0
KAJIAN EKONOMI REGIONAL
Provinsi Sulawesi Utara
Triwulan III 2011
Kata Pengantar
Sesuai Pasal 7 UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No. 6 Tahun 2009 , dijelaskan bahwa tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Guna mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia mempunyai 3 (tiga) tugas yaitu menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran serta mengatur dan mengawasi bank. Sejalan dengan itu dan diperkuat oleh momentum otonomi daerah, setiap Kantor Bank Indonesia (KBI) yang berada di daerah, termasuk KBI Manado dituntut
berperan sebagai yang diharapkan mampu
memberikan informasi ekonomi dan keuangan daerah yang akurat, menyeluruh, dan terkini sebagai bahan masukan Kantor Pusat Bank Indonesia dalam perumusan dan penetapan kebijakan moneter yang tepat sasaran. Penyajian informasi ekonomi dan keuangan daerah tersebut, disusun dalam bentuk Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Sulawesi Utara secara triwulanan, yang berisi analisis mengenai kondisi makro ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta prospeknya ekonomi di triwulan mendatang.
Di samping itu, dalam rangka meningkatkan akuntabilitas Bank Indonesia melalui penyampaian informasi mengenai kondisi perekonomian dan keuangan kepada stakeholder maka KBI perlu menyampaikan informasi dimaksud kepada stakeholder di daerah seperti pemerintah daerah, lembaga pendidikan, institusi keuangan, dan lembaga lainnya di daerah. Kami senantiasa mengharapkan masukan dan saran untuk meningkatkan kualitas dan manfaat laporan di masa yang akan datang. Akhir kata, kiranya laporan ini dapat memberikan manfaat bagi yang berkepentingan dan kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini kami ucapkan terima kasih.
Manado, 30 September 2011 BANK INDONESIA MANADO
Ramlan Ginting Pemimpin
2
Daftar Isi
KATA PENGANTAR halaman 1 DAFTAR ISI halaman 2
RINGKASAN EKSEKUTIF halaman 5
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL halaman 13 Sisi Permintaan halaman 13 Sisi Penawaran halaman 21
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH halaman 31 Inflasi Tahunan (yoy) halaman 32 Inflasi Triwulanan (qtq)
Inflasi Bulanan (mtm) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Boks 1 halaman 32 halaman 33 halaman 35 halaman 40
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH halaman 43 Struktur Aset Perbankan halaman 43 Perkembangan Kantor Bank halaman 43 Perkembangan Bank Umum Konvensional
Stabilitas Sistem Perbankan Perkembangan Perbankan Syariah Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat
halaman 45 halaman 52 halaman 55 halaman 56
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH halaman 59 Dana Perimbangan di Sulawesi Utara halaman 60 APBD di Tingkat Provinsi halaman 62
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 69 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran Non Tunai halaman 74
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
halaman 77
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah halaman 77 Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat halaman 80
PROSPEK PEREKONOMIAN halaman 87 Prospek Ekonomi Makro halaman 87 Prakiraan Inflasi halaman 92 Prospek Perbankan Halaman 99
4
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi :
Kantor Bank Indonesia Manado Jl. 17 Agustus No. 56
Ph. 0431-868102, 868103, 868108 Fax. 0431 - 866933
Email : yuliansyah@bi.go.id
;
ratu_m@bi.go.id;
christina_i@bi.go.idwebsite : www.bi.go.id
Publikasi ini dapat diunduh dalam bentuk softfile pada:
RINGKASAN EKSEKUTIF
Perkembangan Makro Ekonomi Regional
Penguatan perekonomian Sulawesi Utara terus berlanjut selama triwulan III-2011. Setelah tumbuh 7,14% (yoy) pada triwulan sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara kembali tumbuh pada level yang relatif tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya, yaitu sebesar 7,73% (yoy). Optimisme semakin membaiknya perekonomian serta prospek kedepan mendorong meningkatnya kinerja konsumsi dan investasi. Sementara itu, kinerja perdagangan luar negeri Sulawesi Utara menunjukkan adanya pertumbuhan negatif.
Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2011 disumbangkan oleh seluruh sektor yang ada dengan tingkat pertumbuhan total sebesar 7,73% (yoy), relatif lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 7,04% (yoy). Pertumbuhan terutama terjadi sebagai multiplier
effect penyelenggaraan even berskala internasional dan nasional
pada triwulan laporan yang pada tahap selanjutnya akan mendorong aktivitas pada sektor penopang pertumbuhan ekonomi Sulut. Sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi pada triwulan III-2011 adalah Sektor Bangunan yang tercatat tumbuh 15,76% (yoy) dengan sumbangan sebesar 2,26% terhadap total pertumbuhan. Selanjutnya, sektor pertanian dan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) juga masih menjadi kontributor pertumbuhan ekonomi dengan sumbangan masing-masing sebesar 0,52% dan 2% terhadap total pertumbuhan. Perkembangan Inflasi Daerah
Penguatan perekonomian Sulawesi Utara terus berlanjut selama triwulan III-2011.
Tren penurunan tekanan inflasi di Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan III-2011 disumbangkan oleh seluruh sektor yang ada
6 Tren penurunan tekanan inflasi di Kota Manado secara umum masih terjadi sepanjang triwulan III-2011. Secara tahunan, inflasi Kota Manado pada triwulan III-2011 tercatat 1,25% (yoy), mengalami penurunan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 7,38% (yoy) dan masih lebih rendah dibandingkan laju inflasi nasional sebesar 4,61% (yoy). Sejalan dengan pergerakan inflasi tahunan, inflasi bulanan selama triwulan III-2011 juga mengalami penurunan menjadi deflasi 0,22% (mtm) pada September 2011 dari 0,08% (mtm) pada Juli 2011, angka ini jauh lebih rendah dibandingkan inflasi nasional pada September 2011 sebesar 0,27% (mtm). Akumulasi laju inflasi (ytd) Kota Manado sampai dengan September 2011 tercatat lebih rendah (0,19%) dibandingkan akumulasi inflasi nasional (2,97%). Sementara itu, sebagaimana pola musimannya, Kota Manado pada periode laporan juga mencatat deflasi 0,05% (qtq).
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi secara tahunan pada triwulan III-2011 terutama didorong oleh kelompok inti (core inflation), sementara kelompok bahan makanan yang harganya bergejolak (volatile foods) dan kelompok komoditas yang harganya diatur oleh pemerintah (administered
prices) justru memberikan sumbangan negatif terhadap inflasi pada
periode laporan.
Perkembangan Perbankan Daerah
Sejalan dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian, perkembangan berbagai indikator perbankan di Sulawesi Utara pada triwulan III-2011 menunjukkan pertumbuhan positif. Aset, dana pihak ketiga, dan outstanding kredit mengalami
pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Di sisi penghimpunan dana, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga terutama terjadi pada jenis deposito. Sementara itu, kredit tumbuh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, terutama kredit investasi. Pertumbuhan kredit yang lebih cepat daripada pertumbuhan DPK menyebabkan Loan
Sejalan dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian,
perkembangan berbagai indikator perbankan di Sulawesi Utara pada triwulan III-2011 menunjukkan pertumbuhan positif
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi secara tahunan pada triwulan II-2011 terutama didorong oleh
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi secara tahunan pada triwulan III-2011 terutama didorong oleh
to Deposit Ratio (LDR) perbankan di Sulawesi Utara berada pada level sedikit di atas 100% dan sedikit mengalami peningkatan dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya. Beberapa aspek yang mencerminkan stabilitas sistem perbankan seperti aspek risiko kredit, risiko likuiditas, risiko pasar dan indikator lainnya relatif terkendali. Non Performing Loans (NPLs) relatif terjaga berada pada nilai dibawah batas ketentuan BI yaitu dibawah 5%.
Secara umum, indikator kinerja bank umum syariah di Sulawesi Utara pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan positif. Total aset bank umum syariah secara tahunan, sampai dengan posisi September 2011 meningkat sebesar 20,46% (yoy), sejalan dengan pertumbuhan kredit sebesar 48,16%. Sementara itu, DPK tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 33,13% (yoy) pada triwulan laporan. Dengan kondisi tersebut, Financing to Deposit
Ratio (FDR) meningkat dari 208,33% pada triwulan III-2010
menjadi sebesar 231,85% pada triwulan III-2011.
Sejalan dengan itu kinerja BPR Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan III-2011 menunjukkan pertumbuhan positif yang tercermin dari pertumbuhan aset, DPK dan kredit. Namun demikian, hal ini tidak diikuti dengan perbaikan kualitas kredit dan rasio Loan to Deposit Ratio (LDR). Aset BPR pada Juni 2011 mengalami pertumbuhan positif sebesar
68,43% (yoy), menjadi
Rp563,1 miliar
. Pertumbuhan aset BPR pada periode laporanterutama didorong oleh pertumbuhan kredit tercatat
70,22%
(yoy) atau mencapai Rp420,1 miliar
.Perkembangan Keuangan Daerah (APBD)
Alokasi dana perimbangan yang terdiri atas Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) dari pemerintah pusat bagi Provinsi/Kab/Kota di wilayah Sulawesi Utara Tahun 2011 meningkat sebesar 12,05% dibandingkan dengan Tahun 2010. Secara agregat, jumlah alokasi dana perimbangan dari pemerintah pusat ke provinsi, kabupaten dan kota di Sulawesi Utara mencapai Rp5,67 triliun. Seluruh Kabupaten/Kota bahkan di tingkat Provinsi
Secara umum, indikator kinerja bank umum syariah di Sulawesi Utara pada triwulan laporan
Alokasi dana perimbangan yang terdiri atas Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) ... Sejalan dengan itu kinerja BPR Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan III-2011 menunjukkan pertumbuhan positif
8 di Tahun 2011 mengalami peningkatan alokasi anggaran dibandingkan tahun lalu.
Kinerja keuangan pemerintah pada triwulan III-2011 lebih rendah dibandingkan triwulan II 2010, hal ini tercermin dari realisasi pendapatan dan belanja daerah yang mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Disisi lain sampai dengan triwulan laporan tingkat pendapatan secara umum baru terealisasi 76,4% dari total target pendapatan atau lebih rendah dibandingkan pencapaian tahun lalu yang tercatat sebesar 85,2%. Sementara itu, sampai dengan triwulan III-2011 realisasi belanja tercatat sebesar 51,9% dari total anggaran atau lebih rendah dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya tercatat 67,3% dari total anggaran.
Perkembangan Sistem Pembayaran
Pada triwulan III-2011, nilai transaksi sistem pembayaran non tunai di Sulawesi Utara menunjukkan peningkatan. Transaksi pembayaran melalui Bank Indonesia - Real Time Gross Settlement (BI-RTGS), untuk wilayah Sulawesi Utara, baik secara nominal maupun nominal meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Sejalan dengan itu, transaksi dan volume pembayaran melalui kliring di wilayah Sulawesi juga mengalami peningkatan. Selanjutnya aktivitas transaksi tunai di Sulawesi Utara yang dilakukan melalui Kantor Bank Indonesia Manado pada triwulan III-2011 mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Selama triwulan III-2011, rasio PTTB terhadap uang kartal masuk tercatat sebesar 37,98%, jauh lebih rendah dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun lalu yang tercatat 64,11%. Secara nominal, jumlah uang yang diberi tanda tidak berharga selama triwulan laporan adalah sebesar Rp376 miliar. Budaya dan perilaku masyarakat yang kurang baik dalam memperlakukan uang kertas seperti melipat, mengokot (men-staples), meremas dan mencorat-coret akan mempercepat kelusuhan uang kertas. Selain itu, karena
Pada triwulan III-2011, nilai transaksi sistem pembayaran non tunai di Sulawesi Utara menunjukkan peningkatan ...
Selama triwulan III-2011, rasio PTTB terhadap uang kartal masuk tercatat sebesar 100,59%
Kinerja keuangan pemerintah pada triwulan III-2011 lebih rendah...
faktor iklim tropis yang lembab juga akan mempercepat tingkat kelusuhan uang kertas.
Sementara itu, rata-rata penolakan lembar cek/bilyet giro kosong selama triwulan laporan tercatat 1,57% dari rata-rata lembar warkat yang dikliringkan per hari atau mengalami penurunan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 1,72%.
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Masyarakat
Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara juga terus menunjukkan perbaikan, hal tersebut sesuai dengan perkembangan pertumbuhan perekonomian daerah yang semakin meningkat. Hal ini ditunjukkan melalui Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang secara konstan mengalami penurunan selama beberapa tahun terakhir. Selain itu, penurunan tingkat pengangguran juga terindikasi dari angka penggunaan tenaga kerja oleh dunia usaha Sulawesi Utara yang mencatat angka positif. Angka yang diperoleh dari hasil Survei Konsumen (SK) triwulan III-2011, menunjukkan masyarakat Sulawesi Utara masih optimis terhadap ketersediaan lapangan kerja yang ditunjukkan melalui indeks ketersediaan lapangan kerja yang masih dalam level optimis.
Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara juga diperkirakan terus meningkat. Kondisi ini ditandai oleh turunnya tingkat kemiskinan yang didukung oleh kenaikan indeks penghasilan dan Nilai Tukar Petani (NTP).
Outlook Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara triwulan IV-2011 diperkirakan mengalami pertumbuhan pada kisaran 7,61% - 7,81% (yoy). Pertumbuhan tersebut terutama didorong oleh
Sementara itu, rata-rata penolakan lembar cek/bilyet giro kosong selama triwulan laporan tercatat 1,57% dari
Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara juga terus menunjukkan perbaikan ...
Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara triwulan IV-2011 diperkirakan mengalami pertumbuhan pada kisaran 7,61% - 7,81% (yoy) Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat
kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara juga diperkirakan terus meningkat...
10 kinerja sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) yang mengalami peningkatan seiring dengan maraknya even yang dilaksanakan di Sulawesi Utara serta peningkatan aktivitas konsumsi masyarakat menjelang perayaan Natal 2011 dan Tahun Baru 2012. Seiring dengan hal tersebut, sektor Bangunan diperkirakan akan mengalami pertumbuhan positif yang ditandai dengan peningkatan realisasi proyek fisik pemerintah menjelang masa akhir tahun anggaran. Di sisi lain, sektor Pertanian masih menjadi salah satu sektor yang berkontribusi tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi Sulut meskipun masih mengalami pertumbuhan yang melambat dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Outlook Inflasi Regional
Laju inflasi Kota Manado pada triwulan IV-2011 diperkirakan akan meningkat, berada pada kisaran 2,30%±1% (yoy). Dari sisi fundamental, faktor pendorong laju inflasi tahunan Kota Manado diantaranya bersumber dari harga komoditas internasional terutama harga emas dunia yang berpotensi masih cenderung meningkat dan peningkatan permintaan seiring perayaan Hari Raya Natal 2011 dan Tahun Baru 2012. Peningkatan harga komoditas serta permintaan masyarakat menjelang hari raya selanjutnya berdampak terhadap pembentukan ekspektasi masyarakat akan tingginya laju inflasi pada triwulan IV-2011. Dari sisi non fundamental tekanan inflasi volatile foods diperkirakan akan meningkat sebagai faktor berkurangnya pasokan dan melonjaknya permintaan seiring dengan perayaan Natal 2011 serta Tahun Baru 2012. Namun demikian, laju inflasi kelompok volatile
foods masih dapat diredam oleh membaiknya suplai ikan di laut
Sulawesi dan perkiraan panen raya beras di Sulut pada akhir tahun 2011 sesuai dengan pola musimannya. Sementara itu, inflasi kelompok administered price relatif terkendali seiring kebijakan pemerintah untuk mempertahankan harga bahan bakar bersubsidi hingga akhir tahun 2012.
Laju inflasi Kota Manado pada triwulan IV-2011 diperkirakan akan meningkat, berada pada kisaran
Prospek Perbankan
Kebijakan Bank Indonesia untuk mempertahankan suku bunga acuannya (BI rate) sebesar 6,75% pada triwulan III-2011 diperkirakan akan direspon oleh perbankan dengan melakukan penyesuaian terhadap kenaikan suku bunga pinjaman perbankan walaupun masih dalam kisaran yang relatif terbatas. Survei Konsumen yang dilakukan Bank Indonesia menunjukkan mulai adanya peningkatan ekspektasi konsumen terhadap peningkatan tingkat suku bunga.
Di sisi lain, Bank Indonesia juga menerapkan kebijakan Prime
Lending Rate, dengan harapan dapat mendorong penurunan suku
bunga perbankan. Dengan adanya kebijakan ini, setiap bulan bank harus mengumumkan suku bunga kreditnya berdasarkan masing-masing sektor baik bunga kredit korporasi, retail, kredit pemilikan rumah (KPR), dan kredit lainnya. Kebijakan ini dikeluarkan agar tercipta transparansi bunga kredit dan persaingan yang sehat pada industri perbankan. Di sisi lain, kebijakan ini akan menjadi petunjuk (guideliness) dari bank sentral untuk menyeragamkan suku bunga utama kepada nasabah perbankan.
Kebijakan Bank Indonesia untuk mempertahankan suku bunga acuannya (BI rate) sebesar 6,75% pada triwulan III-2011
Di sisi lain, Bank Indonesia juga menerapkan kebijakan Prime Lending Rate, dengan harapan dapat
mendorong penurunan suku bunga perbankan .
12
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sulawesi Utara (yoy)
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Penguatan perekonomian Sulawesi Utara terus berlanjut selama triwulan III-2011. Setelah tumbuh 7,14% (yoy) pada triwulan sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara kembali tumbuh pada level yang relatif tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya, yaitu sebesar 7,73% (yoy). Optimisme semakin membaiknya perekonomian serta prospek kedepan mendorong meningkatnya kinerja konsumsi dan investasi. Sementara itu, kinerja perdagangan luar negeri Sulawesi Utara menunjukkan adanya pertumbuhan negatif. Penurunan kinerja ekspor khususnya terjadi pada komoditi perikanan yang terkendala faktor cuaca. Sementara itu, dari sisi penawaran, peningkatan kinerja sektor bangunan dan PHR merupakan faktor utama pendorong terjadinya akselerasi perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan III-2011.
1.1 SISI PERMINTAAN
Dari sisi permintaan, kegiatan perekonomian selama triwulan III-2011 terutama ditopang oleh membaiknya kinerja investasi. Peningkatan kinerja investasi pada triwulan laporan didorong oleh realisasi ekspor proyek fisik swasta maupun pemerintah. Kegiatan konsumsi, baik konsumsi swasta maupun pemerintah masih mengalami pertumbuhan positif, meskipun melambat apabila dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Faktor pendorong pertumbuhan positif kegiatan konsumsi diantaranya: (1) peningkatan pendapatan masyarakat terutama yang bersumber dari penerimaan Tunjangan Hari Raya
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 2009 2010 2011 %
14 Grafik 1.2.
Indeks Ekonomi Saat Ini
Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Manado. Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
(THR) dan pencairan gaji ke-13, (2) peningkatan aktivitas konsumsi seiring tahun ajaran baru, perayaan Hari Raya Pengucapan Syukur, Bulan Suci Ramadhan dan Idul Fitri. Sementara itu, kinerja ekspor di triwulan III-2011 tercatat mengalami pertumbuhan negatif, salah satu faktor penyebab penurunan ini adalah kondisi cuaca buruk yang terjadi telah berdampak pada penurunan volume ekspor khususnya produk perikanan yang menjadi salah satu sektor unggulan ekspor Sulut.
Tabel 1.1.
Pertumbuhan Provinsi Sulawesi Utara Menurut Penggunaan (% yoy)
1.1.1 Konsumsi
Kegiatan konsumsi selama triwulan III-2011 mengalami pertumbuhan positif sebesar 7,34% (yoy) dengan kontribusi sebesar 4,47% terhadap laju pertumbuhan ekonomi. Dibandingkan pencapaian periode yang sama tahun sebelumnya, maka kinerja kegiatan konsumsi selama triwulan laporan tercatat mengalami sedikit perlambatan. Namun demikian, kinerja konsumsi masih tercatat sebagai kontributor utama pertumbuhan ekonomi Sulut pada triwulan III-2011. Faktor pendorong pertumbuhan positif kegiatan konsumsi diantaranya : (1) peningkatan pendapatan masyarakat terutama yang bersumber dari penerimaan Tunjangan Hari Raya (THR) dan pencairan gaji ke-13, (2) peningkatan aktivitas konsumsi seiring tahun ajaran baru, perayaan Hari Raya Pengucapan Syukur, Bulan Suci Ramadhan dan Idul Fitri.
Kinerja konsumsi swasta pada triwulan laporan salah satunya terindikasi melalui Indeks Ekonomi Saat Ini (IEK) berdasarkan hasil Survei Konsumen (SK) di Kota Manado pada triwulan III-2011. Sebagaimana terlihat pada grafik 1.2, pada akhir triwulan laporan (September 2011) IEK mencapai 141,33. Jika dilihat berdasarkan komponennya,
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Q2 Sumb. Q3 Sumb Q4 Sumb Q1 Sumb Q2 Sumb. Q3 Sumb.
Konsumsi 7.26 4.61 8.98 5.55 10.03 6.22 5.48 3.78 6.92 4.42 7.34 4.47 Konsumsi Swasta 6.20 2.62 7.28 3.01 7.96 3.16 4.62 2.09 6.06 2.54 7.47 3.09 Konsumsi Pemerintah 9.35 1.99 12.39 2.54 13.74 3.06 7.12 1.69 8.58 1.87 6.37 1.37 PMTB 2.94 0.61 -0.19 -0.05 1.14 0.27 11.64 2.51 13.90 2.80 15.87 3.73 Stok 15.18 0.22 17.94 0.27 13.43 0.21 10.16 0.10 1.48 0.02 25.31 0.42 Ekspor 13.61 6.58 26.29 10.66 9.87 4.61 9.02 4.36 -1.46 -0.75 -16.58 -7.93 Impor 15.25 5.23 32.32 9.39 10.45 3.54 9.42 3.77 -1.75 -0.65 -19.62 -7.04 PDRB 6.80 6.80 7.04 7.04 7.77 7.77 6.99 6.99 7.14 7.14 7.73 7.73 Jenis Penggunaan 2010 2011 -20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 J F M A M J J A S O N D J F M 0 M J J A S 2010 2011
Kondisi Ekonomi Saat Ini Penghasilan Saat Ini Pembelian Barang Tahan Lama Ketersediaan Lap. Kerja
Grafik 1.3.
Indeks Nilai Tukar Petani Per Sub-Sektor
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
optimisme konsumen terhadap kondisi perekonomian saat ini tercermin dari positifnya nilai indeks seluruh komponen penyusun Indeks Ekonomi Saat Ini yang meliputi Indeks Penghasilan Saat Ini (117,5) , Indeks Pembelian Barang Tahan Lama/Durable Goods (141,5) serta Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja (165). Hal ini menunjukkan bahwa kondisi usaha yang semakin membaik berdampak terhadap penyerapan tenaga kerja yang lebih besar, yang selanjutnya mendorong kenaikan penghasilan masyarakat, dan naiknya konsumsi rumah tangga.
Disamping itu, pertumbuhan konsumsi selama triwulan laporan tidak lepas dari membaiknya daya beli petani seiring dengan meningkatnya harga komoditas dunia. Hal ini tercermin dari peningkatan Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan III-2011 mencapai 103,61 atau tumbuh 1, 71% (yoy). Peningkatan terutama terjadi pada subsektor pangan, dan peternakan. Peningkatan subsektor perkebunan
rakyat merupakan imbas kenaikan harga komoditas unggulan Sulut (Pala, Cengkih, dan Kopra) apabila dibandingkan tahun lalu. Sementara itu, sub sektor yang masih berada dibawah batas minimum sejahtera adalah perikanan sebagai dampak turunnya produksi perikanan karena faktor cuaca buruk. Dalam Indeks NTP yang ditunjukan pada grafik 1.3., sepanjang tahun 2010 sampai akhir triwulan III 2011 NTP Sulawesi Utara selalu berada dalam kategori sejahtera (indeks > 100). Sebagaimana diketahui, berdasarkan komposisinya hampir 40% masyarakat di Sulawesi Utara bermata pencaharian bertani, sehingga tingkat kesejahteraan petani mampu memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap aktivitas konsumsi rumah tangga.
Selanjutnya, pertumbuhan positif kegiatan konsumsi selama triwulan laporan juga dapat dikonfirmasi melalui penjualan kendaraan roda empat di wilayah Kota Manado yang mengalami kenaikan sebagaimana data yang disajikan oleh salah satu dealer utama penjualan kendaraan roda empat di Kota Manado. Selama triwulan III-2011 penjualan kendaraan roda empat mengalami terus mengalami pertumbuhan positif hingga mencapai 6,7% (yoy) pada triwulan laporan. Adanya peningkatan penghasilan pada triwulan laporan
90 95 100 105 110 115 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 2009 2010 2011 NTP batas minimum sejahtera Pangan Holtikultura Perkebunan Peternakan Perikanan
16
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
Grafik 1.5.
Perkembangan Kredit Konsumsi Bank Umum
Sumber : Dealer utama penjualan kendaraan roda empat
Grafik 1.4.
Perkembangan Penjualan Kendaraan Roda Empat
direspon oleh masyarakat dengan melakukan pembelian barang dan jasa khususnya pembelian barang tahan lama.
Sementara itu, data pernyaluran kredit konsumsi oleh perbankan Sulut tetap menunjukkan pertumbuhan positif, meskipun melambat apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pada September 2011, kredit konsumsi yang berhasil disalurkan bank umum mencapai Rp7.641 miliar, atau tumbuh sebesar 9,11% (yoy), melambat apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat mengalami pertumbuhan 26,27% (yoy).
Sejalan dengan pertumbuhan positif konsumsi swasta, kegiatan konsumsi pemerintah selama triwulan III-2011 juga tumbuh positif sebesar 6,37% (yoy), namun tercatat mengalami perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 12,39% (yoy). Perlambatan ini antara lain dapat dikonfirmasi dengan realisasi anggaran belanja di triwulan III-2011 yang baru mencapai 51,9% dari target belanja APBD P 2011 sebesar Rp1.443 miliar, atau lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang menghasilkan pencapaian yang sama (67,3%) dengan target yang lebih rendah yakni Rp1.093 miliar.
1.1.2 Investasi
Pada triwulan III-2011, investasi di Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan positif sebesar 25,31% (yoy). Faktor pendorong pertumbuhan kinerja investasi pada triwulan III 2011 diantaranya pembangunan berbagai infrastruktur pendukung terkait persiapan perhelatan internasional Asean Economic Ministry (AEM), pembangunan jalan ringroad II yang masih
-30 -20 -10 0 10 20 30 40 50 60 70 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 2009 2010 2011
Total Sales (Unit) - left axis gSales (% yoy) - right axis
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 -1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 9,000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 2009 2010 2011
berjalan, pembangunan PLTS di Miangas dan realisasi pembangunan jaringan internet di Minahasa Selatan serta kegiatan investasi swasta di bidang properti.
Selain itu, peran perbankan dalam penyaluran pembiayaan untuk kegiatan investasi juga terus mengalami peningkatan. Sampai akhir triwulan III-2011, jumlah kredit investasi tercatat sebesar Rp2.195 miliar atau tumbuh 115,58% (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan III-2010 yang hanya tumbuh 10,91% (yoy). Pencapaian pertumbuhan kredit investasi ini diharapkan dapat mendorong kinerja investasi pada tahap selanjutnya.
1.1.3 Ekspor Impor
Kinerja perdagangan Sulawesi Utara yang tercermin dari laju pertumbuhan ekspor dan impor pada triwulan III-2011 tercatat mengalami kontraksi. Laju pertumbuhan ekspor pada triwulan laporan tercatat tumbuh negatif 16.58% (yoy). Indikasi penurunan kinerja ekspor Sulut disumbang oleh perdagangan luar negeri dan perdagangan antar daerah/provinsi.
Kegiatan ekspor antar daerah/ provinsi mengalami pertumbuhan negatif pada triwulan laporan. Hal ini dapat dikonfirmasi dengan kegiatan muat barang melalui pelabuhan Bitung. Kegiatan muat didefinisikan sebagai kegiatan pengiriman barang dari Sulawesi Utara ke luar provinsi. Selama triwulan III-2011, volume barang asal Sulawesi Utara yang dikirim (muat) ke pasar
Sumber : Berbagai Media, diolah
Grafik 1.6.
Perkembangan Kredit Investasi Bank Umum
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado, diolah
Grafik 1.7.
Perkembangan Kegiatan Muat di Pelabuhan Bitung
0 20 40 60 80 100 120 140 -500 1,000 1,500 2,000 2,500 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 2009 2010 2011
Kredit_Investasi (Rp miliar) - left axis gKredit_Investasi (% yoy) - right axis
-120 -70 -20 30 80 130 180 230 280 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 2009 2010 2011
18 domestik sebesar 275 ribu ton, tumbuh -64,46% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Sejalan dengan itu, kegiatan ekspor luar negeri selama triwulan III-2011 mengalami pertumbuhan negatif, tercermin dari perkembangan volume ekspor yang turun 4,13% (yoy) dari 133.13 ribu ton pada triwulan III-2010 menjadi hanya 127.63 ribu ton pada triwulan laporan. Penurunan volume ekspor terutama terjadi pada komoditi perikanan yang terkendala oleh permasalahan cuaca buruk.
Berdasarkan jenisnya, komoditi utama ekspor luar negeri pada triwulan III-2011 terutama didominasi dalam bentuk Lemak dan Minyak Hewani dengan pangsa mencapai 76% kemudian daging olahan dan ikan olahan dengan pangsa mencapai 9%, sisanya dalam bentuk ikan&udang (6%), ampas/sisa industri
(4%), berbagai produk kimia (3%) dan produk lainnya (2%).
Grafik 1.9.
Pangsa Komoditi Utama Ekspor Sulut
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Grafik 1.8.
Perkembangan Volume Ekspor Luar Negeri Sulut
Sumber : Bank Indonesia, diolah
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Grafik 1.11.
Negara Tujuan Ekspor s.d. Sept 2011
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Grafik 1.10.
Negara Tujuan Ekspor Tahun s.d September 2010
76% 9%
6%
4% 3%2% Lemak & minyak
hewan/nabati Daging & Ikan olahan Ikan & Udang Ampas/ Sisa industri Makaknan Berbagai produk kimia Lainnya 8% 22% 17% 30% 4% 1%3% 15% Belanda Amerika Serikat Korea Selatan Cina Jepang Jerman Meksiko Lainnya 30% 20% 17% 16% 3% 3%2% 9% Belanda Amerika Serikat Korea Selatan Cina Jepang Jerman Meksiko Lainnya -60 -40 -20 0 20 40 60 80 100 0 50 100 150 200 250 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 2009 2010 2011 Ekspor_Volume (Ribu ton) - left axis
Komposisi negara tujuan ekspor Sulut sampai dengan triwulan III-2011 mengalami pergeseran bila dibandingkan pada tahun 2010. Negara tujuan utama ekspor Sulut sampai dengan triwulan laporan adalah Belanda (29,53%), Amerika Serikat (20,19%), Korea Selatan (16,66%), Cina (16,41%) sedangkan pada tahun 2010 negara tujuan ekspor utarama Sulut adalah Cina (30,42%), Amerika Serikat (21,89%), Korea Selatan (17,38%), Belanda (8,41%)
Sama halnya dengan kinerja ekspor, kegiatan impor Sulawesi Utara pada triwulan III-2011 juga mengalami pertumbuhan negatif sebesar 19,62% (yoy). Pertumbuhan negatif ini terutama disebabkan oleh penurunan kinerja impor antar pulau/provinsi. Hal ini sejalan dengan pangsa impor Sulawesi Utara yang lebih didominasi oleh impor antar pulau/provinsi (±99%) dibandingkan impor yang didatangkan dari luar negeri (±1%).
Penurunan ini dapat dikonfirmasi dengan kegiatan bongkar barang melalui pelabuhan Bitung. Kegiatan bongkar didefinisikan sebagai masuknya barang dari luar provinsi ke Sulawesi Utara. Selama triwulan III-2011, volume barang yang masuk ke Sulawesi Utara (bongkar) mencapai 790 ribu ton turun sebesar 68,26% (yoy) apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya tercatat 2.489 ribu ton. Tren penurunan impor yang ditunjukkan dari
penurunan kegiatan bongkar
mengindikasikan bahwa tingkat
ketergantungan Sulawesi Utara terhadap barang dari daerah/provinsi lainnya di luar Sulawesi Utara sudah semakin kecil.
Sementara itu, kinerja impor luar negeri Sulut masih tetap menunjukkan adanya pertumbuhan yang positif. Pertumbuhan kinerja impor luar negeri antara lain dapat dikonfirmasi dengan data nilai impor selama triwulan III-2011 yang tercatat mencapai USD97,96 juta meningkat dibanding triwulan III-2010 dengan nilai sebesar USD53,5 juta atau tumbuh mengalami pertumbuhan sebesar 83,1%.
Sumber : PT. Pelindo IV (Persero), Bitung
Grafik 1.12.
Perkembangan Kegiatan Bongkar di Pelabuhan Bitung
-80 -70 -60 -50 -40 -30 -20 -10 0 10 20 30 0 500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 2009 2010 2011
20
Jan'11 Feb'11 Mar'11 Apr'11 Mei'11 Jun'11 Jul'11 Agst'11 Sep'11 Jan-Sep
2011 Jan-Sep 2010 Total Impor 22.09 5.59 37.07 5.50 3.80 2.60 0.90 13.40 7.00 97.96 53.50 83.1 Migas - - - Non Migas 22.09 5.59 37.07 5.50 3.80 2.60 0.90 13.40 7.00 97.96 53.50 83.1 Uraian
Nilai CIF ( Ribu USD) %
Growth (yoy)
Berdasarkan komoditasnya, kegiatan impor luar negeri pada triwulan laporan didominasi oleh impor komoditas gandum-ganduman dengan pangsa 26,4% dari total nilai impor. Beberapa komoditas impor Sulut lainnya diantaranya mesin-mesin, kapal laut dan besi baja dengan pangsa berturut-turut 21,7%, 20,3% dan 10,4%.
Berdasarkan negara asal barangnya, barang impor sampai dengan September 2011 lebih dominan didatangkan dari negara Vietnam (27%), Jepang (21%), Malaysia (12%), China (9%), Taiwan (7%). Sedangkan negara asal impor Sulut pada tahun 2010 adalah Jepang (31,84%), Australia (6,84%), dan Jepang (2,96%). Terdapat perbedaan urutan negara asal impor di tahun 2010 dan 2011, jika pada tahun 2010, negara Jepang merupakan negara asal impor barang utama Sulut dengan komoditi impor berupa mesin-mesin, maka pada tahun 2011, negara asal impor utama adalah negara Vietnam dengan komoditi impor berupa beras.
Tabel 1.2. Impor Sulut (Juta USD)
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Grafik 1.13.
Pangsa Komoditi Utama Impor Sulut
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Grafik 1.14.
Negara Asal Impor s.d Sept 2010 Negara Asal Impor s.d. Sept 2011 Grafik 1.15.
Sumber : BPS Prov. Sulut, diolah
5% 2% 13% 58% 22% Jepang Malaysia Australia Cina Lainnya 27% 21% 12% 11% 9% 7% 13% Vietnam Jepang Malaysia Australia Cina Taiwan Lainnya
Sumber : BPS Prov. Sulut, diolah
27% 22% 21% 11% 5% 14% Gandum-ganduman Mesin-mesin Kapal Laut Besi & Baja Mesin/peralatan listrik Lainnya
1.2 SISI PENAWARAN
Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2011 disumbangkan oleh seluruh sektor yang ada dengan tingkat pertumbuhan total sebesar 7,73% (yoy), relatif lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 7,04% (yoy). Pertumbuhan terutama terjadi sebagai multiplier effect penyelenggaraan even berskala internasional dan nasional pada triwulan laporan yang pada tahap selanjutnya akan mendorong aktivitas pada sektor penopang pertumbuhan ekonomi Sulut. Sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi pada triwulan III-2011 adalah Sektor Bangunan yang tercatat tumbuh 15,76% (yoy) dengan sumbangan sebesar 2,26% terhadap total pertumbuhan. Selanjutnya, sektor pertanian dan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) juga masih menjadi kontributor pertumbuhan ekonomi dengan sumbangan masing-masing sebesar 0,52% dan 2% terhadap total pertumbuhan.
Tabel 1.3.
Laju Pertumbuhan Sulawesi Utara Menurut Sektor Ekonomi (%)
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
1.2.1 Pertanian
Kinerja sektor pertanian pada triwulan III-2011 menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 2,42% (yoy) walaupun tercatat melambat dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 17,4% (yoy). Perlambatan ini antara lain disebabkan oleh bencana hujan yang disertai angin kencang yang melanda sebagian besar wilayah Sulawesi Utara pada awal triwulan III 2011 dan adanya bencana banjir dan longsor yang terjadi di sentra tanaman padi di Bolaang Mongondow. Selain itu, serangan hama tungro di beberapa kawasan sentra pertanian di Sulut (Minahasa Tenggara dan Bolaang Mongondow) turut andil dalam perlambatan kinerja sektor pertanian.
Perkembangan kinerja sektor pertanian antara lain dapat dikonfirmasi dengan data dari Perkembangan Produksi, Produktivitas dan Luas Panen Padi & Palawija Prov. Sulut, dimana pada 2011 produksi beras diperkirakan mencapai 583.458 ton atau naik 1,55% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun demikian, jika dibandingkan pertumbuhan tahun sebelumnya, maka jumlah produksi beras tercatat mengalami
Q2 Sumb. Q3 Sumb Q4 Sumb Q1 Sumb Q2 Sumb. Q3 Sumb.
Pertanian 12.54 2.55 17.40 3.40 10.31 1.84 6.58 1.29 6.65 1.42 2.42 0.52
Pertambangan & Penggalian 2.65 0.14 0.44 0.02 2.10 0.11 5.89 0.31 5.88 0.30 7.90 0.39
Industri Pengolahan 6.37 0.48 6.63 0.51 7.48 0.58 6.03 0.47 6.93 0.52 6.33 0.49
Listrik, Gas & Air Bersih 3.86 0.03 4.77 0.04 7.35 0.05 4.81 0.04 5.33 0.04 7.22 0.06
Bangunan 2.61 0.39 -4.87 -0.79 0.86 0.15 8.31 1.39 13.59 1.97 15.76 2.26
PHR 6.77 1.07 8.92 1.35 11.11 2.00 8.79 1.31 6.36 1.00 12.97 2.00
Pengangkutan & Komunikasi 6.38 0.84 7.08 0.97 12.41 1.57 7.24 0.89 3.27 0.43 2.55 0.35
Keu., Sewa & Jasa Perusahaan 6.09 0.40 6.77 0.45 8.26 0.52 5.31 0.36 7.13 0.47 6.51 0.43
Jasa-Jasa 5.82 0.89 7.21 1.08 6.54 0.94 5.89 0.93 6.46 0.98 8.20 1.23
PDRB 6.80 6.80 7.04 7.04 7.77 7.77 6.99 6.99 7.14 7.14 7.73 7.73
22 Grafik 1.16.
Pertumbuhan Kredit Pertanian
Sumber: BPS Sulut, diolah
perlambatan sebesar -4,71% (yoy). Perlambatan juga terjadi pada komoditi palawija (Tabel 1.4).
Sementara itu, dari sisi pembiayaan, peran perbankan untuk membiayai sektor pertanian semakin menunjukkan adanya tren peningkatan. Sampai dengan September 2011, jumlah kredit yang disalurkan pada sektor pertanian mencapai Rp319 milliar atau tumbuh 94,75% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Namun demikian, jika dibandingkan dengan total kredit yang disalurkan bank, jumlah kredit pertanian hanya mencapai
2,18% dari total kredit yang disalurkan. Belum terlalu optimalnya penyaluran kredit di sektor pertanian antara lain disebabkan oleh relatif tingginya resiko usaha di sektor tersebut tercermin dari tingginya NPL (Non Performing Loan) di sektor pertanian yang mencapai 6,47% pada triwulan laporan.
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
Tabel 1.4.
Perkembangan Produksi, Produktivitas dan Luas Panen Padi & Palawija Prov. Sulut
Jenis Tanaman 2008 2009 ASEM 2010 ARAM I 2011 Perubahan 2010-2011 (%) Perubahan 2009-2010 (%) Produksi (Ton) Padi (Sawah+Ladang) 520,193 549,087 583,458 592,527 1.55 6.26 Jagung 466,061 450,989 492,614 512,799 4.10 9.23 Kedelai 7,217 7,667 9,062 9,312 2.76 18.19 Kacang Tanah 8,640 8,493 9,360 10,075 7.64 10.21 Produktivitas (Ku/Ha) Padi (Sawah+Ladang) 47.31 47.85 48.77 48.82 0.10 1.92 Jagung 35.36 35.69 36.59 36.62 0.08 2.52 Kedelai 13.81 13.57 31.26 13.28 (57.52) 130.36 Kacang Tanah 13.14 13.17 13.12 13.15 0.23 (0.38)
Luas Panen (Ha)
Padi (Sawah+Ladang) 109,951 114,745 119,626 121,382 1.47 4.25 Jagung 131,791 126,349 134,630 140,014 4.00 6.55 Kedelai 5,227 5,652 6,834 7,011 2.59 20.91 Kacang Tanah 6,573 6,450 7,151 7,662 7.15 10.87 -100 -50 0 50 100 150 -50 100 150 200 250 300 350 400 450 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 2009 2010 2011
Pertanian (Rp miliar) - left axis gPertanian (% yoy) - right axis
Grafik 1.17.
Perkembangan Data Penjualan Semen
Grafik 1.18.
Perkembangan Kredit Konstruksi 1.2.2 Sektor Bangunan
Kinerja sektor bangunan (konstruksi) selama triwulan III-2011 mencatat pertumbuhan sebesar 15,76% (yoy) dengan sumbangan sebesar 2,26% terhadap total pertumbuhan. Pertumbuhan ini tercatat lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu tercatat mengalami kontraksi sebesar 4,87% (yoy). Beberapa faktor yang mendorong pertumbuhan di sektor bangunan diantaranya adalah penyelesaian beberapa proyek pemerintah dan swasta seperti pembangunan properti ruko, apartemen dan pembangunan beberapa hotel serta perbaikan beberapa infrastruktur dalam menunjang penyelenggaraan even domestik maupun internasional di Sulut .
Pertumbuhan sektor konstruksi tercermin pada peningkatan data penjualan semen di Provinsi Sulawesi Utara. Selama triwulan laporan, penjualan semen tercatat mencapai 57,681 ton atau mengalami pertumbuhan 78.05% (yoy) pada bulan September 2011.
Dari sisi pembiayaan, peran perbankan terhadap sektor bangunan (konstruksi) menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Hal ini tercermin dari jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan sampai dengan September 2011 tercatat sebesar Rp503 miliar atau mengalami pertumbuhan positif sebesar 27,01% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
1.2.3 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)
Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) pada triwulan III-2011 menunjukan pertumbuhan positif sebesar 12,97% (yoy) dengan kontribusi sebesar 2% terhadap total pertumbuhan. Pertumbuhan sektor ini terutama terjadi pada sub sektor hotel yang didorong oleh penyelenggaraan beberapa even diantaranya :
Sumber : Data Asosiasi Semen Indonesia
-60 -40 -20 0 20 40 60 80 100 120 140 160 0 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 70,000 80,000 J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S 2010 2011
Volume (ton) - left axis g_semen (% yoy) - right axis
-30 -20 -10 0 10 20 30 40 50 60 70 -100 200 300 400 500 600 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 2009 2010 2011
Konstruksi (Rp miliar) - left axis gKonstruksi (% yoy) - right axis
24 a. Perayaan HUT Kota Manado ke-388 yang jatuh pada 14 Juli 2011 yang ditandai dengan
pelaksanaan Manado Expo 2011 seperti pameran, bazaar, perlombaan, Tour de Bunaken, Manado carnaval dan pemilihan puteri Madex 2011;
b. Kongres Nasional Ilmu Kesehatan Anak (KONIKA) XV yang dilaksanakan pada tanggal 12-14 Juli 2011 dengan peserta berjumlah 2.835 orang;
c. Pertemuan perwakilan 152 Kab/Kota dari 8 provinsi di Indonesia pada tanggal 25-27 Juli 2011 guna membahas masterplan percepatan pemberdayaan koperasi dan UMKM d. Pertemuan ASEAN Economics Ministers (AEM) pada tanggal 9-13 Agustus 2011 yang
akan dihadiri oleh 8 negara anggota ASEAN dan 10 negara mitra wicara.
e. Pertemuan Pengendalian dan Monitoring Evaluasi Awal Pembangunan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (P2HP) Tahun Anggaran 2011 yang dihadiri oleh kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) se Sulawesi Maluku dan Papua yang berlangsung pada tanggal 9-11 Agustus 2011.
Maraknya berbagai perhelatan yang diselenggarakan di Kota Manado selama triwulan laporan antara lain dapat dikonfirmasi melalui perkembangan data pariwisata yang secara umum memperlihatkan tren peningkatan diantaranya adalah data wisatawan mancanegara, data jumlah tamu dan lama tamu menginap, Tingkat Penghunian Kamar (TPK), dan jumlah kamar terjual.
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Grafik 1.19.
Data Wisatawan Mancanegara Grafik 1.20.
Data Lama Tamu Menginap
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah (60.00) (40.00) (20.00) -20.00 40.00 60.00 80.00 -2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 2009 2010 2011
Wisman (org) - left axis gWisman (% yoy) - right axis
(10.00) -10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 -10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 2009 2010 2011
Menginap (org) - left axis gMenginap (% yoy) - right axis
Grafik 1.21.
TPK dan Lama Menginap Grafik 1.22.
Jumlah Kamar Terjual
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 -10 20 30 40 50 60 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 2009 2010 2011 TPK (%) - left axis Ratas Menginap (hari) - right axis
(20.00) (10.00) -10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 -10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 70,000 80,000 90,000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 2009 2010 2011
Kmr Terjual (unit) - left axis gKmr Terjual (% yoy) - right axis
Grafik 1.24.
Perkembangan Kredit Sektor PHR Grafik 1.23.
Perkembangan Indeks Penjualan Eceran per KLUI
Pertumbuhan kinerja sektor PHR tidak terlepas dari peningkatan kinerja sub sektor pedagangan besar dan eceran yang didorong oleh dampak lanjutan dari membaiknya daya beli masyarkat akibat peningkatan pendapatan masyarakat yang diperoleh dari penerimaan THR. Pertumbuhan sub sektor perdagangan besar dan eceran dapat dikonfirmasi dari hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) oleh KBI Manado pada triwulan III-2011 yang menunjukkan adanya peningkatan indeks pada bahan konstruksi, kerajinan,seni dan peralatan rumah tangga dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Dari segi pembiayaan, sektor PHR merupakan sektor ekonomi terbesar mendapatkan alokasi pembiayaan dari perbankan. Sampai dengan bulan September 2011 kredit sektor PHR yang telah disalurkan bank umum mencapai Rp4.332 miliar atau tumbuh 42,83% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
1.2.4. Sektor lainnya A. Sektor Jasa-jasa
Kinerja sektor jasa pada triwulan III-2011 tumbuh positif sebesar 8,2% (yoy). Kinerja sektor jasa yang cukup stabil ditopang oleh aktivitas sub sektor pemerintahan umum. Apabila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya kinerja sektor jasa-jasa mengalami peningkatan yang tercermin dari kinerja penyaluran kredit perbankan di sektor ini. Sampai dengan bulan September 2011 kredit sektor jasa-jasa tercatat sebesar Rp622 miliar atau tumbuh 19,27% (yoy).
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE) KBI Manado
Grafik 1.25.
Perkembangan Kredit Sektor Jasa-jasa
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 Ja n Fe b M a r A p r M e i Ju n Ju l A g u st Sep Ok t N o p D e s Ja n Fe b M a r A p r M e i Ju n Ju l A g u st Sep 2010 2011
Bahan konstruksi Peralatan rumah tangga Kerajinan, seni & mainan
-20 -10 0 10 20 30 40 50 60 70 -500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 4,000 4,500 5,000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 2009 2010 2011
Kredit_PHR (Rp miliar) - left axis gKredit_PHR (% yoy) - right axis
-20 -15 -10 -5 0 5 10 15 20 25 30 35 -100 200 300 400 500 600 700 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 2009 2010 2011
26 Grafik 1.26.
Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Kelompok Bisnis dan Industri
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
Grafik 1.27.
Perkembangan Kredit Sektor Industri
Sumber : PLN Kanwil Suluttenggo
B. Sektor Industri Pengolahan
Kinerja sektor industri pengolahan selama triwulan III-2011 relatif stabil dengan tingkat pertumbuhan mencapai 6,33% (yoy) atau tumbuh lebih rendah apabila dibandingkan dengan triwulan III-2010 sebesar 6,63% (yoy). Industri pengolahan di Sulawesi Utara yang didominasi oleh pengolahan produk kelapa dan turunannya serta pengolahan produk perikanan tersebar di Kota Bitung, Kota Manado, Kabupaten Minahasa Selatan, Kabupaten Minahasa Utara, Kabupaten Bolaang Mongondow, Kota Kotamobagu dan Kota Tomohon. Mayoritas industri pengolahan berlokasi di Kota Bitung dan Kota Manado.
Membaiknya perekonomian dunia yang tumbuh lebih cepat dibandingkan perkiraan sebelumnya seiring pemulihan ekonomi negara-negara maju dan emerging makets diperkirakan turut berdampak pada kembali bergairahnya sektor industri di Sulawesi Utara. Hal ini salah satunya ditandai oleh pertumbuhan jumlah pelanggan listrik di sektor bisnis dan industri. Berdasarkan data PLN, jumlah pelanggan listrik di sektor bisnis dan industri pada triwulan III-2011 mencapai 14.583 pelanggan atau tumbuh 4,66% (yoy).
Dukungan perbankan terhadap industri pengolahan merupakan salah satu faktor pendorong pertumbuhan sektor ini. Sampai dengan akhir triwulan III-2011 jumlah kredit yang disalurkan tumbuh sebesar 34,46% (yoy) dari Rp266 miliar pada triwulan III-2010 menjadi Rp357 miliar pada triwulan III-2011.
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 -50 100 150 200 250 300 350 400 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 2009 2010 2011
Kredit_Industri (Rp miliar) - left axis gKredit_Industri (%yoy) - right axis
-1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 12,000 12,500 13,000 13,500 14,000 14,500 15,000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 2009 2010 2011
Pelanggan Bisnis&Industri - left axis gPelanggan Bisnis&Industri (% yoy) - right axis
C. Sektor Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan
Sementara itu, untuk kinerja sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada triwulan III-2011 tumbuh 6,51% (yoy). Perkembangan sektor keuangan, persewaan dan jasa antara lain tercermin dari maraknya pembangunan jaringan kantor dan fasilitas perbankan antara lain: pembukaan kantor cabang pembantu baru, penambahan ATM (Anjungan Tunai Mandiri), serta penawaran produk-produk baru yang memberikan kemudahan dan kenyamanan kepada masyarakat dalam bertransaksi. Selain itu, pengaruh meningkatnya laju konsumsi dan aktivitas sistem pembayaran di wilayah Sulawesi Utara juga turut berkontribusi pada pertumbuhan sektor ini.
D. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Salah satu multiplier effect dari adanya penyelenggaraan berbagai even berskala nasional maupun internasional di Tahun 2011 adalah semakin dikenalnya Kota Manado sebagai salah satu kota tujuan wisata baik secara internasional maupun nasional. Hal ini berpengaruh pada meningkatnya minat wisatawan untuk berkunjung ke Sulawesi Utara hingga pada tahap lanjut mampu mendorong kinerja sektor pengangkutan dan telekomunikasi. Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan III-2011 mengalami pertumbuhan 2,55% (yoy), dengan sumbangan sebesar 0,35% terhadap total pertumbuhan.
Pertumbuhan yang positif pada sub sektor pengangkutan pada triwulan laporan tercermin dari tingginya arus penumpang yang keluar/masuk dari/ke Bandar Udara Sam Ratulangi Manado baik asal/tujuan domestic maupun internasional. Sampai dengan periode laporan, arus penumpang dan kargo yang berangkat (keluar) dari wilayah Sulawesi Utara tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 5,34% (yoy) untuk penerbangan domestik dan 27,46% (yoy) untuk penerbangan internasional. Sejalan dengan itu, arus penumpang yang masuk ke wilayah Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan sebesar 4,55% (yoy) untuk penerbangan domestik dan 28,34% (yoy) untuk penerbangan internasional. Peningkatan pada arus masuk bertepatan dengan maraknya even domestik dan internasional yang diselenggarakan di Sulawesi Utara serta arus mudik seiring perayaan Idul Fitri pada triwulan laporan.
Tabel 1.5.
Perkembangan Jumlah Bank dan Kantor Bank Umum dan BPR di Sulawesi Utara
Ket: *) termasuk kantor unit
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
Jumlah Bank umum 23 23 24 24 24 25 25 25 25 25 25
Jumlah kantor bank umum*) 195 197 199 206 206 215 219 225 227 234 240
Jumlah BPR 17 17 17 13 13 14 14 16 16 16 16
Jumlah kantor BPR 39 39 39 39 39 39 41 43 43 46 46
2009
28 Tabel 1.6.
Perkembangan Lalu Lintas Penumpang dan Kargo di Bandara Sam Ratulangi
Sementara itu, relatif stabilnya pertumbuhan sub sektor komunikasi dalam triwulan laporan antara lain didukung oleh semakin luasnya wilayah jangkauan, disamping pesatnya pembangunan sejumlah menara BTS (Base Transceiver System) di beberapa lokasi pada daerah yang sebelumnya terisolir sehingga dapat meningkatkan kenyamanan pelanggan dalam berkomunikasi. Selain itu perkembangan kecanggihan telepon selular dengan berbagai macam jenis merk, harga, dan fasilitas/fitur baru yang ditawarkan serta gencarnya promosi yang dilakukan semakin mendorong masing-masing provider untuk lebih bersaing mendapatkan konsumen, hal ini pada tahap selanjutnya akan berdampak terhadap peningkatan kinerja sub sektor komunikasi.
Sejalan dengan pertumbuhan positif sektor ini, keberpihakan perbankan yang diwujudkan dalam penyaluran kredit di sektor pengangkutan dan komunikasi juga memperlihatkan adanya peningkatan. Sampai dengan akhir triwulan III 2011 jumlah kredit yang disalurkan mencap ai Rp95 miliar, atau tumbuh 4,61% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
E. Sektor Pertambangan dan Penggalian
Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan III-2011 tumbuh 7,9% (yoy) dengan sumbangan sebesar 0,39% terhadap total pertumbuhan. Berdasarkan pelaku usahanya, sub sektor penggalian ini lebih banyak
dilakukan oleh penambangan
tradisional/rakyat dan bukan industri
Sumber: PT. Angkasa Pura II, Sulawesi Utara
Grafik 1.29.
Perkembangan Kredit Sektor Pertambangan
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
Sumber : Bank Indonesia Manado
Grafik 1.28.
Perkembangan Kredit Sektor Transportasi & Komunikasi Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Datang 166,510 202,844 212,656 224,178 198,304 207,648 222,328 4.55% Berangkat 175,663 200,622 214,014 210,950 208,485 210,985 225,442 5.34% Datang 7,503 5,377 5,858 5,730 4,856 5,741 7,518 28.34% Berangkat 7,612 5,243 5,553 5,536 4,623 5,786 7,078 27.46% Penumpang Kedatangan/ Keberangkatan 2010 Growth (YoY) Domestik Internasional Jenis Pengangkutan Asal/Tujuan 2011 -40 -30 -20 -10 0 10 20 30 40 50 60 -10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 2009 2010 2011
Kredit_Angk&Kom (Rp miliar) - left axis gKredit_Angk&Kom (% yoy) - right axis
-50 0 50 100 150 200 -10 20 30 40 50 60 70 80 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 2009 2010 2011
Kredit_Pertambangan (Rp miliar) - left axis gKredit_pertambangan (% yoy) - right axis
berskala besar. Hal inilah yang mendorong rendahnya penyaluran kredit pada sektor pertambangan selain karena faktor risiko yang tinggi dari kegiatan pertambangan. Jika dilihat berdasarkan trennya, pembiayaan yang diberikan oleh pihak perbankan terhadap sektor pertambangan pengalami penurunan yang cukup signifikan pada awal tahun 2009, dan selanjutnya mulai mengalami peningkatan pada triwulan II 2011. Pada triwulan laporan, jumlah kredit yang disalurkan pada sektor pertambangan tercatat sebesar Rp68 miliar atau mengalami pertumbuhan sebesar 68,57% (yoy).
F. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih
Sementara itu, sektor listrik, gas dan air bersih pada triwulan III-2011 tumbuh positif 7,22% (yoy). Jika dilihat dari jumlah penjualan listrik serta jumlah pelanggan di triwulan III-2011, terdapat pertumbuhan positif dalam jumlah pelanggan dan pemakaian listrik pada triwulan laporan. Jumlah pelanggan listrik pada triwulan III-2011 sebesar 427.638 pelanggan atau
tumbuh 12,89% (yoy) dengan jumlah pemakaian 205 MW atau tumbuh 12% dibandingkan periode yang sama tahun 2010. Sementara itu, pada triwulan III-2011, kapasitas listrik yang tersedia adalah sebesar 247 MW atau tumbuh 17,62% dibandingkan triwulan yang sama tahun 2010. Tingkat pertumbuhan kapasitas listrik tersedia didukung oleh pembangunan sejumlah pembangkit listrik di wilayah Sulawesi Utara.
Grafik 1.30.
Perkembangan Jumlah Pemakaian dan Supply Listrik di Sulawesi Utara
Sumber: PT. PLN Kanwil Sulutenggo, diolah
-50 100 150 200 250 300 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 2009 2010 2011
Jumlah Pemakaian (MW) - left axis Jumlah listrik yang tersedia (MW) - left axis
30
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Tren penurunan tekanan inflasi di Kota Manado secara umum masih terjadi sepanjang triwulan III-2011. Secara tahunan, inflasi Kota Manado pada triwulan III-2011 tercatat 1,25% (yoy), mengalami penurunan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 7,38% (yoy) dan masih lebih rendah dibandingkan laju inflasi nasional sebesar 4,61% (yoy). Sejalan dengan pergerakan inflasi tahunan, inflasi bulanan selama triwulan III-2011 juga mengalami penurunan menjadi deflasi 0,22% (mtm) pada September III-2011 dari 0,08% (mtm) pada Juli 2011, angka ini jauh lebih rendah dibandingkan inflasi nasional pada September 2011 sebesar 0,27% (mtm). Akumulasi laju inflasi (ytd) Kota Manado sampai dengan September 2011 tercatat lebih rendah (-0,19%) dibandingkan akumulasi inflasi nasional (2,97%). Sementara itu, sebagaimana pola musimannya, Kota Manado pada periode laporan juga mencatat deflasi 0,05% (qtq).
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi secara tahunan pada triwulan III-2011 terutama didorong oleh kelompok inti (core inflation), sementara kelompok bahan makanan yang harganya bergejolak (volatile foods) dan kelompok komoditas yang harganya diatur oleh pemerintah (administered prices) justru memberikan sumbangan negatif terhadap inflasi pada periode laporan.
Grafik 2.2.
Laju Inflasi Kota Manado vs Nasional (qtq) Grafik 2.1.
Laju Inflasi Kota Manado vs Nasional (yoy)
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
-2 0 2 4 6 8 10 12 14 16 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 2008 2009 2010 2011
yoy Manado yoy Nasional
% -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 2008 2009 2010 2011 qtq Manado qtq Nasional %
32
2.1. PERKEMBANGAN INFLASI
2.1.1 INFLASI TAHUNAN (yoy)
Secara tahunan, inflasi Kota Manado pada triwulan III-2011 tercatat 1,25% (yoy), mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 7,38% (yoy) dan masih lebih rendah dibandingkan laju inflasi nasional sebesar 4,61% (yoy). Penurunan laju inflasi tahunan pada triwulan laporan terutama disebabkan oleh berkurangnya tekanan inflasi pada kelompok pangan. Hal ini ditandai dengan berlanjutnya penurunan harga beberapa komoditas pangan bergejolak (volatile foods). Tingginya permintaan kebutuhan masyarakat menjelang Idul Fitri tidak memberikan dampak terhadap kenaikan harga, hal ini disebabkan oleh kecukupan pasokan baik pasokan dari luar daerah maupun pasokan lokal. Produksi beras di Sulut hingga September 2011 masih dalam kondisi surplus. Selain itu, jumlah pasokan dari luar daerah (Sulsel dan Jawa Timur) juga meningkat.
Berdasarkan kelompoknya, kelompok bahan makanan dan kelompok sandang mencatat deflasi tertinggi dibandingkan kelompok lainnya. Angka deflasi kelompok bahan makanan tercatat 1,23% (yoy) pada triwulan laporan yang disebabkan oleh penurunan harga bumbu-bumbuan, sayur-sayuran serta daging dan hasil-hasilnya. Sementara itu, kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan juga mengalami deflasi 0,87% (yoy) yang didorong oleh mulai normalnya harga angkutan udara.
2.1.2 INFLASI TRIWULANAN (qtq)
Searah dengan inflasi tahunan, tekanan inflasi Kota Manado selama triwulan III-2011 cenderung lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Secara triwulanan, Kota Manado pada triwulan III-2011 mencatat deflasi 0,05% (qtq), jauh lebih rendah dibandingkan triwulan III-2010 yang mengalami inflasi sebesar 3,81% (qtq).
Tabel 2.1.
Inflasi Tahunan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
1 Bahan Makanan 21.82 4.75 -0.82 5.82 -2.19 6.39 18.14 15.23 21.69 14.72 -1.23 2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 8.03 7.5 6.15 4.88 8.13 5.96 4.83 5.36 0.43 1.50 1.45 3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 3.54 2.07 -0.15 0.44 1.45 1.83 2.58 2.35 1.85 2.14 1.58
4 Sandang 6.05 4.94 4.67 6.37 2.83 6.84 7.02 5.15 5.03 4.28 8.32
5 Kesehatan 9.16 5.43 4.84 4.12 4.98 2.56 1.87 0.96 0.61 2.62 3.20
6 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 2.58 2.03 2.63 1.81 1.97 1.75 1.19 1.62 0.91 0.86 9.70 7 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 1.05 -8.66 -8.76 -5.33 1.63 2.60 3.26 0.59 0.80 -0.38 -0.87
8.85 2.25 -0.01 2.31 1.84 4.21 7.38 6.28 6.90 5.15 1.25 2009 No Kelompok Umum 2011 2010
Grafik 2.3.
Inflasi Triwulanan Sub Kelompok Bahan Makanan TriwulanI III-2011
Berdasarkan kelompoknya, deflasi terutama terjadi pada kelompok bahan makanan yaitu sebesar 3,59% (qtq). Deflasi pada sub kelompok bahan makanan didorong oleh penurunan tekanan inflasi pada sub kelompok bumbu-bumbuan dan sayur-sayuran. Penurunan tekanan inflasi pada kelompok bahan makanan terutama disebabkan oleh masih berlanjutnya penurunan harga komoditi cabe rawit, tomat sayur, bawang merah, beras dan bawang putih akibat panen raya yang terjadi di sejumlah wilayah asal komoditi tersebut.
2.1.3 INFLASI BULANAN (mtm)
Secara bulanan, tekanan inflasi Kota Manado sepanjang triwulan III-2011 menunjukkan tren penurunan. Pada Juli 2011 Kota Manado tercatat mengalami inflasi 0,08% (mtm), kemudian sedikit mengalami kenaikan pada Agustus 2011 menjadi 0,10% (mtm) yang didorong oleh faktor musiman liburan, persiapan menjelang tahun ajaran baru dan perayaan Hari Raya Idul Fitri. Kemudian kembali mengalami penurunan pada September 2011 menjadi deflasi sebesar 0,23% (mtm).
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Tabel 2.2.
Inflasi Triwulanan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
1 Bahan Makanan 6.58 -7.86 0.84 6.86 -1.50 0.23 11.98 4.23 4.03 -5.51 -3.59
2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 1.54 1.07 1.85 0.34 4.68 -0.95 0.77 0.84 -0.22 0.10 0.72 3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar -0.26 -0.29 0.23 0.77 0.74 0.09 0.96 0.55 0.24 0.38 0.41
4 Sandang 3.97 -1.93 0.92 3.36 0.52 1.89 1.09 1.56 0.40 1.17 5.02
5 Kesehatan 1.18 2.32 0.99 -0.42 2.02 -0.04 0.32 -1.32 1.66 1.96 0.90
6 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 0.57 0.22 0.91 0.10 0.72 0.01 0.36 0.52 0.02 -0.04 9.15 7 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan -7.03 0.28 -0.02 1.57 -0.20 1.23 0.62 -1.06 0.02 0.05 0.13
1.18 -2.08 0.74 2.50 0.72 0.20 3.81 1.44 1.31 -1.43 -0.05 Umum No Kelompok 2009 2010 2011 2.50 6.75 4.08 3.05 2.95 (4.26) 4.77 (0.88) (32.73) 0.13 2.79 -35 -30 -25 -20 -15 -10 -5 0 5 10
Padi-padian, Umbi-umbian & Hasilnya Daging & Hasil-hasilnya Ikan Segar Ikan Diawetkan Telur, Susu & Hasil-hasilnya Sayur-sayuran Kacang - kacangan Buah - buahan Bumbu - bumbuan Lemak & Minyak Lainnya
34 Grafik 2.5.
Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok Barang & Jasa Juli 2011 Grafik 2.4.
Laju Inflasi Kota Manado vs Nasional (mtm)
JULI 2011
Memasuki triwulan III-2011, Kota Manado tercatat mengalami inflasi sebesar 0,08% (mtm). Inflasi terutama terjadi pada kelompok pendidikan sebesar 2,08% (mtm) dengan sumbangan sebesar 0,09% terhadap total inflasi bulanan. Berdasarkan sub kelompoknya, sub kelompok pendidikan mengalami inflasi 3,62% (mtm), diikuti oleh sub kelompok perlengkapan/peralatan pendidikan (2,49%) dan sub kelompok rekreasi (0.02%). Tingginya inflasi pada kelompok pendidikan tidak terlepas dari faktor musiman liburan sekolah dan persiapan memasuki tahun ajaran baru.
AGUSTUS 2011
Kota Manado pada Agustus 2011 mengalami inflasi sebesar 0.10% (mtm) atau sedikit mengalami peningkatan dibandingkan bulan sebelumnya. Seperti halnya pendorong inflasi pada bulan Juli 2011, inflasi pada Mei 2011 masih disumbangkan oleh kelompok pendidikan sebesar 0,31% dengan angka inflasi tercatat sebesar 6,91% (mtm). Penyesuaian harga di tiap-tiap level Grafik 2.6.
Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa Agustus 2011
Sumber: BPS SulawesiUtara , diolah.
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
-3 -2 -1 0 1 2 3 4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2010 2011 % mtm Manado mtm Nasional -0.83 0.18 0.18 0.75 0.56 2.08 0.64 -0.25 0.03 0.04 0.05 0.02 0.09 0.09 -1 0 1 2 3 Bahan Makanan Makanan jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transportasi
Andil Inflasi (mtm) Juli 2011
-1.90 0.43 0.14 3.00 0.08 6.91 0.23 -0.55 0.08 0.03 0.19 0.00 0.31 0.03 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 Bahan Makanan Makanan jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transportasi