• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DENGAN MEDIA LKS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA PADA POKOK BAHASA LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X DI SMA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DENGAN MEDIA LKS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA PADA POKOK BAHASA LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X DI SMA."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN MEDIA LKS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA

POKOK BAHASAN LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X DI SMA

Oleh:

Dani Tepira Sitepu NIM 4102131003

Program Studi Pendidikan Kimia

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN MEDAN

(2)
(3)

ii

RIWAYAT HIDUP

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan penyertaanNya yang memberikan kesehatan dan hikmat kepada penulis sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktuyangtelah direncanakan. Skripsi berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Dengan Media LKS Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Siswa Pada Pokok Bahasan Larutan Elektrolit Dan Nonelektrolit Kelas X di SMA” disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan kimia di Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.

(5)

v

memberikan semangat dan dukungan demi terselesaikannya studi penulis. Tak lupa untuk sahabat terkasih yang selalu ada Agnes sianturi, Arianto Purba, Bambang Purba, Deasy Hardiani Sitanggang, Desi Tejawati Surbakti dan Melinda Giovanny Siahaan. Begitu juga dengan teman-teman seperjuangnan Kimia Dik B 2010, terimakasih untuk empat tahun ini untuk partisipasi, dukungan, motivasi serta doanya selama penyelesaian skripsi ini.

Penulis telah berupaya melengkapi skripsi ini dengan maksimal mungkin, tetapi saya berharap kritik dan saran dari pembaca untuk menyempurnakan skripsi ini. Saya berharap skripsi ini dapat berguna dan memberikan banyak kontribusi untuk pengetahuan pembaca.

Medan, Juli 2014 Penulis

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pola Pikir Perumusan Kurikulum 10

Tabel 3.1 Perbedaan larutan Elektrolit dan Elektrolit Lemah 28

Tabel 3.2 Rancangan Penelitian 36

Tabel 4.1 Rata-rata,Standar deviasi,Varians Data Pretes-Postes 40

Tabel 4.2 Hasil Perolehan Gain rata-rata Ekaperimen 1 dan eksperimen 2 50

Tabel 4.5 Distribusi Nilai Psikomotorik Siswa 52

Tabel 4.6 Uji Normalitas Data Sampel 53

Tabel 4.7 Uji Homogenitas Data 54

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses Pembelajaran 16

Gambar 3.1 Skema Rancangan Penelitian 34

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Silabus 63

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 67

Lampiran 3. Analisi Masalah Untuk kelas Eksperimen 90

Lampiran 4. Jawaban Analisis Masalah 94

Lampiran 5. LKS 96

Lampiran 6. Kisi-Kisi Instrumen test 104 ... 116

Lampiran 7. Instrumen Penelitian 105 118 Lampiran 8. Kunci Jawaban 117

Lampiran 9. Instrumen Yang Sudah Divalidkan 118

Lampiran 10 Kunci Jawaban Sesudah Divalidkan 123

Lampiran 11 Lembar observasi 124

Lampiran 12 Tabel Validasi 129

Lampiran 13 Perhitungan Validasi 130

Lampiran 14 Tabel Reliabilitas 133

Lampiran 15 Perhitungan Reliabilitas Tes 134

Lampiran 16 Tabel Tingkat Kesukaran 135

Lampiran 17 Perhitungan Tingkat Kesukaran Tes 136

Lampiran 18 Tabel Daya Beda 137

Lampiran 19 Perhitungan Tabel Daya Beda 138

(9)

Lampiran 21 Perhitungan Standar Deviasi, Varians Nilai Pretes-Postes 140

Lampiran 22 Perhitungan Uji Normalitas 141

Lampiran 23 Perhitungan Uji Homogenitas 145

Lampiran 24 Data Gain Kelas Esperimen dan Kontrol 147

Lampiran 25 Pengujian Hipotesis peningkatan Hasil Belajar 150

Lampiran 26 Persentase Peningkatan Hasil Belajar 152

Lampiran 27 Uji Hipotesis Kemampuan Siswa 154

Lampiran 28 Tabel Aktivitas Belajar Individu 156

Lampiran 29 Perhitungan Uji Korelasi 161

Lampiran 30 Tabel Nilai-Nilai Produt Moment 164

Lampiran 31 Tabel Nilai kritis Distribusi Chi kuadrat 165

Lampiran 32 Tabel t 166

Lampiran 33 Daftar Nilai Persentil Untuk Distribusi F 167

(10)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpatisipasi aktif, serta memberikan uang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Pendidikan diselenggarakan dengan memberikan keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.

Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang dikembangkan dengan berbasis pada pencapaian kompetensi sangat diperlukan sebagai instrumen untuk mengarahkan peserta didik menjadi : a) manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah, b) manusia yang terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, mandiri dan c) warga negara yang demokratis, dan bertanggung jawab. Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi merupakan salah satu strategi pembangunan pendidikan nasional sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Dr.Hamdani 2010)

(11)

2

obyek pembelajaran semata, tetapi harus diberikan peran aktif serta dijadikan mitra dalam proses pembelajaran sehingga siswa bertindak sebagai agen pembelajar yang aktif sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator dan mediator yang kreatif (Sanjaya, 2006).

Secara umum hasil belajar yang rendah disebabkan oleh beberapa faktor yang antara lain pembelajaran hanya pada buku paket, mengajar satu arah, guru tidak menanamkan diskusi dua arah, budaya mencontek, banyaknya hapalan-hapalan yang diberikan guru kepada siswa, metode mengajar guru yang kurang tepat dengan materi yang diajarkan, kurang dilengkapi dengan praktek-praktek yang berhubungan langsung dengan materi pelajaran, tidak digunakannya media yang mendukung sehingga sulit untuk menstransfer pelajaran bagi siswa, dan kegiatan belajarnya monoton atau tidak bervariasi. Kenyataan yang dihadapi oleh guru di sekolah bahwa siswa sering tidak mampu dalam mempelajarinya (Shakashiri, 1991/ Situmorang, 2001). Faktor yang cukup dominan menyebabkan rendahnya minat siswa terhadap suatu pelajaran adalah saat pelaksanaan pembelajaran diantaranya metode mengajar, model pembelajaran, dan media pembelajaran.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sunyono (2005) menunjukkan bahwa rendahnya hasil belajar siswa disebabkan pada umumnya siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan yang menyangkut reaksi kimia dan hitungan kimia, akibat rendahnya pemahaman konsep-konsep kimia dan kurangnya minat siswa terhadap pelajaran kimia. Disamping itu, guru kurang memberikan contoh- contoh konkrit tentang reaksi- reaksi yang ada dilingkungan sakitar dan sering dijumpai siswa. Oleh sebab itu, diperlukan suatu usaha untuk mengoptimalkan pembelajaran kimia dikelas dengan menerapkan model dan metode yang terangkum dalam strategi yang tepat dan sesuai dengan materi yang diajarkan.

(12)

3

Dengan mempelajari materi sistem Larutan elektrolit dan nonelektrolit, siswa dapat mempelajari proses pengolahan suatu bahan menjadi produk yang bermanfaat. Namun pada prakteknya, masih banyak siswa yang kesulitan dalam mempelajari kimia yang terlihat dari rendahnya hasil belajar kimia siswa. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan menerapkan model pembelajaran yang lebih memberdayakan siswa agar berperan aktif dalam proses belajar mengajar di sekolah seperti model pembelajaran Problem Based Learning yang dipadukan dengan pendekatan Scientific (Kemdikbud, 2013). Menurut Permana dalam Fauziah (2013), melalui pembelajaran Problem Based Learning peserta didik dituntut aktif untuk mendapatkan konsep yang dapat diterapkan dengan jalan memecahkan masalah, peserta didik akan mengeksplorasi sendiri konsep-konsep yang harus mereka kuasai, dan peserta didik diaktifkan untuk bertanya dan berargumentasi melalui diskusi, mengasah keterampilan investigasi, dan menjalani prosedur kerja ilmiah lainnya. Larutan elektrolit dan nonelektrolit merupakan salah satu materi kimia yang memang dianggap cukup mudah dalam proses pembelajarannya bagi siswa, namun guru jarang sekali menggunakan media pembelajaran yang tepat didalam prosesnya, serta kurangnya minat dari guru untuk menggunakan metode praktikum didalam proses pembelajarannya. Sehingga siswa hanya sekedar mengetahui tanpa dapat menerapkannya dalam kehidupansehari-hari.

(13)

4

dengan guru kimia SMA Negeri 1 kabanjahe, yaitu bapak Supirman Ginting menyatakan bahwa satu kesulitan yang seringkali dihadapi guru adalah ketika merancang kegiatan pembelajaran kimia yang memuat konsep abstrak. Sehingga membuat siswa terkadang susah untuk memahami materi tersebut. Hal ini mengakibatkan nilai mata pelajaran kimia menjadi rendah, yaitu memiliki rata-rata 65, dimana seharusnya nilai yang harus dicapai adalah di atas nilai rata-rata KKM yakni 72. Selain itu metode belajar yang digunakan masih metode ceramah, tanya jawab, dan diskusi. Untuk itu pelajaran kimia harus diajar dengan cara yang lebih menarik lagi dengan menggunakan pendekatan yang menghubungkan pelajaran dengan kehidupan sehari-hari . Penelitian yang dilakukan oleh Haeruddin (2008) dengan judul “Penerapan model Problem Based Learning dengan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran kimia untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XI MAN 2 Model PALU” menunjukkan bahwa secara umum siswa mengalami peningkatan hasil belajar, dimana daya serap klasikal yang diperoleh telah mencapai daya serap ideal yaitu 81,72% (daya serap ideal ≥ 75%) dan juga ketuntasan belajar klasikal 79,31% dengan nilai rata-rata yang diperoleh adalah 82. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran Problem Based Learning melalui pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar. Namun seperti yang diketahui bahwa kurikulum 2013 saat ini sudah melibatkan pendekatan scientific didalam

proses pembelajarannya . Berdasarkan hasil penelitian Sunarji (2009) yang berjudul “Penerapan

Pembelajaran model Problem Based Learning untuk meningkatkan motivasi dan kemampuan pemecahan masalah ilmu statistika disekolah” juga menunjukkan bahwa dari siklus I ke siklus II kemampuan siswa dalam pemecahan masalah meningkat sebesar 17,20%, ketuntasan dalam pemecahan masalah mengalami peningkatan sebesar 35% dan siswa yang belum tuntas dalam pemecahan masalah mengalami penurunan sebesar 35%. Jadi penerapan pembelajaran model Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan

(14)

5

“implementasi Problem Based Learning terhadap hasil belajar biologi ditinjau dari Intelligence Quotient (IQ) oleh Ida Bgs Nym Semara Putra (2012) menunjukkan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning memberikan pengaruh terhadap hasil belajar biologi siswa. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pengaruh Problem Based Learning dengan siswa yang memiliki IQ rendah dengan IQ yang tinggi, dmana didapat bahwa Problem Based Learnig lebih baik penerapannya untuk siswa yang memiliki IQ yang tinggi. Untuk siswa yang memiliki IQ rendah, hasil belajarnya lebih baik dengan menggunakan pembelajaran langsung. Tetapi dalam penelitian ini, tidak ada media yang mendukung serta materi yang diajarkan juga bersifat universal sehingga data yang diperoleh tidak signifikan . Untuk penggunaan media LKS sendiri dilihat dari penelitian Dyah Permata sari (2013) dengan judul Uji coba pembelajaran IPA dengan LKS sebagai penunjang media virtual phet untuk melatih keterampilan proses pada materi

hukum arcimedes menunjukkan bahwa 81% siswa lebih mudah mengerti dengan

materi yang diajarkan dengan media LKS deibandingkan dengan tanpa menggunakan media LKS tersebut. Namun dalam penelitian ini LKS hanya dijadikan sebagai pendukung dari media virtual phet itu sendiri. Dari beberapa penelitian diatas didapat bahwa penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning dan media LKS memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa. Namun kurikulum yang digunakan belum kurikulum 2013. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang dipaparkan dalam latar belakang di atas penulis ingin menggabungkan hasil penelitian tersebut dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Dengan Menggunakan media LKS Terhadap Hasil belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit kelas X Di SMA ”

1.2 Ruang Lingkup

(15)

6

1. Pembelajaran yang belum berhasil menciptakan suasana belajar yang aktif bagi siswa, dimana guru masih menjadi pusat pembelajaran

2. Media yang diterapkan dalam proses belajar mengajar masih kurang efektif 3. Pembelajaran kimia yang melibatkan aktifitas siswa masih kurang

4. Hasil belajar kimia siswa berdasarkan nilai KKM masih rendah.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah diungkapkan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Problem Based Learning dengan media LKS lebih baik dari hasil belajar

siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional dengan media LKS pada pokok bahasan larutan elektrolit dan nonelektrolit kelas X di SMA tahun ajaran 2013/2014 yang menggunakan kurikulum 2013?

2. Apakah ada korelasi yang positif dan signifikan antara kemampuan berfikir kognitif, kognitif dan psikomotorik terhadap peningkatan hasil belajar siswa?

1.4 Batasan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini dibatasi masalahnya yaitu:

1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran Problem Based Learning dengan menggunakan media LKS

2. Materi yang diajarkan pada penelitian ini adalah larutan Elektrolit dan Nonelektrolit di kelas X SMA tahun ajaran 2013/2014 yang menggunakan kurikulum 2013.

(16)

7

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini dilakukan adalah:

1. Untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Problem Based Learning dengan media LKS lebih baik dari hasil belajar siswa yang diajarkan pembelajaran konvensional dengan media LKS pada pokok bahasan larutan elektrolit dan nonelektrolit kelas X di SMA Negeri 1 Kabanjahe.

2. Untuk mengetahu Apakah ada korelasi yang positif dan signifikan antara kemampuan berfikir kognitif, kognitif dan psikomotorik terhadap peningkatan hasil belajar siswa

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Sebagai masukan kepada semua pihak yang terkait dengan kegiatan pembelajaran, terutama guru kimia, dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa

2. Sebagai masukan kepada para peneliti yang ingin melakukan penelitian-penelitian lebih lanjut dibidang pembelajaran terutama pembelajaran kimia. 3. Menambah hasanah ilmiah/data ilmiah dibidang pembelajaran kimia.

1.7 Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam menafsirkan istilah, maka perlu diberikan defenisi operasional sebagai berikut:

1. Problem Based Learning

(17)

8

Problem Based Learning ini membantu siswa menemukan masalah yang

berkeitan dengan kehidupan sehari-hari. 2. Media LKS (Lembar Kerja Siswa)

Merupakan salah satu jenis alat bantu pembelajaran. Secara umum, LKS merupakan perangkat pembelajaran sebagai pelengkap atau sarana pendukung pelaksanaan Rencana Pembelajaran (RP). Lembar kerja siswa berupa lembaran kertas yang berupa informasi maupun soal-soal (pertanyaan pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa)

3. Pembelajaran konvensional

Merupakan model pembelajaran dimana guru aktif sementara siswa pasif dalam menerima pelajaran. Hal ini disebabkan karena dalam pembelajaran biasa, guru lebih sering menyajikan pelajaran dalam bentuk buku, guru lebih banyak berbicara pada saat menerangkan materi pelajaran, contoh-contoh soal, ceramah, uraian dan latihan.

4. Larutan elektrolit dan nonelektrolit

(18)

58

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan yaitu :

1. Hasil belajar kimia siswa yang di ajar menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning lebih tinggi daripada hasil belajar kimia siswa yang

di ajar dengan pembelajaran konvensional. Pada kelas Eksperimen 1 terjadi peningkatan hasil belajar 78,28% sedangkan pada kelas Eksperimen 2 peningkatan yang terjadi lebih rendah yaitu 64,75%.

2. Pencapaian psikomotorik siswa pada kelas eksperimen 1 menunjukkan nilaia yang lebih tinggi dibandingkan kelas eksperimen 2. Dimana untuk kelas eksperimen 1 sendiri diperoleh rata-rata nilai afektif siswa adalah 89,70 sementara kelas kontrol 80,39. Sedangkan untuk capaian nilai afektif siswa siswa kelas eksperimen 1 dipertemuan 1 adalah 64,16 dan dipertemuan 2 adalah 84,93 sedngakan kelas eksperimen 2 yang hanya dilihat dari pertemuan 2 nilai yang diperoleh adalah 77,45

5.2. Saran

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas maka penulis menyarankan hal-hal berikut

1. Adanya pengembangan dan tindak lanjut dalam pengembangan inovasi pembelajaran kimia pada materi-materi kimia lainnya.

2. Bagi guru dan calon guru, menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning dapat mempermudah pencapaian tujuan instruksional dan

dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa, khususnya mata pelajaran kimia.

(19)

59

4. Mahasiswa yang lain dapat mengadakan penelitian lanjutan tentang Problem Based Lerning dan diharapkan menggunakan dua kelas dengan

Gambar

Tabel 2.1 Pola Pikir Perumusan Kurikulum                                                        10
Gambar 2.1 Proses Pembelajaran                                                                        16

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI BERMAIN MUSIK PERKUSI PADA ANAK KELOMPOK B TK PGRI 1 GRABAG TAHUN

Itu berarti skor ketuntasan siswa kelas IV hanya 34,5% dari batas minimal ketuntasan rata-rata kelas, yaitu 75% sedangkan sesudah diterapkan model Inkuiri Sosial menunjukkan

[r]

Apabila melihat kegunaan dari beton berpori sebagai beton multifungsi, pengaplikasian beton berpori diharapkan dapat menjadi salah satu solusi pembangunan prasarana

PERSEPSI DOSEN AKUNTANSI DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP TEKNOLOGI INFORMASI YANG HARUS DIKUASAI.. OLEH

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis Perancangan Proses Produksi Surfaktan Non Ionik Alkil Poliglikosida (APG) Berbasis Pati Sagu dan Dodekanol serta Karakterisasinya

Adapun hasil akhir yang diharapkan ( ultimate objectives ) dengan terumuskannya kebijakan pengembangan wilayah pesisir ini adalah sumber daya alam pesisir yang berkelanjutan,