• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan perangkat pembelajaran subtema tubuhku mengacu kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas satu (1) Sekolah Dasar.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan perangkat pembelajaran subtema tubuhku mengacu kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas satu (1) Sekolah Dasar."

Copied!
159
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGACU

KURIKULUM SD 2013 PADA SUBTEMA TUBUHKU UNTUK SISWA

KELAS (I) SEKOLAH DASAR

Mawadda Rahmah Universitas Sanata Dharma

2015

Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan. Tujuan utama dari penelitian ini adalah menghasilkan suatu produk berupa perangkat pembelajaran yang mengacu pada Kurikulum SD 2013 dan menggunakan pendekatan tematik integratif, pendekatan saintifik, pendidikan karakter, serta penilaian secara otentik pada kegiatan belajarnya.

Pengembangan perangkat pembelajaran ini menggunakan prosedur pengembangan perangkat pembelajaran Jerold E Kemp dan prosedur penelitan pengembangan yang dikemukakan oleh Bord dan Gall. Kedua prosedur pengembangan tersebut diadaptasi menjadi sebuah model pengembangan yang lebih sederhana, yang dijadikan landasan dalam penelitian. Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian meliputi 5 langkah yaitu: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi ahli, (5) revisi desain, hingga menghasilkan desain produk final berupa perangkat pembelajaran yang mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas I Sekolah Dasar. Instrumen dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan wawancara analisis kebutuhan dan kuesioner. Wawancara digunakan untuk analisis kebutuhan kepada guru kelas I SD Negeri Kalasan 1 Sleman, sedangkan kuesioner digunakan untuk validasi kualitas perangkat pembelajaran oleh dua orang Pakar Kurikulum 2013, dua guru kelas I SD.

Berdasarkan validasi dua orang Pakar Kurikulum menghasilkan skor 3,95 (baik) dan 3,93 (baik), dua guru kelas I SD menghasilkan skor 3,97 (baik) dan 3,88 (baik) . Perangkat pembelajaran tersebut memperoleh rerata skor 3,93 dengan kategori “baik”. Hasil validasi tersebut berpedoman pada 11 aspek yaitu 1) identitas RPPTH, 2) perumusan indikator, 3) perumusan tujuan pembelajaran, 4) pemilihan materi ajar, 5) pemilihan sumber belajar, 6) pemilihan media belajar, 7) metode pembelajaran, 8) skenario pembelajaran, 9) penilaian, 10) lembar kerja siswa, 11) bahasa.

(2)

DEVELOPMENT OF LEARNING INSTRUMENT BASED ON 2013 ELEMENTARY CURRICULUM ON SUBTHEME TUBUHKU FOR ONE GRADE OF ELEMENTARY

SCHOOL Mawadda Rahmah Universitas Sanata Dharma

2015

This research was research and development. The main objective of this research was to produce learning instrument referring to 2013 Elementary School Curriculum and using integrative thematic approach, scientific approach, character building based on local culture and authentic assesment in the learning activity.

The development of learning instrument used a procedure of development of learning instrument by Jerold E Kemp. It also used research and development procedure which proposed by Bord and Gall. Those two development procedures were adapted to be a simpler learning model, which became the base of the research. The development procedure used in this research covered five steps, they were (1) potentian and problem, (2) data gathering, (3) product design, (4) experts’ validation, (5) design revision, which finally produced final product design in the form of learning instrument referring to 2013 Elementary School Curriculum for one grade students of elementary school. The research instrument was need analysis interview and questionnaire. The interview was used for the need analysis of teachers of the fourth grade of SD Negeri Kalasan 1 Sleman. While the questionnaire was used to validate the quality of the learning instrument by two experts of 2013 curriculum and two teachers of the one grade of elementary school.

According to the validation, the two experts of 2013 curriculum showed result on the score of 3,95 (good) 3,93 (good), and the two teachers of the one grade of elementary school showed result on the score of 3,88 (good) and 3,97 (good). The learning instrument got mean score 3,93 and it was categorized as good. The result of the validation was based on 11 aspects which were: (1) daily lesson plan identity, (2) formulation of indicators, (3) formulation of learning objective, (4) choice of learning material, (5) choice of learning source, (6) choice of learning media, (7) learning method, (8) learning scenario, (9) assessment, (10) student task, and (11) language.

(3)

i

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN SUBTEMA TUBUHKU MENGACU KURIKULUM SD 2013 UNTUK

SISWA KELAS SATU (1) SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Mawadda Rahmah NIM. 111134315

RINTISAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU TERINTEGRASI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk:

ALLAH SWT

Yang selalu memberikan segala jalan dan kemudahan bagi setiap langkah perjalanan hidupku

Ayah dan Mama tercinta Ali usman dan Nur Mawiyah Sang motivator handal yang selalu memberikan dukungan dan

semangatku

Yang tersayang keempat saudaraku

Nevi Monita, Musakiyah Ramadhan, Aji Mawadda, Alifatul Mukminin yang selalu menghiburku

Yang Terkasih

untuk semua keluarga besarku yang menjadi panutan kesuksesanku

Yang Terkasih

Teman-teman PPGT 2011 yang selalu ada, setia menghibur, berbagi, kalian semua fantastic

(7)

v MOTTO

“ Barang siapa mengerjakan kebajikan,baik laki-laki

maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan

Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Kami beri

balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah

mereka kerjakan (Q.S. An-nahl: 97).”

“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik

untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka

(kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri…(Q.S. Al-isra’:7).”

“Dialah yang memperlihatkan tanda-tanda

(kekuasaan)-Nya kepadamu dan menurunkan rezeki dari langit untukmu.

Dan tidak lain yang mendapatkan pelajaran hanyalah

(8)
(9)
(10)

viii ABSTRAK

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN

MENGACU KURIKULUM SD 2013 PADA SUBTEMA

TUBUHKU UNTUK SISWA KELAS (I) SEKOLAH DASAR

Mawadda Rahmah Universitas Sanata Dharma

2015

Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan. Tujuan utama dari penelitian ini adalah menghasilkan suatu produk berupa perangkat pembelajaran yang mengacu pada Kurikulum SD 2013 dan menggunakan pendekatan tematik integratif, pendekatan saintifik, pendidikan karakter, serta penilaian secara otentik pada kegiatan belajarnya.

Pengembangan perangkat pembelajaran ini menggunakan prosedur pengembangan perangkat pembelajaran Jerold E Kemp dan prosedur penelitan pengembangan yang dikemukakan oleh Bord dan Gall. Kedua prosedur pengembangan tersebut diadaptasi menjadi sebuah model pengembangan yang lebih sederhana, yang dijadikan landasan dalam penelitian. Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian meliputi 5 langkah yaitu: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi ahli, (5) revisi desain, hingga menghasilkan desain produk final berupa perangkat pembelajaran yang mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas I Sekolah Dasar. Instrumen dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan wawancara analisis kebutuhan dan kuesioner. Wawancara digunakan untuk analisis kebutuhan kepada guru kelas I SD Negeri Kalasan 1 Sleman, sedangkan kuesioner digunakan untuk validasi kualitas perangkat pembelajaran oleh dua orang Pakar Kurikulum 2013, dua guru kelas I SD.

Berdasarkan validasi dua orang Pakar Kurikulum menghasilkan skor 3,95 (baik) dan 3,93 (baik), dua guru kelas I SD menghasilkan skor 3,97 (baik) dan 3,88 (baik) . Perangkat pembelajaran tersebut memperoleh rerata skor 3,93 dengan kategori “baik”. Hasil validasi tersebut berpedoman pada 11 aspek yaitu 1) identitas RPPTH, 2) perumusan indikator, 3) perumusan tujuan pembelajaran, 4) pemilihan materi ajar, 5) pemilihan sumber belajar, 6) pemilihan media belajar, 7) metode pembelajaran, 8) skenario pembelajaran, 9) penilaian, 10) lembar kerja siswa, 11) bahasa.

(11)

ix ABSTRACT

DEVELOPMENT OF LEARNING INSTRUMENT BASED ON 2013 ELEMENTARY CURRICULUM ON SUBTHEME TUBUHKU FOR ONE

GRADE OF ELEMENTARY SCHOOL Mawadda Rahmah

Universitas Sanata Dharma 2015

This research was research and development. The main objective of this research was to produce learning instrument referring to 2013 Elementary School Curriculum and using integrative thematic approach, scientific approach, character building based on local culture and authentic assesment in the learning activity.

The development of learning instrument used a procedure of development of learning instrument by Jerold E Kemp. It also used research and development procedure which proposed by Bord and Gall. Those two development procedures were adapted to be a simpler learning model, which became the base of the research. The development procedure used in this research covered five steps, they were (1) potentian and problem, (2) data gathering, (3) product design, (4) experts’ validation, (5) design revision, which finally produced final product design in the form of learning instrument referring to 2013 Elementary School Curriculum for one grade students of elementary school. The research instrument was need analysis interview and questionnaire. The interview was used for the need analysis of teachers of the fourth grade of SD Negeri Kalasan 1 Sleman. While the questionnaire was used to validate the quality of the learning instrument by two experts of 2013 curriculum and two teachers of the one grade of good. The result of the validation was based on 11 aspects which were: (1) daily lesson plan identity, (2) formulation of indicators, (3) formulation of learning objective, (4) choice of learning material, (5) choice of learning source, (6) choice of learning media, (7) learning method, (8) learning scenario, (9) assessment, (10) student task, and (11) language.

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan berkah-Nya, sehingga skripsi yang berjudul Pengembangan Perangkat Pembelajaran Mengacu Kurikulum SD 2013 pada

Subtema Tubuhku untuk Siswa Kelas (I) Sekolah Dasar dapat penulis selesaikan

dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung ataupun tidak langsung sehingga skripsi dapat terselesaikan dengan baik. Maka pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Romo Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., S.S., B.S., T.MA. selaku Ketua Program Studi PGSD.

3. Drs. Puji Purnomo, M.Si. selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dan memberi dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Galih Kusumo, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing dan memberi dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Para dosen dan Staf PGSD yang telah melayani peneliti dengan baik.

6. Rusmawan, S.Pd., M.Pd. selaku validator Pakar Kurikulum SD 2013 yang telah memberikan bantuan dalam penelitian ini dengan melakukan validasi produk penelitian.

(13)
(14)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……… i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN………. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

HALAMAN MOTTO………... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……… vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vii

ABSTRAK……… viii

ABSTRACT………... ix

KATA PENGANTAR………. x

DAFTAR ISI………. xii

DAFTAR TABEL……… xv

DAFTAR GAMBAR………... xvi

DAFTAR LAMPIRAN………... xvii

BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang Masalah……… 1

B. Rumusan Masalah……….. 6

C.Tujuan Penelitian……….... 6

D. Manfaat Penelitian………... 7

E. Batasan Istilah... 8

F. Spesifikasi Produk yang dikembangkan……… 9

BAB II LANDASAN TEORI 12 A. Kurikulum SD 2013……….. 12

a. Rasional dan Elemen Perubahan Kurikulum SD 2013……….. 12

b. Pendidikan Karakter ………. 17

c. Pendekatan Tematik Integratif……….. 21

d. Pendekatan Saintifik………. 24

(15)

xiii

B. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran Menurut Kemp……. 43

C. Penelitian yang Relevan……….... 56

D. Kerangka Pikir……….. 58

E. Pertanyaan Penelitian……… 60

BAB III METODE PENELITIAN 61 A. Jenis Penelitian………. 61

B. Prosedur Pengembangan………... 61

C. Jadwal Penelitian……….. 69

D.Validasi Ahli Kurikulum SD 2013……….... 70

E. Intrumen Penelitian……… 70

F. Teknik Pengumpulan Data……….... 71

G.Teknik Analisis Data………. 71

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 75 A. Analisis Kebutuhan………... B. Deskripsi Produk Awal………. 1. Silabus………... 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian (RPPTH)…... 81 82 82 C. Data Hasil Validasi Pakar Kurikulum SD 2013………... 85

D. Data Hasil Validasi Guru Kelas I Pelaksana Kurikulum SD 2013….. 89

E. Kajian Produk Akhir dan Pembahasan……….... 1. Kajian Produk Akhir………... 2. Pembahasan………. 91 91 94 BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENGEMBANGAN DAN SARAN 98

A. Kesimpulan……….... 98

B. Keterbatasan Penelitian……….... 99

C. Saran………... 99

DAFTAR PUSTAKA……….. 100

(16)

xiv

SILABUS……….. 128

(17)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Keunggulan dan Kelemahan Penilaian Otentik……… 32

Tabel 2. Jadwal Pelaksanan Penelitian………... 69

Tabel 3. Konversi Nilai Skala Lima………... 71

Tabel 4. Kriteria Skor Skala Lima……….. 74

Tabel 5. Saran Pakar Kurikulum SD 2013 dan Revisi………... 86

Tabel 6. Saran Guru SD Kelas I Pelaksana Kurikulum SD 2013 dan Revisi……….. 90

(18)

xvi

DAFTAR GAMBAR

(19)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang masalah

Indonesia banyak perubahan mengingat tentang pendidikan dalam metode pengajaran peserta didik, hal ini menjadi sebuah alasan untuk perubahan dan perkembangan dalam kuirikulumnya. Kurikulum yang dirubah pada tahun ini yakni menjadi kurikulum 2013 dengan implementasi pembelajaran tematik terpadu menggunakan pendekatan saintifik (Scientific). Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. (Kemendikbud, 2013: 70)

(21)

didik dapat termotivasi melalui penataan kreatifnya seorang guru dalam proses pengajaran (Modul SD, 2013: 85).

Kurikulum 2013 dikembangkan atas dasar teori “pendidikan berdasarkan

Standar” dan teori kurikulum bebasis kompetensi. Pendidikan berdasarkan standar merupakan pendidikan yang menetapkan standar nasional sebagai kualitas minimal warga negara untuk suatu jenjang pendidikan. Sedangkan kompetensi adalah kemampuan seseorang untuk bersikap, menggunakan pengetahuan dan keterampilan untuk melaksanakan suatu tugas di sekolah, masyarakat, dan lingkungan dimana yang bersangkutan berintaksi. Jadi diantara landasan teori pendidikan berdasarkan standar dan kurikulum berbasis kompetensi memiliki hubungan atau keterkaitan untuk mencapai atau terbentuknya suatu tujuan perubahan melalui proses yang diterapakan untuk peserta didik ( Abdul Majid, 2014: 33).

Struktur kurikulum merupakan gambaran mengenai penerapan prinsip kurikulum yang mengenai pada peserta didik dalam menyelesaikan suatu jenjang pendidikan mengajarkan peserta didik untuk memberi kesempatan kepada peserta didik dalam menentukan berbagai pilihan.

Menurut Abdul Majid (2014: 52), pengembangan kurikulum yang inovatif mengikuti alur proses inovatif yang memiliki ciri-ciri yaitu, a) interaktif atau non-linear, b) iteratif atau berulang secara spiral/helix yang juga dikenal sebagai

feed-back loops, c) penyaringan dan pelusuran, d) beberapa paradoks yang perlu

(22)

creativity) vs strategic alignment), efektivitas vs efisiensi, serta kekenduran vs

kecepatan. Jadi inovasi pembelajaran itu mengajak peserta didik untuk belajar secara kontekstual mempelajari fenomena yang telah tersedia secara alamiah dan tidak lagi bersifat tekstual.

Pengembangan perangkat pembelajaran yang mengacuh pada kurikulum 2013 ini peneliti bertujuan untuk mengetahui proses penerapan pembelajaran tematik terpadu dengan menggunakan pendekatan saintifik yang mengacuh pada sub tema tubuhku untuk kelas 1 SD. Dalam pengembangan pendekatan ini peserta didik akan diajarkan sesuai dengan karakter yang dimiliki oleh peserta didik. Dimaksudkan karakter pada peserta didik adalah kemampuan peserta didik dalam mengembangkan nilai moral untuk memberi keputusan mana yang baik dan mana yang buruk, sehingga peserta didik itu dapat mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan kontekstual. Dalam penggunaan pendekatan saintifik ini peserta didik akan diajarkan dengan mengenai beberapa mata pelajaran, sehingga menggambarkan pada pola pengetahuan atau kemampuan peserta didik bagaimana ia dapat mengaitkan mata pelajaran itu sendiri hingga menjadi suatu kesatuan atau dalam suatu makna. Tidak hanya itu tentu sebagai seorang pendidik perlu melihat konsekuensinya dari berbagai proses pengajaran untuk membuktikan dari hasil proses yang telah diterapkan. Melalui hal itu juga sebuah perjalanan untuk pencapaian hasil yang lebih optimal itu tidak hanya berjalan dengan mulus, tentu juga ada kendala-kendala yang dilalui saat prosesnya.

(23)

(RPP, Silabus, LKS, rubrik-rubrik penilaian non tes, pemetaan tema, buku, rubrik penilaian hasil produk, dan evaluasi) bahwa kendala yang dialami oleh pihak guru sekolah merupakan kesulitan dalam Instrumen penilaian atau perangkat penilaian, penilaian otentik,belum menemukan hasil yang yang pas / efektif mengenai instrumen penilaian terhadap siswa. Karena keterbatasan sumber daya manusia (SDM) dalam hal ini guru, sarana dan prasarana yang menyebabkan juga jumlah muridnya yang terlalu banyak. Selain itu, kesulitan lainnya dalam hal penilaian proses, daftar penilaian, analisis penilaian, rubrik dari karakter sikap, analisis, daya serap, masih perlu di siapkan. Menurut guru kelas 1 menyimpulkan bahwa masalah teori pembelajaran sebagian banyak sudah memang tahu, akan tetapi dalam pelaksanaannya masih belum seratus persen atau belum maksimal. Namun hal yang lebih menyulitkan menurut ibu U yakni mengenai penilaian autentik dan terkait pemahaman pendidikan karakter dalam pembelajaran. Dalam hal ini pihak sekolah guru SD Negeri Kalasan I masih berusaha untuk mengikuti peltihan-pelatihan mengenai pemahaman tentang pengimplementasian mengenai pembelajaran kurikulum 2013 yang terkait mengenai pendidikan karakter dan penilaian autentik.

(24)

mengenai bagaimana pemulaan pengurutan langkah-langkah pendekatan Saintifik atau harus sesuai konsep yang berdasarkan pendekatan saintifik berdasarkan dalam pelaksanaannya.

Itulah beberapa kendala yang masih sulit di pahami oleh pihak guru sekolah dasar Kalasan 1 dan saat ini masih belajar untuk memahami bagaimana menemukan hasil yang efektif mengenai instrumen penilaian terhadap siswa dan pendidikan karakter serta pengimlementasian mengenai pendekatan Saintifik. Dalam hal ini guru-guru di SDN Kalasan I menyadari masih banyak kekurangan mengenai pemahaman tentang pengimplementasian kurikulum 2013 terutama tentang instrumen penilaian. Dan menurut ibu U guru kelas I SDN Kalasan I juga mengatakan , jika ada bimbingan yang hendak memberi pengetahuan mengenai ketidakpahaman kami tentang pengimplementasian kurikulum 2013, kami sangat terbuka dan banyak terima kasih padanya untuk datang mengajari kami. Begitulah tutur kata ibu U tersebut.

(25)

masih ingin disempurnakan. Oleh sebab itu, untuk mendapatkan hasil yang lebih afektif sesuai dengan kurikulum 2013 yang mencakup untuk kebutuhan guru dan siswa pada umumnya, maka peneliti akan mencoba untuk memberi solusi untuk mengatasi masalah tersebut dengan mengembangkan “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Mengacu Kurikulum SD 2013 pada Subtema Tubuhku untuk Siswa Kelas I Sekolah Dasar”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana mengembangkan perangkat pembelajaran sub tema tubuhku mengacu kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas I Sekolah Dasar?

2. Bagaimana kualitas produk perangkat pembelajaran subtema tubuhku mengacu kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas I Sekolah Dasar?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk menghasilkan perangkat pembelajaran sub tema tubuhku mengacu

kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas I Sekolah Dasar.

(26)

D. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian pengembangan perangkat pembelajaran ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Bagi mahasiswa

Bagi mahasiswa memberikan pengalaman dan menambah wawasan baru terutama semakin terampil dan kreatif dalam pengembangan perangkat pembelajaran mengacu Kurikulum SD 2013 pada Sub tema Tubuhku untuk siswa kelas I Sekolah Dasar.

2. Bagi guru

Bagi guru dapat memberikan suatu pembelajaran dan suatu alternatif dalam pengembangan perangkat pembelajaran mengacu Kurikulum SD 2013 pada sub tema Tubuhku untuk siswa kelas I Sekolah Dasar.

3. Bagi siswa

Bagi siswa kelas I Sekolah Dasar dapat membantu dalam melakukan eksperimen dalam pengembangan perangkat pembelajaran mengacu Kurikulum SD 2013 pada sub tema Tubuhku untuk siswa kelas I Sekolah Dasar.

4. Bagi sekolah

(27)

5. Bagi Prodi PGSD

Bagi prodi PGSD dapat menambah pustaka prodi PGSD Universitas Sanata Dharma terkait dengan pengembangan perangkat pembelajaran mengacu Kurikulum SD 2013 pada sub tema Tubuhku untuk siswa kelas I Sekolah Dasar.

E. Batasan Istilah

1. Kurikulum SD 2013 adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran guna mencapai tujuan pendidikan di sekolah dasar dengan menerapkan pembelajaran tematik integratif, pendekatan saintifik, dan penguatan pendidikan karakter serta mengunakan penilaian otentik.

2. Pendidikan karakter adalah sebuah watak atau sifat yang dimiliki oleh peserta didik dalam mengembangkan nilai moral dan mampu mengaitkannya dalam kehidupan sehari-hari.

3. Pendekatan tematik integratif adalah pendekatan yang mengaitkan beberapa pengetahuan yang dibentuk menjadi dalam suatu makna dan pengertian. 4. Pendekatan saintifik adalah pendekatan berbasis ilmiah dengan menekankan

(28)

5. Penilaian otentik adalah adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

6. Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran adalah Rencana Pembelajaran Tematik Harian (RPPTH) beserta lampirannya yang terdiri dari bahan ajar/LKS, media pembelajaran, Instrumen penilaian yang berupa soal dan kunci jawaban serta tugas dan rubrik penilaian.

F. Spesifikasi Produk yang dikembangkan

1. Komponen RPPTH yang disusun lengkap, yang terdiri dari :

a. Identitas RPPTH terdiri dari : sekolah/nama satuan pendidikan, identitas muatan pelajaran terkait, tema/subtema, kelas/semester, pembelajaran keberapa, dan alokasi waktu.

b. Kompetensi Inti terdiri dari KI 1,2,3, dan 4.

c. Kompetensi Dasar dan Indikator setiap Kompetensi Inti

d. Tujuan Pembelajaran mencakup semua ranah (pengetahuan, keterampilan, sosial, spiritual).

e. Materi Pembelajaran mencakup materi pokok setiap muatan. f. Pendekatam dan Metode Pembelajaran.

g. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran.

(29)

i. Penilaian mencakup teknik penilaian, instrument, dan pedoman penskoran, j. Lampiran-lampiran.

2. RPPTH disusun dengan memperhatikan keutuhan perkembangan pribadi siswa (intelektual, keterampilan, dan karakter) yang nampak dalam perumusan indikator dan tujuan pembelajaran. Hal tersebut dapat dilihat pada perumusan indikator setiap pembelajaran yang mencakup aspek intelektual, keterampilan, dan karakter. Pada aspek karakter terbagi menjadi dua ranah yaitu sikap sosial dan spiritual.

3. RPPTH disusun dengan pendekatan tematik integratif. Pendekatan tematik integratif yakni pembelajaran tematik terpadu yang memadukan beberapa mata pelajaran menggunakan tema sebagai pemersatu dengan mengintegrasikan konteks hasil belajar, pengalaman belajar, dan konteks belajar, sehingga dapat memberikan pembelajaran bermakna kepada peserta didik.

(30)

5. Penilaian dalam RPPTH menggunakan penilaian otentik. Penilaian otentik ini menilai hasil belajar peserta didik mulai dari ranah pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dapat dinilai dengan penilaian tes maupun non tes.

(31)

12 BAB II LANDASAN TEORI

A.Kurikulum SD 2013

a. Rasional dan Elemen Perubahan Kurikulum SD 2013

Menurut Hasan Basri (2008: 56) dalam buku Tatang (2012: 127) istilah kurikuum berasal dari bahasa Latin curriculum, yang artinya a unning course atau race course, especially a chariot race course. Sedangkan dalam

bahasa Prancis, yakni, courier, artinya berlari (to run). Kemudian istilah itu digunakan untuk sejumlah course atau mata kuliah yang harus ditempuh untuk mencapai suatu gelar atau ijazah (Tatang , 2012: 127).

Istilah kurikulum kemudian berkembang yang dirumuskan dengan bebabagai arti. Secara tradisionala, kurikulum diartikan sebagai mata pelajaran yang diajarkan disekolah. Pengertian kurikulum yang dianggap

yang dianggap trdisional masih banyak dianut samapai sekarang termasuk di Indonesia.

Menurut kamus Webster tahun 1955, kurikulum adalah 1.a course esp.a specified fixed course of study, as in a school courses, as one leading to

digree. 2. The whole body of course offered in an educational institution or

departement thereof. Kurikulum yang digunakan dalam dunia pendidikan

(32)

kurikulum berarti keseluruhan pelajaran yang disajikan oleh satu lembaga pendidikan tertentu (Yamin, 2012: 21).

Inovasi mengenai pendidikan dalam bidang kurikulum dari KTSP menuju kurikulum 2013 tentunya tidak serta merta dilakukan pemerintah tanpa alasan tertentu yang jauh lebih baik. Kurikulum 2013 yang dicanangkan pemerintah saat ini memiliki rasional dan elemen perubahan dari kurikulum sebelumnya. Rasional kurikulum 2013 tersebut mencakup beberapa faktor antara lain, permasalahan Kurikulum 2006 (KTSP), terjadinya kesenjangan dalam kurikulum, tantangan dan kompetensi masa depan, fenomen negatif yang mengemuka, persepsi masyarakat. Dari setiap perubahan kurikulum yang ada, tentu sulit untuk menampik bawah setiap perubahan itu selalu saja ada alasan dan rasionalisasi dan yang paling sering dipergunakan adalah untuk penyesuaian dan menjawab perkembangan zaman (Daryanto dan Sudjendro, 2014: 28-30).

Mengenai nama perubahan kurikulum dijenjang pendidikan pihak pemerintah tidak menyebutnya perubahan kurikulum akan tetapi menyebutnya sebagai pengembangan kurikulum. Karena istilah ini bisa jadi untuk menghindari dampak psikologis, dan bukan persoal subtasinya kenapa kurikulum terjadi perubahan (Kurinasih, 2014: 31-32)

(33)
(34)

guru untuk membaca dan menerapkan budaya literasi dan membuat guru memiliki keterampilan membuat RPP, dan menerapkan pendekatan saintifik (scientific) secara benar.

(35)

Menurut Hidayat (2013: 126) memaparkan bahwa, elemen perubahan kurikulum 2013 yakni melalui hal-hal yang baru. Sebagai perubahan kurikulum yang menjadi ciri kurikulum 2013 adalah menyangkut empat standar pendidikan, yakni Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Proses, Standar Isi, dan Standar Penilaian. Keempat standar ini dirumuskan dalam tujuh elemen yaitu, a) kompetensi lulusan, b) kududukan mata pelajaran (KMP), c) pendekatan (ISI), d) struktur kurikulum (mata pelajaran dan alokasi waktu) (ISI), e) proses pembelajaran penilaian, f) ekstrakulikuler (Hidayat, 2013: 126).

Menurut Susilo (2006: 107), UU-Sisdiknas No.20 tahun 2003 BAB X Pasal 36 ayat 1 disebutkan bahwa, pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional. Sedangkan dalam ayat 2 disebutkan bahwa kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip difersifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta didik.dalam pasal 38 juga disebutkan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah di bawah koordinasi dan supervisi Dinas Pendidikan atau kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah ( Susilo, 2006: 107).

(36)

dalam kurikulum pendidikan dan meningkatkan perkembangan dari keunggulan yang sudah ada di dalam kurikulum tersebut sehingga berlaku menjadi penyempurnaan bagi pendidikan Nasional.

b. Penguatan Pendidikan karakter

Menurut Wynne (1991) kata karakter berasal dari Bahasa Yunani yang berarti “tomark” (menandai) dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Jadi istilah karakter erat kaitannya dengan personality (kepribadian) seseorang, dimana seseorang dapat disebut orang yang berkarakter (a person of character) jika tingkah lakunya sesuai dengan kaidah moral. Jadi karakter itu merupakan hubungan antar nilai moral dengan tingkah laku pribadi seseorang yang akan dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari (Aqib, 2012: 74-75).

Dalam bahasa latin karakter berarti “dipahat”, karakter adalah

gabungan dari kebajikan-kebajikan dan nilai-nilai yang di pahat di dalam batu hidup yang akan menyatakan nilai sebenarnya (Rutland,2009:1). Secara harfiah karakter artinya „kualitas mental atau moral, kekuatan moral, nama

atau reputasi”(Hornby dan Parnwell, 1972: 49). Dalam Dorland Pocket

Medical Dictionary (1968: 126) mengemukakan bahwa karakter adalah sifat

(37)

(Koesoema, 2007: 80). Secara terminologis Marzuki mendefinisikan “karakter mengacu pada serangkaian pengetahuan (cognitives), sikap (attitudes), motivasi (motivations) dan perilaku (behaviors) serta keterampilan (Marzuki, 2011: 470).

Menurut Salahudin (2013: 42-43), pengertian karakter secara khusus adalah nilai-nilai yang khas baik ( tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata kehidupan baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang terpatri dalam diri dan terwujud dalam perilaku. Secara koheren karakter merupakan memancar dari hasil olahpikir, olahhati, olahraga, serta olahrasa dan karsa seseorang atau sekelompok orang. Jadi karakter merupakan ciri khas seseorang atau sekelompok orang yang mengandung nilai, kemampuan, kapasitas moral, dan ketegaran, dalam menghadapi kesulitan dan tantangan. Tujuan dari pendidikan karakter yang sesungguhny jika dihubungkan dengan filsafah Negara Republik Indonesia adalah mengembangkan karakter peserta didik agar mampu mewujudkan nilai-nlai Pancasila. Sehingga fungsi pendidikan karakter itu adalah, a) pengembangan potensi dasar, agar “berhati

baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik”, b) perbaikan perilaku yang

kurang baik dan penguatan perilaku yang sudah baik, c) penyaring budaya yang kurang sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila. Sedangkan ruang lingkup atau saran pendidikan karakter itu adalah satuan penddikan, keluarga dan masyarakat. (Salahudin, 2013: 42-43).

(38)

keperibadian di mana pertumbuhan individu sebagai pribadi yang sehat merupakan saran akhir. Jadi, dengan pendidikan karakter diharapkan anak didik dapat tumbuh sehat secara keperibadian. Namun, ada pula yang menganggap pendidikan karakter bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai tertentu. Seperti, ada yang memusatkan diri pada penanaman nilai moral melalui pengajaran, ada pula yang sekadar mengajak anak untuk menjernihkan nilai-nilai moralnya sendiri dan mengambil keputusan atas dasar penjernihan tersebut. Ada yang berfokus pada pendidikan rohani, agama atau religiusitas, karena menganggap bahwa ketaatan dan kepatuhan pada norma agama itulah yang dapat membuat hidup seseorang menjadi lebih bermakna dan bahagia. Selain itu ada juga yang menganggap bahwa tujuan pendidikan karakter itu adalah lebih terkait dengan persoalan tata krama, sopan santun, dan etika dalam pergaulan sehari-hari (Koesoema, 2012: 34).

(39)

bermakna sesuai dengan keyakinan yang ada dalam kepribadian atau kehidupannya.

Ada tiga komponen karakter yang baik (component of good character), yaitu moral knowing atau pengetahuan tentang moral, moral feeling atau perasaan tentang mental, dan moral action, atau pernuatan morl. Dari ketiga komponen iu tentu tidak serta merta terjadi dalam diri seseorang, tetapi bersifat prosesual,artinya tahapan ketiga hanya mugkin terjadi setelah tercapai tahapan kedua, dan tahapan kedua hanya tercapai setelah tahapan pertama. Dalam banyak kasus ketiga tahapan tidak terjadi secara utuh. Mungkin sekali ada orang hanya sampai moral knowing dan berhenti sesampai memahami. Orang lain sampai pada thap moral feeling, dan yang lain mengalami perkembangan dari moral knowing sampai moral action. Moral knowing adalah hal yang penting untuk diajarkan, terdiri dari enam hal yaitu, moral awarenes (kesadaran moral), knowing moral value (mengetahui nilai-nilai

moral), perspective taking, moral reasoning, decision making dan self knowledge. Tetapi pendidikan krakter atau nilai-moral jika hanya sampai

moral knowing tidaklah cukup sebab sebatas pada tahu atau memahami

(40)

karakter sampai pada moral action. Moral action adalah bagaimana membuat pengetahuan moral dapat diwujudkan menjadi tindakan nyata. Perbuatan tindakan moral ini merupakan hasil (outcome) dari dua komponen karakter lainnya. Untuk memahami apa yang mendorong seseorang dalam perbuatan yang baik (act morally) maka harus dilihat tiga aspek lain dari karakter yaitu, kompetensi (competence), keinginan (will) dan kebiasaan (habit) (Adisusilo, 2012: 61-62).

Menurut Foerster, dalam Maksudin, (2013: 55) menjelaskan bahwa ada empat ciri dasar dalam pendidikan karakter. Pertama, keteraturan interior dimana setiap tindakan diukur berdasar hierarki nilai yang dimana menjadi pedoman normatif setiap tindakan. Kedua, koherensi yang memberi keberanian, membuat seseorang teguh dalam prinsip, tidak mudah terombang-ambing pada situasi baru atau takut resiko. Koherensi merupakan dasar yang membangun rasa percaya satu sama lain. Ketiga, otonomi. Disitu seseorang menginternalisasikan aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadi. Dan Keempat, keteguhan dan kesetian yang merupakan daya tahan seseorang guna mengingini apa yang dipandang baik dan dasar bagi penghormatan atas komitmen yang dipilih (Maksudin, 2013: 55).

c. Pendekatan Tematik Integratif

(41)

bahan pelajaran tidaklah berdiri sendiri melainkan dipadukan (diintegrasikan) dengan bahan pelajaran yang lain. Dalam berbahasa indonesia secara internal bahan pelajaran dapat dipadukan, misalnya keterampilan berbicara dengan tema pariwisata dengan keterampilan menulis, dengan aspek kebahasaan seperti kalimat dan frasa. Sedangkan secara eksternal-nya di padukandengan sastra. Bahkan bahasa Indonesia dapat dipadukan dengan mata pelajaran lainnya. Pembelajaran di Sekolah Dasar dengan menggunakan kurikulum 2013 secara Tematik Integratif. Melalui sistem ini indikator mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial akan muncul di kelas IV,V, dan VI SD. Di SD, semua mata pelajaran dilaksanakan dengan Tematik Integratif berdasarkan tema-tema yang sudah disusun (Ahmadi dan Amri, 2014: 221).

(42)

berkomonikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari mata pelajaran lain, e) guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan dapat dipersiapkan sekaligus (Daryanto, 2014: 3).

Menurut Sudjendro (2014: 81), memaparkan bahwa pembelajaran tematik terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang menintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran kedalam berbagai tema. Pengintegrasikan dilakukan dalam tiga aspek yaitu integrasi sikap, keterampilan dan pengetahuan sesuai dalam proses pembelajaran dan integrasi berbagai konsep dasar yang berkaitan. Tema merajut makna berbagai konsepdasar sehingga peserta didik tidak belajar konsep dasar secara parsial. Dengan demikian pembelajarannya memberikan makna yang utuh kepada peserta didik seperti tercermin pada berbagai tema yang tersedia.

Selain itu pengertian pembelajaran terpadu adalah menggunakan tema sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran yang memadukan beberapa mata pelajaran sekaligus dalam satu kali tatap muka, untuk memberikan pengalaman yang bermakna bagi peserta didik. Karena peserta didik dalam memahami berbagai konsep yang mereka pelajari selalu melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lan yang telah dikuasainya. Kelebihan pada pendekatan pembelajaran Tematik Integratif adalah ,a) premis utama PTP bahwa peserta didik memerlukan peluang tambahan (additional opportunities)untuk menggunakan talentanya, b) menyediakan waktu bersama

(43)

untuk mengakomodasi kulitatif lingkungan belajar, d) menginspirasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar, e) memiliki perbedaan kualitatif (qualitatively different) dengan model pemebelajaran lain, karena sifatnya memandu peserta ddik mencapai kemampuan tingkat tinggi (higher levels of thingking) atau kemampuan berpikir dengan mengoptimasi kecerdasan ganda (

multiple thinking skill), sebuah proses inovatif bagi pengembangan dimensi

sikap, keterampilan dan pengetahuan (Modul Guru Kelas SD, 2013: 75).

d. Pendekatan Saintifik

(44)

Proses pembelajaran menggunakan pendekatan Saintifik dimaksudkan, untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, tidak bergantung pada informasi serah dengan guru. Jadi kondisi pembelajaran menciptakan suatu yang lebih terarah untuk mendorongan peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber observasi, bukan diberi tahu. Pembelajaran saintifik ini melatih berpikir analitis (peserta didik diajarkan bagaimana mengambil keputusan) bukan berarti berpikir mekanitis (rutin dengan hanya mendengarkan dan menghapal semata) (Modul Guru Kelas SD, 2013: 80).

Perubahan merupakan sesuatu yang harus terjadi pada bidang pendidikan. Penerapan dikurikulum 2013 ini tentu dilakukan secara bertahapdalam kurikulum ini yang paling menonjol yaitu pada pendekatan dan strategi pembelajarannya. Namun disini guru masih belajar untuk memahami dan menerapkan pendekatan dan strategi pemebelajaran kurikulum sebelumnya.

(45)

konsep, hokum atau prinsip yang ditemukan. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru.

Tujuan pemebelajaran dengan pendekatan saintifik adalah yang didasarkan pada keunggulan pendekatan tersebut yaitu, 1) untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tinggi siswa, 2) untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistemati, 3) terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan, 4) diperolehnya hasil belajar yang tinggi, 5) untuk melatih siswa dalam mengomonikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah, 6) untuk mengembangkan karakter siswa.

Selain memahami tujuan pembelajaran saintifik disini juga harus memperhatikan karakteristik dan prinsip-prinsip pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Karakteristik pemebelajaran pendekatan saintifik sebagai berikut.

a. Berpusat pada siswa.

(46)

c. Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.

d. Dapat mengembangkan karakter siswa.

Prinsip-prinsip dalam kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifk sebagai beriku :

a) Pembelajaran berpusat pada siswa.

b) Pemebelajaran membentuk student self concept. c) Pembelajaran terhindar dari verbalisme.

d) Pembelajran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip.

e) Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa.

f) Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru.

g) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komonikasi.

h) Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum dan prinsip yang dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya (Hosnan, 2014: 36-37).

(47)

a. Mengamati (Observing)

Kegiatan pertama pada pendekatan ilmiah (scientific approach) adalah pada langkah pembelajaran mengamati atau observing. Metode observasi adalah salah satu strategi pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual dan media asli dalam rangka membelajarkan siswa yang mengutamakan kebermaknaan proses belajar.

Menurut Hosnan, (2014:40) mengamati/observing adalah kegiatan studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan dan pencatatan. Kegiatan mengamti dilakukan dengan tujuan untuk, mengerti ciri-ciri dan luasnya signifikansi dari interelasinya elemen-elemen/unsur-unsur tingkah laku manusia pada fenomena sisial yang serba komleks dalam pola-pola kultural tertentu. Selain itu tujuan observasi pada dasarnya untuk mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dari perspektif mereka terlibat dalam kejadian yang diamati tersebut. Deskripsi harus kuat, faktual, sekaligus teliti, tanpa harus dipenuhi berbagai hal yang tidak relavan.

b. Menanya (Questening)

(48)

penting dalam melaksanakan pembelajaran inquiry, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.

c. Mencoba (Experimenting)

Kegiatan yang dilakukan dalam langkah ini adalah mengumpulkan informasi/eksperimen. Kegiatan belajarnya adalah melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain teks, mengamati objek/kejadian/aktivitas, wawancara dengan nara sumber. Kompetensi yang dikembangkan adalah mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat. Pada langkah pembelajaran ini, setiap siswa dituntut untuk mecoba memperaktikkan apa yang dipelajari. Eksperimen dapat didefinisikan sebagai kegiatan terinci yang direncanakan untuk mengahasilkan data untuk menjawab suatu masalah atau menguji sesuatu hipotesis.

d. Menalar (Associating)

Istilah “menalar” (associating) dalam kerangka proses pembelajaran

(49)

meskipun penalaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat.istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemampuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukkannya menjadi pengalaman memori. Selama mentransfer, peristiwa-peristiwa khusus ke otak pengalaman tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain.

e. Membentuk Jejaring/ mengkomunikasikan (Networking)

Membentuk jejaring merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup manusia yang menempatkan dan memaknai kerjasama untuk memudahkan suatu usaha demi mencapai tujuan bersama. Kegiatan belajarnya adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.

Menurut pandangan RobiFogarty (1991) dalam Hosnan (2014: 77) networked merupakan model pemaduan pembelajaran yang mengandalkan

kemungkinan pengubanahan konsepsi, bentuk pemecahan masalah, maupun tuntutan bentuk keterampilan baru setelah siswa mengadakan studi lapangan dalam situasi, kondisi, maupun konteks yang berbeda-beda. Belajar disikapi sebagai proses yang berlangsung sebagai proses yang berlangsung secara terus-menerus karena adanya hubungan timbal balik antara pemahaman dan kenyataan yang dihadapi siswa (Hosnan, 2014: 77)

(50)

merupakan siswa mencari masalah sendiri didalam belajar bukan berarti masalah diartikan mencari kekacauan, tetapi disini diartikan bahwa siswa itu mencari informasi-informasi atau masalah yang dapat diselesaikan oleh siswa melalui berpikir analitisnya menjadi lebih terarah. Sehingga siswa itu bisa lebih mengerti, menemukan dan lebih menalar serta bisa menjelaskan dengan baik.

e. Penilaian Otentik

Menurut Basuki (2014: 168) mengatakan bahwa, penilaian otentik (Authentic Assesment) merupakan cermin nyata (the real mirror) dari kondisi pembelajaran siswa. Berdasarkan pengalaman pribadi, pengalaman langsung di dunia nyata siswa sehingga, penilaian otentik disebut juga unik karena berlandaskan dengan penilaian alternative, penilaian kinerja, penilaian informal, dan penilaian berdasarkan situasi (situated assessment).

(51)

bersifat komprehensif dan holistik yang mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran (dalam Basuki, 2014:171).

Pada penilaian otentik disini juga memiliki keunggulan dan kelemahannya sendiri yaitu dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.

Tabel 1. Keunggulan dan Kelemahan Penilaian Otentik (dalam Basuki,2014:175)

No Keunggulan Kelemahan

1. Berfokus pada keterampilan analisis dan keterpaduan pengetahuan.

Memerlukan waktu yang intensif untuk mengeola, memantau, dan melakukan koordiansi.

2. Meningkatkan kreativitas. Sulit untuk dikoordinasikan dengan standar pendidikan yang telah ditetapkan secar legal. 3. Merefleksikan keterampilan dan

pengetahuan dunia nyata.

Menantang guru untuk memberikan skema pemberian nilai yang konsisten.

4. Mendorong kerja kolaboratif. Sifat subjektif dalam pemberian nilai akan cenderung menjadi bias.

5. Meningkatkan keterampiln lisan dan tertulis.

Sifat penilaian yang unik mungkin tidak dikenali siswa. 6. Langsung menghubungkan

kegiatan assesmen, kegiatan

(52)

pengajaran, dan tujuan pembelajaran.

7. Menekankan pada keterpaduan pembelajaran disepanjang waktu.

Hal yang menantang untuk mengembangkan berbagai jenis materi ajar dan berbagai kisaran tujuan pembelajaran.

Penilaian autentik (Authentic Assesment) adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Istilah Assesment, merupakan sinonimdari penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi. Istilah autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau, realiabel. Secara konseptual penilaian autentik lebih bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes pilihan ganda terstandar sekalipun. Ketika menerapkan penilaian autentik untuk mengetahui hasil dan prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, nilai prestasi luar sekolah.

(53)
(54)

menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik pada tempat yang sesuai, disertai catatan tanggal pengumpulannya, 5) guru menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu, 6) jika memungkinkan, guru bersama peserta didik membahas bersama dokumen portofolio yang dihasilkan dan, 7) guru memberi umpan balik kepada peserta didik atas hasil penilian portofolio. Dan d) Penilian Tertulis yakni berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu mengingat, memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan sebagainya atas materi yang sudah dipelajari. Tes tertulis berbentuk uraian sebisa mungkin bersifat komprehensif, sehingga mampu menggambarkan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik (Modul Guru Kelas SD, 2013: 55).

Menurut Siregar dan Nara (2011: 141) memaparkan bahwa, penilaian adalah suatu proses untuk megambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik yang menggunakan instrument tes atau non tes.

(55)

Sedangkan menurut Permendikbud dalam buku Kunandar (2013: 35-42) memaparkan bahwa, standar penilaian adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Dalam kurikulum 2013 ini penilaian autentik menjadi penekanan yang serius dimana guru dalam memlakukan penilaian hasil belajar peserta didik benar-benar memerhatikan penilaian autentik. Dalam penilaian autentik peserta didik diminta untuk menerapkan konsep atau teori pada dunia nyata. Autentik berarti keadaan yang sebenarnya yaitu kemampuan atau keterampilan yang dimilki oleh peserta didik.

(56)

Penilaian input adalah penilaian yang dilakukan sebelum proses belajar mengajar dilakukan. Penilaian input bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik terhadap materi atau kompetensi yang akan dipelajari. Penilaian input biasanya dilakukan melalui pre tes. Sedangan penilaian proses adalah penilaian yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Penilaian proses bertujuan untuk mengecek tingkat pencapaian kompetensi peserta didik ketika proses belajar mengajar berlangsung. Dan terakhir penilaian output adalah penilaian yang dilkukan setelah proses belajar mengajar berlangsung. Penilaian output bertujuan untuk mengetahui tingkat pencapaian kompetensi pada

peserta didik setelah mengikuti proses belajar dikelas. (Kunandar, 2013: 35-42).

(57)

memberikan analisis oral terhadap peristiwa, berkolaborasi dengan antar sesama melalui debat, dan sebagainya.

Penilaian autentik merupakan pendekatan dan instrumen penilaian yang memberikan kesempatan luas kepada peserta didik untuk menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang sudah dimilikinya dalam bentuk tugas-tugas seperti, a) membaca dan meringkasnya, b) eksperimen, c) mengamati, d) survei, e) projek, f) makalah, g) membuat multi media, h) membuat karangan dan, i) diskusi kelas. Selain itu kata lain dari penilaian autentik adalah penilaian kinerja, termasuk di dalamna penilaian portofolio dan penilaian projek. Penilaian autentik adakalanya disebut penilaian responsif, suatu metode untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik yag memiliki ciri-ciri khusus, mulai dari mereka yang mengalami kelainan tertentu, memiliki bakat dan minat khusus, hingga yang jenius (Kurinasih, 2014: 47).

(58)

penilaian performa. Model penilaian otentik (authentic assesment) banyak dibicarakan di dunia pendidikan karena model ini direkomendasikan, atau bahkan harus ditekankan penggunaannya dalam kegiatan hasil belajar pemelajar ( Abidin, 2014: 77).

Menurut Bagnato (2007: 27) dalam buku Abidin (2014: 78), mendifinisikan bahwa authentic assesment adalah authentic assesment is a deliberate plan for investigating the natural behavior of studen.

Information is captured through direct observation and recording,

interviews, rating scales, and observed samples of the natural or

facilitated play and daily living skill of all student. Authentic content

invites teaching because the items are precursive to or are part of the

curriculum.

Penilaian otentik juga merupakan sebutan yang digunakan untuk menggambarkan tugas-tugas yang dibutuhkan siswa-siswa untuk dilaksanakan dalam menghasilkan pengetahuan memproduksi informasi. Sebagai contoh, dalam pembelajaran membaca seorang siswa belumlah dikatakan belajar secara bermakna bilamana dia belum mampu menyusun prediksi, membuktikan prediksi, dan menceritakan kembali isi bacaan. Oleh karena itu, dalam pembelajaran sangat perlu dilakukan penilaian otentik yang menjamin pembentukan kompetensi riil pada siswa ( Abidin, 2014: 77).

(59)

hilistik (kompetensi utuh merefleksikan pengetahuan, keterampilan dan sikap). Penilaian otentik tidak hanya mengukur apa yang diketahui oleh peserta didik, tetapi lebih menekankan mengukur apa yang dapat dilakukan oleh peserta didik. Contoh-contoh tugas otentik seperti, pemecahan masalah matematika, melaksanakan percobaan, bercerita, menulis laporan, berpidato, membaca puisi, dan membuat peta perjalanan. (Permendikbud, 2013: 6)

Menurut Permendikbud (2013: 9) penilaian otentik dikategorikan dalam tiga aspek yaitu :

a) Sikap

Sikap biasanya terdapat pada kompetensi Inti yaitu , 1 dan 2. Kompetensi ini digunakan untuk menilai sikap sosial dan sikap spritual. Penilaian sikap dapat dinilai dengan cara berikut :

a. Observasi, merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan format observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati,. Hal ini dilakukan saat pembelajaranmaupun diluar pembelajaran.

(60)

c. Penilaian antarteman, merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan sikap dan perilaku keseharian peserta didik. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilain antarpeserta didik.

d. Jurnal, merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku. Jurnal bisa dikatakan sebagai catatan yang berkesinambungan dari hasil observasi.

b) Pengetahuan

Penilaian kognitif merupakan penilaian yang terdapat pada Kompetensi Inti ke-3. Aspek yang dapat dinilai dari pengetahuan itu dengan cara sebagai berikut :

a. Tes Tulis, adalah tes yang soal dan jawabannya tertulis berupa pilihan ganda, isian, benar-salah, menjodohkan, dan uraian. b. Tes Lisan, berupa pertanyaan-pertanyaan yang doberikan guru

secara ucap (oral) sehingga peserta didik merespon pertanyaan tersebut secara ucap juga, sehingga menimbilkan keberanian. Jawaban dapat berupa kata, frase, kalaimat, maupun paragraph yang diucapkan.

(61)

c) Keterampilan

Penilaian mengenai sikap biasanya terdapat pada Kompetensi Inti ke-4. Aspek yang dapat dinilai dari keterampilan ini dengan cara sebagai berikut :

a. Performance atau Kinerja, merupakan suatu penilaian yang meminta siswa untuk melakukan suatu tugas pada situasi yang sesungguhnya yang mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan. Misalnya tugas memainkan alat musik, menggunakan mikroskop, menyanyi, bermain peran, menari.

b. Produk, merupakan penilaian terhadap kemampuan peserta didik dalam membuat produk teknologi dan seni (3 dimensi). Penilaian produk tidak hanya diperoleh dari hasil akhir, namun juga proses pembuatannya.

c. Proyek, merupakan penilaian terhadap tugas yang mengandung investigasi dan harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Proyek juga akan memberikan informasi tentang pemahaman dan pengetahuan siswa pada pembelajaran tertentu kemampuan siswa dalam mengaplikasikan pengetahuan, dan kemampuan siswa untuk mengkomonikasikan informasi.

(62)

dan peserta didik untuk memantau secara terus menerus perkembangan pengetahuan dan keterampilan peserta didik dalam bidang tertentu.

B. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran adalah salah satu wujud persiapan yang dilakukan oleh guru sebelum mereka melakukan proses pembelajaran. Merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, merencanakan dan melaksanakan penilaian merupakan kompetensi pedagogik yang harus dimiliki dan dikuasai oleh guru. hasil dari kompetensi tersebut adalah kemampuan guru dalam mengembangkan perangkat pembelajaran kemudian mengimplementasikannya di dalam kelas. Menurut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 20, “ Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. Berdasarkan hukum diatas, pengembangan perangkat pembelajaran dibatasi pada pengembangan silabus dan pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Jadi untuk mewujudkan hasilnya kompetensinya tergantung dari keyakinan dan kemampuan guru.

(63)

pengembangan antara Kemp dan langkah penelitian pengembangan Borg dan Gall.

Menurut Kemp (1994) dalam buku Trianto (2010: 81) pengembangan merupakan suatu lingkaran yang kontinum. Tiap-tiap langkah pengembangan berhubungan langsung dengan aktivitas revisi. Pengembangan perangkat dapat dimulai dari titik manapun di dalam siklus tersebut. Pengembangan perangkat model Kemp memberi kesempatan kepada para pengembangan untuk dapat memulai dari komponen manapun. Berikut model pengembangan perangkat pembelajaran Kemp :

(64)

Secara umum pengembangan perangkat pembelajaran dengan model Kemp meliputi beberapa hal yaitu:

a. Identifikasi Masalah Pembelajaran (Instructional Problems)

Tahap ini bertujuan utnuk mengidentifikasi adanya kesenjangan antara tujuan kurikulum dengan kenyataan yang terjadi di lapangan, baik dalam model, pendekatan, metode, teknik, maupun strategi yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran. Bahan kajian, pokok bahasan atau materi yang dikembangkan, selanjutnya dapat disusun dengan cara pembelajaran yang sesuai untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam kurikulum.

b. Analisis siswa (Learning Characteristics)

(65)

kedewasaan, motivasi terhadapat mata pelajaran, pengalaman, keterampilan psikomotor, kemampuan berkerja sama, keterampilan sosial dan lainnya.

c. Analisis Tugas (Task Analysis)

Kemp mengatakan dalam Trianto (2010: 83) bahwa analisis tugas merupakan kumpulan dari langkah untuk menentukan isi suatu pengajaran. Analisis tugas bertujuan untuk mengetahui dan menentukan model pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan. Analisis tugas tidak lain dengan analisis isi pelajaran, analisis konsep, analisis pemrosesan informasi, dan analisis prosedural yang digunakan untuk memudahkan pemahaman atau penugasan tentang tugas belajar dan tujuan pembelajaran yang dituangkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPPTH) dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS).

d. Merumuskan Indikator (Intructional Objectives)

Indikator merupakan tujuan pembelajaran yang didapatkan darihasil analisis tujuan. Tujuan pembelajaran dilakukan untuk mengkonversikan analisis tugas dan analisis konsep menjadi tujuan pembelajaran khusu yang lebih operasional. Indikator yang dirumuskan berfungsi sebagai alat untuk merancang kegiatan pembelajaran, kerangka kerja dalam merencanakan cara mengevaluasi haisl belajar peserta didik, dan sebagai panduan dalam belajar untuk peserta didik.

(66)

Menurut Kemp (2011: 16-17) urutan isi ditentukan berdasarkan tingkat kesulitan untuk membantu siswa memahami pelajaran.

f. Strategi Pembelajaran (Instructional Strategy)

Pada tahap ini dilakukan pemilihan strategi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan. Kegiatan yang dilakukan yaitu memilih model, pendekatan, metode, pemilihan format, yang diyakini dapat memberikan pengalaman yang berguna dalam pembelajaran sehingga dapat mencapai tujuan.

g. Cara penyampaian Pesan atau Isi Pembelajaran (Instructional Delivery) Menurut Kemp (2011: 16-17) menentuan gambar atau media yang digunakan dalam pembelajaran dapat membantu siswa memahami pengetahuan tersebut.

h. Penyusunan Instrumen Evaluasi (Evaluation Instrument)

Penyusunan hasil belajar merupakan alat penilaian yang digunakan untuk mengukur ketuntasa indikator dan pengusaan peserta didik setelah proses pembelajaran berlangsung. Kriteria penilaian yang dilakukan adalah penilaian acuan patokan, sehingga instrumen yang dikembangkan harus dapat mengukur ketuntasan pencapaian tujuan pembelajaran yang khusu telah dirumuskan. Menilai hasil belajar merupakan unsur terakhir dalam proses perancangan pembelajaran.

(67)

tugas. Keberhasilan pembelajaran sangat bergantung pada penggunaan media dan sumber pembelajaran yang digunakan. Pemilihan sumber pembelajaran dengan baik maka tujuan pembelajaran dapat tercapai seperti dapat memotivasi peserta didik dengan cara menarik dan menstimulasi perhatina pda materi pembelajaran, melibatkan peserta didik, menjelaskan dan menggambarkan isi materi pelajaran dan keterampilan kinerja, membantu pembentukan sikap dan pengembangan rasa menghargai (apresiasi), serta dapat memberi kesempatan untuk menganalisis sendiri kinerja perorangan.

j. Pelayanan Pendukung (Support Services)

Pelayanan pendukung sebenarnya tidak berhubungan langsung dengan subtansi pengembangan perangkat, tetapi sangat menentukan keberhasilan dalam pengembangan perangkat. Dalam proses pengembangan perangkat diperlukan kebijakan sekolah, guru, mitra, tata usaha, tenaga terkait serta layanan laboratorium dan perlusatakan. Selain itu anggaran, fasilitas, bahan, perlengkapan, pelayanan tenaga kerja, jadwal penyelesaian tahapan perencanaan dan pengembangan juga dibutuhkan.

k. Evaluasi formatif (Formative)

(68)

uji coba. Penilaian ini berguna untuk menentukan kelemahan dalam perencanaan pengajaran sehingga berbagai kekurangan dapat di hindari. l. Evaluasi Sumatif (Summarative Evaluation)

Evaluasi sumatif secara langsung mengukur tingkat pencapaian tujuan utama pada akhir pembelajaran. Sumber informasi utama tersebut dapat diketahui melalui hasil posttes maupun uji akhir pembelajaran. Penilaian sumatif meliputi hasil uji akhir unit dan ui akhir untuk pelajaran tertentu.

m. Revisi Perangkat Pembelajaran (Revision)

Kegiatan revisi dilakukan secara terus menerus pada setiap tahap pengembangan. Kegiatan revisi dilakukan untuk mengevaluasi dan memperbaiki rancangan yang dibuat. Revisi dilakukan berdasarkan masukan dan penilaian yang dilakukan dalam kegiatan validasi perangkat dengan pakar, simulasi terbatas dan uji coba terbatas. Validasi ini lebih bertujuan pada kebenaran dan kesesuaian isi pada saat menerapkan perangkat pembelajaran di sekolah.

Pengembangan perangkat pembelajaran merupakan salah satu komponen yang mendukung untuk mencapainya suatu tujuan yang diinginkan dalam pendidikan. Dalam komponen yang mendukung pengembangan tersebut yakni silabus, RPP, penilaian dan LKS.

(69)

Belajar, dan Penilaian. Pengembangan silabus dapat dilakukan oleh guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) pada atau pusat Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas Pendidikan. Prinsip dalam pengembangan silabus yakni bersifat, ilmiah, relavan, sistematis, konsisten, memadai, aktual dan kontekstual, fleksibel, menyeluruh dan desentralistik.

a. Ilmiah

Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.

b. Relevan

Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaraan dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektualn, social, emosional, dan spiritual peserta didik.

c. Sistematis

Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi.

d. Konsisten

Ada hubungan yang konsisten ( ajeg, taat asas) antara komptensi dasar, indicator, materi pokok, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian.

(70)

Cakupan indikator, materi pokok, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.

f. Aktual dan Kontekstual

Cakupan indikator, materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.

g. Fleksibel

Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi variasi peserta didik, pendidikan, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat. Sementara itu, materi ajar ditentukan berdasarkan dan atau memperhatikan kultur daerah masing-masing. Hal ini dimaksudkan agar kehidupan peserta didik tidak tercabut dari lingkungannya.

h. Menyeluruh

Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi ( kognitif, afektif, psikomotorik ).

i. Desentralistik

Pengembangan silabus ini bersifat desentralistik. Maksudnya bahwa kewenangan pengembangan silabus bergantung pada daerah masing-masing, atau bahkan sekolah masing-masing.

Gambar

Tabel 1. Keunggulan dan Kelemahan Penilaian Otentik………………… 32
Gambar 1. Siklus Pengembangan Perangkat model Kemp……………… 44
Tabel 1. Keunggulan dan Kelemahan Penilaian Otentik (dalam
Gambar 1. Siklus Pengembangan Perangkat Model Kemp
+7

Referensi

Dokumen terkait

HARMONISASI HUKUM PENANAMAN MODAL INDONESIA DALAM RANGKA MENUJU KOMUNITAS EKONOMI ASEAN ( ASEAN ECONOMIC. COMMUNITY) PADA

[r]

 Guru menanyakan kepada siswa bagaimana cara mengetahui Kerusakan yang terjadi pada setrika listrik.  Siswa mampu menjelaskan penyebab kerusakan

kDcED nqck B4 sd4N

Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Dwivedi (2008), juga turut membuktikan bahwa konsentrasi sulfur dioksida dapat dipengaruhi salah satunya oleh faktor perbedaan

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara. Data ini diperoleh dari studi dokumentasi yang

Kesimpulan yang dapat diberikan adalah metode Nearest Feature Line memiliki tingkat keberhasilan yang baik dalam pengenalan pada Interpolasi Linier dan Interpolasi