• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA) FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA) FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA) FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

SKRIPSI

REPRESENTASI PEREMPUAN DALAM PROFESI PUBLIC RELATIONS PERUSAHAAN SWASTA DI JAKARTA

Diajukan oleh:

Nama : ZULFIKAR RACHMAN

NIM : 2013-41-014

KONSENTRASI : HUBUNGAN MASYARAKAT

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi

Program Studi Ilmu Komunikasi Jakarta

2017

(2)
(3)
(4)
(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur atas segala rahmat dan karunia yang telah diberikan oleh Allah SWT yang hingga detik ini penulis masih diberikan nikmat sehat wal‟afiat, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Skripsi ini merupakan syarat guna menacapi gelar Sarjana S1 (Strata Satu) konsentrasi Hubungan Masyarakat pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas. Prof. Dr. Moestopo (Beragama).

Skripsi ini berjudul “Representasi Perempuan dalam Profesi Public Relations Perusahaan Swasta di Jakarta”. Peneliti mencoba mengangkat judul ini yang bertujuan untuk mengetahui dan menggali lebih dalam tentang Konstruksi seorang perempuan dalam profesi Public Relations di lembaga swasta di Jakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis, oleh karenanya dengan lapang dada dan tangan terbuka penulis menerima setiap kritik dan saran untuk perbaikan skripsi ini.

Jakarta, 4 Agustus 2017

Zulfikar Rachman i

(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, hidayah, rezeki, dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Selesainya skripsi ini juga berkat semangat dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Dr. Rudy Harjanto, MM, M.Sn, selaku Rektor Universitas Prof.

Dr. Moestopo (Beragama).

2. Dr. Prasetya Yoga Santoso, MM, selaku Dekan Universitas Prof. Dr.

Moestopo (Beragama).

3. Dr. Hendri Prasetya S.Sos. M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama).

4. Dr. Manik Sunuantari selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan waktu, pelajaran, dan bimbingannya untuk menyelesaikan penelitian ini.

5. Novalia Agung W Ardhoyo, M.Ikom, selaku dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan waktu, pelajaran, dan bimbingannya untuk menyelesaikan penelitian ini.

6. Dr. Eni Kardi Wiyati, M.Si. selaku dosen Penguji I yang telah memberikan waktu, masukan dan bimbingan dalam penyelesaian akhir penelitian ini.

ii

(7)

7. Drs. Muminto Arief, M.Ikom. selaku dosen Penguji II yang telah memberikan waktu, masukan dan bimbingan dalam penyelesaian akhir penelitian ini.

8. Kedua orang tua tercinta Ayahanda Syaiful Rachman dan Ibunda Hasisah. Terima kasih atas doa, dukungan, perhatian, nasehat serta kasih sayang yang tidak pernah putus diberikan kepada penulis.

9. Ir. Habib Syeh Al Jufri, selaku Kasubag kemahasiswaan dan alumni yang telah banyak membantu, memberikan informasi tentang Skripsi, memberi semangat, dukungan, serta doa dalam penyelesaian skripsi ini.

10. Seluruh dosen dan karyawan Fikom Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) yang telah memberikan dukungan, pengetahuan, dan petunjuk kepada penulis.

11. Kepada Teman-Teman Seperjuangan, Anisa, Tata, Laras, Gitta, Vita, Reza, Hanif, Farah dan Dendy, terima kasih atas doa, semangat, dukungan dan bantuan yang diberikan kepada penulis.

12. Kepada Hiroki yang selalu membantu dan mendukung saya dalam berbagai macam bentuk, terima kasih atas waktu dan dukungannya.

13. Kepada Anastasia Dyah Arianti (Tower Bersama Group), Dyah Rahayu (Sarana Multigriya Finansial), dan Rika Anjulika (PT. Aetra Air Jakarta) yang membantu memberikan waktunya menjadi Key Informan dalam penyelesaian skripsi ini.

iii

(8)

14. Kepada seluruh teman-teman yang penulis tidak bisa sebutkan satu per satu. Terimakasih atas doa, semangat dan dukungan yang diberikan kepada penulis.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan. Selain itu, penulis juga berharap semoga Allah SWT membalas segala amal kebaikan bagi pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Jakarta, 4 Agustus 2017

Zulfikar Rachman

iv

(9)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI LEMBAR ORISINALITAS SKRIPSI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH... .. ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Fokus Penelitian ... 10

1.3 Pertanyaan Penelitian ... 11

1.4 Tujuan Penelitian ... 11

1.5 Signifikasi Penelitian ... 11

1.5.1 Signifikasi Teoritis ... 11

1.5.2 Signifikasi Praktis ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEP & TEORI 2.1 Kajian Pustaka – Penelitian Sejenis Terdahulu ... 13

2.2 Kerangka Konsep-Konsep Penelitian dan Teori ... 23

2.2.1 Komunikasi ... 23

2.2.2 Public Relations ... 24

2.2.3 Fungsi Public Relations ... 26

2.2.4 Peran Public Relations ... 27

2.2.5 Tugas Public Relations ... 31 v

(10)

2.2.6 Tujuan Public Relations ... 32

2.2.7 Konsep Gaya Komunikasi Perempuan ... 36

2.2.8 Konsep Four-Step Public Relations ... 38

2.2.9 Teori Representasi ... 40

2.3 Kerangka Pemikiran ... 46

2.4 Bagan Alur Pikir ... 49

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian ... 50

3.2 Pendekatan Penelitian ... 51

3.3 Jenis/Format Penelitian ... 51

3.4 Metode Penelitian ... 52

3.5 Objek dan Subjek Penelitian ... 53

3.5.1 Obyek Penelitian ... 54

3.5.2 Subyek Penelitian ... 54

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 54

3.6.1 Data Primer... 54

3.6.2 Data Sekunder ... 55

3.7 Teknik Keabsahan Data... 55

3.8 Teknik Analisis Data ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ... 60

4.1.1 Tower Bersama Group ... 60

4.1.1.1 Sejarah Perusahaan ... 60

4.1.1.2 Visi Perusahaan ... 61

4.1.1.3 Misi Perusahaan ... 61

4.1.1.4 Logo Perusahaan ... 62

4.1.2 Sarana Multigriya Finansial ... 62

4.1.2.1 Sejarah Perusahaan ... 62

4.1.2.2 Visi Perusahaan ... 64 vi

(11)

4.1.2.3 Misi Perusahaan ... 65

4.1.2.4 Logo Perusahaan ... 65

4.1.3 Aetra Air Jakarta ... 65

4.1.3.1 Sejarah Perusahaan ... 65

4.1.3.2 Visi Perusahaan ... 66

4.1.3.3 Misi Perusahaan ... 66

4.1.3.4 Logo Perusahaan ... 67

4.2 Deskripsi Subyek Penelitian ... 67

4.2.1 Narasumber 1 (Key Informan 1) ... 67

4.2.2 Narasumber 2 (Key Informan 2) ... 68

4.2.3 Narasumber 3 (Key Informan 3) ... 68

4.3 Deskripsi Hasil Penelitian ... 69

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian... 78

BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan ... 90

5.2 Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

vii

(12)

DAFTAR TABEL

2.1 Tabel Penelitian Terdahulu ... 21

viii

(13)

ABSTRAK

Nama : Zulfikar Rachman

NIM : 2013-41-014

Pogram Studi : Ilmu Komunikasi Konsentrasi : Hubungan Masyarakat

Judul Skripsi : Representasi Perempuan dalam Profesi Public Relations Perusahaan Swasta di Jakarta

Jumlah Bab : V Bab + 92 halaman

Bibliografi : 20 Buku + 6 Situs Internet + 3 Jurnal Pembimbing I : Dr. Manik Sunuantari, Msi

Pembimbing II : Novalia Agung W Ardhoyo, M.Ikom

Penelitian ini berjudul “Representasi Perempuan dalam Profesi Public Relations Perusahaan Swasta di Jakarta”. Latar belakang penelitian ini adalah profesi Public relations yang dilebeli sebagai profesi bidang feminim , kedua adanya Bad Image mengenai Perempuan yang bekerja sebagai seorang Public Relations, ketiga Public Relations Perempuan hanya digunakan sebagai Symbollic Representative dalam perusahaan sehingga mengalami penurunan profesi Public Relations. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui Representasi Perempuan dalam Profesi Public Relations Perusahaan Swasta di Jakarta

Secara teoritis pendekatan penelitian kualitatif ini menggunakan teori utama Representasi. Metode penelitian dengan studi kasus dengan paradigma konstruktivisme, digunakan untuk mendeskripsikan bagaimana Representasi perempuan dalam profesi Public Relations yang dibangun oleh pribadi dan perusahaan. Hasil penelitian diperoleh dari 3 orang Key Informan praktisi Public Relations perempuan yang memberikan penilaian dan terhadap Representasi perempuan dalam profesi Public Relations yang dimaknai melalui pribadi mereka sebagai praktisi Public Relations perempuan

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Representasi Perempuan dalam Profesi Public Relations Perusahaan Swasta di Jakarta disimpulkan sebagai pribadi yang mampu membimbing, mudah bergaul, pandai berorganisasi dan negosiasi, untuk mencapai hasil yang diinginkan perusahaan, semua itu dilakukan dengan menggunakan sifat perempuan dan kemampuan yang dimiliki oleh public relations perempuan itu sendiri

Kata Kunci: Perempuan, Konstruksi Realitas Sosial, Public Relations

ix

(14)

ABSTRACT

Name : Zulfikar Rachman

NIM : 2013-41-014

Study Program : Communication Science Concentration : Public Relations

Research title : Representation of Women in Public Relations Proffesion of Private Companies in Jakarta

Chapter/page : V Chapter + 92 Pages

Bibliography : 20 Books + 6 Websites + 3 Journals Adviser I : Dr. Manik Sunuantari, Msi

Adviser II : Novalia Agung W Ardhoyo, M.Ikom

This research is titled “Representation of Women in Public Relations Proffesion of Private Companies in Jakarta”. Research is based is the profession of Public Relations which is labeled as the profession of feminine, second is Bad Image concerning Women who work as a Public Relations, third Public Relations Women only used as Symbollic Representative in company so that decreasing profession of Public Relations. The purpose of this research is to find out the Representation of Women in the Public Relations Profession of Private Companies in Jakarta

Theoretically, this research used a qualitative based approach with the main theory of Representation. The method of this research is case study with constructivism paradigm, used to describe how representation of woman in profession Public Relations built by personal and company . Results obtained from 3 Key Informans practitioner Public Relations woman that gives assessment and to Representation of woman in profession Public Relations interpreted through their personality as a female Public Relations practitioner

The results of this research shows that the Representation of Women in Public Relations Profession Private Company in Jakarta concluded as a person who can guide, easy to mingle, clever organize and good at negotiation, to achieve the company goal result, all done by using the nature mindset as a women and the ability of the public Relations women themselves

Key Word : Women, The Representation Theory, Public Relations

x

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Perkembangan dunia bisnis dan perekenomian di Indonesia sudah sangat pesat. Hal ini dibuktikan dengan banyak hadirnya pengusaha Indonesia dan asing yang berintevestasi di berbagai sektor industri swasta misalnya industri perhotelan, kreatif (fashion, media, film), minyak, gas, dan lain-lain. Data dari Deputi Pengembangan SDM Kemenkop & UKM menyatakan bahwa 1,8% dari jumlah penduduk di Indonesia berprofesi sebagai pengusaha. Ditambah lagi dengan kemajuan teknologi pesat mampu membantu para pengusaha dalam menjalankan aktivitas bisnis. Sehingga timbulnya persaingan yang ketat antara sesama pengusaha dalam bidang industri yang sama dan berbeda.

Kegiatan produksi barang dan jasa disebuah perusahaan menyebabkan adanya tuntutan pola komunikasi terbuka antara pihak perusahaan dengan konsumen, Oleh karena itu perusahaan mulai menyadari pentingnya jasa tenaga professional Public Relations untuk pecitraan dan membangun reputasi sebuah brand produk demi mendapatkan profit bisnis serta mampu mejembatani hubungan dan kebutuhan dari konsumen. Isyak Stamboel, Managing Director Strategic Communications mengatakan, hampir semua perusahaan yang

1

(16)

menerapkan manajemen modern membutuhkan Public Relations (KOMPAS, 2012) Dengan demikian peran praktisi Public Relations sangat dibutuhkan dan menduduki posisi strategis dalam stuktur organisasi demi menghadapi persaingan bisnis yang ketat. 1

Dengan adanya peran praktisi Public Relations di sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang insustri tertentu mampu menerjemahkan visi dan misi brand sebuah perusahaan dalam menempati posisi branding yang strategis melalui kegiatan kampanye strategi menejemen Public Relations, mampu merebut dan memperluas pangsa pasar, dan suatu brand produk persuhaan mampu bersaing dengan brand lainya di dunia industri bisnis. Oleh karena itu idealnya Public Relations ditempatkan diposisi yang strategis disebuah struktur organisasi.

Hal ini dibuktikan dengan dengan pertumbuhan asosasi Public Relations di Indonesia, seperti Perhimpunan Hubungan Masyarakat (PERHUMAS), Asosiasi Perusahaan Public Relations Indonesa (APRI), Forum Hubungan Masyarakat Hotel Indonesia dan International Public Relations Assosiation (IPRA Indonesia). Di sisi lain keberadaan Public Relations Agency yang semakin banyak di Indonesia menunjukan bahwa kebutuhan para pelaku bisnis akan bidang Public Relations semakin meningkat. Sebut saja Fortune Public Relations, Leo Burnett, serta Ogilvy merupakan Public Relations Agency di Indonesia yang

1 http://finance.detik.com/ekonomi-bisnis/1857103/pengusaha-sukses-di-indonesia-capai-48- juta-di-2014 di akses pada tanggal 11 Mei 2017 pada pukuk 10.45 WIB

(17)

sudah menangani merek-merek terkenal dari perusahaan ternama dalam persaingan bisnis dalam cakupan nasional maupun internasional.

Menurut Kriyantono (2008:5) memaparkan bahwa adanya kehadiran divisi Public Relations di perusahaan bertujuan untuk menciptakan pemahaman publik, membangun citra korporat, membangun opini publik yang favourable serta membentuk goodwill dan kerjasama. Membentuk citra korporat dan mempertahankannya menjadi sangat diperlukan, karena pada saat ini masyarakat cerdas dan kritis. Mereka tidak percaya hanya pada iklan atau janji-janji perusahaan ,melainkan lebih peduli pada kualitas pelayanan, produk dan juga citra. Selain itu, profesi Public Relations bekerja diwilayah publik untuk melakukan fungsi komunikasi, hubungan masyarakat, manajemen krisis (crisis management), hubungan pelanggan, hubungan karyawan, hubungan pemerintahan,hubungan industri, hubungan investor, hubungan media, publisitas, menulis pidato, dan guest/visitor relations.

Sayangnya perkembangan dunia industri tidak menyebabkan profesi Public Relations di indonesia berkembang. Ternyata banyak perusahaan yang tidak menempatkan Public Relations sebagai fungsi menejemen melainkan sebagai teknisi komunikasi yang menyebabkan adanya kesalahan persepsi dalam profesi Public Relations itu sendiri.

Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Elizabeth G. Ananto (2004:265)

(18)

dalam buku yang berjudul “Public Relations, Sebagai Koalisi yang Dominan, Mungkinkah?”, menyebutkan bahwa profesi Public Relations di Indonesia belum berkembang mengikuti dunia industri dibandingkan dengan Amerika dan negara-negara maju yang berada dalam benua Eropa. Hasil penelitian Ibu Ananto pada tahun 2004 mengungkapkan bahwa praktisi Public Relations di perusahaan masih banyak melakukan pekerjaan teknisi bukan menejerial bahkan posisi mereka bukan sebagai fungsi menjemen. Banyak perusahaan yang mempekerjakan profesi Public Relations yang berjenis kelamin perempuan yang berwajah cantik untuk tampil di depan publik dan sisi feminim, kecantikan, dan kesempurnaan fisik seseorang perempuan yang bekerja sebagai Public Relations sebagai alat memperlanjari negoisasi bisnis perusahaan. Dari data inilah penulis menyadari bahwa ada perusahaan yang memasang lowongan pekerjaan Public Relations namun deskripsi pekerjaannya sama dengan sales yang memang mementingkan kesempurnaan fisik dan penampilan yang sangat feminim.

Di Indonesia sendiri profesi Public Relations sering dipandang sebagai profesi yang feminim (Simorangkir, 2009:1). Faktanya diperkuat dengan adanya data dari konsultan M-Public Relations di tahun 2001 memaparkan bahwa dari 38 perusahaan Public Relations kebanyakan dipimpin oleh praktisi Public Relations berjenis kelamin wanita. Data dari organisasi APRI (Asosiasia Perusaahaan Public

(19)

Relations Indonesia) juga mengungkapkan hal yang sama, hasil survey membuktikan bahwa 12 dari 17 pemimpin perusahaan atau ageny Public Relations yang terdaftar dalam APRI dipimpin oleh Public Relations perempuan.

Padahal wajah yang cantik, fisik yang sempurna, dan keterampilan komunikasi yang persuasif bukan hal yang utama dalam indikator profesionalitas praktisi Public Relations. Hal ini dipaparkan oleh Howard Stephenson (dalam Ruslan, 2004:51), Public Relations sebagai suatu profesi, yang digeluti oleh seseorang individu yang tidak hanya cantik, fisik menarik atau piawai dalam berkomunikasi tapi mereka yang mememahami dan mengetahui profesi Public Relations mengkombinasikan seni keterampilan atau memiliki kemampuan menejerial sehingga profesi ini memerlukan kualifikasi pendidikan, pelatihan, memiliki pengetahuan yang memadai tentang Public Relations itu disendiri, dan mengikuti etika stanrad profesi.

Streotype profesi Public Relations di Indonesia identik dengan image keglamoran, lampu sorot, event-event eksklusif, liputan media massa, profesi Public Relations berubah menjadi sebuah profesi yang bergengsi dan mentereng, dan bahkan profesi yang banyak diperankan oleh kalangan selebriti yang hanya menonjolkan kesempurnaan fisik serta kepandaian berbicara semata. Dengan demikian, berkembanya sebuah image yang negatif tentang profesi Public Relations itu sendiri, ada persepsi yang terbentuk oleh sekelompok individu yang bekerja di

(20)

sebuah perusahaan yang berfikir bahwa akan jauh lebih menguntungkan bagi perusahaan jika „wajah‟ perusahaan adalah seorang perempuan yang atraktif dan menarik.

Probert (1997) lihat Simorangkir, 2009:5)) menafsirkan bahwa Public Relations merupakan profesi yang menarik digeluti dalam berbagai bidang sekor swasta bagi perempuan karena melibatkan keterampilan feminim dalam berkomunikasi seperti empati, menjaring, dan para wanita berani bekerja multi tasking. Seperti kutipan dibawah ini;

“Public Relations is attractive because it involves traditionally feminine skills in communications such as empathy, networking, and multi-tasking, they are encouraged and appreciated. However, women‟s competence in these areas is also taken for granted and exploited. Women are expected to perform the “emotional labor” of listening, counseling, serving, dealing with difficult people, and even cleaning up literal and figurative messes” (Probert, 1997, Simorangkir, 2009, p. 5).

Fakta Profesi Public Relations mayoritas digeluti oleh perempuan juga ditemukan Di Amerika, 70% anggota organisasi Public Relations di Public Relations Society of America (PRSA) adalah perempuan (Aldoory, & Toth, 2002, lihat Verhoeven & Noelle Aarts, 2010, p. 1). Oleh karea tak bisa dipungkiri lagi bahwa, “The face of Public Relations is female.” (Rea, 2002:1). Di Indonesia penulis belum menemukan data kuantitatif jumlah praktisi Public Relations perempuan dan laki-laki tapi jika dilihat dari jumlahnya terdapat lebih dari 15.000 praktisi Public Relations di Indonesia dalam sektor

(21)

pemerintahan sementara itu sebanyak 10.000 praktisi Public Relations bekerja di sektor swasta. Dalam menghadapi era globalisasi dan komunitas ASEAN termasuk Masyarakat Ekonomi ASEAN majalah majalah Public Relations telah resmi diluncurkan2.

Walaupun jumlah profesi Public Relations di Indonesia bertambah banyak namun tampaknya masalah persepsi profesi Public Relations yang cenderung negatif belum disadari sebagai masalah sosial.. Lebih lanjut, akibat yang terbentuk adalah Public Relations sebagai profesi feminim, lebih cocok untuk wanita, dan image profesi Public Relations sebagai sosok wanita menyebabkan terbentuknya stereotype profesi Public Relations itu sendiri sebagai sosok yang lembut dari sekedar menanggung tanggung jawab yang berat dan berperan sebagai fungsi manajemen. Akibatnya adanya penuruan nilai-nilai dalam profesi Public Relations.

Di Indonesia profesi Public Relations sering kali dilabeli sebagai pekerjaan wanita dan sangat feminim. Hasil observasi peneliti di lapangan menunjukkan juga adanya indikasi konstruksi diri seorang profesi Public Relations seperti memiliki sikap dan perilaku feminisme, profesi yang tidak memerlukan kecerdasan atau intelektual, profesi yang cocok bagi wanita yang piawai dalam berbicara, cantik, dan memiliki penampilan fisik yang sempurna. Faktanya sebagian besar perempuan yang bekerja sebagai Public Relations kebanyakan berada

2 http://www.prindonesiamagz.com diakses pada tanggal 11 Mei 2017 pada pukul 11.29 WIB

(22)

dalam bidang beauty/fashion (soft industry). Tentunya hal inilah yang tampaknya semakin mempertajam gambaran profesi Public Relations sebagai profesi bidang yang „tidak serius‟, glamor dan penuh hura- hura, serta hanya mementingkan penampilan fisik.

Profesi Public Relations juga di representasikan sebagai profesi yang less ethical dan less trustworthy, dari pemaparan diatas sudah terlihat buruknya Representasi Public Relations. Sebagai sebuah profesi, “Public Relations” dapat diklaim sebagai prosesi yang bersifat

„less respected‟ terutama jika dibandingkan dengan profesi komunikasi lainnya seperti jurnalistik.

Representasi makna dalam profesi Public Relations yang negatif ini menyebabkan nilai-nilai penurunan profesi Public Relations yang professional, keterbatasan pengetahuan masyarakat secara umum mengenai profesi Public Relations, dan miss perception tentang fungsi dan peran profesi Public Relations dalam dunia bisnis. Dimana hal ini berpengaruh dalam pembentukan konsep dan representasi dari seorang yang berprofesi sebagai Public Relations. Penuruan nilai-nilai profesi Public Relations semakin terasa dengan kehadiran fenomena

“The Velvet Ghetto” yang kini telah menunjukkan bahwa profesi Public Relations secara otomatis mengalami pelecehan dan dipinggirkan secara sistematis (systematically marginalized). Hal ini merujuk kepada Bad Image memgenai profesi Public Relations, dimana bisa menimbulkan bahwa Public Relations Perempuan hanya

(23)

mengandalkan penamiplan fisik dan bisa melakukan hal-hal yang merujuk pada kegiatan asusila. Fenomena tersebut juga menyebabkan adanya masalah diskriminasi perempuan dalam profesi Public Relations. Public Relations yang dianggap profesi yang feminin, ternyata menyebabkan penurun level gaji atau dapat disebutkan sebagai istilah „income level‟ dalam profesi ini yang kemudian menyebabkan adanya pembagian tugas dan tanggung jawab antara Public Relations pria dan wanita. Kebanyakan Public Relations perempuan hanya berperan sebagai teknisi (middle & lower level management) Public Relations dan tidak mendapatkan kesempatan untuk menduduki posisi-posisi manajemen lini atas (upper level management).

Pemaparan fakta-fakta yang telah dipaparkan diatas maka dapat ditarik benang merah beberapa asumsi yang melatarbelakangi penelitian ini, pertama, Public Relations di Indonesia dilebeli sebagai profesi bidang feminim Karena mayoritas Public Relations di Indonesia adalah wanita oleh karena itu profesi ini dilebeli sebagai profesi yang cocok untuk perempuan, kedua adanya fenomena velvet ghetos dalam Public Relations di indonesia sebagai dampak dari representasi perempuan yang buruk dalam profesi Public Relations, Bad Image mengenai Perempuan yang bekerja sebagai seoarang Public Relations dimana mereka hanya mengandalkan penampilan fisik dan ke molekan tubuh sebagai penujang utama dalam profesi Public Relations, ketiga

(24)

Public Relations Perempuan hanya digunakan sebagai Symbollic Representative dalam perusahaan sehingga mengalami penurunan profesi Public Relations yang sesungguhnya. Profesi Public Relations bukanlah profesi yang serius melainkan profesi yang terkandung nilai popularitas, gemerlap, glamor, dan profesi yang hanya mementingkan kesempurnaan fisik serta akibatnya profesi Public Relations dapat dilecehkan dan mendapatkan reuminisasi yang rendah dari dunia industri. Peneliti merasa menarik untuk mengkaji mengenai Representasi Perempuan dalam Profesi Public Relations Perusahaan Swasta di Jakarta.

1.2 Fokus Penelitian

Karena adanya keterbatasan, baik tenaga, dana, dan waktu, supaya hasil penelitian lebih terfokus, maka peneliti tidak akan melakukan penelitian terhadap keseluruhan yang ada pada obyek atau situasi sosial tertentu, tetapi perlu menentukan fokus (Sugiyono, 2011:290).

Karena itu, fokus penelitiannya adalah “Representasi Perempuan dalam Profesi Public Relations Perusahaan Swasta di Jakarta”

(25)

1.3 Pertanyaan Penelitian

Dalam kualitatif, pertanyaan penelitian sama pentingnya dengan hipotesis pada penelitian kuantitatif. Salah satu fungsi pertanyaan penelitian adalah untuk membantu peneliti dalam memfokuskan tujuan penelitian ke dalam pertanyaan yang spesifik (Herdiansyah, 2010:91).

Pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana Representasi Perempuan dalam Profesi Public Relations Perusahaan Swasta di Jakarta”

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian yang telah ditentukan oleh penulis, tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk Untuk mengetahui Representasi Perempuan dalam Profesi Public Relations Perusahaan Swasta di Jakarta.

1.5 Signifikansi Penelitian 1.5.1 Signifikansi Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan kajian Representasi Perempuan dalam Profesi Public Relations Perusahaan Swasta di Jakarta dan penelitian ini menjadi referensi penelitian terbaru tentang masalah perempuan dan Public Relations di Indonesia.

(26)

1.5.2 Signifikansi Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan kepada mahasiswa fakultas ilmu komunikasi Universitas Prof. Dr.

Moestopo (Beragama), dosen, peneliti, dan praktisi Public Relations mengenai Representasi Perempuan dalam Profesi Public Relations Perusahaan Swasta di Jakarta.

(27)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEP & TEORI

2.1 Kajian Pustaka – Penelitian Sejenis

Penelitian terdahulu di bidang Ilmu Komunikasi dapat dijadikan sebagai dasar penelitian selanjutnya yang bersifat pengembangan atau pengujian ulang terhadap hasil yang telah diperoleh, apakah masih mempunyai hasil yang berbeda sama sekali. Pengujian tersebut bermanfaat untuk memperkuat hasil penelitian tersebut sebelumnya sehingga tidak ada keraguan bahwa suatu faktor tertentu mempunyai pengaruh terhadap faktor yang diteliti.

Namun, ada pula penelitian baru yang belum pernah dilakukan sama sekali. Penelitian tersebut biasanya ditujukan untuk menadapatkan pengetahuan baru mengenai hubungan atau pengaruh suatu faktor terhadap faktor lain. Penelitian ini bukan merupakan replikasi (pengulangan) dari penelitian sebelumnya.

Studi yang membahas mengenai profesi Public Relations di Indonesia dalam kajian profesi belum berkembang seperti di Amerika, Rusia, Belanda, dan berbagai negara maju lainnya. Hasil-hasil studi tersebut kebanyakan ditulis dengan bahasa inggris dan perspektif penelitian kritis yang berfokus pada masalah diskriminasi diantara Public Relations pria dan wanita, dampak feminisasi dalam dunia industri terhadap Public Relations wanita, dan streotype pekerjaan Public

13

(28)

Relations sebagai profesi feminim. Sehingga Penulis merasa sulit menemukan kajian profesi Public Relations dalam kacamata profesi.

Beberapa penelitian terdahulu yang dipaparkan berikut ini dibahas dengan maksud memperlihatkan perbedaan antara penelitianan- penelitian yang telah ada sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti. Tujuan dari langkah tersebut adalah memperlihatkan alternatif pandangan penelitian dari berbagai penelitianan sejenis.

1. Deborah N. Simorangkir (2009), Feminisasi Public Relations di Indonesia. Disertasi, Technische Universität Ilmenau.

Tujuan dari studi ini untuk mengetahui apakah terdapat hubungan diantara gender praktisi Public Relations di Indonesia dan dominasi peranan Public Relations (dominant role) dan mengkaji dampak feminitasi apakah itu menguntungkan bagi praktisi Public Relations wanita dalam dunia industri di Indonesia.

Teori yang digunakan pada studi Simorangkir adalah role congruity theory, gender & leadership theory, glass ceiling theory, dan feminism theory. Guna memenuhi tujuan sekaligus perumusan masalah penelitian tersebut. Simorangkir mengkajinya dengan pendekatan kualitatif ground research.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh Simorangkir adalah in-depth interview dengan 35 Praktisi Public Relations perempuan dan 18 praktisi Public Relations pria di Ibu kota jakarta sebagai pusat industri Public Relations dan studi pustaka. Ia

(29)

menerapkan teknik analisis data interaktif kualitatif menurut Miles &

Huberman (1994) yang terdiri dari tiga proses analisis data yaitu data deruction, data display, dan conclusion drawing atau vertification, dan interpretative analysis.

Hasil studi ini menunjukkan bahwa responden dalam studi ini adalah karakteristik atribut komunal terdapat pada Public Relations manager perempuan dan karakteristik atribut agentik terdapat dalam diri Public Relations manager pria. Para responden berpendapat bahwa untuk mendapatkan kepatuhan (karyawan bersikap patuh terhadap pemimpin atau manager) pria dan wanita harus bertingkah laku menurut peranan gender mereka. Disatu sisi untuk para wanita yang berada dalam posisi kepemimpinan, gender mereka kemungkinan besar bertentangan dengan peranan menejerial. Studi ini juga mengklaim bahwa terdapat hubungan diantara gender prakisi Public Relations di Indonesia dengan peranan dominasi mereka (dominant role). Hasil studi ini dikaji dari perspektif feminis radikal dan feminist liberal.

Gender praktisi Public Relations juga mempengaruhi peran mereka sebagai Public Relations dalam suatu organisasi dan dampak dari feminisasi industri Public Relations di Indonesia menyebabkan adanya penuruan profesi Public Relations adalah profesi yang mementingkan penampilan, praktisi Public Relations dilabeli sebagai profesi gay, dari segi encroachment adanya kebijakan pemotongan

(30)

anggaran Public Relations, remunisasi yang rendah, dan kekerasan seksual di tempat kerja.

Kritik dan saran dari penulis untuk Simorangkir adalah Simorangkir tidak menuliskan secara spesifik metode penelitian dalam studi ini secara spesifik karena hasil studi ini dikaji dengan ground research maka perlu diteliti kembali dengan metode penelitian kualitatif fenomeonologi untuk memperdalam hasil temuan dalam melihat perbedaan dan apa yang harapkan dari peranan praktisi Public Relations perempuan dan laki-Laki serta prasangka yang dihasilkan dari expetasi tersebut sesuai dengan pengalaman kerja mereka di dunia industri.

Beberapa perbedaan studi Simorangkir dengan penelitian Penulis adalah pertama, tujuan penelitian Simorangkir yaitu apakah terdapat hubungan diantara gender praktisi Public Relations di indonesia dengan peran Public Relations dominant (dominant role) dan dampak feminiasi industri terhadap praktisi Public Relations wanita, sementara itu tujuan dari studi Penulis adalah Untuk mengetahui Representasi Perempuan dalam Profesi Public Relations Perusahaan Swasta di Jakarta.

Kedua dari segi teori, Simorangkir menggunakan role congruity theory untuk menilai perbedaan diantara apa yang orang harapkan dari peran Public Relations berjenis kelamin wanita dan pria serta prasangka yang menghasilkan harapan tersebut dan teori glass

(31)

celling untuk mengkaji dampak feminisasi industri terhadap praktisi Public Relations perempuan di Indonesia. Sedangkan dalam studi Penulis menggunakan teori Representasi untuk mengetahui Representasi Perempuan dalam Profesi Public Relations Perusahaan Swasta di Jakarta

Ketiga dari segi metodologi, Simorangkir menggunakan metode ground research untuk membuka wacana Public Relations dari sudut pandang gender di Indonesia dan femisnime dari paradigma penelitian kritis. Dengan melihat bahwa terdapat feminisasi dalam profesi Public Relations di Indonesia serta dominasi perempuan dalam industri Public Relations di Indonesia. Sementara itu penelitian Penulis menggunakan metode penelitian studi kasus untuk mengetahui Representasi Perempuan dalam Profesi Public Relations Perusahaan Swasta di Jakarta.

2. Katerina Tsetsura (2004), Social Construction of Identity by Female Russian Public Relations. Disertasi: Purdue University.

Tujuan dari studi ini to explore how female Russian Public Relations practitioners socially construct and negotiate their social identities. Maksud dari studi ini adalah untuk mengeksplorasi bagaimana perempuan yang berprofesi Public Relations di Russia secara sosial terKonstruksi dan negoisasi indentitas mereka.

(32)

Teori yang digunakan dalam studi ini adalah the concept of social construction was used to develop a theoretical framework for studying multiple identities of Public Relations practitioners in Russia, a country with an emerging democracy and transitional economy.

This framework helped to organize these constructions and negotiations of multiple identities, communicated in discourse, based on individuals' professional, cultural, and gender characteristics.

Previous literature in social construction of reality, the development of Public Relations in Russia, the complexity of social identities of a female, professional, Public Relations practitioner, and a Russian national was examined to develop and implement the proposed theoretical framework. Tsetura mengkaji studi ini dari kacamata konsep teoritis Konstruksi realitas sosial dalam mengKonstruksi dan menegoisasi berbagai indentitas para perempuan Rusia yang berprofesi sebagai Public Relations, dari sudut pandang profesionalitas, budaya organisasi, dan karakteristik gender.

Ttesura juga mengungkapkan bahwa pada hasil penelitian terdahulu implikasi teori Konstruksi sosial realitas, terkait dengan perkembangan profesi Public Relations di Rusia, kompleksitas identitas perempuan yang berprofesi Public Relations di Rusia, dan nationalitas Rusia turut dikaji untuk mengembangkan dan mengimplementasikan kerangka teoritis yang sudah dipublikasi.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah

(33)

wawancara mendalam dan studi pustaka.Ttesura tidak menjelaskan secara jelas teknik analisis data yang dalam studi tersebut.

Hasil studi ini menunjukkan bahwa illustrated the complex, intertwined tensions in identity construction and negotiation that female practitioners face while practicing Public Relations in Russia.

This project provides baseline which helps to begin to systematically understand and evaluate multiple identities of these professionals and explore the notion of socially constructed identity. The study also demonstrated how the theoretical framework for studying a social construction of identity might be useful for analyzing professionals' identities in other fields. Finally, the study explored a possibility to look at Public Relations as a socially constructed professional field and suggested a new theoretical approach to understanding the field of Public Relations as a socially constructed reality. Hasil penemuan Tsetura mengilutrasikan bahwa terjadi kompleksitas adanya keterikatan dalam aspek Konstruksi identitas dan negoisasi yang dihadapi saat responden dalam studi ini (perempuan yang berprofesi Public Relations di Rusia) ketika sedang bekerja. Hasil penelitian Tsetura juga berkontribusi dalam memberikan sumbangsih terhadap pemahaman yang sistematis dan mengevaluasi berbagai identitas dari profesi ini dan mengeksplorasi indentitas yang sudah terkontruski secara sosial. Ttserura juga memaparkan dan mendemonstrasikan kerangka teori konstruksi sosial relitas dapat digunakan untuk

(34)

menganalisa identitas profesionalitas dalam bidang pekerjaan lain.

Disertasinya juga melihat berbagai kemungkinan pada profesi Public Relations yang memang sebagai profesi yang terKonstruksi secara profesionalitas dan juga menawarkan konsep teori baru dalam memahami bidang Public Relations sebagai konstruksi sosial realitas.

Kritik dan saran dari penulis untuk Tsetura, alangkah baik hasil penelitian ini perlu dikaji kembali karena studi ini dilakukan hanya di negara rusia, dan kemungkinan jika diuji di negara Indonesia tidak menutup kemungkinan hasilnya akan berbeda dengan hasil temuan Tsetsura. Ia juga menyarankan agar hasil kajian ini perlu dikembangkan di negara-negara lain dimana indusri Public Relations terlihat relatif baru, Public Relations juga dikonstruksi sebagai pekerjaan perempuan, dan penelitian di masa yang akan datang akan mengklarifikasi konseptual teoritis tentang Public Relations sebagai profesi konstruksi sosial dan bagaiamana Konstruksi tersebut menyebabkan Public Relations sebagai profesi yang dapat mendorong dan menurunan perkembangan praktisi Public Relations.

Beberapa perbedaan studi Ttesura dengan penelitian Penulis adalah pertama, tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji konseptual teoritis Konstruksi realitas sosial dalam membentuk indentitas sosial pada perempuan Rusia yang berprofesi sebagai Public Relations, dari sudut pandang profesionalitas, budaya organisasi, dan karakteristik gender. Sementara itu tujuan dari studi

(35)

Penulis adalah untuk untuk mengetahui Representasi Perempuan dalam Profesi Public Relations Perusahaan Swasta di Jakarta.

Kedua dari segi metodologi, menggunakan metode penelitian kualitatif naratif mencapai tujuan dalam studi tersebut. Sementara itu penelitian Penulis bermaksud mengkaji hasil temuan dari Tsetura dengan metode penelitian studi kasus untuk menganalisis Public Relations perempuan yang di Representasikan oleh para praktisi Public Relations perempuan Perusahaan Swasta di Jakarta.

Table 2.1 Kajian Pustaka No Jenis Penelitian Terdahulu

1

Penelitian Terdahulu 2

Penelitian Penulis 1. Judul

penelitian

Feminisasi Public Relations di Indonesia

Social Construction of Identity by Female Russian Public Relations. Disertasi:

Purdue University.

konstruksi

perempuan dalam profesi Public Relations

2. Nama penulis

Deborah N.

Simorangkir

Katerina Tsetsura Zulfikar Rachman

3. Tahun penelitian

2009 2004 2017

4. Tujuan penelitian

Untuk mengkaji Kolerasi antara peran gender praktisi Public Relations dengan

Untuk mengeksplorasi Bagaimana

perempuan yang berprofesi Public

Untuk mengetahui Representasi Perempuan dalam Profesi Public

(36)

No Jenis Penelitian Terdahulu 1

Penelitian Terdahulu 2

Penelitian Penulis dominant role mereka

dan dampak kerugian dan keuntungan

feminisasi bagi praktisi Public Relations

perempuan

Relations di Russia secara sosial terKonstruksi dan negoisasi indentitas mereka.

Relations Perusahaan Swasta di Jakarta

5. Pendekatan penelitian

Kualitatif Kualitatif Kualitatif

6. Teori Role congruity dan glass ceiling

Konstruksi Realitas Sosial

Representasi

7. Metode penelitian

Kualitatif Ground Research

Kualitatif naratif Kualitatif deskriptif

8. Temuan dan kesimpulan

Atribut karakter

komunal terdapat pada praktisi Public

Relations wanita sedang agentik ada pada diri praktisi Public Relations pria. Pria dan wanita harus bertingkah laku sesuai dengan gender. Studi ini memperlihatkan bahwa posisi

perempuan sebagai pemimpin

bertentangan dengan perana mereka dalam

Impikasi Konstruksi realitas sosial dalam mengKonstruksi dan menogisasi berbagai indentitas para perempuan Rusia yang berprofesi sebagai Public Relations sangat kompleks, dari sudut pandang

profesionalitas, budaya organisasi, dan

karakteristik gender.

-

(37)

No Jenis Penelitian Terdahulu 1

Penelitian Terdahulu 2

Penelitian Penulis posisi menejerial.

Adanya kolerasi antara gender praktisi Public Relations pria dan wanita terhadap dominant roles mereka. Hal ini juga dikaji dari aliran feminist radikal dan liberal.

2.2. Kerangka Konsep-Konsep Penelitian dan Teori 2.2.1. Komunikasi

Secara etimologis atau menurut asal katanya, istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin communicatio, dan perkataan ini bersumber pada kata communis. Arti communis di sini adalah sama, dalam arti kata sama makna, yaitu sama makna mengenai suatu hal (Effendy, 2008:3-4). Tanpa adanya kesamaan makna antar manusia yang melakukan komunikasi, maka tujuan komunikasi tidak akan tercapai karena tercapainya tujuan komunikasi adalah kesamaan makna antara pengirim pesan dengan penerima pesan.

(38)

Menurut Richard West (2008:5) Komunikasi adalah proses sosial di mana individu-individu menggunakan simbol- simbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka. Dengan adanya simbol dalam komunikasi, maka penerima pesan dapat menginterpretasikan makna yang disampaikan oleh pengirim pesan. Tanpa berbagi makna, setiap orang yang berkomunikasi akan kesulitan dalam menginterpretasikan suatu kejadian.

Definisi komunikasi lainnya berasal dari Ruesch, komunikasi adalah proses menjalin hubungan, yaitu menghubungkan antara satu bagian dan bagian lainnya dalam kehidupan (Suryanto, 2015:54). Hasil dari menjalin hubungan dalam komunikasi dapat menciptakan efek positif maupun negatif, hal tersebut didapatkan dari pertukaran informasi/pesan yang dapat merubah tingkah laku penerima pesan.

2.2.2. Public Relations3

Public Relations memiliki banyak definisi menurut para ahli. Menurut Scott M. Cutlip dkk Public Relations adalah fungsi manajemen yang membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat antara organisasi dengan publik

3 http://www.landasanteori.com/2015/07/pengertian-public-relation-fungsi-tugas.html di akses pada tanggal 20 Mei 2017 pada pukul 20.00 WIB

(39)

yang memengaruhi kesuksesan atau kegagalan organisasi tersebut (Cutlip dkk, 2011:6).

Dari definisi tersebut, Public Relations merupakan salah satu penentu kesuksesan organisasi/perusahaan. Sehingga keberadaan Public Relations dapat dibilang penting untuk memelihara hubungan antara organisasi/perusahaan dengan publiknya. Adanya hubungan yang baik antara organisasi/perusahaan dengan publik adalah tanda berhasilnya kegiatan Public Relations.

Di Inggris, Chartered Institute of Public Relations (CIPR) menawarkan sebuah definisi yang mengenalkan dimensi baru yang berbeda: Public Relations adalah tentang reputasi – hasil dari apa yang Anda lakukan, apa yang Anda katakan, dan apa yang orang lain katakan tentang Anda (Butterick, 2013:8).

Menurut Frank Jefkins dalam bukunya Public Relations (2014:10) Public Relations adalah semua bentuk komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam maupun ke luar, antara organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian.

Dari berbagai pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa Public Relations adalah sebuah fungsi dalam manajemen yang membentuk hubungan kedalam/keluar

(40)

organisasi agar organisasi mempunyai hubungan yang baik dengan khalayaknya sehingga khalayak mendapat persepsi sesuai dengan tujuan spesifik yang telah dirancang perusahaan.

2.2.3. Fungsi Public Relations

Public Relations merupakan bagian dari organisasi yang berfungsi untuk menjaga dan membina hubungan baik antara instansi dengan masyarakat umum atau publik besrta dengan konsumenya. Public Relations juga menjaga hubungan baik internal perusahaan, yaitu mencoba menjaga hubungan baik antara semua pegawai kerja dan karyawan baik dari top manajemen hingga pegawai dengan status pangkat paling rendah di perusahaan tersebut. Fungsi dasar dari Public Relations adalah membentuk dan membina hubungan baik, dengan terciptanya hubungan yang baik maka, akan terciptalah kinerja dan kualitas kerja yang baik guna mencapai keuntungan bagi inst itusi tersebut. Dalam Dasar-Dasar Publik Relation, Elvinaro & Soemirat (2003 : 87)

Public Relations dikatakan berfungsi dalam suatu organisasi atau lembaga apabila Public Relations tersebut telah menunjukkan suatu kegiatan yang jelas dan dapat dibedakan dari kegiatan lainya. Menurut Bertrand R. Canfield dalam .

(41)

Public Relations: Principles, Case and Problems (1964 : 20), ada tiga fungsi Public Relations, yaitu :

1. Mengabdi kepada kepentingan umum (it should serve the public interest)

2. Memelihara hubungan yang baik (maintian good communication)

3. Menitik beratkan moral dan tingkah laku yang baik (stress good morals dan manners).

Fungsi utama dari Public Relations Menurut Anne Can Der Meiden dalam Rumanti (2002 : 204).

1. Menumbuhkan, mengembangkan hubungan baik antara organisasi perusahaan dengan publiknya baik internal maupun eksternal.

2. Menanamkan pengertian, menumbuhkan motivasi, dan meningkatkan partisipasi publik.

3. Menciptakan opini publik yang menguntungkan organisasi/perusahaan dan publik.

2.2.4. Peran Public Relations

Menurut Rosady Ruslan dalam bukunya Manajemen Public Relations & Media Komunikasi (2010:29), peranan umum Public Rrelations/Humas dalam manajemen suatu

(42)

organisasi itu terlihat dengan adanya beberapa aktivitas pokok kehumasan yaitu:

1. Mengevaluasi sikap atau opini publik,

2. Mengidentifikasikan kebijakan & prosedur organisasi/

perusahaan dengan kepentingan publiknya,

3. Merencanakan & melaksanakan penggiatan aktivitas Public Relations/Humas.

Diluar 3 tugas pokok tersebut, menurut Dozier & Broom (Ruslan, 2010:20-21) peranan Public Relations dalam suatu organisasi dapat dibagi dalam empat kategori ;

1. Penasehat Ahli (Expert Prescriber)

Seorang praktisi pakar Public Relations yang berpengalaman dan memiliki kemampuan tinggi dapat membantu mencarikan solusi dalam penyelesaian masalah hubungan dengan publiknya (Public Relationship). Artinya, pihak manajemen bertindak pasif untuk menerima atau mempercayai apa yang telah disarankan atau usulan dari pakar Public Relations (expert prescriber) tersebut dalam memecahkan dan mengatasi persoalan Public Relations yang tengah dihadapi oleh organisasi bersangkutan.

(43)

2. Fasilitator Komunikasi (Communication Fasilitator) Dalam hal ini, praktisi Public Relations bertindak sebagai komunikator atau mediator untuk membantu pihak manajemen dalam hal untuk mendengar apa yang diinginkan dan diharapkan oleh publiknya.

Sehingga, dengan komunikasi timbal balik tersebut dapat tercipta saling pengertian, mempercayai, menghargai, mendukung, dan toleransi yang baik dari kedua belah pihak.

3. Fasilitator Proses Pemecahan Masalah (Problem Solving Process Fasilitator)

Peranan praktisi Public Relations dalam proses pemecahan persoalan Public Relations ini merupakan bagian dari tim manajemen. Biasanya dalam menghadapi suatu krisis yang terjadi, maka dibentuk suatu tim posko yang dikoordinir praktisi ahli Public Relations dengan melibatkan berbagai departemen keahlian dalam satu tim khusus untuk membantu organisasi, perusahaan dan produk yang tengah menghadapi atau mengatasi persoalan krisis tertentu.

(44)

4. Teknisi Komunikasi (Communication Technician) Peranan communication technician ini menjadikan praktisi Public Relations sebagai journalist in resident yang hanya menyediakan layanan teknis komunikasi atau dikenal dengan method of communication in organization. Sistem komunikasi dalam organisasi tergantung dari masing-masing bagian atau tingkatan (level), yaitu secara teknis komunikasi, baik arus maupun media komunikasi yang dipergunakan dari tingkat pimpinan dengan bawahan akan berbeda dari bawahan ke tingkat atasan.

Peran Public Relations berdasarkan fungsi manajemen yaitu merencanakan & melaksanakan penggiatan aktivitas Public Relations/Humas. Dengan merencanakan serta melaksanakan aktivitas Public Relations/Humas salah satunya adalah Corporate Social Responsibility yang berfungsi untuk

„mengkomunikasikan‟ tingkat kepedulian perusahaan terhadap lingkungan sekitarnya maka peran Public Relations tercerminkan dalam perusahaan berdasarkan fungsi manajemennya.

Dalam kegiatan ini, peran Public Relations dalam organisasi khususnya perusahaan ialah sebagai fasilitator komunikasi karena Public Relations/Humas bekerja membantu

(45)

pihak manajemen untuk mendengarkan apa yang diinginkan serta diharapkan oleh publiknya. Komunikasi timbal balik tersebut akan menimbulkan saling pengertian, mempercayai, menghargai, mendukung, dan toleransi yang baik dari pihak perusahaan dan publik. Terciptanya hal tersebut dapat membangun kepercayaan publik perusahaan yang terdekat yaitu karyawan.

2.2.5. Tugas Public Relations

Inti tugas Public Relations adalah sinkornisasi antara informasi dari perusahan dengan reaksi dan tanggapan publik sehingga mencapai suasana akrab, saling mengerti, dan muncul suasana yang menyenangkan dalam interaksi perusaahaan dengan publik. Penyesuaian yang menciptakan hubungan yang harmonis dimana satu sama lain saling memberi dan menerima hal-hal yang bisa menguntungkan kedua belah pihak.(Suhandang : 2004 : 73)

Menurut Astrid S. Sutanto mengutip pendapat Cutlip &

Center dalam Kusumastuti (2011 : 26) tugas Public Relations perusahaan adalah :

1. Mendidik suatu publik melalui kegiatan non profit untuk menggunakan barang/jasa instansinya.

2. Mengadakan usaha untuk mengatasi salah paham antara instansi dengan publik.

(46)

3. Meningkatkan penjualan barang dan jasa.

4. Meningkatkan kegiatan perusahaan yang berkaitan dengan kegiatan masyarakat sehari-hari.

5. Mendidik dan meningkatkan tuntutan serta kebutuhan masyarakat akan barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan.

6. Mencegah pergeseran penggunaan barang atau jasa yang sejenis dari pesaing perusahaan oleh konsumen

Seperti diketahui pelanggan merupakan orang yang paling penting karena dengan adanya pelanggan, Perusahan dapat menjalankan fungsinya. Tugas pokok dari Public Relations adalah :

1. Mempersiapkan, wawancara pers dan publikasi lain 2. Menyusun rancangan naskah pidato.

3. Mempersiapkan presentasi pimpinan.

4. Memberikan brosur, poster, dan majalah intern

2.2.6. Tujuan Public Relations

Menurut S. Steinberg dalam Suhandang (2004:53), tujuan Public Relations adalah “menciptakan opini public yang menyenangkan tentang kegiatan-kegiatn yang dilakukan oleh badan atau perusahaan yang bersangkutan.

(47)

Pada dasarnya tujuan setiap perusahaan adalah memperoleh laba yang maksimal, dan ini hanya dapat dicapai apabila perusahaan cukup berhasil dalam menjalankan kegiatanya. Adapun tujuan dilaksanakanya Public Relations adalah untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang kegiatan perusahaan dengan cara mengembangkan sikap saling menghargai dan memperoleh opini publik yang mendukung atau menciptakan kerja sama berdasarkan hubungan kedalam maupun keluar.

Secara teoritis adapun tujuan berdasarkan kegiatan Public Relations dapat dijelaskan sebagai berikut .

Tujuan berdasarkan kegiatan Intern Public Relations

Tujuan berdasarkan kegiatan Extern Public Relations

a. Internal Public Relations.

Tujuan berdasarkan kegiatan Public Relations kedalam perusahaan diperlukan utuk memupuk adanya suasana yang menyenangkan diantara para karyawannya, komunikasi antara bawahan dan pimpinan atau atasan terjalin dengan akrab dan tidak kaku, serta meyakini rasa tanggung jawab akan kewajibanya terhadap perusahaan.

(48)

Untuk dapat menciptakan itu semua, maka perusahaan melalui kebijaksanaan Internal Public Relations berusaha mengadakan :

1. Pengumuman-pengumuman 2. Buku pegangan pegawai 3. Kontak pribadi

4. Pertemuan-pertemuan berkala 5. Kotak suara

6. Laporan kepada pemegang saham 7. Hiburan dan darmawisata

8. Olah raga

9. Study tour dan pelatihan

10. Hadiah-hadiah dan penghargaan

11. Klinik dan apotek bagi kesejahteraan pegawai beserta keluarganya di bidang kesehatan.

12. Tempat-tempat ibadah 13. Tempat-tempat pendidikan

Semuanya itu hanya sebagian dari tugas dan usaha untuk mencapai tujuan dari Internal Public Relations. Banyak lagi tugas dan upaya lain yang bisa dipikirkan petugas Public Relations guna menciptakan suasana yang menyenangkan dalam lingkungan intern perusahaanya. Dalam hal pelaksanaan tugas-tugas tersebut, sudah tentu dipilih hal-hal

(49)

yang mampu dan sesuai dengan perkembangan perusahaan itu sendiri.

b. Eksternal Public Relations

Selain menjalankan kegiatan internal Public Relations, suatu perusahaan perlu menjalankan kegiatan eksternal Public Relations. Tujuan eksternal Public Relations adalah untuk mengeratkan hubungan dengan orang-orang diluar perusahaan hingga terbentuklah opini publik yang baik terhadap perusahaan. Berdasarkan hal tersebut, eksternal Public Relations harus melakukan tugas untuk memperoleh dukungan, pengertian dan kepercayaan dari masyarakat luas.

Tugas-tugas yang harus dilaksanakan dalam eksternal Public Relations yaitu :

1. Mengadakan analisa dan penilaian terhadap sikap dan opini publik yang menghadapi kebijaksanaan pimpinan perusahaan dalam menggerakkan kegiatannya.

2. Memberikan nasehat dan saran kepada pimpinan perusahaan sehubungan dengan tujuan Public Relations 3. Mempersiapkan bahan-bahan penerangan dan penjelasan

yang jujur dan objektif

4. Ikut membantu pimpinan dalam hal menyusun atau memperbaiki formasi staff ke arah yang efektif.

(50)

5. Menciptakan dan memelihara suatu citra yang baik dan tepat atas organisasinya.

6. Menyediakan berbagai informasi kepada publik, guna kebijakan, dalam rangka menjangkau pengertian publik.

Oleh karena itu seorang pimpinan dalam hal ini perlu lebih memperhatikan suatu langkah dalam mendayagunakan tujuan dan kegiatan eksternal Public Relations itu. Eksternal Public Relations bertujuan untuk menciptakan komunikasi dua arah timbal balik yang saling menguntungkan antara pihak perusahaan dengan pihak luar perusahan.

2.2.7. Konsep Gaya Komunikasi Perempuan

Perempuan Pada umumnya memiliki kemampuan komunikasi yang ekspresif dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini dilihat dari reaksi yang terjadi ketika ada perempuan dan laki-laki sama-sama mengalami kesedihan yang sangat dalam, perempuan akan mampu menangis tersedu sedan. Contohnya, Sri Mulyani dianggap perempuan tegar dan kuat menerima hujatan dan makian dalam kasus bank Century, namun tokh ternyata ia menangis dan meneteskan air mata pada pidato terakhirnya sebagai menteri keuangan.

Ekspresi lain yang ditunjukkan perempuan, ia mampu berkomunikasi dengan hangat secara verbal maupun non verbal.

(51)

Perempuan lebih mampu memberi banyak sentuhan kepada teman- teman perempuannya, misalnya bergandengan tangan di jalan atau menepuk lembut teman-temannya. Kebutuhan perempuan akan didengarkan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki. Karena itu ditemukan lebih banyak perempuan yang curhat dibandingkan dengan laki-laki.

Deborah Tannen mengatakan, kelemahan perempuan itu ada pada telinganya. Dengan kata lain, perempuan lebih mudah jatuh cinta kepada laki-laki yang memiliki kemauan mendengarkan dengan sabar, namun ia lebih mudah terbujuk oleh “rayuan” laki-laki. Riset membuktikan penonton ratu kecantikan lebih diminati laki-laki dibandingkan dengan perempuan, demikian pula gambar-gambar perempuan sexy penikmatnya kebanyakan laki-laki. Sementara kebanyakan perempuan tidak terlalu meminati gambar-gambar pose menantang para lawan jenis.

Riset lainnya memperlihatkan sebuah temuan, bahwa laki-laki lebih memusatkan pada dimensi isi daripada pesan, sedangkan perempuan lebih memusatkan pada dimensi hubungan (DeVito, 1997:43). Deborah Tannen mengatakan bahwa perempuan beranggapan percakapan adalah negosiasi untuk memperoleh kedekatan, mencari dukungan serta konfirmasi. Sebagai contoh, dalam percakapan dengan keluarga, tetangga atau kolega, perempuan lebih banyak menghabiskan waktu untuk berbasa-basi

(52)

dan menebar kehangatan komunikasi dibandingkan dengan laki-laki sebelum memasuki content percakapan.

Kehangatan komunikasi perempuan dan tekanan komunikasi dalam dimensi hubungan menjadikan perempuan mudah mencairkan suasana dan mudah membangun relasi-relasi sosial. Dalam dimensi hubungan ini, perempuan bisa menilbuklan perasaan yang di kembangkan, ada emosi yang terlibat. Gaya komunikasi perempuan yang hangat, dan ekspresif sehingga mampu memupuk hubungan emosional memberikan rasa aman dan damai kedalam perasaan.

2.2.8. Konsep Four-Step Public Relations

Cutlip & Center yang diterjemahkan oleh Tri Wibowo tentang perencanaan Public Relations melalui empat langkah, yaitu mendefinisikan masalah/fakta, perencanaan dan pemrograman, mengambil tindakan dan berkomunikasi, dan mengevaluasi program. Yaitu :

1. Mendefinisikan masalah/fakta

Langkah pertama dalam manajemen ini mencakup penyelidikan dan pemantauan pengetahuan, opini, sikap, dan perilaku pihak-pihak yang terkait dengan dan dipengaruhi oleh, tindakan dan kebijakan organisasi/perusahaan.

(53)

2. Perencanaan dan pemrograman (planning)

Setelah masalah didefinisikan melalui riset dan analisis, untuk membuat keputusan tentang program public, strategu, tindakan dan komunikasi. Perencanaan melibatkan pembuatan keputusan tentang tujuan dan sasaran program, mengidentifikasikan publik, tindakan dan komunikasi. Langkah ini mempertimbangkan temuan dari langkah dalam membuat kebijakan dan program organisasi.

3. Mengambil tindakan dan berkomunikasi (communication)

Langkah selanjutnya adalah mengimplementasikan program dalam rangka mencapai tujuan program. Implementasi ini dilakukan dengan melakukan sebuah kegiatan. Setiap kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan harus disesuaikan dengan kebutuhan, keinginan, dan potensi dari khalayak yang menjadi target.

4. Mengevaluasi program

Langkah terakhir dalam proses ini adalah mengevaluasi program dengan melakukan penilaian atas persiapan, implementasi, dan hasil dari program. Penyesuaian akan dilakukan sembari program diimplementasikan, dan didasarkan pada evaluasi atas umpan balikapakah program berhasil/tidak.

(54)

Evaluasi persiapan dilakukan untuk menilai kualitas dan kecukupan pengumpulan informasi dan perencanaan program.

Evaluasi implementasi akan mencatat kecukupan taktik dan upaya. Evaluasi dampak menyediakan umpan balik tentang konsekuensi dari program. Evaluasi program yang berguna membutuhkan perencanaan dari awal hingga akhir proses (Cutlip, 2011:320).

2.2.9. Teori Representasi

Teori representasi memperlihatkan suatu proses di mana arti (meaning) diproduksi dengan menggunakan bahasa (language) dan dipertukarkan oleh antar anggota kelompok dalam sebuah kebudayaan (culture). Representasi menghubungkan antara konsep (concept) dalam benak kita dengan menggunakan bahasa yang memungkinkan kita untuk mengartikan benda, orang, kejadian yang nyata (real), dan dunia imajinasi dari objek, orang, benda, dan kejadian yang tidak nyata (fictional), menurut Stuart Hall (2003:10).

Dalam buku Studying Culture: A Practical Introduction (2003:56-57), terdapat tiga definisi dari kata “represent”‟ yakni:

1. To stand in for. Hal ini dapat dicontohkan dalam peristiwa bendera suatu negara, yang jika dikibarkan dalam

(55)

suatu event olahraga, maka bendera tersebut menandakan keberadaan negara yang bersangkutan dalamevent tersebut.

2. To speak or act on behalf of. Contohnya adalah Pemimpin menjadi orang yang berbicara dan bertindak atas nama rakyatnya.

3. To re-present. Dalam arti ini, misalnya tulisan sejarah atau biografi yang dapat menghadirkan kembali kejadian-kejadian di masa lalu.

Dalam praktiknya, ketiga makna dari representasi ini bisa menjadi saling tumpang tindih. Teori yang dikemukakan oleh Stuart Hall sangat membantu dalam memahami lebih lanjut mengenai apa makna dari representasi dan bagaimana caranya beroperasi dalam masyarakat budaya. Stuart Hall dalam bukunya Representation: Cultural Representation and Signifyig Practices (2003:12)

“Representation connects meaning and language to culture…. Representation is an essential part of the process by which meaning is produced and exchanged between members of culture”

Melalui representasi, suatu makna diproduksi dan dipertukarkan antar anggota masyarakat. Jadi dapat dikatakan bahwa, representasi secara singkat adalah salah satu cara untuk memproduksi makna. Representasi bekerja melalui sistem

(56)

representasi yang terdiri dari dua komponen penting, yakni konsep dalam pikiran dan bahasa.

Kedua komponen ini saling berkorelasi. Konsep dari sesuatu hal yang dimiliki dan ada dalam pikiran, membuat manusia atau seseorang mengetahui makna dari sesuatu hal tersebut.

Namun, makna tidak akan dapat dikomunikasikan tanpa bahasa, sebagai contoh sederhana, konsep „gelas‟ dan mengetahui maknanya. Maka seseorang tidak akan dapat mengkomunisikan makna dari „gelas‟ (benda yang digunakan orang untuk tempat minum) jika seseorang tidak dapat mengungkapkannya dalam bahasa yang dapat dimengerti oleh orang lain.

Oleh karena itu, yang terpenting dalam sistem representasi adalah bahwa kelompok yang dapat berproduksi dan bertukar makna dengan baik adalah kelompok tertentu yang memiliki suatu latar belakang pengetahuan yang sama sehingga dapat menciptakan suatu pemahaman yang (hampir) sama. Berpikir dan merasa juga merupakan sistem representasi, sebagai sistem representasi berarti berpikir dan merasa juga berfungsi untuk memaknai sesuatu. Untuk dapat melakukan hal tersebut, diperlukan latar belakang pemahaman yang sama terhadap konsep, gambar, dan ide (cultural codes). Pemaknaan terhadap sesuatu bisa sangat berbeda dalam budaya atau kelompok masyarakat yang berlainan, karena pada masing-masing budaya,

Gambar

Table 2.1  Kajian Pustaka   No  Jenis  Penelitian Terdahulu

Referensi

Dokumen terkait

cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data yang diperoleh kemudian dideskripsikan dan dikategorisasikan sesuai dengan apa yang diperoleh dari

Trick effect (manipulasi foto) adalah tindakan memanipulasi foto, seperti menambah, mengurangi, atau mengubah obyek dalam foto sehingga menjadi gambar yang sama sekali lain

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang sudah dipaparkan, penulis mendapatkan gambaran mengenai kebijakan yang ada pada penerbitan Bisnis Indonesia Minggu

Hasil penelitian yang dilakukan dengan judul “Pengaruh Penggunaan Media Online Detik Travel Terhadap Minat Berwisata (Survey MahasiswaJurusan Pariwisata Universitas

Film The Love Of Siam sendiri merupakan film drama romantis Thailand yang menceritakan tentang konflik dalam sebuah keluarga namun didalam konflik tersebut terdapat dua

Saya ingin bertanya dan ingin meminta saran dari bapak, saya sedang melakukan sebuah penelitian di kuretakeso kemang hotel Jakarta dan yang saya teliti adalah strategi marketing

Strategi dalam penelitian yang dilakukan oleh Aldo Brue yaitu berupa memahami keingginan masyarakat akan suatu produk yang berkualitas, dengan melihat tempat atau lokasi serta

Penelitian kedua ditulis oleh Muhammad Nizar (UIN Syarif Hidayatullah,2014), dengan judul Pandangan Masyarakat Dalam Pernikahan Usia Dini Studi Kasus Di Desa