• Tidak ada hasil yang ditemukan

Validasi metode penetapan kadar asam ursolat dalam ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) dengan metode kromatografi cair kinerja tinggi - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Validasi metode penetapan kadar asam ursolat dalam ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) dengan metode kromatografi cair kinerja tinggi - USD Repository"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh:

Gayatri Kusuma Wardani NIM : 068114010

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

VALIDASI METODE PENETAPAN KADAR ASAM URSOLAT DALAM EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) DENGAN

METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

Yang diajukan oleh : Gayatri Kusuma Wardani

068114010

telah disetujui oleh : Pembimbing I

(3)
(4)

Saat

saat

saat

dan

t aku tak

aku mem t keadaan aku mem t rencana aku mem saat putu aku mem paham ma milih untu mengecew milih untu hidupku milih untu

us asa me

(5)

Nama : Gayatri Kusuma Wardani Nomor Mahasiswa : 068114010

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

“Validasi Metode Penetapan Kadar Asam Ursolat dalam Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) Dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi”

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 21 Juni 2010 Yang menyatakan

(6)

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 21 Juni 2010

Penulis

(7)

berkat, rahmat, dan bimbingan-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Validasi Metode Penetapan Kadar Asam Ursolat dalam Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) Dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam penyelesaian studi untuk meraih gelar Sarjana Farmasi di

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Keberhasilan penelitian ini tidak lepas dari bantuan dan perhatian

orang-orang di sekitar Penulis, baik secara materi maupun emosional. Untuk itu pada

kesempatan ini Penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada beberapa pihak

yang telah member dukungan di dalam penyelesaian skripsi ini, antara lain :

1. Ipang Djunarko, M. Sc., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membantu dalam proses penyusunan

skripsi ini.

2. Lucia Wiwid Wijayanti, M. Si, selaku dosen pembimbing yang dengan sabar

telah membimbing, memberi dukungan, gagasan, dan kritik yang sangat berarti

dalam proses penyusunan skripsi ini.

3. Yohanes Dwiatmaka, M. Si., selaku dosen penguji yang telah memberi bantuan

(8)

memberi bantuan dan dukungan yang sangat berarti bagi Penulis.

6. Bapak dan Ibuku, Cosmas Bambang Subiyanto dan Gayatri Gunartin, atas

segala kasih sayang, doa, perhatian, perjuangan, dan dukungan dalam setiap

langkah hidupku.

7. Mas Ottok, Mas Bimo, Mas Parlan, Mas Kunto, Mas Sigit, Mas Wagiran, dan

Pak Timbul yang telah banyak membantu terselesainya penelitian.

8. B. Kris Mantoro, atas kehadirannya yang telah mewarnai hidupku, juga atas

dukungan dan semangat yang diberikan selama ini.

9. Robertus Satrio Wibisono, atas dukungan, kebersamaan, dan perjuangan yang

menyenangkan, menyedihkan, dan mengharukan selama penelitian dan

penyusunan skripsi ini.

10. Saudara-saudaraku di kost Pasadena, Maria Laksmi Parahita, Anastasia

Aprilistyawati, Maria Evangeli, Dewi Prasetyaningrum, Widya

Kusumawardani, dan Swastika Maharani atas keceriaan, kebersamaan, dan

dukungan yang telah diberikan selama ini.

11. Sahabat-sahabatku, Maria Yolanda, Veronika Yuni Candra Sari, Laurensia

Utami Susanti, Rr. Kusumowardani, Adhitya Eka Prasetya, Efrinita Nur

(9)

dapat disebutkan satu per satu atas doa dan dukungannya.

Dengan segala kerendahan hati Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak

sempurna, oleh karena itu Penulis akan menerima kritik, koreksi, dan saran dari

berbagai pihak guna menjadikan skripsi ini lebih baik. Pada akhirnya, Penulis

(10)

untuk mengetahui apakah metode kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik memenuhi parameter validasi metode analisis yang meliputi akurasi, presisi, linearitas, LOD, dan LOQ jika digunakan untuk penetapan kadar asam ursolat dan untuk mengetahui apakah metode kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik dapat diaplikasikan untuk penetapan kadar asam ursolat dalam ekstrak daun binahong.

Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental deskriptif. Analisis menggunakan metode kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik dengan menggunakan fase diam kolom C18 dan fase gerak campuran metanol:ortophosphoric acid 1% (90:10) dengan kecepatan alir 0.6 ml/menit. Kesahihan metode diukur dengan nilai akurasi, presisi, linearitas, LOD, dan LOQ.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa metode kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik merupakan metode yang valid untuk menentukan kadar asam ursolat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode memiliki linearitas yang baik dengan nilai r sebesar 0.999995. Recovery dan CV untuk volume injek 2,0; 6,0; dan 10,0 µl berturut-turut adalah 104.413%, 0.05%; 105.931%, 0.01%; dan 107.909%, 0.02%. Nilai LOD dan LOQ berturut-turut adalah 3.117x10-3 dan 0.0104.

(11)

using the high performance liquid chromatography method. The purposes of this research are to know whether the reverse phase high performance liquid chromatography method accomplishes the validation parameters of the analytical method including accuration, precision, linearity, LOD, and LOQ if it is used for the establisment of ursolic acid content and to know whether the reverse phase high performance liquid chromatography method can be applied to the establisment of ursolic acid content in the extract of binahong leaves.

This research is a non-experimental descriptif research. The analysis uses the reverse phase high performance liquid chromatography method using the C18 column stationary phase and the mobile phase of mixed methanol: ortophosphoric acid 1% (90:10) with the flow rate 0,6 ml/second. The validity of method is measured using the rate of accuration, precision, linearity, LOD, and LOQ.

The result of this research shows that the reverse phase high performance liquid chromatography method is the valid method to determine the ursolic acid content. The result of this research shows that the method has good linearity with the rate r in the amount of 0,999995. Recovery and CV for the inject volume 2,0; 6,0; and 10,0 µl in sequence are 104,413 %, 0,05%; 105,931%, 0,01%; and 107,909%, 0,02%. The LOD and LOQ rates in sequence are 3,117x10-3 and 0,0104.

(12)

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN PULIKASI ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PRAKATA ... vii

INTISARI ... x

ABSTRACT ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah ... 3

C.Keaslian penelitian ... 3

D.Manfaat penelitian ... 4

a. Manfaat Praktis ... 4

(13)

A.Binahong ... 5

B.Asam Ursolat ... 6

C.Ekstraksi Simplisia ... 7

a. Simplisia ... 7

b. Ekstrak ... 7

c. Ekstraksi ... 7

D.Kromatografi Cair Kinerja Tinggi ... 8

E. Parameter Validasi Metode Analisis ... 18

a. Parameter Metode Analisis ... 18

b. Kategori Metode Analisis ... 22

c. Kesalahan Dalam Analisis ... 23

F. Landasan Teori ... 24

G.Hipotesis ... 25

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A.Jenis Penelitian ... 26

B.Variabel Operasional ... 26

C.Alat-alat Penelitian ... 27

D.Bahan-bahan Penelitian ... 27

(14)

B.Penetapan Kurva Baku ... 37

C.Penyiapan Sampel ... 39

D.Analisis Kualitatif ... 41

E. Validitas Metode ... 46

a. Akurasi ... 46

b. Presisi ... 47

c. Linearitas ... 48

d. Limit of Detection (LOD) dan Limit of Quantitation (LOQ) ... 48

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 50

B.Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 51

LAMPIRAN ... 55

(15)

Tabel II. Kriteria Penerimaan Akurasi Pada Konsentrasi Analit Yang

Berbeda ... 19

Tabel III. Kriteria Penerimaan Presisi Pada Konsentrasi Analit Yang

Berbeda ... 20

Tabel IV. Parameter Validasi Yang Dipersyaratkan Untuk Validasi

Metode Analisis ... 23

Tabel V. Hasil Penetapan Kurva Baku Asam Ursolat ... 38

Tabel VI. Hasil Perhitungan Recovery ... 47

Tabel VII. Hasil Perhitungan Kesalahan Sistemik dan Kesalahan Acak ... 47

Tabel VIII. Penimbangan Baku Asam Ursolat 90% ... 55

(16)

Gambar 2. Struktur Kimia Asam Ursolat ... 6

Gambar 3. Skema Alat Kromatografi Cair Kinerja Tinggi ... 8

Gambar 4. Difusi Eddy ... 13

Gambar 5. Difusi Eddy ... 13

Gambar 6. Transfer Massa Fase Diam ... 14

Gambar 7. Transfer Massa Fase Gerak ... 15

Gambar 8. Gugus Polar Asam Ursolat ... 36

Gambar 9. Gugus Non Polar Asam Ursolat ... 36

Gambar 10. Interaksi Hidrogen Antara Asam Ursolat Dengan Fase Gerak Metanol Dalam Fase Gerak ... 37

Gambar 11. Kurva Hubungan Antara Massa Baku Asam Ursolat Dengan AUC ... 39

Gambar 12. Kromatogram Standar Asam Ursolat ... 43

Gambar 13. Kromatogarm Sampel ... 44

(17)

Ursolat ... 55

Lampiran 2. Hasil Perhitungan Recovery, Kesalahan Sistemik, dan

Kesalahan Acak ...

Lampiran 3. Perhitungan LOD dan LOQ ... 63

Lampiran 4. Penimbangan daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.)

Steenis) ... 64

Lampiran 5. Penimbangan rendemen ekstrak daun binahong (Anredera

cordifolia (Ten.) Steenis) ... 64  

(18)

A. Latar Belakang Penelitian

Tanaman binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) dikenal memiliki

khasiat dalam pengobatan. Binahong disebutkan mempunyai kandungan kimia seperti

asam oleanolat, asam askorbat, dan ancordin (Lazuardhi, 2009). Penelitian-penelitian

sebelumnya lebih banyak membahas kandungan asam oleanolat dalam tanaman

binahong dan belum membuktikan adanya kandungan asam ursolat dalam ekstrak

daun binahong. Asam oleanolat dan asam ursolat merupakan senyawa golongan

triterpen pentasiklik, yang membedakan keduanya hanyalah posisi gugus metil pada

atom karbon nomor 19 dan 20 (Olszewska, 2008). Posisi gugus metil pada asam

oleanolat terletak pada atom karbon nomor 19, sedangkan pada asam ursolat, gugus

metil terletak pada atom karbon nomor 20. Inilah yang menyebabkan kepolaran di

antara kedua senyawa tersebut tidak jauh berbeda. Aktivitas antara kedua senyawa

tersebut juga tidak jauh berbeda, seperti antiinflamasi, antioksidan, dsb.

Menurut Wojciak dan Korsior (2007), asam oleanolat, asam ursolat, dan

asam betulinat dapat dijumpai pada folium Salviae, folium Plantaginis lanceolatae,

dan flos Lamii albi. Berdasarkan hal tersebut, dapat diperkirakan bahwa tanaman

yang mengandung senyawa asam oleanolat dimungkinkan mengandung pula asam

ursolat. Hal ini dikarenakan asam oleanolat merupakan isomer dari asam ursolat,

(19)

Pada penelitian sebelumnya, asam ursolat biasa dijumpai pada tanaman ceri

hitam (Prunus serotina Ehrh.), Eriobotrya japonica, Rosmarinus officinalis, dan

Glechoma hederaceae (Cha, 1996). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa asam

ursolat memiliki aktivitas yang berguna dalam bidang pengobatan, seperti

antiinflamasi, antitumor, antikanker, anti HIV, antioksidan, antiinvasif, antiulcer,

antiarterosklerosis, hepatoprotektif, gastroprotektif, antihiperlipidemia, dsb (Liao,

2005). Bahkan saat ini sedang dikembangkan sediaan kosmetik anti aging yang

menggunakan garam asam ursolat sebagai bahan aktifnya (Anonim, 2009).

Metode kromatografi cair kinerja tinggi adalah metode yang dipilih untuk

digunakan dalam analisis asam ursolat. Namun belum diketahui apakah metode ini

memiliki validitas yang baik atau tidak apabila diaplikasikan pada penetapan kadar

asam ursolat dalam ekstrak daun binahong. Dari penelitian ini diharapkan dapat

diperoleh metode penetapan kadar asam ursolat menggunakan kromatografi cair

(20)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan permasalahan sebagai

berikut :

a. Apakah metode kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik memenuhi

parameter validasi metode analisis yang meliputi akurasi, presisi, linearitas,

LOD, dan LOQ jika digunakan dalam penetapan kadar asam ursolat?

b. Apakah metode kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik dapat

diaplikasikan untuk menetapkan kadar asam ursolat dalam ekstrak daun

binahong?

C. Keaslian Karya

Sejauh pengetahuan penulis, penelitian dengan menggunakan tanaman binahong

sudah cukup banyak dilakukan di Indonesia, antara lain :

1. Formulasi Gel Antiluka Ekstrak Daun Binahong (Anredera baselloides

(Ten.) Steenis) dengan Basis Carbopol (Setyaningretry, 2007).

2. Optimasi Formula Span 80 dan Tween 80 dalam cold cream Obat Luka

Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) dengan Metode

Simplex Lattice Design (Paramita, 2008).

Namun penelitian terkait kandungan asam ursolat dalam ekstrak daun binahong

(21)

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut:

a. Manfaat praktis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

apakah metode kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik valid untuk

menentukan kadar asam ursolat dalam ekstrak daun tanaman binahong

(Anredera cordifolia (Ten,) Steenis).

b. Manfaat teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

tentang validasi metode kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik untuk

penetapan kadar asam ursolat.

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apakah metode kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik

memenuhi parameter validasi metode analisis yang meliputi akurasi, presisi,

linearitas, LOD, dan LOQ jika digunakan untuk penetapan kadar asam ursolat.

2. Untuk mengetahui apakah metode kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik

dapat diaplikasikan untuk penetapan kadar asam ursolat dalam ekstrak daun

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Binahong

Tanaman binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) yang termasuk

dalam famili Basellaceae berupa tumbuhan menjalar, berumur panjang (perenial), dan

bisa mencapai panjang ± 5 m. Batangnya lunak, berbentuk silindris, saling membelit,

dan berwarna merah. Daun tanaman ini bertangkai sangat pendek (subsessile),

susunannya berseling, berwarna hijau, dan berbentuk jantung (cordata). Bunganya

majemuk berbentuk tandan, bertangkai panjang, muncul di ketiak daun. Akarnya

berbentuk rimpang, berdaging lunak. Binahong merupakan tanaman asli daerah

Amerika Selatan. Tanaman ini tumbuh baik di cuaca tropis dan sub-tropis.

Berkembang secara generatif (biji), namun lebih sering dikembangbiakkan secara

vegetatif melalui akar rimpangnya. (Hidayati, 2009).

Gambar 1. Binahong

(23)

Tanaman binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) memiliki beberapa

nama lain, antara lain Boussingaultia gracilis Miers, Boussingaultia cordifolia,

Boussingaultia baselloides (Hidayati, 2009).

Dalam tanaman binahong terdapat beberapa kandungan kimia, seperti asam

oleanolat, asam askorbat, fenol, minyak atsiri, ancordin, dsb (Lazuardhi, 2009).

B. Asam Ursolat

O

CH3 CH3

CH3 C CH3 CH3 O OH H H CH3 H3C

H

H

  C30H48O3

Gambar 2. Struktur Kimia Asam Ursolat

Asam ursolat merupakan golongan senyawa triterpen pentasiklik (Wojciak

dan Korsior, 2007). Senyawa ini dapat ditemui pada tumbuhan apel, basil, bilberries,

cranberries, elder flower, peppermint, rosemary, lavender, oregano, thyme, hawthorn,

prunes, Prunus serotina Ehrh., dsb (Olszewska, 2008). Senyawa ini mempunyai berat

(24)

Asam ursolat dikenal mempunyai berbagai macam khasiat, seperti

antiinvasif, antiinflamasi. antiulcer, antiaterosklerosis, dan hepatoprotektif (Liao,

2005). Selain itu, asam ursolat juga mempunyai khasiat sebagai antitumor, anti-HIV,

antimikroba, antifungi, gastroprotektif, dan antihiperlipidemia (Wojciak dan Korsior,

2007). Selain dalam bidang pengobatan, asam ursolat juga sering digunakan dalam

kosmetik sebagai anti(photo)aging dalam bentuk garam (Anonim, 2010).

C. Ekstraksi Simplisia 1. Simplisia

Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum

mengalami pengolahan apapun kecuali pengeringan. Ada 3 macam simplisia yaitu

simplisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia mineral. Simplisia nabati adalah

simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman,dan eksudat tanaman (Anonim,

1979).

2. Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair dibuat dengan menyari

simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya

matahari langsung (Anonim, 1979). Ekstrak cair adalah sediaan dari simplisia nabati

yang mengandung etanol sebagai pelarut atau sebagai pengawet (Hidayati, 2009).

3. Ekstraksi

Ekstraksi atau penyarian merupakan pemindahan massa zat aktif yang

(25)

pelarutan zat aktif dalam cairan penyari (Hidayati, 2009). Metode penyarian dipilih

berdasarkan zat aktif yang terkandung dalam simplisia dan stabilitas zat aktif tersebut

dalam cairan penyari (Anonim, 1986).

D. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

Kromatografi cair kinerja tinggi adalah suatu sistem kromatografi yang fase

geraknya dialirkan dengan cepat dengan bantuan pompa dan hasilnya dideteksi

dengan detektor (Gritter et al., 1985). Tujuan analisis dengan KCKT yaitu

didapatkannya pemisahan yang baik dalam waktu yang relatif singkat (Mulja, 1995).

Gambar 3. Skema Alat Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

(Kazakevich dan Mc Nair, 1996)

Berdasarkan sistem peralatannya maka KCKT termasuk kromatografi kolom

karena dipakai fase diam yang ter-packing di dalam kolom, sedangkan berdasarkan

proses pemisahannya KCKT digolongkan sebagai kromatografi partisi dan

(26)

antara dua pelarut yang tidak bercampur yang ada pada fase diam dan fase gerak.

Fase diam (polar atau non polar) disalutkan pada penyangga dan dikemas ke dalam

kolom. Jika linarut ditambahkan ke dalam sistem yang terdiri atas dua pelarut yang

tidak bercampur dan keseluruhan sistem dibiarkan setimbang, linarut akan tersebar

antara dua fase menurut persamaan : K =

Cm Cs

K adalah koefisien distribusi dan Cs dan Cm adalah konsentrasi linarut berturut-turut

dalam fase diam dan fase gerak (Johnson dan Stevenson, 1978).

Pada kromatografi fase terbalik, fase diamnya bersifat non polar, biasanya

digunakan hidrokarbon dan fase geraknya relatif bersifat polar seperti air, metanol

atau asetonitril (Skoog et al., 1994).

Kolom yang biasa digunakan pada kromatografi partisi fase terbalik adalah

kolom dengan kemasan fase terikat, yang bersifat stabil karena fase diamnya terikat

secara kimia pada penyangga, sehingga tidak mudah terbawa oleh fase gerak.

Penyangga pada kemasan fase terikat biasanya terbuat dari silika yang sudah

diseragamkan, berpori, dan umumnya partikel mempunyai diameter 3,5 atau 10 µm

(Skoog et al., 1998).

KCKT fase terbalik menggunakan fase diam yang berupa senyawa organik,

dimana senyawa organik ini terikat secara kimia dengan gugus silanol pada

permukaan silika. Hal ini yang menyebabkan permukaan silika menjadi bersifat non

polar. Dalam kromatografi jenis ini, senyawa lebih polar terelusi lebih dahulu,

(27)

Fase diam yang biasa digunakan pada kromatografi partisi fase terbalik

adalah oktadesilsilan (ODS). Selain ODS, dikenal pula silika dengan substitusi oktil

(C8). Panjang pendeknya rantai karbon mempengaruhi tertambatnya senyawa pada

fase diam. Kolom dengan rantai panjang bersifat retensif, sehingga senyawa yang

mempunyai sifat mirip dengan kolom akan tertambat lebih lama (Munson, 1991).

Fase gerak merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pemisahan.

Berbagai macam pelarut atau fase gerak digunakan dalam sistem KCKT, tetapi ada

beberapa sifat yang perlu diperhatikan yaitu, fase gerak yang digunakan harus murni

tanpa cemaran, sesuai dengan detektor, dapat melarutkan cuplikan, memiliki

viskositas yang rendah dan memungkinkan memperoleh kembali cuplikan dengan

mudah jika diperlukan (Johnson and Stevenson, 1991).

Kepolaran pelarut merupakan ukuran kekuatan pelarut atau kemampuan

pelarut untuk mengelusi suatu senyawa. Kandungan utama fase gerak pada

kromatografi fase terbalik adalah air. Pelarut yang dapat campur dengan air seperti

metanol, etanol, asetonitril, dioksan, tetrahidrofuran, dan dimetilformamida

ditambahkan untuk mengatur kepolaran fase gerak (Munson, 1991).

Polaritas fase gerak dalam KCKT sangat mempengaruhi kromatogram yang

dihasilkan, sehingga perlu diperhitungkan komposisi campuran pelarut yang akan

digunakan. Berdasarkan nilai P’(indeks polaritas), maka besarnya polaritas campuran

pelarut dapat dihitung dengan persamaan berikut :

(28)

Nilai Pcampuran adalah polaritas campuran, P’ menyatakan indeks polaritas,

merupakan fraksi pelarut dalam campuran dan n adalah jenis pelarut yang digunakan

(Skoog, 1985).

Berikut ini adalah daftar pelarut berikut nilai indeks polaritas dan eluen

strength dari beberapa pelarut (Skoog et al.., 1985).

Tabel I. Nilai Indeks Polaritas dan Eluen Strength Pelarut

Eluen strength merupakan ukuran kemampuan fase gerak menarik analit dari

fase diam. Waktu retensi analit akan turun jika digunakan fase gerak dengan eluen

strength rendah, sebaliknya waktu retensi analit akan meningkat jika digunakan fase

gerak dengan eluen strength tinggi (Snyder et al.., 1997).

Keberhasilan atau kegagalan analisis tergantung pada pemilihan kolom dan

kondisi kerja yang tepat. Ukuran kinerja kolom dapat dilihat dari kemampuan kolom Pelarut Indeks Polaritas (P’) Eluen strength (SiO

(29)

N L HETP

H = =

dalam memisahkan senyawa (Johnson dan Stevenson, 1978). Batasan yang paling

sering digunakan yaitu bilangan lempeng teoritik dan faktor resolusi (Munson, 1991).

1. Teori Lempeng (Plate Theory)

Salah satu ukuran kinerja kolom adalah jumlah lempeng teoritik yang

dihitung dengan persamaan:

16 5,54

Nilai w adalah lebar alas, w1/2 adalah lebar alas puncak pada setengah tinggi

puncak, dan tR adalah waktu retensi (Sastrohamidjojo, 2001).

Jumlah pelat teori berbanding lurus dengan panjang kolom. Karena

panjang kolom bermacam-macam, maka diperlukan ukuran efisiensi kolom yang

tidak bergantung pada panjang kolom. Tinggi atau jarak yang setara dengan pelat,

H atau Height Equivalent to a Theoritical Plate (HETP), merupakan ukuran

efisiensi kolom yang lebih disukai karena memungkinkan perbandingan antara

kolom yang panjangnya berlainan. H berkaitan dengan jumlah pelat teori menurut

persamaan berikut:

L menunjukkan panjang kolom biasanya dalam mm, dan N menunjukkan jumlah

(30)

2. Teori Laju (Rate Theory)

Pada waktu migrasi, analit mengalami transfer antara fase diam dan fase

gerak berkali-kali. Waktu tinggal pada fase diam maupun fase gerak tidak teratur

dan tergantung pada tersedianya energy termal dari lingkungannya yang

memungkinkan transfer tersebut. Analit hanya dapat bergerak bila berada dalam

fase gerak, sehingga migrasi di dalam kolom tidak teratur. Hal ini mengakibatkan

laju rata-rata analit relatif terhadap fase gerak bervariasi sehingga terjadi pelebaran

puncak analit. Faktor-faktor utama penyebab terjadinya pelebaran puncak yaitu:

a. Difusi Eddy, merupakan aliran tidak teratur yang menyebabkan

terjadinya pencampuran konvektif. Difusi Eddy disebabkan oleh banyak

kemungkinan pada kemasan kolom yang kurang baik.

Gambar 4. Difusi Eddy

(31)

Gambar 4 dan 5 menunjukkan proses terjadinya difusi Eddy. Nomor 1

menunjukkan analit yang keluar lebih dahulu karena melewati kolom dengan

partikel berukuran besar dan kurang kompak. Nomor 2 menunjukkan analit keluar

lebih lambat dari nomor 1 karena ukuran partikel yang lebih kecil dan lebih

kompak daripada nomor 1. Nomor 3, analit keluar paling akhir, hal ini terjadi

karena melewati bagian kolom dengan ukuran partikel halus dan kompak.

b. Difusi Longitudinal, merupakan efek dari gerakan random molekul

analit dalam fase gerak karena adanya perbedaan konsentrasi.

c. Transfer massa non-ekuillibrium, merupakan efek laju ekuilibrasi

analit di antara fase gerak dan fase diam yang terbatas. Hal ini terjadi karena pada

umumnya aliran fase gerak terlalu cepat untuk mendapatkan ekuilibrium antara

kedua fase (Noegrohati, 1994).

Transfer massa dinyatakan dengan nilai Cstasionery dan Cmobile. Cstasionery merupakan

hasil dari ditahannya solut karena adanya fase diam. Suatu molekul bergerak

lambat dalam fase diam, sementara molekul lainnya melaju melalui kolom

bersama dengan fase gerak. Untuk mengatasi hal ini diperlukan fase diam yang

lebih encer (tidak terlalu kental). Peristiwa ini dapat digambarkan sebagai berikut :

(32)

Cmobile menggambarkan adanya peristiwa di mana solut dalam fase diam bertemu

dengan fase gerak yang masih baru. Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 7. Transfer Massa Fase Gerak (Willard et al., 1988) Hubungan antara ketiga faktor dapat digambarkan dengan persamaan Van

Deemter :

. .

A = difusi Eddy

B = difusi longitudinal

C = transfer massa non-ekuilibrium

= rata-rata flow rate linear fase gerak

H = HETP (Noegrohati,1994)

Faktor resolusi adalah ukuran pemisahan dari dua puncak. Daya pisah

(Rs) dapat diukur dengan persamaan:

2 1 2 1 1 2 2 ) )( 2 / 1 ( ) ( w w t w w t t

Rs R R

(33)

Nilai tR2 dan tR1 adalah waktu retensi senyawa, diukur pada titik maksimum

puncak dan Δt adalah selisih antara tR2 dan tR1. Nilai w2 dan w1 adalah lebar alas

puncak dinyatakan dalam satuan waktu.

Untuk memperbaiki resolusi dapat dinyatakan dengan parameter-parameter

sebagai berikut:

Berdasarkan rumus tersebut terlihat bahwa resolusi merupakan fungsi dari 3

faktor, yaitu selektivitas kolom yang tergantung pada α, faktor kapasitas yang

tergantung pada nilai k’ dan faktor efisiensi yang tergantung pada nilai N

(Noegrohati, 1994).

Hasil pemisahan ditunjukkan pada kromatogram dan selanjutnya dapat

ditentukan waktu retensi atau waktu tambat (tr) yang dapat digunakan untuk

mengidentifikasi senyawa. Tr adalah selang waktu yang diperlukan oleh linarut mulai

pada saat injeksi sampai keluar dari kolom dan sinyalnya ditangkap oleh detektor.

Waktu retensi ini bersifat khas untuk senyawa tertentu. Beberapa mungkin

mempunyai waktu retensi yang berdekatan, tetapi setiap senyawa hanya memiliki

satu waktu retensi saja, karena setiap senyawa memiliki harga K (koefisien distribusi)

yang spesifik (Mulja, 1995).

Kualitas pemisahan KCKT dapat ditentukan dengan resolusi dan waktu

(34)

dua dan waktu pemisahannya singkat. Resolusi dapat ditentukan dengan tiga

parameter yang secara langsung berhubungan dengan kondisi percobaan, yaitu faktor

pemisahan, jumlah lempeng teoritis, dan rata-rata faktor retensi antara dua peak yang

berdekatan (faktor kapasitas).

Parameter faktor pemisahan dan faktor kapasitas ditentukan dengan

beberapa kondisi yang mempengaruhi waktu retensi atau kesetimbangan distribusi

antara sampel dengan fase diam dan sampel dengan fase gerak, yaitu :

1. Komposisi fase diam

2. Komposisi fase gerak

3. Temperatur

Jumlah lempeng teoritis dapat ditingkatkan dengan beberapa faktor, yaitu :

1. Kualitas kolom yang baik (ter-packing dengan baik)

2. Kolom yang lebih panjang

3. Kecepatan alir yang lebih lambat

4. Makin kecil partikel dalam kolom

5. Viskositas fase gerak yang lebih rendah dan temperatur yang lebih tinggi

6. Molekul sampel yang lebih kecil

7. Efek ekstra kolom yang minimum.

Bentuk peak sama pentingnya dalam perkembangan metode KCKT. Kolom

dan kondisi percobaan yang menghasilkan peak yang simetris selalu dipilih. Peak

yang asimetris dapat terjadi karena antara lain jumlah sampel yang berlebihan,

(35)

menyebabkan pengekoran atau peak yang asimetris harus dihindari, karena dapat

menyebabkan pemisahan yang buruk dan menurunkan presisi, serta menurunkan

kemampuan untuk pengukuran setiap peak secara akurat.

Detektor yang paling sering digunakan selama perkembangan metode KCKT

adalah detektor UV. Pemilihan detektor yang tepat dapat meningkatkan selektivitas

dan sensitivitas serta mengurangi baseline noise (Snyder, 1997).

E. Parameter Validasi, Kategori Metode, dan Kesalahan dalam Analisis 1. Parameter Validasi Analisis

Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter

tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan bahwa parameter

tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya (Harmita, 2004).

Beberapa parameter analisis yang harus dipertimbangkan dalam validasi

metode analisis antara lain:

a. Akurasi

Akurasi atau kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat

kedekatan hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Akurasi dinyatakan

dengan persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan (Harmita,

2004).

Kriteria % perolehan kembali yang diijinkan pada setiap konsentrasi

(36)

Tabel II. Kriteria Penerimaan Akurasi Pada Konsentrasi Analit Yang Berbeda

Analit pada sampel (%)

Rata-rata yang diperoleh (%) 100 98-102 >10 98-102 >1 97-103 >0.1 95-105 0.01 90-107 0.001 90-107

0.0001 (1 ppm) 80-110

0.00001 (100 ppb) 80-110

0.000001 (10 ppb) 60-115

0.0000001 (1 ppb) 40-120

(Harmita, 2004)

Akurasi untuk kadar obat yang besar adalah 95-105%, sedangkan untuk bioanalisis

rentang 80-120% masih bisa diterima (Mulja dan Hanwar, 2003).

b. Presisi

Presisi adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil

uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika

prosedur diterapkan secara berulang-ulang pada sampel-sampel yang diambil dari

campuran yang homogen (Harmita, 2004).

Presisi dinyatakan dalam koefisien variasi (KV). Suatu metode dapat

dikatakan baik apabila memiliki KV < 2% (Harmita, 2004).

Presisi terdiri dari 3 macam, yaitu (Anonim, 1995) :

1) Reproducibility, adalah keseksamaan metode bila analisis dikerjakan

(37)

2) Intermediate precision, adalah keseksamaan metode bila analisis

dikerjakan di laboratorium yang sama pada hari yang berbeda atau analis yang

berbeda atau peralatan yang berbeda.

3) Repeatibility, adalah keseksamaan metode jika analisis dilakukan oleh

analis yang sama dengan peralatan yang sama pada interval waktu yang pendek.

Tabel III. Kriteria Penerimaan Presisi Pada Konsentrasi Analit Yang Berbeda

Kadar analit (%)

Koefisien variasi/KV (%)

100 1.3

>10 2.7

>1 2.8

>0.1 3.7

0.01 5.3

(Yuwono dan Indrayanto, 2005)

Untuk bioanalisis, nilai KV 15-20% masih dapat diterima (Mulja dan Hanwar,

2003).

c. Linearitas dan rentang

Linearitas merupakan kemampuan suatu metode (pada rentang tertentu)

untuk mendapatkan hasil uji yang secara langsung proposional dengan konsentrasi

analit di dalam sampel. Rentang adalah jarak antara level terbawah dan teratas dari

metode analisis yang telah dipakai untuk mendapatkan presisi, akurasi dan

linieritas yang bisa diterima (Anonim, 2007).

d. Spesifitas

Spesifitas merupakan karakteristik terpenting dari suatu metode dan harus

(38)

kemampuan suatu metode untuk mengukur dengan akurat respon analit di antara

seluruh komponen sampel potensial yang mungkin ada dalam matriks sampel

(Mulja dan Hanwar, 2003).

e. Limit of Detection (LOD)

LOD adalah konsentrasi analit terendah dalam sampel yang masih dapat

diukur pada kondisi percobaan tertentu tetapi tidak perlu secara kuantitatif.

Penentuan LOD pada metode instrumental dapat didasarkan pada signal to noise

ratio yaitu dengan cara membandingkan hasil pengukuran analit yang telah

diketahui konsentrasinya terhadap respon blangko. Konsentrasi analit yang mampu

memberikan respon 2-3 kali respon blangko inilah yang kemudian ditetapkan

sebagai LOD. Penentuan LOD dapat pula didasarkan pada standar deviasi yang

diperoleh dari pengukuran sejumlah blangko yang kemudian dikalikan dengan

faktor sebesar 2 atau 3 (Anonim, 1995).

f. Limit of Quantitation (LOQ)

LOQ adalah konsentrasi terendah dari analit dalam sampel yang masih

dapat dianalisis dengan presisi dan akurasi yang baik pada kondisi percobaan

tertentu dari suatu metode. LOQ merupakan parameter uji kuantitatif untuk

senyawa berkadar rendah dalam sampel yang mengandung bahan-bahan lainnya

seperti bahan pengotor dalam serbuk obat dan hasil degradasi dari suatu produk

obat jadi. Penentuan LOQ pada metode instrumental biasanya didasarkan pada

standar deviasi yang diperoleh dari pengukuran sejumlah blangko yang kemudian

(39)

g. Sensitivitas

Sensitivitas merupakan kemampuan metode untuk mengidentifikasi

perbedaan yang kecil antar konsentrasi analit. Faktor yang mempengaruhi

sensitivitas ini adalah kemiringan dari kurva baku dan presisi, misalkan terdapat

dua metode analisis dengan tingkat presisi yang sama akan tetapi kemiringan

kurva baku keduanya berbeda maka metode yang lebih sensitif adalah metode

yang mempunyai kemiringan kurva baku yang lebih curam, begitu juga sebaliknya

(Skoog, 1985).

h. Range

Range adalah interval antara konsentrasi terendah sampai konsentrasi

tertinggi dari analit yang dapat diukur secara kuantitatif menggunakan metode

analisis tertentu dan menghasilkan akurasi serta presisi yang memadai. Biasanya

range mempunyai satuan yang sama dengan satuan yang digunakan pada hasil

analisis (Anonim, 1995).

2. Kategori Metode Analisis

Metode analisis dapat dibedakan menjadi 4, yaitu :

a. Kategori I, mencakup metode analisis untuk kuantifikasi komponen terbesar

dalam obat atau bahan aktif (termasuk bahan pengawet) dari suatu sediaan.

b. Kategori II, mencakup metode analisis untuk penentuan impurities bahan obat

dan degradasi produk sediaan farmasi, termasuk penentuan kuantitatif dan uji

(40)

c. Kategori III, mencakup metode analisis yang digunakan untuk menentukan

karakteristik sediaan farmasi (seperti disolusi, pelepasan obat).

d. Kategori IV, mencakup uji identifikasi.

Setiap kategori metode analisis memiliki persyaratan validasi yang berbeda-beda

seperti yang tercantum pada tabel IV.

Tabel IV. Parameter Validasi Yang Dipersyaratkan Untuk Validasi Metode Analisis

Parameter Kategori I Kategori II Kategori III Kategori IV Kualitatif Uji Batas

Akurasi Ya Ya * * Tidak

Presisi Ya Ya Tidak Ya Tidak

Spesifitas Ya Ya Ya * Ya

LOD Tidak Tidak Ya * Tidak

LOQ Tidak Ya Tidak * Tidak

Linearitas Ya Ya Tidak * Tidak

Range Ya Ya * * Tidak

* Mungkin dibutuhkan, tergantung pada sifat test yang spesifik.

(Anonim, 2005).

3. Kesalahan Dalam Analisis

Kesalahan pada metode analisis kimia, yaitu :

a. Kesalahan sistematik, merupakan hasil analisis yang menyimpang secara tetap

dari nilai sebenarnya karena proses pelaksanaan prosedur analisis. Kesalahan

sistematik ada 2 macam, yaitu :

1) Kesalahan pada metode analisis, agak sulit dideteksi karena kesalahan

metode analisis ini disebabkan sifat fisika kimia pereaksi yang dipakai tidak

(41)

2) Kesalahan individual, adalah kesalahan yang timbul karena kesalahan

individu dalam pengamatan atau pembacaan instrumen yang dihadapi.

Kesalahan ini dapat dicari sebabnya dan dapat dikendalikan dengan kalibrasi

instrumen secara berkala, pemilihan metode dan prosedur standar dari badan

resmi, pemakaian bahan kimia dengan derajat untuk analisis, dan peningkatan

pengetahuan peneliti.

b. Kesalahan tidak sistematik, adalah penyimpangan tidak tetap dari hasil

penentuan kadar dengan instrumenasi yang disebabkan oleh fluktuasi instrumen

yang dipakai. Meningkatnya kesalahan tidak sistematik disebabkan tiap bagian

instrumen memberikan noise yang kecil yang kemudian ada kemungkinan

menjadi semakin besar sebagai nilai noise kumulatif. Penyebab kesalahan ini

tidak diketahui. Pemakaian instrumen dengan kualitas baik akan menekan nilai

kesalahan ini.

F. Landasan Teori

Tanaman binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) diketahui memiliki

beberapa kandungan kimia, salah satunya adalah asam ursolat. Asam ursolat yang

ingin diteliti dalam penelitian ini merupakan isomer dari asam oleanolat. Metode

KCKT dapat digunakan dalam penetapan kadar asam ursolat dalam ekstrak daun

binahong karena adanya perbedaan interaksi asam ursolat dan senyawa lain dalam

ekstrak daun binahong terhadap fase diam dan fase gerak yang digunakan. Pada

(42)

terbalik karena asam ursolat merupakan senyawa organik yang mempunyai gugus

polar yang relatif larut dalam metanol sehingga sulit dipisahkan menggunakan

kromatogafi cair kinerja tinggi fase normal yang menggunakan kolom polar dan fase

gerak yang bersifat non polar karena analit akan cenderung terikat kuat pada fase

diam dan pemisahannya akan relatif lama dan tidak efisien.

G. Hipotesis

Dari rumusan permasalahan, dapat disusun hipotesis sebagai berikut :

1. Metode kromatografi cair kinerja tingi fase terbalik memenuhi parameter

validasi metode analisis yang meliputi akurasi, presisi, linearitas, LOD, dan

LOQ jika digunakan dalam penetapan kadar asam ursolat.

2. Metode kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik dapat diaplikasikan untuk

(43)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan termasuk penelitian non eksperimental deskriptif.

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analisis Instrumental Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

B. Variabel Operasional 1. Variabel bebas

Variabel bebas dari penelitian ini adalah jenis dan perbandingan fase gerak,

yaitu metanol:ortophosphoric acid 1% (90:10), serta flow rate sebesar 0,6

ml/menit.

2. Variabel tergantung

Variabel tergantung pada penelitian ini adalah nilai akurasi, presisi, linearitas,

Limit Of Detection (LOD), dan Limit Of Quatitative (LOQ).

3. Variabel terkendali

Variabel terkendali dalam penelitian kali ini adalah kemurnian pelarut yang

digunakan. Untuk mengatasinya digunakan pelarut yang mempunyai kemurnian

(44)

C. Alat-alat Penelitian

Seperangkat KCKT yang terdiri dari pompa merk Shimadzu LC-10AD C21 2547

06757, detektor UV Vis merk Shimadzu SPD 10 AV, CBM 101 merk Shimadzu,

seperangkat komputer merk ACER, printer merk Hewlett Packard Deskjet 670C,

injektor jenis katup injek model 77251, kolom C18 merk Knauer 4.6 mm x 25 cm,

syringe merk Hamilton Part, alat degassing ultrasonik merk Retsch tipe T640,

penyaring Whatmann anorganik dan organik, membran filter merk Whatman,

evaporator, neraca analitik merk Scaltec SBC 22, vakum merk Gast model

DOA-P104-BN, millipore dengan ukuran pori 0,45 µm, waterbath, evaporator, pipet tetes,

pipet volume (1 ml, 5 ml, 10 ml), labu ukur (10 ml, 50 ml, 100 ml), Erlenmeyer, dan

alat-alat gelas lain.

D. Bahan-bahan Penelitian

Kloroform [p.a. Merck], metanol [p.a. Merck], orthophosphoric acid [p.a. Merck],

aquabidest (PT. Ikapharmindo Putramas), asam ursolat standar [Sigma], dan daun

(45)

E. Tata Cara Penelitian 1. Penyiapan Sampel

a. Pemilihan sampel

Sampel yang dipilih adalah daun tanaman binahong yang dikeringkan. Sampel

yang digunakan direplikasi sebanyak 3 kali dan dibuat triplo di setiap

replikasinya.

b. Determinasi tanaman

Determinasi tanaman binahong dilakukan dengan panduan buku “Flora of Java”

sehingga diketahui tanaman binahong termasuk dalam famili Basellaceae.

Kemudian tanaman binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) dibuat

herbariumnya dalam bentuk kering meliputi akar, batang, dan daun.

c. Pengeringan sampel

Lebih kurang 100,0 gram daun segar tanaman binahong dicuci sampai bersih

dengan air mengalir. Daun segar tersebut kemudian dipotong-potong dan

dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60⁰C.

d. Ekstraksi sampel

Lima gram daun binahong kering ditimbang kemudian diekstraksi

menggunakan digesti selama 30 menit dengan pelarut kloroform sebanyak 30,0

ml (ekstraksi I). Ekstrak kental yang didapatkan kemudian disaring dengan

menggunakan kertas saring. Residu ekstraksi pertama kemudian diekstraksi

(46)

(1:1 v/v) sebanyak 30,0 ml selama 30 menit (ekstraksi II). Ekstrak dari hasil

ekstraksi II kemudian disaring menggunakan kertas saring dan dicampur

dengan hasil ekstraksi I yang kemudian dilakukan evaporasi hasil ekstraksi

sampai pelarut teruapkan sempurna pada suhu 70⁰C. Rendemen hasil evaporasi

kemudian dilarutkan dengan metanol sampai 25,0 ml.

2. Validasi Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi a. Pembuatan larutan stok asam ursolat

Larutan stok asam ursolat dibuat dengan cara menimbang seksama sebanyak

0,01 g baku asam ursolat, kemudian dilarutkan dalam campuran

kloroform-metanol 1:4 (v/v) hingga volume 10,0 ml.

b. Pembuatan larutan intermediet asam ursolat

Larutan intermediet asam ursolat dibuat dengan cara memipet 1,0 ml larutan

baku asam ursolat, kemudian ditambah dengan campuran kloroform-metanol

1:4 (v/v) hingga 10,0 ml. Asam ursolat dengan konsentrasi 94,4 µg/ml ini

kemudian disaring dengan millipore dan di-degassing dengan menggunakan

ultrasonicator selama 15 menit.

c. Pembuatan fase gerak

Fase gerak yang digunakan dalam penelitian ini adalah campuran metanol dan

orthophosphoric acid 1% dengan perbandingan 90:10 (v/v). Orthophosphoric

(47)

aquabidest. Campuran metanol:orthophosphoric acid 1% 90:10 (v/v) ini

kemudian disaring dengan penyaring Whatman anorganik dengan bantuan

pompa vakum lalu di-degassing dengan menggunakan ultrasonicator selama 15

menit.

d. Pembuatan kurva baku

Larutan intermediet asam ursolat yang dibuat dengan konsentrasi 94,4 µg/ml

yang sudah disaring dengan millipore dan di-degassing dengan ultrasonicator

selama 15 menit dimasukkan ke dalam tray dan dibuat seri volume injek

dengan volume 2,0; 4,0; 6,0; 8,0; dan 10,0 µl, kemudian diinjek dengan

kecepatan alir fase gerak yang optimum dan dideteksi pada panjang gelombang

maksimum asam ursolat. Dari kromatogram dilihat AUC pada waktu retensi

yang sesuai dengan waktu retensi asam ursolat. Dibuat kurva regresi linier yang

menyatakan hubungan antara kadar asam ursolat vs harga AUC, kemudian

ditentukan nilai koefisien korelasinya.

e. Recovery kurva baku

Satu mililiter larutan intermediet asam ursolat yang dibuat dengan konsentrasi

94,4 µg/ml ditambah dengan sampel ekstrak daun binahong hingga 10,0 ml,

kemudian disaring dengan millipore dan di-degassing dengan ultrasonicator

selama 15 menit dimasukkan ke dalam tray dan dibuat seri volume injek

dengan volume 2,0; 6,0; dan 10,0 µl, kemudian diinjek dengan 3 kali replikasi

dengan kecepatan alir fase gerak yang optimum dan dideteksi pada panjang

(48)

sehingga diperoleh 9 data. Dari kromatogram dilihat AUC pada waktu retensi

sesuai dengan dengan waktu retensi asam ursolat. Kadar asam ursolat dihitung

dengan memasukkan harga AUC ke persamaan kurva baku yang diperoleh.

f. Analisis validitas metode KCKT

Parameter-parameter yang digunakan sebagai pedoman kesahihan suatu metode

analisis antara lain:

(1)Akurasi

Akurasi metode analisis dinyatakan dengan % perolehan kembali

(recovery) yang dihitung dengan cara sebagai berikut :

% recovery = x100%

sebenarnya ursolat asam kadar didapat yang ursolat asam kadar

metode analisis dikatakan memiliki akurasi yang baik apabila %

perolehan kembali baku asam oleanolat berada pada rentang 98-102%

(Yuwono dan Indrayanto, 2005).

(2)Presisi

Presisi metode analisis dinilai berdasarkan Koefisien Variasi yang

dihitung dengan cara sebagai berikut :

x100% kadar rata rata SD − = KV

metode analisis dikatakan baik jika nilai KV < 2% (Yuwanto dan

(49)

(3)Linearitas

Linearitas dilihat dari harga r (koefisien korelasi) hasil pengukuran seri

baku asam ursolat. Suatu metode dikatakan memiliki linearitas yang baik

jika nilai r > 0,99 atau r2 > 0,997 (Chan et al.., 2004). Rentang ditentukan

dari kadar asam ursolat yang digunakan dalam analisis, mulai dari kadar

terkecil hingga terbesar.

(4)Limit Of Detection (LOD) dan Limit Of Quantitation (LOQ)

LOD dan LOQ dapat dihitung menggunakan rumus :

LOD =  b x Sy 3   LOQ =  b x Sy 10

Dimana Sy merupakan simpangan baku residual yang diperoleh melalui

akar dari jumlah (y-y’)2 dibagi (n-2), sedang b merupakan slope dari

persamaan kurva baku.

3. Uji Kualitatif

Sebanyak 0,5 ml ekstrak daun binahong ditambah 0,5 ml baku asam ursolat

dengan konsentrasi 94,4 µg/ml, kemudian ditambah dengan pelarut

kloroform:metanol (1:4) v/v hingga volume 10,0 ml. Campuran ini kemudian

(50)

ultrasonicator selama 15 menit, lalu diinjeksikan dalam sistem kromatografi cair

(51)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Penyiapan fase gerak metanol:ortophosphoric acid 1% (90:10)

Fase gerak yang digunakan adalah campuran metanol dan ortophosphoric

acid 1% dengan perbandingan 90:10. Pemilihan fase gerak didasarkan pada sistem

kromatografi yang dipilih. Senyawa yang akan dianalisis mempunyai bobot molekul

kurang dari 2000 dan larut dalam alkohol tetapi tidak larut dalam air. Oleh karena itu,

dipilih sistem kromatografi partisi dalam KCKT. Pada sistem kromatografi partisi,

fase diam dapat bersifat polar maupun non polar. Jika fase diam yang digunakan

bersifat polar dan fase diam yang digunakan bersifat non polar, maka disebut

kromatografi fase normal. Demikian sebaliknya, apabila digunakan fase diam bersifat

non polar dan fase gerak yang digunakan bersifat polar, maka disebut kromatografi

fase terbalik. Pada penelitian ini digunakan sistem kromatografi fase terbalik karena

jika dilihat dari struktur senyawa asam ursolat merupakan senyawa yang mempunyai

gugus polar, sehingga dapat digunakan kolom oktadesilsilan (ODS) yang bersifat non

polar dan fase gerak yang bersifat polar. Pemilihan fase gerak yang akan digunakan

ini sangat penting karena akan mempengaruhi waktu retensi dan pemisahan

komponen yang akan dianalisis.

Pembuatan fase gerak terlebih dahulu dengan membuat larutan

orthophosphoric acid 1%, karena ortophosphoric acid yang tersedia di laboratorium

(52)

dengan ortophosphoric acid 1% tersebut dengan perbandingan yang diinginkan

(90:10). Campuran tersebut kemudian disaring dengan menggunakan penyaring

Whatman anorganik dengan bantuan pompa vakum. Digunakan penyaring Whatman

anorganik karena fase gerak yang digunakan bersifat polar, sehingga penyaring dapat

menahan kotoran yang ada. Namun apabila digunakan penyaring yang bersifat

organik, maka fase gerak yang digunakan dapat melarutkan atau melewati penyaring

sehingga pori-pori penyaring menjadi besar dan akibatnya akan ada kotoran tidak

dapat tersaring. Setelah disaring, fase gerak kemudian di-degassing dengan

menggunakan ultrasonicator selama 15 menit. Hal ini bertujuan agar gelembung gas

yang terjebak di dalam fase gerak dapat terbebas dan tidak mengganggu saat

pembacaan dengan membentuk sinyal palsu.

Gugus polar asam ursolat akan berinteraksi dengan fase gerak melalui ikatan

hidrogen. Semakin banyak gugus polar yang dimiliki oleh suatu senyawa, maka akan

semakin banyak ikatan hidrogen yang terbentuk sehingga afinitas antara fase gerak

dengan gugus polar suatu senyawa semakin besar dan akan semakin cepat terelusi

(53)

O

CH3 CH3

CH3 C CH3 CH3 O OH H H CH3 H3C

H

H

  Gambar 8. Gugus Polar Asam Ursolat

O

CH3 CH3

CH3 C CH3 CH3 O OH H H CH3 H3C

H

H

(54)

O

CH3 H

CH3 C CH3 H H CH3 CH3 CH3 O O H H H OCH3 O H H OCH3 O O H CH3 H CH3 CH3 CH3   Gambar 10. Interaksi Hidrogen Antara Asam Ursolat Dengan Metanol Dalam

Fase Gerak

B.Penetapan kurva baku

Hasil penetapan kurva baku asam ursolat adalah suatu persamaan regresi

linear yang dapat digunakan untuk menghitung kadar asam ursolat dalam sampel.

Bila serapan sampel diketahui maka kadar asam ursolat dalam sampel dapat dihitung

dengan cara memasukkan serapan sampel ke dalam persamaan regresi linear.

Persamaan regresi linear tersebut menggambarkan hubungan antara konsentrasi asam

ursolat dengan serapan asam ursolat. Penetapan kurva baku pada penelitian ini

menggunakan larutan intermediet asam ursolat dengan volume injek 2,0; 4,0; 6,0;

(55)

ini tidak digunakan variasi seri konsentrasi, tetapi menggunakan variasi volume injek,

sebab dengan menggunakan variasi volume injek sudah dapat menggambarkan

variasi seri konsentrasi, sehingga dapat dikonversi ke massa. Penetapan kurva baku

diukur pada panjang gelombang maksimum teoritis, yaitu 210 nm. Hasil penetapan

kurva baku asam ursolat dapat dilihat pada tabel V.

Tabel V. Hasil Penetapan Kurva Baku Asam Ursolat

Volume Injek

(µl)

Repetisi I Repetisi II Repetisi III Massa

Baku (µg)

AUC Massa Baku

(µg)

AUC Massa Baku

(µg)

AUC

2.0 0.1888 124308 0.1998 129600 0.1930 124712

4.0 0.3776 250582 0.3996 265904 0.3860 253685

6.0 0.5664 378897 0.5994 396144 0.5790 382119

8.0 0.7552 506832 0.7992 531983 0.7720 510732

10.0 0.9440 635246 0.9990 664154 0.9650 637376

A = -4264.8 B = 676973.5169 r = 0.999995

A = -2999.1 B = 668261.7618 r = 0.999979

A = -2987.7 B = 664443.0052 r = 0.999994 Persamaan

Kurva Baku

y = 676973.5169x - 4264.8

y = 668261.7618x - 2999.1

y = 664443.0052x - 2987.7 Keterangan : A = intercept

B = slope

r = corr coeff.

y = Bx + A

Dari data di atas diperoleh 3 persamaan regresi linear dengan nilai α yang

lebih baik dan semuanya memiliki nilai koefisien korelasi (r) hitung yang lebih besar

dari pada nilai koefisien korelasi (r) tabel dengan df = 3 dan taraf kepercayaan 99%

(56)

antara konsentrasi asam ursolat dengan serapan asam ursolat. Dari 3 persamaan

regresi di atas dapat dilihat persamaan regresi linear yang paling baik adalah y =

676973,5169x – 4264,8 karena persamaan regresi linear tersebut memiliki nilai r

hitung yang paling mendekati 1 yaitu 0,999995. Oleh karena itu, persamaan regresi

linear inilah yang nantinya digunakan untuk menetapkan kadar asam ursolat dalam

sampel. Berikut ini adalah kurva hubungan antara massa baku asam ursolat dengan

serapan yang diberikan.

Gambar 11. Kurva Hubungan Antara Massa Baku Asam Ursolat Dengan AUC

C.Penyiapan Sampel

Penyiapan sampel dimulai dari pemilihan daun segar binahong, kemudian

dipotong-potong dan dikeringkan dalam oven pada temperatur 60ºC. Pengeringan 0

100000 200000 300000 400000 500000 600000 700000

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1

AUC

(57)

daun binahong merupakan proses penting yang bertujuan untuk menghilangkan air

yang terkandung sehingga membran sel rusak dan asam ursolat lebih mudah diambil.

Daun binahong diekstraksi dengan digesti. Digesti merupakan salah satu

metode ekstraksi dengan maserasi yang disertai dengan pemanasan suhu rendah

(40-50OC). Bahan yang diekstraksi direndam dalam cairan penyari di dalam labu alas

bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak, kemudian dipanaskan sampai

mendidih. Cairan penyari akan menguap, yang kemudian uap tersebut akan

mengembun dalam pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif dalam

simplisia tersebut.

Kandungan asam ursolat pada daun binahong diambil dengan menggunakan

sistem 2 kali ekstraksi. Ekstraksi pertama menggunakan pelarut kloroform sebanyak

30,0 ml selama 30 menit pada suhu 70ºC. Residu dari ekstraksi pertama kemudian

diekstraksi kembali dengan menggunakan pelarut campuran antara metanol dan

kloroform sebanyak 30,0 ml dengan perbandingan 1:1 (v/v) selama 30 menit pada

suhu 70ºC. Hasil ekstraksi pertama dan kedua dicampur untuk kemudian dievaporasi

menggunakan rotari evaporator. Digunakan pelarut kloroform pada ekstraksi pertama

karena asam ursolat lebih bersifat non polar dan kloroform juga bersifat non polar,

seperti pada prinsip like dissolve like di mana kepolaran dari kloroform menarik zat

yang mempunyai kepolaran yang hampir sama pada daun binahong salah satunya

yaitu asam ursolat. Kemudian residu dari ekstraksi pertama diekstraksi kembali

dengan menggunakan pelarut koroform-metanol (1:1) v/v untuk memastikan bahwa

(58)

Evaporasi dilakukan dengan tujuan untuk mengeringkan ekstrak daun

binahong. Prinsip evaporasi adalah dengan menarik pelarut sehingga didapatkan

rendemen. Rendemen ini kemudian dilarutkan dengan pelarut metanol sampai

mencapai volume 25,0 ml. Kemudian sebanyak 1,0 ml ekstrak daun binahong

ditambah dengan metanol sampai volume 10,0 ml. Setelah itu, sampel disaring

dengan menggunakan millipore (sebagai membran filter) untuk menghilangkan

semua partikel yang tak larut dalam fase gerak. Semakin kecil ukuran pori membran

filter, maka filtrat yang dihasilkan akan semakin jernih. Pada penelitian digunakan

millipore dengan ukuran pori 0,45 µm, karena partikel yang akan dihilangkan adalah

partikel yang berukuran lebih dari 0,45 µm. Partikel harus dihilangkan sebab partikel

akan dapat menyumbat inlet kolom, sehingga dapat merusak kolom yang pada

akhirnya akan mengurangi umur normal kolom. Filtrat yang didapatkan selanjutnya

di-degassing selama 15 menit untuk menghilangkan gelembung gas yang terdapat

dalam larutan. Gelembung gas dalam sampel harus dihilangkan agar tidak

menyumbat kolom instrumen dan tidak memberikan sinyal palsu sehingga tidak

mengganggu pembacaan.

D.Analisis kualitatif

Uji kualitatif menunjukkan adanya puncak yang mempunyai waktu retensi

yang sama dengan puncak kromatogram standar asam ursolat. Waktu retensi asam

ursolat pada kromatogram standar menunjukkan bahwa puncak terjadi pada menit

(59)

yang berdekatan antara standar asam ursolat dengan sampel menunjukkan bahwa

dalam ekstrak daun binahong terdapat senyawa asam ursolat. Hal ini diperkuat

dengan analisis menggunakan teknik spiking. Dengan menggunakan teknik ini dapat

diketahui pada kromatogram, pada sekitar menit ke-23, AUC yang didapat lebih besar

dari pada AUC sampel maupun AUC standar. Dari kromatogram dapat dilihat bahwa

AUC untuk baku asam ursolat sebesar 378897, AUC untuk sampel ekstrak daun

binahong sebesar 132084, dan AUC untuk spiking sebesar 734811. Diketahuinya

waktu retensi asam ursolat di sekitar menit ke-23, maka proses analisis dengan

menggunakan metode kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik ini berlangsung

selama 60 menit untuk setiap penginjeksian. Kromatogram hasil uji kualitatif

(60)
(61)
(62)
(63)

Keberhasilan pemisahan ditunjukkan dengan nilai resolusi dimana nilai

resolusi dihitung dengan persamaan berikut :

Rs =

(Noegrohati, 1994).

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai resolusi sebesar 2,1. Nilai ini

menunjukkan nilai resolusi yang baik, karena nilai resolusi yang baik adalah lebih

dari 2 dan dengan didapatkannya nilai resolusi yang baik maka dapat dikatakan

bahwa telah terjadi pemisahan senyawa dengan baik.

E.Validitas metode 1. Akurasi

Akurasi dimaksudkan untuk mengetahui seberapa dekat antara hasil yang

diukur dengan menggunakan suatu metode analisis dengan hasil yang sebenarnya.

Akurasi dinyatakan dalam % perolehan kembali (recovery). Semakin sedikit

selisih antara keduanya maka akurasi metode analisis semakin baik. Menurut

Harmita (2004), akurasi yang baik untuk analisis bahan obat dengan kadar lebih

dari 10% adalah dinyatakan dalam recovery 90-110%. Serapan hasil pengukuran

diolah dengan persamaan regresi linear y = 676973,5169x – 4264,8 sehingga

(64)

Tabel VI. Hasil Perhitungan Recovery Volume injek (µl) Massa teoritis (µg) AUC Massa terukur (µg) Recovery (%)

2.0 0.094

132084 0.1007 106.673

104.413% 133101 0.1014 107.944

121793 0.0931 98.622

6.0 0.094

395495 0.0984 104.237

105.931% 400792 0.0997 105.614

409706 0.1019 107.944

10.0 0.094

691068 0.1027 108.792

107.909% 673256 0.1000 105.932

692868 0.1029 109.004

Rentang yang diperoleh adalah antara 104,413-107,909%. Hasil ini sudah masuk

dalam range 90-110%, sehingga dapat dikatakan bahwa metode analisis asam

ursolat secara kromatografi cair kinerja tinggi telah memenuhi syarat akurasi.

2. Presisi

Presisi menunjukkan keterulangan dan ketertiruan hasil yang diperoleh.

Presisi dinyatakan dalam KV (koefisien variasi). Menurut Harmita, presisi suatu

metode analisis untuk kadar analit lebih dari 10% dikatakan baik apabila KV

kurang dari 2,7%. Semakin kecil KV yang diperoleh, maka semakin baik presisi

metode yang digunakan.

Tabel VII. Hasil Perhitungan Kesalahan Sistemik dan Kesalahan Acak

Nilai Volume Injek (µl)

2.0 6.0 10.0

SD 5.055 1.873 1.716

(65)

Berdasarkan pengukuran yang dilakukan, diperoleh KV ≤ 2,7%. Hasil ini

menunjukkan bahwa presisi dari metode analisis asam ursolat secara kromatografi

cair kinerja tinggi telah memenuhi syarat presisi.

3. Linearitas

Linearitas menyatakan hubungan korelasi antara kadar dengan serapan.

Linearitas dinyatakan sebagai koefisien korelasi (r). Semakin baik nilai r maka

semakin baik korelasi antara kadar dengan serapan, yaitu dengan adanya

peningkatan kadar maka akan meningkatkan serapannya secara proporsional.

Berdasarkan pengukuran yang dilakukan diperoleh nilai r masing-masing

sebesar 0,999995; 0,999979; dan 0,999994. Nilai r ini sudah memenuhi

persyaratan APVMA tahun 2004 yaitu > 0,99% dan lebih besar dari rtabel, yaitu

0,959 (taraf kepercayaan 95% dan derajat bebas 3). Menurut Chan et al., linearitas

yang baik tercapai apabila nilai r2 ≥ 0,997. Dari ketiga nilai r tersebut semua

memenuhi persyaratan tersebut. Hasil ini menunjukkan bahwa linearitas dari

metode analisis asam ursolat secara kromatografi cair kinerja tinggi telah

memenuhi syarat linearitas.

4. Limit of Detection (LOD) dan Limit of Quantitation (LOQ)

LOD atau batas deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang

dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan

(66)

analit yang masih dapat dianalisis oleh suatu metode analisis dengan hasil yang

tetap memenuhi syarat akurasi dan presisi. LOD dan LOQ dapat ditentukan dari

persamaan regresi linear kurva baku. Semakin kecil nilai LOD dan LOQ maka

dapat dikatakan bahwa sensitivitas dari metode tersebut semakin baik.

Berdasarkan hasil pengukuran dan perhitungan, nilai LOD yang diperoleh

sebesar 3,117x10-3 µg/ml. Sedangkan nilai LOD yang diperoleh sebesar 0,0104

µg/ml. Konsentrasi terkecil dari seri kurva baku harus lebih besar dari nilai LOQ

agar analisis senyawa dapat memenuhi persyaratan akurasi dan presisi yang baik.

Dalam penelitian ini, konsentrasi seri kurva baku yang paling kecil adalah 94,4

µg/ml. Dengan demikian, kurva baku dapat digunakan dalam penetapan kadar

(67)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa metode kromatografi cair

kinerja tinggi fase terbalik dengan detektor ultraviolet yang dikembangkan dalam

penelitian ini merupakan metode yang valid dalam penetapan kadar asam ursolat

dalam ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis), dengan

memenuhi parameter metode analisis yang meliputi akurasi, presisi, linearitas,

LOD, dan LOQ.

B.Saran

Perlu dilakukan penetapan kadar asam ursolat dalam ekstrak daun

binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) dengan metode kromatografi cair

(68)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, edisi III, 8-9, 28, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Anonim, 1986, Sediaan Galenik, 8-51, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Anonim, 1989, The Merck Index an Encyclopedia of Chemicals, Drugs, and Biologicals, 11th Ed., 9801, Merck & Co., Inc., Rahway N. J., USA

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Anonim, 2005, The United States Pharmacopeia, 28th Ed., 1982-1984, United States Pharmacopeia Convention, Inc., Rockville

Anonim, 2007, The United State Pharmacopeia, edisi 30 (monograph on CD-ROM), United States Pharmacopeia Convention, Inc.

Anonim, 2009, Ursolic Acid Na-salt,

http://www.kinetiktech.com/brochures/pdf/gfn/Ursolic_Acid_Leaflet.pdf, diakses tanggal 28 April 2010

Backer, C. A., dan Van de Brink, R., C., 1963, Flora of Java, volume I, Wolters Noordhoff, N. N., Groningen, the Nedherlands

Cha, Hee-Jae, Bae, Soo-Kyung, Lee, Ho-Young, Lee, Ok-Hee, Sato, H., Seiki, M., et al., Anti-Invasive Activity of Ursolic Acid Correlates with the Reduced Expression of Matrix Metalloproteinase-9 (MMP-9) in HT1080 Human

Fibrosarcoma Cells1,

http://cancerres.aacrjournals.org/cgi/reprint/56/10/2281.pdf, diakses tanggal 28 April 2010

Chann, A. J., 2003, Maths from Scratch for Biologist, 213, John Wiley and sons LTD, England

Gnoatto, Simone C. B., Schenkel, E. P., dan Bassani Y.L., 2005, HPLC Method to

Assay Total Saponins in Ilex paraguariensis Aqueous Extract,

(69)

Gritter, R. J., Bobbit, J. M., and Schwarting, A. E., 1985, Introduction to Chromatography, diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata, Edisi II, 205-219, Penerbit ITB, Bandung

Harmita, 2004, Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya,

Majalah Ilmu Kefarmasian, 3 (1), 177, 129, Departemen Farmasi FMIPA UI, Jakarta

Hidayati, I. W., 2009, Uji Aktifitas Salep Ekstrak Daun Binahong (Anredera

cordifolia (Ten.) Steenis) sebagai Penyembuh Luka Bakar Pada Kulit

Punggung Kelinci, Skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta Press, Surakarta

Johnson, E. L., and Stevenson R., 1978, Basic Liquid Chromatography, diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata, 6-9, 17-25, 90-91, 99-103, ITB Press, Bandung

Kanade, Shrinivas, 2010, Anti Aging Creams Ingedients,

http://www.buzzle.com/articles/anti-aging-cream-ingredients.html, diakses tanggal 12 Mei 2010

Kazakevich, Y., dan Mc Nair, H., 1996, Basic Liquid Chromatography, diterjemahkan oleh Padmawinata, 1-27, 90-117, , Institut Teknologi Bandung Press, Bandung

Lazuardhi, 2009, Binahong, http://www.lazuardhi.blogspot/binahong/ diakses tanggal 12 Mei 2010

Liao, Qiongfeng, Yang, W., Jia, Y., Chen, X., Gao, Q., and Bi., K., 2005, LC-MS Determination and Pharmacokinetic Studies of Ursolic Acid in Rat Plasma after Administration of The Traditional Chinese Medicinal Preparation Lu-Ying Extract, http://yakushi.pharm.or.jp/FULL_TEXT/125_6/pdf/509.pdf, diakses tanggal 28 April 2010

Li, Jie, Wei-Jian Guo, Qing-Yao Yang, 2002, Effects of Ursolic Acid and Oleanolic

Acid on Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15,

http://www.wjgnet.com/1007-9327/8/493.pdf, diakses tanggal 28 April 2010

Mulja, M., dan Hanwar, D., 2003, Prinsip-Prinsip Cara Berlaboratorium yang Baik (Good Laboratory Practice), Majalah Farmasi Indonesia Airlangga, Vol. III,

(70)

Mulja, M. dan Suharman, 1995, Analisis Instrumental, 188, Institut Teknologi Bandung Press, Bandung

Munson, J. W., 1991, Pharmaceutical Analysis Modern Methods, diterjemahkan oleh Harjana, Parwa, B., 15, 33-34, Universitas Airlangga Press, Surabaya

Noegrohati, S., 1994, Pengantar Kromatografi, 16-17, Universitas Gajah Mada Press, Yogyakarta

Olszewska, M., 2008, Optimization and Validation of an HPLC-UV Method for Analysis of Corosolic, Oleanolic, and Ursolic Acids in Plant Material:Application to Prunus serotina Ehrh., Acta Chromatographica, Department of Pharmacognosy, Faculty of Pharmacy, Medical University of Lodz, Poland

Paramita, A., 2008, Optimasi Formula Span 80 dan Tween 80 Dalam Cold Cream Obat Luka Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) dengan Metode Simplex Lattice Design, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta Raihan, 2007, http://www.google.co.id/imglanding?q=binahong&imgurl=http://raihan07.files. wordpress.com/2009/11/binahong.jpg&imgrefurl=http://raihan07.wordpress.co m/2009/11/21/khasiat-tanaman-binahong/&usg=__bMfRWyt8-orrUOZf6ZkedmIU47U=&h=359&w=336&am

Gambar

Gambar 1. Binahong
Gambar 2. Struktur Kimia Asam Ursolat
Gambar 3. Skema Alat Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
Tabel I. Nilai Indeks Polaritas dan Eluen Strength Pelarut
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari komposisi fase gerak yang optimal, efisien serta melakukan uji validasi dari metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi dan metode

Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari komposisi fase gerak yang optimal, efisien serta melakukan uji validasi dari metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi dan metode

Salah satu metode yang pernah digunakan untuk menetapkan kadar campuran parasetamol dan natrium fenobarbital adalah Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) fase terbalik..

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui validitas metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) fase terbalik yang digunakan dalam penetapan kadar aspartam.. Penelitian ini

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa penetapan kadar kurkumin dengan metode KLT-Densitometri memenuhi parameter-parameter validasi yaitu selektivitas, linearitas,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui validitas metode penetapan kadar kurkumin dalam sediaan cair OHT merk Kiranti ® secara KCKT fase terbalik menggunakan

Penetapan kadar nikotin di dalam ekstrak etanolik daun tembakau dapat dilakukan dengan menggunakan metode kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) fase terbalik..

Telah dilakukan penelitian tentang validasi metode dan penetapan kadar nikotin dalam ekstrak tembakau rokok “Merek X” dengan metode kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) fase