• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skripsi PENGARUH KEBIJAKAN NEW NORMAL DI MASA PANDEMI COVID 19 TERHADAP PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PILKADA SERENTAK TAHUN 2020 DI KELURAHAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Skripsi PENGARUH KEBIJAKAN NEW NORMAL DI MASA PANDEMI COVID 19 TERHADAP PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PILKADA SERENTAK TAHUN 2020 DI KELURAHAN"

Copied!
231
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

PENGARUH KEBIJAKAN NEW NORMAL DI MASA PANDEMI COVID 19 TERHADAP PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT

DALAM PILKADA SERENTAK TAHUN 2020 DI KELURAHAN GUNUNG SARI KECAMATAN RAPPOCINI KOTA MAKASSAR

Oleh Nia Prastika

Nomor Induk Mahasiswa : 105641104317

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2022

(2)

i

PENGARUH KEBIJAKAN NEW NORMAL DI MASA PANDEMI COVID 19 TERHADAP PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PILKADA SERENTAK TAHUN 2020 DI KELURAHAN GUNUNG SARI KECAMATAN RAPPOCINI KOTA MAKASSAR

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Ilmu Pemerintahan

Disusun dan Diajukan Oleh NIA PRASTIKA

Nomor Stambuk : 105641104317

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2022

(3)

ii

(4)

iv

(5)
(6)

v ABSTRAK

Nia Prastika.2021.Pengaruh Kebijakan New normal di Masa Pandemi Covid 19 terhadap Partisipasi Politik Masyarakat dalam Pilkada Serentak Tahun 2020 di Kelurahan Gunung Sari Kecamatan Rappocini Kota Makassar (dibimbing oleh Dr.Nuryanti Mustari,S.IP,M.Si dan Fitriani Sari Handayani Razak,S.IP,M.A).

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kebijakan new normal dimasa pandemi covid-19 terhadap partisipasi politik di Kelurahan Gunung Sari. Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah Mix Methode Qualitative and Quantitative (campuran kualitatif dan kuantitatif secara seimbang). Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, kuesioner, dokumentasi dan wawancara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada pilkada serentak 2020 di Kelurahan Gunung Sari Kecamatan Rappocini Kota Makassar masyarakat antusias datang ke TPS untuk menggunakan hak pilihnya dengan tetap mematuhi anjuran pemerintah tentang kebijakan new normal yaitu mematuhi protokol kesehatan. Pengaruh kebijakan new normal dimasa pandemi covid-19 terhadap partisipasi politik di Kelurahan Gunung Sari berjalan dengan sangat baik. Hal ini berdasarkan skor rata-rata yang diperoleh dari item pernyataan : (1) Kebijakan new normal di masa pandemi covid 19 sebesar 88,49% yang menunjukkan bahwa berada pada kategori sangat setuju, (2) Partisipasi politik di Kelurahan Gunung Sari Kecamatan Rappocini Kota Makassar sebesar 88,56% yang menunjukkan bahwa berada pada kategori sangat setuju, dan (3) Model persamaan regresi sederhana Y = 13,969 + 0,593X. Kebijakan new normal di masa pandemi covid 19 berpengaruh positif terhadap partisipasi politik di Kelurahan Gunung Sari Kecamatan Rappocini Kota Makassar dengan persentase sebesar 64,9%. Kemudian ada 35,1% yang tidak dipengaruhi yang disebabkan oleh adanya faktor lain yang mempengaruhi partisipasi politik masyarakat.

Kata Kunci : Kebijakan New normal, Partisipasi Politik, Covid-19.

(7)

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur senantiasa saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan limpahan rahmat dan hidayah-Nya, akhirnya saya dapat menyelesaikan skripsi penelitian yang berjudul “Pengaruh Kebijakan New normal di Masa Pandemi Covid 19 terhadap Partisipasi Politik Masyarakat dalam Pilkada Serentak Tahun 2020 di Kelurahan Gunung Sari Kecamatan Rappocini Kota Makassar”.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga terkhusus kepada dosen pembimbing Ibu Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si sebagai pembimbing I dan Ibu Fitriani Sari Handayani Razak, S.IP, M.A sebagai pembimbing II, yang dengan tulus membimbing penulis, melakukan koreksi dan perbaikan-perbaikan yang amat berharga sejak dari awal sampai selesainya skripsi ini. Gagasan-gagasan beliau merupakan kenikmatan intelektual yang tak ternilai harganya. Semoga Allah SWT menggolongkan upaya – upaya beliau sebagai amal kebaikan.

Selanjutnya pada kesempatan ini penulis tak lupa mengucapkan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya terutama kepada :

(8)

vii

1. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang senantiasa medoakan dan mendukung saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. H.Ambo Asse, M.Ag sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membina Universitas ini dengan sebaik-baiknya.

3. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos,M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, yang telah membina fakultas ini dengan sebaik- baiknya.

4. Ibu Dr. Nuryanti Mustari, S.IP., M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah membina jurusan ini dengan sebaik-baiknya.

5. Ibu Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si sebagai pembimbing I dan Ibu Fitriani Sari Handayani Razak, S.IP, M.A sebagai pembimbing II.

6. Segenap Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah member bekal ilmu kepada penulis selama menempuh pendidikan dilembaga ini.

7. Segenap staf tata usaha Fakultas Ilmu Sosial dani lmu Politik, yang telah memberikan pelayanan administrasi dan bantuan kepada penulis.

8. Seluruh teman kelas B IP Rennaisans 017 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar yang senantiasa memberikan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

(9)

viii

9. Saudara dan saudariku sekaligus sahabat terbaik saya Muhammad Akbar,Uskar,dan Hilaliah yang selalu senantiasa siap untuk membantu dan memberikan dorongan semangat.

10. Kakanda Dwi Oktaviana dan Umrah Rahayu yang telah memotivasi penulis serta memberikan ilmu dan pengalaman yang tidak ternilai hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

11. Someone special for me is Yusuf Wiranto (My Love) yang selalu memberikan nasehat,dukungan dan membantu serta sabar dalam mendengar keluh kesahku dalam penyelesaian skripsi ini.

12. Untuk mereka yang bertanya kapan sarjana saya persembahkan skripsi ini sebagai jawaban.

Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Aamiin.

Makassar, 15 Januari 2022

Nia Prastika

(10)

ix DAFTAR ISI

SAMPUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

PENERIMAAN TIM PENILAI ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 12

C. Tujuan Penelitian ... 13

D. Manfaat Penelitian ... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 15

A. Pengertian, Konsep, dan Teori ... 15

B. Hasil Penelitian Terdahulu ... 54

C. Kerangka Pikir ... 59

D. Definisi Operasional Variabel ... 62

E. Hipotesis ... 63

BAB III METODE PENELITIAN ... 65

A. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 65

B. Jenis dan Tipe Penelitian ... 65

C. Informan Penelitian ... 66

D. Populasi dan Sampel ... 67

E. Teknik Pengumpulan Data ... 69

F. Sumber Data ... 70

G. Skala Pengukuran ... 71

H. Teknik Analisis Data ... 72

I. Pengabsahan Data ... 74

(11)

x

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 79

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 79

B. Gambaran Umum Responden ... 84

C. Hasil Penelitian ... 86

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 156

BAB V PENUTUP ... 173

A. Kesimpulan ... 173

B. Saran ... 174

DAFTAR PUSTAKA ... 175

LAMPIRAN ... 177

(12)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Sebaran Covid 19 Kota Makassar ... 7

Tabel 1.2 Data Jumlah Pemilih dan Pengguna Hak Pilih Pilkada 2018 ... 9

Tabel 1.3 Data Jumlah Pemilih dan Pengguna Hak Pilih Pilkada 2020 ... 10

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 54

Tabel 3.1 Informan Penelitian ... 66

Tabel 3.2 Teknik Penskoran Angket ... 72

Tabel 4.1 Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kelurahan Gunung Sari Kec. Rappocini Kota Makassar ... 80

Tabel 4.2 Ketersediaan Sarana Pendidikan di Kelurahan Gunung Sari Kec. Rappocini Kota Makassar ... 81

Tabel 4.3 Ketersediaan Sarana Kesehatan di Kelurahan Gunung Sari Kec. Rappocini Kota Makassar ... 82

Tabel 4.4 Ketersediaan Sarana Peribadatan di Kelurahan Gunung Sari Kec. Rappocini Kota Makassar ... 82

Tabel 4.5 Perbandingan Jumlah Pemilih Tahun 2018 dan 2020 di Kelurahan Gunung Sari Kecamatan Rappocini ... 83

Tabel 4.6 Klasifikasi Responden Wajib Pilih Pilkada 2020 Berdasarkan Tingkat Umur di Kelurahan Gunung Sari Kec.Rappocini Kota Makassar ... 85

Tabel 4.7 Klasifikasi Responden Wajib Pilih Pilkada 2020 Berdasarkan Jenis kelamin di Kelurahan Gunung Sari Kec.Rappocini Kota Makassar ... 85

Tabel 4.8 Menjaga Jarak (Social Distance) di Masa Pandemi Covid 19 ... 86

Tabel 4.9 Panitia dan Masyarakat Memakai Masker ... 87

Tabel 4.10 Panitia dan Masyarakat Mencuci Tangan Sebelum dan Setelah Keluar TPS ... 88

Tabel 4.11 Panitia dan Masyarakat Menjauhi Kerumunan ... 89

(13)

xii

Tabel 4.12 Panitia dan Masyarakat Membatasi Mobilisasi dan Interaksi Satu

Sama Lain ... 90

Tabel 4.13 Konsistensi Kebijakan New normal di Masa Pandemi ... 91

Tabel 4.14 Konsistensi ... 92

Tabel 4.15 Konsistensi ... 93

Tabel 4.16 Panitia Melakukan Sosialisasi Langsung Kepada Masyarakat Tata Cara Pemilihan di Masa Pandemi Covid 19 ... 95

Tabel 4.17 Menampilkan Papan Informasi Tata Cara Kebijakan New Normal di Masa Pandemi Covid 19 ... 96

Tabel 4.18 Menampilkan Tata Cara Kebijakan New Normal di Masa Pandemi Covid 19 Melalui Gambar Bagi Masyarakat Tuna Aksara ... 97

Tabel 4.19 Memberikan Edukasi Kepada Masyarakat Yang Takut Ikut Serta dalam Pemilihan di Masa Pandemi Covid 19 ... 98

Tabel 4.20 Harus Ada Komitmen Baik Untuk Peserta Pilkada Maupun Pelaksana ... 98

Tabel 4.21 Transparansi Kebijakan New Normal di Masa Pandemi Covid 19 ... 99

Tabel 4.22 Transparansi ... 101

Tabel 4.23 Transparansi ... 102

Tabel 4.24 Ikut dalam Pilkada dengan Menerapkan Protokol Kesehatan.105 Tabel 4.25 Mengikuti Instruksi dari Panitia Pelaksana Pilkada ... 105

Tabel4.26 Turut Terlibat Mengajak Masyarakat Ikut Pilkada dengan Menerapkan Protokol Kesehatan ... 106

Tabel 4.27 Meningkatkan Pengawasan Protokol Kesehatan ... 107

Tabel 4.28 Tetap Menjunjung Integritas dalam Penyelenggaran Pilkada.. 108

Tabel 4.29 Partisipatif Kebijakan New Normal di masa Pandemi Covid 19 ... 108

Tabel 4.30 Partisipatif ... 110

Tabel 4.31 Partisipatif ... 111

Tabel 4.32 Proses Pilkada Serentak Dijalankan Sesuai Standar Oprasional Prosedur (SOP) Yakni Berdasarkan Indikator-Indikator Teknis, Administratif dan Prosedural Sesuai Tata Kerja, Prosedur Kerja dan Sistem Kerja Yang Sudah Ditetapkan di masa Pandemi Covid 19 ... 113

(14)

xiii

Tabel 4.33 Kinerja Panitia Memudahkan Masyarakat Memperoleh Informasi

Tata Cara Pilkada Serentak di Masa Mandemi Covid 19 ... 114

Tabel 4.34 Hak Konstitusional Peserta Pilkada dan Masyarakat Tetap Terpenuhi ... 115

Tabel 4.35 Kedisiplinan Masyarakat dan Petugas Terhadap Protokol Kesehatan ... 115

Tabel 4.36 Kesadaran dan Peran Masyarakat Tentang Pentingnya Demokrasi ... 116

Tabel 4.37 Efektivitas Kebijakan New Normal di masa Pandemi Covid 19 ... 116

Tabel 4.38 Efektivitas ... 118

Tabel 4.39 Efektivitas ... 119

Tabel 4.40 Tanggapan Responden Tentang Kebijakan New Normal di masa Pandemi Covid-19... 121

Tabel 4.41 Kebijakan New Normal di masa Pandemi Covid-19 di Kelurahan Gunung Sari ... 123

Tabel 4.42 Masyarakat Berhak Menggunakan Hak Pilihnya dalam Pilkada Serentak Tahun 2020 dengan Menerapkan Kebijakan New Normal..124

Tabel 4.43 Masyarakat Berhak Ikut dalam Kegiatan Kampanye dengan Menerapkan Kebijakan New Normal ... 125

Tabel 4.44 Masyarakat Bebas Ikut dalam Pemilihan Pilkada Serentak Tanpa Ada Unsur Paksaan ... 125

Tabel 4.45 Masyarakat Berhak Menolak Ikut Kegiatan Kampanye Jika Ada yang Mengajak ... 126

Tabel 4.46 Masyarakat Berhak Mendapat Arahan atau Panduan Tata Pemilihan ... 127

Tabel 4.47 Keikutsertaan dalam Partisipasi Politik ... 127

Tabel 4.48 Keikutsertaan ... 129

Tabel 4.49 Keikutsertaan ... 130

Tabel 4.50 Bebas dalam Menentukan Pilihan ... 132

Tabel 4.51 Kesadaran Masyarakat untuk Berpartisipasi Secara Positif dalam Sistem Politik yang Ada ... 133

Tabel 4.52 Memastikan Tidak Adanya Tidakan Menyimpang Di luar dari pada Prosedur yang Ditentukan Selama Proses Pemilihan. ... 133

Tabel 4.53 Meningkatnya Keterlibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pilkada ... 134

(15)

xiv

Tabel 4.54 Peran Masyarakat dalam Pilkada Serentak adalah Indikator

Penting dalam Proses Demokrasi ... 135

Tabel 4.55 Gagasan dalam Partisipasi Politik ... 135

Tabel 4.56 Gagasan ... 137

Tabel 4.57 Gagasan ... 138

Tabel 4.58 Persiapan Maksimal dan Transparan Panitia dan Masyarakat yang Ikut Serta dalam Pilkada Serentak ... 140

Tabel 4.59 Tingginya Kesadaran Masyarakat terhadap Tanggung Jawab Politik yang Diwujudkan dalam Partisipasi untuk Memberikan Hak Suaranya Meskipun di Tengah Pandemi Covid-19... 141

Tabel 4.60 Masyarakat Ikut Memantau Jalannya Proses Pemilihan dengan Tujuan Menghasilkan Pilkada yang Adil dan Transparan. ... 141

Tabel 4.61 Banyaknya Kontestan yang Berkualitas Perlu Menjadi Catatan Penting untuk Mendukung Terwujudnya Kualitas Demokrasi yang Adil dan Transparan ... 142

Tabel 4.62 Mematuhi Kebijakan New Normal pada Pilkada Serentak tahun 2020 Menjadi Kunci Suksesnya Pemilihan dimasa Pandemi Covid19 ... 143

Tabel 4.63 Pemberian Diri dalam Pengawasan dalam Partisipasi Politik.144 Tabel 4.64 Pemberian Diri dalam Pengawasan ... 145

Tabel 4.65 Pemberian Diri dalam Pengawasan ... 146

Tabel 4.66 Tanggapan Responden Partisipasi Politik di Kelurahan Gunung Sari ... 148

Tabel 4.67 Partisipasi Politik di Kelurahan Gunung Sari ... 150

Tabel 4.68 Hasil Uji t ... 151

Tabel 4.69 Hasil Regresi Linear Sederhana ... 152

Tabel 4.70 Hasil Uji Koefisien Determinan ... 153

Tabel 4.71 Uji Validitas Variabel Kebijakan New Normal di masa Pandemi Covid 19 (X) ... 154

Tabel 4.72 Uji Validitas Variabel Partisipasi Politik (Y) ... 155

Tabel 4.73 Uji Reliabilitas Variabel Kebijakan New Normal di masa Pandemi Covid 19 (X) dan Partisipasi Politik (Y) ... 157

(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir Penelitian ... 60

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebijakan new normal merupakan langkah untuk memulihkan kembali kegiatan masyarakat yang sebelumnya lumpuh karena harus tetap tinggal di rumah. Dengan adanya kebijakan ini harapannya kehidupan ekonomi dan sosial politik tetap stabil saat pandemi covid-19. Sejak diterapkannya new normal secara bertahap per 1 Juni 2020, kehidupan kembali seperti biasa saja.

Semua seperti tak pernah ada apa-apa seperti sebelumnya. Di sisi lain, edukasi masyarakat akan kebijakan ini sangatlah diperlukan. Hal ini penting untuk dilakukan agar masyarakat tidak salah menafsirkan. Masyarakat harus benar- benar paham maksud dari kebijakan new normal bukan keadaan yang sudah terbebas dari pandemi covid 19 sehingga masyarakat beraktivitas seperti sedia kala lagi. New normal merupakan langkah untuk menjalani kehidupan baru dengan tetap berpatokan pada protokol kesehatan. Ini perlu dilakukan agar kebijakan ini benar-benar dapat menjadi langkah dalam menghadapi pandemi, bukan malah memperburuk keadaan akibat kurangnya pemahaman. Edukasi masyarakat terhadap kebijakan new normal akan membuat masyarakat dapat menghadapi bencana pandemi. Pengetahuan yang didapat akan memberikan pemahaman dalam bertindak kala menjalani kehidupan new normal dan hal ini membutuhkan kerja sama dari berbagai pihak.

(18)

Pemilihan umum merupakan program pemerintah setiap lima tahun sekali dilaksanakan di seluruh wilayah negara kita. Pemilihan umum merupakan salah satu bentuk partisipasi politik sebagai perwujudan kedaulatan rakyat. Pada saat pemilu itulah, rakyat menjadi pihak yang paling menentukan dalam proses politik dengan berpartisipasi untuk memberikan suara secara langsung.

Pemilu mengungkapkan bentuk realitas dari upaya perwujudan penyelenggaraan suatu sistem pemerintahan yang baik dan berkeadilan.

Melalui pemilihan umum, warga negara berhak berpartisipasi dan menyumbangkan suaranya dalam arah menuju tatanan kesejahteraan hidup yang lebih berkemajuan. Pada konteks yang lebih luas, pemilihan umum tidak hanya dilakukan pada ruang lingkup eksekutif dan legislatif saja, tetapi juga dalam berbagai tingkat pemerintahan baik itu daerah maupun desa. Konsep yang terkandung dalam berbagai literatur demokrasi menunjukkan bahwa rakyat memegang kuasa penuh atas proses berjalannya pemerintahan dalam suatu negara.

Dalam hal ini pemerintahan sebenarnya dapat dikatakan berada dalam kapasitas yang dikendalikan oleh rakyat. Indonesia sudah sejak lama menerapkan sistem pemerintahan demokrasi untuk memberikan kebebasan kepada rakyat dalam mengatur perubahan arah jabatan politik serta memilih kepala daerahnya sendiri. Seluruh rakyat tanpa terkecuali memiliki hak untuk berkontribusi dalam menyalurkan aspirasi yang ingin mereka kritisi. Pemilihan umum dianggap sebagai salah satu solusi perwujudan sistem demokrasi. Akan tetapi, terkadang tidak selamanya pemilihan umum dianggap sebagai satu-

(19)

satunya cara yang baik untuk melakukan pergantian kekuasaan politik, hal ini dikarenakan terkadang dalam proses pemilihan umum selalu menuai banyak kecurangan dan dianggap melenceng dari asas pemilu sehingga menurunkan kepercayaan rakyat terhadap demokrasi dan para aktor yang terlibat dalam politik.

Padahal, kepercayaan rakyat sangat dibutuhkan untuk mensukseskan pemilihan umum dan meningkatkan elektabilitas para calon pemangku kekuasaan yang akan berjuang untuk masa depan rakyat. Pemilihan umum tersebut selain dilaksanakan untuk memilih kepala negara juga biasa dilakukan di tiap-tiap daerah untuk memilih kepala daerahnya.

Pilkada sebagai salah satu perwujudan demokrasi lokal. Pemilihan kepala daerah (pilkada) di Indonesia merupakan amanah langsung dari gerakan reformasi tahun 1998. Sebagai wujud implementasi demokrasi, pilkada dimaksudkan tidak saja untuk memenuhi hasrat mengganti mekanisme lama pemilihan pemimpin dan wakil rakyat gaya otoriterisme, tetapi juga secara filosofis ingin menggapai pelaksanaan nilai-nilai demokrasi yang berkelanjutan, yaitu mengembangkan partisipasi dan responsivitas serta akuntabilitas secara menyeluruh.

Pilkada merupakan suatu wujud nyata dari demokrasi dan menjadi sarana bagi masyarakat dalam menyatakan kedaulatan. Dalam pilkada,masyarakat bebas memberikan hak pilihnya maupun menghadiri kampanye politik tertentu. Wujud dari kontribusi masyarakat dalam pemilihan kepala daerah merupakan salah satu bagian dari partisipasi politik karena dalam prosesnya,

(20)

masyarakat secara sukarela memilih calon kepala daerah sesuai pilihannya tanpa ada paksaan dari pihak manapun.

Hal ini sesuai dengan konteks partisipasi politik yang bermakna sebagai kegiatan masyarakat, dimana masyarakat berperan serta secara aktif dalam pemilihan yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi kebijakan politik. Semakin banyak masyarakat yang turut berpartisipasi dalam pemilihan kepala daerah, maka semakin baik pula pelaksanaan pemilihan kepala daerah tersebut karena semakin banyaknya masyarakat yang menggunakan hak suaranya untuk mempengaruhi kebijakan politik.

Partisipasi politik masyarakat harus diikuti dengan kecenderungan pemahaman terhadap masalah politik agar dapat melibatkan diri kedalam pesta demokrasi dengan baik dan mampu memfilter informasi yang benar dan tepat.

Jika tidak, masyarakat akan salah persepsi dan pada akhirnya memilih untuk menjadi golongan putih pada pilkada dan enggan untuk menggunakan hak pilihnya. Partisipasi politik masyarakat menjadi dasar terhadap jalannya suatu ritme pola pemerintahan. Melalui pilkada, masyarakat perlu memiliki kesadaran diri untuk berpartisipasi dan menyumbangkan suaranya dalam arah untuk menuju perwujudan suatu birokrasi pemerintahan daerah yang adil, makmur, dan sejahtera. Dalam pilkada, partisipasi seluruh masyarakat sangat diharapkan sebab hal itu sangat penting dalam mendukung usaha pemenuhan kesejahteraan hidup mereka. Dalam beberapa tahun terakhir, pilkada selalu dilaksanakan dengan penuh antusias dan tepat waktu, namun saat ini ditengah wabah pandemi covid 19 yang masih terus merebak, pilkada dilakukan agak

(21)

mengulur waktu dari target yang telah direncanakan dan ditentukan sebelumnya. Meskipun begitu, di tahun 2020, pilkada masih tetap dilaksanakan dalam suatu kebijakan tatanan kenormalan baru (new normal) walaupun dalam kondisi di tengah wabah covid 19. Kebijakan ini tentu memberikan dampak signifikan bagi pelaksanaan tahapan pilkada. Misalnya dalam hal kampanye. Kampanye adalah tahapan pilkada yang paling banyak melibatkan massa. Hal ini tentunya membawa resiko penularan wabah covid- 19. Dalam situasi kebijakan new normal, kampanye akan berjalan berdampingan dengan wabah covid 19.

Munculnya pandemi covid 19 yang tak pernah terduga sebelumnya telah merubah tatanan dinamika kehidupan sosial kemasyarakatan, ekonomi, pendidikan maupun dalam konteks tatanan pemerintahan atau politik di Indonesia. Beberapa peraturan berubah dan tak sedikit memunculkan aturan kehidupan yang baru. Tidak bisa dipungkiri bahwa adanya covid 19 mengharuskan pemerintah maupun masyarakat untuk menghadapi tantangan- tantangan yang sebelumnya belum pernah mereka hadapi. Keadaan tersebut mengharuskan seluruh elemen baik itu kalangan pemerintah maupun masyarakat untuk saling berkolaborasi dalam mencegah penyebaran covid 19 yang melanda seluruh daerah. Covid 19 telah menjadi pandemi yang meresahkan seluruh masyarakat tak terkecuali pemerintah itu sendiri.

Dilema pemerintah muncul tatkala pilkada harus dilakukan secepatnya untuk memilih calon kepala daerah yang baru khususnya pemilihan kepala daerah (walikota dan wakil walikota) yang akan dilaksanakan di Kelurahan

(22)

Gunung Sari Kecamatan Rappocini Kota Makassar. Hal ini tentu tidak mudah untuk direalisasikan dan perlu pertimbangan yang matang sebelumnya sebab pandemi covid 19 juga bukanlah suatu masalah yang ringan untuk mencari jalan penyelesaiannya. Masalah covid 19 juga akan menjadi polemik yang bisa saja dapat mengganggu partisipasi masyarakat dalam proses pemilihan kepala daerah. Fenomena yang demikian tentu akan berdampak terhadap tinggi rendahnya partisipasi politik masyarakat.

Covid 19 belum sepenuhnya dapat terkendali. Kebijakan memberlakukan new normal saat jumlah kasus covid 19 belum menurun boleh dibilang kebijakan yang salah kaprah. Akhirnya masyarakat malah menganggap keadaan sudah membaik dan melakukan aktivitas secara normal bukan new normal. Sungguh ini seperti new normal yang tak normal karena tidak lagi memperhatikan protokol kesehatan yang didengungkan pemerintah. Hal ini semakin berimbas pada jumlah kasus covid 19 yang setiap harinya semakin mengalami peningkatan khususnya di seluruh titik wilayah Kota Makassar itu sendiri.

Sampai saat ini seluruh wilayah di Kota Makassar masih belum terlepas dari serangan covid 19. Buruknya lagi, Kota Makassar ditetapkan sebagai red zone atau zona merah sebagai daerah dengan tingkat penyebaran covid 19 yang cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari data terbaru jumlah pasien terinfeksi covid 19 di tiap kecamatan yang ada di Kota Makassar yang terakhir di update pada hari Minggu,21 Februari 2021 pukul 23:59 WITA.

(23)

Tabel 1.1 Sebaran Covid 19 Kota Makassar

NO. Kecamatan

Jumlah Pasien

Suspek Konfirmasi

1. Biringkanaya 1.060 3.258

2. Bontoala 205 593

3. Makassar 315 1.016

4. Mamajang 205 1.063

5. Manggala 840 2.766

6. Mariso 295 886

7. Panakukang 864 2.831

8. Rappocini 1.126 3.792

9. Sangkarrang 11 31

10. Tallo 422 1.195

11. Tamalanrea 598 2.470

12. Tamalate 600 3.102

13. Ujung Pandang 343 608

14. Ujung Tanah 77 276

15. Wajo 92 489

16 Luar Wilayah 45 2.336

Jumlah 7.098 26.712

Sumber : https://infocorona.makassar.go.id/

Data persebaran jumlah konfirmasi pasien covid 19 yang dikemukakan oleh Dinkes Kota Makassar tahun 2021 di web resmi Pemkot Makassar memperlihatkan bahwa Kecamatan Rappocini sebagai daerah dengan tingkat kasus covid 19 yang tinggi dikarenakan memiliki jumlah pasien konfirmasi harian covid 19 terbanyak di Kota Makassar yang mencapai 3.792 kasus konfirmasi. Diantara 11 kelurahan yang ada di Kecamatan Rappocini,ada 6 kelurahan yang ada di kecamatan Rappocini yang semuanya sudah masuk ke dalam daftar paparan covid 19 diantaranya kelurahan Ballaparang, Banta- Bantaeng, Buakaba, Gunung Sari, Karunrung, dan Kassi-Kassi. Disisi lain, jumlah terinfeksi covid 19 di Kelurahan Gunung Sari menunjukkan angka

(24)

yang semakin bertambah sampai akhir Januari 2021 dilihat dari paparan data per kecamatannya. Sepanjang April 2020, Gunung Sari tercatat sebagai salah satu kelurahan di Kecamatan Rappocini dengan kasus infeksi covid 19 melampaui 5 kelurahan lainnya. Melihat kondisi tersebut, tentu saja memunculkan kekhawatiran terhadap tingkat antusias partisipasi masyarakat dalam proses pilkada. Pasalnya, semakin tinggi tingkat persebaran covid 19 tentu semakin juga bertambah keresahan masyarakat dalam menjalankan aktivitasnya. Dengan tingkat persebaran covid 19 yang semakin bertambah dan belum sepenuhnya bisa terkendali, masyarakat dituntut untuk memprioritaskan kesehatan dan mencegah diri dari interaksi massa, namun disisi lain kegiatan pilkada tetap harus berjalan dan mendapat jumlah respon partisipasi politik yang maksimal dari masyarakat. Covid 19 menjadikan seluruh elemen masyarakat hanya menjadikan masalah ekonomi dan kesehatan sebagai hal utama yang harus mereka prioritaskan, sehingga hal ini dapat menjadi bumerang bagi penyelenggaraan pilkada itu sendiri dimana prtisipasi politik masyarakat bisa saja mengalami penurunan akibat adanya pandemi covid 19 ini.

Penerapan protokol pencegahan covid 19 dengan ketat dalam masa kebijakan new normal pada pelaksanaan pilkada 2020 di Kelurahan Gunung Sari sesuai instruksi dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Makassar dilakukan dengan cara membatasi peserta pada setiap TPS hanya 500 orang, sehingga jumlah TPS mengalami pertambahan, selanjutnya mengadakan pembagian waktu kedatangan pemilih, melakukan penyemprotan disinfektan

(25)

di seluruh area tempat pemungutan suara sebelum pemilih datang, seluruh petugas KPPS wajib menggunakan alat pelindung diri,warga wajib diperiksa suhu tubuhnya, memakai masker dan mencuci tangan sebelum menggunakan hak pilihnya, serta petugas tiap TPS menerapkan jaga jarak bagi warga yang ingin menyalurkan hak pilihnya.

Pada pilkada 2020, jumlah pengguna hak pilih mengalami peningkatan jika dibandingkan pada pilkada 2018 sebelum kebijakan new normal di masa pandemi covid 19 diberlakukan. Berikut ini data jumlah pemilih dan pengguna hak pilih pada pilkada 2018:

Tabel 1.2 Data Jumlah Pemilih dan Pengguna Hak Pilih Pilkada 2018 No. Kelurahan Jumlah Pemilih Jumlah Pengguna

Hak Pilih

1. Balla Parang 8.047 4.189

2. Banta Bantaeng 5.707 3.542

3. Bonto Makkio 3.241 2.309

4. Bua Kana 6.679 4.676

5. Gunung Sari 7.125 4.442

6. Karunrung 10.308 5.933

7. Kassi-Kassi 11.129 7.592

8. Mappala 5.565 4.175

9. Minasa Upa 11.513 8.355

10. Rappocini 5.581 3.626

11. Tidung 8.633 4.573

Sumber: https://infopemilu.kpu.go.id/pilkada 2018

Data yang dilansir dari laman resmi KPU Kota Makassar menunjukkan bahwa dari 7.125 pemilih yang terdaftar, hanya 4.442 yang menyalurkan hak pilihnya dalam pilkada 2018. Artinya, ada sekitar 2.683 orang yang tidak ikut serta dalam pilkada atau tidak menggunakan hak pilihnya alias golput. Akan tetapi, jumlah tersebut jauh lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah

(26)

golput tahun ini. Hal ini dapat dilihat dari data yang disajikan pada tabel berikut ini :

Tabel 1.3 Data Jumlah Pemilih dan Pengguna Hak Pilih Pilkada 2020 No. Kelurahan Jumlah Pemilih Jumlah Pengguna

Hak Pilih

1. Balla Parang 8.210 4.425

2. Banta Bantaeng 13.140 7.682

3. Bonto Makkio 3.174 2.126

4. Bua Kana 7.029 4.217

5. Gunung Sari 10.610 6.287

6. Karunrung 9.821 5.353

7. Kassi-Kassi 11.130 6.674

8. Mappala 6.497 3.691

9. Minasa Upa 14.691 9.157

10. Rappocini 5.618 3.176

11. Tidung 9.726 5.396

Sumber: Kantor KPU Kota Makassar

Pada pilkada 2020, total ada sebanyak 10.610 jumlah pemilih yang terdaftar, dan hanya 6.287 orang yang ikut serta menyalurkan hak pilihnya.

Hal ini bisa disimpulkan bahwa sebanyak 4.323 orang memilih untuk golput atau tidak ikut serta dalam pilkada serentak.

Berdasarkan data diatas, meskipun angka golput pada pilkada 2018 lebih rendah dibandingkan pilkada 2020, namun jumlah pengguna hak pilih pada 2020 dikatakan lebih baik karena jumlahnya lebih banyak dibandingkan pilkada 2018. Jumlah pengguna hak pilih pada pilkada 2018 di Kelurahan Gunung Sari hanya sebanyak 4.442 sedangkan pada pilkada 2020 datanya mencapai angka 6.287. Sehingga partisipasi pengguna hak pilih meningkat, seiring dengan adanya pemberlakuan kebijakan new normal dalam pelaksanaan pilkada dilaksanakan dengan protokol pencegahan covid 19 dengan sangat ketat.

(27)

Pemberlakuan kebijakan new normal pada pilkada serentak tahun 2020 diinformasikan dan diedukasikan kepada masyarakat melalui media sosial, seperti instagram, facebook, twitter maupun youtube. Oleh karena itu, saat ini media social sangat berperan penting dalam menginformasikan panduan perilaku new normal.

Kebijakan new normal merupakan anjuran yang diberikan pemerintah, individu, maupun kelompok kepada masyarakat umum terkait dengan new normal itu sendiri. Kebijakan new normal ini terkait tentang perlengkapan yang wajib dibawa wajib pilih ke TPS pada pilkada serentak, mengenai protokol kesehatan secara resmi dan mengenai tata cara pelaksanaan pilkada serentak tahun 2020 dalam kebijakan new normal. Hal ini agar partisipasi politik tetap berjalan dengan baik dan lancar meski berada pada situasi pandemi seperti sekarang ini.

Partisipasi politik masyarakat sebagai salah satu bentuk kewajiban warga negara di dalam negara demokrasi, termasuk juga partisipasi politik masyarakat di Kelurahan Gunung Sari Kecamatan Rappocini. Pandemi covid- 19 tidak mempengaruhi proses partisipasi politik masyarakat, justru sebaliknya pandemi covid-19 dimanfaatkan oleh pihak terkait dalam hal ini pemerintah dan partai politik untuk mensosialisasikan segala aktivitas politik dengan penuh ketaatan dan kesadaran dalam melaksanakan kegiatan kampanye dan pemilu dengan menggunakan protokol kesehatan dan media- media lain sehingga kegiatan kampanye dan pemilu dapat berjalan dengan baik, atau dengan kata lain justru partisipasi politik meningkat. Di negara

(28)

demokrasi umumnya dianggap bahwa lebih banyak partisipasi masyarakat itu lebih baik, sedangkan tingkat partisipasi yang rendah pada umumnya dianggap sebagai tanda yang kurang baik. Dan indikator keberhasilan Pilkada ialah tingginya partisipasi pemilih.

Oleh karena itulah, dalam hal ini muncul rasa ketertarikan untuk meneliti sejauh mana kebijakan new normal di masa pandemi covid 19 dapat menjadi satu-satunya penyebab yang berpotensi mempengaruhi kontribusi dan kesadaran masyarakat dalam berpartisipasi pada kegiatan pesta demokrasi pilkada serentak dengan mengangkat judul “Pengaruh Kebijakan New normal di Masa Pandemi Covid 19 terhadap Partisipasi Politik Masyarakat dalam Pilkada Serentak Tahun 2020 di Kelurahan Gunung Sari Kecamatan Rappocini Kota Makassar”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang ada sebagaimana dikemukakan pada latar belakang, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh kebijakan new normal di masa pandemi covid 19 terhadap partisipasi politik masyarakat dalam pilkada serentak tahun 2020 di Kelurahan Gunung Sari Kecamatan Rappocini Kota Makassar ?

2. Bagaimana pelaksanaan penerapan kebijakan new normal di masa pandemi covid 19 pada pilkada serentak tahun 2020 di Kelurahan Gunung Sari Kecamatan Rappocini Kota Makassar?

(29)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari rumusan masalah, maka tujuan dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui efektivitas penerapan kebijakan new normal di masa pandemi covid 19 pada pilkada serentak tahun 2020 di Kelurahan Gunung Sari Kecamatan Rappocini Kota Makassar

2. Untuk mengetahui pengaruh kebijakan new normal di masa pandemi covid 19 terhadap partisipasi politik masyarakat dalam pilkada serentak tahun 2020 di Kelurahan Gunung Sari Kecamatan Rappocini Kota Makassar.

D. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Secara Teoritis

a. Penelitian ini secara teoritis berguna untuk menjadi rujukan dalam pengembangan ilmu sosial dan ilmu politik khususnya dalam ruang lingkup yang diwujudkan melalui partisipasi politik dan kemasyarakatan.

b. Memberikan konsep baru yang dapat dijadikan acuan sebagai bahan pembanding dan pertimbangan bagi penelitian di masa yang akan datang.

2. Kegunaan Praktis

a. Sebagai sarana untuk membangun kesadaran bagi masyarakat tentang pentingnya keikutsertaan dalam pilkada.

(30)

b. Sebagai suatu strategi untuk meningkatkan kualitas wawasan terhadap masyarakat mengenai partisipasi politik.

c. Dapat menjadi pedoman bagi masyarakat untuk melakukan gerakan perubahan dalam mewujudkan pilkada yang lebih demokratis dan berkualitas

(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian, Konsep dan Teori 1. Kebijakan New Normal

a. Definisi Kebijakan

Kebijakan dapat didefinisikan sebagai serangkaian rencana program, aktivitas, aksi, keputusan, sikap, untuk bertindak maupun tidak bertindak yang dilakukan oleh para pihak (aktor-aktor), sebagai tahapan untuk penyelesaian masalah yang dihadapi. Penetapan kebijakan merupakan suatu faktor penting bagi organisasi untuk mencapai tujuannya (Iskandar, 2012).

Lebih lanjut, kebijakan memiliki dua aspek (Thoha, 2012), yakni:

a. Kebijakan merupakan praktika sosial, kebijakan bukan event yang tunggal atau terisolir. Dengan demikian, kebijakan merupakan sesuatu yang dihasilkan pemerintah yang dirumuskan berdasarkan dari segala kejadian yang terjadi di masyarakat. Kejadian tersebut ini tumbuh dalam praktika kehidupan kemasyarakatan, dan bukan merupakan peristiwa yang berdiri sendiri, terisolasi, dan asing bagi masyarakat.

b. Kebijakan adalah suatu respon atas peristiwa yang terjadi, baik untuk menciptakan harmoni dari pihak-pihak yang berkonflik, maupun menciptakan insentif atas tindakan bersama bagi para pihak yang

15

(32)

mendapatkan perlakuan yang tidak rasional atas usaha bersama tersebut.

Dengan demikian, kebijakan dapat dinyatakan sebagai usaha untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, sekaligus sebagai upaya pemecahan masalah dengan menggunakan sarana-sarana tertentu, dan dalam tahapan waktu tertentu. Kebijakan umumnya bersifat mendasar, karena kebijakan hanya menggariskan pedoman umum sebagai landasan bertindak dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Kebijakan bisa berasal dari seorang pelaku atau sekelompok pelaku yang memuat serangkaian program/ aktivitas/ tindakan dengan tujuan tertentu. Kebijakan ini diikuti dan dilaksanakan oleh para pelaku (stakeholders) dalam rangka memecahkan suatu permasalahan tertentu (Haerul, Akib, & Hamdan, 2016).

Proses kebijakan dapat dijelaskan sebagai suatu sistem, yang meliputi: input, proses, dan output. Input kebijakan merupakan isu kebijakan atau agenda pemerintah, sedangkan proses kebijakan berwujud perumusan formulasi kebijakan dan pelaksanaan kebijakan.

Isu dan formulasi kebijakan dapat dipahami sebagai proses politik yang dilakukan elit politik dan/ atau kelompok-kelompok penekan. Output dari proses kebijakan adalah kinerja kebijakan (Wahyudi, 2016).

Oleh karena itu, kebijakan tidak bersifat permanen. Kebijakan dibuat sekali untuk rentang waktu tertentu sebagai sebuah solusi atas permasalahan yang ada dan kepentingannya melayani.

(33)

b. Konsep Kebijakan publik 1. Definisi Kebijakan publik

Kebijakan publik menurut (Anggara, 2014) adalah keputusan yang mengikat bagi orang banyak pada tataran strategis atau bersifat garis besar yang dibuat oleh pemegang otoritas publik. Sebagai keputusan yang mengikat publik, kebijakan publik harus dibuat oleh otoritas politik,yaitu mereka yang menerima mandatdari publik atau orang banyak, umumnya melalui suatu proses pemilihan untuk bertindak atas nama rakyat banyak. Selanjutnya, kebijakan publik akan dilaksanakan oleh administrasi negara yang dijalankan oleh birokrasi pemerintah. Pada praktiknya, kebijakan publik merupakan hasil dari proses politik yang dijalankan dalam suatu sistem pemerintahan negara, yang didalamnya terkandung langkah-langkah tatau upaya yang harus dilaksanakan oleh pemerintah selaku penyelenggara negara. Dalam praktiknya, kebijakan publik tidak terlepas dari peran dan fungsi aparat pemerintah yang disebut birokrasi.

Pada praktik kebijakan publik antara lain mengembangkan mekanisme jaringan aktor (actor networks). Melalui mekanisme jaringan aktor telah tercipta jalur-jalur yang bersifat informal (second track), yang ternyata cukup bermakna dalam mengatasi persoalan-persoalan yang sukar untuk dipecahkan (Taufiqurokhman, 2014).

(34)

Kebijakan publik yang responsif berdampak pada terjadinya peningkatan kesejahteraan masyarakat secara berlanjut. Kebijakan tidak sekedar charity strategy, yang hanya menyelesaikan masalah secara sesaat, melainkan berusaha menyelesaikan permasalahan sampai ke akamya. Dampak dari suatu kebijakan publik masyarakat yang responsif dapat: (1) meningkatkan taraf hidup masyarakat; (2) mendorong terciptanya partisipasi masyarakat; dan (3) menciptakan dan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri (Prasetyo, 2012).

Secara alamiah yang menjadi fokus pengkajian dalam kebijakan publik adalah kepentingan publik. Dengan demikian dapat diartikan pula bahwa studi ini pada tataran konseptual harus memiliki keberpihakan yang kuat terhadap kepentingan masyarakat, dan berorientasi pada pelayanan kepentingan tersebut (Heliany, 2019).

Kebijakan publik secara mendasar merupakan upaya yang dilandasi pemikiran rasional untuk mencapai suatu tujuan ideal diantaranya adalah untuk mendapatkan keadilan, efisiensi, keamanan, kebebasan serta tujuan-tujuan dari suatu komunitas itu sendiri. Keadilan pada konteks ini diartikan sebagai memperlakukan seolah-olah seperti sama (treating likes alike), sedangkan efisiensi diartikan usaha mendapatkan output terbanyak dari sejumlah input tertentu. Keamanan diartikan pemuasan minimum atas kebutuhan manusia dan kebebasan diartikan sebagai kemampuan untuk

(35)

melakukan sesuatu yang diinginkan sepanjang tidak mengganggu individu lain. Poin-poin tersebut seringkali dijadikan sebagai justifikasi dari kebijakan, Selain itu, poin-poin ini juga dipakai sebagai kriteria untuk mengevaluasi program-program publik dalam hal ini poin-poin tersebut berfungsi sebagai standar atas program yang dievaluasi tersebut.

Sifat kebijakan publik sebagai arah tindakan dapat dipahami secara lebih baik apabila konsep ini diperinci menjadi beberapa kategori, antara lain tuntutan kebijakan, keputusan kebijakan,hasil kebijakan, dan dampak kebijakan. Tujuan Kebijakan publik adalah seperangkat tindakan pemerintah yang didesain untuk mencapai hasil-hasil tertentu yang diharapkan oleh public sebagai konstituen pemerintah (Anggara, 2014). Kebijakan publik sebagai pilihan tindakan yang legal dan sah karena kebijakan publik dibuat oleh lembaga yang memiliki legitimasi dalam sistem pemerintahan.

Kebijakan publik harus mampu mengakomodasi berbagai kepentingan yang berbeda. Kebijakan publik pun harus mampu mengagregasikan berbagai kepentingan yang lebih luas. Thoha (2012) memberikan penafisiran tentang kebijakan publik sebagai hasil rumusan dari suatu pemerintahan. Dalam pandangan ini, kebijakan publik lebih dipahami sebagai apa yang dikerjakan oleh pemerintah dibandingkan daripada proses hasil yang dibuat.

(36)

Mengenai kebijakan publik, lebih lanjut Wahab (2010) menyatakan bahwa:

a. Kebijakan publik lebih merupakan tindakan sadar yang berorientasi pada pencapaian tujuan daripada sebagai perilaku/

tindakan yangdilakukan secara acak dan kebetulan.

b. Kebijakan publik pada hakekatnya terdiri dari tindakan-tindakan yang saling berkaitan dan memiliki pola tertentu yang mengarah pada pencapaian tujuan tertentu yang dilakukan oleh pemerintah, dan bukan merupakan keputusan yang berdiri sendiri.

c. Kebijakan publik berkenaan dengan aktivitas/ tindakan yang sengaja dilakukan secara sadar dan terukur oleh pemerintah dalam bidang tertentu.

d. Kebijakan publik dimungkinkan bersifat positif dalam arti merupakan pedoman tindakan pemerintah yang harus dilakukan dalam menghadapi suatu masalah tertentu, atau bersifat negatif dalam arti merupakan keputusan pejabat pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu.

Berdasarkan pendapat tersebut, kebijakan publik dapat didefinsikan sebagai serangkaian kegiatan yang sadar, terarah, dan terukur yang dilakukan oleh pemerintah yang melibatkan para pihak yang berkepentingan dalam bidang-bidang tertentu yang mengarah pada tujuan tertentu. Sehingga untuk efektivitas kebijakan publik

(37)

diperlukan kegiatan sosialisasi, pelaksanaan dan pengawasan kebijakan.

Perlu ditekankan bahwa sifat kebijakan publik perlu dituangkan pada peraturan-peraturan perundangan yang bersifat memaksa.

Dalam pandangan ini, dapat diasumsikan bahwa kebijakan publik merupakan kebijakan yang dibuat pemerintah yang berorientasi pada kesejahteraan masyarakat, yang dapat diwujudkan berupa peraturan- peraturan, perundang-undangan dan sebagainya. Kebijakan publik mempunyai sifat mengikat dan harus dipatuhi oleh seluruh anggota masyarakat tanpa terkecuali. Sebelum kebijakan publik tersebut diterbitkan dan dilaksanakan, kebijakan tersebut harus ditetapkan dan disahkan oleh badan/ lembaga yang berwenang.

Peraturan perundang-undangan sebagai produk dari kebijakan publik merupakan komoditas politik yang menyangkut kepentingan publik. Namun demikian, berbagai dinamika yang terjadi dapat membawa konsekuensi bahwa kebijakan publik pun dapat mengalami perbaikan. Oleh karenanya, kebijakan publik pada satu pandangan tertentu, dipersyaratkan bersifat fleksibel, harus bisa diperbaiki, dan disesuaikan dengan perkembangan dinamika pembangunan. Kesesuaian suatu kebijakan publik sangat tergantung kepada penilaian masyarakat.

Pembahasan kebijakan publik tidak bisa lepas dari usaha untuk melaksanakan kebijakan publik tersebut. Pelaksanaan kebijakan

(38)

publik merupakan rangkaian kegiatan setelah suatu kebijakan dirumuskan dan ditetapkan. Pelaksanaan kebijakan mengacu pada mekanisme, sumberdaya, dan hubungan terkait dengan pelaksanaan program kebijakan. Tanpa pelaksanaannya, kebijakan yang telah ditetapkan akan sia-sia. Oleh karena itu, pelaksanaan kebijakan mempunyai kedudukan yang esensial dalam kebijakan publik.

Berkenaan dengan pelaksanaan kebijakan, Islamy (2010) mengemukakan pengertian kebijakan publik, sebagai berikut:

a. Kebijakan negara dalam bentuk awalnya berupa ketetapa tindakan-tindakan pemerintah.

b. Kebijakan negara itu tidak cukup hanya dinyatakan, tetapi harus dilaksanakan dalam bentuk yang nyata.

c. Kebijakan negara yang baik untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu dilandasi dengan maksud dan tujuan tertentu.

d. Kebijakan negara harus senantiasa ditujukan bagi pemenuhan kepentingan seluruh anggota masyarakat.

Pelaksanaan kebijakan merupakan kegiatan lanjutan dari proses perumusan dan penetapan kebijakan. Sehingga pelaksanaan kebijakan dapat dimaknai sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan, baik oleh individu maupun kelompok pemerintah, yang diorientasikan pada pencapaian tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan. Implikasi dari pelaksanaan kebijakan merupakan konsekuensi yang muncul sebagai akibat dari

(39)

dilaksanakannya kebijakan-kebijakan tersebut. Hasil evaluasi pada pelaksanaan kebijakan dapat menghasilkan dampak yang diharapkan (intended) atau dampak yang tidak diharapkan (spillover negative effect).

Proses pelaksanaan kebijakan tidak hanya menyangkut perilaku badan-badan administratif/ pemerintahan yang bertanggung jawab untuk melaksanakan program dan menimbulkan ketaatan pada diri kelompok sasaran, melainkan juga menyangkut jaringan pada kekuatan-kekuatan politik, ekonomi, dan sosial, yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku dari para pihak yang terlibat (stakeholders). Kesalahan atau ketidaksempurnaan suatu kebijakan biasanya akan dapat dievaluasi setelah kebijakan itu dilaksanakan, begitu juga keberhasilan pelaksanaan kebijakan dapat dianalisa pada akibat yang ditimbulkan sebagai hasil pelaksanaan kebijakan. Penilaian atas kebijakan dapat mencakup isi kebijakan, pelaksanaan kebijakan, dan dampak kebijakan.

Mengenai keberhasilan kebijakan publik, Islamy (2010) menyatakan bahwa suatu kebijakan negara akan efektif apabila dilaksanakan dan memberikan dampak positif bagi masyarakat, dengan kata lain, tindakan atau perbuatan manusia yang menjadi anggota-anggota masyarakat bersesuaian dengan yang diinginkan oleh pemerintah atau negara. Oleh karena itu, pemerintah perlu

(40)

memastikan pelaksanaan kebijakan agar efektif dilakukan melalui rancangan program yang memadai dan strukturasi dari proses pelaksanaannya.

2. Dimensi Pelaksanaan Kebijakan Publik

Pelaksanaan kebijakan dapat diukur/ dievaluasi berdasarkan dimensi-dimensi, yaitu : konsistensi, transparansi, partisipatif, dan efektivitas (Ramdhani & Ramdhani, 2017).

a. Konsistensi

Pelaksanaan kebijakan berlangsung dengan baik apabila pelaksanaan kebijakan dilakukan secara konsisten dengan berpegang teguh pada prosedur dan norma yang berlaku.

b. Transparansi

Transparansi merupakan kebebasan akses atas informasi yang patut diketahui oleh publik dan/ atau pihak-pihak yang berkepentingan. Informasi yang berkenaan dengan pelaksanaan kebijakan publik perlu dilakukan bersifat terbuka, mudah, dan dapat diakses oleh semua pihak yang memerlukan, dan disediakan secara memadai, serta mudah dimengerti.

c. Partisipatif

Partisipasi masyarakat adalah keterlibatan dan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan kebijakan. Partisipasi masyarakat disamping menopang percepatan pelaksanaan kebijakan, pada sisi lain akan berdampak pada proses evaluasi/ kontrol atas kinerja

(41)

pemerintah dan dapat mampu menimalisir penyalahgunaan wewenang. Partisipasi masyarakat merupakan kunci sukses dari pelaksanaan kebijakan publik karena dalam partisipasi menyangkut aspek pengawasan dan aspirasi. Pengawasan yang dimaksud di sini termasuk pengawasan terhadap pihak eksekutif melalui pihak legislatif Berdasarkan uraian tersebut, pelaksanaan kebijakan sebaiknya bersifat partisipatif, yaitu pelaksanaan kebijakan yang dapat mendorong peran serta masyarakat dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan, kepentingan, dan harapan masyarakat.

d. Efektivitas

Efektifitas berkenaan dengan pencapaian hasil yang telah ditetapkan, atau pencapaian tujuan dari dilaksanakannya tindakan, yang berhubungan dengan aspek rasionalitas teknis, dan selalu diukur dari unit produk atau layanan. Dalam pelaksanaan kebijakan publik, efektifitas diukur dari keberhasilan pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan pada kebijakan publik.

3. Jenis-Jenis Kebijakan Publik

Menurut James E. Anderson (1970) sebagaimana dikutip Anggara (2014:55-56) mengelompokkan jenis-jenis kebijakan publik sebagai berikut:

(42)

a. Substantive and Procedural Policies

Substantive policy adalah kebijakan dilihat dari substansi masalah yang dihadapi oleh pemerintah. Misalnya, kebijakan pendidikan, kebijakan ekonomi, dan lain-lain.

Procedural policy adalah kebijakan dilihat dari pihak-pihak yang terlibat dalam perumusannya (policy stakeholder). Misalnya undang-undang tentang pendidikan, yang berwenang membuat adalah Departemen Pendidikan Nasional. Akan tetapi, dalam pelaksanaan pembuatannya banyak instansi/ organisasi lain yang terlibat, baik instansi/ organisasi pemerintah maupun organisasi bukan pemerintah, yaitu DPR, Departemen Kehakiman, Departemen Tenaga Kerja, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), dan Presiden yang mengesahkan Undang-Undang tersebut. Instansi-instansi/ organisasi-organisasi yang terlibat tersebut disebut policy stakeholder.

b. Distributive, Redistributive, and Regulatory Policies

Distributive policy adalah kebijakan yang mengatur tentang pemberian pelayanan /keuntungan kepada individu, kelompok, atau perusahaan. Contoh, kebijakan tentang tax holiday.

Redistributive policy adalah kebijakan yang mengatur tentang pemindahan alokasi kekayaan, pemilikan, atau hak-hak. Contoh, kebijakan tentang pembebasan tanah untuk kepentingan umum.

(43)

Regulatory policy adalah kebijakan yang mengatur tentang pembatasan/ pelarangan terhadap perbuatan/tindakan. Contoh, kebijakan tentang larangan memiliki dan menggunakan senjata api.

c. Material Policy

Material Policy adalah kebijakan yang mengatur tentang pengalokasian/ penyediaan sumber-sumber material yang nyata bagi penerimanya. Contoh, kebijakan pembuatan rumah sederhana.

d. Public Goods and Private Goods Policies

Public goods Policy adalah kebijakan yang mengatur tentang penyediaan barang-barang/ pelayanan oleh pemerintah untuk kepentingan orang banyak. Contoh, kebijakan tentang perlindungan keamanan dan penyediaan jalan umum.

Private goods policy adalah kebijakan yang mengatur tentang penyediaan barang-barang/ pelayanan oleh pihak swasta untuk kepentingan individu (perseorangan) di pasar bebas dengan imbalan biaya tertentu . Contoh, tempat hiburan, hotel, dan lain- lain.

4. Konsep Kebijakan New normal

Kebijakan new normal merupakan upaya mencari jalan keluar dari permasalahan publik yang ditimbulkan selama pandemi covid- 19. New normal sebagai tatanan masyarakat dalam jangka panjang.

(44)

Itu karena kalau pun vaksin untuk virus corona sudah ditemukan, untuk memproduksi vaksin dalam jumlah besar dan kemudian melakukan vaksinasi untuk jutaan penduduk pasti akan memerlukan waktu yang lama. Skenario new normal kemudian digunakan sebagai mekanisme pelonggaran aktivitas masyarakat ketika kondisi suatu daerah sudah dianggap aman yaitu dengan cara menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Namun apabila terjadi peningkatan kasus positif covid-19, maka pelonggaran semakin dikurangi hingga taraf tertentu. Bahkan bisa saja dilakukan kebijakan lockdown kembali.

New normal justru akan menjadi bumerang bagi semakin meningkatnya jumlah positif covid-19 jika protokol kesehatan tidak dijalankan secara ketat.

Secara sosial, dibutuhkan tiga prasyarat agar new normal dapat berjalan dengan baik. Pertama, perlunya pemahaman masyarakat tentang covid-19, yaitu pemahaman tentang apa itu virus corona, bagaimana mendeteksi gejalanya secara dini, apa yang dilakukan jika menemukan gejalanya, dan bagaimana agar menghindari tertular virus ini. Kedua, perlunya disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan yang ditetapkan oleh otoritas kesehatan secara konsisten, termasuk kembali melakukan pembatasan sosial/ stay at home ketika jumlah penderita covid-19 kembali meningkat. Ketiga, perlunya menjalankan norma baru dalam tata pergaulan atau interaksi di masyarakat, yaitu harus memakai masker ketika keluar rumah,

(45)

menghindari kontak fisik secara langsung, dan menjaga kebersihan dengan cuci tangan.

New normal merupakan bentuk perubahan yang dipicu oleh krisis dan adaptasi sistem baru yang bias mencegah terjadinya kembali atau mempersiapkan diri menghadapi sebuah situasi krisis.

Tatanan baru masyarakat yang terbentuk sebagai akibat situasi krisis dan pelembagaan sistem manajemen perencanaan yang lebih komprehensif (mulai dari mitigasi sampai dengan sistem pemulihan) adalah gambaran new normal (Wawan & Poppy, 2020).

New normal sebagai bentuk transisi untuk kembali ke kehidupan normal pascapandemi. New normal yang digagas WHO merujuk pada kebutuhan untuk merancang dan melembagakan protokol baru berbasis standar kesehatan yang dibutuhkan dalam masa transisi sebelum aktivitas ekonomi dan sosial berfungsi kembali. Protokol terkait dengan pola hidup dan perilaku yang bisa mencegah covid-19 menjadi prasyarat yang harus dilakukan oleh individu dan diadopsi oleh institusi sosial, politik/pemerintahan, dan ekonomi sebelum menjalankan kembali aktivitas (Mas’udi, W, Winanti, PS., 2020).

New normal dalam kaca mata pemerintah merupakan mekanisme transisi untuk mendorong kembali bergulirnya aktivitas ekonomi dan sosial. Secara operasional, pernyataan Presiden tersebut diikuti dengan penyiapan berbagai protokol aman dari covid-19 yang diperlukan di tempat kerja, lembaga pelayanan publik, institusi

(46)

agama, lalu lintas, pariwisata, dan sebagainya. Presiden sendiri secara simbolis melakukan pengecekan langsung persiapan protokol menuju kembali ke pembukaan ekonomi di sejumlah tempat, termasuk mall dan stasiun.

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian memaparkan sejumlah alasan penerapan new normal yakni terkait dampak pandemi ini terhadap ekonomi yang dianggap sudah begitu mengkhawatirkan. Sehingga bila tidak segera diterapkan akan ada lebih banyak pekerja yang menjadi korban. Tak hanya itu, meningkatnya pengangguran sekaligus berkorelasi terhadap pergerakan konsumsi dalam negeri, bila dibiarkan konsumsi yang biasanya menjadi penyumbang terbesar Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia bisa anjlok dan efeknya bisa memicu konflik sosial.

Bila situasi ini dibiarkan, negara tak akan sanggup terusmenerus memberikan bantuan sosial kepada masyarakat mengingat kemampuan keuangan negara juga terbatas (Putra, AC, Fitriani, S., 2020).

Kondisi tersebut di atas telah memenuhi parameter sebagai kegentingan yang memaksa dalam rangka penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang, antara lain karena adanya kebutuhan mendesak untuk menyelesaikan masalah hukum secara tepat berdasarkan undang-undang, undang-undang yang dibutuhkan belum ada sehingga terjadi kekosongan hukum atau tidak

(47)

memadainya undang-undang yang saat ini ada, dan kondisi kekosongan hukum yang tidak dapat diatasi secara prosedur biasa yang memerlukan waktu yang cukup lama sedangkan keadaan yang mendesak tersebut perlu untuk diselesaikan.

New normal bukanlah terminologi yang baru muncul sebagai respon atas covid-19. Secara umum, istilah ini merujuk pada hadirnya tatanan baru sebagai bentuk respon atau situasi krisis. New normal merupakan bentuk perubahan yang dipicu oleh krisis dan adaptasi sistem baru yang bisa mencegah terjadinya kembali atau mempersiapkan diri menghadapi situasi krisis. Tatanan baru masyarakat yang terbentuk sebagai akibat situasi krisis dan pelembagaan sistem manajemen kebencanaan yang lebih komprehensif (mulai dari mitigasi sampai dengan sistem pemulihan) adalah gambaran new normal (Mas’udi, W, Winanti, PS., 2020).

Keberhasilan pelaksanaan kebijakan new normal sangat dipengaruhi oleh faktor kepemimpinan. Kepemimpinan menjadi kunci keberhasilan setiap pelaksanaan kebijakan. Dalam hal ini dibutuhkan pemimpin phronesis, menggabungkan etika dan tindakan sehingga orang dapat hidup dengan baik dan bahagia, sering dipandang sebagai kunci kepemimpinan yang efektif karena kita telah memasuki kehidupan new normal, dimana baik pegawai ASN, masyarakat, maupun swasta dihadapkan pada perubahan perilaku lama ke perilaku baru dengan membiasakan mencuci tangan,

(48)

menggunakan masker, menjaga jarak, serta menjaga etika saat batuk (Taufik & Warsono, 2020).

Protokol kesehatan menjadi penting dijalankan agar aspek ekonomi dan kesehatan masyarakat dapat berjalan di tengah berlangsungnya pandemi. Oleh karenanya, penyebarluasan informasi tentang protokol kesehatan perlu dilakukan secara luas hingga ke daerah pinggiran. New normal merupakan bentuk perubahan yang dipicu oleh krisis dan adaptasi sistem baru yang bisa mencegah terjadinya kembali atau mempersiapkan diri menghadapi sebuah situasi krisis. Tatanan baru masyarakat yang terbentuk sebagai akibat situasi krisis dan pelembagaan sistem manajemen kebencanaan yang lebih komprehensif (mulai dari mitigasi sampai dengan sistem pemulihan) adalah gambaran new normal. Kenormalan baru digunakan dalam berbagai aktivitas terkait dengan suatu perbedaan yang sebelumnya dianggap tidak normal. Kenormalan baru telah menjadi upaya dalam mempersiapkan aktivitas saat di luar rumah secara optimal. Oleh karena itu, masyarakat harus dapat beradaptasi dalam menjalankan perubahan pola perilaku yang baru. Perubahan tersebut tentunya wajib dilaksanakan secara global dengan melaksanakan protokol kesehatan dalam upaya pencegahan virus covid-19.

Dalam mempersiapkan new normal pemerintah akan mengambil kebijakan yang lebih inovatif. Solusi dan manfaat yang terukur jelas

(49)

dalam tawaran kebijakan pemerintah tersebut. Pemerintah harus membangun hubungan yang baik atau humanis dengan masyarakat meskipun dengan aktivitas antar masyarakat yang tentunya harus less contact.

Angka kasus positif covid-19 di Indonesia semakin hari semakin meningkat, bahaya pandemi tersebut seharusnya dapat menambah rasa sadar kepada masyarakat dalam beraktivitas diluar rumah.

Kondisi normal baru akan menyebabkan perubahan sosial, termasuk pola perilaku dan proses interaksi sosial masyarakat.

Secara sederhana dapat dinyatakan bahwa normal baru menekankan pada perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas secara normal, namun tetap merujuk pada protokol kesehatan yang kemudian harus dibiasakan. Meskipun demikian, penerapan normal baru tidak akan berjalan dengan maksimal, bila tidak disertai kedisiplinan tinggi oleh masyarakat, apalagi data kasus covid-19 sampai saat ini terus menunjukan angka yang fluktuatif. Oleh karena itu, masyarakat harus diedukasi secara terus-menerus untuk menerapkan hidup normal baru dalam aktivitas sosial mereka dan perlu dibiasakan agar disiplin mematuhi protokol kesehatan. New normal dimaksudkan agar berbagai sektor kehidupan yang tadinya tersendat bahkan berhenti, dapat (sedikit) bergerak kembali.

(50)

2. Partisipasi Politik

Partisipasi politik dapat dikatakan kegiatan warga negara melibatkan diri dalam kegiatan politik melalui sosialisasi politik, sikap politik dan komunikasi politik yang bergantung pada sebuah sistem politik demokrasi.

Melalui sosialisasi politik, masyarakat akan memperoleh pengetahuan dan kepercayaan seb agai sikap politik yang selanjutnya akan terjadi komunikasi politik yang dapat mempengaruhi partisipasi politik (Amanda et al., 2019).

Tinggi rendahnya partisipasi warga negara yang ikut serta dalam proses politik dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain adalah kesadaran politik dan kepercayaan terhadap pemerintah. Kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga negara yang menyangkut tentang pengetahuan seseorang tentang lingkungan masyarakat dan politik, dan perhatian seseorang. kesadaran politik bukanlah faktor yang dapat diukur secara langsung melainkan terdapat beberapa instrumen yang mengukur kesadaran politik seperti pengetahuan warga negara atas hak dan kewajiban warga negara, memahami pentingnya partisipasi politik dan mema- hami konsekuensi apabila tidak melakukan partisipasi politik, dan melakukan pen- carian informasi tentang keadaan politik. Sedangkan kepercayaan terhadap pemerintah ialah penilaian seseorang terhadap pemerintah apakah pemerintah sudah dapat dipercaya dan dapat mempengaruhi, baik dalam pembuatan kebijakan-kebijakan atau

(51)

pelaksanaan pemerintahan. Tingkat partisipasi warga negara dalam aktivitas politik juga dipengaruhi oleh motivasi yang dimilikinya.

Dorongan-dorongan positif yang mengantarkan seseorang kepada aktifitas politik dapat berwujud melalui :

1) Media-media komunikasi politik, seperti membaca koran dan diskusi- diskusi informal.

2) Propaganda politik dan berbagai upaya untuk mengubah orientasi, terkadang mendorong masyarakat untuk ikut tenggelam dalam partisipasi tersebut.

3) Perasaan individu bahwa partisipasi politik itu suatu keharusan, lalu tumbuhlah kecenderungan kepada politik.

4) Partisipasi politik juga tergantung kepada tingkat kemampuan dan kecakapan yang dimiliki individu.

5) Keyakinan individu akan kemampuannya dalam mempengaruhi keputusan- keputusan pemerintah merupakan dorongan psikologis untuk berpartisipasi.

Partisipasi dapat dipahami sebagai suatu usaha terorganisir oleh para warga negara untuk memilih pemimpin- pemimpin mereka dan memengaruhi bentuk dan jalannya kebijaksanaan umum. Usaha ini dilakukan berdasarkan kesadaran akan tanggungjawab mereka terhadap kehidupan bersama sebagai suatu bangsa dalam negara. Partisipasi politik berbeda-beda dari masyarakat yang ke yang lain, tentu kadar partisipasi politikpun bervariasi. Dan konsep partisipasi politik pun mencakup apa

(52)

yang disebut apatisme politik, alienasi politik dan kekerasan politik.

Bentuk partisipasi politik yang menghendaki banyak upaya ialah keikutsertaan memberikan suara dalam suatu kegiatan pemungutan suara (Kamaruddin Salim, 2019).

Partisipasi politik masyarakat (pemilih) merupakan aspek penting dalam sebuah tatanan negara demokrasi. Dalam hubungannya dengan demokrasi, partisipasi politik berpengaruh terhadap legitimasi masyarakat dalam suatu pemerintahan (Rizqi, 2018).

Dalam pilkada, misalnya, partisipasi politik berpengaruh terhadap legitimasi masyarakat kepada calon atau pasangan calon yang terpilih.

Setiap masyarakat memiliki preferensi dan kepentingan masing-masing untuk menentukan pilihan mereka dalam pilkada. Bisa dikatakan bahwa masa depan pejabat publik yang terpilih dalam suatu pilkada tergantung pada preferensi masyarakat sebagai pemilih. Tidak hanya itu, partisipasi politik masyarakat dalam pilkada dapat dipandang sebagai evaluasi dan kontrol masyarakat terhadap pemimpin atau pemerintahan.

Oleh karena itu, upaya meningkatkan partisipasi politik masyarakat harus didasarkan pada analisis dan argumentasi yang kuat. Hal ini disebabkan adanya kebutuhan untuk mewujudkan langkah strategis dalam meningkatkan kuantitas dan kualitas partisipasi politik masyarakat dalam pilkada dan penyempurnaan sistem pilkada yang lebih baik ke depan. Itu artinya bahwa argumentasi dan analisis yang lahir mesti berbasis pada: (1) metodologi atau kerangka pikir yang tepat untuk memahami dinamika

(53)

partisipasi politik; serta (2) didasari dengan kepekaan yang kuat terhadap dinamika-dinamika yang berkembang dalam wilayah ekonomi, administrasi, politik, serta sosial dan kultural.

Ide demokrasi menjelmakan dirinya dalam lima hal, dua diantaranya adalah pemerintah harus bersikap terbuka dan dimungkinkannya rakyat yang berkepentingan menyampaikan keluhan mengenai tindakan-tindakan pejabat yang dianggap merugikan. Partisipasi masyarakat merupakan suatu bentuk peran-serta atau keterlibatan masyarakat dalam program pembangunan. Partisipasi masyarakat ini menunjukan bahwa masyarakat merasa terlibat dan merasa bagian dari pembangunan.

Hal ini akan sangat berdampak positif terhadap keberhasilan pelaksanaan suatu program pembangunan. Ada tiga alasan utama mengapa partisipasi masyarakat mempunyai sifat sangat penting. Pertama, partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakat setempat yang tanpa kehadirannya, program pembangunan serta proyek- proyek akan gagal.

Kedua, masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui seluk-beluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap proyek tersebut. Ketiga, timbul anggapan bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat mereka sendiri, serta dapat dirasakan bahwa mereka pun mempunyai hak untuk

Referensi

Dokumen terkait

Mahasiswa Unsyiah lebih banyak menggunakan lensa dengan jenis lensa kontak lunak dengan pola pemakaian bersifat harian, jangka waktu penggunaan lensa 1-6 bulan,

Kabupaten Bandung Barat dalam sistem perkotaan Nasional maupun provinsi ditetapkan sebagai PKN Bandung Raya, PKN Cirebon, PKW Kadipaten dan dilihat dari Sistem

Klorofil yang lebih dikenal dengan zat hijau daun merupakan pigmen yang terdapat pada organisme produsen yang berfungsi sebagai pengubah karbondioksida menjadi karbohidrat

Berdasarkan Tabel 2a, Lampiran 2 dapat diketahui bahwa secara umum jenis pollinator di perkebunan organik dan anorganik sama dan secara kuantitas pollinator di perkebunan organik

Seperti pada tahun- tahun sebelumnya pada Buku Daerah Dalam Angka Kota Magelang Tahun 2005 kali ini juga berisikan informasi Kota Magelang secara kuantitatif yang

Tetapi ketika usaha untuk mendatangkan buruh dari Cina itu mengalami hambatan – terutama karena pembatasan-pembatasan izin yang dilakukan oleh pemerintah Cina –

Mahasiswa pelajari sradha Sradha dicari sampai ke pura Gemakan dharma dengan berbeda Inilah karya pantun jenaka Kalau hendak mencari dupa Janganlah lupa mencari api Bagaimana

Tidak tepat dalam pengaturan teknik menggambar bentuk dan tidak dapat memberikan kesan kemiripan rupa sesuai dengan objek benda. Tidak tepat dalam pengaturan teknik menggambar