RANCANGAN AKTUALISASI
NILAI-NILAI DASAR PNS, KEDUDUKAN DAN PERAN PNS DALAM NKRI
PENYIAPAN LEMBAR CHECKLIST ALAT, BAHAN SERTA KENDALI DOKUMEN UJI KUALITAS DI PUSAT TEKNOLOGI
RADIOISOTOP DAN RADIOFARMAKA BATAN
Oleh :
Nama : Yanto, A.Md.
NIP : 19980324 202012 1 001
PESERTA PELATIHAN DASAR CPNS GOLONGAN II ANGKATAN X
KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERTANIAN PUSAT PELATIHAN MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN PERTANIAN
CIAWI - BOGOR 2021
LEMBAR PERSETUJUAN RANCANGAN AKTUALISASI
NILAI-NILAI DASAR PNS, KEDUDUKAN DAN PERAN PNS DALAM NKRI
JUDUL : Penyiapan Lembar Checklist Alat, Bahan serta Kendali Dokumen Uji Kualitas di Pusat Teknologi Radioisotop dan Radiofarmaka BATAN
NAMA : Yanto, A.Md.
NIP : 19980324 202012 1 001
UNIT KERJA : Pusat Teknologi Radioisotop dan Radiofarmaka, BATAN
Telah diuji didepan penguji pada hari Senin tanggal 12 Juli 2021
MENTOR,
Anung Pujiyanto, S.Si NIP 19650319 199203 1 003
PEMBIMBING/COACH,
Dr. Dea C.J.I.S.,S.TP.,M.AP.,M.Agr.Sc.
NIP 19820610 200604 2 001
PENGUJI,
Ir. Chidmat Hamdani, M.M.
NIP 19620629 199103 1 001
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Rancangan Aktualisasi Nilai -nilai Dasar PNS. Rancangan aktualisasi ini berisi uraian rencana kegiatan yang mengimplementasikan nilai-nilai dasar ASN yaitu Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi (ANEKA) serta peran dan kedudukan ASN yang meliputi Manajemen ASN, Whole of Government, dan Pelayanan Publik yang akan dilakukan oleh penulis selama masa habituasi di Bidang Teknologi Radioisotop, Pusat Teknologi Radioisotop dan Radiofarmaka (PTRR) BATAN.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu tersusunnya rancangan aktualisasi ini.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Anung Pujiyanto, S.Si. sebagai Koordinator Bidang Teknologi Radioisotop, PTRR, BATAN sekaligus sebagai mentor yang telah memberikan arahan, motivasi, dukungan dan bimbingannya.
2. Ibu Dea Christina Junissa I.S., S.TP., M.AP., M.Agr.Sc. sebagai coach yang telah membimbing, memfasilitasi, dan memotivasi penulis dalam penyusunan rancangan aktualisasi kegiatan selama pelatihan dasar CPNS.
3. Bapak Ir. Chidmat Hamdani, M.M selaku penguji rancangan aktualisasi ini.
4. Bapak Abdul Hani, S.P., M.M, dan Ibu Renata Dayang N.D., S.P., M.M., selaku Widyaiswara yang telah memberikan ilmun kepada kelompok penulis.
5. Seluruh panitia penyelenggara Pelatihan Dasar CPNS Golongan II Pusat Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Pertanian Ciawi, Bogor.
6. Rekan-rekan Angkatan X yang sangat luar biasa dan menginspirasi penulis selama menjalani seluruh kegiatan pelatihan dasar CPNS.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam rancangan aktualisasi ini. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan rancangan aktualisasi ini. Semoga ran can gan aktualisasi ini dapat dikerjakan sebaik mungkin dan memberikan manfaat yang besar bagi semua pihak yang membutuhkan.
iii DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR LAMPIRAN... 1
BAB I PENDAHULUAN ... 2
A.Latar Belakang ... 2
B.Tujuan ... 3
C.Ruang Lingkup ... 4
BAB II RANCANGANAKTUALISASI ... 5
A.Deskripsi Organisasi ... 5
1. Visi, Misi, Tugas Pokok, dan Fungsi Organisasi... 5
2. Nilai-nilai Organisasi ... 8
B.Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI serta Nilai-nilai Dasar PNS ... 9
1. Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI... 9
a. Manajemen ASN ...10
b. Pelayanan Publik ...13
c. Whole of Government (WoG)...16
2. Nilai-nilai Dasar PNS ...20
a. Akuntabilitas...20
b. Nasionalisme ...25
c. Etika Publik ...28
d. Komitmen Mutu ...31
e. Anti Korupsi ...33
C.Rancangan...35
1. Aktualisasi Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI ...35
a. Identifikasi dan Prioritas Isu...35
1) Identifikasi Isu ...35
2) Prioritas Isu ...40
b. Pemecahan Isu ...41
iv
1) Alternatif Pemecahan Isu ...41
2) Prioritas Pemecahan Isu ...42
2. Aktualisasi Nilai-nilai Dasar PNS ...43
3. Penjadwalan ...51
BAB III PENUTUP ...54
DAFTAR PUSTAKA ...55
LAMPIRAN I ...56
LAMPIRAN II ...67
v
DAFTAR TABEL
Tabel II.1 Penjabaran Isu yang muncul ... 36
Tabel II.2 Identifikasi Isu Menggunakan Kriteria APKL... 15
Tabel II.3 Identifikasi Isu Terpilih Menggunakan Kriteria USG ... 18
Tabel II.4 Penilaian Alternatif Pemecahan Isu Kriteria Mc Namara ... 19
Tabel II.5 Rancangan Kegiatan Aktualisasi ... 26
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 Struktur Organisasi BATAN ... 3 Gambar II.2 Struktur Organisasi PTRR ... 4
1
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I. 1 Formulir 1 (Pelaksanaan Aktualisasi)...56 Lampiran II. 1 Formulir 2 – Lembar Konsultasi (Pengendalian Mentor)…………..67 Lampiran II. 2 Formulir 2 – Lembar Konsultasi (Pengendalian Coach) ...68
2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Cita-cita besar Bangsa Indonesia tercantum dalam Pembukaan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yakni membentuk suatu pemerintahan Negara Republik Indonesia yang melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa serta ikut melaksanakan ketertiban dunia. Cita-cita besar tersebut diharapkan dapat diwujudkan dengan keberadaan ASN.
Aparatur Sipil Negara (ASN) terdiri dari pegawai negeri sipil (PNS) dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK) yang bekerja pada instansi pemerintah seperti yang disebutkan dalam UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN. Dalam Pasal 11 UU Nomor 5 Tahun 2014 disebutkan bahwa ASN sebagai pelaksana kebijakan publik harus memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas serta mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara dijelaskan bahwa setiap Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) wajib menjalani masa percobaan yang dilaksanakan melalui proses Pendidikan dan Pelatihan (DIKLAT) terintegrasi untuk membangun integritas moral, kejuju ran , semangat dan motivasi nasionalisme dan kebangsaan, karakter kepribadian yang unggul dan bertanggungjawab, dan memperkuat profesionalisme serta kompetensi bidang (Peraturan Lembaga Administrasi Negara Nomor 1 Tahun 2021). Pelatihan Dasar CPNS adalah salah satu jenis diklat yang strategis untuk mewujudkan PNS sebagai bagian dari ASN yang profesional. Pelatih an ini ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil. Adapun pedoman penyelenggaraan pelatihan dasar Gol. II yang memadukan pembelajaran klasikal dan non-klasikal di tempat pelatihan dan di tempat kerja diatur dalam Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 1 Tahun 2021. Dalam pelaksanaan pelatihan dasar ini, para CPNS akan dibekali materi wawasan kebangsaan dan bela negara, nilai-nilai dasar ASN, serta peran dan
3
kedudukan ASN. Nilai-nilai dasar ASN yakni Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi atau yang biasa disingkat ANEKA. Materi peran dan kedudukan ASN meliputi manajemen ASN, Whole of Government (WoG) dan pelayanan publik. Selanjutnya para peserta akan menginternalisasikan materi-materi yang didapat dalam pelaksanaan aktualisasi di unit kerja masing-masing. Peserta akan melakukan aktualisasi di unit kerja dengan menerapkan materi-materi pelatihan. Aktualisasi ini diharapkan akan mampu memperbaiki ataupun mengembangkan sistem atau proses yang bertujuan agar pelayanan unit kerja lebih baik.
Pelaksanaan aktualisasi penulis dilakukan di unit kerja Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka (PTRR) BATAN. Selain untuk menginternalisasikan materi - materi pelatihan, kegiatan aktualisasi ini juga bisa menjadi pengembangan kompetensi penulis. Kegiatan aktualisasi diperoleh dari isu -isu permasalah an yang muncul kemudian dianalisis sehingga didapat alternatif pemecahan isu yang akan dijalankan.
B. Tujuan
Pelatihan dasar (Latsar) merupakan kegiatan yang wajib diikuti Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) yang bertujuan menanamkan nilai wawasan kebangsaan dan bela negara, nilai-nilai dasar ASN, serta peran dan kedudukan ASN. Nilai-nilai tersebut selanjutnya akan diaktualisasikan dalam kegiatan di unit kerja sehingga menjadi proses habituasi. Tujuan dari kegiatan aktualisasi adalah sebagai berikut :
1. Mampu memahami dan mengimplementasikan nilai-nilai wawasan kebangsaan dan bela negara dalam kehidupan sehari-hari;
2. Mampu memahami dan mengimplementasikan nilai-nilai dasar ASN yang meliputi akuntabilitas, nasionalisme, etika publik, komitmen mutu, dan anti korupsi;
3. Mampu memahami dan mengimplementasikan peran dan kedudukan ASN dalam kehidupan berbangsa dan bernegara;
4. Sebagai sarana pengembangan kompetensi;
5. Mampu berkontribusi dalam pengembangan dan perbaikan pelayanan di PTRR BATAN.
4 C. Ruang Lingkup
Pelaksanaan kegiatan aktualisasi ini melingkupi proses pendayagunaan radioisotop (Sm-153 dan I-131), radiofarmaka (Sm-EDTMP dan I-MIBG) pada Bidang Teknologi Radioisotop, PTRR BATAN. Kegiatan yang akan dilakukan meliputi pembuatan lembar checklist alat dan bahan serta kendali dokumen pada uji kualitas radioisotop dan radiofarmaka.
5 BAB II
RANCANGAN AKTUALISASI A. Deskripsi Organisasi
1. Visi, Misi, Tugas Pokok, dan Fungsi Organisasi
BATAN merupakan Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) yang bergerak dibidang penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan IPTEK nuklir di Indonesia. Sesuai dengan Peraturan Kepala BATAN nomor 14 tahun 2013, struktur organisasi BATAN seperti yang tercantum pada Gambar II. 1. Unit kerja penulis berada di Bidang Teknologi Radioisotop, Pusat Teknologi Radioisotop dan Radiofarmaka (PTRR) di bawah Deputi Bidang Pendayagunaan Teknologi Nuklir. Struktur organisasi PTRR tercantum pada Gambar II. 2. Jabatan fungsional penulis adalah calon pranata nuklir terampil dimana sesuai Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 2 tahun 2014, pranata nuklir adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenan g dan hak secara penuh untuk melaksanakan kegiatan kepranatanukliran.
Gambar II. 1 Sruktur Organisasi BATAN
6
Gambar II. 2 Struktur Organisasi PTRR
Visi BATAN sesuai yang tercantum dalam Rencana Strategis (Renstra) BATAN 2020-2024 ialah sebagai berikut “Nuklir untuk Meningkatkan Daya Saing guna mewujudkan Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong”. Visi BATAN tersebut kemudian di wujudkan dalam visi PTRR yakni “BATAN Unggul di Tingkat Regional, Berperan dalam Percepatan Kesejahteraan Menuju Kemandirian Bangsa”.
Misi BATAN untuk mewujudkan visinya adalah:
a. Menghadirkan iptek nuklir yang unggul secara kompetitif untuk meningkatkan kapasitas iptek dan memperkuat landasan sosio-ekonomi nasional
b. Mewujudkan sitem manajeman yang efektif, efisien, akuntabel dan melayani sebagai implementasi Reformasi Birokrasi secara berkelanjutan menuju Indonesia yang berdaya saing
Selanjutnya pelaksanaan kedua misi tersebut dijabarkan dan diformulasikan ke dalam misi PTRR sebagai berikut:
• Menguasai dan melaksanakan pengembangan teknologi produksi radioisotop dan radiofarmaka serta pendayagunaan teknologi tersebut yang layak teknis dan ekonomis dengan mengutamakan aspek keselamatan.
7
• Menguasai dan melaksanakan pengembangan teknologi dan aplikasi siklotron, terutama untuk tujuan produksi radioisotop PET dan SPECT.
• Menguasai dan melaksanakan teknologi produksi molecular radiotracer dan radioassay serta pendayagunaan u ntuk medis dan non-medis.
• Meningkatkan pendayagunaan dan pelayanan radioisotop, radiofarmaka, radioassay, dan molecular radiotracer dalam bentuk paket teknologi maupun produk dan jasa.
• Meningkatkan aspek QCD (Quality Cost and Delivery) dalam pendayagunaan dan pelayanan.
• Meningkatkan kerjasama antar lembaga domestik dan internasional.
Tugas pokok dan fungsi BATAN tertuang dalam Peraturan Presiden n omor 46 tahun 2013 pasal 2 dan 3 yang bunyinya:
Pasal 2: BATAN mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang penelitian, pengembangan dan pendayagunaan ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 3: Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, BATAN menyelenggarakan fungsi:
a. pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang penelitian, pengembangan dan pendayagunaan ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir;
b. koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BATAN;
c. pelaksanaan penelitian, pengembangan, dan pendayagunaan ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir;
d. fasilitasi dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah dan lembaga lain di bidang penelitian, pengembangan dan pendayagunaan ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir;
e. pelaksanaan pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan BATAN;
f. pelaksanaan pengelolaan standardisasi dan jaminan mutu nuklir;
8
g. pembinaan pendidikan dan pelatihan;
h. pengawasan atas pelaksanaan tugas BATAN; dan
i. penyampaian laporan, saran, dan pertimbangan di bidang penelitian, pengembangan, dan pendayagunaan ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir.
Kemudian secara lebih terperinci, Pusat Teknologi Radioisotop dan Radiofarmaka mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pengendalian kebijakan teknis, pelaksanaan, pembinaan dan bimbingan di bidang teknologi produksi radioisotop dan radiofarmaka. Dalam melaksanakan tugas sebagaiman a dimaksud dalam pasal 293 Peraturan Kepala BATAN nomor 21 tahun 2014, Pusat Teknologi Radioisotop dan Radiofarmaka menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan urusan perencanaan, persuratan dan kearsipan, kepegawaian, keuangan, perlengkapan dan rumah tangga, dokumentasi ilmiah dan publikasi serta pelaporan;
b. pelaksanaan pengembangan teknologi produksi radioisotop;
c. pelaksanaan pengembangan teknologi produksi radiofarmaka;
d. pelaksanaan pengelolaan siklotron dan keteknikan;
e. pelaksanaan jaminan mutu, pemantauan keselamatan kerja dan proteksi radiasi;
f. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Deputi Bidang Pendayagunaan Teknologi Nuklir.
2. Nilai-nilai Organisasi
Pelaksanaan misi dan pencapaian visi memerlukan penerapan tata nilai yang sesuai dan mendukungnya.Tata nilai merupakan dasar sekaligus arah bagi sikap dan perilaku seluruh pegawai dalam menjalankan tugas. Nilai-nilai organisasi yang harus dipahami dan diimplementasi oleh para pegawai BATAN yakni:
a. Akuntabilitas
Siap menerima tanggung jawab dan melakukan tanggung jawab itu dengan baik seperti yang ditugaskan.
9 b. Disiplin
Bertindak sesuai peraturan, prosedur, tata tertib, tepat waktu dan tepat sasaran dengan tetap mempertahankan efisiensi dan efektivitas waktu dan anggaran
c. Keunggulan
Memiliki sikap dan motivasi untuk senantiasa berusaha mencapai hasil yang lebih baik dari pada yang lain.
d. Integritas
Menjunjung tinggi dan mendasarkan setiap sikap dan tindakan pada prinsip dan nilai-nilai moral, etika, peraturan perundangan termasuk menjauhkan dari kecenderungan tindakan KKN.
e. Kolaborasi
Mengutamakan kerja sama, mengembangkan jejaring kerja dengan pihak eksternal dan mengedepankan kerja tim (team work) untuk mencapai kinerja yang lebih baik.
f. Kompetensi
Menekankan pada kualitas penguasaan dan pemenuhan kualifikasi kemampuan SDM seperti yang dibutuhkan.
g. Inovatif
Meningkatkan upaya kreatif untuk menemukan pembaharuan dalam setiap hasil litbang.
B. Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI serta Nilai-nilai Dasar PNS 1. Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI
Sesuai dengan Undang-Undang nomor 5 tahun 2014 tentang aparatur sipil negara (ASN), memiliki peran sebagai perencana, pelaksana, dan pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang profesional, bebas dari intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Disamping peran tersebut ASN juga mempunyai tugas yakni:
10
1. Melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan;
2. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas;
3. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
a. Manajemen ASN
Sebagai pelayan publik, ASN dituntut harus bekerja secara profesional dan berintegritas sesuai dengan kode etik ASN. Dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 dijelaskan mengenai sistem merit dan manajemen ASN. Penerapan sistem merit dan manjemen ASN mempunyai keuntungan masing-masing. Bagi organisasi, penerapan keijakan tersebut akan mendukung keberadaan prinsip akuntabilitas yang saat ini menjadi tuntutan dalam sektor publik. Bagi ASN, kebijakan tersebut menjamin keadilan dan juga menyediakan ruang keterbukaan dalam perjalanan karir seorang pegawai.
Pegawai ASN harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai politik. ASN berfungsi sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, serta perekat dan pemersatu bangsa yang berhak atas gaji, tunjangan, 19 fasilitas, cuti, jaminan pensiun dan jaminan hari tua, perlindungan, serta pengembangan kompetensi, dan kewajiban yang meliputi:
a). setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan pemerintah yang sah;
b). menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
c). melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang;
d). menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;
e). melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran, dan tanggung jawab;
11
f). menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan;
g). menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur negara yang menjalankan kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai politik. Kedudukan ASN berada di pusat, daerah, dan luar negeri. Namun demikian pegawai ASN merupakan satu kesatuan. Untuk menjalankan kedudukannya tersebut, maka Pegawai ASN berfungsi sebagai berikut:
1) Pelaksana kebijakan publik;
2) Pelayan publik;
3) Perekat dan pemersatu bangsa.
Selain fungsi tersebut, selanjutnya Pegawai ASN bertugas:
1) Melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2) Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas.
3) Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Selanjutnya peran dari Pegawai ASN: perencana, pelaksana, dan pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang profesional, bebas dari intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
12
ASN dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya harus menerapkan kode etik dan kode perilaku yang tertuang dalam UU No 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. Kode etik dan kode perilaku tersebut antara lain:
1) Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggungjawab, dan berintegritas tinggi;
2) Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
3) Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
4) Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau pejabat yang berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundangundangan dan etika pemerintahan;
5) Menjaga kerahasian yang menyangkut kebijakan negara;
6) Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggungjawab, efektif, dan efisien;
7) Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya;
8) Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan;
9) Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan, dan jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain;
10) Memegang teguh nilai dasar asn dan selalu menjaga reputasi dan integritas asn;
11) Melaksanakan ketentuan peraturan perundang- undangan mengenai disiplin pegawai ASN.
Selain itu agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik, mampu meningkatkan produktivitas, menjamin kesejahteraan ASN dan akuntabel, maka setiap ASN
13
diberikan hak. Sesuai dengan asas proposionalitas, ASN yan g telah memperoleh hak tentu harus menjalankan kewajibannya sesuai dengan tugas dan tanggungjawab. Dalam manajemen ASN, untuk mendapatkan profil pegawai yang produktif, efektif dan efisien tersebut diperlukan sebuah sistem pengelolaan SDM yang mampu memberikan jaminan keamanan dan kenyamanan bagi individu yang bekerja didalamnya. Sebuah sistem yang efisien, efektif, adil, terbuka/transparan, dan bebas dari kepentingan politik/individu/kelompok tertentu. Sistem merit yang berdasarkan pada obyektivitas dalam pengelolaan ASN menjadi pilihan bagi berbagai organisasi untuk mengelola SDM. Kualifikasi, kemampu an , pengetahuan dan juga ketrampilan pegawai yang menjadi acuan dalam pengelolaan ASN berdasar sistem merit menjadi fondasi untuk memiliki pegawai yang kompeten dan bahagia dalam organisasi karena mereka memiliki kepercayaan diterapkannya keadilan dalam organisasinya.
b. Pelayanan Publik
Undang-undang nomor 25 tahun 2009 tentang pelayanan publik mendefinisikan pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan pu blik.
Unsur pelayanan publik terdiri dari organisasi penyelenggara pelayanan publik, penerima layanan, dan kepuasan publik.
Sementara itu, penyelenggara pelayanan publik meliputi instansi pemerintah, BUMN/BUMD lembaga independen, dan organisasi masyarakat atau swasta. Dasar diselenggarakannya pelayanan publik meliputi hak warga negara, penyelenggaraan dengan pajak yang dibayar oleh warga negara, adanya 20 tujuan untuk mencapai hal-hal strategis, pemenuhan kebutuhan, dan proteksi bagi warga negara.
14
Prinsip pelayanan publik yang baik untuk mewujudkan pelayanan yang prima antara lain:
1. Partisipatif dalam penyelenggaraan pelayanan publik yan g dibutuhkan masyarakat pemerintah perlu melibatkan masyarakat dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasilnya.
2. Transparan dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah sebagai penyelenggara pelayanan publik harus menyediakan akses bagi warga negara untuk mengetahui segala hal yang terkait dengan pelayanan publik yang diselenggarakan tersebut, seperti: persyaratan, prosedur, biaya, dan sejenisnya. Masyarakat juga harus diberi akses yang sebesar-besarnya untuk mempertanyakan dan menyampaikan pengaduan apabila mereka merasa tidak puas dengan pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah.
3. Responsif dalam penyelenggaraan pelayanan publik pemerintah wajib mendengar dan memenuhi tuntutan kebutuhan warga negaranya. Tidak hanya terkait dengan bentuk dan jenis pelayanan publik yang mereka butuhkan akan tetapi juga terkait dengan mekanisme penyelenggaraan layanan, jam pelayanan, prosedur, dan biaya penyelenggaraan pelayanan. Sebagai klien masyarakat, birokrasi wajib mendengarkan aspirasi dan keinginan masyarakat yang menduduki posisi sebagai agen.
4. Tidak diskriminatif. Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah tidak boleh dibedakan antara satu warga negara dengan warga negara yang lain atas dasar perbedaan identitas warga negara, seperti: status sosial, pandangan politik, enisitas, agama, profesi, jenis kelamin atau orientasi seksual, difabel, dan sejenisnya.
5. Mudah dan Murah. Penyelenggaraan pelayanan publik dimana masyarakat harus memenuhi berbagai persyaratan
15
dan membayar fee untuk memperoleh layanan yang mereka butuhkan harus diterapkan prinsip mudah, artinya berbagai persyaratan yang dibutuhkan tersebut masuk akal dan mudah untuk dipenuhi. Murah dalam arti biaya yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk mendapatkan layanan tersebut terjangkau oleh seluruh warga negara. Hal ini perlu ditekankan karena pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah tidak dimaksudkan untuk mencari keuntungan melainkan untuk memenuhi mandat konstitusi.
6. Efektif dan Efisien. Penyelenggaraan pelayan publik h aru s mampu mewujudkan tujuan-tujuan yang hendak dicapainya (untuk melaksanakan mandat konstitusi dan mencapai tujuan-tujuan strategis negara dalam jangka panjang) dan cara mewujudkan tujuan tersebut dilakukan dengan prosedur yang sederhana, tenaga kerja yang sedikit, dan biaya yang murah.
7. Aksesibel. Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah harus dapat dijangkau oleh warga negara yan g membutuhkan dalam arti fisik (dekat, terjangkau dengan kendaraan publik, mudah dilihat, gampang ditemukan , dan lain-lain.) dan dapat dijangkau dalam arti non -fisik yang terkait dengan biaya dan persyaratan yang harus dipenuhi oleh masyarakat untuk mendapatkan layanan tersebut.
8. Akuntabel. Penyelenggaraan pelayanan public dilakukan dengan menggunakan fasilitas dan sumber daya manusia yang dibiayai oleh warga negara melalui pajak yang mereka bayar. Oleh karena itu semua bentuk penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat dipertanggung-jawabkan secara terbuka kepada masyarakat. Pertanggungjawaban di sini tidak hanya secara formal kepada atasan (pejabat atau unit organisasi yang lebih tinggi secara vertikal) akan tetapi yang lebih penting harus dipertanggungjawabkan secara terbuka kepada masyarakat luas melalui media publik baik cetak
16
maupun elektronik. Mekanisme pertanggungjawaban yang demikian sering disebut sebagai social accountability.
9. Berkeadilan. Penyelenggaraan pelayanan public yang dilakukan oleh pemerintah memiliki berbagai tujuan. Salah satu tujuan yang penting adalah melindungi warga negara dari praktik buruk yang dilakukan oleh warga negara yang lain. Oleh karena itu penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat dijadikan sebagai alat melindungi kelompok rentan dan mampu menghadirkan rasa keadilan bagi kelompok lemah ketika berhadapan dengan kelompok yang kuat.
Selain itu, dalam melaksanakan pelayanan publik ASN h arus menerapkan kode etik ASN yakni:
1. Melaksanakan tugas dan wewenang sesuai ketentuan yang berlaku;
2. Menjaga informasi yang bersifat rahasia;
3. Melaksanakan setiap kebijakan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang;
4. Membangun etos kerja untuk meningkatkan kinerja organisasi;
5. Menjalin kerjasama secara kooperatif dengan unit kerja lain yang terkait;
6. Memiliki kompetensi dalam pelaksanaan tugas;
7. Patuh dan taat terhadap standar operasional dan tata kerja;
8. Mengembangkan pemikiran secara kreatif dan inovatif;
9. Berorientasi pada upaya peningkatan kualitas kerja.
c. Whole of Government (WoG)
WoG pada dasarnya adalah sebuah pendekatan fungsi dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan bersama dalam Pembangunan kebijakan, manajemen program, dan pelayanan publik. Prinsip dasar WoG adalah koordinasi, integrasi,
17
simplifikasi, dan sinergitas antar Lembaga pelayan publik demi memcapai kepuasan pelanggan layanan. Oleh karenanya WoG ju ga dikenal sebagai pendekatan interagency, yaitu pendekatan yang melibatkan sejumlah kelembagaan yang terkait dengan urusan - urusan yang relevan. Terdapat beberapa alasan yang menyebabkan mengapaWoG menjadi penting dan tumbuh sebagai pendekatan yang mendapatkan perhatian dari pemerintah. Pertama, adalah adanya faktor-faktor eksternal sepertidorongan publik dalam mewujudkan integrasi kebijakan, program pembangunan dan pelayanan agar terciptapenyelenggaraan pemerintahan yang lebih baik. Selain itu perkembangan teknologi informasi, situasi dan dinamika kebijakan yang lebih kompleks juga mendorong pentingnya WoG dalam menyatukan institusi pemerintah sebagai penyelenggara kebijakan dan layanan publik. Kedua, terkait faktor-faktor internal dengan adanya fenomena ketimpangan kapasitas sektoral sebagaiakibat dari adanya nuansa kompetisi antar sektor dalampembangunan. Satu sektor bisa menjadi sangat superior terhadap sektor lain, atau masing-masing sector tumbuh namun tidak berjalan beriringan, melainkan justru kontraproduktif atau saling membunuh. Masing-masing sektor menganggap bahwa sektornya lebih penting dari yang lainnya. Terdapat beberapa cara pendekatan WoG yang dapatdilakukan, baik dari sisi penataan institusi formal maupuninformal. Cara-cara ini pernah dipraktekkan oleh beberapa negara, termasuk Indonesia dalam level-level tertentu. Cara-cara ini antara lain: penguatan koordinasi antar lembaga, 23 membentuk lembaga koordinasi khusus, membentuk gugus tugas, dan koalisi social. Adapun tantangan yang akandihadapi dalam penerapan WoG di tataran praktek antara lain adalah: Kapasitas SDM dan Institusi, Nila dan Budaya Organisasi, dan Kepemimpinan
Dari pengertian-pengertian di atas, dapat diketahui bahwa karakteristik pendekatan WoG dapat dirumuskan dalam prinsip- prinsip antara lain :
1) Kolaborasi 2) Kebersamaan
18 3) Kesatuan
4) Tujuan bersama
5) Mencakup keseluruhan aktor dari seluruh sektor dalam pemerintahan.
Pendekatan WOG berfokus kepada pengembangan kebijakan, manajemen program dan pelayanan publik. Dalam banyak literatur lainnya, WoG juga sering disamakan atau minimal disandingkan dengan konsep policy integration, policy coherence, cross-cutting policy-making, joined-up government, concerned decision making, policy coordination atau cross government. WoG memiliki kemiripan karakteristik dengan konsep-konsep tersebut, terutama karakteristik integrasi institusi atau penyatuan pelembagaan baik secara formal maupun informal dalam satu wadah.
Terdapat 3 hal yang membuat WoG menjadi penting dan tumbuh sebagai pendekatan yang mendapatkan perhatian dari pemerintah, diantaranya:
1) Adanya faktor-faktor eksternal, seperti dorongan publik dalam mewujudkan integrasi kebijakan.
2) Terkait faktor-faktor internal dengan adanya fenomena ketimpangan kapasitas sektoral sebagai akibat dari adanya nuansa kompetisi antar sektor dalam pembangunan, seperti satu sektor bisa menjadi sangat superior terhadap sector lain.
3) Keberagaman latar belakang nilai, budaya, adat istiadat, serta bentuk latar belakang lainnya mendorong adanya potensi disintegrasi bangsa.
Terdapat beberapa cara pendekatan WoG yang dapat dilakukan, baik dari sisi penataan institusi formal maupun informal, diantaranya:
1) Penguatan koordinasi antar lembaga 2) Membentuk lembaga koordinasi khusus
19 3) Membentuk gugus tugas 4) Koalisi sosial
Beberapa tantangan yang akan muncul dan harus dihadapi dalam penerapan WoG antara lain adalah:
1. Kapasitas SDM dan institusi
Kapasitas SDM dan institusi-institusi yang terlibat dalam WoG tidaklah sama. Perbedaan kapasitas ini bisa menjadi kendala serius ketika pendekatan WoG, misalnya, mendorong terjadinya merger atau akuisisi kelembagaan, di mana terjadi penggabungan SDM dengan kualifikasi yang berbeda.
2. Nilai dan budaya organisasi
Seperti halnya kapasitas SDM dan institusi, nilai dan budaya organisasi pun menjadi kendala manakala terjadi upaya kolaborasi sampai dengan penyatuan kelembagaan.
3. Kepemimpinan
Kepemimpinan menjadi salah satu kunci penting dalam pelaksanaan WoG Kepemimpinan yang dibutuhkan adalah kepemimpinan yang mampu mengakomodasi perubahan nilai dan budaya organisasi serta meramu SDM yang tersedia guna mencapai tujuan yang diharapkan. Praktek WoG dalam pelayanan publik dilakukan dengan menyatukan seluruh sektor yang terkait dengan pelayan an publik.
Jenis pelayanan publik yang dikenal dapat didekati oleh pendekatan WoG sebagai berikut:
1) Pelayanan yang bersifat administratif, yaitu pelayanan publik yang menghasilkan berbagai produk dokumen resmi yang dibutuhkan warga masyarakat. Dokumen yang dihasilkan seperti KTP, status kewarganegaraan, status usaha, surat kepemilikan, atau penguasaan atas barang,
20
termasuk dokumen-dokumen resmi seperti SIUP, izin trayek, izin usaha, akta, sertifikat tanah dan lain -lain.
2) Pelayanan jasa, yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa yang dibutuhkan warga masyarakat, seperti pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, perhubungan dan lainlain.
3) Pelayanan barang, yaitu pelayanan yang menghasilkan jenis barang yang dibutuhkan warga masyarakat, seperti jalan, jembatan, perumahan, jaringan telepon, listrik, air bersih, dan lain-lain
4) Pelayanan regulatif, yaitu pelayanan melalui penegakan hukuman dan peraturan perundang-undangan, maupun kebijakan publik yang mengatur sendi-sendi kehidupan masyarakat.
Berdasarkan polanya, pelayanan publik dapat dibedakan dalam 5 (lima) macam pola pelayanan sebagaimana berikut ini.
1. Pola Pelayanan Teknis Fungsional;
2. Pola Pelayanan Satu Atap;
3. Pola Pelayanan Satu Pintu;
4. Pola Pelayanan Terpusat;
5. Pola Pelayanan Elektronik.
2. Nilai-nilai Dasar PNS
PNS dalam melaksanakan peran dan kedudukannya harus selalu menerapkan nilai-nilai dasar PNS atau yang biasa disingkat ANEKA, yakni Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi.
a. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kewajiban pertanggung jawaban yang harus dicapai. Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya, yaitu terwujudnya nilai-nilai publik.
Adapun nilai-nilai publik tersebut berupa kemampuan untuk
21
mengambil keputusan yang tepat dan benar ketika terjadi konflik kepentingan, pemahaman dan kesadaran untuk menghindari keterlibatan dalam politik praktis, memperlakukan warga negara secara sama dan adil, serta memiliki sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat diandalkan. Indikatorindikator yang terkandung dalam akuntabilitas adalah sebagai berikut:
a. Integritas
Integritas adalah bertindak konsisten sesuai dengan nilai-nilai dan kebijakan organisasi serta kode etik profesi, walaupun dalam keadaan yang sulit untuk melakukannya. Integritas menunjukkan keteguhan sikap, menyatunya perbuatan dan nilai-nilai moral yang dianut seseorang. Dengan adanya integritas menjadikan suatu kewajiban untuk menjunjung tinggi dan mematuhi semua hukum yang berlaku, undang-undang, kontrak, kebijakan, dan peraturan yang berlaku. Dengan adanya integritas institusi, dapat memberikan kepercayaan dan keyakinan kepada publik dan/atau stakeholders.
b. Tanggung Jawab (Responsibilitas)
Responsibilitas institusi dan responsibilitas perseorangan memberikan kewajiban bagi setiap individu dan lembaga, bahwa ada suatu konsekuensi dari setiap tindakan yang telah dilakukan, karena adanya tuntutan untuk bertanggung jawab atas keputusan yang telah dibuat. Responsibilitas terbagi dalam responsibilitas perorangan dan responsibilitas institusi.
1) Responsibilitas Perseorangan
a) Adanya pengakuan terhadap tindakan yang telah diputuskan dan tindakan yang telah dilakukan
b) Adanya pengakuan terhadap etika dalam pengambilan keputusan
c) Adanya keterlibatan konstituen yang tepat dalam keputusan
2) Responsibilitas Institusi
a) Adanya perlindungan terhadap publik dan sumber daya
22
b) Adanya pertimbangan kebaikan yang lebih besar dalam pengambilan keputusan
c) Adanya penempatan ASN dan individu yang lebih baik sesuai dengan kompetensinya
d) Adanya kepastian kebijakan dan prosedur yang ditetapkan dan fungsinya untuk melindungi sumber daya organisasi.
3) Keadilan
Keadilan adalah semua hal yang berkenaan dengan sikap dan Tindakan dalam hubungan antar manusia, keadilan berisi sebuah tuntutan agar orang memperlakukan sesamanya sesuai dengan hak dan kewajibannya. Keadilan adalah landasan utama dari akuntabilitas. Keadilan harus dipelihara dan dipromosikan oleh pimpinan pada lingkungan organisasinya. Oleh sebab itu, ketidakadilan harus dihindari karena dapat menghancurkan kepercayaan dan kredibilitas organisasi yang mengakibatkan kinerja akan menjadi tidak optimal.
4) Kejelasan
Kejelasan juga merupakan salah satu elemen untuk menciptakan dan mempertahankan akuntabilitas. Agar individu atau kelompok dalam melaksanakan wewenang dan tanggung jawabnya, mereka harus\harapkan. Dengan demikian, fokus utama untuk kejelasan adalah mengetahui kewenangan, peran dan tanggung jawab, misi organisasi, kinerja yang diharapkan organisasi, dan sistem pelaporan kinerja baik individu maupun organisasi.
5) Laporan
Laporan kinerja adalah perwujudan dari akuntabilitas.
Laporan kinerja berisikan penjelasan tindakan dan hasil yang telah dicapai oleh individu atau kelompok atau institusi. Hal tersebut membuat laporan kinerja dapat digunakan sebagai bukti nyata dari hasil dan proses yang telah dilakukan. Dalam dunia birokrasi, bentuk akuntabilitas
23
setiap individu berwujud suatu laporan yang didasarkan pada kontrak kerja, sedangkan untuk institusi adalah Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP).
LAKIP berisikan perencanaan dan perjanjian kinerja pada tahun tertentu, penguuran dan analisis capaian kinerja, serta akuntabilitas keuangan.
6) Konsistensi
Konsistensi menjamin stabilitas. Penerapan yang tidak konsisten dari sebuah kebijakan, prosedur, sumber daya akan memiliki konsekuensi terhadap tercapainya lingkungan kerja yang tidak akuntabel, akibat melemahnya komitmen dan kredibilitas anggota organisasi.
7) Kejujuran
Kejujuran mencerminkan adanya akuntabilitas personal.
Kejujuran diperlukan dalam setiap melaksanakan tugas yang dibebankan pada individu. Kejujuran dalam akuntabilitas dimaksudkan pada upaya seseorang atau kelompok atau institusi untuk mengerjakan bagian pekerjaan yang telah dipercayakan kepadanya tanpa mengurangi atau menambahkan makna dalam proses kegiatan tersebut.
8) Netralitas
Netralitas merupakan salah satu indikator akuntabilitas.
Netralitas ditunjukkan dengan sikap netral ASN dari kepentingan tertentu. Netralitas berarti seorang ASN tidak memihak sesuatu pada sisi tertentu, memilki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan mencegah keterlibatan ASN dalam politik praktis.
9) Transparansi dan Akses Informasi Semua warga negara Indonesia berhak mendapatkan informasi publik dari semua Badan Publik. Informasi public adalah informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim, dan atau diterima oleh suatu Badan Publik yang berkaitan dengan penyelenggara dan penyelenggaraan Negara dan atau
24
penyelenggara dan penyelenggaraan Badan Publik lainnya yang sesuai dengan UndangUndang. Keterbukaan informasi memungkinkan adanya ketersediaan (aksesibilitas) informasi bersandar pada beberapa prinsip, yaitu:
a) Maksimum Acces Limited Exception (MALE), di mana semua informasi bersifat terbuka dan bisa diakses masyarakat, kecuali informasi yang dapat merugikan kepentingan publik;
b) Permintaan tidak perlu disertai alasan;
c) Mekanisme yang sederhana, murah, dan cepat d) Informasi harus untuh dan benar;
e) Informasi proaktif; dan
f) Perlindungan pejabat yang beritikad baik
10) Menghindari Praktek Kecurangan (Fraud) dan Perilaku Korup
Tiga cabang utama dari fraud adalah kecurangan tindak pidana korupsi, kecurangan penggelapan asset, dan kecurangan dalam hal laporan keuangan. Sebagai seorang ASN yang akuntabel harus terhindar dari praktek kecurangan dan perilaku korup. Pada umumnya fraud dapat terjadi karena dua hal yang dapat terjadi secara bersamaan, yaitu : (1) insentif atau tekanan untuk melakukan fraud; (2) sikap atau rasionalisasi untuk membenarkan Tindakan fraud.
11) Penggunaan Sumber Daya Milik Negara secara Bertanggung Jawab dan Efisien
Penggunaan sumber daya milik negara mengacu pada pemanfaatan segala fasilitas yang disediakan maupun yang diberikan oleh suatu instansi pemerintahan dengan tujuan untuk mencapai tujuan organisasi dalam melayani publik. Beberapa catatan yang harus diperhatikan ASN atau pegawai dalam pemanfaatan sumber daya milik Negara atau yang lebih dikenal sebagai fasilitas publik
25
seperti penggunaannya harus sesuai dengan prosedur yang berlaku, dilakukan secara bertanggung jawab dan efisien, dan pemeliharaan fasilitas dilakukan secara ben ar dan bertanggung jawab.
12) Penyimpanan dan Penggunaan Data dan Informasi Pemerintah
Akuntabilitas dalam hal ini adalah bagaimana pemerin tah atau aparatur dapat menjelaskan semua aktifitasnya dengan memberikan data dan informasi yang akurat terhadap apa yang telah mereka laksanakan, sedang dilaksanakan, dan akan dilaksanakan. Yang menjadi catatan adalah datadan informasi tersebut harus relevant (relevan), reliable (dapat dipercaya), understandable (dapat dimengerti), serta comparable (dapat diperbandingkan) dan yang terpenting adalah mudah diakses oleh para pengguna/stakeholder.
13) Mengatasi Konflik Kepentingan
Konflik kepentingan adalah situasi yang timbul dimana tugas publik dan kepentingan pribadi saling bertentangan.
Tidak masalah jika seseorang tersebut punya konflik kepentingan, tapi bagaimana seseorang tersebut menyikapinya. Ada dua jenis umum konflik kepentingan yaitu berkaitan dengan keuangan dan non keuangan.
Dalam hal keuangan yaitu penggunaan sumber daya lembaga (termasuk dana peralatan atau sumber daya aparatur) untuk kepentingan pribadi. Sedangkan non keuangan berkaitan dengan penggunaan posisi atau wewenang untuk membantu diri sendiri dan atau orang lain.
b. Nasionalisme
Nasionalisme secara politis merupakan manifestasi kesadaran nasional yang mengandung cita-cita dan pendorong bagi suatu
26
bangsa, baik untuk merebut kemerdekaan atau mengenyahkan penjajahan maupun sebagai pendorong untuk membangun dirinya maupun lingkungan masyarakat, bangsa, dan negaran ya.
Nasionalisme dalam arti sempit adalah suatu sikap yang meninggikan bangsanya sendiri, sekaligus tidak menghargai bangsa lain sebagaimana mestinya yang dapat menceraiberaikan bangsa yang satu dengan bangsa lainnya.
Sedangkan secara luas, nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa cinta yang wajar terhadap bangsa dan negara, dan sekaligus menghormati bangsa lain. Nasionalisme juga berperan penting dalam pembinaan karakter bangsa. Adapun indikator- indikator yang terkandung dalam nasionalisme, yaitu:
a) Taqwa
Sila pertama Pancasila yang menitik beratkan pada ketaatan umat beragama dalam menjalankan segala perintah dan menjauhi segala larangan dalam agamanya. Contoh praktis lainnya adalah mengucapkan doa setiap memulai dan mengakhiri suatu pekerjaan, bersyukur atas setiap nikmat yang diberikan Allah, menyesal setiap membuat kesalahan dan segera mohon ampun kepada Tuhan, menolak setiap ajakan untuk melakukan perbuatan tercela, dan lainnya.
b) Demokratis
Merupakan pengamalan sila keempat Pancasila, yaitu suatu kondisi dimana individu memiliki kebebasan untuk mengutarakan kehendak dan pendapat, serta menghormati adanya perbedaan pendapat.
c) Adil
Adil berasal dari bahasa Arab yang berarti berada di tengah tengah, jujur, lurus, dan tulus. Secara terminologis adil bermakna suatu sikap yang bebas dari diskriminasi, dan ketidakjujuran. Adil merupakan bentuk pengamalan Pancasila sila kelima. Sikap adil berarti memperlakukan setiap orang dengan tidak memihak atau berat sebelah, baik itu masyarakat maupun rekan kerja. Adil juga dapat berupa
27
tindakan tidak diskriminasi, yaitu setiap perilaku untuk tidak membatasi, tidak melecehkan, atau tidak mengucilkan berdasarkan pada pembedaan agama, suku, ras, etnik, kelompok, golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa dan keyakinan politik
d) Cinta tanah air atau pengabdian
Merupakan bentuk loyalitas warga negara terhadap NKRI dengan mementingkan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi.
e) Gotong royong
Merupakan bentuk kerja sama yang saling membantu demi kepentingan umum, bersama membantu orang lain, Bersama membela kebenaran, dan bekerja giat dalam kelompok kerja f) Menghargai
Merupakan tindakan tidak mencela hasil karya orang lain dan mengapresiasi (memberi pujian ataupun mengucapkan terima kasih) atas pemberian ataupun bantuan orang lain g) Rela berkorban Merupakan sikap yang mencerminkan adanya kesediaan memberikan sesuatu yang dimiliki untuk orang lain, suatu kelompok kerja atau negara, walaupun akan menimbulkan kehilangan atau penderitaan terhadap diri sendiri. Nasionalisme ialah suatu sikap politik dari masyarakat suatu bangsa yang mempunyai kesamaan kebudayaan, dan wilayah serta kesamaan cita-cita dan tujuan, dengan demikian masyarakat suatu bangsa tersebut merasakan adanya kesetiaan yang mendalam terhadap bangsa itu sendiri. Selain itu, nasionalisme dapat ditumbuhkan dengan menginternalisasi nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila yaitu:
1. Nilai Ketuhanan
Bangsa Indonesi merupakan bangsa yang religius dan mengakui serta meyakini adanya Tuhan sebagai pencipta alam semesta dan setiap tingkah laku yang kita perbuat kelak akan dimintai pertanggungjawaban.
28 2. Nilai Kemanusiaan
Nilai yang bersumber dari kesadaran dalam melaksanakan sesuatu sesuai norma perilaku dan hati nurani sebagaimana mestinya.
3. Nilai Persatuan
Menjunjung tinggi prinsip keberagaman yang mempersatukan sesuai dengan pemaknaan Bhinneka Tunggal Ika.
4. Nilai Kerakyatan
Mengedepankan kepentingan rakyat/publik dan penyelesaian masalah secara musyawarah untuk mufakat.
5. Nilai Keadilan
Perilaku tidak diskriminatif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
c. Etika Publik
Etika publik merupakan refleksi atas standar norma yang menentukan baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik dalam rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik. Etika sebenarnya dapat dipahami sebagai sistem penilaian perilaku serta keyakinan untuk menentukan perbuatan yang pantas gu n a menjamin adanya perlindungan hak-hak individu, mencakup cara-cara dalam pengambilan keputusan untuk membantu membedakan hal-hal yang baik dan yang buruk serta mengarahkan apa yang seharusnya dilakukan sesuai nilai-nilai yang dianut. Dalam melaksanakan tugasnya, ASN memiliki kode etik yang mengatur tingkah laku mereka, diantarnya:
a) Melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas tinggi.
b) Melaksanakan tugas dengan cermat dan disiplin.
29
c) Melayani dengan sikap hormat, sopan , dan tanpa tekanan.
d) Melaksanakan tugas sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
e) Melaksanakan tugas sesuai dengan perintah atasan atau pejabat yang berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika
pemerintahan.
f) Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara.
g) Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif, dan efisien.
h) Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugas;
i) Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lainxyang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan.
j) Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan, dan jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi dirixsendiri atau oran g lain
k) Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas ASN.
l) Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai disiplin pegawai ASN Selain itu, terdapat nilai-nilai dasar etika publik yang tercantum dalam undang-undang ASN, diantaranya:
1. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi negara pancasila.
2. Setia dan mempertahankan UUD 1945.
3. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
4. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
5. Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.
6. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.
7. Mempertanggung jawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik.
30
8. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program pemerintah
9. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
10. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
11. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama.
12. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.
13. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
14. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai perangkat sistem karir. Secara singkat, indikator-indikator yang mencerminkan etika publik, sebagai berikut:
a) Profesional, yaitu mengerjakan suatu pekerjaan sesuai dengan keahlian atau kompetensi yang dimiliki;
b) Teliti; yaitu melakukan pekerjaan dengan cermat dan mampu memandang potensi permasalahan kerja yang berkaitan dengan pelayan publik serta menemukan pemecahan yang sesuai.;
c) Menghargai komunikasi; yaitu dicerminkan oleh sikap mendengarkan saat orang lain berbicara, tidak memotong pembicaraan dan tidak menentang atasan di depan khalayak ramai;
d) Sopan santun, yaitu suatu etika atau norma terhadap tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam bekerja; dan
e) Ramah; yaitu sikap bersahabat dan merasa senangsaat berjumpa dengan orang lain, baik itu rekan kerja ataupun atasan.
31 d. Komitmen Mutu
Komitmen Mutu merujuk kepada kemampuan untuk bekerja secara efektif dan efisien, serta dapat menciptakan inovasi- inovasi baru untuk mempertahankan bahkan meningkatkan mutu pelayanan institusi. Adapun indikator-indikator yang terkan du ng dalam nilai komitmen mutu, yaitu:
a. Efektivitas, menunjukkan tingkat ketercapaian target yang telah direncanakan, baik menyangkut jumlah maupun mutu hasil kerja. Bekerja secara efektif adalah memanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu
yang telah ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan output sesuai target yang direncanakan tepat pada waktunya.
b) Efisiensi, merupakan tingkat ketepatan realisasi penggunaan sumberdaya dan bagaimana pekerjaan dilaksanakan, sehingga tidak terjadi pemborosan sumberdaya, penyalahgunaan alokasi, penyimpangan prosedur, dan mekanisme yang keluar alur. Tingkat efisiensi diukur dari penghematan biaya, waktu, tenaga, dan pikiran dalam menyelesaikan kegiatan.
c) Inovasi, dalam arti sempit adalah penemuan sesuatu yang baru atau mengandung kebaruan. Sedangkan dalam arti yan g luas adalah gagasan kreatif yang lahir dari hasil pemikiran individu yang mampu menyebabkan munculnya berbagai prakarsa sehingga dapat memperkaya program kerja dan memunculkan perbedaan produk/jasa, seiring dengan berkembangnya kebutuhan pelanggan. Menurut Joe Tido, John Bessant, dan Keith Pavitt, empat fokus inovasi, yaitu:
1) product innovation (menyangkut perubahan produk/jasa yang dihasilkan);
2) process innovation (menyangkut perubahan dalam cara pembuatan dan/atau pengiriman;
3) position innovation (menyangkut perubahan dalam konteks promosi untuk memerkenalkan produk/jasa); dan
32
4) paradigm innovation (menyangkut perubahan dalam hal model mental atau kerangka kerja organisasi).
5) Orientasi pada mutu, yaitu komitmen terhadap pekerjaan untuk memberikan pelayanan yang menitik beratkan pada mutu yang terbaik yang dapat diberikan kepada masyarakat. Mutu adalah kondisi dinamis berkaitan dengan produk, jasa, manusia, dan lingkungan yang sesuai atau bahkan melebihi harapan konsumen atau pengguna. Mutu ada dalam persepsi orang secara individual yang diukur dari tingkat kepuasan masing- masing terhadap produk/jasa yang diterimanya. Nilai-nilai dasar orientasi mutu dalam memberikan layanan prima sekurang-kurangnya akan mencakup hal-hal berikut:
a) Mengedepankan komitmen terhadap kepuasan customers/clients;
b) Memberikan layanan yang menyentuh hati, untuk menjaga dan memelihara agar customers/clients tetap setia;
c) Menghasilkan produk/jasa yang berkualitas tinggi:
tanpa cacat, tanpa kesalahan, dan tidak ada pemborosan;
d) Beradaptasi dengan perubahan yang terjadi, baik berkaitan dengan pergeseran tuntutan kebutuhan customers/clients maupun perkembangan teknologi;
e) Menggunakan pendekatan ilmiah dan inovatif dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan;
dan melakukan upaya perbaikan secara berkelanjutan melalui berbagai cara, antara lain: pendidikan, pelatihan, pengembangan ide kreatif, kolaborasi, dan benchmark.
f) Kreatifitas, yaitu proses mengembangkan dan mengekspresikan gagasan yang bermanfaat bagi penyelesaian suatu kegiatan. Kreativitas biasanya membuat proses kegiatan menjadi lebih mudah dan
33
efisien dalam mencapai kualitas hasil yang lebih baik.
Misalnya memanfaatkan teknologi informasi untuk melaksanakan suatu proses/tahapan kegiatan agar lebih cepat dan lebih teliti sehingga hasil dari kegiatan terebut kualitasnya menjadi lebih baik.
Selain itu, dalam melakukan pelayanan publik, ASN harus berorientasi pada mutu pelayanan demi kepuasan pelanggan/masyarakat. Nilai dasar orientasi mutu yakni:
2. Komitmen pada kepuasan pelanggan 3. Cepat, tepat, dan ramah
4. Melayani dengan hati 5. Melindungi dan mengayomi 6. Perbaikan berkelanjutan
e. Anti Korupsi
Anti korupsi adalah segala kegiatan yang berhubungan dengan kemampuan menolak terhadap perilaku korupsi.
Indikator-indikator yang dapat mencerminkan anti korupsi, sebagai berikut:
1. Kejujuran merupakan sikap yang melakukan segala sesuatu sesuai dengan apa yang sebenarnya. Dalam suatu organisasi atau pekerjaan, seseorang akan dituntut untuk selalu melakukan kejujuran dalam setiap tindakannya agar tidak merugikan organisasi.
2. Peduli, yaitu suatu sikap untuk memiliki rasa empati terhadap orang lain. Dengan sikap peduli, seseorang dapat membatasi keinginan atau kepentingannya sendiri, sehingga ia dapat memprioritaskan kebutuhan orang lain.
3. Mandiri, yaitu membentuk karakter yang kuat pada diri seseorang sehingga menjadi tidak bergantung terlalu banyak pada orang lain. Pribadi yang mandiri tidak akan menjalin hubungan dengan pihakpihak yang tidak bertan ggu n g jawab demi mencapai keuntungan sesaat. Kaitannya dengan nilai
34
dasar profesi ASN, misalnya adalah dengan mengerjakan pekerjaan individu secara mandiri dan tidak melimpahkan nya kepada orang lain.
4. Disiplin, yaitu bekerja dengan taat/patuh terhadap segala peraturan/tata tertib yang berlaku, seperti hadir dan pulang pada waktu yang telah ditentukan, tidak menggunakan waktu bekerja untuk urusan pribadi dan lain sebagainya. Disiplin mengajarkan seseorang untuk melakukan segala sesuatu sesuai aturan (SOP/Standard Operating Procedure) dan tidak melakukan berbagai bentuk kecurangan untuk menghindari aturan yang ada.
5. Tanggung jawab, menggambarkan bahwa ada suatu konsekuensi dari setiap tindakan yang telah dilakukan, karena adanya tuntutan untuk bertanggung jawab atas keputusan yang telah dibuat.
6. Kerja keras adalah kegiatan yang dikerjakan secara sungguh - sungguh tanpa mengenal lelah atau berhenti sebelum target kerja tercapai dan selalu mengutamakan atau memperhatikan kualitas hasil pada setiap kegiatan yang dilakukan. Kerja keras dapat diartikan bekerja mempunyai sifat yang bersungguhsungguh untuk mencapai sasaran yang ingin dicapai dengan memanfaatkan waktu optimal sehingga kadang-kadang tidak mengenal waktu, jarak, dan kesulitan yang dihadapinya. Ciri-ciri bekerja keras adalah bersemangat dan berusaha keras untuk meraih hasil yang baik dan maksimal.merupakan hal yang penting dalam rangka tercapainya target dari suatu pekerjaan. Jika target dapat tercapai, peluang untuk korupsi secara materiil maupun non materiil (waktu) menjadi lebih kecil;
7. Sederhana, yaitu suatu sikap untuk hidup berkecukupan dengan halhal yang memang menjadi kebutuhan, bukan oleh keinginan. Dengan sikap ini, seseorang tidak menunjukkan gaya hidup secara berlebihan, seperti hedonisme, berfoya- foya dll.
35
8. Berani, yaitu berani untuk melaporkan pada atasan atau pihak yang berwenang jika mengetahui ada pegawai yang melakukan kesalahan. Bisa juga berarti berani untuk menolak sesuatu yang salah atau tidak sesuai dengan SOP, berani menolak gratifikasi dan berani menolak ajakan dari siapapun untuk melakukan praktek korupsi.
9. Adil, berarti memperlakukan setiap orang dengan tidak memihak atau berat sebelah, baik itu masyarakat maupun rekan kerja.
C. Rancangan
1. Aktualisasi Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI a. Identifikasi dan Prioritas Isu
1) Identifikasi Isu
Secara umum isu diartikan sebagai suatu fenomena/kejadian yang diartikan sebagai masalah/permasalahan, sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) isu adalah masalah yang dikedepankan untuk ditanggapi; kabar yang tidak jelas asal-usulnya dan tidak terjamin kebenarannya; kabar angin; desas desus. Isu dapat dikategorikan menjadi 3 kelompok berdasarkan tingkat urgensinya, yaitu isu saat ini, isu berkembang, dan isu potensial. Isu-isu yang terjadi di PTRR sangat beraneka ragam.
Beberapa isu bersifat menyeluruh terhadap kegiatan di PTRR sedangkan lainnya bersifat spesifik terhadap bidang-bidang yang ada di PTRR. Isu yang diangkat dalam rancangan aktualisasi ini didasarkan pada 3 hal, yang pertama adalah dari konsultasi dan storytelling dengan pegawai-pegawai senior di PTRR, yang kedua dari pengamatan penulis langsung dilapangan dan yang ketiga dari hasil analisis tugas pokok dan fungsi PTRR.
36
Tabel II.1 Penjabaran Isu yang muncul
No Sumber Isu Identifikasi Isu
(1) (2) (3)
1. Manajemen ASN Belum optimalnya pengelolaan dokumen perencanaan uji kualitas radioisotop dan radiofarmaka
Kegiatan pendayagunaan radioisotop dan radiofarmaka terjadwal hampir setiap minggu.
Produksi radioisotop dan radiofarmaka merupakan salah satu tugas dan fungsi PTRR.
Tahapan kegiatan tersebut antara lain, penyiapan bahan target; pengolahan bahan target menjadi produk; pengujian produk dan penyiapan dokumen hasil produk. Hasil pengamatan penulis dilapangan, proses uji kualitas dan penyiapan dokumen hasil pengujian masih bisa dioptimalkan lagi. Hal tersebut akan berkaitan dengan keselamatan, kesehatan dan kemudahan pegawai dalam melaksanakan tugasnya.
2. Manajemen ASN Belum efektifnya Knowledge Management pegawai antar generasi di PTRR
Isu ini muncul setelah ada storytelling dengan senior di PTRR. Adanya perbedaan gap generasi di PTRR menyebabkan pengelolaan pengetahuan belum efektif. Hal ini berpotensi hilangnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki oleh pegawai yang berkompeten di PTRR karena pegawai sudah pensiun. Pengalaman dan pengetahuan ini biasanya bersifat tersirat dan susah untuk diajarkan.
3. Manajemen ASN Belum efektifnya penggunaan APD di laboratorium uji radioisotop dan radiofarmaka Proses produksi radioisotop dan radiofarmaka tidak lepas dengan yang namanya zat radioaktif.
Kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan rangkaian Alat Pelindung Diri (APD) khusus. Hal tersebut dilakukan mengingat bahwa zat radioaktif dapat bereaksi dengan media yang dilaluinya tanpa terkecuali dengan tubuh manusia. Diskusi dengan senior dan hasil pengamatan dilapangan menunjukkan manajemen penggunaan APD di laboratorium
37
No Sumber Isu Identifikasi Isu
(1) (2) (3)
pengujian masih belum efektif kaitannya dengan keselamatan dan kesehatan terhadap pihak-pihak yang berkepentingan.
4. Whole of Government
Belum optimalnya sistem 5R dilaboratorium uji radioisotop dan radiofarmaka
Pembangunan gedung baru di PTRR, menambah adanya fasilitas laboratorium baru. Dari hasil pengamatan penulis dilapangan, penataan isi laboratorium baru menurut system 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) masih belum optimal.
Hal tersebut juga diperkuat masukkan senior yang bekerja di laboratorium tersebut. Penataan isi laboratorium akan mempengaruhi sistem kerja.
Dari isu yang muncul kemudian dianalisis menggunakan kriteria APKL Aktual, Problematik, Kekhalayakan, dan Layak. Aktual berarti isu tersebut benar- benar terjadi saat ini. Problematik artinya isu tersebut memiliki dimensi masalah yang kompleks. Kekhalayakan artinya isu tersebut menyangkut kemaslahatan banyak orang. Layak artinya isu tersebut masuk akal, realistis, relevan, dan dapat dimunculkan inisiatif pemecahan masalahnya.
Penilaian yang digunakan pada kriteria APKL adalah dengan mencentang kriteria yang terdapat dalam isu yang diidentifikasi.
Tabel II.2. Identifikasi Isu Menggunakan Kriteria APKL
No Identifikasi Isu Kriteria
Keterangan A P K L
1 Belum optimalnya pengelolaan dokumen perencanaan uji kualitas radioisotop dan radiofarmaka
Aktual :
Isu ini dianggap aktual karena proses produksi radioisotop dan radiofarmaka berlangsung setiap bulan termasuk pengujian kualitas didalamnya.
Problematik:
Isu ini dianggap problematik karena belum optimalnya kegiatan dari segi kesehatan pegawai dan kelancaran penyiapan dokumen dalam uji kualitas produk radioisotop dan radiofarmaka yang dilaksanakan rutin setiap bulan.
√ √ √ √ Memenuhi Syarat
38
No Identifikasi Isu Kriteria
Keterangan A P K L
Kekhalayakan:
Dipandang dari segi kekhalayakan, jika tidak diselesaikan dengan tuntas maka isu ini akan memiliki dampak yang luas terhadap kesehatan, keselamatan dan kelancaran jalannya proses pengujian radioisotop dan radiofarmaka.
Layak:
Isu ini layak untuk dibahas karena realistis dan relevan terhadap tugas dan fungsi bidang teknologi radioisotop.
2 Belum efektifnya Knowledge Management pegawai antar generasi di PTRR
Aktual:
Isu ini dianggap aktual karena merupakan masalah yang terjadi saat ini karena pada 5 tahun kedepan banyak sekali pegawai BATAN yang akan pensiun.
Problematik:
Isu ini dianggap problematik karena selain ilmu pengetahuan teknologi nuklir teoritis, pengetahuan pengalaman dilapangan juga diperlukan dalam mendukung kinerja di PTRR maupun BATAN. Pengalaman lapangan ini sifatnya tidak tertulis dan biasanya susah untuk ditransfer.
Kekhalayakan:
Dipandang dari segi kekhalayakan, jika tidak diselesaikan dengan tuntas maka isu ini akan memiliki dampak yang luas terhadap keberlangsungan dan pengetahuan teknologi nuklir di PTRR ataupun BATAN untuk pembaharuan generasi yang berkompeten.
Layak:
Isu ini kurang layak untuk dibahas karen a tidak menyangkut tugas dan fungsi bidang teknologi radioisotop. Isu ini menjadi relevan untuk bagian kepegawaian dan pusdiklat.
√ √ √ X Tidak Memenuhi Syarat
3 Belum efektifnya penggunaan APD di laboratorium uji radioisotop dan radiofarmaka
Aktual :
Isu ini dianggap aktual karena proses pengujian radioisotop dan radiofarmaka dilakukan setiap bulan dan masih belum
√ √ √ √ Memenuhi Syarat
39
No Identifikasi Isu Kriteria
Keterangan A P K L
optimalnya penerapan atau manajemen penggunaan APD disetiap kegiatannya.
Problematik:
Isu ini termasuk problematik karena memerlukan perlengkapan APD yang sesuai dan keahlian serta pengalaman dalam pengujian radioisotop dan radiofarmaka.
Kekhalayakan:
Dampak dari isu ini bisa berpengaruh terhadap keselamatan pegawai uji kualitas radioisotop dan radiofarmaka.
Layak:
Isu ini layak untuk dibahas karena realistis dan relevan terhadap tugas dan fungsi bidang teknologi radioisotop.
4 Belum optimalnya sistem 5R dilaboratorium uji radioisotop dan radiofarmaka
Aktual:
Isu ini adalah isu yang aktual berdasarkan keadaan dilapangan yaitu laboratorium pengujian radioisotop dan radiofarmaka saat ini.
Problematik:
Isu ini dianggap problematik karena melibatkan kualitas produk.
Kekhalayakan:
Dampak dari isu ini bisa saja berpengaruh terhadap proses radioisotop dan radiofarmaka, pihak ke-3 (kimia farmai Rumah Sakit) yang bekerjasama dengan PTRR maupun pihak pengawas yaitu BAPETEN.
Layak:
Isu ini layak untuk dibahas karena proses pemecahan masalahnya realistis dan relevan serta masuk akal.
√ √ √ √ Memenuhi Syarat
Keterangan :
A = Aktual √ = Ada
P = Problematik X = Tidak Ada
K = Kekhalayakan L = Layak