NTP Sumatera Barat bulan Januari 2014 dengan menggunakan tahun dasar 2012 tercatat sebesar 101,15 atau naik sebesar 0,98 persen bila dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 100,17 (Desember 2013). Indeks harga yang diterima petani (It) naik 1,91 persen, sedangkan indeks harga yang dibayar petani (Ib) naik lebih rendah sebesar 0,93 persen.
Pada bulan Januari 2014 NTP masing-masing subsektor tercatat sebesar 100,31 untuk Subsektor Tanaman Pangan (NTPP), 96,84 untuk Subsektor Hortikultura (NTPH), 105,72 untuk Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR), 98,69 untuk Subsektor Peternakan (NTPT), dan 102,67 untuk Subsektor Perikanan (NTN).
Secara regional di Sumatera Barat pada bulan Januari 2014 terjadi inflasi di daerah pedesaan sebesar 1,08 persen yang disebabkan oleh hampir semua kelompok pengeluaran, yaitu kelompok Bahan Makanan (2,06%), kelompok Makanan Jadi (0,23%), kelompok Perumahan (0,75%), kelompok Kesehatan (0,72%) , kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga (0,01%), dan kelompok Transportasi & Komunikasi (0,35%) Sedangkan kelompok Sandang mengalami deflasi sebesar 0,06 persen.
No. 09/2/13/Th. XVII, 3 Februari 2014
P
ERKEMBANGAN
N
ILAI
T
UKAR
P
ETANI
,
D
AN
H
ARGA
P
RODUSEN
G
ABAH
A.
PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI
NTP SUMATERA BARAT JANUARI 2014 SEBESAR 101,15 ATAU NAIK 0,98%
1. Nilai Tukar Petani (NTP)
Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase), merupakan salah satu indikator untuk
melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of
trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi,
semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani.
Tabel 1
Nilai Tukar Petani Per Subsektor dan Perubahannya Desember 2013 - Januari 2014
(2012=100)
Kelompok dan Sub kelompok Bulan Persentase Desember 2013 Januari 2014 Perubahan
(1) (3) (4)
1. Tanaman Pangan
a.Nilai Tukar Petani (NTPP) 99.19 100.31 1.12 b. Indeks Diterima Petani 108.25 110.55 2.08 - Padi 109.89 112.31 2.15 - Palawija 102.51 104.42 1.83 c. Indeks Dibayar Petani 109.14 110.22 0.98 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 110.43 111.60 1.05
- Indeks BPPBM 105.41 106.23 0.77
2. Hortikultura
a.Nilai Tukar Petani (NTPH) 95.85 96.84 1.03 b. Indeks Diterima Petani 104.30 106.37 1.98 - Sayur-sayuran 103.96 106.29 2.24 - Buah-buahan 104.78 106.44 1.58 -Tanaman Obat 108.69 108.32 -0.33 c. Indeks Dibayar Petani 108.81 109.83 0.94 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 109.72 110.92 1.09 - Indeks BPPBM 104.65 104.83 0.18 3. Tanaman Perkebunan Rakyat
a.Nilai Tukar Petani (NTPR) 104.27 105.72 1.39 b. Indeks Diterima Petani 114.59 117.36 2.42 - Tanaman Perkebunan Rakyat (TPR) 114.59 117.36 2.42 c. Indeks Dibayar Petani 109.90 111.01 1.02 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 110.97 112.21 1.12 c. Indeks Dibayar Petani 106.27 106.98 0.67 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 110.21 111.35 1.04 - Indeks BPPBM 100.71 100.80 0.09 Gabungan
a.Nilai Tukar Petani (NTP) 100.17 101.15 0.98 b. Indeks Diterima Petani 108.69 110.77 1.91 c. Indeks Dibayar Petani 108.51 109.51 0.93 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 110.39 111.58 1.08 - Indeks BPPBM 103.89 104.38 0.47
mengalami kenaikan, yaitu Subsektor Tanaman Pangan (1,12 persen), Subsektor Hortikultura (1,03 persen), Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (1,39 persen), dan Subsektor Peternakan (0,32 persen). Sedangkan Subsektor Perikanan mengalami penurunan NTP sebesar 0,56 persen.
2.
Indeks Harga yang Diterima Petani (It)
Indeks harga yang diterima petani (It) dari ke lima subsektor menunjukkan fluktuasi harga beragam komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada bulan Januari 2014 terjadi kenaikan pada indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 1,91 persen bila dibandingkan dengan bulan Desember 2013, yaitu dari 108,69 pada Desember 2013 menjadi 110,77 pada Januari 2014.
Meningkatnya nilai It diakibatkan oleh kenaikan pada semua subsektor, yaitu Subsektor Tanaman Pangan sebesar 2,08 persen, Subsektor Hortikultura sebesar 1.98 persen, Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 2,42 persen, Subsektor Peternakan sebesar 1,05 persen, dan Subsektor Perikanan sebesar 0,11 persen.
3.
Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)
Melalui indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian.
Pada bulan Januari 2014 terjadi kenaikan indeks harga yang dibayar petani (Ib) sebesar 0,93 persen bila dibandingkan Desember 2013, yaitu dari 108,51 menjadi 109,51. Meningkatnya nilai Ib diakibatkan oleh kenaikan nilai Ib pada lima subsektor, yaitu Subsektor Tanaman Pangan sebesar 0,98 persen, Subsektor Hortikultura sebesar 0,94 persen, subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 1,02 persen, Subsektor Peternakan sebesar 0,73 persen, dan Subsektor Perikanan sebesar 0,67 persen.
Grafik 1
NTP Sumatera Barat Bulan Januari 2013 – Januari 2014 (2012=100)
4. NTP Subsektor
a.
Subsektor Tanaman Pangan (NTPP)
NTP Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) pada bulan Januari 2014 mengalami kenaikan dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu sebesar 1,12 persen. Hal ini dikarenakan kenaikan pada indeks harga yang diterima petani sebesar 2,08 persen lebih tinggi daripada kenaikan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,98 persen.
Kenaikan indeks harga yang diterima petani (It) terjadi disebabkan oleh kenaikan indeks pada subkelompok padi sebesar 2,15 persen, yaitu dari 109,89 menjadi 112,31 dan subkelompok palawija sebesar 1,83 persen, yaitu dari 102,51 menjadi 104,42. Di sisi lain, perubahan indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami kenaikan sebesar 0,98 persen yang diakibatkan oleh meningkatnya indeks subkelompok konsumsi rumahtangga (IKRT) sebesar 1,05 persen dan subkelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,77 persen.
b.
Subsektor Hortikultura (NTPH)
Pada bulan Januari 2014, Nilai Tukar Petani untuk Subsektor Hortikultura (NTPH) mengalami kenaikan sebesar 1,03 persen dari 95,85 menjadi 96,84. Hal ini disebabkan oleh kenaikan yang terjadi pada indeks harga yang diterima petani sebesar 1,98 persen dan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,94 persen.
Kenaikan yang terjadi pada It disebabkan adanya kenaikan nilai indeks harga pada berbagai komoditas subkelompok sayur-sayuran sebesar 2,24 persen dan subkelompok buah-buahan sebesar 1,58 persen. Sementara di sisi lain, kenaikan Ib sebesar 0,94 persen disebabkan oleh kenaikan yang terjadi pada indeks harga subkelompok Konsumsi Rumah Tangga (IKRT), yaitu sebesar 1,09 persen dan indeks subkelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,18 persen.
c.
Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR)
NTPR pada bulan Januari 2014 mengalami kenaikan sebesar 1,39 persen, yaitu dari 104,27 pada bulan Desember 2013 menjadi 105,72. Kenaikan NTPR ini disebabkan oleh kenaikan yang signifikan pada indeks harga yang diterima petani sebesar 2,42 persen, sementara Indeks yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 1,02 persen. Kenaikan yang terjadi pada Ib diakibatkan adanya kenaikan indeks pada subkelompok konsumsi rumah tangga sebesar 1.12 persen, sedangkan subkelompok BPPBM mengalami kenaikan sebesar 0,41 persen.
d.
Subsektor Peternakan (NTPT)
NTPT pada Januari 2014 mengalami kenaikan sebesar 0,32 persen, yaitu dari 98,37 menjadi 98,69. Kenaikan yang terjadi diakibatkan oleh kenaikan pada indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 1,05 persen, sementara disisi lain indeks harga yang dibayar petani juga mengalami kenaikan sebesar 0,73 persen.
Kenaikan indeks harga yang diterima petani (It) terjadi karena adanya kenaikan pada semua subkelompoknya, yaitu subkelompok Ternak Besar, Ternak Kecil, Unggas, dan Hasil Ternak masing-masing sebesar 1,08 persen, 0,33 persen, 1,54 persen, dan 0,66 persen.
e.
Subsektor Perikanan (NTN)
Kenaikan nilai It yang tidak terlalu besar terjadi karena subkelompok budidaya ikan yang hanya naik sebesar 0,09 persen dan pada subkelompok penangkapan ikan naik sebesar 0,17 persen. Untuk indeks yang dibayar petani, kenaikan yang terjadi diakibatkan oleh kenaikan Indeks Konsumsi Rumah Tangga ( IKRT) sebesar 1,04 persen dan subkelompok BPPBM sebesar 0,09 persen.
4. Indeks Harga Konsumen Pedesaan
Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka inflasi/deflasi di wilayah pedesaan. Secara regional, Sumatera Barat pada bulan Januari 2014 terjadi inflasi di daerah pedesaan sebesar 1,08 persen bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Terjadinya infalsi di daerah pedesaan merupakan kontribusi dari sebagian besar kelompok komoditi, yaitu kelompok bahan makanan (2,06%), kelompok makanan jadi ( 0.23%), kelompok perumahan (0,75%), kelompok kesehatan (0,72%) dan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga (0,01%) dan kelompok transportasi dan komunikasi (0,35%). Sedangkan kelompok sandang mengalami deflasi sebesar 0,06 persen.
Tabel 2
Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Pedesaan Menurut Kelompok Pengeluaran Desember 2013-Januari 2014
(2012=100)
*) Persentase perubahan IHK Pedesaan Bulan Januari 2014 terhadap Bulan sebelumnya **) Persentase perubahan IHK Pedesaan Bulan Januari 2014 terhadap Bulan Desember 2013 ***) Persentase perubahan IHK Pedesaan Bulan Januari 2014 terhadap Bulan Januari 2013
Laju inflasi pedesaan tahun kalender 2013 sama dengan nilai inflasi pedesaan Januari 2014,
yaitu tercatat sebesar 1,08 persen. Sedangkan nilai inflasi pedesaan tahun ke tahun (year on year)
sebesar 6,43 persen.
Grafik 2
Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Januari 2012 – Januari 2014
0.85
Komposisi jumlah observasi dari 99 transaksi harga gabah di tujuh kabupaten di Sumatera Barat selama Januari 2014, didominasi Gabah Kering Panen (GKP) sebesar 91,92 persen dan Gabah Kualitas Rendah sebesar 8,08 persen.
Di tingkat petani, harga gabah tertinggi berasal dari gabah kualitas GKP varietas Cisokan, yaitu sebesar Rp 5.500,00,- per kg yang terjadi di Kabupaten Solok. Sedangkan harga terendah berasal dari gabah kualitas GKP varietas Ciherang, yaitu senilai Rp 3.900,00- per kg, terjadi di Kabupaten Pasaman.
Rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat petani naik 6,79 persen dari Rp 4.513,90,- per kg (Desember 2013) menjadi Rp 4.820,49,- per kg (Januari 2014), dan di tingkat penggilingan naik 6,95 persen dari Rp 4.593,49,- per kg (Desember 2013) menjadi Rp 4.912,66,- per kg (Januari 2014). Sementara itu, rata-rata harga gabah kualitas rendah di tingkat petani naik hingga 10,78 persen dari Rp Rp 4.150,00,- per kg (Desember 2013) menjadi Rp 4.597,50,- per kg (Januari 2014) dan di tingkat penggilingan naik 11,99 persen dari Rp 4.250,00,- per kg (Desember 2013) menjadi Rp 4.759,75,- per kg (Januari 2014). Untuk gabah kualitas GKG tidak dapat dibandingkan.
HARGA GABAH (GKP) DI PETANI NAIK 6,79%
Survei harga produsen gabah berasal dari 99 observasi di tujuh kabupaten di Sumatera Barat, yaitu:
Pesisir Selatan, Solok, Padang Pariaman, Agam, Tanah Datar, Limapuluh Kota, dan Pasaman. Rata-rata
harga gabah di tingkat petani bulan Januari 2014 dibanding bulan Januari 2014 untuk kualitas GKP
mengalami kenaikan sebesar 6,79 persen dari Rp 4.513,90- per kg (Desember 2013) menjadi Rp 4.820,49-
per kg (Januari 2014). Sementara di tingkat penggilingan harga gabah GKP naik sebesar 6,95 persen dari
Rp 4.593,49,- per kg (Desember 2013) menjadi Rp 4.912,66,- per kg (Januari 2014).
Tabel 3
Jumlah Observasi Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan, dan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Januari 2014
Kelompok Kualitas
Jumlah Observasi
Harga di Tk Petani (Rp/Kg) Rata-rata Harga Tkt Penggilingan
(Penggilingan) 1.562,66 46,65
Kualitas Rendah 8
5.500,00,- per kg dan Rp 5.609,00,- per kg.
Tabel 4
Perbandingan Rata-rata Harga Gabah Kualitas GKP di Sumatera Barat Desember 2013 s/d Januari 2014
No. Kabupaten
Tingkat Penggilingan (Rp/Kg) Tingkat Petani (Rp/Kg)
Nov.’13 Des.’13 Jan.’14 Bulan Jan. 2014 % Perubahan thdp. Des. 2013
Nov.’13 Des.’13 Jan.’14 Bulan Jan. 2014 % Perubahan thdp. Des. 2013
Rata-rata Harga Gabah Kualitas GKP di Tingkat Penggilingan Sumatera Barat Januari 2012 – Januari 2014
Berdasarkan Inpres No. 3 Tahun 2012 tentang Pengadaan Gabah/Beras dan Penyaluran Beras oleh
Pemerintah, telah ditetapkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang baru yang berlaku sejak tanggal 27
Februari 2012, yaitu untuk gabah kualitas GKP sebesar Rp 3.300,00,- per kg di tingkat petani dan Rp
3.350,00,- per kg di tingkat penggilingan, sedangkan HPP untuk gabah kualitas GKG sebesar
Rp4.150,00,- per kg di tingkat penggilingan. Pada pemantauan bulan Januari 2014 tidak ditemukan kasus
harga gabah yang berada di bawah HPP.
Badan Pusat Statistik
Provinsi Sumatera Barat
Jl Khatib Sulaiman No.48 Padang 25135 Telp. (0751)442158,442159, Fax.(0751)442161 Homepage : http://sumbar.bps.go.idEmail : sumbar@bps.go.id