• Tidak ada hasil yang ditemukan

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara."

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Oleh:

ENIM P P M NIM: 120200158

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2016

(2)

TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH DALAM PENYEDIAAN FASILITAS BAGI PELAKU USAHA PASAR TRADISIONAL DITINJAU

DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PERDAGANGAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

OLEH:

ENIM P P M NIM: 120200158

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM EKONOMI

Disetujui/Diketahui Oleh :

KETUA DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

Windha, S.H., M.Hum.

NIP. 197501122005012002

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H. Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum.

NIP.195603291986011001 NIP.197302202002121001

(3)

ABSTRAK

TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH DALAM PENYEDIAAN FASILITAS BAGI PELAKU USAHA PASAR TRADISIONAL DITINJAU

DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PERDAGANGAN

Enim P P M Bismar Nasution

Mahmul Siregar

Pasar merupakan tulang punggung perekonomian masyarakat, baik masyarakat yang berada dikalangan kelas bawah ataupun masyarakat yang berada di kalangan kelas atas. Semua unsur yang berkaitan dengan hal ekonomi berada di pasar mulai dari unsur produksi, distribusi, ataupun unsur konsumsi.Untuk itu diperlukan peran pemerintah dalam memberikan fasilitas terhadap pasar di Indonesia khususnya pasar tradisional. Adapun beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah bagaimana pengaturan usaha perdagangan pasar tradisional dalam perundang-undangan di Indonesia, bagaimana kedudukan pemerintah dalam pengawasan pasar tradisional, serta bagaimana tanggung jawab pemerintah dalam penyediaan fasilitas bagi para pelaku usaha pasar tradisional.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini ini adalah penelitian hukum normatif dan bersifat deskriptif. Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan perudang-undangan dengan menggunakan bahan hukum primer dan sekunder. Data yang diperlukan dikumpulkan dengan cara penelitian kepustakaan dan kemudian dianalisis dengan metode analisis kualitatif sehingga menghasilkan data yang bersifat deskriptif.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab pemerintah dalam penyediaan fasilitas bagi pelaku usaha pasar tradisional terdapat padaPasal 5 angka (3) huruf e Undang-Undang Nomor 7 tahun 2014 namunmasih sangat minim yang diakibatkan tidak lengkapnya fasilitas apa saja yang dapat dipenuhi oleh pemerintah dalam kegiatan pasar tradisional yang terdapat pada Undang-Undang maupun Peraturan Daerah yang disejajarkan dengan kebutuhan fasilitas sehari-hari pada pasar tradisional.Adapun saran yang dapat diberikan agar pengawasan pasar tradisional oleh pemerintah sebaiknya tidak hanya sebatas Undang-Undang atau Peraturan saja melainkan juga dilakukan dengan sanksi bagi pihak-pihak yang tidak menjalankan kewajibannya yang telah ditentukan oleh Pemerintah sebelumnya.

Kata Kunci: tanggung jawab pemerintah, penyediaan fasilitas, pasar tradisional

Mahasiswa Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

 Pembimbing I, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

 Pembimbing II, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

(4)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa karena dengan karunia-Nya telah memberikan kesehatan, kekuatan dan ketekunan pada penulis sehingga mampu dan berhasil menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini adalah sebagai satu syarat guna memperoleh gelar Serjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini berjudul :

“Tanggung Jawab Pemerintah Dalam Penyediaan Fasilitas Bagi Pelaku Usaha Pasar Tradisional Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan”.

Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari terdapatnya kekurangan, namun demikian dengan berlapang dada penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak yang menaruh perhatian terhadap skripsi ini.

Demi terwujudnya peyelesaian dan penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah dengan ikhlas dalam memberikan bantuan untuk memperoleh bahan-bahan yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar- besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH.M.Hum. sebagai Dekan Fakultas Hukum USU Medan.

2. Bapak Dr. OK. Saidin, SH.M.Hum sebagai Wakil Dekan I FH. USU Medan.

(5)

3. Ibu Puspa Melati Hasibuan, SH.M.Hum sebagai wakil dekan II FH. USU Medan.

4. Bapak Dr. Jelly Leviza, SH.M.Hum sebagai wakil dekan III FH.USU Medan.

5. Ibu Windha, SH., M.Hum selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H selaku Dosen Pembimbing I.

Terima kasih sedalam-dalamnya saya ucapkan kepada Prof atas segala bantuan, kemudahan, kelancaran, saran, bimbingan sekaligus arahan yang sangat berarti dan bermanfaat bagi penulis sampai pada akhirnya penulis bisa menyelesaikan penulisan skripsi ini.

7. Bapak Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum selaku Dosen Pembimbing II dan Dosen Hukum Ekonomi, yang telah peduli dan memberikan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.

8. Seluruh staf pengajar dan seluruh staf administrasi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah berjasa mendidik dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Kedua orang tua tersayang dan paling dikasihi penulis Filips Matondang dan Junietty Siahaan yang sudah dalam membesarkan, mendidik, memotivasi dan membiayai pendidikan penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

10. Saudara penulis, Kak Dian, Kak Rena, Kak Ayu, yang selalu mendoakan dan memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Teman-teman seperjuangan penulis selama masa perkuliahan yang selalu menemani Vandi, Rio, Edu, Ibam, Ecam, Bang Gok, Mardo, Tepen, Natalie,

(6)

Tama, Monang, Bang Pom, Lae Jurgen, Lae Fano, kelompok grup klinis pidana, dan teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

12. Kepada kekasih hati yang bernama Erin Yohana Simanjuntak yang selalu mendukung dan menyemangati penulis disaat suka maupun duka.

13. Teman-teman Grup C FH USU 2012, IMAHMI 2012 dan segenap teman- teman stambuk 2012 yang dekat dan pernah dekat.

14. Kepada seluruh keluarga penulis yang berada di Medan dan luar kota yang selalu mendoakan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

15. Dan kepada semua rekan-rekan yang tidak bisa disebutkan satu per satu oleh penulis

Semoga ilmu yang penulis peroleh ini dapat bermakna dan menjadi berkah bagi penulis dalam hal penulis ingin menggapai cita-cita.

Medan, 11 Juli 2016

Penulis

Enim P P M NIM : 120200158

(7)

DAFTAR ISI

Abstrak. ...i

Kata Pengantar ...ii

Daftar Isi ...v

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang ... 1

B. RumusanMasalah ... 10

C. TujuandanManfaat Penulisan ... 10

D. Keaslian Penulisan ... 11

E. TinjauanPustaka ... 13

F. MetodePenulisan ... 22

G. SistematikaPenulisan ... 25

BAB II USAHA PERDAGANGAN PASAR TRADISIONAL DALAM PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA A. Pengertian Dan Dasar Hukum Pasar Tradisional ... 28

B. Perkembangan Pasar Tradisional di Indonesia ... 36

C. Syarat dan Prosedur Dalam Melakukan Kegiatan Pasar Tradisional ... 40

BAB III KEDUDUKAN PEMERINTAH DALAM PENGAWASAN PASAR TRADISIONAL A. Latar Belakang Pengawasan Perdagangan Pasar Tradisional ... 46

B. Tugas Dan Kewenangan Pemerintah Dalam Mengawasi Pasar Tradisional ... 52

C. Bentuk Pengawasan Pasar Tradisional ... 59

(8)

BAB IV TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH DALAM PENYEDIAAN FASILITASBAGI PELAKU USAHA PASAR TRADISIONAL

A. Masalah Ketersediaan Fasilitas Bagi Pelaku Usaha Pasar Tradisional ... 71 B. Tindakan Pemerintah Dalam Penyediaan Fasilitas Bagi Pasar

Tradisional ... 82 C. Pertanggungjawaban Permerintah Dalam Penyediaan Fasilitas

Bagi Pelaku Usaha Pasar Tradisional... 87

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ...109 B. Saran ...111 DAFTAR PUSTAKA ...113

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pasar lahir dari keinginan beberapa orang untuk memperoleh bahan kebutuhan. Pada mulanya transaski di pasar dilakukan dengan tukar-menukar barang yang dimiliki dengan barang yang dikehendaki. Misalnya, antara petani, peternak, dan nelayan terjadi pertukaran hasil produksi mereka masing-masing.

Tadinya, pertukaran terjadi di sembarang tempat. Lama kelamaan terbentuklah kesepakatan untuk menentukan sesuatu lokasi menjadi semacam pusat barter.

Perkembangan berikutnya transaksi dilakukan dengan mata uang dengan nilai tertentu sehingga masyarakat yang tidak memiliki barang pun bisa membeli kebutuhannya.1

Pasar merupakan salah satu dari kegiatan perekonomian masyarakat dimana uang digunakan sebagai alat tukar-menukar, barang jadi uang ataupun uang jadi barang antar penjual dan pembeli. Setiap proses yang mempertemukan antara penjual dan pembeli yang mana akan membentuk harga yang disepakati namun sebelumnya telah terjadi tawar-menawar antara penjual dan pembeli.

Tidak semua pasar melakukan transaksi setiap hari, ada yang harian, mingguan, bulanan, tahunan, dan temporer itu semua tergantung setiap daerah.

Pasar merupakan tulang punggung perekonomian masyarakat, baik masyarakat yang berada dikalangan kelas bawah ataupun masyarakat yang berada

1 Herman Malano, Selamatkan Pasar Tradisional (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama , 2011), hlm. 1.

(10)

di kalangan kelas atas. Semua unsur yang berkaitan dengan hal ekonomi berada di pasar mulai dari unsur produksi, distribusi, ataupun unsur konsumsi.2

Pasar yang merupakan tulang punggung perekonomian masyarakat ini berguna juga untuk memajukan perekonomian nasional yang seperti terdapat dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 di dalam Pasal 33 angka 4 :

“Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional”3 Pasar juga merupakan tempat bertemunya antara penjual dan pembeli baik secara langsung ataupun tidak langsung. Kebanyakan pasar yang ada merupakan pasar yang hubungan antara pembeli dan penjualnya berhubungan langsung.

Tetapi, banyak juga pasar yang antara penjual dan pembelinya berhubungan secara tidak langsung. Contoh pasar yang bertemunya antara penjual dan pembeli secara langsung adalah pasar yang ditemui sehari-hari yaitu pasar tradisional, pasar induk, maupun pasar lainnya. Contoh pasar yang bertemunya antara penjual dan pembeli secara tidak langsung adalah pasar yang proses pembelian produknya melalui telepon maupun media massa lainnya seperti internet.

Pasar dapat dibedakan dalam beberapa kategori yaitu menurut fisik, waktu, barang yang diperjualbelikan, luas kegiatannya, dan juga bentuknya.4 Namun

2 “Pasar”. Lihat : http://andromedahusni.blogspot.co.id/2009/11/pasar.html (diakses pada tanggal 4 April 2016).

3 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 33, Angka 4.

4 “Pengertian Pasar dan Jenis-Jenis Pasar”. Lihat : www.pengertianahli.com/2013/10/pengertian-pasar-dan-jenis-jenis-pasar.html?m=1 (diakses pada tanggal 5 April 2016).

(11)

secara umum pasar bisa dibagi dalam 2 kategori yaitu pasar tradisional dan pasar modern.

Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi secara langsung dan biasanya ada proses tawar- menawar. Bangunan pasar tradisional biasanya terdiri atas kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang disediakan oleh penjual maupun suatu pengelola pasar.

Pasar ini kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan; ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian barang elektronik, jasa, dan lain-lain. Selain itu, ada pula yang menjual kue-kue dan barang-barang lainnya.5

Pasar modern tidak banyak berbeda dari pasar tradisional, namun pasar jenis ini penjual dan pembeli tidak bertransaksi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang (barcode), berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga. Barang-barang yang dijual, selain bahan makanan seperti; buah, sayuran, daging; sebagian besar barang lainnya yang dijual adalah barang yang dapat bertahan lama. Contoh dari pasar modern adalah pasar swalayan, hypermarket, supermarket, dan minimarket.6

Dalam perkembangannya, pasar tradisional di Indonesia mengalami kenaikan maupun penurunan dalam eksistensinya. Hal ini dikarenakan semakin

5 Herman Malano, Op. Cit., hlm 62

6 “Defenisi Pasar Modern dan Tradisional”. Lihat : http://fhryamato.blogspot.co.id/2011/03/definisi-pasar-modern-and-tradisional.html (diakses pada tanggal 5 Mei 2016)

(12)

banyaknya pasar modern yang diciptakan baik oleh pemerintah maupun oleh para pengembang usaha lokal maupun internasional.

Hypermarket dan supermarket kini juga tubuh menjamur dimana-mana.

Jika ingin berbelanja dalam skala besar, sebagaian orang kini lebih cenderung mendatangi hypermarket ataupun pusat grosir. Mereka memilih hypermarket karena tempatnya lebih nyaman, harganya bersaing dan jenis barangnya pun sangat beragam. Kehadiran pasar modern yang emberikan banyak kenyamanan tersebut membuat sebagian orang kini enggan untuk berbelanja ke pasar tradisional.7

Banyak alasan mengapa orang kini tidak memilih berbelanja ke pasar tradisional. Ada yang enggan ke pasar tradisional karena kondisi pasar yang becek dan bau. Ada juga yang malas ke pasar tradisional karena khawatir kecopetan.

Faktor lainnya karena malas tawar menawar, risiko pengurangan timbangan dagangan, penuh sesak dan sejumlah alasan lainnya.8 Selain alasan-alasan tersebut, ada juga beberapa alasan yang membuat animo masyarakat untuk berbelanja di pasar tradisional berkurang, yaitu fasilitas-fasilitas yang terdapat pada pasar tradisional tersebut kurang memadai sehingga mengurangi rasa kenyamanan dalam melakukan kegiatan.

Permasalahan yang sering dihadapi oleh masyarakat biasanya pada saat fasilitas-fasilitas tersebut tidak bekerja dengan baik. Misalnya toilet yang tidak layak pakai dikarenakan tidak berjalannya saluran air maupun pintu yang sudah tidak layak pakai untuk menutup ruangan toilet. Adapun permasalahan yang

7 Nurul Fithrati, Pasar Tradisional (Jakarta : CV. CITRA LAB,2010), hlm. 31.

8 Ibid

(13)

dihadapi oleh para pelaku usaha sendiri biasanya berupa tempat yang kurang memadai untuk menjajakan dagangan mereka. Misalnya pada kios-kios yang mulai rapuh sehingga pada saat air hujan turun maka akan ada kebocoran yang bisa mengenai dagangan mereka. Lokasi pasar yang rawan banjir juga merupakan salah satu faktor yang membuat pasar tradisional tidak dikunjungi oleh banyak masyarakat karena dianggap tidak sehat maupun tidak berkelas.

Pariaman Sinaga dalam makalah berjudul “Menuju Pasar yang Berorientasi Pada Perilaku Konsumen” menyebutkan, perilaku konsumen dalam membeli barang dipengaruhi oleh dua faktor yaitu eksternal dan internal. Faktor eksternal meliputi kebudayaan, kelas sosial, kelompok sosial, kelompok referensi, dan keluarga. Kebudayaan tercermin dalam cara hidup, kebiasaan, dan tindakan.9 Dalam cara hidup pasar tradisional yang dianggap kuno dan kurang menguntungkan juga menjadi acuan sebagai kurangnya minat masyarakat untuk mengunjungi pasar tradisional kembali.

Dikarenakan adanya alasan-alasan yang membuat masyarakat mulai meninggalkan pasar tradisional, membuat para pelaku usaha pasar tradisional banyak mengalami kerugian bahkan tidak sedikit dari para pelaku usaha tersebut gulung tikar.10

Dengan adanya masalah nyata yang dihadapi oleh para pelaku usaha pasar tradisional, pemerintah dituntut agar bisa bertanggung jawab pada pasar tradisional demi tetap berlangsungnya kegiatan pasar tradisional. Pemerintah

9 Pariaman Sinaga, Menuju Pasar yang Berorientasi Pada Perilaku Konsumen, Artikel, Jakarta, 2008.

10 Gulung tikar menurut KBBI adalah kiasan bangkrut; kehabisan modal (dalam perdagangan).

(14)

sebagai badan pembuat Undang-Undang Perdagangan tentu mengetahui tugas dan tanggung jawab yang akan dilakukan terutama demi keberlangsungan ekonomi nasional yang dalam hal ini adalah pasar tradisional. Tanggung jawab merupakan problem utama pemerintahan, dan tentu saja masalah utama kehidupan sekarang ini. 11

Penyelamatan pasar tradisional tidak hanya bergantung pada kemauan politik pemerintah. Jika ternyata pemerintah sulit untuk berpihak kepada pasar tradisional, sebaiknya kitalah para konsumen yang mesti memakmurkan pasar tradisional dengan sepenuh hati. Sebenarnya rasanya sulit sekali meghilangkan pesona dan sensasi belanja yang menyenangkan di pasar modern. Rasanya sulit sekali melupakan sejuknya AC, harumnya lantai mal dan nyamannya belanja di pasar modern tersebut.12

Peraturan yang tegas dan lebih memihak, sangat dibutuhkan demi menggeliatkan pasar tradisional. Paling tidak pemerintah berusaha untuk menyamai tingkat kenyamanan konsumen dalam berbelanja. Tidak hanya pasar modern yang nyaman, namun hendaknya pasar tradisional pun harus dibuat nyaman.13

Pemerintah juga semestinya mengeluarkan peraturan yang melarang pengambilalihan pasar tradisional menjadi pasar modern. Jika peraturan dan undang-undang pemerintah tegas, segala pengambilalihan tidak akan terjadi.

Dengan sekuat apapun kita berusaha mempertahankan keberadaan pasar

11 Paiman Napitupulu, Pelayanan Publik & Customer Satisfact (Bandung : PT. Alumni, 2007), hlm 54.

12 Nurul Fithrati, Op. Cit., hlm 43

13 Ibid., hlm 46

(15)

tradisional, akan sia-sia jika tidak diperkuat oleh peraturan yang melindungi keberadaan pasar tradisional.14

Menurut Nielsen Indonesia, perdagangan di pasar-pasar Indonesia mengalami pertumbuhan pada kuartal pertama tahun 2009 dibandingkan tahun lalu. Pertumbuhan di pasar modern mencapai 12,7%, sedangkan pasar tradisional hanya tumbuh sebesar 5,5%. Perkembangan yang sangat pesat pada pusat perbelanjaan modern ini tentunya akan memberikan dampak yang tidak menguntungkan pada keberadaan pasar tradisional.15 Data survei AC Nielsen tahun 2013 menunjukkan, jumlah pasar rakyat di Indonesia terus mengalami penurunan. Tahun 2007 pasar rakyat berjumlah 13.550, tahun 2009 berjumlah 13.450 dan tahun 2011 berjumlah 9.950.16

Revitalisasi pasar adalah jalan satu-satunya agar pasar tradisional kembali menjadi pasar yang diminati oleh semua kalangan masyarakat dan tetap bisa berjalan tanpa adanya ancaman yang berarti dari pasar modern.

Revitalisasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah proses, cara, perbuatan menghidupkan atau menggiatkan kembali. Sumber lain mengatakan bahwa revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah vital/hidup, akan tetapi kemudian mengalami kemunduran/degradasi. Skala revitalisasi ada tingkatan makro dan mikro. Proses revitalisasi sebuah kawasan mencakup perbaikan aspek fisik, aspek

14 Ibid.

15 “Revitalisasi Pasar Tradisional”. Lihat : http://pekalongankab.go.id/fasilitas- web/artikel/ekonomi/628-revitalisasi-pasar-tradisional.html (diakses pada tanggal 6 Mei 2016)

16 “Pasar Modern Menyerbu, Pasar Tradisional Menyusut”. Lihat : http://www.dream.co.id/dinar/serbuan-pasar-modern-susutkan-pertumbuhan-pasar-tradisional- 141003d.html (diakses pada tanggal 6 Mei 2016)

(16)

ekonomi dan aspek sosial. Pendekatan revitalisasi harus mampu mengenali dan memanfaatkan potensi lingkungan (sejarah, makna, keunikan lokasi dan citra tempat).17

Revitalisasi pasar tradisional berarti mensinergikan sumberdaya potensial yang dimiliki oleh pasar tradisional dengan mempertimbangkan seluruh aspek secara komprehensif, terintegrasi dan holistik sehingga mampu meningkatkan daya saing pasar tradisional dengan tetap mempertahankan kekhasan maupun keunggulan yang dimiliki pasar tradisional tersebut. Revitalisasi pasar tradisional dapat dilakukan dengan menata dan membenahi pasar tradisional, dimana kelemahan-kelemahan pada pasar tradisional yang menyebabkan penurunan daya saing pasar tradisional sendiri harus segera dibenahi. Tentunya, revitalisasi pasar tradisional membutuhkan kebijakan yang berpihak (affirmative action), baik pemerintah maupun seluruh stakeholder yang terkait.18

Revitalisasi pasar ini juga untuk menunjang kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dimana pasar tradisional juga memiliki kontribusi besar terhadap PAD. Revitalisasi ini juga bisa mempengaruhi daya beli masyarakat dikarenakan masyarakat yang biasa berbelanja di supermarket bisa beralih ke pasar tradisional.

Pasar yang dulunya kumuh dan bau, kini akan disulap menjadi pasar yang bersih dan tertata, selain mempengaruhi daya beli masyarakat, revitalisasi pasar juga mempengaruhi daya saing penjual dalam berdagang. Jadi dengan di

17 Danisworo, 2002, Pengertian Revitalisasi, . Lihat : http://makalahdanskripsi.blogspot.com/2009.03/definifi-revitalisasi.html (diakses pada tanggal 7 Mei 2016)

18 “Revitalisasi Pasar Tradisional”. Lihat : http://pekalongankab.go.id/fasilitas- web/artikel/ekonomi/628-revitalisasi-pasar-tradisional.html (diakses pada tanggal 7 Mei 2016)

(17)

revitalisasinya Pasar Tradisional turut mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat. Revitalisasi pasar ini juga untuk menunjang kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dimana pasar tradisional juga memiliki kontribusi besar terhadap PAD. Revitalisasi ini juga bisa mempengaruhi daya beli masyarakat dikarenakan masyarakat yang biasa berbelanja di supermarket bisa beralih ke pasar tradisional. Pasar yang dulunya kumuh dan bau, kini akan disulap menjadi pasar yang bersih dan tertata, selain mempengaruhi daya beli masyarakat, revitalisasi pasar juga mempengaruhi daya saing penjual dalam berdagang. Jadi dengan di revitalisasinya Pasar Tradisional turut mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat.19

Dengan adanya pengaruh kesejahteraan masyarakat dalam terselenggaranya pasar tradisional, maka kewajiban pemerintah dalam memastikan kegiatan itu dapat berjalan lancar sudah diatur sebagaimana pada UU Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan. Tanggung jawab pemerintah dalam melaksanakan peraturan tersebut menjadi perhatian tersendiri bagi penulis untuk dapat meneliti mengenai pasar tradisional dan juga penyediaan fasilitas bagi pelaku usaha pasar tradisional.

Sehubungan dengan adanya peraturan tentang pengadaan fasilitas bagi pasar tradisional oleh pemerintah di Indonesia maka penulis tertarik untuk mengangkat dalam bentuk skripsi dengan judul : “TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH DALAM PENYEDIAAN FASILITAS BAGI PELAKU USAHA

19 “Revitalisasi Pasar Tradisional Sebagai Penunjang Ekonomi Warga”. Lihat : http://surakarta.go.id/konten/revitalisasi-pasar-tradisional-sebagai-penunjang-ekonomi-warga (diakses pada tanggal 7 Mei 2016)

(18)

PASAR TRADISIONAL DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PERDAGANGAN”.

B. Rumusan Masalah

Adapun masalah yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini adalah : 1. Bagaimana pengaturan usaha perdagangan pasar tradisional dalam

perundang-undangan di Indonesia ?

2. Bagaimana kedudukan pemerintah dalam pengawasan pasar tradisional ? 3. Bagaimana tanggung jawab pemerintah dalam penyediaan fasilitas bagi

para pelaku usaha pasar tradisional ?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Berdasarkan permasalahan di atas, maka yang menjadi tujuan dari penulisan ini adalah untuk menguraikan lebih rinci lagi pembahasan mengenai permasalahan diatas yaitu :

1. Untuk mengetahui tahap-tahap dalam melakukan kegiatan pasar tradisional dan pengaturan-pengaturannya.

2. Untuk mengetahui kedudukan pemerintah dalam pengawasan pasar tradisional.

3. Untuk mengetahui tanggung jawab pemerintah dalam penyediaan fasilitas bagi para pelaku usaha pasar tradisional.

Berdasarkan permasalahan diatas, maka yang menjadi manfaat penulisan adalah sebagai berikut :

(19)

1. Manfaat teoritis

Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan pemikiran, wawasan dan ilmu pengetahuan di bidang hukum terutama di bidang hukum ekonomi, terkhusus tentang Pasar Tradisional dalam hal pemberian fasilitas oleh Pemerintah.

2. Manfaat praktis

a. Agar pembahasan skripsi ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pembaca baik kalangan akademisi, masyarakat ataupun praktisi hukum agar lebih mengetahui dan memahami pasar tradisional dikaitkan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan peraturan lainnya terkait.

b. Skripsi ini juga diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi mahasiswa lain atau pihak yang membaca karya tulis ini yang ingin membahas mengenai kawasan ekonomi khusus terkait fasilitas kemudahan perizinan yang diberikan bagi penanam modal.

c. Memberikan sumbangan pemikiran mengenai pemberian fasilitas bagi pasar tradisional oleh pemerintah guna pembangunan perekonomian bangsa yang lebih baik kedepannya.

d. Sebagai pemenuh syarat guna menyelesaikan studi dan meraih gelar Sarjana Hukum.

D. Keaslian Penulisan

Skripsi yang berjudul “Tanggung Jawab Pemerintah Dalam Penyediaan Fasilitas Bagi Pelaku Usaha Pasar Tradisional Ditinjau Dari Undang-Undang

(20)

Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan” ini ditulis dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh.

Adapun penulisan skripsi lainnya dengan judul “Perlindungan Hukum terhadap Pasar Rakyat Berdasarkan Undang-Undang No 7 tahun 2014 tentang Perdagangan” yang dituliskan oleh Deny Mulia Ananda berbeda dengan skirpsi yang berjudul “Tanggung Jawab Pemerintah Dalam Penyediaan Fasilitas Bagi Pelaku Usaha Pasar Tradisional Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan”. Perbedaan yang terdapat adalah pada penulisan skripsi ini membahas mengenai tanggung jawab pemerintah dalam tanggung jawabnya dalam penyediaan fasilitas bagi pelaku usaha pasar tradisional, sedangkan skripsi yang ditulis oleh Deny Mulia Amanda membahas mengenai perlindungan hukum bagi pasar tradisional secara keseluruhan. Berdasarkan penelusuran di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara maka tidak ditemukan adanya kesamaan judul. Judul skripsi ini belum pernah ditulis dan diteliti dalam bentuk yang sama.

Sehingga jika dilihat dari permasalahan serta tujuan yang hendak dicapai oleh penulisan skripsi ini maka dapat diketahui apa yang ada di dalam skripsi ini merupakan karya sendiri dan bukan hasil jiplakan dari skripsi orang lain, dan dimana diperoleh melalui hasil pemikiran para pakar dan praktisi, referensi, buku- buku, makalah-makalah, serta media, media elektronik seperti internet serta bantuan dari berbagai pihak, berdasarkan pada asas-asas keilmuan yang jujur, rasional dan terbuka, sehingga hasil penulisan ini dapat dipertanggungjawabkan kebenaran secara ilmiah.

(21)

E. Tinjauan Kepustakaan 1. Pasar Tradisional

Pasar menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan yang tercantum dalam Pasal 1 Angka 12 :

“Pasar adalah lembaga ekonomi tempat bertemunya pembeli dan penjual, baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk melakukan transaksi perdagangan.”20

Pasar merupakan akibat dari pola kegiatan manusia yang terjadi karena adanya saling membutuhkan, sehingga terjadi pola pertukaran antara barang dan jasa. Kompleksitas kebutuhan akan mengakibatkan ompleksitas baik orang, jenis barang, cara pertukaran dan tempat yang semakin luas.21

Pengertian pasar tradisional pada Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan bukan menggunakan istilah pasar tradisional melainkan pasar rakyat. Pasar Tradisional atau Pasar Rakyat menurut penjelasan UU Perdagangan Bab II Pasal 12 angka 1 huruf a :

“Yang dimaksud dengan “Pasar Rakyat” adalah tempat usaha yang ditata, dibangun, dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, swasta, Badan Usaha Millik Negara, dan/atau Badan Usaha Milik Daerah dapat berupa toko, kios, los, dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil dan menengah, swadaya masyarakat, atau koperasi serta usaha mikro, kecil, dan menengah dengan proses jual beli barang melalui tawar- menawar.”22

20 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan, Pasal 1 Angka 12.

21Kotler, Philip, & Gary Armstrong, Prinsip-Prinsip Pemasaran, Jilid 1, Edisi Kedelapan, Alih Bahasa oleh Damos Sihombing, (Jakarta : Erlangga, 2001), hlm. 21

22 Republik Indonesia (Perdagangan), Op. Cit., Pasal 12, Angka 1, Huruf a.

(22)

Berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No.378/KPTS/1987 tentang Pengesahan 33 Standar Konstruksi Bangunan Indonesia, fungsi pasar yang ada saat ini dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Tempat pengumpulan hasil pertanian.

Hasil-hasil pertanian seperti ketela, kol, kentang, beras, bawang dan sebagainya, penjualannya banyak terjadi di pasar. Proses jual beli di lokasi penghasil pertanian lebih banyak dilakukan oleh Pengumpul, kemudian dilakukan proses jual beli di pasar.

b. Tempat distribusi barang industri.

Di samping hasil pertanian, barang-barang industri tertentu (kelontong dan alat rumah tangga) yaitu peralatan yang diperlukan sebagai pelengkap dapur dan kebutuhan sehari-hari, juga disediakan di pasar. Kualitas hasil industri yang dipasarkan juga tergantung pada tingkat pelayanan pasar.

c. Tempat menukar barang kebutuhan.

Sering kali terjadi proses jual beli tidak mempergunakan alat tukar (uang) tetapi barang (barter). Proses ini sebagai akibat jual beli terjadi kontak langsung antara penjual dan pembeli, kuatnya faktor budaya atau kebiasaan dari penjual.

d. Tempat jual beli barang dan jasa.

Pasar sebagai fungsi ekonomis merupakan tempat jual beli barang dan jasa. Jasa di sini tidak selalu berupa barang, tetapi lebih merupakan tenaga keahlian atau pelayanan, misalnya tukang cukur, tukang parut dan pembawa barang dagangan.

(23)

e. Tempat informasi perdagangan

Pasar merupakan tempat informasi perdagangan, karena di dalam pasar terjadi proses perputaran jenis barang, uang dan jasa. Melalui informasi pasar dapat diketahui jumlah barang atau jenis barang yang beredar atau diperlukan, harga yang berlaku hingga pola distribusi barang.

2. Fasilitas Pasar Tradisional

Fasilitas pasar tradisonal adalah faktor paling penting dalam keberlangsungan dalam perdagangan pasar tradisional. Fasilitas ini berarti memuat hal-hal yang mencakup kebutuhan yang mendukung terjadinya kegiatan disamping tujuan dari pasar tradisional itu sendiri yaitu membeli barang atau jasa yang diperlukan.

Adapun fasilitas-fasilitas pasar tradisional yang dimaksud, yaitu : 1. Gerobak / Kios

2. Meja / Kursi 3. Toilet 4. Musholla 5. Kotak P3K

6. Alat pemadam kebakaran 7. Transportasi23

Fasilitas-fasilitas tersebut adalah fasilitas umum dan wajib disediakan agar kegiatan dalam pasar tradisional bisa berlangsung dengan baik.

23 “Pasar Tradisional”. Lihat : http://infopasartradisional.weebly.com/fasilitas.html (diakses pada tanggal 8 Mei 2016)

(24)

Banyak fasilitas yang belum tercantum pada daftar fasilitas wajib yang seharusnya disediakan oleh pemerintah agar kegiatan dalam pasar tradisional bisa berlangsung. Fasilitas yang dimaksud yaitu :

1. Akses ke area pasar tradisional yang meliputi jalan, sarana, dan prasarana 2. Daerah yang memadai untuk melangsungkan kegiatan pasar tradisional 3. Pusat tempat pembuangan sampah

4. Perizinan dalam melakukan kegiatan usaha yang tidak berbelit-belit 5. Perbaikan maupun pergantian fasilitas-fasilitas umum yang mengalami

kerusakan maupun tidak layak pakai kembali 2. Pengawasan Pemerintah

Melihat fungsi dan peran pasar tradisional yang strategis dalam peningkatan pendapatan dan penyerpan tenaga kerja, maka dalam pembangunan sector perdagangan merupakan salah satu program prioritas yang telah dikembangkan mulai tahun 2004-2009 merupakan Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri.

Program tersebut secara simultan dan sinergis akan terus dikembangkan untuk memperkuat pasar dalam negeri melalui pemantapan suplai serta menjaga kelancaran dan efisiensi distribusi barang kebutuhan masyarakat di berbagai wilayah tanah air.

Dibalik peran pasar tardisional yang strategis tersebut diperlukan upaya- upaya dalam rangka meningkatkan daya saing pasar tradisional yang identik dengan sebuah lokasi perdagangan yang kumuh, semrawut, kotor dan merupakan sumber kemacetan lalu lintas.

(25)

Citra Pasar Tradisional yang kurang baik tersebut sudah semestinya mendapat perhatian yang cukup besar karena didalamnya terkait dengan hajat hidup orang banyak. Pembenahan Pasar Tradisional menjadi tempat belanja yang bercitra positif adalah suatu tantangan yang cukup berat dan harus diupayakan sebagai rasa tanggung jawab kepada masyarakat.

Pembenahan pasar tradisional tentu saja bukan hanya tugas pemerintah tetapi juga masyarakat, pengelola pasar dan para pedagang tradisional untuk bersinergi menghapus kesan buruk tersebut sehingga pasar tradisional masih tetap eksis di tengah persaingan yang semakin ketat.

a) Pengelolaan Manajemen Pasar

1) Visi dan Misi. Pihak pengelola pasar (Dinas Pasar ditingkat kebijakan dan Perusahaan Daerah) harus memiliki visi dan misi yang jelas tentang arah dan bentuk pasar tradisional yang dikembangkan kedepan.

2) Tugas pokok pengelola pasar adalah melakukan pembinaan terhadap pedagang, menciptakan kondisi pasar yang kondusif dan layak untuk berusaha serta mengupayakan kelancaran distribusi barang sehingga tercipta kestabilan harga barang. Pengelola pasar harus memahami tugas dan fungsinya sebagai pengelola. Orientasi Pemerintah Daerah masih lebih cenderung pada peningkatan PAD dari pada peningkatan pelayanan kepada masayarakat.

3) Jelas dan pahamnya SOP (Standard Operation Procedure) dimana kinerjanya dapat diukur yang tertuang didalam SOP, namun saat ini SOP Pasar Tradisional dan implementasinya di lapangan belum mencerminkan

(26)

diterapkannya manajemen yang baik dan benar sehingga masih terjadi banyak salah kelola dan pelanggaran tanpa adanya sanksi yang tegas.

4) Manajemen keuangan yang akuntabel dan transparan, namun kenyataannya masih belum sesuai karena pengelola pasar masih banyak tidak tranparan dan secepatnya menyatakan rugi walaupun kondisi nyata di lapangan menunjukkan bahwa mereka sangat potensial untuk mendapatkan keuntungan.

5) Pemeliharaan sarana fisik. Di beberapa pasar tradisional ditemukan bahwa pemeliharaan dilakukan setiap 5 tahun dan umumnya dilakukan atas inisiatif para pedagang sendiri tetapi dengan cara tambal sulam. Kondisi ini menyebabkan pasar tradisional semakin menjadi tidak indah dan tidak bersih. Dampaknya sarana pasar yang seharusnya diperuntukkan untuk bisa bertahan lebih dari 25 tahun menjadi tidak terwujud. Dengan mudah pasar yang baru dibangun, kembali menjadi kumuh dalam waktu singkat.

6) Pedagang kaki lima harus tertib dan layak. Pedagang Kaki lima sangat memerlukan tempat untuk menjajakan dagangannya. Mereka selalu mencari tempat yang ramai dikunjungi pembeli. Sayangnya belum ada solusi yang memadai untuk mereka, cenderung dibiarkan saja sehingga mereka menempati pinggiran jalan untuk menjual. Konsep Pasar Tradisional adalah mengakomodasi tempat penjualan sektor informasi yang layak dan sesuai dengan yang mereka inginkan.

7) Premanisme yang dalam hal ini juga merupakan ciri pasar tradisional yang sangat mengganggu kelancaran dan efisiensi transaksi antara pembeli dan

(27)

penjual. Hal ini harus diberikan solusi yang baik sehingga konsumen tidak dikorbankan karena membeli barang dengan harga tinggi.

8) Adanya pengawasan terhadap barang yang dijual dan standarisasi ukuran serta timbangan. Pengelola pasar harus melakukan koordinasi dengan pihak yang berkompeten untuk melaksanakan pengawasan secara rutin demi melindungi kepentingan konsumen.

9) Fasilitas umum, parkir, toilet yang bersih, pembuangan sampah dan limbah yang teratur juga merupakan hal penting bagi pengelola pasar untuk mengembangkan pasar tradisioanal (not just natural but clean).

10) Penataan Los/Kios/Lapak yang beraturan. Adanya kemampuan dan ketegasan oleh manajemen pasar dalam mengatur kios dan lapak secara baik dan rapi. Dalam hal ini pengelola pasar harus tegas mana yang memang peruntukkannya mana yang tidak sehingga bagi yang melanggar dapat dikenakan sanksi.

11) Adanya asosiasi pengelola pasar tradisional yaitu adanya perhimpunan pengelola pasar ini diharapkan mampu memberikan solusi, alternatif jalan keluar serta kebersamaan dalam menentukan sikap dan arah agar pasar tradisional tetap eksis dan berkembang menjadi pasar tradisional modern yang kokoh dan berdaya saing global.

12) Adanya sikap mental kewirausahaan bagi pengelola pasar dan manajemen seperti halnya melalui pendidikan formal, seminar-seminar kewirausahaan, training dan practising baik indoor maupun outdoor, otodidak, komitmen pribadi, lingkungan dan pergaulan yang kondusif. Dari semua itu

(28)

diharapkan mampu menggali seluruh potensi pendapatan yang dimiliki ssehingga mampu meningkatkan kontribusi di masa yang akan datang.

Namun yang terpenting adalah komitmen diri dari masing-masing pengelola untuk meraih prestasi guna membangun dan mengembangkan pasar yang dikelola, yaitu :

1) Pembinaan disiplin pedagang adalah pengelola pasar harus membuat peraturan yang jelas dan kemudian dilakukan sosialisasi dan proses edukasi kepada para pedagang secara rutin dan menyeluruh sehingga semua penghuni pasarmengetahui isi dan maksudnya. Adanya komitmen dari penghuni pasar untuk mentaatinya agar bisa selalu diingat oleh para penghuni pasar, maka naskah peraturan dibuat menjadi semenarik mungkin dan ditempel di berbagai tempat di lokasi pasar.

2) Penegakan aturan dan pengenaan sanksi yang tegas pada setiap pelanggaran namun tidak diskriminatif dan harus konsisiten menjalankan peraturan. Pasar akan terjaga ketertibannya apabila pelaku-pelaku didalamnya mentaati peraturan dengan baik dan konsekuen.

3) Ciptakan pola pengamanan bersama dimana petugas sekuriti yang terbatas jumlahnya harus dibantu oleh semua penghuni pasar agar tercipta suatu pola pengamanan bersama. Setiap pedagang harus memiliki tanggung jawab tertentu terhadap keamanan.

(29)

b. Peningkatan Pengetahuan Dasar Bagi Para Pedagang

1) Pelatihan administrasi pembukuan yaitu tata cara pencatatan transaksi keuangan dan dapat dengan mudah melakukan analisa keuangan.

2) Pelatihan strategi penjualan terutama pengaturan barang dagangan (display), pelayanan kepada pembeli, tehnik komunikasi serta transaksi yang jujur namun tetap menguntungkan, serta promosi barang yang dijual.

3) Sistem Stock dan Delivery yaitu tidak terjadinya penumpukan jika terjadi penurunan permintaan serta tidak kekurangan pada saat permintaan sedang meningkat. Ini terkait langsung dengan mekanisme serta sistem delivery atau distribusi barang dagangan pada waktu yang dibutuhkan dengan jumlah yang tepat. (perlu adanya jalur atau pintu masuk yang khusus untuk traffic barang).

4) Informasi harga barang di pasar sebaiknya memiliki akses yang sama untuk mendapatkan informasi tentang harga yang sedang berlaku untuk semua jenis barang yang diperdagangkan di pasar. Ini juga akan memberikan kepuasan terutama konsumen tidak ragu dengan harga yang pantas dan kualitas yang sesuai.

5) Memahami perilaku konsumen bagaimana memuaskan pelanggan dari faktor lainnya seperti adanya kenyamanan berbelanja dan adanya nuansa khusus menarik lainnya yang tidak dimiliki oleh pasar modern.

6) Promosi dan Hari Pelanggan. Daya tarik pasar tercipta dengan adanya karakteristik dan keunikan bagi pelanggan yang harus dikemas dalam berbagai hal mulai dari jenis barang dan makanan yang dijual sehingga

(30)

pada program promosi. Manajemen pasar bekerja sama dengan pedagang untuk menentukan Hari Pelanggan dimana dalam satu waktu/hari melakukan kegiatan yang unik seperti berpakaian unik (Happening Arts) mengadakan beberapa program acara yang menarik.24

F. Metode Penelitian 1. Jenis dan sifat penelitian.

a. Jenis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dalam menyusun skripsi ini, maka jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif, normatif disini maksudnya adalah bahwa penelitian hukum tersebut dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka, nama lain dari penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum kepustakaan.25 Nama lain dari Penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum doktriner, juga disebut sebagai penelitian perpustakaan atau studi dokumen. Disebut penelitian hukum doktriner, karena penelitian ini dilakukan atau ditujukan hanya pada peraturan- peraturan yang tertulis atau bahan-bahan hukum yang lain. Dikatakan sebagai penelitian perpustakaan ataupun studi dokumen, disebabkan penelitian ini lebih banyak dilakukan terhadap data yang bersifat sekunder yang ada di perpustakaan.

24 “Revitalisasi Pasar”. Lihat :

http://pasartradisional.balidenpasartrading.com/index.php?r=statispage/view&id=2 (diakses pada tanggal 20 Mei 2016).

25 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Pustaka (Jakarta: Rajawali Press,1993), hal. 13-14.

(31)

Penelitian perpustakaan demikian dapat dikatakan pula sebagai lawan dari penelitian empiris (penelitian lapangan).26

b. Sifat penelitian

Adapun sifat penelitian skripsi ini bersifat deskriptif analitis yang merupakan suatu penelitian yang menggambarkan, menelaah, menjelaskan dan menganalisis suatu peraturan hukum.27 Berarti bahwa penelitian ini menggambarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia terkait konsultan hukum asing. Hukum dalam konteks teori-teori hukum dalam pelaksanaannya, serta menganalisis fakta secara cermat tentang berlakunya keterbukaan dari perusahaan asuransi dalam memberikan perjanjian.

2. Jenis data

Materi dalam skripsi ini diambil dari data-data sekunder. Adapun data-data sekunder yang dimaksud adalah :

a. Bahan hukum primer

Bahan hukum primer yaitu data yang diperoleh dari peraturan- peraturan yang terdiri dari Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan, Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah, Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Pemerintah Daerah, Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat

26 Suratman dan Philips Dillah, Metode Penelitian Hukum (Bandung : Alfabeta,2013).

27 Soerjono Seokanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta : UI Press, 1986), hal. 63

(32)

Perbelanjaan dan Toko Modern, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2008 tentang Pedoman Penataan Dan Pembinaan Pasar Tradisional,Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2012 tentang Pengelolaan dan Pemberdayaan Pasar Tradisional.

b. Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu, buku-buku hukum, dan karya tulis ilmiah ataupun buku lain yang terkait dengan tulisan ini. Seperti seminar hukum, majalah-majalah, jurnal, pidato dan beberapa sumber dari situs internet yang berkaitan dengan persoalan di atas.

c. Bahan hukum tersier

Bahan hukum tersier yaitu, semua dokumen yang berisi tentang konsep- konsep dan keterangan-keterangan yang mendukung bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus, ensiklopedi, dan sebagainya.

3. Teknik pengumpulan data

Untuk memproleh suatu kebenaran ilmiah dalam penulisan skripsi maka penulis menggunakan metode pengumpulan data dengan cara studi kepustakaan (Library Research) yang mempelajari dan menganalisis secara sistematis seperti:

peraturan perundang-undangan, buku-buku, surat kabar, majalah, internet, pendapat sarjana, karya tulis ilmiah dan bahan lainnya yang berkaitan dengan skripsi ini.

(33)

4. Analisis data

Penulisan skripsi ini diawali dari bahan primer yang merujuk kepada hukum positif, yang kemudian dilengkapi dengan bahan sekunder dan bahan tersier yang telah diperoleh baik dari media apapun dan kemudian dianalisis secara kualitatif. Metode yang dipergunakan untuk menganalisis kualitatif yaitu:

a. Mengumpulkan peraturan perundang-undangan dan bahan kepustakaan lainnya yang relevan dengan penelitian

b. Mengelompokkan peraturan perundang-undangan dan bahan hukum yang ada

c. Melakukan interpretasi terhadap peraturan perundang-undangan terkait d. Menguraikan bahan-bahan hukum sesuai dengan masalah yang

dirumuskan

e. Menarik kesimpulan G. Sistematika Penulisan

Guna mempermudah penulisan skripsi ini maka diperlukan adanya sistematika penulisan yang teratur dan terbagi dalam bab perbab yang saling berkaitan satu dengan lain. Sistematika penulisan skripsi ini terdiri atas 5 (lima) Bab yang masing-masing memiliki sub-babnya tersendiri yang secara garis besar diuraikan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan merupakan pengantar. Didalamnya termuat mengenai gambaran umum tentang penulisan skripsi yang terdiri dari latar belakang

(34)

penulisan skripsi, permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, keaslian penulisan, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II USAHA PERDAGANGAN PASAR TRADISIONAL DALAM

PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA

Bab ini berisikan mengenai pengertian dan dasar hukum pasar tradisional dalam perundang-undangan di Indonesia, perkembangan pasar tradisional di Indonesia, syarat dan prosedur dalam melakukan kegiatan pasar tradisional di Indonesia.

BAB III KEDUDUKAN PEMERINTAH DALAM PENGAWASAN

PASAR TRADISIONAL

Bab ini membahas latar belakang terjadinya pengawasan perdagangan pasar tradisional di Indonesia, tugas dan kewenangan pemerintah dalam mengawasi pasar tradisional, dan bentuk pengawasan pemerintah pada pasar tradisional di Indonesia.

BAB IV TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH DALAM PENYEDIAAN FASILITAS BAGI PELAKU USAHA PASAR TRADISIONAL

Bab ini membahas lebih lanjut mengenai masalah dalam penyediaan fasilitas bagi pelaku usaha pasar tradisional oleh pemerintah, tindakan pemerintah dalam penyediaan fasilitas bagi pasar tradisional, serta pertanggungjawaban permerintah dalam penyediaan fasilitas bagi pelaku usaha pasar tradisional.

(35)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan ditarik suatu kesimpulan setelah dilakukan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, untuk kemudian diberikan saran-saran yang diharapkan dapat lebih membangun.

(36)

BAB II

USAHA PERDAGANGAN PASAR TRADISIONAL DALAM PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA

A. Pengertian dan Dasar Hukum Pasar Tradisional 1. Pengertian Pasar Tradisional dan Jenis-Jenis Pasar

Pengertian pasar tradisional pada Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan bukan menggunakan istilah pasar tradisional melainkan pasar rakyat. Pasar Tradisional atau Pasar Rakyat menurut penjelasan UU Perdagangan Bab II Pasal 12 angka 1 huruf a :

“Yang dimaksud dengan “Pasar Rakyat” adalah tempat usaha yang ditata, dibangun, dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, swasta, Badan Usaha Millik Negara, dan/atau Badan Usaha Milik Daerah dapat berupa toko, kios, los, dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil dan menengah, swadaya masyarakat, atau koperasi serta usaha mikro, kecil, dan menengah dengan proses jual beli barang melalui tawar-menawar.”28

Ciri-ciri dari pasar rakyat/tradisional yang dimaksudkan pada pengertian tersebut yaitu :29

a) Pembeli dan penjual bertemu secara langsung.

b) Transaksi terjadi secara langsung

c) Mekanisme transaksi dengan tawar-menawar d) Menyediakan segala macam barang

e) Untuk pasar tradisional khusus, hanya menyediakan satu jenis barang Pendapat lain mengenai pasar yaitu W.Y. Stanton mendefinisikan apa itu pasar, yaitu tempat yang bertujuan untuk merencanakan, menentukan,

28 Republik Indonesia (Perdagangan), Op. Cit., Pasal 12, Angka 1, Huruf a.

29 “Pasar Tradisional dan Pasar Modern”. Lihat :

https://id.scribd.com/doc/97770266/Pasar-Tradisional-Dan-Pasar-Modern (diakses pada tanggal 27 Juni 2016

(37)

mempromosikan, serta mendistribusikan barang dan jasa. Dalam hal ini beliau mengedepankan kepuasan pembeli. Pendapat ini didukung 100% oleh Philip &

Duncanadan yang mendefinisikan sebuah pasar sebagai sesuatu yang digunakan untuk menempatkan barang yang dibutuhkan oleh konsumen. Sehingga kedua pendapat dari W.Y. Stanton dan Philips & Duncanadan meyakini bahwa pasar adalah tempat untuk meletakkan barang-barang untuk dibeli konsumen.

Dalam waktu ini, pasar dapat dibagikan ke dalam beberapa kelompok, yaitu :

a) Menurut fisiknya

1) Pasar nyata : merupakan sebuah tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan kegiatan jual beli secara langsung dan barang yang diperjualbelikan tersedia di tempat. Misalnya, pasar tradisional, buah-buahan, dan sayur-sayuran.

2) Pasar abstrak/tidak nyata: merupakan sebuah kegiatan jual beli dimana penjual dan pembelinya tidak bertemu secara langsung melainkan hanya melalui media telepon, internet dan lain sebagainya dan berdasarkan dengan contoh barang. Misalnya, telemarket dan pasar modal. 30

b) Menurut waktunya

1) Pasar harian adalah pasar yang aktivitasnya berlangsung setiap hari dan sebagian barang yang diperjualbelikan adalah barang kebutuhan sehari-hari.

30 “Pengertian Pasar, Jenis-Jenisnya menurut Pakar”. Lihat : http://pengertianedefinisi.com/pengertian-pasar-jenis-jenisnya-menurut-pakar/ (diakses pada tanggal 9 Mei 2016)

(38)

2) Pasar mingguan adalah pasar yang aktivitasnya berlangsung seminggu sekali. Biasanya terdapat di daerah yang belum padat penduduk dan lokasi pemukimannya masih berjauhan.

3) Pasar bulanan adalah pasar yang aktivitasnya berlangsung sebulan sekali. Biasanya barang yang diperjualbelikan barang yang akan dijual kembali (agen/grosir).

4) Pasar tahunan adalah pasar yang aktivitasnya berlangsung setahun sekali, misalnya PRJ (Pasar Raya Jakarta).31

c) Menurut luas jangkauannya

1) Pasar daerah : Pasar Daerah membeli dan menjual produk dalam satu daerah produk itu dihasilkan. Bisa juga dikatakan pasar daerah melayani permintaan dan penawaran dalam satu daerah.

2) Pasar lokal : Pasar lokal adalah pasar yang membeli dan menjual produk dalam satu kota tempat produk itu dihasilkan. Bisa juga dikatakan pasar lokal melayani permintaan dan penawaran dalam satu kota.

3) Pasar nasional : Pasar nasional adalah pasar yang membeli dan menjual produk dalam satu negara tempat produk itu dihasilkan. Bisa juga dikatakan pasar nasional melayani permintaan dan penjualan dari dalam negeri.

31 “Pengertian Pasar dan Jenis-Jenis Pasar”. Lihat : http://www.pengertianahli.com/2013/10/pengertian-pasar-dan-jenis-jenis-pasar.html (diakses pada tanggal 9 Mei 2016)

(39)

4) Pasar internasional : Pasar internasional adalah pasar yang membeli dan menjual produk dari beberapa negara. Bisa juga dikatakan luas jangkauannya di seluruh dunia.32

d) Menurut bentuk organisasinya

1) Pasar persaingan sempurna (terorganisir) : Dalam pasar persaingan sempurna terdapat banyak penjual atau pembeli yang sama-sama telah mengetahui keadaan pasar. Barang yang diperjualbelikan dalam pasar persaingan sempurna homogen (sejenis). Selain itu, baik penjual ataupun pembeli tidak bebas menentukan harga, karena harga ditentukan oleh kekuatan pasar. Pasar persaingan sempurna adalah keadaan di mana penjual dan pembeli tidak dapat mempengaruhi harga. Harga yang telah terbentuk merupakan hasil dari mekanisme pasar berdasarkan jumlah permintaan dan penawaran.33

2) Pasar persaingan tidak sempurna : Dalam pasar persaingan tidak sempurna, para penjual maupun pembeli mempunyai kebebasan dalam menentukan harga dan jumlah barang yang akan diperjualbelikan.

Dalam hal ini berarti pembeli dan penjual dapat memengaruhi harga.

Jenis dan kualitas barang yang diperdagangkan pada pasar ini bersifat heterogen. Pasar persaingan tidak sempurna dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.

32 “Pengertian Pasar dan Jenisnya Menurut Para Ahli Terlengkap”. Lihat : http://www.orangbejo.com/2016/01/pengertian-pasar-dan-jenisnya-menurut.html (dikases pada tanggal 9 Mei 2016)

33M. Fuad, Christine H, Nurlela, Sugiarto, dan Paulus, Pengantar Bisnis(Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama,2000), hlm 33

(40)

3) Pasar monopoli : pasar yang hanya terdapat satu penjual untuk suatu jenis barang tertentu. Contohnya PT Kereta Api Indonesia.

Pasar monopsoni : pasar yang dikuasai oleh seorang pembeli untuk suatu jenis barang dan jasa,dan juga bersifat mendunia atau pasar yang pembentukan harga barangnya dikendalikan oleh satu orang atau sekelompok pembeli. Output yang dihasilkan tidak mempunyai substitusi.

4) Pasar persaingan monopolistik : Dalam pasar monopolistik terdapat banyak penjual dan pembeli. Penjual bisa melakukan monopoli karena keistimewaan produk masing-masing. Pembeli bebas menentukan pilihannya dalam berbelanja. Jadi, pasar ini ada unsur persaingan dan monopoli.

5) Pasar oligopoli : pasar yang hanya ada beberapa penjual. Istilah beberapa penjual iniumlah penjual tidak terlalu banyak sehingga pengaruh penjual sangat kecil, dan tidak ada penjual yang berkuasa segala-galanya atau pasar yang di dalamnya terdapat beberapa penjual dengan dipimpin oleh salah satu dari penjual tersebut mengendalikan tingkat harga barang. Contohnya perusahaan otomotif Astra Indonesia.

Pasar oligopsoni merupakan jenis pasar yang hanya ada beberapa pembeli atau pasar yang pembentukan harga barangnya dikendalikan oleh beberapa orang atau beberapa kelompok pembeli.

(41)

6) Pasar duopoli : pasar yang penjualnya hanya dua orang dan menguasai penawaran suatu barang dan mengendalikan harga barang.

Pasar duopsoni : pasar pembentukan harga barangnya dikendalikan oleh dua orang atau dua kelompok pembeli.34

2. Dasar Hukum Pasar Tradisional

Pasar Tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara termasuk kerja sama swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, dan tenda yang dimiliki atau dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha kecil, modal kecil, dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar.35 Dalam pelaksaannya pasar tradisional juga memiliki dasar hukum yang berguna untuk mengawasi kelangsungan daripada pasar tradisional itu sendiri.

Dasar hukum pasar tradisional terdapat pada :

a. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 Tentang Penataan Dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern.

b. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Dan Pemberdayaan Pasar Tradisional.

34 http://www.okezone.web.id/2016/03/pengertian-pasar-dan-jenisnya-menurut.html (diakses pada tanggal 2 Mei 2016)

35 Hartawan, Arief Sholeh. 2009. Dampak Keberadaan Toko Modern Terhadap Pasar dan Pedagang Ritel Tradisional di Surabaya (skripsi). Universitas Airlangga Surabaya .

(42)

c. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor : 53/M- Dag/Per/12/2008 Tentang Pedoman Penataan Dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern.

d. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan.

Setelah tertunda selama 2.5 tahun, Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 Tentang Penataan Dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern tersebut akhirnya ditandatangani oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada tanggal 27 Desember 2007. Enam pokok masalah diatur dalam Perpres yaiu definisi, zonasi, kemitraan, perizinan, syarat perdagangan (trading term), kelembagaan pengawas, dan sanksi.36

Defenisi pasar tradisional menurut Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 Bab I Pasal 1 angka 1 adalah :

““Pasar Tradisional” adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar”

Defenisi zonasi menurut Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 Bab I Pasal 1 angka 12 adalah :

““Peraturan Zonasi” adalah ketentuan-ketentuan Pemerintah Daerah setempat yang mengatur pemanfaatan ruang dan unsur-unsur pengendalian yang disusun untuk setiap zona peruntukan sesuai dengan rencana rinci tata ruang”

36 Nurul Fithrati, Op.Cit., hlm 36

(43)

Defenisi kemitraan menurut Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 Bab I Pasal 1 angka 1 adalah :

““Kemitraan” adalah kerjasama usaha antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah dan Usaha Besar disertai dengan pembinaan dan pengembangan oleh Usaha Menengah dan Usaha Besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan, sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan”

Perizinan menurut Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 Bab VI Pasal 12 angka (1),(2), dan (3) adalah :

“(1) Untuk melakukan usaha Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, wajib memiliki:

a. Izin Usaha Pengelolaan Pasar Tradisional (IUP2T) untuk Pasar Tradisional.

b. Izin Usaha Pusat Perbelanjaan (IUPP) untuk Pertokoan, Mall, Plasa dan Pusat Perdagangan.

c. Izin Usaha Toko Modern (IUTM) untuk Minimarket, Supermarket, Department Store, Hypermarket dan Perkulakan.

(2) IUTM untuk Minimarket diutamakan bagi pelaku Usaha Kecil dan Usaha Menengah setempat.

(3) Izin melakukan usaha sebagaimana dimaksud pada angka (1) diterbitkan oleh Bupati/Walikota dan Gubernur untuk Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.”

Defenisi syarat perdagangan (trading term) menurut Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 Bab I Pasal 1 angka 10 adalah :

“Syarat Perdagangan” (trading terms) adalah syarat-syarat dalam perjanjian kerjasama antara Pemasok dan Toko Modern/Pengelola Jaringan Minimarket yang berhubungan dengan pemasokan produk-produk yang diperdagangkan dalam Toko Modern yang bersangkutan.”

Kelembagaan pengawas menurut Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 Bab V Pasal 15 angka (1),(2),(3), dan (4) adalah :

(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama sesuai dengan bidang tugas masing-masing melakukan pembinaan dan pengawasan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.

(2) Dalam rangka pembinaan Pasar Tradisional, Pemerintah Daerah:

(44)

a. Mengupayakan sumber-sumber alternatif pendanaan untuk pemberdayaan Pasar Tradisional sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku;

b. Meningkatkan kompetensi pedagang dan pengelola Pasar Tradisional;

c. Memprioritaskan kesempatan memperoleh tempat usaha bagi pedagang Pasar Tradisional yang telah ada sebelum dilakukan renovasi atau relokasi Pasar Tradisional;

d. Mengevaluasi pengelolaan Pasar Tradisional. d. Evaluate the management of Traditional Markets.

(3) Dalam rangka pembinaan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, Pemerintah Daerah agar:

a. Memberdayakan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern dalam membina Pasar Tradisional;

a. Empower Shopping Centers and Modern Stores to direct Traditional Markets;

b. Mengawasi pelaksanaan kemitraan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Presiden ini.

(4) Dalam rangka pengawasan oleh Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15, atas permintaan Menteri maka Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern wajib memberikan data dan/atau informasi penjualan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Sanksi menurut Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 Bab VI Pasal 17 adalah :

“Pelanggaran terhadap Pasal 6, Pasal 7 angka (1) dan angka (2), Pasal 8 angka (3), Pasal 9, Pasal 10 angka (2) dan Pasal 16 dalam Peraturan Presiden ini dapat dikenakan sanksi administratif secara bertahap berupa peringatan tertulis, pembekuan dan pencabutan izin usaha.”

B. Perkembangan Pasar Tradisional di Indonesia

Manusia telah mengenal dan melakukan kegiatan jual beli sejak mengenal peradaban sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan. Dalam kegiatan jual beli, keberadaan pasar merupakan salah satu hal yang paling penting karena merupakan tempat untuk melakukan kegiatan tersebut selain menjadi salah satu indikator paling nyata kegiatan ekonomi masyarakat di suatu wilayah. Sama halnya dengan bangsa lain, bangsa Indonesia telah lama mengenal pasar khususnya pasar

(45)

tradisional. Berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia pasar berarti tempat orang berjual beli sedangkan tradisional dimaknai sikap dan cara berpikir serta bertindak yang selalu berpegang kepada norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun temurun.37

Perkembangan sebuah pasar secara garis besar diawali dengan adanya dua kebutuhan yang berbeda sehingga muncul barter pada saat itu. Pasar terus berkembang setelah dikenal nilai tukar barang (uang), muncul pasar tradisional yang memiliki lokasi tersebar pada ragam wilayah dan menempati tempat yang lebih permanen. Pada awalnya pasar tradisional ini mengambil tempat di suatu ruang atau lapangan terbuka, di bawah pohon besar yang telah ada, disalah satu sudut perempatan jalan atau tempat lain yang setidaknya adalah strategis dilihat dari lokasi lingkungan yang bersangkutan.38 Pedagang dalam berjualan hanya sekedar menempati ruang terbuka tersebut dengan alat bantu berjualan yang dibawa dari tempat tinggalnya dan dibawa pulang setelah selesai berjualan. Pasar berkembang sejalan dengan munculnya sederhana terbuat dari bahan seperti bambu, kayu dan menempati ruang bersama dengan para pedagang lainnya yang berjualan dengan cara yang sama.

Pasar tumbuh dan berkembang sebagai simpul dari pertukaran barang dan jasa secara regional yang kemudian membangkitkan berbagai aktivitas didalam kota. Di sini, saat orang melakukan jual dan beli bukan sekadar barang dan jasa

37 OK. Laksemana Lufti. Dampak Keberadaan Indomaret Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang Pasar Tradisional di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan, Jurnal Ekonomi, USU, 2010. 2 Pertumbuhan

38 Moersid, Adhi, Pasar Tradisional di Persimpangan Jalan, Makalah, Palembang.

Forum Musda IAI Cabang Sumatra Selatan, 1995

Referensi

Dokumen terkait

3. suatu sebab yang halal. Pos Indonesia bergerak dalam bidang jasa, maka faktor yang sangat penting yang perlu di perhatikan adalah kepercayaan pengguna jasa, dimana

a) Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang mengikat, terdiri dari peraturan perundang-undangan yang terkait dengan objek penelitian. Bahan hukum primer yang

Maka, atas pertimbangan tersebutlah Majelis Hakim menyatkan bahwa terdakwa harus dilepaskan dari tuntutan hukum (ontslag van rechtvervolging). Dari pemaparan

Menimbang, bahwa menurut hemat hakim, pidana terhadap anak yang berkonflik dengan hukum adalah merupakan hal yang refresif akibat perbuatan yang dilakukan karena

Dalam hal pengurusan Sertipikat Kepemilikan Hunian Rumah Susun peranan Para Tergugat masih sangat diperlukan, karena sertipikat tersebut masih tercatat atas nama PT

e) Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan.. landasan yuridis perubahan paradigma sifat CSR dari voluntary menjadi mandator. Apalagi bagi perusahaan yang

Skripsi ini mengemukakan permasalahan mengenai bentuk-bentuk pelanggaran terhadap perempuan korban perang di Suriah ditinjau menurut hukum internasional, diantara banyak

Bahwa Terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Melakukan usaha pertambangan tanpa IUP, IPR atau IUPK” sebagaimana yang didakwakan