,93%).

5. Bimas Kristen APBNnya sebesar Rp1.933.008.243.000,- terealisasi sebesar Rp1.851.568.884.000,- atau (95,7%).

6. Bimas Katholik APBNnya sebesar Rp930.190.212.000,- terealisasi sebesar Rp900.399.903.000,- atau (96,79%).

7. Bimas Hindu APBNnya sebesar Rp826.096.769.000,- terealisasi sebesar Rp269.165.707.000,- atau (94,08%).

8. Bimas Budha APBNnya sebesar Rp286.096.769.000,- terealisasi sebesar Rp269.165.707.000,- atau (94,08%).

9. Haji dan umroh APBNnya sebesar Rp1.755.085.999.000,- terealisasi sebesar Rp1.611.922.764.000,- atau (91,84%).

10. Litbang dan Diklat APBNnya sebesar Rp758.829.546.000,- terealisasi sebesar Rp702.967.572.000,- atau (92,68%).

11. DPJPH APBNnya sebesar Rp201.416.493.000,- terealisasi sebesar Rp87.338.868.000,- atau (43,36%).

Jumlah keseluruhan APBN sebesar Rp66.418.765.942.000,- terealisasi sebesar Rp63.946.369.726.000,- atau (96,28%). Sisa anggaran adalah Rp2.472.396.216.000,-.

Tabel diatas menunjukkan bahwa realisasi anggaran berdasarkan program Tahun 2019 tertinggi adalah program pengawasan Kementerian Agama yaitu dengan presentase sebesar 99,02% sedangkan yang paling rendah realisasinya adalah program penyelenggaraan jaminan produk halal yaitu 43,36% yang disebabkan pagu proyek SBSN diluncurkan ke tahun anggaran 2020, dan telah diselesaikan pembangunannya pada Tahun 2020. Jadi adanya nanti penyelesaiannya pada Tahun 2020.

Tabel 12 tentang realisasi anggaran Tahun 2020 berdasarkan fungsi. Tabel 12

(28)

28

Fungsi bidang pendidikan APBN adalah Rp54.611.674.419.000,- terealisasi sebesar Rp52.727.580.091.000,- atau (96,55%) sisa anggaran adalah Rp1.884.094.328.000,-.

Bidang agama APBNnya adalah sebesar Rp11.807.091.523.000,- terealisasi sebesar Rp11.218.789.635.000,- atau (95,02%), sisa anggaran adalah sebesar Rp588.300.888.000,-.

Kembali kalau jumlah besar catatan APBN Rp64.418.765.942.000,- realisasinya sebesar Rp63.946.369.726.000,- atau (96,28%) sisa anggaran adalah Rp2.402.396.216.000,-.

Tabel diatas menunjukkan bahwa presentase realisasi tertinggi terdapat pada anggaran fungsi pendidikan yaitu (96,55%), sedangkan anggaran fungsi agama adalah sebesar (55,02%).

Bagaimana tentang realisasi anggaran dari per jenis belanja?

1. Belanja pegawai APBN sebesar Rp38.483.409.764.000,- realisasinya adalah sebesar Rp38.197.053.406.000,- atau jumlahnya (99,26%). 2. Belanja barang APBN sebesar Rp20.034.259.377.000,- realisasainya

adalah sebesar Rp19.158.501.025.000,- atau (95,62%).

3. Belanja modal APBN sebesar Rp5.985.022.612.000,- realisasinya adalah sebesar Rp4.695.026.370.000,- atau (78,45%).

4. Bantuan sosial APBN sebesar Rp1.916.074.189.000,- realisasinya adalah Rp1.897.788.925.000,- atau (99,05%).

Sehingga secara keseluruhan APBN sebesar Rp66.418.765.942.000,- realisasinya adalah Rp63.946.369.726.000,- atau 96,28%, sisa anggaran sebesar Rp2.472.396.216.000,-.

Tabel diatas menunjukkan bahwa presentase realisasi tertinggi terdapat pada jenis belanja pegawai yaitu (99,26%), adapun yang paling rendah adalah belanja modal dengan presentase realisasi sebesar (78,45%) yang salah satunya dikarenakan penyerapan anggaran belanja modal pada pembangunan Universitas Islam Internasional Indonesia terkendala pada beberapa teknis dilapangan seperti kendala lahan, dan pembongkaran bangunan yang sudah ada.

Bagaimana realisasi anggaran 2019 per sumber dana?

1. Rupiah murni APBN Rp58.406.447.369.000,- realisasinya sebesar adalah Rp57.299.638.809.000,- atau (98,10%).

2. Pinjaman atau hibah luar neger APBN Rp815.479.068.000,- realisasi adalah sebesar Rp659.472.307.000,- atau (80,87%).

3. Penerimaan bukan pajak APBN Rp1.548.716.684.000,- realisasinya adalah sebesar Rp1.363.618.150.000,- atau (88,05%).

4. Badan layanan umum APBN Rp1.817.364.612.000,- realisasinya adalah sebesar Rp1.615.111.323.000,- atau (88,87%).

5. Hibah langsung dalam negeri APBN Rp840.043.518.000,- realisasinya adalah sebesar Rp806.814.848.000,- atau (96,04%).

6. Surat berharga syari’ah negara (SBSN) APBN Rp2.990.714.691.000,- realisasinya adalah Rp2.201.714.291.000,- atau (73,62%).

Jumlah keseluruhan APBN Rp66.418.765.942.000,- realisasinya adalah Rp63.946.369.726.000,- atau (96,28%) sisa anggaran Rp2.472.396.216.000,-.

(29)

29

Tabel diatas menunjukkan bahwa rupiah murni merupakan sumber dana dengan prosentase realisasi tertinggi, yaitu sebesar (98,10%). Sedangkan SBSN merupakan sumber dana yang penyerapannya paling rendah yaitu sebesar (73,62%). Hal ini disebabkan karena anggaran diluncurkan ke tahun anggaran 2020, dan telah diselesaikan pada Tahun 2020.

Bagaimana perbandingan anggaran antara pusat dan daerah?

Pusat, APBN sebesar Rp5.127.244.485.000,- realisasinya adalah sebesar Rp4.582.221.195.000,- atau (89,37%) sisan anggaran adalah Rp545.023.290.000,-

Daerah APBN sebesar Rp61.291.521.457.000,- realisasi sebesar Rp59.364.148.531.000,- atau (96,86%) sisa anggaran sebesar Rp1.927.372.926.000,-

Jumlah APBN tidak ada perubahan sama Rp66, sekian triliun realisasi Rp63.946.369.786.000,- atau (96,28%), sisa anggaran Rp2.472.396.216.000,-

Tabel diatas menunjukkan bahwa realisasi anggaran di daerah lebih tinggi dari realisasi anggaran di pusat yaitu 96,28% berbanding (89,37%).

B. Kendala pelaksanaan anggaran.

Kementerian Agama sampai dengan akhir Tahun 2019 merealisasikan anggaran sebesar Rp63.946.369.726.213,- atau (96,28%). Sisa anggaran yang belum diserap didominasi oleh anggaran dengan sumber dana SBSN, diluncurkan ke Tahun 2020. Yang perlu menjadi catatan adalah bahwa pelaksanaan anggaran Tahun 2019 diwarnai oleh kendala sebagai berikut:

1. Proses revisi buka blokir dan revisi optimalisasi Kementerian Keuangan yang secara umum banyak menghabiskan waktu;

2. Proses lelang pengadaan barang dan jasa memerlukan waktu yang panjang. Dan

3. Terdapat kegiatan yang mendapatkan tambahan anggaran dari PH BUN pada akhir tahun.

Penyikapan tersebut diatas Kementerian Agama terus berupaya agar pada pelaksanaan anggaran Tahun 2020 kendala diatas diharapkan tidak perlu terjadi lagi.

Kami masuk pada topik yang ketiga.

EVALUASI KINERJA DAN PELAKSANAAN ANGGARAN TAHUN ANGGARAN TAHUN 2020.

A. Realisasi anggaran.

Berdasarkan surat Menteri Keuangan Nomor S699.MK.02/2019 tanggal 11 September 2019 tentang penyampaian pagu alokasi anggaran Kementerian/lembaga Tahun 2020 hasil rapat pembahasan Panitia Kerja belanja pemerintah pusat, dalam rangka pembicaraan tingkat I pembahasan rencana undang-undang tentang APBN Tahun

Referensi

Dokumen terkait

Fatimah (2012) yang melakukan penelitian dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh variabel terbukti berpengaruh positif terhadap Perilaku Disfungsional sehingga

Setelah pembuatan dan pengujian produk, kemudian masing-masing kelompok melakukan pemasaran produk melalui media promosi yang telah ditentukan oleh masing-masing

Sejak tahun berdirinya 1998 Program Studi Muamalat Konsentrasi Ekonomi dan Perbankan Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (EPI FAI UMY) berkembang menyesuaikan

Antuk sih Ida Shang Hyang Widi Wasa, Sekadi daging Pamidabdab semeton dadia sane sampun praside cumpu kayune sareng sami, Angganing Manggala Dadia lan Prawantaka Yadnya Pemerajan

Kemungkinan besar Auditor akan memberikan opini audit going concern kembali jika melihat perusahaan telah menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya

8. Hasil pengindraan jauh berupa foto udara dihasilkan oleh … a. Wahana penginderaan jauh yang memiliki ketinggian lebih dari 1.000 km dpal pada saat perekaman

Brand/ merek dapat digunakan oleh suatu lokasi geografis (destinasi), dalam pemasaran pariwisata brand mencerminkan janji yang akan didapatkan ketika melakukan

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu data profil pendidikan jenjang pendidikan dasar yaitu Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah