• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2021

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2021"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

PENGARUH PENGEMBANGAN DESTINASI PARIWISATA BERBASIS SDGS (SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS) TERHADAP PENGENTASAN KEMISKINAN DI KELURAHAN

MALINO, KECAMATAN TINGGIMONCONG KABUPATEN GOWA

Disusun dan Diusulkan Oleh:

NUR RAHMADHANI SYAFITRI Nomor Stambuk : 105640211015

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2021

(2)

PENGARUH PENGEMBANGAN DESTINASI PARIWISATA BERBASIS SDGS (SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS) TERHADAP PENGENTASAN KEMISKINAN DI KELURAHAN

MALINO, KECAMATAN TINGGIMONCONG KABUPATEN GOWA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan

Disusun dan Diajukan NUR RAHMADHANI SYAFITRI

Nomor Stambuk : 105640211015

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2021

(3)
(4)
(5)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Nur Rahmadhani Syafitri Nomor Spanduk : 105640211015

Program Studi : Ilmu Pemerintahan

Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa dipublikasikan orang lain atau melakukan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku.

Makassar, 23 April 2021 Yang Menyatakan,

Nur Rahmadhani Syafitri

(6)

ABSTRAK

Nur Rahmadhani Syafitri. Pengaruh Pengembangan Destinasi Pariwisata Berbasis SDGS (Sustainable Development Goals) Terhadap Pengentasan Kemiskinan Di Kelurahan Malino, Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa.

(Pembimbing Nuryanti Mustari dan Handam)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengembangan destinasi pariwisata berbasis SDGS (Sustainable Development Goals) terhadap pengentasan kemiskinan di kelurahan malino, kecamatan tinggimoncong kabupaten gowa. Lokasi penelitian berada di kelurahan malino, kecamatan tinggimoncong kabupaten gowa. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Instrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner dengan jumlah responden sebanyak 95 orang. Teknik pengumpulan data dengan kuesioner (angket). Teknik pengabsahan data diperoleh melalui uji validitas dan realibilitas. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dan teknik analisis regresi linear sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa besarnya pengaruh variabel pengembangan destinasi pariwisata berbasis SDGS, sebesar 87,9% masuk dalam kategori sangat baik. Adapun variabel pengentasan kemiskinan sebesar 82,5% masuk dalam kategori sangat baik. Sedangkan besarnya pengaruh variabel pengembangan destinasi pariwisata berbasis SDGS terhadap pengentasan kemiskinan di Kelurahan Malino, Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa sebesar 32,9%.

Kata Kunci: Pengembangan, Destinasi Pariwisata, SDGS, Pengentasan, Kemiskinan.

(7)

KATA PENGANTAR

Assalamu’Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “pengaruh pengembangan destinasi pariwisata berbasis SDGS (Sustainable Development Goals) terhadap pengentasan kemiskinan di kelurahan malino, Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa”.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Pemerintahan Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa mulai dari awal hingga akhir proses pembuatan skripsi ini bukanlah hal yang mudah. Ada banyak rintangan, hambatan, dan cobaan yang selalu menyertainya. Hanya dengan ketekunan, kerja cerdas, dan kerja ikhlas sehingga membuat penulis termotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini. Juga dengan adanya berbagai bantuan baik berupa moril dan materil dari berbagai pihak sehingga mempermudah penyelesaian penulisan skripsi ini.

Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada suamiku tercinta Zulkifli Umar yang meskipun dalam masa penugasan RI- RDTL NTT-Timor Leste, selalu memberikan dukungan dan kepedulian yang luar biasa. Dan untuk kedua orang tua tercinta Ayahku tersayang Alm.Sirajuddin dan Ibunda Siti Halijah, yang telah mempertaruhkan seluruh hidupnya untuk kesuksesan anaknya, yang telah membesarkan dan mendidik dengan sepenuh hati dalam buaian kasih sayang, serta tanteku Hj.Sanipa dan Kakak ku satu-satunya Rais Sirajuddin dan kakak iparku Rahmiyani yang menemaniku selama penelitian, terimakasih juga untuk mertuaku Damarisa Bunga, Ibu Hj. Hadiah Dg.

Memang dan H. Rangga Dg. Beta serta keponakanku tersayang Rafasya Aktafaris yang selalu memberikan dukungan dan kasih sayang serta doa yang tulus dan

(8)

ikhlas yang senantiasa di panjatkan kepada Allah SWT sehingga menjadi pelita terang dan semangat yang luar biasa bagi penulis.

Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak, diantaranya :

1. Ibu Dr. Nuryanti Mustari, S.IP., M.Si dan Bapak Handam, S,IP., M.Si selaku pembimbing I dan pembimbing II penulis yang selalu memberikan arahan dan dorongan atas penyelesaian skripsi penulis.

2. Ibu Dr. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Dr. Burhanuddin, S.Sos., M.Si selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Ibu Dr. Nuryanti Mustari, S.IP., M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan dan Ahmad Harakan S.IP., M.H.I selaku sekretaris Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

5. Ibuk Dr. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si selaku Dosen Penasehat Akademik Penulis ± 4 tahun menampaki jenjang pendidikan di bangku kuliah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

6. Bapak Dr.H.Abd Rahman Rahim, SE, M.M selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

7. Para Dosen, dan staf Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah banyak memberikan bekal pengetahuan bagi penulis selama menjalani proses perkuliahan.

8. Pemerintah Kabupaten Gowa, Pemerintah kelurahan Malino dan pemerintah Kecamatan Tinggimoncong, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

9. Masyarakat dan para pegawai sebagai respoden yang memberi izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

10. Kepada seluruh Teman-Teman dan sahabat-sahabat khususnya di kelas IP.B dan teman KPS (Komunitas Peduli Sosial) yang selama ini sudah seperti

(9)

saudara yang memberikan banyak kebahagiaan dan persahabatan yang luar biasa dan selalu bersama-sama mencapai tujuan kita.

11. Kepada seluruh sahabat-sahabat dekat Muh. Akbar Octamir, Wahid Al-Fajrih, Khaerul Haris, Ririn Pratama, S.IP, Adi, S.IP, Cevi Agustina, S.IP, Reski Fatimah, S.IP, Novitasari, S.IP, yang tiada henti memberikan dukungan dan semangat kepada penulis dalam penyusunan skripsi.

12. Kepada teman-teman Erni, S.IP, kiki reski rahmadani, Ita Purnamasari Rahman, S.IP, dan seluruh teman-teman Blegos28 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan, dukungan dan semangat kepada penulis dalam penyusunan skripsi.

13. Kepada seluruh teman-teman KKP Desa Ujung Baji Kabupaten Gowa yang selama ± 2 bulan bersama-sama berjuang dalam menyelesaikan Kuliah kerja Profesi (KKP).

14. Semua keluarga, sahabat, teman-teman, dan berbagai pihak yang tidak bisa disebut satu-satu yang telah memberikan doa, dukungan, dan membantu penulis selama ini.

Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Makassar, 10 Maret 2021 Penulis,

Nur Rahmadhani Syafitri

(10)

DAFTAR ISI

Halaman Sampul ... i

Halaman PengajuanSkripsi ... ii

Halaman Persetujuan ... iii

Halaman Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ... iv

Abstrak ... v

Kata Pengantar ... vi

Daftar Isi... ix

BAB I : PENDAHULUAN A. LatarBelakang………..1

B. RumusanMasalah……….4

C. TujuanPenelitian………..4

D. Manfaat Penelitian………...5

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pengembangan Destinasi Pariwisata Berbasis SDGS dan Konsep Kemiskinan ... 6

1. Konsep Pengembangan Destinasi Pariwisata Berbasis SDGS ... 6

2. Sutainable Development Goals (SDGS) ... 8

3. Konsep Kemiskinan ... 12

B. Kerangka Fikir ... 16

C. Devinisi Operasional Variabel X ... 17

D. Hipotesis Penelitian... 19

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan waktu Penelitian ... 20

B. Jenis dan Tipe penelitian ... 20

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 21

D. Sumber Data ... 22

E. Teknik Pengumpulan Data ... 22

F. Teknik Analisis Data ... 24

G. Teknik Pengabsahan Data ... 26

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Peneltian ... 28

B. Hasil Penelitian ... 36

C. Pembahasan...100

D. BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan...110

B. Saran...111

DAFTAR PUSTAKA………112

(11)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sampai saat ini, Pemerintah telah membahas terkait pariwisata yaitu terdapat dalam UU No. 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan yang telah mengandung beberapa hal, sebagai berikut:

Wisata merupakan aktivitas perjalanan yang dilakukan baik secara individu atau berkelompok dengan mengunjungi suatu tempat atau wahana tertentu untuk tujuan rekreasi, mampu menambah wawasan dan pengalaman setiap individu dan mampu mempelajari keunikan daya tarik wisata yang telah dikunjungi dalam jangka waktu yang singkat.

Wisatawan adalah seseorang yang sedang berkunjung dilokasi wisata.

Sedangkan, pariwisata adalah semua kegiatan wisata yang sudah didukung dengan kelengkapan fasilitas dan layanan yang telah disediakan oleh masyarakat, pihak swasta (Investor/pengusaha), Pemerintah Pusat ataupun Pemerintah Daerah.

Sementara itu, kepariwisataan mencakup semua kegiatan yang berkaitan dengan pariwisata dan bersifat multidimensi dan juga multidisiplin yang muncul sebagai bentuk kebutuhan baik untuk setiap orang, ataupun untuk kebutuhan negara serta adanya bentuk interaksi antara wisatawan dengan pemerintah, maupun pemerintah daerah dengan pengusaha.

Daya tarik wisata adalah semua tempat yang memiliki unsur keunikan, keindahan, sebuah nilai seperti keanekaragaman kekayaan alam, budaya, ataupun sebuah karya hasil buatan manusia yang mampu menjadi sasaran atau tujuan

(12)

kunjungan wisatawan. Adapun, daerah tujuan pariwisata yang biasa kita sebut sebagai destinasi pariwisata adalah sebuah tempat yang memiliki letak geografis dan strategis yang terlekak pada satu atau lebih daerah administratif yang memiliki daya tarik, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan saling melengkapi demi terwujudnya kepariwisataan.

Pengusaha pariwisata adalah seseorang yang melakukan kegiatan usaha pariwisata. Sedangkan, usaha pariwisata adalah sebuah usaha yang menyediakan barang ataupun jasa yang mampu memenuhi kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata..

UU No. 10 Tahun 2009, terdapat dalam Pasal 4 yang menjelaskan bahwa kepariwisataan memiliki tujuan: meningkatkan pertumbuhan ekonomi;

meningkatkan kesejahteraan rakyat; menghapus kemiskinan; mengurangi pengangguran; melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya; menjaga kebudayaan; mampu meningkatkan citra bangsa; menambah rasa cinta tanah air;

memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa; dan mempererat persahabatan antarbangsa.

Dalam hal ini, terlihat jelas bahwa peranan pariwisata dalam melakukan pembangunan terdapat tuga aspek, yaitu aspek ekonomi (devisa, pajak), aspek terjalin kerjasama antarnegara (persahabatan antarbangsa), dan aspek kebudayaan (dengan mepromosikan keanekaragaman kebudayaan kita terhadap wisatawan lokal ataupun mancanegara).

(13)

Pengembangan yang dilakukan dalam bidang kepariwisataan saat ini, selain mampu menambah devisa Negara maupun pendapatan Pemerintah Daerah juga diharapkan mampu memperluas kesempatan berusaha dengan membuka lapangan pekerjaan untuk mengurangi pengangguran. Selain itu, pariwisata juga mampu meningkatkan pendapatan masyarakat yang tinggal disekitar lokasi wisata melalui keuntungan, yaitu dengan melengkapi fasilitas yang mendukung dan menyediakan sarana dan prasarana rekreasi agar wisatawan ataupun masyarakat sekitar saling diuntungkan. Pengembangan daerah yang memiliki destinasi pariwisata seharusnya memperlihatkan keunggulan budaya, sejarah dan ekonomi dari tujuan wisata. Hal ini dibahas dalam sebuah laman web (www.cvinspireconsulting.com) yang dikutip pada tahun 2015.

Maka dari itu, sektor pariwisata juga sangat diharapkan bisa mengurangi angka kemiskinan. Karena sektor pariwisata di Indonesia memiliki peranan yang sangat penting dalam menunjang pembangunan sekaligus menjadi salah satu faktor yang strategis dalam meningkatkan pendapatan masyarakat dan devisa negara. Salah satu sektor pariwisata yang mampu meningkatkan pendapatan asli daerah di Kabupaten Gowa, yaitu berada di Kelurahan Malino Kecamatan Tinggimoncong.

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan mengangkat judul: “Pengaruh Pengembangan Destinasi Pariwisata Berbasis SDGs (Sutainable Development Goals) Terhadap Pengentasan Kemiskinan di Kelurahan Malino, Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa”.

(14)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan oleh penulis, maka rumusan masalah didalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah tanggapan responden terhadap pengembangan destinasi pariwisata berbasis SDGs di Kelurahan Malino, Kecamatan Tinggimoncong kabupaten Gowa?

2. Bagaimanakah tanggapan responden terhadap pengentasan kemiskinan di Kelurahan Malino, Kecamtan Tinggimoncong Kabupaten Gowa?

3. Seberapa besar pengaruh pengembangan destinasi pariwisata berbasis SDGs terhadap pengentasan kemiskinan di Kelurahan Malino, Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian yang terkait adalah:

1. Untuk Mengetahui bagaimana tanggapan responden terhadap pengembangan destinasi pariwisata berbasis SDGs Kelurahan Malino, Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa!

2. Untuk mengetahui bagaimana tanggapan responden terhadap pengentasan kemiskinan di Kelurahan Malino, Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa!

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pengembangan destinasi pariwisata berbasis SDGs terhadap pengentasan kemiskinan di Kabupaten Gowa!

(15)

D. Manfaat Penelitian

Dengan diadakannya penelitian ini, maka penulis mengharapkan penelitian ini dapat menjadi salah satu bahan acuan bagi pembaca untuk:

1. Manfaat Teoritis

a. Bermanfaat untuk menghasilkan konsep terkait pengembangan ilmu tentang pengaruh pengembangan destinasi pariwisata berbasis SDGs terhadap pengentasan kemiskinan.

b. Bermanfaat untuk mendapatkan kebenaran sebuah teori.

2. Manfaat Praktis

a. Bermanfaat bagi para pengambil kebijakan di bidang pemerintahan, khususnya bagi Dinas Pariwisata, dan Dinas Sosial di Kabupaten Gowa, serta Pemerintah Kecamatan Tinggimoncong sebagai bentuk evaluasi dalam mengambil keputusan terkait upaya peningkatan mutu pemerintahan yang efektif.

b. Bermanfaat bagi para Aparat Pemerintah Daerah, khususnya bagi para Aparat Pemerintahan di Dinas Pariwisata Kabupaten Gowa, dan Dinas Sosial di Kabupaten Gowa, serta Pemerintah Kecamatan Tinggimoncong sebagai referensi sekaligus bahan masukan untuk lebih baik didalam melaksanakan tugas dan fungsinya.

c. Bermanfaat juga bagi para peneliti yang tertarik mengembangkan penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pengembangan destinasi pariwisata berbasis SDGs dalam pengentasan kemiskinan yang lebih baik.

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pengembangan Destinasi Pariwisata Berbasis SDGs dan Konsep Kemiskinan

1. Konsep Pengembangan Destinasi Pariwisata Berbasis SDGs

Pariwisata menurut World Tourism Organization (Pitana pada tahun 2009, dalam Pengantar Ilmu Pariwisata), adalah kegiatan seseorang yang sedang bepergian atau tinggal disuatu tempat yang bukan tempat tinggalnya dalam waktu singkat secara terus-menerus, hanya untuk kesenangan, bisnis ataupun tujuan lainnya.

Masih pendapat yang sama terkait definisi pariwisata berkelanjutan menurut World Tourism Organization yang telah menunjukkan adanya keterkaitan antara

kebutuhan ekonomi, sosial dan dilain pihak mampu mempertahankan integritas budaya, proses ekologi esensial, Keanekaragaman hayati, dan sistem penunjang kebutuhan dari pihak yang lain.

Menurut World Tourism Organizatio (dalam Hestanto, 2018), dalam pengembangan destinasi pariwisata berkelanjutan ada beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat keberlanjutan destinasi pariwisata, yaitu:

a. Kesejahteraan Masyarakat Lokal b. Jaminan Kesehatan dan Keselamatan c. Manfaat Ekonomi

d. Pengelolaan Sumber Daya Alam yang Langka

(17)

Pada hakikatnya berpariwisata menurut Suwantoro dalam Kurniawan (2015), merupakan suatu proses perjalanan yang bersifat sementara dan dilakukan oleh seseorang menuju ketempat lain karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun faktor lain seperti sekedar ingin tahu, ataupun menambah wawasan dan pengalaman.

Hampir sama dengan apa yang telah dikemukakan oleh Spillane (dalam Wahid,2015), bahwa pariwisata merupakan kegiatan perjalanan singkat seseorang dari satu tempat menuju tempat yang lainnya dan dilakukan untuk mencari keseimbangan, keserasian, kesenangan dari lingkungan yang berbeda dalam dimensi sosial, alam, budaya dan juga ilmu pengetahuan.

Selanjutnya Yoeti dalam Anindita tahun 2015, mengemukakan bahwa pariwisata ada bentuk aktifitas manusia yang dilakukan secara sadar dan mendapatkan pelayanan secara bergantian dalam negara itu sendiri atau diluar negeri, seperti orang-orang yang memiliki pekerjaan di luar daerah ataupun negeri dan menetap untuk sementara waktu.

Sementara itu, di sebuah laman internet Wahab (2015) berpendapat bahwa manfaat pariwisata dalam pembangunan, sebagai berikut:

a. Meningkatkan pendapatan daerah dan meningkatkan devisa negara.

b. Memperluas peluang berusaha dengan membuka lapangan pekerjaan yang baru untuk mengurangi pengangguran.

c. Menambah pendapatan masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi wisata tersebut melalui keuntungan secara ekonomi, membangun fasilitas yang

(18)

mendukung dan melengkapi penyediaan fasilitas rekreasi, wisatawan, sehingga penduduk setempat saling diuntungkan.

Pengembangan daerah yang memiliki destinasi wisata seharusnya mampu mempromosikan keanekaragaman budaya yang kita miliki, sejarah dan ekonomi dari tujuan wisata. Hal ini di bahas dalam sebuah laman web (www.cvinspireconsulting.com) yang dikutip pada tahun 2015.

2. Substainable Development Goals (SDGs)

Sustainable Development (pembangunan berkelanjutan) merupakan

pembangunan yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup seseorang di seluruh dunia, baik saat ini maupun dimasa yang akan datang, tanpa mengeksploitasi penggunaan sumber daya alam yang melebihi kapasitas dan daya dukung bumi. SDGS (Substainable Development Goals) adalah keseluruhan tujuan, sasaran, indikator pembangunan yang berkelanjutan dan bersifat universal.

SDGS ini merupakan lanjutan dari MDGS (Millennium Development Goals) yang telah dilakukan oleh beberapa negara pada tahun 2001 sampai akhir 2015.

MDGS memiliki delapan poin yaitu: 1). mengurangi kemiskinan dan kelaparan;

2). mencapai pendidikan yang universal; 3). meningkatkan kesetaraan gender dan memberdayakan perempuan; 4). mengurangi kematian anak; 5). meningkatkan kesehatan maternal; 6). membasmi HIV, malaria, dan penyakit lainnya; 7).

menjamin keberlanjutan lingkungan; 8). mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan.

Meskipun terdapat beberapa poin MDGS berhasil dicapai, namun masih ada juga beberapa poin lainnya yang dinilai belum tercapai. MDGS bertujuan

(19)

mengurangi kemiskinan tetapi gagal memperhatikan dan mengatasi akar masalah kemiskinan. MDGS tidak secara khusus memperhatikan pentingnya mencapai tujuan perbaikan pembangunan ekonomi.

Sejak tahun 2015 berakhir, saat itulah ujung waktu dari kesepakatan Millenium Development Goals (MDGs) ditetapkan. Dan, negara-negara di dunia

pun mulai merumuskan sebuah platform berkelanjutan untuk dapat mencapai cita- cita mulia dari MDGs tersebut. Maka dari itu, pada 25-27 September 2015 diadakan pertuan dengan 193 negara di Markas PBB di New York. Pertemuan Sustainable Development Summit ini telah berhasil mengesahkan sebuah dokumen

yang kita kenal dengan Sustainable Development Goals (SDGs).

Pertemuan tersebut adalah bentuk tindak lanjut kesepakatan ditempat yang sama pada 2 agustus 2015. Pada saat itu terdapat anggota PBB dari 193 negara telah mengadopsi secara aklamasi sebuah dokumen yang berjudul Transforming Our World: The 2030 Agenda for Sustainable Development (Mengalihrupakan

Dunia Kita: Agenda Tahun 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan).

Sehingga berbagai negara dibelahan dunia, saat ini telah menyepakati platform dengan terminologi yang baru, yaitu SDGs. SDGs ataupun MDGs pada

dasarnya memiliki kesamaan cita-cita. Dan salah satunya adalah untuk mengentaskan kemiskinan di dunia. Akan tetapi, terdapat hal yang lebih progresif terdapat dalam SDGs yang ingin dicapai tahun 2030

Di dalam terciptanya dunia, terdapat 17 poin penting dalam SDGs, yaitu: (1) Tanpa ada kemiskinan; (2) Tidak ada kelaparan; (3) Kesehatan yang baik dan kesejahteraan; (4) Pendidikan yang berkualitas; (5) Kesetaraan gender; (6) Air

(20)

bersih dan sanitasi; (7) Energi yang bersih dan terjangkau; (8) Adanya pekerjaan yang layak dan pertumbuhan ekonomi; (9) Terdapat industri, inovasi, dan infrastruktur; (10) Tanpa kesenjangan sosial; (11) Keberlanjutan kota dan komunitas; (12) Terdapat produksi; (13) Aksi terhadap iklim; (14) Kehidupan bawah laut; (15) Kehidupan di darat; (16) Institusi peradilan yang kuat; dan (17) Kemitraan untuk mencapai sebuah tujuan.

Indonesia dengan beberapa perwakilan dari negara-negara lain di dunia memilki waktu selama 15 tahun, terhitung 2015 agar mampu mencapai manifesto SDGs. Artinya, Untuk mewujudkannya di Indonesia masih melewati sampai tiga kali pemilihan presiden (pilpres). Untuk menjadikan kehidupan manusia menjadi lebih baik, maka agenda tersebut memiliki 17 tujuan yang terbagi menjadi 169 target. Yang mewakili Indonesia pada saat itu adalah Wakil Presiden Jusuf Kalla yang mengungkapkan bahwa Indonesia akan mengadopsi SDGs dalam Nawa Cita setelah program MDGs berakhir pada tahun 2015 (Elshinta, 2016).

Douglas Broderick pada saat itu, cukup meyakini bahwa adanya kebijakan publik serta pendanaaan yang baik, dan lebih fokus terhadap SDGs di bidang kesehatan dan pendidikan, maka Indonesia dapat menjalin kerjasama dengan mitra-mitranya dan memberikan hasil positif di semua wilayah yang ada di Indonesia tahun 2030 yang akan datang.

Namun ketika kita melihat penerapan SDGs yang terdapat di Sulawesi Selatan khususnya daerah Kabupaten Gowa ini, tepatnya di Kelurahan Malino Kecamatan Tinggimoncong, belum mampu menerapkan secara keseluruhan poin- poin yang ada diatas secara merata dan penulis melihat saat terjun langsung

(21)

dilapangan kemerataan kesejahteraan di daerah ini belum mampu menghilangkan kemiskinan secara menyeluruh, di daerah Malino yang terkenal dengan salah satu daerah wisata terbaik di Sulawesi Selatan kini terkenal bukan hanya didaerahnya saja melainkan dengan dukungan pemerintahnya mampu mempromosikan Malino sebagai salah satu destinasi wisata yang wajib dikunjungi di Indonesia.

Akan tetapi saat penulis melakukan penelitian ini, dalam rangka mengurangi angka kemiskinan sejak kurang lebih 2 (dua) bulan lamanya ternyata pariwisata yang ada di daerah Malino belum mampu menopang perekonomian dan angka kemiskinan yang ada di daerah tersebut dan itu terbukti saat penulis berkunjung ke daerah tersebut, dan menjadi pertanyaan bagi penulis saat berkunjung ke daerah Malino adalah apakah solusi yang dapat penulis sumbangkan demi kemajuan destinasi pariwisata khususnya dalam pengentasan kemiskinan.

3. Konsep Kemiskinan

Kemiskinan menurut BAPPENAS (dikutip dalam laman web www.coursehero.com), merupakan sebuah situasi yang serba kekurangan karena keadaan yang tidak dapat dihindari oleh seseorang dengan kekuatan yang dimilikinya.

Hampir sama dengan pendapat sebelumnya, menurut Suparlan (2004:315), kemiskinan merupakan standar kehidupan yang rendah, dimana trerdapat kekurangan pada segolongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan rendah yang secara langsung mempengaruhi tingkat kesehatan, kehidupan moral dan rasa harga diri mereka yang tergolong sebagai orang miskin.

(22)

Selanjutnya, Ritonga Hamonangan (2003:1), mengemukakan pendapatnya bahwa kemiskinan merupakan kondisi serba kekurangan yang dialami seseorang atau dalam rumah tangga dan tidak mampu memenuhi kebutuhan minimal atau kehidupan yang layak. Kebutuhan dasar minimal yang dimaksud adalah menyangkut kebutuhan pangan, sandang, perumahan dan kebutuhan sosial yang diperlukan oleh penduduk atau rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak.

Sedangkan Muhammad Hambali (2008), telah menyampaikan beberapa program pemerintah yang sedang dalam tahap pelaksanaan saat ini adalah menanggulangi kemiskinan antara lain dengan memfokuskan arah pembangunan pada tahun 2008 pada pengentasan kemiskinan. Indikator program tersebut meliputi empat hal sebagai berikut:

a. Menjaga stabilitas harga bahan kebutuhan pokok.

b. Mendorong pertumbuhan yang berpihak pada masyarakat miskin

c. Menyempurnakan dan memperluas cakupan program pembangunan berbasis masyarakat.

d. Membangun serta menyempurnakan sistem perlindungan sosial bagi masyarakat miskin.

Sementara menurut Ellis (1984:242-245), telah menguraikan pendapatnya tentang dimensi kemiskinan menyangkut 3 (tiga) indikator, yaitu:

1) Ekonomi 2) Politik

3) Aspek Sosial-psikologis

(23)

Secara ekonomi, definisi kemiskinan adalah kekurangan sumber daya yang dapat digunakan unuk memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan kesejahteraaan masyarakat. Sumber daya dalam konteks ini menyangkut bukan hanya dari segi finansial, melainkan pula semua jenis kekayaan (wealth) dalam arti luas mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Secara politik, tolak ukur kemiskinan terdapat pada tingkat kekuasaan (power), kekuasaan dalam hal ini mencakup tatanan sistem politik yang dapat menentukan kemampuan sekelompok orang dalam menjangkau dan menggunakan sumber daya yang ada.

Secara sosial-psikologis lebih mengarah pada kekurangan jaringan dan struktur sosial yang mendukung untuk mendapatkan kesempatan-kesempatan peningkatan produktivitas. Kemiskinan diartikan sebagai kondisi yang disebabkan oleh adanya faktor-faktor penghambat yang mencegah seseorang dalam memanfaatkan berbagai kesempatan yang ada di masyarakat.

Berbeda dengan pendapat Prof. Sayogya dalam Soelaeman Munandar, menyatakan bahwa kemiskinan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Tidak memiliki produksi sendiri seperti tanah, modal, dan keterampilan.

b. Tidak memiliki kemungkinan memperoleh aset produksi tanpa bantuan dari orang atau pihak lain seperti memperoleh tanah garapan atau modal usaha.

c. Tingkat pendidikan yang rendah, bahkan tidak mampu meyelesaikan sekolah dasar karena harus membantu orang tua mencari penghasilan tambahan.

(24)

d. Rata-rata masyarakat yang tinggal di Desa sebagai pekerja bebas (self employed), berusaha apa saja.

e. Terdapat bebrapa masyarakat yang memilih hidup di kota, namun usianya masih muda dan tidak mempunyai keterampilan.

Menurut World Bank pada tahun 2000, kemiskinan sama halnya dengan kehilangan kesejahteraan (defrivation of well being). Sementara inti permasalahan terkait kemiskinan adalah adanya batasan tentang kesejahteraan tersebut. Dalam teori ekonomi, banyaknya barang yang dikomsumsi berarti semakin tinggi pula tingkat kesejahteraan seseorang. Kesejahteraan dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengakses sumber daya yang ada (barang yang dikonsumsi).

Agar mampu mengakses sumber daya yang ada dapat diukur melalui jumlah pendapatan ataupun pengeluaran seseorang.

Apabila definisi kemiskinan kita hubungkan dengan tingkat kesejahteraan, maka kemiskinan merupakan ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhannya hidupnya. Kekurangan akses tersebut berarti kurangnya pendapatan seseorang.

Pada tahun 2017, Sekretaris Daerah Kabupaten Toraja Utara saat diberikan pertanyaan oleh mahasiswa UNISMUH Makassar saat itu, anggaran APBD Toraja Utara itu lebih rendah dibandingkan dengan beberapa daerah yang ada di Indonesia, salah satu faktor yang menghambat daerah tersebut tidak mampu menghilangkan angka kemiskinan didaerah tersebut adalah rendahnya APBD, jika kita bandingkan dengan daerah Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Lombok sudah mampu mengurangi angka kemiskinan dengan cara melakukan

(25)

pengembangan destinasi pariwisata dan meningkatkan perekonomian nasional regional masyarakat lokal, dan penurunan angka kemiskinan dari angka 38,08%

turun menjadi 15,05% dan pertumbuhan ekonomi lombok mencapai 7,1%

melebihi angka perekonomian nasional yang hanya menargetkan 5,6% jika kita membandingkan dengan Lombok mungkin Kabupaten Toraja Utara tidak mampu bersaing dengan daerah lain.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa kemiskinan, problema yang perlu mendapatkan perhatian khusus bagi pemerintah. Adapun aspek penting yang mendukung dalam pengentasan kemiskinan adalah penyediaan data kemiskinan yang akurat.

B. Kerangka Fikir

Kerangka pemikiran Pengaruh Pengembangan Destinasi Pariwisata Berbasis SDGs Terhadap Pengentasan Kemiskinan Di Kelurahan Malino, Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa. Digambarkan dalam bagan kerangka berpikir sebagaimana pada gambar 2.1 berikut ini:

(26)

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir

Gambar 2.1. Pengaruh Pengembangan Destinasi Pariwisata Berbasis SDGs Terhadap Pengentasan Kemiskinan 2019

C. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel adalah salah satu aspek penelitian yang memberikan informasi kepada kita tentang cara mengukur suatu variabel. definisi operasional juga merupakan penjelasan definisi dari variabel yang telah dipilih oleh peneliti. Dan definisi operasional juga merujuk pada kepustakaan.

PENGARUH PENGEMBANGAN DESTINASI PARIWISATA BERBASIS SDGS TERHADAP PENGENTASAN KEMISKINAN

Pengembangan Destinasi Pariwisata Berbasis SDGs (X):

 Kesejahteraan masyarakat lokal

 Kesehatan dan keselamatan

 Manfaat ekonomi

 Pengelolaan SDA yang langka .

World Tourism Organization (2018)

Pengentasan Kemiskinan (Y):

 Menjaga stabilitas harga bahan kebutuhan pokok

 Mendorong pertumbuhan yang berpihak pada masyarakat miskin

 Menyempurnakan dan

memperluas cakupan program pembangunan berbasis masyarakat

 Membangun serta menyempurnakan sistem perlindungan sosial bagi masyarakat miskin

Muhammad Hambali (2008)

MENINGKATKAN PEMBANGUNAN DI SEKTOR PARIWISATA DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN BERBASIS SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs) DI KELURAHAN MALINO, KECAMATAN TINGGIMONCONG

KAB.GOWA

(27)

1. Definisi Operasional Variabel (X) Pengembangan Destinasi Pariwisata berbasis SDGs

Menurut World Tourism Organization (WTO) pada tahun 2018, dalam pengembangan destinasi pariwisata berkelanjutan ada beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat keberlanjutan suatu destinasi pariwisata, yaitu:

a. Kesejahteraan Masyarakat Lokal

Masyarakat yang hidup diwilayah destinasi wisata harus bisa memanfaatkan keberadaan potensi wisata tersebut menjadi motor penggerak ekonomi.

Masyarakat setempat sebagai tuan rumah harus ambil bagian dalam kegiatan pembangunan pariwisata dengan cara menyediakan sarana panunjang wisata seperti penginapan, pembuatan souvenir, penerjemah dan lainnya. Hal tersebut akan meningkatkan peran serta masyarakat pribumi dan tentunya akan meningkatkan taraf ekonomi.

b. Jaminan Kesehatan Dan Keselamatan

Keberlanjutan suatu destinasi pariwisata dapat terjadi jika ditunjang oleh keamanan dan kenyamanan lokasi tersebut dari gangguan-gangguan seperti bencana alam, wabah penyakit, kriminalitas, sampah dan lainnya.

Pengunjung daerah wisata harus senantiasa nyaman dalam beraktifitas dilokasi tersebut sehingga mampu menghadirkan suasana liburan yang menyenangkan.

(28)

c. Manfaat Ekonomi

Keberadaan daerah tujuan wisata merupakan aset daerah dan pembangunan.

Banyaknya wisatawan yang berkunjung kedaerah tersebut akan menumbuhkan dan meningkatkan aset-aset ekonomi seperti pendapatan daerah. Keberlnjutan suatu daerah wisata hingga menjadi sektor andalan daerah akan sangat membantu terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat daerah tersebut.

d. Pengelolaan Sumber Daya Alam yang Langka

Banyak destinasi pariwisata khususnya di Indonesia yang menawarkan keindahan berbagai macam sumber daya alam langka seperti komunitas komodo di Pulau Komodo Nusa Tenggara Timur. Keberadaan SDA tersebut harus dikelola dengan baik agar kelestariannya tetap terjaga dan keberlanjutan pariwisata di daerah tersebut dapat terwujud.

2. Definisi Operasional Variabel (Y) Pengentasan Kemiskinan

Muhammad Hambali (2008), telah menyampaikan beberapa program pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan dengan lebih memfokuskan ke arah pembangunan pada tahun 2008. program tersebut memiliki empat indikator yaitu:

a. Menjaga stabilitas harga bahan kebutuhan pokok.

b. Mendorong pertumbuhan yang berpihak pada masyarakat miskin.

c. Menyempurnakan dan memperluas cakupan program pembangunan berbasis masyarakat.

d. Membangun serta menyempurnakan sistem perlindungan sosial bagi masyarakat miskin.

(29)

D. Hipotesis Penelitian

Berkaitan dengan hal ini, penulis menggunakan hipotesis kerja sebagai kesimpulan sementara, yaitu dengan rumus sebagai berikut:

1. Ho: Hipotesis nol atau Hipotesis nihil

Ho dalam penelitian ini adalah tidak ada pengaruh efektifitas pengembangan destinasi pariwisata berbasis SDGs terhadap pengentasan kemiskinan di Kelurahan Malino, Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa.

a. Ha: Hipotesa kerja atau Hipotesa alternative

Ha dalam penelitian ini adalah ada pengaruh efektifitas pengembangan destinasi pariwisata berbasis SDGs terhadap pengentasan kemiskinan di Kelurahan Malino, Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa.

(30)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Lokasi Dan Waktu Penelitian

1. Lokasi

Penelitian ini dilakukan di Kantor Bupati Kabupaten Gowa, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Gowa, Dinas Sosial Kabupaten Gowa, dan Kantor Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa. Pemilihan lokasi ini berdasarkan observasi awal, peneliti melihat masih banyaknya masyarakat miskin di dekat lokasi wisata sementara destinasi pariwisata di daerah tersebut memilki potensi yang sangat besar dalam mengurangi angka kemiskinan.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu kurang lebih 2 (dua) bulan, dengan pertimbangan bahwa penelitian ini ingin mengetahui lebih dalam mengenai pengaruh pengembangan destinasi pariwisata berbasis SDGs terhadap pengentasan kemiskinan di Kelurahan Malino, Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa.

B. Jenis Penelitian dan Tipe Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif karna dengan melalui penelitian ini akan dapat diketahui secara objektif bagaimana pengaruh pengembangan destinasi pariwisata berbasis SDGs terhadap pengentasan kemiskinan.

(31)

2. Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan survey dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pengembangan destinasi pariwisata berbasis SDGs terhadap pengentasan kemiskinan di Kelurahan Malino, Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat miskin di kelurahan Malino yang berjumlah 1.933 (seribu sembilan ratus tiga puluh tiga) orang. Dikarenakan jumlah populasi yang begitu besar, maka peneliti memutuskan untuk mengambil sampel dengan menggunakan rumus Taro Yamane:

Berdasarkan rumus yang telah digunakan, maka sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 95 orang. Adapun teknik penentuan pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling.

Dimana teknik simple random sampling adalah teknik pengambilan sampel dari anggota populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi.

n = N (N.(d) + 1 n = 1.933 (1.933.(0,1) + 1) n = 1.933 (1.933.0,01 + 1) n = 1.933

2.033 n = 95

(32)

D. Sumber Data

Dalam Penelitian ini, data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder sebagai berikut:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang didapatkan oleh penelitian dari hasil kuesioner (angket) dan observasi atau pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti yaitu pengaruh pengembangan destinasi pariwisata berbasis SDGS (Sustainable Development Goals) terhadap pengentasan kemiskinan di Kelurahan Malino

Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten gowa.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah sebagai data yang mendukung data primer dari literatur dan dokumen serta data yang diambil dari suatu organisasi dengan permasalahan dilapangan yang terdapat pada lokasi penelitian berupa bacaan, bahan pustaka, dan laporan-laporan penelitian.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri atas beberapa bagian, yaitu:

1. Observasi (pengmatan langsung), yaitu pengumpulan data yang didapatkan dengan cara pengamatan dan pencatatan terhadap masalah yang berkaitan dengan pengaruh pengembangan destinasi pariwisata berbasis SDGS (Sustainable Development Goals) terhadap pengentasan kemiskinan di kelurahan malino kecamatan tinggimoncong kabupaten gowa.

2. Dokumentasi adalah suatu pengumpulan data dalam bentuk gambar.

(33)

3. Kuesioner (angket) menggunakan bentuk cheklist, guna membantu responden untuk menjawab dan mengisi kuesioner dengan mudah dan cepat dengan memberi tanda cheklist (√) pada tempat yang telah disediakan.

Penelitian membuat 2 (dua) buah kuesioner umtuk penelitian ini, satu kuesioner untuk memperoleh data terkait pengembangan destinasi pariwisata berbasis SDGS (Variabel X) dan satu kuesioner untuk memperoleh data terkait pengentasan kemiskinan (Variabel Y). Kedua kuesioner tersebut peneliti berikan kepada responden yang berada di Kelurahan Malino dan pegawai di Dinas Pariwisata guna mempermudah proses pembuatan kuesioner maka terlebih dahulu peneliti membuat kisi-kisi instrumen penelitian.

Kuesioner dilengkapi dengan skala pengukuran untuk menghasilkan data kuantitatif. Skala liker digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi pegawai dan responden di Kelurahan Malino tentang variabel pengembangan destinasi pariwisata berbasis SDGS dan variabel pengentasan kemiskinan.

Ada 5 (lima) pilihan jawaban pada setiap pertanyaan, yaitu:

1. Jawaban Sangat Setuju (SS) : Diberi Skor 5 2. Jawaban Setuju (S) : Diberi Skor 4 3. Jawaban Kurang Setuju (KS) : Diberi Skor 3 4. Jawaban Tidak Setuju (TS) : Diberi Skor 2 5. Jawaban Sangat Tidak Setuju (STS) : Diberi Skor 1

Kuesioner dalam penelitian yang dibuat penelitiini akan diuji validitas dan realibilitasnya sebelum dan sesudah penelitian. Uji validitas dilakukan untuk

(34)

menguji keakuratan/kevalidan kuesioner penelitian. Peneliti akan melakukan uji validitas dengan menggunakan bantuan software SPSS statistik 25.0. Pengujian validitas cukup dengan membandingkan nilai

r

hitung dengan nilai

r

tabel product

Moment. Jika nilai nilai

r

hitung

r

tabel maka indikator atau pertanyaan kuesioner dikatakan valid, begitu pula sebaliknya, data juga dikatakan valid jika nilai sig.(2 tailed) data < 0,05.

Peneliti akan melakukan uji realibilitas dengan menggunakan bantuan software SPSS statistik 25.0. Pengujian realibilitas cukup dengan membandingkan

r

alpha angka cronbach alpha ≥ 0,7 maka indikator atau pertanyaan kuesioner dikatakan reliable, begitupula sebaliknya.

F. TEKNIK ANALISIS DATA

Penelitian menggunakan beberapa teknik analisis data, yaitu:

1. Teknik Analisis Data Statistik Deskriptif

Teknik analisis deskriptif digunakan dalam penelitian ini untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data kuesioner yang telah terkumpul dari jawaban responden sebagai mana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang bersifat untuk umum (generalisasi).

Teknik analisis statistik deskriptif yang akan digunakan dalam penelitian ini berupa tabel, perhitungan modus, median, mean, (pengukuran tendensi sentral), serta perhitungan presentase (%). Penentuan persentase dari perolehan data hasil kuesioner dari masing-masing variabel menggunakan rumus perhitungan persentase, yaitu:

(35)

Data yang sudah dipersentasekan lalu di tafsirkan dengan kalimat-kalimat yang bersifat kualitatif, dimana hasil persentase itu dapat digolongkan sebagaimana terlihat pada tabel 3.1 berikut ini:

Tabel 3.1

Kriteria Jawaban Responden

Presentase Jawaban Tafsiran Kualitatif 80% - 100%

60% - 80%

40% - 60%

20% - 40%

0% - 20%

Sangat Baik Baik Kurang Baik

Tidak Baik Sangat Tidak Baik Tabel 3.1. Kriteria Jawaban Responden (Arikunto, 2010) 2. Teknik Analisis Regresi Linear Sederhana

Teknik analisis regresi sederhana digunakan untuk melihat besaran pengaruh variabel X (pengembangan destinasi pariwisata berbasis SDGS) terhadap variabel Y (pengentasan kemiskinan) respondendan digunakan pula menggunakan persamaan tersebut untuk membuat perkiraan (prediction).

Adapun rumus permasalahn regresi sederhana yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Keterangan rumus:

Ŷ : Variabel response atau variabel akibat (dependent)

X : Variabel prediktor atau variabel faktor penyebab (Independent) a : Konstanta

% = n × 100%

N

Keterangan rumus:

N : Skor ideal

n : Skor yang diperoleh

% : Persentase

Ŷ = a + bX

(36)

b : Koefisien regresi (kemiringan)

Analisis regresi dalam penelitian ini akan menggunakan bantuan software SPSS statistik 25.0. Hasil analisis regresi dapat pula digunakan untuk melakukan

uji hipotesis yang telah diajukan sebelumnya. Dasar pengambilan keputusannya, yaitu:

a. Jika nilai P value (Sig) ≥ 0,05 maka Ho diterima dan H1 ditolak b. Jika nilai P value (Sig) ≤ 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima G. Teknik Pengabsahan Data

1. Uji Validitas

Uji validitas menurut Ghozali (2009), adalah untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Berikut ini adalah rumus korelasi Product moment:

r

xy =

xy

- (Σ

x

) (Σ

y

) (NΣ

x2

- (Σ

x

)

2

(NΣ

y2

- (Σ

y

)

2

)

Keterangan:

r xy = Koefisien korelasi antara varibel X dan Y Σxy = Jumlah perkalian antara varibel X dan Y Σx2 = Jumlah dari kuadrat nilai X

Σy2 = Jumlah dari kuadrat nilai Y

(Σx)2 = Jumlah nilai X kemudian dikuadratkan (Σy)2 = Jumlah nilai Y kemudian dikuadratkan

(37)

2. Uji Realibilitas

Uji realibilitas menurut Ghozali (2009), adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur suatu kuesioner. Sebuah kuesioner dapat dikatakan reliabel jika jawaban responden terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Reliabilitas suatu teks merujuk pada stabilitas, konsistensi, daya prediksi, dan akurasi. Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang tinggi adalah pengukuran yang dapat menghasilkan data yang reliabel.

Karna instrumen penelitian ini berbentuk angket dan skala bertingkat, maka pengujian realibilitas menggunakan Rumus Alpha Cronbach sebagai berikut:

r

11=

( n ) ( 1- Σσ

t2

)

n - 1 σ

t2

Keterangan:

r11 : Realibilitas yang dicari

n : Jumlah item pertanyaan yang diuji Σσt2 : Jumlah varians skor tiap-tiap item σt2 : Varians total

(38)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kabupaten Gowa merupakan salah satu Daerah tingkat II yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibu kota Kabupaten Gowa terletak di Kota madya Sungguminasa. Memiliki luas wilayah sebesar1.883,32 Km² atau sama dengan 3,01% dari luas wilayah Provinsi Sulawesi Selatan dan berpenduduk sebanyak ± 652.941 jiwa, bahasa digunakan di Kabupaten Gowa adalah bahasa Makassar dengan suku Konjo Pegunungan yang mendiami hampir seluruh Kabupaten Gowa, penduduknya mayoritas beragama Islam. Kabupaten ini berada pada 12°38.16' Bujur Timur dari Jakarta dan 5°33.6' Bujur Timur dari Kutub Utara. Sedangkan, letak wilayah administrasinya antara 12°33.19' hingga 13°15.17' Bujur Timur dan 5°5' hingga 5°34.7' Lintang Selatan dari Jakarta.

Kabupaten Gowa ini berbatasan dengan 7 (tujuh) Kabupaten/Kota lain, yaitu di sebelah utara berbatasan dengan Kota Makassar dan Kabupaten Maros. Di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Sinjai, Bulukumba, dan Bantaeng. Di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Takalar dan Jeneponto sedangkan di bagian Barat berbatasan dengan Kota Makassar dan Takalar.

Wilayah Kabupaten Gowa terdiri atas Kecamatan dengan jumlah Desa/Kelurahan definitif sebanyak 169 dan 726 Dusun/Lingkungan. Wilayah Kabupaten Gowa sebagian besar berupa dataran tinggi berbukit-bukit, yaitu sekitar 72,26% dengan 9 (sembilan) Kecamatan, yakni Parangloe, Manuju, Tinggimoncong, Tombolo Pao, Parigi, Bungaya, Bontolempangan, Tompobulu

(39)

dan Biringbulu. Selebihnya 27,74% berupa dataran rendah dengan topografi tanah yang datar meliputi 9 (sembilan) Kecamatan, yakni Kecamatan Somba Opu, Bontomarannu, Pattallassang, Pallangga, Barombong, Bajeng, Bajeng Barat, Bontonompo dan Bontonompo Selatan.

Kemiringan tanah Kabupaten Gowa di atas 40 derajat, yaitu pada wilayah Kecamatan Parangloe, Tinggimoncong, Bungaya, Bontolempangan dan Tompobulu. Dengan bentuk topografi wilayah yang sebagian besar berbentuk dataran tinggi. Wilayah Kabupaten ini dilalui oleh 15 sungai besar dan kecil yang sangat potensial sebagai sumber tenaga listrik dan untuk pengairan. Salah satu adalah sungai Jeneberang dengan luas 881 Km2 dan panjang 90 Km.

Pekerjaan Sungai Jeneberang oleh Pemerintah Kabupaten Gowa yang bekerja sama dengan Pemerintah Jepang, telah membangun proyek multifungsi DAM Bili-Bili dengan luas + 2.415 Km2 yang dapat menyediakan air irigasi seluas + 24.600 Ha, konsumsi air bersih (PAM) untuk masyarakat Kabupaten Gowa dan Makassar sebanyak 35.000.000 M3 dan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air yang berkekuatan 16,30 Mega Watt.

Kabupaten Gowa hanya memiliki dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Biasanya musim kemarau dimulai pada bulan juni hingga september, sedangkan musim hujan dimulai pada bulan desember hingga maret.

Keadaan seperti itu berganti setiap setengah tahun setelah melewati masa peralihan, yaitu Bulan april-mei dan oktober-november.

Curah hujan di Kabupaten Gowa yaitu 237,75 mm dengan suhu 27,125°C.

Curah hujan tertinggi yang dipantau oleh beberapa stasiun atau pos pengamatan

(40)

terjadi pada bulan desember yang mencapai rata-rata 676 mm, sedangkan curah hujan terendah pada bulan juli - september yang bisa dikatakan hampir tidak ada hujan.

Visi :

Terwujudnya Gowa sebagai Daerah Tujuan Wisata, Sejarah dan Alam yang Handal yang Berdaya Saing tinggi di Sulawesi Selatan.

Misi :

1. Melestarikan nilai, keragaman dan kekayaan budaya dalam rangka memperkuat jati diri dan karakter bangsa.

2. Mengembangkan ekonomi kreatif dan industri pariwisata yang berdaya saing dan handal serta destinasi yang berkelanjutan.

3. Mengembangkan sumber daya kebudayaan dan pariwisata.

4. Mengembangkan jaringan terhadap kemitraan yang berbasis kerakyatan.

5. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia bidang kebudayaan dan pariwisata yang profesional dan berkemampuan tinggi.

6. Meningkatkan koordinasi dan keterpaduan program antar stakeholder maupun sektor terkait.

7. Mengembangkan program pemasaran dalam rangka meningkatkan pendapatan asli daerah.

Topologi

Sebagian besar toporafi Kabupaten Gowa berupa dataran tinggi yang berbukit-bukit, yaitu sekitar 72,26% dengan 9 kecamatan yakni Kecamatan Parangloe, Manuju, Tinggimoncong, Tombolo Pao, Parigi, Bungaya,

(41)

Bontolempangan, Tompobulu dan Biringbulu. Selebihnya 27,74% berupa dataran rendah dengan topografi tanah yang datar dengan 9 Kecamatan yakni Kecamatan Somba Opu, Bontomarannu, Pattallassang, Pallangga, Barombong, Bajeng, Bajeng Barat, Bontonompo dan Bontonompo Selatan. Jadi, total luas Kabupaten Gowa secara keseluruhan sebesar 35,30% dengan kemiringan tanah di atas 400, yaitu di Kecamatan Parangloe, Tinggimoncong, Bungaya, Bontolempangan dan Tompobulu. Wilayah ini memilki 15 sungai besar dan kecil yang sangat potensial sebagai sumber tenaga listrik dan untuk pengairan, salah satunya adalah sungai terbesar di Sulawesi Selatan yaitu sungai Jeneberang dengan luas 881 Km2 dan panjang 90 Km.

Kondisi Geografis

Kabupaten Gowa terletak pada 12° 38.16' Bujur Timur dari Jakarta dan 5

°33.6' Bujur Timur dari Kutub Utara. Sedangkan, letak wilayah administrasinya antara 12 °33.19' hingga 13 °15.17' Bujur Timur dan 5 °5' hingga 5 °34.7' Lintang Selatan dari Jakarta.

Kabupaten Gowa berbatasan dengan 7 (tujuh) Kabupaten/Kota lain, yaitu di sebelah Utara berbatasan dengan Kota Makassar dan Kabupaten Maros. Di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sinjai, Bulukumba, dan Bantaeng.

Di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Takalar dan Jeneponto sedangkan di bagian Barat berbatasan dengan Kota Makassar dan Takalar.

Luas wilayah Kabupaten Gowa adalah 1.883,33 km2 atau sama dengan 3,01% dari luas wilayah Provinsi Sulawesi Selatan. Wilayah Kabupaten Gowa terbagi dalam 18 Kecamatan dengan jumlah Desa/Kelurahan definitif sebanyak

(42)

167 dan 726 Dusun/Lingkungan. Wilayah Kabupaten Gowa sebagian besar berupa dataran tinggi berbukit-bukit, yaitu sekitar 72,26% dengan 9 Kecamatan yakni Kecamatan Parangloe, Manuju, Tinggimoncong, Tombolo Pao, Parigi, Bungaya, Bontolempangan, Tompobulu dan Biringbulu. Selebihnya 27,74%

berupa dataran rendah dengan topografi tanah dengan 9 Kecamatan yakni Kecamatan Somba Opu, Bontomarannu, Pattallassang, Pallangga, Barombong, Bajeng, Bajeng Barat, Bontonompo dan Bontonompo Selatan.

1. Wisata

Malino merupakan kawasan wisata yang memiliki panorama alam yang sangat menakjubkan.Di kawasan yang berada di ketinggian 1.500 meter di atas permukaan laut ini terdapat Hutan Wisata Malino atau yang lebih dikenal dengan sebutan Hutan Pinus yang terdiri dari deretan pohon pinus yang tumbuh sumbur, kokoh dan rindang.

Pengunjung dapat menyaksikan pesona alam yang sangat memukau, yaitu hamparan hutan pinus yang tumbuh subur, hijau dan rindang. Selain hamparan hutan pinus, di kawasan ini juga terdapat tumbuhan peninggalan Belanda yang terbilang langka, yaitu tumbuhan edelweis dan pohon turi yang bunganya berwarna orange, serta jenis bunga masamba yang dapat berubah warnanya tiap bulan dari hijau, kuning hingga menjadi putih. Di puncak pegunungan Malino juga terhampar luas kebun sayur-mayur yang hijau.

Jika pengunjung ingin mencari suasana yang berbeda, di sekitar kawasan wisata Hutan Malino ini terdapat beberapa tempat wisata yang tidak kalah menariknya, yaitu Air Terjun Takapala yang terletak di Bulutana, Air Terjun

(43)

Lembanna yang berada kira-kira 8 km dari Kota Malino, Pemandian Lembah Biru, Perkebunan Teh milik Nittoh dari Jepang di daerah Pattapan, Tanaman Hortikultura di daerah Karenpia, dan kekayaan flora dan fauna yang beraneka ragam.

Lokasi

Destinasi hutan pinus Malino berada di sebelah selatan Kota Makassar, tepatnya di Kecamatan Tingimoncong, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Indonesia. Akses menuju lokasi tersebut terletak sekitar 70 km dari Kota Sungguminasa atau 90 km dari Kota Makassar. Dari Kota Sungguminasa, perjalanan dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan pribadi maupun angkutan umum dalam waktu sekitar 2-3 jam.

Akomodasi dan Fasilitas

Terkhusus untuk pengunjung yang ingin menikmati keindahan alam Malino dan juga ingin berlama-lama tidak perlu merasa khawatir, karena telah disediakan hotel dan vila ataupun penginapan. Sedangkan, di beberapa destinasi wisata air terjun, juga telah disediakan penginapan dengan harga Rp. 50.000/malam. Selain itu ada juga kuda sewaan untuk mencapai destinasi wisata air terjun Takapala yang terletak 4 km di sebelah timur Kota Malino.

Berikut ini, penulis akan menyajikan data-data yang diperoleh selama penelitian yang telah dilakukan pada masyarakat di Kelurahan Malino, Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa. Data ini diperoleh melalui kuesioner yang di distribusikan kepada 95 orang masyarakat Kelurahan Malino. Kuesioner yang dibagikan terdiri dari dua variabel. Variabel X yaitu untuk mengetahui pengaruh

(44)

pengembangan destinasi pariwisata berbasis SDGs (Sustainable Development Goals) dan variabel Y yaitu untuk mengetahui tentang pengentasan kemiskinan di

Kelurahan Malino. Penyajian data tersebut meliputi data identitas dan distribusi jawaban masyarakat di Kelurahan Malino terhadap pernyataan yang diajukan yang akan diuraikan dalam tabel frekuensi.

1. Deskripsi Data Identitas Responden

Terkait penelitian tentang pengaruh pengembangan destinasi pariwisata berbasis SDGs (Sustainable Development Goals) terhadap pengentasan kemiskinan di Kelurahan Malino, Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa.

Adapun yang menjadi responden didalam penelitian ini adalah masyarakat miskin yang berjumlah 95 orang.

a. Identitas Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pada penelitian ini masyarakat Kelurahan Malino yang menjadi responden memiliki pekerjaan yang berbeda-beda. Mulai dari Petani, IRT, Wiraswasta/Pedagang, PNS/Guru/Honorer, dan Mahasiswa/Pelajar. Tetapi yang paling mayoritas adalah petani, sebagaimana terdapat dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.1

Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan

NO. PEKERJAAN FREKUENSI

(ORANG)

PRESENTASE (%)

1 PETANI 36 38,71

2 IRT 24 25,81

3 PNS/GURU/HONORER 10 10,6

4 WIRASWASTA/PEDAGANG 14 15,05

5 MAHASISWA/PELAJAR 11 11,83

JUMLAH 95 100%

Sumber: Kuesioner Penelitian, 2020

(45)

Besdasarkan tabel 4.1 tersebut, dapat kita lihat bahwa masyarakat Kelurahan Malino, yang menjadi responden dalam penelitian ini berprofesi sebagai petani adalah yang paling banyak yaitu 36 orang (38,71 %), IRT 24 orang (25,81%), PNS/Guru/Honorer 10 orang (10,05 %), Wiraswasta/Pedagang 14 orang (15.05%), Mahasiswa/Pelajar 11 orang (11,83%).

b. Identitas Responden Berdasarkan Alamat Kelurahan

Masyarakat Kelurahan Malino yang menjadi responden didalam penelitian ini terdiri dari 5 kelurahan, yaitu Kelurahan Malino, Kelurahan Bontolerung, Kelurahan Bulutana, Kelurahan Pattapang, dan Kelurahan Pattenne. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.

Tabel. 4.2

Distribusi Responden Berdasarkan Alamat Kelurahan

NO. ALAMAT FREKUENSI

(ORANG) PRESENTASE

(%)

1 Kel. Malino 20 20,43

2 Kel. Bontolerung 19 19,35

3 Kel. Bulutana 20 21,51

4 Kel. Pattapang 20 21,51

5 Kel. Pattenne 16 17,20

JUMLAH 95 100%

Sumber: Kuesioner Penelitian, 2020

Berdasarkan tabel 4.2 tersebut diatas, maka dapat dilihat bahwa masyarakat di Kelurahan Malino, yang menjadi responden didalam peenelitian ini beralamat di Kelurahan Malino 20 orang (20,43 %), Kelurahan Bontolerung 19 orang (19,35%), Kelurahan Bulutana 20 orang (21,51 %), Kelurahan Pattapang 20 orang (21,51%), Kelurahan Pattenne 16 orang (17,20%).

(46)

B. Hasil Penelitian

Penelitian tentang pengaruh pengembangan destinasi pariwisata berbasis SDGS (Sustainable Development Goals) Terhadap Pengentasan Kemiskinan Di Kelurahan Malino, Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 12 Oktober s/d 12 November 2020. Adapun yang menjadi responden terkait penelitian ini adalah masyarakat Kelurahan Malino Kecamatan Tinggimoncong yang berjumlah 95 orang.

1. Hasil Analisis Deskriptif Variabel Pengembangan Destinasi Pariwisata Berbasis SDGS (Sustainable Development Goals) (X)

Pengembangan Destinasi Pariwisata adalah sebuah pembangunan yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat tanpa mengeksploitasi ataupun merusak penggunaan sumber daya alam (SDA) yang dapat melebihi kapasitas dan daya dukung hasil bumi.

Setelah data yang diperoleh pada saat penelitian dari hasil kuesioner dikumpulkan, maka tahap yang harus dilakukan selanjutnya adalah melakukan analisis data tentang variabel X “Pengembangan Destinasi Pariwisata berbasis SDGS (Sustainable Development Goals)” dan juga untuk menjawab pertanyaan dari rumusan masalah pertama peneliti yaitu bagaimana tanggapan responden terhadap Pengembangan Destinasi Pariwisata berbasis SDGS (Sustainable Development Goals) di Kelurahan Malino, Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa.

(47)

Adapun 4 (empat)) indikator dalam pengembangan destinasi pariwisata berbasis SDGS (Sustainable Development Goals) dan masing-masing terdiri dari lima pernyataan yaitu sebagai berikut:

a. Kesejahteraan Masyarakat Lokal

Masyarakat lokal yang hidup disekitar lokasi wisata harus bisa memanfaatkan sebaik mungkin potensi wisata yang ada dan mampu mengambil bagian dalam kegiatan pembangunan pariwisata dengan cara menyediakan sarana penunjang wisata seperti penginapan, tempat parkir, pembuatan souvenir, menjual tanaman hias, dan lainnya supaya taraf hidup masyarakat yang tinggal dikawasan tujuan wisata lebih meningkat.

Kesejahteraan masyarakat lokal merupakan bagian dari indikator variabel pengaruh pengembangan destinasi pariwisata berbasis SDGs (Sustainable Development Goals). Maka dari itu, untuk mengetahui indikator kesejahteraan

masyarakat lokal dapat kita ukur melalui 5 (lima) item pernyataan yang telah diisi oleh 95 responden dan dapat dilihat dalam pengelolaan data pada tabel 4.3 yang telah dibuat dalam satu tabel sebagai berikut:

Tabel 4.3. Tanggapan Responden terkait Taraf Hidup Masyarakat yang Tinggal Di Lokasi Wisata Lebih Meningkat

Kategori Jumlah Responden

Persentase (%)

Skor

SS 42 44,2 210

S 49 51,6 196

KS 2 2,1 6

TS 2 2,1 4

STS - - -

Sumber: Kuesioner Penelitian, 2020

(48)

Terkait taraf hidup masyarakat yang tinggal dikawasan tujuan wisata lebih meningkat secara umum mendapatkan penilaian rata-rata tertinggi dari 95 responden, yaitu 51,6% atau 49 orang reponden yang memberikan penilaian setuju (S). Sementara nilai terendah 0% (tidak ada) responden yang memberikan penilaian sangat tidak setuju (STS).

Berdasarkan hasil observasi peneliti, bahwa dengan adanya destinasi pariwisata masyarakat mampu menaikkan taraf hidup mereka dengan cara menjual dagangannya disekitar lokasi wisata.

Tabel 4.4. Tanggapan Responden terkait Masyarakat Ikut Berpartisipasi dalam Mengembangkan Destinasi Pariwisata

Kategori Jumlah Responden

Persentase (%)

Skor

SS 39 41,1 195

S 53 55,8 212

KS 2 2,1 6

TS 1 1,1 2

STS - - -

Sumber: Kuesioner Penelitian, 2020

Berdasarkan hasil penelitian, bila ditinjau dari instrumen kedua yaitu masyarakat ikut berpartisipasi dalam mengembangkan destinasi pariwisata secara umum mendapatkan penilaian rata-rata tertinggi dari 95 responden, yaitu 55,8%

atau 53 orang reponden yang memberikan penilaian setuju (S). Sementara nilai terendah 0% (tidak ada) responden yang memberikan penilaian sangat tidak setuju (STS). Hal ini menandakan bahwa masyarakat di Kelurahan Malino betul-betul ikut berpartisipasi dalam mengembangkan destinasi pariwisata.

Berdasarkan hasil observasi peneliti juga melihat secara langsung bentuk kerjasama antara pemerintah dan masyarakat seperti masyarakat membantu

(49)

menjaga kebersihan dan ketertiban di sekitar lokasi wisata, dan masyarakat juga mematuhi aturan protokol kesehatan di sekitar lokasi wisata.

Tabel 4.5. Tanggapan Responden terkait Masyarakat dapat Membuka Usaha Sendiri tanpa Bantuan dari Pihak/Instansi Manapun

Kategori Jumlah Responden

Persentase (%)

Skor

SS 47 49,5 195

S 42 44,2 212

KS 2 2,1 6

TS 4 4,2 2

STS - - -

Sumber: Kuesioner Penelitian, 2020

Berdasarkan hasil penelitian, bila ditinjau dari instrumen ketiga yaitu masyarakat dapat membuka usaha sendiri tanpa bantuan dari pihak/instansi manapun secara umum mendapatkan penilaian rata-rata tertinggi dari 95 responden, yaitu 49,5% atau 47 orang reponden yang memberikan penilaian sangat setuju (SS). Sementara nilai terendah 0% (tidak ada) responden yang memberikan penilaian sangat tidak setuju (STS). Hal ini menandakan bahwa masyarakat di Kelurahan Malino bisa membuka usaha sendiri tanpa bantuan dari siapa pun.

Berdasarkan hasil observasi, Penulis juga melihat secara langsung bahwa sebagian besar masyarakat di sekitar lokasi wisata membuka usaha dengan modal pribadi tanpa bantuan dari pihak/instansi lainnya. Adapun jenis usaha yang dilakukan masyarakat adalah menjual tanaman hias, menjual berbagai aneka gorengan, menjual cemilan khas malino yang tidak perlu mengeluarkan biaya yang cukup banyak.

(50)

Tabel 4.6.Tanggapan Responden terkait Pengembangan Destinasi Pariwisata mampu memberikan kesempatan berusaha dengan membuka lapangan pekerjaan untuk mengurangi kemiskinan

Kategori Jumlah Responden

Persentase (%)

Skor

SS 26 27,4 130

S 55 57,9 220

KS 12 12,6 36

TS 2 2,1 4

STS - - -

Sumber: Kuesioner Penelitian, 2020

Berdasarkan hasil penelitian, bila ditinjau dari instrumen keempat yaitu pengembangan destinasi pariwisata mampu memberikan kesempatan berusaha dengan membuka lapangan pekerjaan untuk mengurangi pengangguran secara umum mendapatkan penilaian rata-rata tertinggi dari 95 responden, yaitu 57,9%

atau 55 orang reponden yang memberikan penilaian setuju (S). Sementara nilai terendah 0% (tidak ada) responden yang memberikan penilaian sangat tidak setuju (STS). Hal ini menandakan bahwa masyarakat di Kelurahan Malino bisa membuka lapangan usaha sendiri tanpa bantuan dari siapa pun.

Berdasarkan hasil observasi Penelilti melihat secara langsung bahwa sebagian besar masyarakat di sekitar lokasi wisata membuka usaha dengan modal pribadi tanpa bantuan dari pihak/instansi lainnya. dengan menggunakan area depan rumah mereka sebagai tempat jualannya.

(51)

Tabel 4.7. Tanggapan Responden terkait Pemerintah Daerah Belum Melakukan Pengembangan di Bidang Destinasi Pariwisata Berbasis SDGs

Kategori Jumlah Responden

Persentase (%)

Skor

SS 37 38,9 185

S 52 54,7 208

KS 6 6,4 18

TS - - -

STS - - -

Sumber: Kuesioner Penelitian, 2020

Berdasarkan hasil penelitian, terkait Pemerintah Daerah belum melakukan pengembangan di bidang destinasi pariwisata berbasis SDGs secara umum mendapatkan penilaian rata-rata tertinggi dari 95 responden, yaitu 54,7% atau 52 orang reponden yang memberikan penilaian setuju (S). Sementara nilai terendah 0% (tidak ada) responden yang memberikan penilaian sangat tidak setuju (STS).

Hal ini mendakan bahwa masyarakat menilai Pemerintah Daerah belum melakukan pengembangan di bidang destinasi pariwisata berbasis SDGs.

Padahal berdasarkan hasil observasi Peneliti temukan fakta dilapangan pengembangan dan pembangunan semakin bertambah dan sebagian lainnya masih dalam proses perbaikan, destinasi pariwisata juga semakin bertambah dan akses jalan sudah diperbaiki.

Berdasarkan tabulasi nilai indikator kesejahteraan masyarakat lokal, maka peneliti membuat tabel 4.4 sebagai berikut:

Gambar

Gambar 2.1  Bagan Kerangka Pikir
Tabel  4.3.  Tanggapan  Responden  terkait  Taraf  Hidup  Masyarakat  yang  Tinggal Di Lokasi Wisata Lebih Meningkat
Tabel  4.4.  Tanggapan  Responden  terkait  Masyarakat  Ikut  Berpartisipasi  dalam Mengembangkan Destinasi Pariwisata
Tabel 4.5. Tanggapan Responden terkait Masyarakat dapat Membuka Usaha  Sendiri tanpa Bantuan dari Pihak/Instansi Manapun
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian yang dilakukan menujukkan ada 5 indikator dalam mengelola konflik yaitu konsiliasi merupakan suatu bentuk penyelesaian konflik dengan mempertemukan

Hasil obsevasi dalam bentuk tanggung jawab ini, semua pihak memiliki tanggung jawabnya masing-masing, yang dimana Bank Indonesia memiliki peran dan tanggung jawab

Pemilihan informan dalam penelitian ini dilakukan secara proporsive sampling atau sengaja dipilih yang didasarkan pertimbangan bahwa untuk memperoleh data yang

(wawancara dilakukan bersama MD, pada tanggal 10/3/2019). Dengan demikian, wawancara di atas menegaskan bentuk terkecil partisipasi perempuan dalam perumusan perda ASI

Penelitian yang akan dilakukan ini dapat dijadikan suatu bahan studi perbandingan selanjutnya dan akan menjadi sumbansi pemikiran ilmiah dalam melengkapi

(wawancara dengan RL). Hasil wawancara Hasil wawancara ini menandakan bahwa pengetahuan masyarakat tentang pembudidayaan petani kakao secara mendalam memang

“kalau secara operasional, kemajuan tekhnologi dan informasi berbasis online merupakan kebutuhan masyarakat jaman sekarang, KPP Pratama Maros sudah melakukan sosialisasi baik secara

Pemberdayaan usaha kecil dan menengah UKM di kelurahan lalolang kecamatan taneterilau kabupaten barru kini mendapat bantuan dari pemerintah yaitu modal usaha, pelatihan-pelatihan