IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH DAERAH (PERDA) SISTEM KELAS TUNTAS BERKELANJUTAN (SKTB)
DI KABUPATEN GOWA
IRFAN HERAWADI
Nomor Stambuk : 10564 01079 10
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2017
IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH DAERAH (PERDA) SISTEM KELAS TUNTAS BERKELANJUTAN (SKTB)
DI KABUPATEN GOWA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan
Disusun dan Diajukan Oleh IRFAN HERAWADI
Nomor Stambuk : 10564 01079 10
Kepada
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2017
PENERIMAAN TIM
Telah diterima oleh TIM Penilai Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar, berdasarkan Surat Keputusan/Undangan Menguji Ujian Skripsi Dekan Fisipol Universitas Muhammadiyah Makassar, Nomor : 527/FSP/A.1-VIII/V/38/2017 Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S1) dalam Program Studi Ilmu Pemerintahan di Makassar hari senin, 15 Mei 2017.
TIM PENILAI
Ketua Sekertaris
DR. H. Muhammad Idris, M.Si DR. Burhanuddin, S.Sos, M.Si
Penguji
1. DR. H. Mappamiring, M.Si (Ketua) ( )
2. Drs. Alimuddin Said, M.Pd ( )
3. DR. Hj. Ihyani Malik, S.Sos, M.Si ( )
4. A. Luhur Prianto, S.IP, M.Si ( )
PERSETUJUAN
Judul proposal penelitian : Implementasi Peraturan Daerah (PERDA) Sistem Kelas Tuntas Berkelanjutan (SKTB) di Kabupaten Gowa
Nama mahasiswa : Irfan Herawadi Nomor stambuk : 10564 01079 10 Program studi : Ilmu Pemerintahan
Menyetujui :
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Alimuddin Said, M.Pd Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si
Mengetahui :
Dekan
Fisipol Unismuh Makassar
Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan
Dr. H. Muhammad Idris, M.Si Andi Luhur Prianto, S.IP, M.Si
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Mahasiswa : Irfan Herawadi
Nomor Stambuk : 10564 01079 10 Program Studi : Ilmu Pemerintahan
Menyatakan bahwa benar karya imliah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.
Makassar, Mei 2017 Yang Menyatakan,
IRFAN HERAWADI
ABSTRAK
IRFAN HERAWADI. Implementasi Peraturan Daerah (PERDA) Sistem Kelas Tuntas Berkelanjutan (SKTB) Di Kabupaten Gowa (dibimbing oleh Alimuddin Said dan Nuryanti Mustari).
Penguasaan dan peningkatan ilmu pengetahuan merupakan kunci untuk menjawab perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia dan hal itu sangat erat kaitannya dengan model atau sistem pendidikan yang berlaku.
Berangkat dari hal tersebut, peneliti terdorong untuk mencoba memberikan gambaran tentang implementasi peraturan daerah (PERDA) sistem kelas tuntas berkelanjutan (SKTB) di kabupaten gowa.
Jenis dan tipe penelitian adalah deskriptif kualitatif dengan tipe studi kasus yaitu: menggabungkan antara data awal penelitian dan hasil wawancara terhadap responden. Wawancara dilakukan berdasarkan instrument penelitian yang meliputi pengalaman responden terhadap implementasi PERDA SKTB. Data tersebut dianalisis secara kualitatif dengan mengungkapkan masalah atau keadaan atau peristiwa sebagaimanan adanya sehingga mengungkapkan fakta sebenarnya dari objek yang diteliti.
Pelaksanaan Kebijakan Sistem Kelas Tuntas Berkelanjutan pada dasarnya telah dilakukan pada tingkatan SD, SMP/ sederajat yang ada di Kabupaten Gowa.
Namun pada pelaksanaannya maksud dan tujuan dilaksanakannya sistem ini belum sepenuhnya dimengerti dan dipahami oleh pihak sekolah maupun masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PERDA SKTB di Kab.Gowa masih belum berjalan dengan baik karena etos kerja para pelaksana yang sangat beragam mengakibatkan banyak pendidik belum siap melaksanakan kebijakan ini, ditambah lagi respon yang beragam juga disampaikan oleh para pendidik maupun orang tua siswa.
Keyword :Implementasi, Sistem Kelas Tuntas Berkelanjutan (SKTB)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah serta nikmat waktu luang sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “implementasi peraturan daerah (PERDA) sistem kelas tuntas berkelanjutan (SKTB) di kabupaten Gowa”.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Pemerintahan Pada fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
Penulis menyadari bahwa penyusun skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:
Bapak Drs. Alimuddin Said, M.Pd selaku pembimbing I dan Dr.Nuryanti Mustari, S.IP., M.Si selaku pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Bapak Dr.H.Muhammad Idris, M.Si selaku dekan fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar
Bapak A.Luhur Prianto,S.IP., M.Si selaku ketua jurusan Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
Kedua orang tua yang sangat saya cintai yaitu H.Muh.Arif dan Hj.Ramlia yang telah membesarkan saya dengan penuh kasih sayang dengan segala bantuan yang diberikan baik berupa bantuan moril maupun materi.
Saudara/I saya yang selama ini telah memberikan semangat tiada henti terkhusus pada kakak saya Niswa Ningsih, S.Pd serta adik-adikku Nuraeni, Amd.Kg, Dzul Fitra, Dzul Fitri, Rahmat dan Khaeril Anbiya serta keponakan saya Aditya Ananda Akhmad.
Terkhusus pada Inda Permatasari, Amd.Keb yang selama ini telah menjadi penyemangat untuk tetap melanjutkan perjuangan saya dengan segala bantuan dan kasih sayang yang ia berikan saya mengucapkan banyak terima kasih.
Serta teman-teman seperjuangan saya Almuhajir Haris, S.IP, M.IP, Firman, S.IP, Rahmat, S.IP, Hartawati, S.IP, Nurhikmah, S.IP, Abdul Hafis, S.IP, Akhmad Afandi, S.IP, Adinda Nurhidayanti serta teman-teman seperjuangan lainnya yang belum sempat saya sebutkan satu persatu dengan segala bentuk bantuan yang telah diberikan saya ucapkan banyak terima kasih.
Demikian kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.
Makassar, Mei 2017
IRFAN HERAWADI
DAFTAR ISI
Halaman Pengjuan Skripsi ……… i
Halaman Persetujuan ………. ii
Halaman Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ……… iii
Abstrak ……….. iv
Kata Pengantar ……….. v
Daftar Isi ……… vi
Daftar Tabel ………... vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………. 1
B. Rumusan Masalah ………. 6
C. Tujuan Penelitian ……….. 6
D. Kegunaan Peneliti ……...……….. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Implementasi 1. Pengertian Implementasi ……… 8
2. Kunci Sukses Implementasi Kebijakan Publik .……….. 11
B. Konsep Pendidikan 1. Pengertian Pendidikan ……….……… 19
2. Pengertian sistem pembelajaran kelas tuntas berkelanjutan 21 C. Kerangka Pikir ……….………. 25
D. Fokus Penelitian ……… 26
E. Deskripsi Fokus Penelitian ………... 27
BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian ……… 29
B. Jenis dan Tipe Penelitian .……….. 29
C. Sumber Data ………. 29
D. Informan Penelitian .……….. 30
E. Teknik Pengumpulan Data ……… 31
F. Teknik Analisis Data ………. 32
G. Keabsahan Data ………. 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi dan Karakteristik obyek penelitian ……… 35
1. Gambaran Umum Kabupaten Gowa ….……….. 37
2. Profil Dinas Pendidikan,Olahraga dan Pemuda …….….. 37
B. Implementasi peraturan daerah (PERDA) Sistem Kelas Tuntas Berkelanjutan (SKTB) di Kabupaten Gowa ………. 49
1. Sosialisasi SKTB ……….……… 49
2. Penyediaan Dana Penyelenggaraan SKTB …….……… 56
3. Kesiapan Pendidik dan Peserta Didik …….……… 59
4. Pelaksanaan Proses Pembelajaran ……… 61
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi SKTB ……….… 63
1. Faktor yang Mendukung ………..……… 64
2. Faktor yang Menghambat ………..……….. 75
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ………. 78
B. Saran ……… 79 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
1. Tabel : 3.1 Informan Penelitian ……….. 31
2. Tabel : 4.1 Jumlah Penduduk di Kabupaten Gowa ……….... 38
3. Tabel : 4.2 Lokasi Dinas Pendidikan Olahraga dan Pemuda Kabupaten Gowa ……….. 39
4. Tabel : 4.3 Jumlah Pegawai ……… 39
5. Tabel : 4.4 Jumlah Guru di Kabupaten Gowa ……… 40
6. Tabel : 4.5 Data Sekolah di Kabupaten Gowa ……… 40
7. Tabel : 4.6 Pelaksanaan Sosialisasi SKTB ………. 55
8. Tabel : 4.7 Pelaksanaan Workshop ………. 58
9. Tabel : 4.8 Besaran Anggaran Pelaksanaan SKTB 2012-2015 ….. 61
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
Pada zaman yang serba modern ini dimana ilmu pengetahuan dan teknologi telah berkembang begitu pesatnya dan membawa perubahan pada hampir semua aspek kehidupan manusia yang permasalahannya hanya dapat di pecahkan dengan upaya penguasaan dan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain bermanfaat bagi kehidupan manusia disisi lain perubahan itu juga telah membawa manusia kedalam era persaingan global yang semakin ketat, kehidupan ekonomi dan sosial dimasa depan tidak ditentukan sepenuhnya oleh tersedianya sumber daya alam maupun jumlah penduduk yang besar tapi kesiapan dan kualitas sumberdaya manusia yang dapat menguasai dan memanfatkan teknologi untuk meningkatkan taraf hidupnya. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi hanya dapat diperoleh melalui penguasaan di bidang pendidikan.
Pendidikan adalah pengubahan sikap dan prilaku seseorang dan kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan yang sesuai prosedur pendidikan itu sendiri. Pembukaan Undang- Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa salah satu tujuan negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan untuk itu setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya tanpa memandang status sosial, ras, etnis, agama dan gender.
1
Pasal 31 UUD 1945 Ayat 2 dan 5 yang menyatakan bahwa :
1) Ayat (2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya;
2) Ayat (5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai –nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.
Sementara itu Undang- Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung- jawab.
Untuk mewujudkan fungsi tersebut pemerintah pusat dan pemerintah daerah berhak mengarahkan, membimbing, membantu dan mengawasi penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pemerintah daerah sebagai perpanjangan tangan pemerintah pusat memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan daerahnya. Pemerintah daerah memiliki peranan yang besar untuk merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi kebijakan dan program kerja yang sesuai dengan masyarakat.
Undang-undang nomor 23 tahun 2004 yang kemudian direvisi kembali dalam peraturan pemerintah Nomor 2 Tahun 2015 yang selanjutnya di undang- undangkan dalam undang-undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang pemerintahan daerah pada pasal 12 menegaskan urusan wajib pemerintah daerah meliputi
pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum dan penataan ruang, perumahan rakyat dan kawasan permukiman, ketenteraman, ketertiban umum, dan pelindungan masyarakat dan sosial menjadi tanggungjawab daerah yang harus mengurusinya.
Salah satu tujuan wajib pemerintah daerah yaitu dalam hal pendidikan, hal ini sangat berpengaruh dalam pembuatan kebijakan pembangunan dalam suatu daerah, kebijakan baru yang dikeluarkan oleh daerah pada bidang pendidikan dapat dijadikan skala prioritas pembangunan di daerah yang nantinya akan mampu mencetak SDM yang berkualitas karena disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan lokal, SDM yang diciptakan juga akan mampu membawa daerahnya bersaing pada taraf nasional maupun global.
Saat ini, Kabupaten Gowa mengeluarkan kebijakan dalam bidang pendidikan, salah satu kebijakan program pendidikan Ichsan Yasin Limpo melalui Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga yang diterapkan di Kabupaten Gowa adalah SKTB. SKTB merupakan singkatan dari Sistem Kelas Tuntas Berkelanjutan (Automatic Promotion), SKTB disosialisasikan pada tahun 2011 dimana pelaksanaanya pada tahun 2012 dan pada 2013 dilaksanakan secara keseluruhan disemua tingkatan sekolah SD, SMP dan SMA/SMK di Kabupaten Gowa Namun mulai Tahun 2017 SMA sedah tidak menjalankan SKTB kerena kewenagan SMA diatur oleh Pemerintah Provinsi. Sebagai langkah awal, SKTB dijalankan di beberapa sekolah percontohan tepatnya 50 sekolah untuk tingkatan SD, SMP dan SMA/SMK di Kabupaten Gowa. Kebijakan ini diambil berdasarkan pertimbangan untuk memajukan kualitas pendidikan dan memenuhi hak masyarakat untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Sistem
Pembelajaran Kelas Tuntas Berkelanjutan (SPKTB) adalah kebijakan yang ditempuh Pemerintah Daerah Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan yang menekankan pada pelayanan pendidikan secara komprehensif dan tuntas kepada anak didik, menempatkan peserta didik sebagai subjek dalam belajar, memberikan pengalaman belajar yang mampu mengembangkan potensi peserta didik secara maksimal, khusus anak didik di kabupaten Gowa. Kebijakan tersebut ditempuh karena pemerintah daerah kabupaten Gowa Sulawesi Selatan menyadari bahwa sistem pendidikan, terutama pendidikan dasar adalah pondasi dari semua jenjang pendidikan yang ada, yang tersebar dari kota hingga pelosok desa terpencil seharusnya memiliki kekuatan dalam mengembangkan berbagai aspek kemampuan diri peserta didik untuk hidup sebagia anggota masyarakat yang produktif. Juga disadari bahwa pendidikan dasar merupakan kekuatan yang dapat mengantarkan peserta didik ke jenjang pendidikan selanjutnya dan mengembangkan peserta didik menjadi manusia seutuhnya.
SKTB adalah kebijakan program pendidikan yang berupaya memberikan pelayanan pendidikan secara optimal kepada peserta didik melalui strategi penuntasan semua tagihan standar kompetensi dan kompetensi dasar pada setiap mata pelajaran secara berkelanjutan. SKTB berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan yang hendak dicapai dengan SKTB adalah memberikan pelayanan pendidikan secara maksimal pada anak didik, agar dapat belajar secara optimal dalam menuntaskan semua tagihan kompetensi pada seluruh mata pelajaran di setiap satuan pendidikan dan
membantu memfasilitasi pengembangan potensi anak didik secara utuh (kecerdasan spiritual, kecerdasan emosional, kecerdasan intelektual dan kecerdasan kinestetik) sejak awal agar terbentuk kepribadian yang utuh.
Keunggulan sistem SKTB sendiri yaitu peserta didik belajar selalu dalam kondisi psikologis yang positif, percaya diri, jujur dan mampu mengembangkan kreativitas karena nasib mereka tidak ditentukan oleh Ujian Nasional dan tes yang mengukur kemampuan sesaat dan setiap peserta didik terjamin mendapatkan haknya memperoleh pendidikan dasar 9 tahun, selain itu peserta didik dapat lebih cepat menyelesaikan sistem kredit semester sehingga biaya yang dikeluarkan orangtua untuk keperluan pribadi dapat hemat.
Dalam penerapannya ditemukan permasalahan yang berkaitan dengan pelaksanaan kebijakan SKTB yang belum terlaksana dengan baik yaitu berdasarkan data penelitian yang dilakukan oleh Melanie Mulya S, Inovasi Pendidikan Sekolah Dasar di Kabupaten Gowa (Studi Kasus Pelaksanaan SKTB di SD Inpres Cambaya), 2015. Beberapa guru kurang paham dan sering terhambat dalam penyusunan rencana Penyusunan Pembelajaran (RPP), sehingga kemampuan dalam mengembangkan media dan bahan ajar menjadi lemah, selain itu beberapa guru memiliki sifat malas dan kurangnya motivasi terkadang menyebabkan kurang maksimalnya persiapan dalam proses belajar. Hal ini memberikan pengaruh terhadap kualitas siswa, karena guru memiliki peran yang sangat besar terhadap perkembangan kemampuan seorang siswa dan dalam mencapai keberhasilan program SKTB. Oleh karena itu penulis tertarik untuk
mengambil judul “Implementasi Peraturan Daerah (PERDA) Sistem Kelas Tuntas Berkelanjutan (SKTB) di Kabupaten Gowa”
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Implementasi Peraturan Daerah (PERDA) Sistem Kelas Tuntas Berkelanjutan (SKTB) di Kabupaten Gowa ?
2. Faktor-faktor yang menghambat dan mendukung implementasi kebijakan Sistem Kelas Tuntas Berkelanjutan (SKTB) di Kabupaten Gowa !
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang akan diteliti tersebut maka tujuan yang diharapkan akan dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui implementasi peraturan daerah (PERDA) sistem kelas tuntas berkelanjutan (SKTB) di Kabupaten Gowa.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat dan pendukung implementasi kebijakan sistem kelas tuntas berkelanjutan (SKTB) di kabupaten Gowa.
D. Kegunaan Penelitian
Hasil yang nanti akan dicapai pada penelitian ini diharapkan memberi manfaat sebagai berikut :
1. Secara Teoritis
Penelitian ini yang akan dilakukan ini dapat dijadikan suatu bahan studi perbandingan selanjutnya dan akan menjadi sumbangsih pemikiran ilmiah dalam melengkapi kajian-kajian yang mengarah pada pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya masalah model pendidikan baru yang ditawarkan oleh setiap daerah.
2. Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu sumbangan pemikiran dan bahan masukan untuk pelaksanaan sistem kelas tuntas berkelanjutan di Kabupaten Gowa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Implementasi
1. Pengertian Implementasi Kebijakan
Implementasi kebijakan adalah sesuatu tahap yang penting, bahkan jauh lebih penting daripada pembuatan kebijakan. Udoji dengan tegas mengatakan bahwa “the execution of policies is an important if not more important than policy making. Policies will remain dreams or blue prints file jackets unless they are implemented” (pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang penting, bahkan mungkin jauh lebih penting daripada pembuatan kebijakan. Kebijakan-kebijakan akan sekedar berupa impian atau rencana bagus yang tersimpan rapi dalam arsip kalau tidak diimplementasikan) (Solichin, 2010:59).
Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya.Tidak lebih dan tidak kurang.Untuk mengimplementasikan kebijakan publik, ada dua pilihan langkah yang ada, yaitu langsung mengimplementasikan dalam bentuk program atau melalui formulasi kebijakan turunan dari kebijakan publik tersebut. Kebijakan publik dalam bentuk Undang-Undang atau Perda adalah jenis kebijakan publik yang memerlukan kebijakan publik penjelas atau yang sering diistilahkan sebagai peraturan pelaksanaan. Kebijakan publik yang bisa langsung operasional antara lain Keppres, Inpres, Kepmen, Keputusan Kepala Daerah, Keputusan Kepala Dinas, dan lain-lain (Nugroho, 2009: 494-495).
8
Ripley (dalam Winarno, 2008:145) berpendapat bahwa implementasi adalah apa yang terjadi setelah undang-undang ditetapkan yang memberikan otoritas program, kebijakan, keuntungan (Benefit), atau suatu jenis keluaran yang nyata (tangible output). Pengertian tersebut memberikan pemahaman bahwa implementasi kebijakan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan sehingga dampak yang diharapkan bisa terwujud dan aktivitas implementasi ini dilakukan oleh berbagai aktor, khususnya para birokrat, yang dimaksudkan untuk membuat program berjalan, implementasi mencakup banyak macam kegiatan:
a. Badan-badan pelaksana yang ditugasi oleh undang-undang dengan tanggungjawab menjalankan program harus mendapatkan sumbersumber yang dibutuhkan agar implementasi berjalan lancar.
b. Badan-badan pelaksana mengembangkan bahasa anggaran dasar menjadi arahan-arahan konkret, regulasi, serta rencana-rencana dan desain program.
c. Badan-badan pelaksana harus mengorganisasikan kegiatan-kegiatan mereka dengan menciptakan unit-unit birokrasi dan rutinitas untuk mengatasi beban kerja.
Grindle juga memberikan pandangannya tentang implementasi dengan mengatakan secara umum, tugas implementasi adalah membentuk suatu kajian (linkage) yang memudahkan tujuan-tujuan kebijakan bisa direalisasikan sebagai dampak dari suatu kegiatan pemerintah. Selanjutnya, Horn membatasi implementasi kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang
dilakukan oleh individu-individu (atau kelompok-kelompok) pemerintah maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan kebijakan sebelumnya. Yang perlu ditekankan disini adalah bahwa tahap implementasi kebijakan tidak akan dimulai sebelum tujuan-tujuan dan saran-saran ditetapkan atau diidentifikasi oleh keputusan-keputusan kebijakan. Dengan demikian, tahap implementasi terjadi hanya setelah UU ditetapkan dan dana disediakan untuk membiayai implementasi kebijakan tersebut (Winarno, 2008:146-147).
Usman (2002: 70) Implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan atau adanya mekanisme suatu sistem, implementasi bukan sekedar aktivitas, tapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan. Usman (2004 : 67) menjelaskan bahwa pendekatan pertama menggambarkan implementasi itu dilakukan sebelum penyebaran (desiminasi) kurikulum desain. Kata proses dalam pendekatan ini adalah aktivitas yang berkaitan dengan penjelasan tujuan program, mendeskripsikan sumber-sumber baru dan memaparkan metode pengajaran yang digunakan. Pendekatan kedua, menekankan pada fase penyempurnaan.
Kata proses dalam pendekatan ini lebih menekankan pada interaksi antara pengembang dan guru (praktisi pendidikan). Pengembang melakukan pemeriksaan pada program baru yang direncanakan, sumber-sumber baru dan memasukkan isi atau materi baru ke program yang sudah ada berdasarkan hasil uji coba di lapangan dan pengalaman-pengalaman guru.
Interaksi antara pengembang dan guru terjadi dalam rangka penyempurnaan
program, pengembang mengadakan lokakarya atau diskusi-diskusi dengan guru-guru untuk memperoleh hasil yang memuaskan.
Hanifah, (2002: 67) Implementasi adalah suatu proses untuk melaksanakan kegiatan menjadi tindakan kebijakan dari politik kedalam administrasi. Pengembangan suatu kebijakan dalam rangka penyempurnaan suatu program. Selanjutnya menurut Setiawan (2004: 39) Implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk mencapainya serta memerlukan jaringan pelaksana, birokrasi yang efektif.
Pengertian-pengertian di atas memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pada mekanisme suatu sistem. Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa implementasi bukan sekadar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan. Oleh karena itu, implementasi tidak berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh obyek berikutnya yaitu program.
2. Kunci Sukses Implementasi Kebijakan Publik
Untuk mengkaji lebih baik suatu implementasi kebijakan publik maka perlu diketahui variabel dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Untuk itu, diperlukan suatu model kebijakan guna menyederhanakan pemahaman konsep suatu implementasi kebijakan. Terdapat banyak model yang dapat dipakai untuk menganalisis sebuah implementasi kebijakan,
namun kali ini yang saya bagikan adalah model impementasi yang dikemukakan oleh George Edward III.
Edward melihat implementasi kebijakan sebagai suatu proses yang dinamis, dimana terdapat banyak faktor yang saling berinteraksi dan mempengaruhi implementasi kebijakan. Faktor-faktor tersebut perlu ditampilkan guna mengetahui bagaimana pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap implementasinya. Oleh karena itu, Edward menegaskan bahwa dalam studi implementasi terlebih dahulu harus diajukan dua pertayaan pokok yaitu :
a. Apakah yang menjadi prasyarat bagi implementasi kebijakan ?
b. Apakah yang menjadi faktor utama dalam keberhasilan implemantasi kebijakan ?
Guna menjawab pertanyaan tersebut, Edward mengajukan empat faktor yang berperan penting dalam pencapaian keberhasilan implementasi. Faktor- faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan implemantasi kebijakan yaitu faktor communication, resources, disposition, dan bureucratic structure (Edward dalam Widodo, 2011:96-110).
Model Implementasi George C.Edward III
a. Komunikasi (Communication)
Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi dari komunikator kepada komunikan. Sementara itu, komunikasi kebijakan berarti merupakan proses penyampaian informasi kebijakan dari pembuat kebijakan (policy makers) kepada pelaksana kebijakan (policy implementors) (Widodo,2011:97). Widodo kemudian menambahkan
bahwa informasi perlu disampaikan kepada pelaku kebijakan agar pelaku kebijakan dapat memahami apa yang menjadi isi, tujuan, arah, kelompok sasaran (terget group) kebijakan, sehingga pelaku kebijakan dapat mempersiapkan hal-hal apa saja yang berhubungan dengan pelaksanaan kebijakan, agar proses implementasi kebijakan bisa berjalan dengan efektif serta sesuai dengan tujuan kebijakan itu sendiri.
Komunikasi dalam implementasi kebijakan mencakup beberapa dimensi penting yaitu transformasi informasi (transimisi), kejelasan informasi (clarity) dan konsistensi informasi (consistency). Dimensi transformasi menghendaki agar informasi tidak hanya disampaikan kepada pelaksana kebijakan tetapi juga kepada kelompok sasaran dan pihak yang terkait. Dimensi kejelasan menghendaki agar informasi yang jelas jelas dan mudah dipahami, selain itu untuk menghindari kesalahan interprestasi dari pelaksana kabijakan, kelompok sasaran maupun pihak yang terkait dalam implementasi kebijakan. Sedangkan dimensi konsistensi menghendaki agar informasi yang disampaikan harus konsisten sehingga
tidak menimbulkan kebingungan pelaksana kabijakan, kelompok sasaran maupun pihak terkait.
b. Sumber Daya (Resources)
Sumber daya memiliki peranan penting dalam implementasi kebijakan. Edward III dalam Widodo (2011:98) mengemukakan bahwa:
“bagaimanapun jelas dan konsistensinya ketentuan-ketentuan dan aturan- aturan serta bagaimanapun akuratnya penyampaian ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan tersebut, jika para pelaksana kebijakan yang bertanggung jawab untuk melaksanakan kebijakan kurang mempunyai sumber-sumber daya untuk melaksanakan kabijakan secara efektif maka implementasi kabijakan tersebut tidak akan efektif.” Sumber daya di sini berkaitan dengan segala sumber yang dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan implementasi kebijakan. Sumber daya ini mencakup sumber daya manusia, anggaran, fasilitas, informasi dan kewenangan yang dijelaskan sebagai berikut:
1) Sumber Daya Manusia (Staff)
Impementasi kebijakan tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan dari sumber daya manusia yang cukup kualitas dan kuantitasnya. Kualitas sumber daya manusia. Berkaitan dengan keterampilan, dedikasi, profesionalitas, dan kompetensi di bidangnya, sedangkan kuatitas berkaitan dengan jumlah sumber daya manusia apakah sudah cukup untuk melingkupi seluruh kelompok sasaran.
Sumber daya manusia sangat berpengaruh terhadap keberhasilan implementasinya, sebab tanpa sumber daya manusia yang kehandalan sumber daya manusia, impementasi kebijakan akan berjalan lambat.
2) Anggaran (Budgetary)
Dalam implementasi kebijakan, anggaran berkaitan dengan kecukupan modal atau investasi atas suatu program atau kebijakan untuk menjamin terlaksananya kebijakan, sebab tanpa dukungan anggaran yang memadai, kebijakan tidak akan berjalan dengan efektif dalam mencapai tujuan dan sasaran.
3) Fasilitas (facility)
Fasilitas atau sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam implementasi kebijakan. Pengadaan fasilitas yang layak, seperti gedung, tanah dan peralatan perkantoran akan menunjang dalam keberhasilan implementasi suatu program atau kabijakan.
4) Informasi dan kewenangan (Information and Authority)
Informasi juga menjadi faktor penting dalam implementasi kebijakan, terutama informasi yang relevan dan cukup terkait bagaimana mengimplementasikan suatu kebijakan. Sementara wewenang berperan penting terutama untuk meyankinkan dan
menjamin bahwa kebijakan yang dilaksanakan sesuai dengan yang dikehendaki.
c. Disposisi (Disposition)
Kecenderungan perilaku atau karakteristik dari pelaksana kebijakan berperan penting untuk mewujudkan implementasi kebijakan yang sesuai dengan tujuan atau sasaran. Karakter penting yang harus dimiliki oleh pelaksana kebijakan misalnya kajujuran dan komitmen yang tinggi. Kejujuran mengarahkan implementor untuk tetap berada dalam asa program yang telah digariskan, sedangkan komitmen yang tinggi daripelaksana kabijakan akan membuat mereka selalu antusias dalam melaksanakan tugas, wewenang, fungsi, dan tanggung jawab sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan.
Sikap dari pelaksana kabijakan akan sangat berpengaruh dalam implementasi kebijakan. Apabila impementer memiliki sikap yang baik maka dia akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kabijakan, sebaliknya apabila sikapnya tidak mendukung maka implementasi tidak akan terlaksana dengan baik.
d. Struktur birokrasi (Bureucratic Structure)
Struktur organisasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kabijakan. Aspek struktur organisasi ini melingkupi dua hal yaitu mekanisme dan struktur birokrasi itu sendiri. Aspek pertama adalah mekanisme, dalam implementasi kebijakan biasanya sudah dibuat standar
operation procedur (SOP). SOP menjadi pedoman bagi setiap impleentor dalam bertindak agar dalam pelaksanaan kabijakan tidak melenceng dari tujuan dan sasaran kabijakan. Aspek kedua adalah struktur birokrasi, struktur birokrasiyang terlalu panjang dan terfragmentasi akan cenderung melemahkan pengawasan dan menyebabkan prosedur birokrasi yang rumit dan ompleks yang selanjutnya akan menyebabkan aktivitas organisasi menjadi tidak fleksibel.
Tidak jauh berbeda dengan pendapat Edward III, model yang diperkenalkan oleh Horn (dalam Mustari, 2013: 135), menegaskan bahwa:
“implementasi kebijakan berjalan secara linear dari kebijakan publik, implementor dan kinerja kebijakan publik”.
Beberapa variabel yang mempengaruhi dan yang menyangkut dalam proses kebijakan publik adalah; (1). aktivitas implementasi dan komunikasi antar organisasi. (2). Karakteristik dari agen pelaksana atau implementor. (3). Kondisi ekonomi, sosial dan politik. (4). Kecenderungan dari pelaksana atau implementor.
Implementasi kebijakan dilakukan untuk meraih kinerja yang tinggi berlangsung dalam antar hubungan berbagai faktor. Suatu kebijakan menegaskan standar dan sasaran tertentu yang harus dicapai oleh para pelaksana kebijakan.
Bagan Model implementasi kebijakan menurut meter dan horn.
Kesemua variabel tersebut diatas membentuk sikap pelaksana terhadap kebijakan yang mereka implementasikan dan menentukan seberapa tinggi kinerja kebijakannya. Kognisi, netralitas dan obyektifitas para individu pelaksana sangat mempengaruhi bentuk respons mereka terhadap semua variabel tersebut. Wujud respons individu pelaksana menjadi penyebab dari berhasil dan gagalnya implementasi kebijakan, lebih-lebih apabila sistem nilai yang mempengaruhi sikapnya berbeda dengan sistem nilai pembuat kebijkan, maka implementasi tidak akan efektif.
Winter (dalam Peters and Pierre, 2003) memperkenalkan model implementasi integratif (Integrated Implementation Model). Winter berpendapat bahwa keberhasilan implementasi kebijakan dipengaruhi oleh formulasi kebijakan, proses implementasi kebijakan, dan dampak/hasil implementasi
kebijakan itu sendiri. Selanjutnya Winter mengemukakan 3 (tiga) variabel yang mempengaruhi keberhasilan proses implementasi yakni :
1) Perilaku hubungan antar organisasi. Dimensinya adalah : komitmen dan koordinasi antar organisasi;
2) Perilaku implementor (aparat/birokrat) tingkat bawah. Dimensinya adalah kontrol politik, kontrol organisasi dan etos kerja dan norma-norma profesional
3) Perilaku kelompok sasaran. Kelompok sasaran tidak hanya memberi pengaruh pada dampak kebijakan tetapi juga mempengaruhi kinerja aparat tingkat bawah, jika dampak yang ditimbulkan baik maka kinerja aparat tingkat bawah juga baik demikian dengan sebaliknya. Perilaku kelompok sasaran meliputi respon positif atau negatif masyarakat dalam mendukung atau tidak mendukung suatu kebijakan yang disertai adanya umpan balik berupa tanggapan kelompok sasaran terhadap kebijakan yang dibuat.
B. Konsep Pendidikan 1. Pengertian Pendidikan
Secara bahasa definisi pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan yang sesuai prosedur pendidikan itu sendiri.
Menurut epistimologi para ahli mengemukakan berbagai arti tentang pendidikan diantaranya :
Idris (Ensiklopedia Pendidikan Indonesia, 2004) mengatakan Pendidikan ialah serangkaian kegiatan komunikasi yang bertujuan, antara manusia dewasa
dengan si anak didik secara tatap muka atau dengan menggunakan media dalam rangka memberikan bantuan terhadap perkembangan anak seutuhnya.
Langeveld (Ensiklopedia Pendidikan Indonesia, 2004) mengatakan bahwa Pendidikan ialah pemberian bimbingan dan bantuan rohani bagi yang masih memerlukannya.
Marimba (Ensiklopedia Pendidikan Indonesia, 2004) berpendapat bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terdapat perkembangna jasmani dan rohani terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
John (Ensiklopedia Pendidikan Indonesia, 2004) Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan yang fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia.
Dewantara (Ensiklopedia Pendidikan Indonesia, 2004) Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan perkembangan budi pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek) dan jasmani anak. Ensiklopedia Pendidikan Indonesia, menjelaskan tentang pengertian pendidikan sebagai berikut Pendidikan adalah proses membimbing manusia dalam kegelapan, kebodohan dan kecerdasan pengetahuan. Dalam artian, pendidikan baik yang formal maupun informal, meliputi segala yang memperluas segala pengetahuan manusia tentang dirinya sendiri dan tentang dunia dimana hidup Pendidikan merupakan proses yang berkelanjutan. Ialah merupakan pengulangan yang perlahan tetapi pasti dan terus
menerus sehingga sampai pada bentuk yang diinginkan, (Ensiklopedia Pendidikan Indonesia, 2004).
Dari pernyataan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan adalah usaha sadar terncana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatiahan agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya supaya memiliki kekuatan spiritual keagamaan, emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Dalam perkembangannya istilah pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan secara sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar anak didik menjadi dewasa, dalam perkembangan selanjutnya, pendidikan berarti usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang agar menjadi deawasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.
Dengan demikian pendidikan berarti, segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan.
2. Pengertian sistem pembelajaran kelas tuntas berkelanjutan (Automatic Promotion)
Sistem pembelajaran kelas tuntas berkelanjutan (Automatic Promotion) adalah proses pembelajaran yang berusaha membimbing peserta didik dalam menuntaskan semua kompetensi dasar pada setiap mata pelajaran secara
berkelanjutan dengan menggunakan beragam metode pembelajaran. Dari pengertian tersebut jelas bahwa aktifitas proses pembelajaran adalah fokus dalam sistem ini. Dalam sistem pembelajaran ini, peserta didik diharuskan untuk dapat menguasai secara tuntas setiap kompetensi maupun kompetensi dasar mata pelajaran yang diberikan.
Sistem pembelajaran tuntas menganut filosopi belajar yang berdasar pada anggapan bahwa semua peserta didik dapat belajar bila diberi waktu yang cukup dan kesmpatan belajar yang memadai. Selain itu, dipercaya bahwa setiap peserta didik dapat mencapai ketuntasan atau penguasaan pembelajaran terhadap kompetensi jika standar dari kompetensi tersebut dalam kurikulum dirumuskan dan dinyatakan dengan jelas, penilaian yang ada dapat mengukur dengan tepat kemajuan peserta didik terhadap penguasaan materi, serta kegiatan pembelajaran baik strategi dan metodenya sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai dalam kurikulum.
Dalam pembelajaran kelas tuntas berkelanjutan, peserta didik tidak berpindah ke kompetensi yang lain jika ia belum menguasai kompetensi tersebut.
Kegiatan pembelajaran dalam sistem pembelajaran kelas tuntas berkelanjutan, dilakukan sedemikian rupa sehingga tujuan intruksional yang ingin dicapai dalam pembelajaran dapat diperoleh secara optimal sehingga proses belajar mengajar lebih efektif dan efisien. Belajar tuntas pada dasarnya merupakan strategi pembelajaran yang diinduvisualisasikan dengan menggunakan pendekatan kelompok (group based approach).
Penciptaan dan penataan kelas yang mendukung peserta didik dalam belajar perlu dilakukan agar peserta didik dapat menguasai pembelajaran. Dalam hal ini seorang guru harus dapat menyiapkan konteks tempat peserta didik belajar.
Terdapat empat aspek dalam hal penataan tempat belajar yaitu: (a). Suasana belajar. (b). Landasan belajar. (c). Lingkungan belajar. (d). Rancangan belajar
Suasana belajar yang dimaksud adalah kondisi yang dapat merangsang peserta didik untuk dapat merasa nyaman dalam belajar. Suasana yang penuh kegembiraan membawa kegembiraan pula dalam belajar (Depotter, 2003:14).
Landasan belajar merupakan pedoman yang disepakati oleh guru dan peserta didik sebagai acuan dalam kegiatan pembelajaran, landasan pembelajaran bisa mencakup kerangka kerja, kesepakatan, kebijakan, prosedur atau aturan bersama dalam kelas.
Keberadaan landasan kerja sangat penting dalam menentukan arah kegiatan pembelajaran yang akan dicapai. Lingkungan belajar merupakan kondisi sekitar peserta didik yang mendukung bagi peserta didik untuk dapat belajar secara optimal, lingkungan belajar mencakup kondisi ruang kelas, penataan kelas, segala hal yang dapat mendukung prpposes belajar peserta didik. Rancangan merupakan penciptaan unsur-unsur penting yang bisa menumbuhkan minat peserta didik dalam belajar.
Sistem pembelajarn kelas tuntas berkelanjutan mengharuskan setiap peserta didik menuntaskan/menguasai kompetensi pad suatu bidang sebelum ke bidang berikutnya yang dapat meminimalkan kemungkinan kesulitan yang lebih
besar yang akan dialami oleh peserta didik yang tidak menguasai/menuntaskan materi sebelumnya. Ketika seorang peserta didik menuju kometensi berikutnya sementara belum menguasai kompetensi sebelumnya yang menjadi pengetahuan prasyarat untuk materi berikutnya, maka tentu akan memperoleh kesulitan yang lebih besar dalam menguasai kompetensi tersebut karena konsep dan keterampilan sebelumnya menjadi landasan untuk pembelajaran selanjutnya. Terdapat tiga asuransi dasar dalam sistem pembelajaran kelas tuntas yaitu:
1. Hampir setiap peserta didik dapat belajar menguasai topik tertentu sampai tuntas. Artinya, bahwa terdapat potensi pada setiap peserta didik untuk menuntaskan setiap kmpetensi yang diberikan.
2. Beberapa peserta didik membutuhkan waktu lebih lama untuk menguasai suatu topik dibandingkan peserta didik lain. Terdapat perbedaan kemampuan, minat dan bakat setiap peserta didik dalam kelas.
3. Beberapa peserta didik membutuhkan bantuan lebih banyak dibandingkan peserta didik lain.
Ketiga hal tersebut diatas, menunjukkan bahwa sistem pembelajaran kelas tuntpas berkelanjutan merupakan pendekatan yang sangat optimis terhadap pengajaran. Hal ini karena sistem pembelajaran kelas tuntas berkelanjutan beranggapan bahwa sebagian besar anak dapat mempelajari apabila diberikan waktu dan intruksi yang cukup sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Terdapat empat komponen dalam pembelajaran kelas tuntas berkelanjutan yaitu:
1. Adanya unit-unit yang kecil dan terisah (sistem modul) dimana pokok bahasan dibagi menjadi beberapa pertemuan yang masing-masing mencakup sejumlah kecil materi atau kompetensi. Adanyap pemisahan menjadi bagian-bagian kecil yang membarikan kemudahan bagi peserta didik untuk dapat menuntaskan pembelajaran secara mudah, bertahap dan berkelanjutan.
2. Adanya rangkaian/urutan yang logis. Rangkaian yang logis dimulai dari hal yang sifatnya sederhana ke hal yang lebih kompleks sehingga mudah bagi peserta didik untuk menguasai kompetensi tersebut.
3. Setiap peserta didik hanya boleh beralih ke unit/ kompetensi yang baru jika mereka telah menguasai unit/kompetensi sebelumnya sehingga setiap selesai satu kompetensi dievaluasi untuk menentukan ketuntasan belajar peserta didik.
4. Adanya kegiatan tambahan atau latihan bagi peserta didik yang membutuhkan bantuan. Hal ini dapat berupa kegiatan perbaikan atau pengayaan. Bagi peserta didik yang telah tuntas lebih cepat dari yang lainnya dapat diberikan pengayaan atau diminta untuk bertindak sebagai tentor bagi temannya yang belum tuntas. (Panduan Operasional SKTB).
C. Kerangka Pikir
Kerangka pikir ialah penjelasan tehadap gajala yang menjadi objek permasalahan kita. Kerangka berpikir disusun berdasakan tinjauan pestaka dan hasil penelitian yang relevan. Agar apa yang diuraikan dalam penelitian ini dapat
dipahami dengan jelas maka penulis membuat kerangka berpikir sebagaimana tertera pada gambar di bawah ini:
D. Fokus Penelitian
Penelitian ini pada dasarnya diharapkan mampu untuk mengulas, mengkaji, ataupun mendalami secara kualitatif deskriptif yaitu tentang bagaimana efektifitas implementasi kebijakan dan faktor-faktor yang mempengaruhi baik faktor pendukung maupun faktor penghambat kebijakan pemerintah kabupaten Gowa Tentang Sistem Kelas Tuntas Berkelanjutan Di Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan.
Implementasi Kebijakan Pemerintah Tentang Sistem Kelas Tuntas Berkelanjutan
1. Sosialisasi SKTB 2. Penyediaan Dana Yang
Cukup untuk
Penyelenggaraan SKTB 3. Kesiapan Pendidik dan
Peserta Didik 4. Pelaksanaan Proses
Pembelajaran
Faktor Pendukung
1.Komitmen dari Stakeholder yang terkait
2.Koordinasi secara Vertikal
3.Kontrol Politik 4.Kontrol Organisasi 5.Respon positif sekolah dan
masyarakat/orang tua Faktor
Penghambat 1.Etos Kerja Pelaksana yang beragam
Pola Hubungan dalam Implementasi Kebijakan Sistem Kelas Tuntas Berkelanjutan
E. Deskripsi Fokus Penelitian
1. Implementasi kebijakan adalah pelaksanaan dari rencana yang telah disusun untuk mencapai tujuan dari kabijakan yang telah ditetapkan.
2. Sistem Kelas Tuntas Berkelanjutan adalah proses pembelajaran yang berusaha membimbing peserta didik dalam menuntaskan semua kompetensi dasar pada setiap mata pelajaran secara berkelanjutan dengan menggunakan beragam metode pembelajaran.
3. Faktor Pendukung Implementasi Kebijakan Sistem Kelas Tuntas Berkelanjutan yaitu komitmen, koordinasi, kontrol politik dan organisasi serta respon positif dari sekolah dan masyarakat atau orang tua siswa.
4. Faktor Penghambat kebijakan sistem kelas tuntas berkelanjutan adalah etos kerja dari stakeholder yang masih sangat beragam serta adanya respon negative dari sekolah dan masyarakat atau orang tua siswa.
5. Sosialisasi adalah proses pengenalan SKTB terhadap jajaran SKPD Kabupaten Gowa maupun PTN/PTS dan beberapa kabupaten lainnya.
6. Penyediaan dana yang cukup untuk penyelenggaraan SKTB adalah sumber keuangan yang dikelola dalam pelaksanaan SKTB dilapangan.
7. Kesiapan pendidik adalah etos kerja yang dimiliki oleh pendidik melalui beberapa pelatihan yang diberikan oleh pemerintah terkait pelaksanaan SKTB.
8. Etos Kerja adalah sikap yang muncul atas kehendak dan kesadaran yang dimiliki oleh setiap stakeholder yang terkait dengan pelaksanaan SKTB terhadap sistem orientasi nilai budaya terhadap pekerjaan yang dihadapi.
9. Respon negative adalah respon dari pihak sekolah dan orang tua murid sebagai kelompok sasaran yang belum memahami pelaksanaan dan tujuan diadakannya Sistem Kelas Tuntas Berkelanjutan ini.
10. Komitmen adalah Kemampuan dan kemauan dari para stakeholder yang terkait untuk menyelaraskan diri dengan maksud dan tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan SKTB
11. Koordinasi adalah usaha yang dilakukan oleh pemerintah untuk memaksimalkan pelaksanaan SKTB dengan membentuk tim-tim khusus dan kepada merekalah pelaksanaan SKTB diintegrasikan.
12. Kontrol Politik yaitu adanya pengawasan yang dilakukan oleh Pihak DPRD sebagai pembuat kebijakan yaitu berupa pengawasan secara langsung dan rapat dengar pendapat.
13. Kontrol Organisasi adalah pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah yang telah diintegrasikan kepada tim 11 sebagai tim pengawas bina yang bertugas untuk melakukan evaluasi secara menyeluruh terhadap pelaksanaan SKTB di lapangan.
14. Respon Positif adalah respon yang baik dari sekolah maupun orang tua siswa berupa dukungan agar sistem ini tetap berjalan karena dianggap sangat membantu sekolah beserta pengembangan kemampuan belajar siswa.
15. Pola Hubungan yaitu pola hubungan yang dibangun dalam perjalanan kebijakan ini.
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Total waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2 (dua) bulan mulai Februari sampai april 2015, tempat penelitian di Kantor Dinas Pendidikan, Olahraga dan Pemuda Kabupaten Gowa.
B. Jenis dan Tipe Penelitian
Agar penelitian ini lebih terarah, pada penelitian ini penulis menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yaitu terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah atau keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya sehingga mengungkapkan fakta dan memberikan gambaran secara obyektif tentang keadaan sebenarnya dari obyek yang diteliti, (Nawawi, 2005)
Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe studi kasus.
Menurut Robert yin Studi Kasus adalah suatu inkuiri empiris yang menyelidiki suatu fenomena dalam konteks kehidupan nyata, bilamana batas-batas antara fenomena dan konteks tak tampak dengan tegas, dan dimana multi sumber bukti dimanfaatkan. Studi kasus lebih banyak berkutat pada atau berupaya menjawab pertanyaan-pertanyaan “how” (bagaimana) dan “why” (mengapa), serta pada tingkatan tertentu juga menjawab pertanyaan “what” (apa/apakah) dalam kegiatan penelitian (Burhan Bungin, 2005).
C. Sumber Data
Sumber data adalah tempat dari mana data diperoleh, diambil dan dikumpulkan. Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan.
Adapun yang menjadi sumber data pada penelitian ini adalah:
1. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah kata-kata dan tindakan orang yang diamati atau diwawancarai, (Moleong, 2001: 3). Sumber data primer diperoleh peneliti melalui pengamatan atau observasi secara langsung yang didukung oleh wawancara terhadap informan yang terkait.
2. Sumber Data Sekunder
Selain kata-kata dan tindakan sebagai sumber data utama diperlukan juga data-data tambahan seperti dokumen dan lain-lain sebagai sumber data sekunder. Jadi data sekunder digunakan untuk mendukung data primer. Sumber data sekunder dalam penelitian ini diperoleh melalui buku-buku, arsip atau dokumen dan sumber data sekunder lain yang relevan dengan penelitian ini.
D. Informan Penelitian
Tabel : 3.1 Informan Penelitian
No Nama Instansi Jabatan
1 Mappaodang dg Lingka DPRD Anggota Komisi IV
2 Ir.H Moh Harun Gani Dewan Pendidikan Ketua
3 Drs.H Sappe Manggiriang, MM DIKORDA Sekretaris DIKORDA
4 Drs.H Bakhtiar D, MM DIKORDA KABID Pend. Dasar
5 Ulfa Tenri Batari, M.Pd DIKORDA Pengelola dan Penanggung
jawab SKTB
6 Syarifuddin, S.Pd, M.Pd DIKORDA Pengelola dan Penanggung jawab SKTB
7 Dra.Hj Masnia, SE,.MM DIKORDA Pelaporan dan Perencanaan 8 Nillawati, S.Pd SD Negeri Pare’-Pare Kepala Sekolah
9 Dra. Hj. Aminah Umar, M,Si SD Negeri Samata Kepala Sekolah
10 Salaniah SMP Handayani Wakil Kepala Sekolah
11 H.Burhanuddin Mile Tokoh Masyarakat Imam Mesjid
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan dan dijawab secara lisan pula.
2. Observasi
Observasi atau pengamatan langsung adalah metode atau cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung.
3. Dokumentasi
Studi dokumen (dokumentasi) yaitu cara pengumpulan data dan telaah pustaka, dimana dokumen-dokumen yang dianggap menunjang dan relevan dengan permasalahan yang akan diteliti baik berupa literatur,
laporan tahunan, majalah, jurnal, tabel, karya tulis ilmiah, dokumen peraturan pemerintah dan undang-undang yang telah tersedia pada lembaga yang terkait dipelajari, dikaji dan disusun/dikategorikan sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh data guna memberikan informasi berkenaan dengan penelitian yang akan dilakukan.
Adapun intrumen atau alat yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah:
1. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara adalah alat yang digunakan dalam melakukan wawancara yang dijadikan dasar untuk memperoleh informasi dari informan yang berupa daftar pertanyaan.
2. Buku catatan dan alat tulis
Alat ini berfungsi untuk mencatat semua percakapan dengan sumber data/informan.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan metode induktif dan deduktif. Metode induktif adalah metode berpikir yang berangkat dari fakta khusus atau peristiwa konkrit yang kemudian ditarik kesimpulan secara umum (generalisasi). Sedangkan metode deduktif adalah metode berpikir yang menggunakan dalil-dalil atau pernyataan, atau fakta yang bersifat umum kemudian disesuaikan dengan fakta-fakta dan faktor-faktor yang bersifat khusus.
Selain itu, untuk menghasilkan dan memperoleh data yang akurat dan objektif sesuai dengan apa yang menjadi tujuan dalam penelitian ini, maka teknik
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif dengan cara analisis konteks dari telaah pustaka dan analisis pernyataan dari hasil wawancara dari informan. Dalam melakukan analisis data peneliti mengacu pada beberapa tahapan yang terdiri dari :
1. Pengumpulan informasi melalui wawancara terhadap key informan yang compatible terhadap penelitian kemudian observasi langsung kelapangan untuk menunjang penelitian yang dilakukan agar mendapatkan sumber data yang diharapkan.
2. Reduksi data (data reduction) yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, transformasi data kasar yang muncul dari catatan- catatan di lapangan selama meneliti tujuan diadakan transkip data (transformasi data) untuk memilih informasi mana yang dianggap sesuai dengan masalah yang menjadi pusat penelitian di lapangan.
3. Penyajian data (data display), yaitu kegiatan pengumpulan informasi dalam bentuk teks naratif ,grafik jaringan, tabel dan bangan yang bertujuan mempertajam pemahaman peneliti terhadap informasi yang dipilih kemudian yang disajikan dalam tabel ataupun uraian penjelasan. Pada tahap akhir adalah penarikan kesimpulan atau verifikasi (conculution drawing/
verifikation), yang mencari arti pola-pola penjelasan, konfigurasi yang mungkin,alur sebab akibat dan proposisi. Penarikan kesimpulan dilakukan secara cermat dengan melakukan verivikasi berupa tinjauan ulang pada catatan yang di lapangan sehingga data –data di uji validitasnya.
G. Keabsahan Data
Setelah menganalisis data, peneliti harus memastikan apakah interpretasi dan temuan penelitian akurat. Menurut creswell (dalam sugiyono, 2012:42) validasi temuaan berarti bahwa penelitian menemukan keakuratan dan kredibilitas temuan melalui beberapa strategis, antara lain member checking, triagulasi dan external auditing.
1. Member Cheking
Member checking adalah proses penelitiaan mengajukan pertayaan pada satu atau lebih partisipasi atau tujuan seperti yang telah dijelaskan di atas . aktifitas ini juga dilakukan untuk mengambil temuan kembali pada partisipasi dan menayakan pada mereka baik lisan maupun tulisan tentang keakuratan laporan penelitian.
2. Triangulasi (perbandingan data)
Triangulasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada, (Sunggono, 2002: 225- 242). Triangulasi dapat pula diartikan sebagai teknik pemeriksaan data yang memenfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluaan pengecekan atau sebagai pembimbing terhadap data yang telah ada. Teknik triangulasi sumber data dapat dilakuakan dengan jalan:
a. membangdingkan data hasil wawancara dengan data hasil pengamatan.
b. membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang terkait.
3. External Audit (pemeriksaan data oleh pihak luar)
external audit yaitu untuk menghindari bias hasil temuan penelitiaan.
Seseorang tersebuat dapat berupa pakar yang dapat memberikan penilaian imbang dalam bentuk pemeriksaan laporan penelitian yang akurat.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Fokus Penelitian
1. Gambaran Umum Kabupaten Gowa a. Fakta Geografis
Kabupaten Gowa merupakan salah satu daerah Kabupaten yang berada di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan, Kabupaten Gowa berada pada 119.3773º Bujur Barat dan 120.0317º Bujur Timur, 5.0829342862º Lintang Utara dan 5.577305437º Lintang Selatan, dengan batas-batas sebagai berikut: Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Makassar dan Kabupaten Maros; Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sinjai, Kabupaten Bulukumba, dan Kabupaten Bantaeng; Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Takalar dan Kabupaten Jeneponto; Sebelah Barat berbatasab dengan Kota Makassar dan Kabupaten Takalar.
Gambar 4.1 Peta Administrasi Kabupaten Gowa
Luas wilayah Kabupaten Gowa adalah 1.883,33 km² atau sama dengan 3,01% dari luas wilayah Provinsi Sulawesi Selatan, yang terdiri dari 18 (delapan belas) kecamatan dan 167 (seratus enam puluh tujuh) desa/kelurahan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tinjauan terdahap aspek fisik wilayah, dimaksudkan untuk mengetahui potensi dan kendala yang dihadapi Kabupaten Gowa dalam mengembangkan wilayahnya dimasa mendatang. Beberapa aspek fisik yang menjadi kajian, meliputi: aspek fisik wilayah, kependudukan dan sumberdaya manusia, aspek perekonomian, potensi bencana alam dan berbagai aspek lainnya.
Kabupaten Gowa memiliki 2 (dua) dimensi wilayah, yakni wilayah dataran rendah dan wilayah dataran tinggi. Wilayah Kabupaten Gowa sebagian besar merupakan dataran tinggi yaitu sekitar 72,26%. Dari total luas Kabupaten Gowa 35,30% mempunyai kemiringan tanah di atas 40 derajat, yaitu pada wilayah Kecamatan Parangloe, Tinggimoncong, Bungaya dan Tompobulu.
35
Kabupaten Gowa dilalui oleh banyak sungai yang cukup besar yaitu ada 15 sungai. Sungai dengan luas daerah aliran yang terbesar adalah Sungai Jeneberang yaitu seluas 881 km² dengan panjang 90 km. di Kabupaten Gowa terdapat 18 wilayah kecamatan dan168 desa/kelurahan.
b. Fakta Demografi
Berdasarkan Data kependudukan Kabupaten Gowa dalam angka tahun 2014, penduduk Kabupaten Gowa berjumlah 691.309 jiwa. Menurut data dari Badan Pusat Statistik ( BPS ) Kabupaten Gowa (2014) Kecamatan Tombolopao merupakan kecamatan terluas dengan wilayah yakni 251,82 Km2 dengan jumlah penduduk 28.454 jiwa. Kecamatan yang paling padat penduduknya adalah kecamatan Somba Opu dengan jumlah penduduk 137.942 jiwa sedangkan yang paling rendah penduduknya adalah Kecamatan Parigi dengan jumlah penduduk 13.859 jiwa.
Tabel.4.1 Jumlah Penduduk di Kabupaten Gowa
No Kecamatan Jenis Kelamin Jumlah
L P
1 Bonto Nompo 19.924 21.680 41.604
2 Bonto Nompo Sel 14.429 15.716 30.145
3 Bajeng 32.574 33.423 65.997
4 Bajeng Barat 11.834 12.431 24.265
5 Pallangga 51.530 52.993 104.523
6 Barombong 18.031 18.524 36.555
7 Somba Opu 68.398 69.544 137.942
8 Bontomarannu 16.401 16.685 33.086
9 Pattallassang 11.515 11.651 23.166
10 Parang Loe 8.571 8.967 17.538
11 Manuju 7.248 7.673 14.921
12 Tinggimoncong 11.637 11.801 23.438
13 Tombolo Pao 14.445 14.009 28.454
14 Parigi 6.585 7.274 13.859
15 Bungaya 8.142 8.636 16.778
16 Bontolempangan 6.768 7.348 14.116
17 Tompobulu 14.817 15.857 30.674
18 Biringbulu 16.726 17.522 34.248
JUMLAH 339.575 351.734 691.309
2. Gambaran Umum Dinas Pendidikan Olahraga dan Pemuda Kabupaten Gowa.
a. Lokasi Dinas Pendidikan Olahraga dan Pemuda Kabupaten Gowa.
Dinas Pendidikan Olahraga dan Pemuda Kabupaten Gowa berlokasi di Kabupaten Gowa dengan data sebagai berikut;
Tabel 4.2 Lokasi Dinas Pendidikan Olahraga dan Pemuda Kabupaten Gowa
Nama
Dinas Pendidikan Olahraga dan Pemuda Kabupaten Gowa
Alamat Jl.Mesjid Raya No.30 Sungguminasa
Telepon 0411-867774
Fax 411-887344
b. Jumlah Pegawai
Jumlah Pegawai Dinas Pendidikan Olahraga dan Pemuda Kabupaten Gowa periode 31 Desember 2014 sebanyak 351 orang yang terdiri dari :
Tabel 4.3 Jumlah Pegawai
Pegawai Kantor Dinas 103 Orang
Penilik PLS 25 Orang
Pegawai SD,SMP,SMA dan SMK 165 Orang
Pengawas SD,SMP,SMA dan SMK 58 Orang
c. Jumlah Guru
Jumlah Guru yang berstatus PNS dibawah pembinaan Dinas Pendidikan Olahraga dan Pemuda sebanyak 4.757 Orang yang terdiri dari:
Tabel 4.4 Jumlah Guru di Kabupaten Gowa
Jenjang Sekolah PNS
TK 223
SD 2.533
SDLB 32
SMP 1200
SMA 452
SMK 305
Jumlah 4.757
d. Data Sekolah
Jumlah Sekolah yang berada dalam wilayah kerja Dinas Pendidikan Olahraga dan Pemuda Kabupaten Gowa sebanyak 830 Sekolah yang terdiri dari;
Tabel 4.5 Data Sekolah yang ada di Kabupaten Gowa
Jenjang Sekolah Negeri Swasta Total
TK 22 233 255
SD 397 10 407
SDLB 1 4 5
SMP 83 26 109
SMA 21 19 40
SMK 5 9 14
Jumlah 529 301 830
e. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendidikan Olahraga dan Pemuda Kabupaten Gowa.
Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya Dinas Pendidikan Olahraga dan Pemuda mempunyai susunan;
1) Kepala Dinas 2) Sekretaris;
a) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian b) Sub Bagian Perencanaan dan Pelaporan c) Sub Bagian Keuangan
3) Bidang Pendidikan Dasar
a) Seksi Manajemen Pendidikan
b) Seksi Pembinaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan c) Seksi Sarana dan Prasarana Pendidikan Dasar
4) Bidang Pendidikan Menengah
a) Seksi Manajemen Pendidikan Menengah
b) Seksi Pembinaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan c) Seksi Sarana dan Prasarana Pendidikan Menengah 5) Bidang Pendidikan Non Formal dan Prasekolah
a) Seksi Pendidikan Non Formal b) Seksi Pendidikan Prasekolah
c) Seksi Sarana dan Prasarana Pendidikan Non Formal dan Prasekolah 6) Bidang Olahraga dan Pemuda
a) Seksi Pembinaan Kepemudaan b) Seksi Pengembangan Olahraga
c) Seksi Pengembangan Minat dan Bakat 7) Kelompok Jabatan Fungsional
Berdasarkan Peraturan Bupati Gowa Nomor 26 Tahun 2008 Tanggal 22 Desember 2008 tentang Tugas Pokok Dan Fungsi, Rincian Tugas Jabatan Struktural Pada Dinas Pendidikan Olah Raga dan Pemuda Kabupaten Gowa. Dinas Pendidikan Olahraga dan Pemuda Kabupaten Gowa mempunyai tugas pokok dan fungsi :
1) Kepala Dinas
a) Dinas Pendidikan Olahraga dan Pemuda dipimpin oleh seorang Kepala.Dinas,.mempunyai.tugas.merumuskan.konsep.sasaran,mengko
ordinasikan,.menyelenggarakan,.membina,.mengarahkmengevaluasi serta melaporkan pelaksanaan urusan Pemerintah Daerah di Bidang Pendidikan Pemuda dan Olahraga berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan sesuai dengan urusan pemerintah yang menjadi kewenangannya berdasarkan ketentuan yang berlaku.
b) Dalam menyelenggarakan tugas sebagaimana tugas dimaksud pada ayat (1) Kepala Dinas Pendidikan, Olahraga dan Pemuda mempunyai fungsi : (1) Perumusan Kebijakan teknis Dinas,
(2) Penyusunan Rencana Strategis Dinas,
(3) Penyelenggaraan Pelayanan urusan Pemerintah dan pelayanan umum di bidang Pendidikan, Olahraga dan Pemuda,
(4) Pembuatan Peengkoordinasian, Pengendalian, Pengawasan Program dan Kegiatan Dinas,
(5) Penyelenggaraan Evaluasi Program dan Kegiatan Dinas,
(6) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Pimpinan sesuai dengan tugas dan fungsinya.
c) Rincian Tugas sebagaimana dimaksud ayat(1) sebagai berikut;
(1) Merumuskan rencana strategik dan program kerja dinas yang sesuai dengan visi dan misi daerah ;
(2) Mengkoordinasikan perumusan dan penyusunan program kerja dinas sesuai bidang tugasnya.
(3) Menyelenggarakan rencana strategik dan program kerja dinas
(4) Membina dan mengembangkan karier pegawai serta pelayanan kepada masyarakat sesuai bidang tugasnya maupun dalam rangka kepentingan pemerintahan daerah;
(5) Mengarahkan dan merumuskan program kerja dinas dan menetapkan kebijakan operasional pendidikan sesuai dengan kebijakan nasional dan provinsi,
(6) Menilai prestasi kerja bawahan sebagai bahan pertimbangan dalam rangka pembinaan dan pengembangan karier ;
(7) Membina pelakasanaan program waskat di lingkungan dinas ; (8) Memberi saran dan pertimbangan teknis kepada atasan ;
(9) Membina pelaksanaan tugas–tugas unit pelaksana teknis, pengawas dan penilik luar sekolah.
(10) Mengevaluasi dan memonitor hasil pelaksanaan program kerja di lingkungan dinas.
(11) Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Bupati.
(12) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan.
2) Sekretariat
a) Sekretariat dipimpin oleh seorang Sekretariat, mempunyai tugas merencanakan operasionalisasi, memberi tugas, memberi petunjuk, menyedia, mengatur, mengevaluasi dan melaporkan penyelenggaraan tugas kesekretariatan, meliputi urusan umum dan kepegawaian, perencanaan dan pelaporan serta pengelolaan keuangan.
b) Dalam menyelenggarakan tugas sebagaimana yang dimaksud ayat (1) sebagai berikut:
(1) Penyusunan kebijakan teknis administrasi kepegawaian, administrasi keuangan dan perencanaan pelaporan.
(2) Penyelenggaraan kebijakan administarasi kepegawaian, administrasi keuangan dan perencanaan pelaporan.
(3) Pembinaan, pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan program dan kegiatan Sub Bagian.
(4) Penyelenggaraan evaluasi program dan kegiatan Sub Bagian.
c. Rincian sebagaimana dimaksud ayat (1) sebagai berikut;
(1) Merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan dan mengendalikan serta menetapkan kebijakan di Bidang Umum, Kepegawaian, Keuangan dan Perlengkapan
(2) Merencanakan kegiatan tahunan sebagai pedoman pelaksanaan tugas.
(3) Mengelola dan mengkoordinasikan pelaksanaan pelayanan teknis dan administratif kepada seluruh satuan organisasi dalam lingkup Dinas Pendidikan Olahraga dan Pemuda ;
(4) Mengelola dan mengkoordinasikan pelaksanaan urusan umum dan kepegawaian.
(5) Mengelola dan mengkoordinasikan pelaksanaan urusan perencanaan dan pelaporan.
(6) Mengelola dan mengkoordinasikan pelaksanaan urusan keuangan.
(7) Mengelola dan mengkoordinasikan pelaksanaan urusan perlengkapan.