LAPORAN AKTUALISASI
NILAI-NILAI DASAR, PERAN DAN KEDUDUKAN PNS
OPTIMALISASI PELAYANAN KEGAWATDARURATAN DI PUSKESMAS SORAWOLIO KOTA BAUBAU
Oleh :
dr. NOVIA FARADILLA PRATIWI, S.Ked NDH : 02
PELATIHAN DASAR CPNS GOLONGAN III ANGKATAN CXXI TAHUN 2021
BADAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA
KENDARI 2021
LAPORAN AKTUALISASI
NILAI-NILAI DASAR, PERAN DAN KEDUDUKAN PNS
JUDUL :
“OPTIMALISASI PELAYANAN KEGAWATDARURATAN DI PUSKESMAS SORAWOLIO KOTA BAUBAU”
Oleh :
dr. NOVIA FARADILLA PRATIWI, S.Ked.
NDH : 02
PELATIHAN DASAR CPNS GOLONGAN III ANGKATAN CXXI TAHUN 2021
PEMERINTAHAN KOTA BAUBAU BEKERJA SAMA DENGAN
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA
KENDARI 2021
v KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan karunia- Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Kegiatan Aktualisasi “Optimalisasi Pelayanan Kegawatdaruratan di Puskesmas Sorawolio ” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh surat keterangan lulus Pelatihan Dasar CPNS.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Syahruddin Nurdin, S.E. selaku Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Provinsi Sulawesi Tenggara.
2. Dr. Misnawati Lily, M.Si selaku Coach yang selalu membimbing dalam menyusun rancangan aktualisasi sehingga dapat selesai dan siap untuk dipresentasikan.
3. dr. Pangeran Abdul Azis Salam sebagai mentor yang selalu memberikan arahan, serta masukan dalam perbaikan penyusunan rancangan aktualisasi.
4. Gusti Pasaru, SE.,M.Ak sebagai penguji yang telah memberikan masukan dan saran perbaikan.
5. Widyaiswara dan Instruktur yang telah membimbing penulis selama Pelatihan Dasar (Latsar) 6. Teman-teman Latsar Golongan III Angkatan CXXI, CXXII, dan CXXIII yang saling memberikan
dukungan moril selama Latsar (On Campus) berlangsung.
Semoga laporan kegiatan aktualisasi ini dapat memberikan manfaat dan memberikan wawasan tambahan bagi para pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri.
Kendari, 8 Oktober 2021 Hormat Saya,
dr. Novia Faradilla Pratiwi, S.Ked NDH: 02
vi DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN ... iii
LEMBAR PENGESAHAN... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Tujuan ... 2
C. Manfaat ... 3
D. Ruang Lingkup ... 3
E. Waktu dan Tempat ... 3
BAB II RANCANGAN AKTUALISASI A. Gambaran Umum Organisasi ... 4
B. Konsepsi Nilai-Nilai Dasar, Kedudukan, dan Peran ASN ... 9
C. Penetapan Isu dan Dampaknya ... 21
D. Gagasan Kreatif/Terpilih sebagai Pemecahan Isu ... 25
BAB III CAPAIAN AKTUALISASI A. Kendala dan Antisipasi ... 76
B. Hasil Pelaksanaan Aktualisasi ... 79
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ... 128
B. Saran ... 128
C. Rencana Tindak Lanjut ... 128
DAFTAR PUSTAKA ... 130
LAMPIRAN ... 132
vii DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Data Tenaga Kesehatan di Puskesmas Sorawolio ... 5
Tabel 2.2. Identifikasi Isu kondisi saat ini ... 21
Tabel 2.3. Penetapan Isu Prioritas dengan Metode APKL ... 24
Tabel 2.4. Deskripsi Kegiatan Rancangan Aktualisasi... 28
Tabel 3.1. Uraian Kendala dan Antisipasi ... 76
Tabel 3.2. Realisasi Kegiatan Aktualisasi ... 80
Tabel 3.3. Rincian Kegiatan Aktualisasi ... 86
viii DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Struktur Organisasi Puskesmas Sorawolio ... 6
Gambar 2.2 Analisis Isu menggunakan Problem Tree diagram ... 25
Gambar 3.1 Bahan konsultasi dengan pimpinan ... 89
Gambar 3.2 Menyampaikan rencana kegiatan aktualisasi kepada pimpinan ... 89
Gambar 3.3 Menyampaikan rencana kegiatan aktualisasi kepada mentor ... 90
Gambar 3.4 Lembar Surat Pernyataan Dukungan Pimpinan ... 90
Gambar 3.5 Lembar Surat Pernyataan Persetujuan Pimpinan ... 90
Gambar 3.6 Lembar Surat Pernyataan Dukungan Mentor ... 91
Gambar 3.7 Draft SK ... 94
Gambar 3.8 Konsulatsi dengan mentor terkait pembuatan SK kebijakan ... 95
Gambar 3.9 SK yang direvisi ... 95
Gambar 3.10 Verifikasi SK Kebijakan oleh Sekretaris Dinas Kesehatan ... 96
Gambar 3.11 SK Kebijakan yang telah ditandatangani Kepala Dinas Kesehatan .... 96
Gambar 3.12 Konsultasi dengan pimpinan... 99
Gambar 3.13 Dokumen surat undangan ... 99
Gambar 3.14 Mengundang orang-orang yang akan menjadi Tim Pembuat SOP ... 100
Gambar 3.15 Daftar Hadir Pembentukan Tim Penyusun SOP ... 100
Gambar 3.16 Dokumen SK Penetapan Tim Pembuat SOP ... 101
Gambar 3.17 Mencari referensi SOP ... 103
Gambar 3.18 Kerangka SOP ... 104
Gambar 3.19 Draft SOP... 104
Gambar 3.20 SOP yang telah ditelah oleh pimpinan... 107
Gambar 3.21 Verifikasi SOP ... 107
Gambar 3.22 SOP yang telah dilegalkan oleh Pimpinan ... 108
Gambar 3.23 Dokumen undangan sosialisasi ... 113
Gambar 3.24 Dokumen Soal Pre/Post Test ... 113
Gambar 3.25 Persiapan sosialisasi... 113
Gambar 3.26 Dokumentasi membagikan soal pre test ... 114
Gambar 3.27 Kegiatan sosialisasi SOP Penanganan Awal Gawat Darurat ... 114
Gambar 3.28 Dokumen daftar hadir peserta sosialisasi ... 114
ix
Gambar 3.29 Membagikan soal post test ... 115
Gambar 3.30 Penandatanganan Komitmen Bersama ... 115
Gambar 3.31 Mengupload file SOP ke blogspot puskesmas... 115
Gambar 3.32 Dokumen Draft Algoritma ... 118
Gambar 3.33 Dokumen Konsultasi dengan pimpinan ... 118
Gambar 3.34 Pemasangan Poster Algoritma di ruang UGD ... 119
Gambar 3.35 Catatan daftar alat kesehatan yang ada di UGD ... 122
Gambar 3.36 Dokumen Usulan Pengadaan Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai ... 122
Gambar 3.37. Koordinasi dengan bendahara barang dan bagian farmasi ... 123
Gambar 3.38 Analisis Hasil Pre dan Post Test ... 126
Gambar 3.39 Laporan Hasil Kegiatan ... 126
Gambar 3.40 Melaporkan hasil kegiatan kepada pimpinan ... 127
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aparatur Sipil Negara mempunyai peran yang amat penting untuk menyelenggarakan kebijakan pemerintah dan pelayanan publik dalam rangka menciptakan masyarakat madani yang taat hukum, berperadaban modern, demokratis, makmur, adil, dan bermoral tinggi secara adil dan merata, menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dengan penuh kesetiaan kepada pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Untuk itu diperlukan karakter ASN yang kompeten dalam menjalankan tanggung jawab dan pekerjaannya. Namun dalam kenyataannya birokrasi masih menjadi hambatan pelayanan serta persepsi negatif tentang kinerja ASN yang selama ini dinilai publik masih belum memenuhi harapan dan belum mampu menjawab kebutuhan masyarakat luas akan tata kelola pemerintahan yang bersih dan profesional.
Untuk itu Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara menimbang bahwa diperlukan pembangunan aparatur sipil negara yang memiliki integritas, profesional, netral dan bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme, serta mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai unsur perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Pembangunan tersebut diharapkan dapat berkontribusi positif bagi pencapaian cita-cita dan tujuan bangsa seperti yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
Demi mewujudkan pembangunan tersebut, berdasarkan Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara nomor 12 tahun 2018 tentang Pelatihan Dasar CPNS, diperlukan pembinaan melalui Pelatihan Dasar (Latsar). Dengan demikian diharapkan terbentuk karakter ASN yang kuat, yaitu ASN yang mampu bersikap dan bertindak professional dalam melayani masyarakat.
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan unit pelaksana pelayanan kesehatan masyarakat di tingkat dasar di Indonesia, menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2019 tentang pusat kesehatan masyarakat bahwa pusat kesehatan masyarakat adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di
2 wilayah kerjanya. Instalasi UGD merupakan tempat pelayanan pertama bagi pasien yang datang ke puskesmas mulai dari pasien gawat darurat ringan sampai gawat darurat berat. Pasien gawat darurat yang masuk UGD puskesmas tentunya butuh pertolongan yang cepat dan tepat.
Apalagi puskesmas tempat penulis mengaktualisasi kegiatan merupakan salah satu puskesmas rawat inap yang berada di perbatasan Kota Baubau dengan Kabupaten Buton.
Selain itu, di era pandemik Covid-19 saat ini, jumlah pasien yang datang ke rumah sakit melonjak sehingga kapasitas perawatan di UGD Rumah Sakit penuh yang mengakibatkan sulitnya merujuk pasien ke rumah sakit.
Penanganan kasus gawat darurat di puskesmas belum optimal dikarenakan terbatasnya persediaan bahan medis habis pakai dan tidak adanya pedoman yang baku dalam pelayanan kasus gawat darurat.
Pasien yang mengalami kegawatdaruratan harus segera mendapatkan penanganan secara cepat, cermat dan tepat. Penanganan awal yang tidak tepat akan menyebabkan terjadinya kecacatan dan kematian pada pasien. Manajemen kegawatdaruratan yang tepat pada pasien yang dirawat di UGD tidak hanya menurunkan angka mortalitas dan morbiditas pasien tetapi juga dapat menurunkan biaya perawatan dan lama perawatan.
Untuk memenuhi standar pelayanan minimal di puskesmas, perlu adanya pedoman yang baku dalam memberikan pelayanan gawat darurat sehingga dapat menjamin suatu penanganan pertama gawat darurat dengan respon time yang cepat dan tepat.
Oleh karena itu maka diadakanlah rancangan aktualisasi “Optimalisasi Pelayanan Kegawatdaruratan di Puskesmas Sorawolio” agar meningkatkan mutu pelayanan di wilayah kerja Puskesmas Sorawolio.
B. Tujuan Rancangan Aktualisasi 1. Tujuan Umum
Teraktualisasinya nilai-nilai dasar Akuntabilitas, Nepotisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, Anti Korupsi, Whole of Government, Manajemen ASN dan Pelayanan Publik dalam pelaksanaan sebagai dokter umum.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dalam rancangan aktualisasi ini:
Tersedianya SOP Penanganan Awal Kasus Kegawatdaruratan.
Terlaksananya sosialisasi SOP Penanganan Awal Kasus Kegawatdaruratan.
3
Meningkatnya pemahaman petugas kesehatan atas penanganan awal kegawatdaruratan
C. Manfaat Rancangan 1. Manfaat bagi Penulis
Penulis dapat memahami dan mengimplementasikn nilai-nilai dasar ASN pada instansi kerja sesuai dengan tupoksinya.
2. Manfaat bagi Organisasi
Mengoptimalkan pelayanan kegawatdaruratan di Puskesmas Sorawolio.
3. Manfaat bagi Masyarakat
Masyarakat menerima pelayanan yang cepat dan optimal.
D. Ruang Lingkup Kegiatan Aktualisasi
Ruang lingkup dalam laporan aktualisasi ini antara lain peserta latihan dasar mampu untuk menginternalisasi dan mengaktualisasikan lima nilai-nilai dasar profesi sebagai Pegawai Negeri Sipil yaitu Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi (ANEKA) dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya di satuan kerja masing-masing.
Kegiatan aktualisasi ini dibatasi pada pelayanan kegawatdaruratan berupa pembuatan standar operasional prosedur penanganan awal kasus gawat darurat, pengusulan pengadaan alat kesehatan dan bahan medis habis pakai, sosialisasi SOP pada petugas kesehatan di puskesmas, dan evaluasi kegiatan. Sehingga dengan adanya berbagai kegiatan tersebut dapat meningkatkan mutu pelayanan UGD puskesmas.
E. Waktu dan Tempat
Adapun waktu pelaksanaan kegiatan aktualisasi adalah dimulai pada Tanggal 06 September 2021 sampai dengan Tanggal 5 Oktober 2021 bertempat di Puskesmas Sorawolio Kota Baubau.
4 BAB II
RANCANGAN AKTUALISASI
A. GAMBARAN UMUM ORGANISASI 1. Profil Organisasi
a. Keadaan Geografis
Penulis akan melaksanakan aktualisasi nilai-nilai dasar ASN (ANEKA) serta kedudukan dan peran ASN di instansi penulis yaitu Puskesmas Sorawolio. Puskesmas Sorawolio adalah puskesmas perawatan yang terletak kurang lebih 15 km ke arah timur dari pusat Kota Baubau, tepatnya di Kelurahan Bugi Kecamatan Sorawolio. Luas wilayah kerja Puskesmas Sorawolio adalah 83,25 km2 dengan batas-batas administrasi sebagai berikut:
a. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Bungi b. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kecamatan Pasarwajo c. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Sampolawa d. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Wolio
Wilayah kerja Puskesmas Sorawolio terdiri dari 4 (empat) kelurahan, yaitu Kelurahan Kaisabu Baru, Kelurahan Karya Baru, Kelurahan Bugi, dan Kelurahan Gonda Baru. Kelurahan Kaisabu Baru merupakan kelurahan dengan wilayah terluas sebesar 40,15 km2, sedangkan Kelurahan Bugi merupakan kelurahan terkecil.
Wilayah Sorawolio memiliki perbukitan dan pegunungan yang berpotensi dijadikan cadangan untuk ekosistem guna mendukung pembangunan berwawasan lingkungan. Sebagian wilayah Kecamatan Sorawolio merupakan daerah pertanian yang merupakan mata pencaharian sebagian besar masyarakatnya.
b. Keadaan Demografis
Jumlah penduduk dalam wilayah kerja Puskesmas Sorawolio adalah 9.200 jiwa, dengan jumlah KK sebanyak 1.815 KK, yang terdiri dari laki-laki sebanyak 4.428 jiwa dan perempuan sebanyak 4.541 jiwa. Penduduk wilayah kerja Puskesmas Sorawolio mayoritas Suku Cia-Cia.
Umumnya memeluk Agama Islam kurang lebih 99%, dan hanya 1% saja yang memeluk agama lain. Perilaku masyarakat sangat dipengaruhi oleh adat istiadat setempat, seperti persatuan yang diwujudkan dalam sikap kegotongroyongan yang kokoh. Ini terlihat pada acara-acara seperti selamatan, pernikahan, dan masih banyak lagi acara-acara lain yang sangat mencerminkan
5 budaya atau adat istiadat setempat. Mata pencaharian penduduk pada umumnya adalah petani kebun.
c. Situasi Sumber Daya Kesehatan
Sumber daya kesehatan di Puskesmas Sorawolio terdiri dari PNS, CPNS, dan Nusantara Sehat Individu (NSI) berjumlah 34 orang. Adapun distribusi Tenaga Kesehatan Puskesmas Sorawolio adalah sebagai berikut.
Tabel 2.1. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Sorawolio
No Jenis Tenaga Jumlah
1 Dokter Umum 2 orang (1 orang PNS (diperbantukan di RSUD), 1 Orang CPNS)
2 Dokter Gigi 1 orang (1 Orang CPNS)
3 Kesmas 3 orang (1 Orang Merangkap KTU) 4 Apoteker 2 Orang (1 orang PNS, 1 orang CPNS)
5 Perawat 13 orang (7 orang PNS, 5 orang CPNS, 1 orang NSI) 6 Bidan 7 orang (4 orang PNS, 3 orang NSI)
7 ATLM 2 orang (1 orang CPNS, 1 orang NSI) 8 Sanitarian 2 orang
9 Pengelola Rujukan Kesehatan
1 orang
10 Gizi 1 orang
JUMLAH 34 orang
Sumber: Data Puskesmas Tahun 2021
6 d. Struktur Organisasi
Gambar 2.1. Struktur Organisasi Puskesmas Sorawolio
7 e. Visi, Misi, dan Tata Nilai Organisasi
Untuk meningkatkan kinerja Puskesmas Sorawolio, telah ditetapkan Visi dan Misi untuk mendukung Rencana Strategis Kementerian Kesehatan.
1. Visi
“Mewujudkan masyarakat Kecamatan Sorawolio yang Sehat dan Mandiri serta menjadikan Puskesmas Berkualitas Pilihan Masyarakat”
2. Misi
Adapun misi Puskesmas Sorawolio adalah:
a. Mendorong pembangunan berwawasan kesehatan
b. Mendorong kemandirian masyarakat Kecamatan Sorawolio untuk hidup sehat dengan meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya kesehatan baik promotif, preventif, maupun kuratif.
c. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan dan rawat inap yang bermutu, efektif, efisien, adil, dan merata serta terjangkau bagi masyarakat Sorawolio dan sekitarnya.
d. Meningkatkan mutu SDM dalam meningkatkan kualitas layanan.
e. Meningkatkan pelayanan Kesehatan yang berkualitas, dengan menumbuhkan empatic governance kepada pelanggan.
f. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
3. Tata Nilai
“PRO SEHAT”
P : Profesionalisme dalam bekerja
R : Responsif dalam memberikan pertolongan pada pasien O : Orientasi kepada kepuasan dan kebutuhan pasien S : Selalu taat pada peraturan dan norma yang berlaku E : Empati dan santun terhadap sesame
H : Hormat dan saling menghargai terhadap sesame
A : Aman (Memperhatikan keamanan/keselamatan pasien dan petugas) T : Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
f. Tugas dan Fungsi Organisasi
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) diutarakan bahwa Puskesmas mempunyai
8 tugas melaksanakan kebijakan Kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat.
Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut di atas, maka puskesmas, sebagai pelaksana pelayanan Kesehatan strata pertama, menyelenggarakan fungsi:
1. Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat tingkat pertama di wilayah kerja.
2. Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Perseorangan tingkat pertama di wilayah kerja.
Upaya Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkat UKM adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat. Upaya Kesehatan Perseorangan yang selanjutnya disingkat UKP adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan.
g. Tugas Pokok dan Fungsi Dokter Umum
Peserta latsar merupakan dokter umum ahli pertama di Puskesmas Sorawolio.
Berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 139 Tahun 2003 tentang Jabatan Fungsional Dokter dan Angka Kreditnya, pada pasal 4 dijelaskan bahwa tugas pokok dokter adalah memberikan pelayanan Kesehatan pada sarana pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, serta membina peran serta masyarakat dalam rangka kemandirian di bidang kesehatan kepada masyarakat.
Adapun pada pasal 7 (a) disebutkan rincian kegiatan Dokter Pertama, yaitu:
1. Melakukan pelayanan medik umum rawat jalan tingkat pertama;
2. Melakukan pelayanan spesialistik rawat jalan tingkat pertama;
3. Melakukan tindakan khusus tingkat sederhana oleh Dokter Umum;
4. Melakukan tindakan khusus tingkat sedang oleh Dokter umum;
5. Melakukan tindakan spesialistik tingkat sederhana;
6. Melakukan tindakan spesialistik tingkat sedang;
7. Melakukan tindakan darurat medik / pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) tingkat sederhana;
8. Melakukan kunjungan (visite) kepada pasien rawat inap;
9. Melakukan pemulihan mental tingkat sederhana;
10. Melakukan pemulihan mental kompleks tingkat I;
9 11. Melakukan pemulihan fisik tingkat sederhana;
12. Melakukan pemulihan fisik kompleks tingkat I;
13. Melakukan pemeliharaan kesehatan ibu;
14. Melakukan pemeliharaan kesehatan bayi dan balita;
15. Melakukan pemeliharaan kesehatan anak;
16. Melakukan pelayanan keluarga berencana;
17. Melakukan pelayanan imunisasi;
18. Melakukan pelayanan gizi;
19. Mengumpulkan data dalam rangka pengamatan epidemiologi penyakit;
20. Melakukan penyuluhan medik;
21. Membuat catatan medik rawat jalan;
22. Membuat catatan medik rawat inap;
23. Melayani atau menerima konsultasi dari luar atau keluar;
24. Melayani atau menerima konsultasi dari dalam;
25. Menguji kesehatan individu;
26. Menjadi tim penguji kesehatan;
27. Melakukan visum et repertum tingkat sederhana;
28. Melakukan visum et repertum kompleks tingkat I;
29. Menjadi saksi ahli;
30. Mengawasi penggalian mayat untuk pemeriksaan;
31. Melakukan otopsi dengan pemeriksaan laboratorium;
32. Melakukan tugas jaga panggilan / on call;
33. Melakukan tugas jaga di tempat / rumah sakit;
34. Melakukan tugas jaga di tempat sepi pasien;
35. Melakukan kaderisasi masyarakat dalam bidang kesehatan tingkat sederhana.
B. KONSEPSI NILAI-NILAI DASAR ASN DAN KEDUDUKAN PERAN ASN
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 yang dimaksud Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi pemerintah. Fungsi ASN yaitu melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas, dan mempererat persatuan dan kesatuan bangsa.
10 Untuk menghasilkan Aparatur Sipil Negara yang profesional sebagai pelayan publik, maka perlu untuk menanamkan nilai-nilai dasar profesi ASN sejak masih menjadi CPNS, sehingga nantinya akan terbentuk ASN yang menerapkan nilai-nilai tersebut dalam melaksanakan fungsinya sebagai ASN. Adapun nilai-nilai dasar CPNS yang akan diaktualisasikan dalam kegiatan pelatihan dasar ini yaitu:
1. Akuntabilitas
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok, atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya. Amanah seorang PNS adalah menjamin terwujudnya nilai-nilai publik. Nilai-nilai publik tersebut antara lain adalah:
a. Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi konflik kepentingan, antara kepentingan publik dengan kepentingan sektor, kelompok, dan pribadi.
b. Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan mencegah keterlibatan PNS dalam politik praktis.
c. Memperlakukan warga negara secara sama dan adil dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik.
d. Menunjukkan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat diandalkan sebagai penyelenggara pemerintahan.
Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama, yaitu untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokratis); untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional); dan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar). Akuntabilitas Publik terdiri dari dua macam, yaitu: Akuntabilitas Vertikal (pertanggungjawaban kepada otoritas yang lebih tinggi) dan Akuntabilitas Horisontal (pertanggungjawaban pada masyarakat luas). Untuk memenuhi terwujudnya organisasi sektor publik yang akuntabel, maka mekanisme akuntabilitas harus mengandung dimensi akuntabilitas kejujuran dan hukum, akuntabilitas proses, akuntabilitas program, dan akuntabilitas kebijakan. Berdasarkan aspek-aspek tersebut seorang PNS harus memiliki sikap tanggung jawab dalam menjalankan setiap tugasnya.
Ada beberapa indikator dari nilai-nilai dasar akuntabilitas yang harus diperhatikan, yaitu:
a. Tanggung jawab b. Jujur
c. Kejelasan d. Netral
11 e. Mendahulukan kepentingan publik
f. Keadilan g. Transparansi h. Konsistensi i. Partisipatif j. Legal 2. Nasionalisme
Merupakan pandangan tentang rasa cinta yang wajar terhadap bangsa dan negara, dan sekaligus menghormati bangsa lain. Nasionalisme Pancasila adalah pandangan atau paham kecintaan manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila. Setiap sila dalam Pancasila mengandung nilai-nilai kemuliaan. Kelima sila ini merupakan pondasi dan pandangan hidup bangsa Indonesia. Sebagai motor penggerak suatu negara, PNS harus menjadi teladan.
Dalam UU No. 5 tahun 2014 tentang ASN, salah satu fungsi ASN adalah menjalankan kebijakan publik. Sebagai pelayan publik, setiap pegawai ASN senantiasa harus bersikap adil dan tidak diskriminatif dalam memberikan pelayanan masyarakat. Adapun kaitan antara nasionalisme dan peran seorang ASN terletak pada fungsinya sebagai perekat dan pemersatu bangsa dan negara. Nilai-nilai nasionalisme tercermin dalam Pancasila. Memiliki rasa nasionalisme tinggi dapat tercermin dengan selalu berupaya memberikan hal positif kepada bangsa dibanding mempertanyakan apa yang sudah bangsa berikan kepada kita.
Indikator-indikator yang terdapat dalam nilai nasionalisme yang harus dimiliki Aparatur Sipil Negara antara lain sebagai berikut:
a. Berwawasan kebangsaan yang kuat;
b. Memahami pluralitas;
c. Berorientasi kepublikan yang kuat; dan
d. Mementingkan kepentingan nasional di atas segalanya.
3. Etika Publik
Etika adalah tujuan hidup yang baik bersama dan untuk orang lain di dalam institusi yang adil. Etika lebih dipahami sebagai refleksi atas baik atau buruk, benar atau salah yang harus dilakukan atau bagaimana melakukan kewajiban yang baik atau benar. Dalam kaitannya dengan pelayanan publik, etika publik adalah refleksi tentang standar/norma yang menentukan
12 baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik dalam rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik.
Pada prinsipnya ada tiga dimensi etika publik:
a. Dimensi Kualitas Pelayanan Publik
Etika publik menekankan pada aspek nilai dan norma, serta prinsip moral, sehingga etika publik membentuk integritas pelayanan publik.
b. Dimensi Modalitas
Unsur-unsur modalitas dalam etika publik yakni akuntabilitas, transparansi, dan netralitas.
c. Dimensi Tindakan Integritas Publik
Integritas publik adalah kualitas dari pejabat publik yang sesuai nilai, standar, aturan moral yang diterima masyarakat.
Nilai-nilai dasar etika publik:
a. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila.
b. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945.
c. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
d. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
e. Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.
f. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.
g. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik.
h. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program pemerintah.
i. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
j. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
k. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama.
l. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.
m. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
n. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai perangkat sistem karir.
13 4. Komitmen Mutu
Komitmen mutu merupakan pelaksanaan pelayanan publik dengan berorientasi pada kualitas hasil. Adapun nilai-nilai komitmen mutu antara lain mengedepankan komitmen terhadap kepuasan dan memberikan layanan yang menyentuh hati, untuk menjaga dan memelihara.
Ada empat indikator dari nilai-nilai dasar komitmen mutu yang harus diperhatikan, yaitu:
a. Efektif
Efektif adalah berhasil guna, dapat mencapai hasil sesuai dengan target. Sedangkan efektivitas menunjukan tingkat ketercapaian target yang telah direncanakan, baik yang menyangkut jumlah maupun mutu hasil kerja. Efektifitas organisasi tidak hanya diukur dari kuantitas dan mutu hasil kerja, melainkan kepuasan dan terpenuhinya kebutuhan pelanggan.
b. Efisien
Efisiensi adalah berdaya guna, dapat menjalankan tugas dan mencapai hasil tanpa menimbulkan keborosan. Sedangkan efisiensi merupakan tingkat ketepatan realisasi penggunaan sumber daya dan bagaimana pekerjaan dilakukan sehingga dapat diketahui ada tidaknya penggunaan sumber daya yang berlebihan, penyalahgunaan alokasi, penyimpanagan prosedur dan mekanisme yang tidak sesuai dengan alur.
c. Inovasi
Inovasi Pelayanan Publik merupakan hasil pemikiran baru yang konstruktif, sehingga akan memotivasi setiap individu untuk membangun karakter sebagai aparatur yang diwujudkan dalam bentuk profesionalisme layanan publik yang berbeda dari sebelumnya, bukan sekedar menjalankan atau menggugurkan tugas rutin.
d. Mutu
Mutu merupakan suatu kondisi dinamis berkaitan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang sesuai atau bahkan melebihi harapan konsumen. Mutu mencerminkan nilai keunggulan produk/jasa yang diberikan kepada pelanggan sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya, bahkan melampaui harapannya. Mutu merupakan salah satu standar yang menjadi dasar untuk mengukur capaian hasil kerja. Mutu menjadi salah satu alat vital untuk mempertahankan keberlanjutan organisasi dan menjaga kredibilitas institusi.
LAN RI menjelaskan bahwa ada tiga karakteristik utama dalam menjamin mutu yang baik yaitu efektivitas, efesien dan inovasi. Dasar yang digunakan untuk mengukur tingkat efektivitas adalah ketercapaian target yang telah direncanakan, baik dilihat dari capaian jumlah
14 maupun mutu hasil kerja, sehingga dapat memberi kepuasan, sedangkan tingkat efisiensi diukur dari penghematan biaya, waktu, tenaga, dan pikiran dalam menyelesaikan kegiatan.
Inovasi muncul karena adanya dorongan kebutuhan organisasi/perusahaan untuk beradaptasi dengan tuntutan perubahan yang terjadi di sekitarnya. Mengenai inovasi, LAN RI menyatakan bahwa proses inovasi dapat terjadi secara perlahan (bersifat evolusioner) atau bisa juga lahir dengan cepat (bersifat revolusioner). Inovasi akan menjadi salah satu kekuatan organisasi untuk memenangkan persaingan.
Sebagaimana terkait dengan karakteriktik utama tersebut, setidaknya empat indikator dari nilai-nilai dasar komitmen mutu yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Efektif
Efektif adalah berhasil guna, dapat mencapai hasil sesuai dengan target. Sedangkan efektivitas menunjukkan tingkat ketercapaian target yang telah direncanakan, baik menyangkut jumlah maupun mutu hasil kerja. Efektifitas organisasi tidak hanya diukur dari performans untuk mencapai target (rencana) mutu, kuantitas, ketepatan waktu dan alokasi sumber daya, melainkan juga diukur dari kepuasan dan terpenuhinya kebutuhan pelanggan.
2. Efisien
Efisien adalah berdaya guna, dapat menjalankan tugas dan mencapai hasil tanpa menimbulkan keborosan. Sedangkan efisiensi merupakan tingkat ketepatan realiasi penggunaan sumberdaya dan bagaimana pekerjaan dilaksanakan sehingga dapat diketahui ada tidaknya pemborosan sumber daya, penyalahgunaan alokasi, penyimpangan prosedur dan mekanisme yang ke luar alur.
3. Inovasi
Inovasi Pelayanan Publik adalah hasil pemikiran baru yang konstruktif, sehingga akan memotivasi setiap individu untuk membangun karakter sebagai aparatur yang diwujudkan dalam bentuk profesionalisme layanan publik yang berbeda dari sebelumnya, bukan sekedar menjalankan atau menggugurkan tugas rutin.
4. Berorientasi pada Mutu
Mutu merupakan suatu kondisi dinamis berkaitan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang sesuai atau bahkan melebihi harapan konsumen. Mutu mencerminkan nilai keunggulan produk/jasa yang diberikan kepada pelanggan sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya, bahkan melampaui harapannya. Mutu merupakan salah satu standar yang menjadi dasar untuk mengukur capaian hasil kerja. Mutu menjadi salah satu alat vital untuk mempertahankan keberlanjutan organisasi dan menjaga kredibilitas institusi.
15 Ada lima dimensi karakteristik yang digunakan pelanggan dalam mengevaluasi kualitas pelayan, yaitu:
1. Tangibles (bukti langsung), yaitu: meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai, dan sarana komunikasi;
2. Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan dalam memberikan pelayanan dengan segera dan memuaskan serta sesuai dengan yang telah dijanjikan;
3. Responsiveness (daya tangkap), yaitu keinginan untuk memberikan pelayanan dengan tanggap;
4. Assurance (jaminan), yaitu mencakup kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya;
5. Empaty, yaitu kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, dan perhatian dengan tulus terhadap kebutuhan pelanggan.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli maka dapat disimpulkan bahwa mutu mencerminkan nilai keunggulan produk/jasa yang diberikan kepada pelanggan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan dan bahkan melampaui harapannya. Manajemen mutu harus dilaksanakan secara terintegrasi, dengan melibatkan seluruh komponen organisasi, untuk senantiasa melakukan perbaikan mutu agar dapat memuaskan pelanggan. Bill Creech memperkenalkan lima pilar dalam manajemen mutu terpadu yaitu produk, proses, organisasi, pemimpin dan komitmen.
Kelima pilar tersebut memiliki keterkaitan dan ketergantungan yang tinggi, sehingga target mutu dapat diwujudkan bahkan dapat terus ditingkatkan secara berkelanjutan.
Target utama kinerja aparatur yang berbasis komitmen mutu adalah mewujudkan kepuasan masyarakat yang menerima layanan. Mutu kerja aparatur dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dewasa ini masih banyak yang tidak mengindahkan peraturan perundang-undangan.
5. Anti Korupsi
Kata korupsi berasal dari bahasa latin yaitu corruptio yang artinya kerusakan, kebobrokan dan kebusukan. Korupsi sering dikatakan sebagai kejahatan luar biasa, karena dampaknya yang luar biasa, menyebabkan kerusakan baik dalam ruang lingkup pribadi, keluarga, masyarakat dan kehidupan yang lebih luas. Kerusakan tidak hanya terjadi dalam kurun waktu yang pendek, namun dapat berdampak secara jangka panjang. Ada 9 (sembilan) indikator dari nilai-nilai dasar anti korupsi yang harus diperhatikan, yaitu:
16 1. Jujur
Kejujuran merupakan nilai dasar yang menjadi landasan utama bagi penegakan integritas diri seseorang. Tanpa adanya kejujuran mustahil seseorang bisa menjadi pribadi yang berintegritas. Seseorang dituntut untuk bisa berkata jujur dan transparan serta tidak berdusta baik terhadap diri sendiri maupun orang lain, sehingga dapat membentengi diri terhadap godaan untuk berbuat curang.
2. Peduli
Kepedulian sosial kepada sesama menjadikan seseorang memiliki sifat kasih sayang.
Individu yang memiliki jiwa sosial tinggi akan memperhatikan lingkungan sekelilingnya di mana masih terdapat banyak orang yang tidak mampu, menderita, dan membutuhkan uluran tangan. Pribadi dengan jiwa sosial tidak akan tergoda untuk memperkaya diri sendiri dengan cara yang tidak benar tetapi ia malah berupaya untuk menyisihkan sebagian penghasilannya untuk membantu sesama.
3. Mandiri
Kemandirian membentuk karakter yang kuat pada diri seseorang menjadi tidak bergantung terlalu banyak pada orang lain. Mentalitas kemandirian yang dimiliki seseorang memungkinkannya untuk mengoptimalkan daya pikirnya guna bekerja secara efektif. Pribadi yang mandiri tidak akan menjalin hubungan dengan pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab demi mencapai keuntungan sesaat.
4. Disiplin
Disiplin adalah kunci keberhasilan semua orang. Ketekunan dan konsistensi untuk terus mengembangkan potensi diri membuat seseorang akan selalu mampu memberdayakan dirinya dalam menjalani tugasnya. Kepatuhan pada prinsip kebaikan dan kebenaran menjadi pegangan utama dalam bekerja. Seseorang yang mempunyai pegangan kuat terhadap nilai kedisiplinan tidak akan terjerumus dalam kemalasan yang mendambakan kekayaan dengan cara yang mudah.
5. Tanggung Jawab
Pribadi yang utuh dan mengenal diri dengan baik akan menyadari bahwa keberadaan dirinya di muka bumi adalah untuk melakukan perbuatan baik demi kemaslahatan sesama manusia. Segala tindak tanduk dan kegiatan yang dilakukannya akan dipertanggungjawabkan sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa, masyarakat, negara, dan bangsanya. Dengan kesadaran seperti ini maka seseorang tidak akan tergelincir dalam perbuatan tercela dan nista.
17 6. Kerja Keras
Individu beretos kerja akan selalu berupaya meningkatkan kualitas hasil kerjanya demi terwujudnya kemanfaatan publik yang sebesar-besarnya. Ia mencurahkan daya pikir dan kemampuannya untuk melaksanakan tugas dan berkarya dengan sebaik-baiknya. Ia tidak akan mau memperoleh sesuatu tanpa mengeluarkan keringat.
7. Sederhana
Pribadi yang berintegritas tinggi adalah seseorang yang menyadari kebutuhannya dan berupaya memenuhi kebutuhannya dengan semestinya tanpa berlebih-lebihan. Ia tidak tergoda untuk hidup dalam gelimang kemewahan. Kekayaan utama yang menjadi modal kehidupannya adalah ilmu pengetahuan. Ia sadar bahwa mengejar harta tidak akan pernah ada habisnya karena hawa nafsu keserakahan akan selalu memacu untuk mencari harta sebanyak-banyaknya.
8. Berani
Seseorang yang memiliki karakter kuat akan memiliki keberanian untuk menyatakan kebenaran dan menolak kebathilan. Ia tidak akan mentolerir adanya penyimpangan dan berani menyatakan penyangkalan secara tegas. Ia juga berani berdiri sendirian dalam kebenaran walaupun semua kolega dan teman-teman sejawatnya melakukan perbuatan yang menyimpang dari hal yang semestinya. Ia tidak takut dimusuhi dan tidak memiliki teman kalau ternyata mereka mengajak kepada hal-hal yang menyimpang.
9. Adil
Pribadi dengan karakter yang baik akan menyadari bahwa apa yang dia terima sesuai dengan jerih payahnya. Ia tidak akan menuntut untuk mendapatkan lebih dari apa yang ia sudah upayakan. Bila ia seorang pimpinan maka ia akan memberi kompensasi yang adil kepada bawahannya sesuai dengan kinerjanya. Ia juga ingin mewujudkan keadilan dan kemakmuran bagi masyarakat dan bangsanya.
Menurut Undang-undang No. 31/1999 jo No. UU 20/2001, terdapat 7 kelompok tindak pidana korupsi yang terdiri dari: (1) kerugian keuangan negara; (2) suap-menyuap; (3) pemerasan; (4) perbuatan curang; (5) penggelapan dalam jabatan; (6) benturan kepentingan dalam pengadaan; dan (7) gratifikasi.
Kesadaran anti korupsi yang dibangun melalui pendekatan spiritual, dengan selalu ingat akan tujuan keberadaannya sebagai manusia di muka bumi, dan selalu ingat bahwa seluruh ruang dan waktu kehidupannya harus dipertanggungjawabkan sehingga dapat menjadi benteng kuat untuk anti korupsi. Tanggung jawab spiritual yang baik akan menghasilkan niat yang baik dan mendorong untuk memiliki visi dan misi yang baik, hingga selalu memiliki semangat untuk
18 melakukan proses atau usaha terbaik dan mendapatkan hasil terbaik agar dapat dipertanggungjawabkan secara publik.
6. Manajemen Aparatur Sipil Negara
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih menekankan kepada pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber daya aparatur sipil negara yang unggul selaras dengan perkembangan jaman. Manajemen ASN meliputi Manajemen PNS dan Manajemen PPPK. PNS diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki suatu jabatan pemerintahan dan memilili nomor induk pegawai nasional. Sementara itu, PPPK diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian berdasarkan perjanjian kerja sesuai dengan kebutuhan instansi pemerintah untuk jangka waktu tertentu.
Dalam Konsep Manajemen ASN ini dikenal apa yang disebut dengan sistem merit.
Sistem Merit adalah kebijakan dan manajemen ASN yang berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi, dan kinerja secara adil dan wajar dengan tanpa membedakan latar belakang politik, ras, warna kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, atau kondisi kecacatan.
Manajemen PNS meliputi: penyusunan dan penetapan kebutuhan; pengadaan; pangkat dan Jabatan; pengembangan karier; pola karier; promosi; mutasi; penilaian kinerja;
penggajian dan tunjangan; penghargaan; disiplin; pemberhentian; jaminan pensiun dan jaminan hari tua; dan perlindungan.
Karyawan ASN memiliki fungsi sebagai pelaksana kebijakan public, pelayan public dan perekat dan pemersatu bangsa, dimana karyawan ASN bertugas untuk: melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kekaryawanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; memberikan pelayanan public yang professional dan berkualitas; dan mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
7. Whole of Government (WoG)
Berdasarkan materi pada modul pelatihan dasar calon PNS dinyatakan hal-hal sebagai berikut: WoG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan-tujuan pembangunan kebijakan, manajemen program dan pelayanan publik. Oleh karenanya WoG juga dikenal sebagai pendekatan interagency, yaitu
19 pendekatan yang melibatkan sejumlah kelembagaan yang terkait dengan urusan-urusan yang relevan. WoG ditekankan pada pengintegrasian upaya-upaya kementerian atau lembaga pemerintah dalam mencapai tujuan-tujuan bersama. WoG juga dipandang sebagai bentuk kerjasama antar seluruh aktor, pemerintah dan sebaliknya. Alasan WoG mulai diterapkan di Indonesia adalah :
1. Adanya faktor-faktor eksternal seperti dorongan publik dalam mewujudkan integrasi kebijakan, program pembangunan dan pelayanan agar tercipta penyelenggaraan pemerintahan yang lebih baik.
2. Adanya fenomena ketimpangan kapasitas sektoral sebagai akibat dari adanya nuansa kompetisi antar sektor dalam pembangunan. Satu sektor bisa menjadi sangat superior terhadap sektor lain, atau masing-masing sektor tumbuh namun tidak berjalan beriringan, melainkan justru kontraproduktif atau „saling membunuh‟.
3. Keberagaman latar belakang nilai, budaya, adat istiadat, serta bentuk latar belakang lainnya mendrong adanya potensi disintegrasi bangsa. Pemerintah sebagai institusi formal berkewajiban untuk mendorong tumbuhnya nilai-nilai perekat kebangsaan yang akan menjamin bersatunya elemen-elemen kebangsaan ini dalam satu frame NKRI.
Namun, ada beberapa hal yang menjadi tantangan dalam pelaksanaan WoG di Indonesia yaitu terkait dengan Kapasitas SDM dan institusi adalah nilai dan budaya organisasi, Kepemimpinan. Praktek WoG dalam pelayanan publik dlakukan dengan menyatukan seluruh sektor yang terkait dengan pelayanan publik.
Berdasarkan pola yang diterapkan, setidaknya ada 5 macam pola pelayanan publik yang dapat diimplementasikan yaitu :
1) Pola Pelayanan Teknis Fungsional, 2) Pola Pelayanan Satu Atap,
3) Pola Pelayanan Satu Pintu, 4) Pola Pelayanan Terpusat, 5) Pola Pelayanan Elektronik.
Pola pelayanan yang ada tersebut memungkinkan terjadinya kerjasama dan kolaborasi antar agensi baik intra maupun inter lemabaga dapat dilakukan demi tercapainya pelayanan publik yang manusiawi, prosefional, cepat, murah, efektif dan efisien. Saat ini pola integrasi dalam pelayan sudah banyak diterapkan oleh lebaga pemerintah baik pusat mapun daerah.
Misalnya pelayanan satu atap PINTU Kemenristekdikti, Samsat online Polda Jawa Barat,
20 Pelayanan Terpadu Disdukcapil Tangerang Selatan dan lain sebagainya. Ada beberapa hal yang menjadi dasar terselenggaranya WoG, yaitu perubahan budaya dan filosofi organisasi, cara kerja yang diperbaharui, akuntabilitas dan insentif, perubahan pendekatan dalam hal mendesain dan mengembangkan program-program. Selain itu, perlu adanya ide-ide baru dan segar terkait implementasi dari WoG. WoG akan terselenggara dnegan baik jika setiap unsur dapat bersinergi dan bekerja sama dengan tujuan memberikan pelayanan publik yang prima. Maka dibutuhkan peran ASN yang memiliki nilai-nilai dasar ANEKA dalam dirinya serta kesadaran akan kedudukan dan perannya dalam NKRI.
Upaya kolaborasi penyatuan kerjasama untuk menangani permasalahan atau mempermudah layanan publik, berikut indikator nilai WOG
Koordinasi
Integrasi
Kedekatan dan pelibatan 8. Pelayanan Publik
Berdasarkan definisi pada modul Pelatihan Dasar Calon PNS 2019, dinyatakan bahwa penyelenggara pelayanan publik adalah lembaga pemerintah, BUMN/BUMD dan korporasi.
Pelayanan publik adalah “Sebagai segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintahan di Pusat dan Daerah, dan di lingkungan BUMN/BUMD dalam bentuk barang dan /atau jasa, baik dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat”. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik, dijelaskan bahwa pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan/atau dan penduduk atas barang, jasa, pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
Berdasarkan definis diatas, dapat disimpulkan bahwa ada tiga unsur utama terselenggaranya suatu pelayanan publik yaitu penyelenggara, penerima layanan dan kepuasaan penerima layanan.
Pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintahan atau koporasi yang efektif dapat memperkuat demokrasi dan hak asasi manusia, mempromosikan kemakmuran ekonomi, kohesi sosial, mengurangi kemiskinan, meningkatkan perlindungan lingkungan, bijak dalam pemanfaatan sumber daya alam, memperdalam kepercayaan pada pemerintahan dan administrasi publik. Prinsip layanan publik harus beroirentasi partisipatif, tranparansi, responsif, tidak diskriminatif, mudah dan murah, efektif dan efisien, dapat diakses, akuntabel,
21 dan berkeadilan. Pelayanan publik ini meliputi pelayanan barang publik dan jasa publik serta pelayanan administratif yaitu pendidikan, pengajaran, pekerjaan dan usaha, tempat tinggal, komunikasi dan informasi, lingkungan hidup, kesehatan, jaminan sosial, energi, perbankan, perhubungan, sumber daya alam, pariwisata. Pelayanan prima hendaknya diusahakan oleh setiap ASN. Maka pola pikir ASN sebagai pelayan publik harus terus dibangun demi terwujudnya pelayanan publik yang memuaskan masyarakat.
Seorang ASN hendaknya memiliki sikap-sikap berikut dalam memberikan pelayanan prima kepada para pelanggannya yaitu passionate, progressive, proactive, prompt, patience, proportional dan punctional.
Merupakan peran dan kedudukan PNS dalam NKRI yang mana berkomitmen agar pelayanan publik semakin lebih baik, indikator nilai pelayanan publik adalah :
Kesederhanaan
Kejelasan
Kepastian waktu
Akurat
Keamanan
C. PENETAPAN ISU DAN DAMPAKNYA 1. Identifikasi dan Penetapan Isu
Tabel 2.2 Identifikasi Isu kondisi saat ini dan kondisi yang diharapkan dalam kaitannya dengan Agenda III
No. Identifikasi Isu Kondisi Saat Ini Kondisi Yang Diharapkan
Kaitan dengan Agenda III 1. Belum
disiplinnya pegawai
memakai APD
Masih banyak pegawai yang belum maksimal dalam pemakaian APD
Seluruh pegawai disiplin dalam pemakaian APD
Manajemen ASN:
melakukan edukasi tentang pentingnya APD
22 Pelayanan Publik:
Membuat SOP penggunaan APD
WoG:
Kerjasama dengan seluruh petugas
puskesmas 2. Belum
optimalnya pelayanan
kegawatdaruratan
di UGD
puskesmas
Tidak adanya pedoman yang baku dalam penanganan kasus gawat darurat
Tersedianya
pedoman yang
baku dalam
penanganan kasus gawat darurat
Manajemen ASN: Petugas Kesehatan belum dapat memberikan pelayanan secara tepat dan benar sesuai SOP.
Pelayanan Publik:
Kepuasan pasien menurun WoG:
melakukan koordinasi dengan
pimpinan dan kepala ruangan UGD
23 3. Kurangnya
fasilitas yang memadai untuk mengoptimalkan pelayanan
kesehatan bagi lansia
Belum optimalnya pelayanan
kesehatan lansia pada wilayah kerja Puskesmas
Optimalnya pelayanan
kesehatan lansia pada wilayah kerja Puskesmas
Manajemen ASN:
Melakukan pendataan terkait kendala dalam
pelayanan posyandu lansia Pelayanan Publik:
melengkapi fasilitas pelayanan Kesehatan bagi lansia
WoG:
melakukan koordinasi dengan
pimpinan dan lintas program dalam
puskesmas
Pemilihan prioritas isu yang akan ditindak lanjuti menggunakan teknik analisis AKPL (Aktual, Kekhalayakan, Problematik, Layak).
Aktual : Isu tersebut benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan dalam masyarakat
Problematik : Isu tersebut memiliki dimensi masalah yang kompleks, sehingga perlu dicarikan segera solusinya secara komperehensif
Kekhalayakan : Isu tersebut menyangkut hajat hidup orang banyak
Layak : Isu tersebut masuk akal, realistis, relevan, dan dapat dimunculkan inisiatif pemecahan masalahnya.
24 Dari beberapa isu yang ada, langkah selanjutnya adalah menyeleksi isu tersebut menggunakan metode APKL (Aktual, Kekhalayakan, Problematik, dan Kelayakan) dengan skala penskoran 1 – 5. Metode ini digunakan untuk mengetahui bahwa isu tersebut benar terjadi yang telah menimbulkan kegelisahan yang perlu segera dicari penyebab dan pemecahannya.
Jika diperbaiki, dapat memberikan nilai kekhalayakan yang baik untuk semua orang serta isu tersebut logis dan dapat dibahas sesuai dengan tugas, hak, wewenang, dan tanggung jawab.
Tabel 2.3 Penetapan Isu Prioritas dengan Metode APKL
No. Isu A P K L Total Rangking
1 Belum disiplinnya pegawai puskesmas memakai APD
4 4 5 4 17 II
2 Belum optimalnya pelayanan kegawatdaruratan di UGD puskesmas
5 4 5 5 19 I
3 Kurangnya fasilitas yang memadai untuk mengoptimalkan pelayanan kesehatan bagi lansia
4 3 5 3 15 III
Dari hasil analisis penetapan isu dengan metode APKL, maka isu terpilih adalah isu nomor 2 (dua) yaitu “Optimalisasi pelayanan kegawatdaruratan di UGD Puskesmas Sorawolio”.
25 2. Analisis Isu
Isu yang diangkat pada kegiatan aktualisasi ini adalah belum optimalnya pelayanan kegawatdaruratan Puskesmas Sorawolio.
Gambar 2.2 Analisis Isu menggunakan Problem Tree diagram
D. Gagasan Kreatif/Terpilih sebagai Pemecahan Isu
Kegiatan yang dilakukan sebagai upaya pemecahan isu dalam rancangan aktualisasi sebagai berikut :
Unit Kerja : Puskesmas Sorawolio Kota Baubau
Identifikasi Isu : Kurang optimalnya pelayanan kegawatdaruratan Gagasan
Pemecahan Isu
: :
Pembuatan SOP penanganan awal kasus kegawatdarutan, Sosialisasi tentang penanganan awal gawat darurat, dan pengusulan pengadaan alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
Tujuan Gagasan : Untuk mengoptimalkan pelayanan kegawatdaruratan di UGD Puskesmas Sorawolio
Kurangnya mutu pelayanan kegawatdaruratan
Pelayanan Kegawatdaruratan belum optimal
Akibat
Sebab
Solusi Belum adanya standar
pedoman penanganan awal kasus gawat
Pembuatan SOP dan Algoritma Penanganan
Awal Kasus Gawat Alat Emergensi dan
Bahan Medis Habis Pakai terbatas
Pengusulan pengadaan Alat Kesehatan dan
BMHP
Kurangnya pemahaman petugas kesehatan akan penanganan awal gawat
Sosialisasi SOP Penanganan Awal
Gawat Darurat
26 Kegiatan : 1. Konsultasi dengan pimpinan
a. Menyiapkan bahan konsultasi
b. Membahas dan menyampaikan rencana kegiatan atau gagasan aktualisasi
c. Meminta arahan dan persetujuan dalam pelaksanaan kegiatan.
2. Menyusun SK Kebijakan tentang Penanganan Awal Kasus Kegawatdaruratan di Puskesmas Kota Baubau
a. Menyusun draft SK
b. Konsultasi dengan mentor terkait pembuatan SK c. Verifikasi draft SK oleh Sekretaris Dinas Kesehatan
Kota Baubau
d. Legalisasi SK oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota Baubau
3. Membentuk tim perumusan SOP Penanganan Awal Kasus Kegawatdaruratan di Puskesmas Sorawolio
a. Konsultasi dengan pimpinan tentang pembuatan tim pembuat SOP Penanganan Awal Kasus Kegawatdaruratan
b. Mengundang orang-orang yang akan menjadi Tim Pembuat SOP
c. Membentuk Tim Perumusan SOP
4. Menyusun draft SOP Penanganan Awal Kasus Kegawatdaruratan
a. Mengumpulkan dokumen terkait referensi SOP b. Membuat kerangka SOP
c. Membuat draft SOP
5. Verifikasi dan Legalisasi SOP Penanganan Awal Kasus Kegawatdaruratan oleh pimpinan.
a. Konsultasi dengan pimpinan terkait draft SOP yang telah dibuat
b. Meminta verifikasi SOP
27 c. Melegalkan SOP Penanganan Awal Kasus
Kegawatdaruratan oleh pimpinan
6. Sosialisasi SOP Penanganan Awal Kasus Kegawatdaruratan.
a. Menyampaikan undangan b. Melakukan persiapan sosialisasi
c. Membagikan soal pre test kepada petugas Kesehatan di puskesmas
d. Sosialisasi SOP Penanganan Awal Kasus Kegawatdaruratan
e. Membagikan soal post test kepada petugas Kesehatan di puskesmas
f. Penandatanganan Komitmen Bersama g. Mengupload file SOP di website/blogspot
7. Pembuatan algoritma Penanganan Awal Kasus Kegawatdaruratan
a. Membuat draft algoritma
b. Konsultasi dengan pimpinan terkait draft algoritma c. Pemasangan algoritma di ruang Unit Gawat Darurat 8. Mengusulkan pengadaan alat kesehatan dan bahan medis
habis pakai
a. Menginventaris ketersediaan alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
b. Menyusun usulan permintaan alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
c. Berkoordinasi dengan bendahara barang dan kefarmasian terkait usulan permintaan
9. Melakukan evaluasi seluruh kegiatan
a. Menganalisis hasil pre test dan post test b. Membuat laporan hasil kegiatan
c. Melaporkan hasil kegiatan kepada pimpinan
28 Adapun kegiatan dan tahapan kegiatan dalam pelaksanaan rancangan yang akan dilaksanakan dalam pemecahan isu tercantum dalam tabel dibawah ini.
Tabel 2.4 Deskripsi kegiatan rancangan aktualisasi
No. Kegiatan Tahapan
Kegiatan Output/Hasil Keterkaitan Dengan Nilai
Konstribusi Terhadap Visi Misi Organisasi
Penguatan Nilai Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
1. Konsultasi dengan pimpinan
Pada kegiatan ini nilai WoG yang terkandung berupa nilai konsultasi, kepada pimpinan
Terkait dengan misi organisasi yaitu
“Meningkatkan mutu SDM dalam meningkatkan kualitas pelayanan”
1. Menyiapkan
bahan konsultasi
Tersedianya bahan-bahan konsultasi
Akuntabilitas
Dalam melakukan konsultasi dengan pimpinan, saya akan lakukan dengan penuh rasa tanggung jawab terhadap rancangan aktualisasi yang akan dilaksanakan
Nasionalisme
29 Dalam melakukan konsultasi
dengan pimpinan, saya akan berbicara dengan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar
Etika Publik
Dalam melakukan konsultasi dengan pimpinan, saya akan bersikap sopan dan santun serta tetap senyum dan menghargai pimpinan
Komitmen Mutu
Dalam melakukan konsultasi dengan pimpinan, saya akan berkonsultasi secara langsung dengan pimpinan agar komunikasi berjalan efektif
Anti Korupsi
Dalam melakukan konsultasi dengan pimpinan, saya akan
30 melakukan pertemuan sesuai
dengan jadwal yang ditetapkan,
2. Membahas dan
menyampaiakan rencana kegiatan atau gagasan aktualisasi
Dokumen rancangan kegiatan
Akuntabilitas: Dalam menyampaikan rencana kegiatan dengan pimpinan, saya akan bersikap penuh tanggung jawab dan menjelaskan dengan jelas mengenai rancangan aktualisasi
Nasionalisme: Dalam menyampaikan rencana kegiatan dengan pimpinan, saya akan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam menyampaikan rancangan aktualisasi
Etika Publik: Dalam menyampaikan rencana kegiatan dengan pimpinan, saya akan bersikap sopan dan
31 ramah dalam membahas
aktualisasi.
Komitmen Mutu: Dalam menyampaikan rencana kegiatan dengan pimpinan, saya akan menyampaikan rencana kegiatan secara langsung agar komunikasi berjalan efektif.
Anti Korupsi: Dalam menyampaikan rencana kegiatan dengan pimpinan, saya akan bersikap jujur dan berani dalam mengemukakan pendapat mengenai rancangan aktualisasi.
3. Meminta arahan
dan persetujuan dalam
pelaksanaan kegiatan
Adanya dokumentasi dan catatan
Akuntabilitas: Dalam meminta arahan, saya akan mencatat hasil pertemuan dengan
pimpinan dan
mengaktualisasikan rencana-
32 hasil
bimbingan
rencana kegiatan dengan penuh tanggung jawab
Nasionalisme: Dalam meminta arahan, mencatat hasil menggunakan penulisan Bahasa Indonesia yang baik dan benar
Etika Publik: Dalam meminta arahan, saya akan bersikap sopan dan berterima kasih kepada pimpinan atas saran dan bimbingannya untuk mengaktualisasikan rancangan kegiatan
Komitmen Mutu: Dalam meminta arahan, diharapkan adanya ide-ide kreatif dan inovatif agar terlaksanan kegiatan secara efektif dan efisien
33
Anti Korupsi: Dalam meminta arahan, saya akan bersikan terbuka kepada pimpinan jika ada kendala atau hambatan saat pelaksanaan rencana aktualisasi.
Prediksi hambatan
Pimpinan tidak menyetujui rancangan
Rencana antisipasi
Melakukan revisi sesuai dengan saran dari pimpinan
Analisis dampak kegiatan
Rancangan aktualisasi tidak akan berjalan secara efisien
No. Kegiatan Tahapan
Kegiatan Output/Hasil Keterkaitan Dengan Nilai
Konstribusi Terhadap Visi Misi Organisasi
Penguatan Nilai Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
2. Menyusun SK Kebijakan tentang Penanganan Awal Gawat Darurat di Puskesmas Kota Baubau
Dalam menyusun SK Kebijakan berkaitan dengan peran ASN yaitu Pelayan Publik dan Whole of Goverrment, dimana penulis berkoordinasi dengan dengan Mentor dan Pimpinan mengenai
34 SK yang akan dilegalkan
sehingga SK yang telah dibuat dapat segera disosialisasikan ke puskesmas-puskesmas untuk menjadi dasar pembuatan SOP 1. (Menyusun
draft SK)
Draft SK (Akuntabilitas) : Dalam menyusun draft SK, penulis akan bersikap penuh tanggung jawab agar SK yang dibuat dapat selesai sesuai jadwal.
(Nasionalisme) : Dalam menyusun draft SK, penulis akan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
(Etika Publik) : Dalam menyusun draft SK, penulis akan bersikap cermat dan disiplin agar tidak terdapat kesalahan dalam pembuatan SK.
35
(Komitmen Mutu) : Dalam menyusun draft SK, penulis akan menggunakan waktu dengan sangat efisien agar dalam pengerjaan SK tidak mengganggu tugas pokok penulis di puskesmas.
(Anti Korupsi) : Dalam menyusun draft SK, penulis akan bersikap penuh tanggung jawab dan kerja keras sehingga draft SK dapat selesai sesuai jadwal.
2. (Konsultasi dengan mentor terkait
pembuatan SK)
Dokumentasi (Akuntabilitas) : Dalam konsultasi dengan mentor, penulis akan jujur dan transparansi dalam menjelaskan mengenai tujuan pembuatan SK kebijakan tersebut.
36
(Nasionalisme) : Dalam konsultasi dengan mentor, penulis akan selalu bersikap menghormati dengan cara menerima semua saran dan koreksi dari mentor terhadap SK yang sudah dibuat, sehingga konsultasi dapat berjalan lancar.
(Etika Publik) : Dalam konsultasi dengan mentor, penulis akan bertutur kata sopan dan santun
(Komitmen Mutu) : Dalam konsultasi dengan mentor, penulis akan bersikap secara efektif dan efisien, dengan mendengarkan arahan dan masukan yang diberikan oleh mentor dan menuliskannya di lembar konsultasi untuk
37 nantinya dapat saya gunakan
sebagai bahan perbaikan draft SK.
(Anti Korupsi) : Dalam konsultasi dengan mentor, penulis akan bersikap jujur dan berani dalam mengemukakan pendapat mengenai draft SK.
3. Verifikasi draft
SK oleh
Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Baubau
Dokumentasi (Akuntabilitas) : Dalam memverifikasi draft SK, penulis akan memberikan kejelasan tentang SK dengan bertanggung jawab
(Nasionalisme) : Dalam memverifikasi draft SK, penulis akan menjelaskan dengan penuh rasa hormat kepada pimpinan dan membuka diri untuk tetap menerima kritik dan saran selama proses berlangsung.
38
(Etika Publik) : Dalam memverifikasi draft SK, penulis akan melakukan dengan integritas yang tinggi serta bersikap santun dan menggunakan bahasa yang sopan
(Komitmen Mutu) : Dalam memverifikasi draft SK, penulis akan beriontasi mutu dan efisien agar Sk yang dibuat dapat bermanfaat untuk pelayanan di puskesmas.
(Anti Korupsi) : Dalam memverifikasi draft SK, penulis akan melakukan dengan mandiri dan penuh tanggung jawab.
4. Legalisasi SK oleh Kepala Dinas
SK yang ditandatan gani
(Akuntabilitas) : Dalam melegalkan SK, penulis akan memberikan kejelasan
39 Kesehatan Kota
Baubau
Kepala Dinas
Dokument asi
tentang SK dengan bertanggung jawab
(Nasionalisme) : Dalam melegalkan SK, penulis penulis Menghargai kedudukan kepala dinas kesehatan sebagai pimpinan dari unit terkait, sehingga beliau yang berwenang untuk melegalkan SK yang telah penulis buat.
(Etika Publik) : Dalam melegalkan SK, penulis akan melakukan dengan integritas yang tinggi serta bersikap santun dan menggunakan bahasa yang sopan
(Komitmen Mutu) : Dalam melegalkan SK, penulis akan beriontasi mutu dan efisien agar Sk yang dibuat dapat
40 bermanfaat untuk pelayanan
di puskesmas.
(Anti Korupsi) : Dalam melegalkan SK, penulis akan melakukan dengan mandiri dan penuh tanggung jawab.
Prediksi hambatan Tidak mengetahui format baku pembuatan SK Rencana
antisipasi
Berkoordinasi dengan bagian kepegawaian dinas untuk mendapatkan format yang baku
Analisis dampak kegiatan
Apabila ini tidak dikerjakan, maka SK tidak bisa dilegalisasi dan tidak kuat menjadi dasar kebijakan pembuatan SOP di puskesmas.
No. Kegiatan Tahapan
Kegiatan Output/Hasil Keterkaitan Dengan Nilai
Konstribusi Terhadap Visi Misi Organisasi
Penguatan Nilai Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
3 Membentuk tim perumusan SOP
Pada kegiatan ini nilai WoG yang terkandung berupa nilai koordinasi dan kerja sama dengan staf puskesmas
Terkait dengan misi organisasi yaitu
“Meningkatkan mutu SDM dalam meningkatkan kualitas pelayanan”
41 1. Konsultasi
dengan pimpinan tentang
pembuatan Tim pembuat SOP Penanganan Kegawatdarurata n
Terbentuk daftar nama- nama yang akan menjadi tim pembuat SOP
Akuntabilitas: Dalam konsultasi dengan pimpinan, saya akan bersikap penuh tanggung jawab dan menjelaskan dengan jelas mengenai rancangan aktualisasi
Nasionalisme: Dalam konsultasi dengan pimpinan, saya akan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam menyampaikan rancangan aktualisasi
Etika Publik: Dalam konsultasi dengan pimpinan, saya akan bersikap sopan dan ramah dalam membahas aktualisasi.
Komitmen Mutu: Dalam konsultasi dengan pimpinan, saya akan menyampaikan rencana kegiatan secara
42 langsung agar komunikasi
berjalan efektif.
Anti Korupsi: Dalam
konsultasi dengan pimpinan, saya akan bersikap jujur dan berani dalam mengemukakan pendapat mengenai rancangan aktualisasi.
2. Mengundang
orang-orang yang akan menjadi Tim Pembuat SOP
Berkumpulny a orang-orang yang akan menjadi Tim
Akuntabilitas :
Dalam mengundang tim pembuat SOP, saya akan mencerminkan sikap kejelasan target
Nasionalisme :
Dalam mengundang tim pembuat SOP, saya akan amanah
Etika Publik :
Dalam mengundang tim pembuat SOP , saya akan mencerminkan etika keterbukaan
Komitmen Mutu :
43 Dalam mengundang tim pembuat
SOP , sayan mencari waktu yang efektif dan efisien agar petugas kesehatan yang lain dapat mengikuti kegiatan.
Anti Korupsi :
Dalam mengundang tim pembuat SOP, saya akan menyampaikan undangan secara mandiri
3. Membentuk
Tim Perumusan SOP
Terbentukny
a Tim
perumusan SOP
Akuntabilitas:
Dalam membentuk tim perumusan SOP, saya akan memiliki sikap tanggung jawab
Etika Publik : Dalam membentuk tim perumusan SOP, saya akan melakukan dengan sikap santun dan ramah
Nasionalisme: Dalam membentuk tim perumusan SOP, saya akan bekerjasama antar tim Komitmen Mutu: