• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

KEMITRAAN DINAS KEBERSIHAN DAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT DALAM

PENGELO LAAN SAMPAH MENJADI PUPUK KOMPOS DI KELURAHAN BONTO LEBANG KECAMATAN

GALESONG UTARA KABUPATEN TAKALAR

ASHARI

No. Stambuk : 105 640 157 112

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2017

(2)

HALAMAN PENGAJUAN

KEMITRAAN DINAS KEBERSIHAN DAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN

SAMPAH MENJADI PUPUK KOMPOS DI KELURAHAN BONTO LEBANG KECAMATAN GALESONG UTARA

KABUPATEN TAKALAR

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan

ASHARI

No Stambuk : 105 640 157 112

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2016

2017

(3)
(4)
(5)

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Ashari

Nomor stambuk : 105640157112 Program studi : Ilmu Pemerintahan

Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabilah di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersediah menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.

Makassar,14 November 2016 Yang Menyatakan,

Ashari

(6)

ABSTRAK

ASHARI.2016. KEMITRAAN DINAS KEBERSIHAN DAN LIGKUNGAN HIDUP DENGAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT DALAM

PENGELOLAAN SAMPAH MENJADI PUPUK KOMPOS DI

KELURAHAN BONTOLEBANG. (dibimbing oleh Fatmawati dan Muhammad Idris)

Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui bagaimana Kemitraan Dinas kebersihan dan Lingkungan Hidup dengan kelompok swadaya masyarakat dalam pengelolaan sampah menjadi pupuk kompos di Kelurahan Bonto Lebang Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Jenis penelitian adalah kualitatif dan analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Tipe penilitian yang digunakan adalah Grounded Theory yaitu salah satu jenis metode kualitatif, di mana peneliti dapat menarik generalisasi. Sementara informan dalam penelitian ini adalah Kepala Dinas Kebersihan Dan Lingkungan Hidup Kab.Takalar, kelompok swadaya masyarakat.

Hasil penelitian yang diperoleh adalah kemitraan Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup dengan kelompok swadaya masyarakat dalam pengeloaan sampah menjadi pupuk kompos dan dirumuskan kedalam empat aspek dalam penelitian yaitu (a) fasilitas sejauh ini sudah di berikan kepada masyarakat dalam pengelolaan sampah menjadi pupuk kompos tapi masih ada kekurangan yang belum terpenuhi. (b) Pembinaan, pemerintah Dinas sudah memberikan pembinaan dalam bentuk penyuluhan dan bimbingan tekhnis ke pada masyarakat pengelola sampah menjadi pupuk kompos dan sudah terlaksana. (c) Pengawasan pemerintah Dinas Kebersihan melakukan pengawasan ke pada kelompok swadaya masyarakat dalam pengelolaan sampah menjadi pupuk kompos sudah terlaksana dengan baik.

(d) membuat kesepakatan pemerintah Dinas dalam Kemitraan dengan masyarakat dalam pengelolaan sampah menjadi pupuk kompos Dinas membuat kesepakatan dalam melakukan Kemitraan dengan masyarakat dalam pengelolaan sampah dan sudah di terlaksana dan di sepakati oleh masyarakat.

Kata kunci : Kemitraan Dinas Kebersihan Lingkungan Hidup dengan Kelompok Masyarakat

(7)

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul“kemitraan Dinas Kebersihan dan Lingkugan hidup dengan Kelompok Swadaya Masyarakat dalam pengelolaan sampah menjadi pupuk kompos di Kelurahan Bonto lebang Kec. Galesong utara Kab Takalar.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

Pada lembaran ini penulis hendak menyampaikan terimakasih kepada yang terhormat :

1. Ibu Dr. Hj. Fatmawati, M.si selaku pembimbing 1 dan Bapak Drs.

H. Muhammad Idris, M.si selaku pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

2. Secara terkhusus dan teristimewa penulis menyampaikan terimah kasih yang tulus kepada kedua orang tua saya, Haris Dg Ngella dan Mardiana Dg Taco yang begitu berjasa dengan baik dalam hal materi maupun non materi, mendidik dan membimbing saya dari kecil hingga dewasa dan selalu memberikan pengajaran yang berharga.

(8)

3. Drs. H. Muhammad Idris, M.si selaku Dekan fakultas Ilmu Soial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Bapak A. Luhur Prianto, S.ip M.si selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemirintahan yang sangat baik dan mampu membawa jurusan yang di pimpingnya bersaing dengan jurusan-jurusan lain di Universitas Muhammadiyah Makassar.

5. Segenap dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Imu Politik yang tidak sempat di sebutkan namanyan satu persatu yang telah banyak memotivasi, mendorong dan berdiskusi dengan penulis hingga menyelesaikan program studi pada Jurusan Ilmu Pemerintahan di UNISMUH Makassar.

6. Seluruh teman-teman saya angkatan 2012 Ilmu Pemerintahan serta sahabat saya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu terimah kasih atas bantuannyahselama ini.

Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya memmbagun sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

(9)

DAFATAR ISI

HALAMAM PENGAJUAN SKRIPSI ... i

HALAMAM PERSETUJUAN ... ... ii

PENERIMAAN TIM ... iii

HALAMAM PERYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Konsep Kemitraan ... 8

B. Peran pemerintah daerah dalam pelayanan publik ... 14

C. Peran pemerintah daerah dalam kebersihan lingkugan ... 19

D. Peran masyarakat dalam kebersihan lingkugan... ... 21

E. Kemitraan pemerintah dan masyarakat dalam kebersihan lingkugan 25

F. Pengertian pengelolaan sampah... 27

G. Pengertian kompos ... 28

H. Kerangka fikir ... 29

I. Pokus penelitian ... 30

J. Deskrifsi fokus penelitian... 30

BAB III. METODE PENELITIAN ... 32

(10)

A. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 32

B. Tipe dan Jenis Penelitian ... 32

C. Sumber data.... ... 33

D. Informan penelitian... 33

E. Teknik pengumpulan data ... 34

F. Teknik analisis data ... 35

G. Keabsaan data ... 36

H. Jadwal penilitian ... 37

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 39

1. Visi Misi dinas kebersihan dan lingkugan hidup ... 41

2. Letak kantor dinas kebersihan dan lingkugan hidup kabupaten takalar ... 42

B. Kemitraan pemerintah dinas kebersihan dan lingkugan hidup dengan kelompok swadaya masyarakat ... 47

BAB V. PENUTUP ... 72

A. Kesimpulan ... 72

B. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 75 LAMPIRAN

(11)

menurut Buchari (2001 : 12) fasilitas adalah penyedia perlengkapan- perlengkapan fisik untuk memberikan kemudahan kepada penggunanya, sehingga kebutuhan – kebutuhan dari pengguna fasilitas tersebut dapat terpenuhi seperti dana, tempat, dan barang dalam pengelolaan.

Menurut Miftah (1997:16-170) pembinaan berusaha untuk mencapai efektivitas, efisiensi dalam suatu perubahan dan pembaharuan yang dilakukan tanpa mengenal berhenti seperti bimbingan tekhnologi, dan tata cara pengelolaan samapah menjadi pupuk kompos.

Handoko (2004:359) menyatakan bahwa pengawasan adalah suatu proses untuk menjamin bahwa tujuan-tujuan organisasi dalam manjemen dapat tercapai.

berkenaan dengan cara-cara pembuatan kegiatan suatu dengan direncanakan Dalam hal ini menunjukkan adanya hubungan yang erat antara perencanaan dengan pengawasan dengan kenyataan bahwa langkah awal dalam pengawasan adalah merencanakan.

Pemerintah daerah kabupaten/kota secara sendiri-sendiri atau bersama-sama dapat bermitra dengan badan usaha pengelolaan sampah dalam penyelenggaraan pengelolaan sampah. Kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam bentuk perjanjian antara pemerintah daerah kabupaten/kota dan badan usaha yang bersangkutan. Tata cara pelaksanaan kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Undang-undang No 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah yang menjelaskan tentang kemitraan pemerintah dan masyarakat dalam pengelolaan

(12)

sampah menjadi pupuk kompos dapat di lakukan dengan indikator kemitraan sebagai berikut:

a. memfasilitasi dan mengembangkan kerja sama antar daerah, kemitraan dalam pengelolaan sampah.

b. menyelenggarakan pembinaan.

c. melakukan pengawasan. kinerja pemerintah daerah dalam pengelolaan sampah; dan

d. menetapkan kebijakan dalam pengelolaan sampah.

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jumlah penduduk yang besar di Daerah dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi mengakibatkan bertambahnya volume sampah. Disamping itu, pola konsumsi masyarakat memberikan kontribusi dalam menimbulkan jenis sampah yang semakin beragam, antara lain, sampah kemasan yang berbahaya dan atau sulit diurai oleh proses alam. Selama ini sebagian besar masyarakat masih memandang sampah sebagai barang sisa yang tidak berguna, bukan sebagai sumber daya yang perlu dimanfaatkan. Masyarakat dalam mengelolah sampah masih bertumpu pada pendekatan akhir yaitu sampah dikumpulkan, diangkut dan dibuang kepemrosesan akhir sampah. Padahal timbunan sampah dengan volume besar yang ada dilokasi pemrosesan akhir sampah berpotensi melepas gas metan (CH4) yang dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca dan memberikan kontribusi terhadap pemanasan global. Agar timbunan sampah dapat terurai melalui proses alam diperlukan jangka waktu yang lama dan diperlukan penanganan dengan biaya yang besar.

Paradigma pengelolaan sampah yang bertumpu pada pendekatan akhir sudah saatnya ditinggalkan dan diganti dengan paradigma baru pengelolaan sampah. Paradigma baru memandang sampah sebagai sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi dan dapat dimanfaatkan, misalnya untuk energi, kompos, pupuk ataupun bahan baku industri. Pengelolaan sampah dilakukan

1

(14)

dengan pendekatan yang komperensip dari hulu, sejak sebelum dihasilkan suatu produk yang berpotensi menjadi sampah, sampai kehilir, yaitu pada fase produk sudah digunakan sahingga menjadi sampah, yang kemudian dikembalikan kemedia dengan paradigma baru tersebut dilakukan dengan kegiatan pengurangan dan penanganan sampah. Pengurangan sampah meliputi kegiatan pembatasan, penggunaan kembali, dan pendauran ulang, sedangkan kegiatan penanganan sampah meliputi pemilihan, pengumpulan, dan pengangkutan, pengelolaan, dan pemrosesan akhir.

Pasal 28H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan hidup baik dan sehat. amanat Undang-Undang dasar tersebut memberikan konsekuensi bahwa Pemerintah wajib memberikan pelayanan publik dalam pengelolaan sampah. Hal ini membawa konsekuensi hukum bahwa Pemerintah pihak yang berwewenang dan bertanggung jawab dibidang pengelolaan sampah meskipun secara operasional pengelolaannya dapat bermitra dengan Badan Usaha dan atau masyarakat. Selain organisasi persampahan, dan kelompok Masyarakat yang bergerak di bidang persampahan dapat juga diikut sertakan dalam kegiatan pengelolaan sampah.

Kompos merupakan salah satu pupuk cair, media tanam, pakan ternak batako, briket dan biogas merupakan beberapa daur ulang hasil pengelolahan sampah yang dapat dibanggakan dan mudah diaplikasikan. (Armando, 2010; 34).

Kompos merupakan salah satu pupuk cair, media tanam, pakan ternak batako, briket dan biogas merupakan beberapa daur ulang hasil pengelolahan sampah

(15)

yang dapat dibanggakan dan mudah diaplikasikan. Dampak negatif sampah mungkin tidak dapat dihilangkan secara tuntas sampai keakarnya. Namun usaha pengelolaan dan pengelolahan sampah yang telah dilakukan berbagai pihak telah turut memberikan kontribusi guna menanggulangi problematika sampah diantaranya adalah :

Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan produk bekas pakai. Daur ulang bisa Menggunakan kembali: barang- barang yang dianggap sampah karena sifat dan karakteristiknya dapat dimanfaatkan kembali tanpa melalui proses produksi. Sementara mendaur-ulang sampah didaur ulang untuk dijadikan bahan baku industri dalam proses produksi.

Dalam proses ini, sampah sudah mengalami perubahan baik bentuk maupun fungsinya. Sampah organik dapat didaur ulang menjadi produk-produk berguna seperti kompos, pupuk kandang, briket dan biogas.

Material yang dapat didaur ulang antara lain botol bekas wadah kecap, saos, sirup, creamer dan lain-lain, kertas, aluminium bekas wadah minuman ringan, bekas kemasan kue dan lain-lain, besi bekas, plastik bekas wadah shampoo, air mineral, jerigen, ember dan lain-lain, sampah basah dapat diolah menjadi kompos.

Kompos merupakan hasil permentasi dari bahan-bahan organik sehingga berubah bentuk, berwarna kehitam-hitaman dan tidak berbau. Pengomposan merupakan proses penguraian bahan-bahan organik dalam suhu yang tinggi sehingga mikro organisme dapat aktif menguraikan bahan-bahan organik sehingga

(16)

dapat dihasilkan bahan yang dapat digunakan tanah tanpa merugikan lingkungan.

Proses pembuatan kompos adalah dengan menggunakan aktivator EM-4, yaitu proses pengkomposan dengan menggunakan bahan tambahan berupa mikro organisme dalam media cair yang berfungsi untuk mempercepat pengkomposan dan memperkaya mikroba.

Kemitraan pada esensinya adalah dikenal dengan istilah gotong royong atau kerjasama dari berbagai pihak, baik secara individual maupun kelompok. Menurut Notoatmodjo (2003), kemitraan adalah suatu kerja sama formal antara individu- individu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu.

Kemitraan pemerintah dan masyarakat dalam pengelolaan sampah menjadi pupuk kompos tentunya menjadi hal positif dalam penanganan sampah, namun dibalik itu ada beberapa hambatan dalam pengelolaan sampah menjadi pupuk kompos yaitu masih kurangnya fasilitas, sosialisasi, pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup, hal ini dapat menghambat proses pengelolaan sampah menjadi pupuk kompos.

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah mengamanatkan adanya kerja sama dana kemitraan antara Pemerintah Daerah Badan Usaha dan Masyarakat dalam melakukan pengelolaan sampah. Pasal 26 ayat 1 menyebutkan „Pemerintah Daerah dapat melakukan kerjasama antar Pemerintah Daerah dalam melakukan pengelolaan sampah. Pemerintah melalui Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Cipta Karya menindak lanjuti amanat Undang-Undang tersebut dengan mengeluarkan kebijakan pengelolaan

(17)

TPA diperkotaan dilaksanakan dengan menggunakan TPA regional. Selain itu Kemitraan Dinas Kebersihan juga mendorong kerjasama antar, kelompok swadaya masyarakat dalam pengelolaan sampah menjadi pupuk kompos. Dalam hal ini Daerah Kabupaten Takalar dimana semakin hari penduduknya semakin meningkat dan pembangunan semakin banyak memerlukan Kemitraan atau hubungan kerjamasamsa antara Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup dan swadaya masyarakat dalam pengelolaan sampah menjadi pupuk kompos.

Peraturan Daerah Kabupaten Takalar Nomor 40 Pasal 13 Tahun 2008 tentang pengelolaan persampahan/kebersihan yang sebagian besar dijadikan sebagai pupuk kompos dikalangan swadaya masyarakat. Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup dalam menjalankan Kemitraan ataupun kerjasama perlu ada peran penting Dinas Keberihan dan Lingkungan hidup dengan kelompok masyarakat dalam kerjasama tersebut demi terwujudnya lingkungan yang bersih, dengan melihat kemitraan Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup dengan kelompok swadaya masyarakat di Kabupaten Takalar khususnya di Kelurahan Bonto Lebang Kecamatan Galesong Utara masih tergolong lemah.

Melihat fenomena yang ada di Kelurahan Bonto Lebang Kec. Galesong Utara Kabupaten Takalar peneliti ingin mengetahui seberapa besarkah kemitraan Dinas kebersihan dan Lingkungan Hidup dengan kelompok swadaya masyarakat tentang pengelolaan sampah dan menjadi pupuk kompos. Maka atas dasar inilah, maka penulis tertarik melakukan penelitian mengenai

(18)

“Kemitraan Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup Dengan Kelompok Swadaya Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Menjadi Pupuk Kompos di Kelurahan Bonto Lebang Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat di identifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:

Bagaimana Kemitraan Dinas kebersihan dan Lingkungan Hidup dengan kelompok swadaya masyarakat dalam pengelolaan sampah menjadi pupuk kompos di Kelurahan Bonto Lebang Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui bagaimana Kemitraan Dinas kebersihan dan Lingkungan Hidup dengan kelompok swadaya masyarakat dalam pengelolaan sampah menjadi pupuk kompos di Kelurahan Bonto Lebang Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar?

D. Kegunaan Penelitian

1. Secara subjektif, bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan menulis karya ilmiah dalam menganalisis permasalahan di lapangan.

2. Secarapraktis,sebagai bahan informasi dan rujukan pada Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup agar bisa membangun kemitraan dengan Kelompok masyarakat dalam pengelolaan kebersihan/persampahan di Kabupaten Takalar secara maksimal.

(19)

3. Kegunaan teoritis, , untuk mengetahui pengetahuan Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup dan masyarakat tentang kemitraan dalam pengeolaan sampah.

4. untuk mengetahui Kemitraan Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup dengan Kelompok Masyarakat dalam pengeolaan sampah menjadi pupuk kompos.

5. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan khazanah ilmiah dan kepustakaan baru dalam penelitian-penelitian ilmu sosial. Juga sebagai bahan informasi dan masukan bagi peneliti-peneliti berikutnya yang meneliti dengan obyek yang sama.

6. Secara umum, untuk bagaimana Masyarakat dan Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup sadar tentang pentingnya kemitraan/kerjasama dalam hal penanganan lingkungan hidup yang lebih baik dan berwawasan pendidikan lingkungan.

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kemitraan

1. Kemitraan

Kemitraan dan kerja sama telah dikenal sebagai salah satu cara yang jitu untuk mengambil manfaat dari ekonomi skala (ekonomies of scales). Adapun cara-cara tersebut yang harus diperhatikan oleh individu, lembaga ataupun instansi yang membangun sebuah kemitraan ataupun kerjasama.

Kemitraan pada esensinya adalah dikenal dengan istilah gotong royong atau kerjasama dari berbagai pihak, baik secara individual maupun kelompok. Menurut Notoatmodjo (2003), kemitraan adalah suatu kerja sama formal antara individu- individu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu. Secara teoritis, istilah kemitraan (kooperation) telah lama dikenal dan dikonsepsikan sebagai suatu sumber efisiensi dan kualitas pelayanan publik. Adapun pandangan menurut beberapa para ahli tentang kemitraan adalah sebagai berikut :

Rosen (1993:32), kemitraan adalah bentuk kerjasama antara individu dan individu, lembaga serta instansi pemerintah dan swasta berdasarkan aturan yang telah disepekati bersama. Thomson dan Perry dalam Keban (2007:28), Kerjasama yang diistilkan kemitraan memiliki derajat yang berbeda, mulai dari koordinasi dan kooperasi sampai pada derajat yang lebih tinggi yaitu collaboration.

Kemitraan adalah bentuk kerjasama antara individu maupun kelompok yang ingin

8

(21)

bermitra demi terwujudnya keiginan dan tujuan bersama, adapun beberapa hal yang perlu kita ketahui dalam kemitraan adalah.

2. Tujuan dan manfaat kemitraan

Agar berhasil melaksanakan kerjasama tersebut tentunya dengan saling memberikan manfaat antara pihak yang bermitra, (Hafsah dalam Fatmawati, 2011:95), mengemukakan tentang manfaat yang diperoleh dalam kemitraan, beberapa diantaranya yaitu :

a. Kemitraan dapat meningkatkan produktivitas organisasi.

b. Kemitraan dapat membantu organisasi mencapai tujuan dengan lebih efisien.

c. Kemitraan mengurangi resiko yang ditanggung oleh organisasi dengan membaginya.

d. Kemitraan dapat memberikan dampak sosial yang besar.

3. Pola-pola kemitraan

Bentuk kerjasama pemerintah dan masyarakat biasanya berupa kontrak kerja, tender penyediaan barang atau jasa, atau biasa juga berupa bisnis process outsourcing. Adapun model-model kemitraan yang dapat diadopsi antara lain :

1. Operasi-pemeliharaan

Pada operasi sector publik menyewa sebuah organisasi swasta untuk mengerjakan satu ataupun lebih tugas ataupun pelayanan publik selama 5-7 tahun sektor publik sebagai penyedia pelayanan yang utama, sedangkan organissi swasta pelayanan yang diserahkan kepada pihak luar oleh sektor publik. Secara umum pemerintah menggunakan prosedur kompotitif untuk memilih pihak yang menyelenggarakan sercive contrak, pembelian tersebut

(22)

harus didasarka pada waktu pelaksanaan yang lebih singkat dan yang membutuhkan sumber daya yang sedikit Bannet dalam Suhartono, (2005 : 74).

2. Bangunan-transfer-operasi

Bentuk kemitraan ini didesain untuk membawa investasi sektor swasta membangun infrastruktur baru, dimana sektor swasta akan membangun, membiayayai dan mengoperasikan infrastruktur baru dan sistem baru yang sesuai dengan standar pemerintah. Periode operasi adalah cukup lama agar swasta dapat menerima kembal biaya-biaya konstruksi dan mendapatkan keuntungan. Jangka waktu operasi tersebut adalah 19-20 tahun. Setelah periode selesai, infrastruktur diselesaikan kepada pemerintah Bastian, (2001).

3. Wrab around addition

Kemitraan berbentuk ini merupakan kerjasama antara pemerintah daerah dan masyarakat yang dalam hal ini partner masyarakat pemerintah memadai dan membangun tambahan fasilitas publik yang masih tersediah. Parnert swasta juga mengoperasikannya sampai tenggang waktu. Kemitraan ini dapat diaplikasikan hampir pada seluruh infrastruktur dan fasilitas publik Mahmudi, (2007 : 57).

4. Pelayanan berbasis masyarakat

Kemitraaan ini berawal ketika keterbatasan keuangan menghadang pemerintah untuk memberikan pelayanan yang cukup untuk masyarakat.

Kemitraan ini juga mendorong anggota masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Kemitraan ini meliputi individual, keluarga atau perusahaan dalam ruang lingkup mikro (Suhartono, 2005 : 78).

(23)

4. Tipe Kemitraan

Adapun menurut Levinger dan Mulroy (2004), terdapat empat tipe kemitraan, yaitu :

1. Tipe potential partnership

Pada tipe kemitraan ini pelaku kemitraan saling peduli satu sama lain tetapi belum bekerja bersama secara lebih dekat.

2. Tipe nascent partnership

Pada kemitraan ini pelaku kemitraan adalah rekan kerja (partner) tetapi efisiensi kemitraan tidak maksimal.

3. Tipe complementary partnership

Pada kemitraan, mitra kerja mendapat keuntungan dan pertambahan pengaruh melalui perhatian yang besar pada ruang lingkup aktivitas yang tetap dan relatif terbatas seperti : mobilisasi dalam pelayanan.

4. Tipe synergistic partnership

Kemitraan tipe ini memberikan mitra keuntungan dan pengaruh dengan masalah pengembangan sistemik melalui penambahan ruang lingkup aktivitas baru seperti advokasi dan penelitian.

5. Proses kemitraan

Tesis Irwen (2005:28), kajian tentang kemitraan Pemerintah dan Masyarakat dalam pengelolaan sampah di kota Jambi untuk tahap-tahap kemitraan adalah sebagai berikut.

(24)

1. Identifikasi intern lembaga

Pada tahapan ini lembaga mengidetifikasi komponen-komponen yang belum dimiliki untuk penyelenggaraan program yang akan menjadi kebutuhan program, langkah awal yang harus dilakukan yaitu lembaga menilai komponen apa yang harus ada pada penyelenggaraan program tersebut, contoh dalam penyelenggaraan program pelatihan peningkatan kualitas produksi yang harus disiapkan dantaranya: gedung, perlengkapan, bahan ajar, peralatan, tenaga pelatih, peserta dan dana, dari kebutuhan yang diperlukan apakah sudah terpenuhi semua yang ada dilembaga, kalau ada yang belum terpenuhi itulah kebutuhan yang harus dipenuhi untuk pelaksanaan program.

2. Merumuskan aspek

Yang perlu dimitrakan dari hasil kegiatan identifikasi langkah selanjutnya menyusun prioritas kebutuhan berdasarkan data hasil identifikasi, sehingga dari kegiatan ini akan diketahui kom,ponen-komponen mana yang akan dimitrakan terlebih dahulu berdasarkan tahapan kegiatan pelaksanaan program dan juga menyusun kriteria hasil identifikasi lembaga dibuat aspek-aspek yang akan dibutuhkan untuk penyelenggaraan program, kebutuhan tersebut menjadi aspek yang akan dimitrakan dengan lembaga lain dan juga menentukan kriteria calon mitra.

3. Komponen-komponen

Setelah diketahui komponen-komponen yang akan dimitrakan langkah selanjutnya mencari lembaga calon mitra yang sesuai dengan kebutuhan dan kriteria yang telah ditentukan.

(25)

4. Membuat kesepakatan dengan calon mitra

Setelah ada calon yang ditentukan berdasarkan kriteria yang dibutuhkan langkah selajutnya membuat kesepakatan berkenaan dengan hak dan kewajiban mitra kerja, kebutuhan berdasarkan persetujuan kedua belah pihak. Selanjutnya membuat peraturan yang disepakati bersama, yang akan menjadi pedoman dua belah pihak dalam rangka melaksanakan jaringan kemitraan.

Heideneim (2002:42) Jenjang kemitraan mempunyai kolaborasi penuh yang mempunyai tahap-tahap proses kemitraan, dalam hal ini yang menjadi kemitraan Pemerintah Daerah dan Masyarakat maupun swasta, adapun jenjang kemitraan yang bisa di adopsi adalah kerjasama penuh (full collaboration), dimana jenjang kemitraan ini di mulai dari Pemerintah pusat, Propinsi, Kabupaten/kota sampai Pemerintah paling bawah, kemudian badan Usaha dan Masyarakat. Jika jenjang kerjasama masih mengalami kendala untuk pengembangan maka diperlukan suatu tolak ukur untuk mengkolaborasikan antara Pemerintah maupun Masyarakat dalam melakukan kerjasama.

Melihat dari beberapa faktor pendukung kemitraan Pemerintah dan Masyarakat yang dikemukakan para ahli dan melihat Daerah-daerah yang sudah lama menjalankan kemitraan. Dapat disimpulkan kemitraan mempunyai syarat- syarat yang sudah ditentukan.

6. Syarat-syarat Kemitraan

Sigit Restuhadi (2011:04), Kemitraan usaha bukanlah penguasaan yang satu atas yang lain, khususnya yang besar atas yang kecil, melainkan menjamin kemandirian pihak-pihak yang bermitra, karena kemitraan bukanlah proses merger

(26)

atau akuisisi. Kemitraan usaha yang kita inginkan bukanlah kemitraan yang bebas nilai, melainkan kemitraan yang tetap dilandasi oleh tanggung jawab moral dan etika bisnis yang sehat, yang sesuai dengan demokrasi ekonomi. Adapun syarat- syarat kemitraan adalah sebagai berikut:

a. Tujuan umum yang sama b. Kesetaraan

c. Saling menghargai

d. Saling memberi kontribusi e. Ada efek sinergi

f. Saling menguntungkan

B. Peran Pemerintah Daerah dalam Pelayanan Publik

Peran Pemerintah Daerah dalam pelayanan publik secara eksplisit mencakup

seluruh bidang pemerintahan, kecuali bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta kewenangan bidang lain (pasal 7 ayat 1 UU No 22 tahun 1999). Dalam pasal 11 ayat 2 dikemukakan bahwa bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakan kabupaten dan kota meliputi pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, pertanian, perhubungan, industri dan perdagangan, penanaman modal, lingkungan hidup, pertanahan, koperasi dan tenaga kerja. Terkait dengan pasal-pasal tersebut, dalam pasal 9 ayat 1, dikemukakan bahwa kewenangan propinsi sebagai daerah otonom, mencakup kewenangan dalam bidang pemerintahan yang bersifat lintas kabupaten dan kota, serta kewenangan bidang tertentu lainnya. Luasnya cakupan pelayanan public dalam bidang pemerintahan, sebagaimana dikemukakan di atas, memungkinkan

(27)

adanya variasi cakupan pelayanan. Lebih-lebih bila dikaitkan dengan pendapat sebelumnya bahwa setiap daerah memiliki kemandirian dalam menentukan pelayanan yang diinginkan.

Pelayanan yang dilaksanakan Pemerintah Daerah, sehingga dalam jangka panjang dapat dijalankan model pelayanan publik yang ideal, sesuai dengan karakteristik berbagai daerah dalam kerangka Negara kesatuan Republik Indonesia. Sejak Undang-ungdang Nomor 22 tahun 1999 (UU No.22/1999) diterapkan, telah terjadi pergeseran model pemerintahan daerah: semula menganut model efisiensi struktural, kini mengarah ke model demokrasi. Penerapan model demokrasi mengandung arti bahwa penyelenggaraan desentralisasi dan otonomi daerah menuntut partisipasi dan kemandirian masyarakat daerah (lokal) tanpa mengabaikan prinsip persatuan Negara bangsa.

Desentralisasi (devolusi) dan dekonsentrasi merupakan keniscayaan dalam organisasi negara bangsa yang hubungannya bersifat kontinum, artinya penerapan desentralisasi tidak perlu meninggalkan sentralisasi. Adapun partisipasi dan kemandirian, berkaitan dengan kemampuan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan atas prakarsa sendiri, yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Sebagaimana dikemukakan Hoessein (2001: 5) Otonomi daerah merupakan wewenang untuk mengatur urusan pemerintahan yang bersifat lokalitas menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.

Dengan demikian desentralisasi sebenarnya menjelmakan otonomi masyarakat setempat untuk memecahkan berbagai masalah dan pemberian layanan yang bersifat lokalitas demi kesejahteraan masyarakat yang bersangkutan.

(28)

Pergeseran peran Pemda menuju model demokrasi, tentu menuntut peningkatan kualitas pelayanan publik. Keterlibatan masyarakat lokal atas prakarsa sendiri menjadi sangat strategis dan menentukan dalam meningkatkan kualitas pelayanan yang mereka terima. Yang perlu dipahami adalah kualitas pelayanan yang berbeda-beda, sesuai dengan kondisi masyarakat, dapat dijalankan, mengingat masyarakat Indonesia bersifat majemuk, baik secara vertikal maupun horisontal: apakah berdasarkan agama, ras, bahasa, geografis, dan kultural. Sebagaimana dikemukakan Hoessein (2001 : 5) Mengingat kondisi masyarakat lokal beraneka ragam, maka local government dan local autonomy akan beraneka ragam pula. Dengan demikian fungsi desentralisasi (devolusi) untuk mengakomodasi kemajemukan aspirasi masyarakat lokal juga 3 akan beraneka ragam. Desentralisasi (devolusi) melahirkan political variety dan structural variety untuk menyalurkan local voice dan local choice.

Pelayanan publik (public services) oleh birokrasi publik dimaksudkan untuk mensejahterakan masyarakat (warga negara) dari suatu negara kesejahteraan (welfare state). Pelayanan umum oleh Lembaga Administrasi Negara (1998) diartikan sebagai segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat, di Daerah dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara/Daerah dalam bentuk barang dan atau jasa baik dalam rangka upaya kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pelayanan publik dengan demikian dapat diartikan sebagai pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang

(29)

telah ditetapkan. Sementara itu, kondisi masyarakat saat ini telah terjadi suatu perkembangan yang sangat dinamis, tingkat kehidupan masyarakat yang semakin baik, merupakan indikasi dari empowering yang dialami oleh masyarakat Thoha dalam Widodo (2001-58). Hal ini berarti masyarakat semakin sadar akan apa yang menjadi hak dan kewajibannya sebagai warga negara dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Masyarakat semakin berani untuk mengajukan tuntutan, keinginan dan aspirasinya kepada pemerintah. Masyarakat semakin kritis dan semakin beraniuntuk melakukan kontrol terhadap apa yang dilakukan oleh pemerintahnya. Dalam kondisi masyarakat seperti digambarkan di atas, birokrasi publik harus dapat memberikan layanan publik yang lebih profesional, efektif, sederhana, transparan, terbuka, tepat waktu, responsif dan adaptif serta sekaligus dapat membangun kualitas manusia dalam arti meningkatkan kapasitas individu dan masyarakat untuk secara aktif menentukan masa depannya sendiri Effendi dalam Widodo,(2001).

Arah pembangunan kualitas manusia tadi adalah memberdayakan kapasitas manusia dalam arti menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap anggota masyarakat mengembangkan kemampuan dan krativitasnya untuk mengatur dan menentukan masa depannya sendiri. Pelayanan publik yang profesional, artinya pelayanan publik yang dicirikan oleh adanya akuntabilitas dan responsibilitas dari pemberi layanan (aparatur pemerintah). Bagaimanapun kecilnya suatu negara, negara tarsebut tetap akan membagi-bagi pemerintahan menjadi sistem yang lebih kecil (Pemerintahan Daerah) untuk memudahkan pelimpahan tugas dan wewenang. Pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil dengan

(30)

bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang, dengan memandang dan mengingati dasar permusyawaratan dalam sistem pemerintahan negara, dan hak–hak asal-usul dalam daerah yang bersifat istimewa. Dalam kehidupan bernegara, maka pemerintah memiliki fungsi memberikan berbagai pelayanan publik yang diperlukan oleh masyarakat, mulai dari pelayanan dalam bentuk pengaturan atau pun pelayanan-pelayanan lain dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat dalam bidang pendidikan, kesehatan, utilitas dan lainnya.

Pemerintahan Daerah telah terjadi pergeseran model pemerintahan daerah

dari yang semula menganut model efesiensi struktural ke arah model demokrasi.

Penerapan model demokrasi mengandung arti bahwa penyelenggaraan desentralisasi dan otonomi daerah menuntut adanya partisipasi dan kemandirian masyarakat. daerah (lokal) tanpa mengabaikan prinsip persatuan Negara bangsa.

Desentralisasi (devolusi) dan dekonsentrasi merupakan keniscayaan dalam oraganisasi negara bangsa yang hubungannya bersifat kontinum, artinya dianutnya desentralisasi tidak perlu meninggalkan sentralis Dengan demikian, pemerintah daerah dalam menjalankan monopoli pelayanan publik, sebagai regulator (rule government) harus mengubah pola pikir dan kerjanya dan disesuaikan dengan tujuan pemberian otonomi daerah, yaitu memberikan dan meningkatkan pelayanan yang memuaskan masyarakat. Untuk terwujudnya good governance, dalam menjalankan pelayanan publik, Pemerintah Daerah juga harus memberikan kesempatan luas kepada warga dan masyarakat, untuk mendapatkan akses pelayanan publik, berdasarkan prinsip-prinsip kesetaraan, transparansi, akuntabilitas dan keadilan. Konsepsi Pelayanan Publik, berhubungan dengan

(31)

bagaimana meningkatkan kapasitas dan kemampuan pemerintah dan/atau pemerintahan daerah menjalankan fungsi pelayanan, dalam kontek pendekatan ekonomi, menyediakan kebutuhan pokok (dasar) bagi seluruh masyarakat.

C. Peran Pemerintah Daerah Dalam Kebersihan Lingkungan

Pemerintah Daerah dengan segala keterbatasannya tidak dapat melaksanakan sendiri dalam pengelolaan sampah, kususnya dalam menangani kebersihan lingkungan karena keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki pemerintah daerah baik itu di dalam bidang kapital dan modal, sumber daya manusia (SDM) ataupun bidang manajemennya. Dengan demikian pemerintah daerah harus melakukan kerjasama dan bermitra dengan swasta ataupun masyarakat. karna masyarakat yang akan paling menjadi bagian penting yang tak akan terpisahkan dalam kesuksesan pengelolaan kebersihan lingkungan khususnya pada pengelolaan sampah yang berdampak pada kebersihan lingkungan, serta dapat menumbuhkan sikap memiliki dan rasa tanggung jawab sebagai pelaku dan pengembangan pengelolaan kebersihan lingkungan.

Perilaku terhadap Kebersihan Lingkungan Perilaku terhadap kebersihan lingkungan adalah respon seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia Soekidjo,( 1997: 122). Manusia selalu hidup dan berada disuatu lingkungan, seperti lingkungan tempat tinggal, tempat belajar, tempat melakukan aktifitas jasmani dan olahraga atau tempat melakukan rekreasi. Untuk dapat terus mencapai derajat kesehatan yang baik manusia harus sehat dan teratur.

Untuk dapat hidup sehat diperlukan kondisi lingkungan yang bersih dan sehat.

Dimanapun manusia berada ia selalu bersama-sama dengan lingkungannya, baik

(32)

pada waktu belajar, bekerja, makan-minum maupun istirahat manusia tetap bersatu dengan lingkungannya. Dengan menyadari akan arti kesehatan lingkungan jelas bahwa kesehatan lingkungan merupakan salah satu/daya upaya yang bersifat pencegahan yang dapat dilakukan mulai sejak dini, baik dari lingkungan keluarga maupun lingkungan sekolah.

Menurut Ichsan (1979: 24) guna mempelajari kesehatan lingkungan yang diberikan di sekolah diharapkan agar para siswa:

a. Mengenal, memahami masalah kesehatan lingkungan,

b. Memiliki sikap positif dan peran serta aktif dalam usaha kesehatan lingkungan,

c. Memiliki keterampilan untuk memelihara dan melestarikan kesehatan lingkugan dalam kehidupan sehari-hari

Kebersihan lingkungan memerlukan keterlibatan semua pihak pemerintah maupun dari pihak masyarakat. Kemampuan pemerintah daerah dalam wilayah Kecamatan dan kelurahan, harus betul-betul ditingkatkan terutama dalam bentuk tindakan dan kebijakan-kebijakan dalam menjalankan perputaran roda pembangunan. Pemerintah di Kelurahan Bonto Lebang sudah memiliki peran yang aktif dalam mewujudkan kebersihan lingkungan, sehingga Kelurahan ini terlihat lebih bersih, indah dan rapi dari tahun ke tahun. Diharapkan juga sebelum pemerintah menganjurkan masyarakat supaya menjaga lingkungan disekitarnya untuk meningkatkan kesehatan kebersihan lingkungan, pemerintah haruslah terlebih dahulu mengerti tentang kesehatan dan kebersihan lingkungan itu sendiri.

Cara atau kegiatan pelaksanaannya, perkembangan dan permasalahan yang

(33)

dihadapi serta harus bisa memilih strategi atau cara yang sesuai dengan keadaan wilayahnya.

Upaya meningkatkan kebersihan lingkungan Camat berserta Kelurahan beserta unsur-unsur terkait dari perangkat yang ada dikelurahan serta dinas-dinas terkait. Secara berkala senantiasa mengadakan penyuluhan kepada masyarakat baik secara langsung, misalnya dengan cara memberikan penerangan di lingkungan secara bergilir atau rutin, sedangkan secara tidak langsung misalnya dengan cara membuat larangan-larangan penggunaan tempat-tempat tertentu yang dianggap mengganggu kesehatan khususnya kebersihan lingkungan antara lain, misalnya larangan tidak boleh membuang sampah atau kotoran di sembarang tempat dan sebagainya. Penyuluhan ini penting mengingat kehidupan sosial masyarakat senantiasa berubah dan dalam memberikan penyuluhan hendaknya selalu menyesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat, sehingga tidak menimbulkan kesan yang pada akhirnya membawa hasil sebagaimana yang diharapkan.

D. Peran Masyarakat Dalam Kebersihan Lingkungan

Kebersihan lingkungan memerlukan keterlibatan semua pihak pemerintah maupun dari pihak masyarakat. Kemampuan pemerintah daerah dalam wilayah Kecamatan dan kelurahan, harus betul-betul ditingkatkan terutama dalam bentuk tindakan dan kebijakan-kebijakan dalam menjalankan perputaran roda pembangunan. Pemerintah di Kelurahan Bonto Lebang sudah memiliki peran yang aktif dalam mewujudkan kebersihan lingkungan, sehingga Kelurahan ini terlihat lebih bersih, indah dan rapi dari tahun ke tahun. Diharapkan juga sebelum

(34)

pemerintah menganjurkan masyarakat supaya menjaga lingkungan disekitarnya untuk meningkatkan kesehatan kebersihan lingkungan, pemerintah haruslah terlebih dahulu mengerti tentang kesehatan dan kebersihan lingkungan itu sendiri.

Cara atau kegiatan pelaksanaannya, perkembangan dan permasalahan yang dihadapi serta harus bisa memilih strategi atau cara yang sesuai dengan keadaan wilayahnya. Masyarakat adalah sejumlah manusia yang merupakan satu kesatuan golongan yang berhubungan tetap dan mempunyai kepentingan yang sama.Seperti; sekolah, keluarga, perkumpulan, Negara semua adalah masyarakat definisi lain dari Masyarakat juga merupakan salah satu satuan sosial sistem sosial, atau kesatuan hidup manusia. Istilah inggrisnya adalah society, sedangkan masyarakat itu sendiri berasal dari bahasa Arab Syakara yang berarti ikut serta atau partisipasi, kata Arab masyarakat berarti saling bergaul yang istilah ilmiahnya berinteraksi. Dalam ilmu sosiologi kita kita mengenal ada dua macam masyarakat, yaitu masyarakat paguyuban dan masyarakat petambayan.

Masyarakat paguyuban terdapat hubungan pribadi antara anggota- anggota yang menimbulkan suatu ikatan batin antara mereka. Kalau pada masyarakat terdapat hubungan pamrih antara anggota-angotanya.

Masyarakat juga dikenal sebagai orang yang lebih dari satu yang mempunyai tempat tinggal, dimana tempat tinggal ini dijadikan sebagai wadah untuk mencari kesibukan untuk menuntut ekonomi yang lebih baik, adapun definisi masyarakat menurut parah ahli adalah :

Selo Sumarjan,( 1974: 34) masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan, sedangkan Menurut Koentjaraningrat

(35)

(1994 : 24), Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyudan terikat oleh suatu rasa identitas yang sama.

Perilaku terhadap Kebersihan Lingkungan Perilaku terhadap kebersihan lingkungan adalah respon seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia Soekidjo, (1997: 122). Manusia selalu hidup dan berada disuatu lingkungan, seperti lingkungan tempat tinggal, tempat belajar, tempat melakukan aktifitas jasmani dan olahraga ataupun tempat melakukan rekreasi.

Untuk dapat terus mencapai derajat kesehatan yang baik manusia harus sehat dan teratur. Untuk dapat hidup sehat diperlukan kondisi lingkungan yang bersih dan sehat. Dimanapun manusia berada ia selalu bersama-sama dengan lingkungannya, baik pada waktu belajar, bekerja, makan-minum maupun istirahat manusia tetap bersatu dengan lingkungannya. Dengan menyadari akan arti kesehatan lingkungan jelas bahwa kesehatan lingkungan merupakan salah satu/daya upaya yang bersifat pencegahan yang dapat dilakukan mulai sejak dini, baik dari lingkungan keluarga maupun lingkungan sekitarnya.

Lingkungan hidup adalah seluruh benda dan daya serta keadaan termasuk yang ada didalamnya manusia dan segala tingkah perbuatannya yang berada dalam ruang dimana manusia memang berada dan mempengaruhi suatu kelangsungan hidup serta pada kesejahteraan manusia dan jasah hidup yang lainnya. Dengan demikian bahwa tercakup segi lingkungan budaya dan segi lingkungan fisik.

(36)

Berdasarkan uraian pengertian lingkungan atau pengertian lingkungan hidup diatas yang telah dikemukakan secara lebih lanjut bahwa antara “lingkungan hidup” dan “lingkungan” dipakai dalam bentuk pengertian yang tidak berbeda atau sama. Hal ini sama dengan Undang-Undang Lingkungan Hidup yang lama pada undang-undang no. 4 tahun 1982 dimana pada penjelasan pasal I angka 1 telah menyebutkan bahwa “Lingkungan hidup yang ada disini merupakan suatu sistem yang mencakup lingkungan alam hayati, lingkungan alam non hayati, lingkungan buatan dan lingkungan sosial yang dapat mempengaruhi kehidupan dan kesejahteraan manusia serta untuk makhluk hidup yang lainnya.

Lingkungan hidup adalah sistem kehidupan di mana terdapat campur tangan manusia terhadap tatanan ekosistem. Ahmad, (1987 :3) Lingkungan adalah semua benda dan kondisi termasuk di dalamnya manusia dan aktivitasnya, yang terdapat dalam ruang di mana manusia berada dan mempengaruhi kelangsungan hidup serta kesejahteraan manusia dan jasad hidup lainnya. Darsono, (1995).

Lingkungan hidup adalah segala benda, kondisi, keadaan dan pengaruh yang terdapat dalam ruangan yang kita tempati dan mempengaruhi hal yang hidup termasuk kehidupan manusia. Emil Salim, (1993:9). Menurut Undang-Undang Rl Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, Undang- Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, menyatakan bahwa lingkungan hidup merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya

(37)

yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.

E. Kemitraan Pemerintah dan Masyarakat Dalam Kenbersihan Lingkungan.

Kemitraan Pemerintah dan Masyarakat merupakan satu langkah yang bisa dilakukan dalam rangka menutupi keterbatasan yang dimiliki oleh pemerintah daerah ataupun Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup dalam memberikan pelayanan publik dan pembangunan daerah. Keterbatasan Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup tidak hanya dalam pengertian keterbatasan dana, tetapi juga keterbatasan jumlah tenaga, kemampuan/keahlian dan pengalaman. Maka untuk menutupi keterbatasan itu dan sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku maka pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup bisa melibatkan peran Masyarakat. Berbagai varian model Kemitraan bisa dilakukan oleh Pemerintah Daerah ataupun Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup, yang meliputi 3 kelompok pelayanan publik yaitu pelayanan administratif, pelayanan barang dan pelayanan jasa.

Kemitraan Pemerintah dengan Masyarakat bisa membuka peluang munculnya inovasi dan alih teknologi di Daerah dan ini bisa dijadikan referensi bagi daerah lain dengan tetap memperhatikan karakteristik masing-masing Daerah. Beberapa manfaat yang bisa diperoleh dari praktek kemitraan ataupun kerjasama adalah teratasinya sebagian kebutuhan sarana dan prasarana dalam pelayanan publik yang tidak bisa dipenuhi oleh pemerintah ataupun Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup, dalam hal ini yang menjadi sasaran utama

(38)

adalah swadaya masyarakat bahwa interaksi selayaknya bisa membawa kemanfaatan bagi masyarakat. Namun kemitraan yang ada di beberapa kota, ternyata masih minim inovasi, karena kemitraan ataupun kerjasama yang dilakukan pada umumnya adalah proyek yang sudah biasa, dan sebenarnya bisa dilakukan tanpa adanya kemitraan. praktek kerjasama itu bisa dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis pekerjaan yang dilakukan dalam proyek-proyek di Kota yaitu pembangunan, renovasi dan pengelolaan. Pekerjaan pembangunan dan renovasi yang dalam hal ini merupakan pengadaan atau perbaikan fasilitas publik.

Sedangkan pengelolaan merupakan pelaksanaan atau operasionalisasi proyek yang dilakukan oleh Dinas kebersihan dan lingkungan hidup. Secara umum pemerintah mengambil peran sebagai regulator, pemberi dukungan akses dan penyedia lahan dalam. Sedangkan pihak swasta sebagai investor dan operasionalisasi proyek.

namun Pemerintah bisa juga ikut terlibat dalam operasional, seperti pada proyek pembangunan bersih dalam pengelolaan sampah, Pemerintah Kota ikut terlibat dalam pengangkutan sampah ke tempat pengolahan sampah. Dan peran Masyarakat dalam operasionalisasi adalah pengelolaan lebih lanjut setelah sampah tersebut tiba di tempat pengolahan.

Secara umum telah dirumuskan pemerintah dalam pengelolaan sampah (Nomor 18 Tahun 2008), namun demikian kebijakan ini belum dirurumuskan lebih operasional mencakup batasan ruang lingkup kemitraan dan kerjasama yang dapat dilakukan Pemerintah Daerah, mekanisme dan kedudukan masing-masing aktor yang terlibat, serta implementasinya. Dalam rangka mengisi kekosongan inilah, penelitian ini berusaha untuk memberikan kontribusi kedalam perumusan

(39)

kebijakan Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup dengan swadaya masyarakat didalam pengelolaan sampah menjadi pupuk kompos di daerahnya.

Pemerintah Daerah dengan segala keterbatasannya tidak dapat melaksanakan sendiri dalam pengelolaan sampah, karena keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki pemerintah daerah baik itu di dalam bidang kapital dan modal, sumber daya manusia (SDM) ataupun bidang manajemennya. Dengan demikian pemerintah daerah harus melakukan kerjasama dan bermitra dengan swasta ataupun masyarakat. karna masyarakat yang akan paling menjadi bagian penting yang tak akan terpisahkan dalam kesuksesan pengelolaan lingkungan khususnya pada pengelolaan sampah, serta dapat menumbuhkan sikap memiliki dan rasa tanggung jawab sebagai pelaku dan pengembangan pengelolaan sampah.

Kemitraan Pemerintah dan masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan aspek yang terpenting untuk diperhatikan dalam sistem pengelolaan sampah secara terpadu. Masyarakat senantias ikut berpartisipasi terhadap proses-proses pembangunan bila terdapat faktor-faktor yang mendukung anrata lain; kebutuhan, harapan, motivasi, ganjaran, kebutuhan sarana dan prasarana, dorongan moral dan adanya kelembagaan baik informal maupun formal.

F. Pengertian Pengelolaan Sampah

Pengelolaan adalah semua kegiatan yang dilakukan untuk menegani sampah sejak ditimbulkan sampai dengan pembuangan akhir. Secara garis besar, kegiatan pengelolaan sampah meliputi pengendalian timbulan sampah, pengumpulan sampah, transfer, pengolahan, dan pembuangan akhir Sri Winarni, (2009 : 24).

(40)

Pandangan konvensional menyebutkan bahwa hanya pengelolaan oleh swasta atau publik yang paling efisien dalam pengelolaan sampah terlepas dari sifat sumber yang harus dikelola dan kondisia sosial ekonomi dari orang-orang yang terkait dengan sumber tersebut kant & berry ,( 2001 ).

Kastaman, (2004: 98) mendefinisikan pengelolaan sampah berbasis masyarakat sebagai suatu pendekatan pengelolaan sampah yang didasarkan partisipasi aktif masyarakat. Pemerintah dan lembaga lainnya hanyalah sebagai motivator dan fasilitator. Douglas etal (1994:24) berpendapat bahwa pengelolaan lingkungan hidup memerlukan adanya fasilitasi dan implementasi upaya berbasis masyarakat.

sebagai strategi pemberdayaan dan peningkatan akses mereka kepada sumber daya lingkungan hidup yang penting, terutama tanah, infrastruktur dan pelayanan.

G. Pengertian Kompos

Kompos merupakan salah satu pupuk cair, media tanam, pakan ternak batako, briket dan biogas merupakan beberapa daur ulang hasil pengelolahan sampah yang dapat dibanggakan dan mudah diaplikasikan Armando, (2010; 34)

Menurut Gunawan (2007:60) Pengolahan sampah menjadi kompos sangat bermanfaat bagi peningkatan sifat-sifat tanah, diantaranya :

a. Meningkatkan kandungan air, untuk kondisi tanah berpasir.

b. Meningkatkan sifat agregasi tanah.

c. Meningkatkan aerasi, permeability,dan sifat infiltrasi air untuk kondisi tanah liat.

d. Meningkatkan daya tembus akar e. Meningkatkan populasi mikroba tanah.

(41)

f. Menurunkan tingkat kekerasan lapisan permukaan tanah.

Pemeliharaan dan kepedulian terhadap lingkungan dapat dipandang sebagai pilihan utama yang positif terutama untuk air dan udara yang lebih bersih, mengurangi kebisingan, menjaga satwa liar dan sebagainya.

Dampak negatif sampah mungkin tidak dapat dihilangkan secara tuntas sampai keakarnya. Namun , usaha pengelolaan dan pengelolahan sampah yang telah dilakukan berbagai pihak telah turut memberikan kontribusi guna

menanggulangi problematika sampah.

H. Kerangka pikir

Kemitraan Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup dengan Kelompok

Swadaya Masyarakat dalam pengelolaan sampah menjadi pupuk kompos adalah bentuk kemitraan dan kerjasama pada rumusan masalah tentang kemitraan Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup dengan Kelompok Swadaya Masyarakat dalam pengelolaan sampah dikelurahan Bonto Lebang Kec. Galesong Utara Kab.

Takalar maka kemitraan sebagai variabel berikut : 1. Fasilitas 2. Pembinaan 3.

Pengawasan 4. Membuat kesepakatan Untuk lebih jelasnya dapat dilihat bagan kerangka fikir sebagai berikut:

(42)

Bagan Kerangka pikir

I. Fokus Penelitian

Kemitraan Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup dengan Kelompok Swadaya Masyarakat dalam pengelolaan sampah menjadi pupuk kompos Di Kelurahan Bonto Lebang Kec. Galesong Utara Kab Takalar ( 1 ) Fasilitas ( 2 ) Pembinaan ( 3 ) Pengawasan ( 4 ) membuat kesepakatan

J. Deskrifsi Fokus Penelitian

Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mengetahui kemitraan Pemerintah Daerah dan Masyarakat dalam pengelolaan sampah di antaranya :

1. Fasilitas yaitu ( a ) tempat pengelolaan sampah ( b ) dana dalam pengelolaan sampah ( c ) barang dalam pengelolaan sampah

Kemitraan Dinas Kebersihan Dan Lingkugan Hidup Dengan Kelompok Swadaya Masyarakat

dalam pengelolaan sampah

Efektivitas Pengelolaan Sampah Menjadi Pupuk Kompos

Bentuk Kemitraaan Dinas 1. Fasilitas

2. Pembinaan 3. Pengawasan

4. Membuat kesepakatan

5.

(43)

2. Pembinaan yaitu ( a ) penyuluhan ( b ) bimbingan tehknis 3. Pengawasan yaitu ( a ) kontrolin ( b ) peninjauan lansung

4. Membuat kesepakatan ( a ) musyawarah ( b ) surat perjanjan kerjasama 5. Efektifitas dalam pengelolaan sampah menjadi pupuk kompos Efektivitats

adalah adanya kesusaian dalam suatu kegiatan orang yang melaksanakan tugas dan sasaran yang di tuju pada taraf tercapainya hasil yang di capai dalam hal pengelolaan sampah menjadi pupuk kompos.

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanan bulan 10 Agustus sampai dengan 10 Oktober 2016 dan lokasi penelitian ini berlokasi di Kelurahan Bonto Lebang Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar, berdasar pada pertimbangan bahwa kemitraan Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup dengan kelompok swadaya masyarakat dalam pengelolaan sampah menjadi pupuk kompos di Kelurahan Bonto Lebang Kabupaten Takalar masih kurang efektif. Alasan penulis memilih penelitian ini mengingat bahwa Kemitraan dan kerjasama Dinas Kebersihan Lingkungan Hidup dan Kelompok Swadaya Masyarakat dalam pengelolaan sampah sangat penting demi terciptanya lingkungan yang bersih dan sehat,di Kelurahan Bonto Lebang adalah Kelurahan salah satu Kelurahan dalam pengelolaan sampah terpadu menjadi pupuk kompos, tentunya ini perlu dicontoh untuk kelurahan lain yang ada di Kabupaten Takalar dan ini juga menjadi tugas Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup dan Masyarakat untuk saling bermitra dan bekerjasama dalam hal pengelolaan sampah menjadi kompos Kelurahan Bonto lebang di Kab. Takalar B. Jenis dan Tipe Penelitian

1. Jenis penelitian ini adalah kualitatif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran yang seutuhnya ( memdalam dan konsektual ) Kemitraan Dinas Kebersihan dan Lingkungan hidup dengan Kelompok swadaya masyarakat dalam pengelolaan sampah menjadi pupuk kompos di Kelurahan Bonto

32

(45)

lebang yang berkaitan ide, pandagan serta pengalaman informan dalam pelaksanaan pengelolaan sampah menjadi pupuk kompos.

2. Tipe penilitian yang digunakan adalah Grounded Theory yaitu salah satu jenis metode kualitatif, di mana peneliti dapat menarik generalisasi (apa yang diamati yang secara induktif). Teori yang abstrak tentang proses, tindakan berdasarkan partisipan yang di teliti.

C. Sumber Data

Sumber data yang dapat digunakan ada 2 yaitu:

1. Sumber Data Primer yaitu sumber data yang pokok, utama dan langsung dengan kata lain sumber data itu diperoleh dari wawancara Pemerintah Daerah lebih terkhusus pada Dinas Kebersihan, dan Lingkungan Hidup juga pada Ketua Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang ada di Kelurahan Bonto Lebang Kabupaten Takalar.

2. Sumber Data Sekunder yaitu data pendukung untuk memperkuat penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara dengan informan guna mengetahui kemitraan Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup dengan kelompok masyarakat dalam pengelolaan sampah di Kelurahan Bonto Lebang Kabupaten Takalar.

D. Informan Penelitian

Penelitian ini lebih terfokus kepada Dinas Kebersihan Lingkungan Hidup dengan Kelompok Swadaya masyarakat tentang kemitraan Dinas Kebersihan Lingkungan Hidup dalam pengelolaan sampah di Kelurahan Bonto Lebang

(46)

Hal tersebut membuat penulis mengambil informan dari orang-orang yang mempunyai regulasi dan penentu dari fokus penelitian tersebut. Informan disini adalah Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup dan kelompok swadaya masyarakat yang terkait dalam pengelolaan sampah menjadi pupuk kompos.

Tabel 1.1 Nama informan penelitian

NO Nama Informan Umur

Tahun

Jabatan/Pekerjaan

1. Drs. Andi Rijal Mustamim, M.M

37 Kepala Dinas Kebersihan Dan Lingkungan Hidup Kab. Takalar

2. H. Agus Salim Dm, SE., M.Si 45 Sarana dan prasarana

3. Sultam Syarif 41 Ketua Kelompok Swadaya

( Bonto lebang sejahtera ) 4 Muhammad Ramli Dg

Ngemba

47 Masyarakat pengelola sampah

5 Saiding 39 Masyarakat pengelola

sampah

6. Dg Nai 28 Masyarakat pengelola

sampah

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dan informasi sebagai bahan dalam melakukan penelitian terhadap Kemitraan Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup dengan kelompok swadaya masyarakat dalam pengelolaan sampah di Kelurahan Bonto

(47)

Lebang Kec. Galesong Utara Kabupaten Takalar. Data dan informasi tersebut dapat diperoleh melalui tiga tehnik :

1. Wawancara

Adalah teknik pengumpulan data melalui proses tanya jawab atau dialog langsung antara peneliti dengan para informan bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan lisan pada saat penelitian berlangsung

2. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu dengan menggunakan catatan-catatan yang ada di lokasi penelitian serta sumber-sumber yang relevan dengan obyek penelitian. Tujuan peneliti menggunakan metode ini untuk memperoleh data yang lebih akurat dan lebih jelas serta menjadi pendukung dari observasi dan wawancara.

3. Observasi lapagan

Penelitian ini peneliti akan mengunakan teknik observasi yang dilakukan dengan mengamati Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup dengan kelompok swadaya masyarakat serta melakukan pencatatan secara langsung keadaan yang terjadi di lingkungan. Tujuan digunakan metode ini untuk mengamati data empiris di lapangan kemudian mencatat hal-hal penting tentang interaksi dinas kebersihan dan lingkungan hidup dan Masyarakat yang terjadi di lapangan.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis kualitatif yaitu menguraikan serta menginterpretasikan data yang diperoleh dari lapangan dari observasi lapangan dan dari para informan. Ada tiga

(48)

unsur utama dalam proses analisis data penelitian kualitatif menurut Sugiono, yaitu:

1. Reduksi data adalah bagian dari proses analisis yang mempertegas, memperpendek dan membuang hal-hal yang tidak penting sehigga kesimpulan penelitian dapat dilaksanakan. Jadi laporan lapangan sebagian bahan disingkat dan disusuun lebih sistematis sehingga lebih mudah dikendalikan. Data yang direduksi memberi gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan, juga mempermudah peneliti untuk mecari kembali data yang diperoleh apabila diperlukan.

2. Sajian data adalah susunan informasi yang memungkinkan dapat ditariknya suatu kesimpulan penelitian. Penyajian data dalam bentuk gambaran, skema, dan tabel mungkin akan berguna mendapatkan gambaran yang jelas serta memudahkan dalam penyusunan kesimpulan penelitian. Pada dasarnya, sajian data dirancang untuk menggambarkan suatu informasi secara sistematis dan mudah dilihat serta dipahami dalam bentuk keseluruhan sajiannya.

3. Kesimpulan merupakan hasil akhir dari reduksi data dan penyajian data.

Kesimpulan penelitian perlu diverifikasi agar mantap dan benar-benar bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya.

G. Keabsahan Data

Kredibilitas data sangat mendukung hasil penelitian, oleh karena itu diperlukan teknik untuk memeriksa keabsahan data. Keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi. Tringualisasi bermakna silang

(49)

yakni mengadakan pengecekan akan kebenaran data yang akan dikumpulkan dari sumber data dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang lain serta pengecekan pada waktu yang berbeda yaitu:

1. Tringualisasi Sumber

Tringualisasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui sumber.

2. Tringualisasi Teknik

Tringualisasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

3. Tringualisasi Waktu

Untuk itu dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakuakn dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya.

H. Jadwal Penelitian 1. Tahap persiapan

Pada tahap ini peneliti mengurus perizinan penelitian pada lembaga terkait dan menyusun instrument penelitian.

2. Tahap pelaksanaan

Pada tahap ini peneliti mulai mengumpulkan data dan menarik suatu kesimpulan.

3. Tahap penyelesaian

(50)

tahap ini peneliti melakukan penulisan laporan penelitian, diskusi perbaikan dan penggandaan laporan penelitian.

(51)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Akan dideskripsikan hasil penelitian dan pembahasan dari data menyangkut fokus penelitian sebagai tindak lanjut dari hasil pengumpulan data. Sebelum mendeskripsikan hasil penelitian dan pembahasan, maka terlebih dahulu peneliti akan menguraikan secara singkat tentang mendeskrifsikan lokasi penelitian di Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup dan juga gambaran umum Kelurahan Bontolebang yang menjadi lokasi penelitian. Kondisi geografis Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup yang berada pada wilayah ibu kota Kabupaten. Jarak dari ibu kota kabupaten dari ibu kota kecamatan ke ± 30 km dan jika menggunakan kendaraan bermotor ke ibu kota kabupaten ± 60 menit.

Berdasarkan sistem pengelohan persampahan yang tertuang Dinas Kebersihan disamping menangani pelayanan dibidang kebersihan juga menangani pelayanan dibidang Lingkungan Hidup yang dikelola oleh Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup Kabupaten Takalar, dan volume daya tampung sampah di tempat pembuagan akhir di Kelurahan Bonto lebang sebesar 100 m3 dan luas tempat pembuagan akhir 30X30 m sehingga berat sampah yang di kelola dalam 2 kali sebulan mencapai 660 m3 sehingga menghasilkan sampah yang sudah terolah menjadi pupuk kompos di Kelurahan Bonto lebang sebanyak 330 m3.

Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup Kabupaten Takalar yang terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Takalar Nomor 7 Tahun 2008 mengemban tugas-tugas sesuai asas otonomi daerah dan tugas-tugas pembantuan

39

(52)

yang diberikan oleh pemerintah pusat. Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya tentu ada kendala/tantangan yang dihadapi, dan untuk mengetahui hal tersebut, perlu diadakan analisis terhadap keberadaan SKPD itu sendiri.

Keberhasilan Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup Kabupaten Takalar dalam mengimplementasikan perannya sebagai pelaksana pengelolaan kebersihan dan pertamanan tidak terlepas dari adanya dukungan dan sinergitas dengan stakeholders baik itu SKPD maupun lembaga-lembaga non pemerintah, sehingga dapat diwujudkan pelayanan pengelolaan kebersihan dan Lingkungan Hidup yang partisipatif, holistik dan berkelanjutan.

Namun demikian masih ditemui adanya tantangan yang dapat menghambat upaya pencapaian tujuan dan sasaran organisasi yang akan datang, sedangkan disisi lain peluang pengembangan pelayanan Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup Kabupaten Takalar masih terbuka untuk dimanfaatkan secara efektif.

Tantangan yang dihadapi dalam upaya pengembangan pelayanan Dinas Kebersihan dan Lingkungan hidup Kabupaten Takalar yaitu :

a. Pertambahan penduduk dan perkembangan pemukiman

b. Semakin meningkatnya biaya operasional kebersihan dan pertamanan c. Peningkatan volume sampah dan jenis sampah

d. Paradigma/sistem pengelolaan persampahan

Sedangkan peluang yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan pelayanan Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup Kabupaten Takalar adalah sebagai berikut :

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian di atas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa dalam implementasi Peraturan Daerah (PERDA) Sistem Kelas Tuntas Berkelanjutan (SKTB) di

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat di katakan bahwa respon pelayanan yang diberikan oleh oknum pegawai Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan

Hasil dari survei lapangan penulis melakukan wawancara kepada Kabid Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Paser dapat penulis simpulkan

Dalam penulisan tugas akhir ini penulis hendak meneliti tentang upaya yang dilakukan oleh Dinas PARBUDPORA Kabupaten Magetan dalam pengembangan Kawasan Wisata

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga atas kehendak-Nya, penulis dapat

Kesimpulan Dari penelitian yang dilakukan penulis dengan Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengolahan Hasil Perikanan di Kelurahan Sumpang Binangae, Kabupaten Barru yang berfokus terhadap

Dari hasil wawancara yang di lakukan oleh peneliti dengan sala satu informan yang Beranisial YMSebagai Perlengkapan Puskesmas Buntu Batu megatakan tentang faktor penghambat di puskesmas

Hasil kutipan wawancara di atas ikut diperkuat oleh RP selaku Pendamping Desa Mamminasae, berikut kutipan wawancara dengan penulis; “…ini adalah pengalaman pertama saya dalam hal