• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL. Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Oleh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "JURNAL. Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Oleh"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL

Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

JUNI ELFINORA RAJAGUK-GUK NIM : 150200033

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN PERDATA BW

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(2)

Jenis Kelamin Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir

Sei Semayang, 21 Juni 1996 Kewarganegaraan Indonesia

Status Belum Kawin

Agama Kristen Protestan

Alamat Jalan Binjai KM 13 No. 44 No. Telepon 081396505585

Email [email protected]

Pendidikan Formal

Tahun Institusi Pendidikan Jurusan IPK

2003-2009 SD Negeri 101735 - -

2009-2012 SMP Negeri 1 Sunggal - -

2012-2015 SMA Negeri 1 Sunggal IPS -

2015-2019 Universitas Sumatera Utara Ilmu Hukum 3, 47

Data Orang Tua

Nama Ayah/ Ibu : Charles Raja Gukguk/ Netty Nababan Pekerjaan : Wiraswasta/ Ibu Rumah Tangga Alamat : Jalan Binjai KM 13 No. 44

(3)

Juni Elfinora Rajaguk-guk*

Muhammad Husni**

Puspa Melati Hasibuan***

Koperasi merupakan badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatan berdasarkan prinsip koperasi. Pasal 33 UUD 1945 ayat (1) merupakan suatu badan usaha yang sangat penting keberadaannya dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial bagi para anggotanya. Hal ini dikarenakan koperasi yang lebih mengutamakan peranan manusia dalam menumpuk modal secara bersama- sama unutk mencapai kesejahteraan bersama dalam mandiri. Hubungan antar manusia dalam lembaga hukum. Adapun yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini adalah Bagaimana aspek hukum perjanjian pada kegiatan koperasi simpan pinjam pada koperasi kredit harapan kita kota Medan, dan Bagaimana kajian tentang kedudukan koperasi kredit harapan kita kota Medan dalam terjadinya wanprestasi.

Dalam penulisan skripsi ini digunakan metode penelitian hukum normatif empiris yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti skunder terlebih dahulu untuk kemudian dilanjutkan dengan mengadakan penelitian terhadap data primer dilapangan. Normatif empiris juga merupakan penelitian yang mengkaji pelaksanaan atau implementasi ketentuan hukum positif secara faktual pada setiap peristiwa hukum tertentu. Pengkajian tersebut bertujuan unutk memastikan apakah hasil penerapan pada peristiwa hukum itu sesuai atau tidak dengan ketentuan Undang-Undang. Sehingga penelitian ini membutuhan data sekunder dan data primer.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa Koperasi Kredit Harapan Kita Kota Medan sudah berbadan hukum, perjanjian simpan pinjam dilakukan dengan mengajukan permohonan dan akan dinilai kelayakannya oleh Koperasi Kredit Harapan Kita Kota Medan apabila dirasa telah layak maka penandatannganan perjanjian kredit akan segera dilakukan. Masalah yang dihadapi Koperasi Kredit Harapan Kita Kota Medan adalah terjadinya wanprestasi yang dilakukan oleh anggotanya, penyelesaian wanprestasi yang dilakukan Koperasi adalah dengan cara memberikan peringatan dan dengan kata lain penyelesaian berdasarkan kekeluargaan yang secara kesepakatan antara kedua belah pihak.

Kata Kunci: Koperasi Kredit, Perjanjian Simpan Pinjam, Perikatan

* Mahasiswa fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

** Dosen Pembimbng I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

*** Dosen Dosen Pembimbing II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

(4)

Cooperatives are business entities consisting of cooperatives or legal entities by basing activities based on cooperative principles. Article 33 paragraph (1) of the 1945 Constitution is a business entity that is very important in its existence in improving economic and social welfare for its members. This is because cooperatives prioritize the role of humans in accumulating capital together to achieve mutual prosperity in an independent manner. Relations between humans in legal institutions. As for the problem in this thesis is how the legal aspects of the agreement on the activities of savings and loan cooperatives in credit cooperatives we hope the city of Medan, and how the study of the position of the cooperative credit hopes we Medan city in the event of default.

In writing this thesis, empirical normative legal research methods are used, namely research conducted by examining the secondary first and then proceed with conducting research on primary data in the field. Normative empirical research is also a study that examines the implementation or implementation of factually positive legal provisions at any particular legal event. The assessment aims to ascertain whether the results of the application of legal events are in accordance with or not with the provisions of the Act. So this research requires secondary data and primary data.

Based on the results of the study, it is known that the Medan Credit Harapan Kita Cooperative is a legal entity, a savings and loan agreement is made by submitting an application and will be assessed for its feasibility by Medan Credit Harapan Kita Cooperative if it is deemed feasible. The problem faced by the Harapan Kita Credit Cooperative in Medan City is the occurrence of defaults carried out by its members, the default settlement carried out by the Cooperative is by giving a warning and in other words a family-based settlement that is in agreement between the two parties.

Keywords: Credit Cooperatives, Savings and Loans Agreements, Engagement

*) Student of Faculty of Law University of North Sumatera

**) 1st Thesis Adviser of Law University of North Sumatera

***) 2nd Thesis Adviser of Law University of North Sumatera

(5)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada umumnya manusia itu dilahirkan seorang diri. Sebagai mahluk hidup, manusia tentu sangat berbeda dengan hewan. Hewan sebagai suatu mahluk hidup, begitu ia lahir begitu pula dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

Berbeda dengan manusia, manusia sebagai mahluk hidup mau tidak mau harus berhubungan dengan manusia yang lain demi memenuhi kebutuhan hidup satu sama lain yang tidak dapat dipenuhi apabila ia hanya hidup sendiri.1

Hakikatnya hidup merupakan anugrah dari Tuhan dan mempertahakannya merupakan hak semua manusia. Salah satu tujuan Negara Indonesia, seperti yang tersurat dialinea ke-4 Undang-Undang Dasar 1945, yaitu memajukan kesejahtraan umum. Pada kenyataannya masih banyak masyarakat Indonesia yang hidup di garis kemiskinan. Undang-undang Dasar 1945 khususnya Pasal 33 ayat (1) menyatakan bahwa perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Selanjutnya penjelasan pasal 33 antara lain menyatakan bahwa kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan bukan kemakmuran orang-seorang dan membangun perusahaan yang sesuai dengan itu ialah Koperasi.

Dewasa ini koperasi terus mengembangkan sayapnya dibidang usahanya untuk mengikuti perkembangan kebutuhan anggotanya yang terbatas, secara garis besar dengan melihat peluang dan kebutuhan ekonomi saat ini, koperasi simpan pinjam lebih murah dan kebutuhan ekonomi saat ini dibandingkan badan perkreditan lainnya seperti perbankan. Semakin banyaknya Koperasi di Indonesia maka perlu adanya perlindungan hukum yang mengatur kegiatan Koperasi. Walaupun Koperasi sendiri telah mempunyai Undang-Undang sendiri tetapi masih terdapat beberapa koperasi yang mempunyai masalah.

Ada perbedaan dalam hubungan simpan pinjam pada Koperasi sebagai suatu bentuk Perjanjian Pinjam Meminjam yang diatur dalam Kitab Undang- Undang Hukum Perdata, adanya persyaratan dimana peminjam tercatat sebagai anggota koperasi yang bersangkutan dan hanya dapat meminjam sejumlah uang

1Jusmadi Sikumbang, Mengenai Sosiologi Dan Sosiologi Hukum, Medan: Pustaka Press, 2012, hlm. 10-11

(6)

yang nominalnya diberikan berdasarkan pertimbangan jumlah simpanan yang dimiliki anggota tersebut dengan beberapa ketentuan lainnya.

Thomas Hobbes mengatakan “Bahwa tanpa perjanjian, kehidupan manusia menjadi terpencil, melarat, keji bersifat brutal, dan sesat”.

Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pada pasal 1313 KHUPerdata menyatakan bahwa “Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan drinya terhadap satu orang lain atau lebih.2

Dengan demikian, perjanjian merupakan salah satu dari dua dasar hukum yang ada selain dari undang-undang yang dapat menimbulkan perikatan.

Penulis merasa tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang bagaimana hubungan simpan pinjam pada koperasi sebagai salah satu bentuk perjanjian.

Maka dari latar belakang diatas penulis tertarik untuk mengetahui dan mempelajari bagaimana hubungan hukum perjanjian dengan koperasi simpan- pinjam dengan judul “ANALISIS HUBUNGAN SIMPAN PINJAM PADA KOPERASI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PERJANJIAN BERDASARKAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA (STUDI PADA KOPERASI KREDIT HARAPAN KITA KOTA MEDAN).”

2Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, pasal 1313

(7)

I. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. TINJAUAN UMUM ASPEK HUKUM PERJANJIAN PADA KEGIATAN USAHA SIMPAN-PINJAM PADA KOPERASI KREDIT HARAPAN KITA KOTA MEDAN

1. Definisi Perjanjian dan Dasar Hukum Perjanjian Pada Umumnya

Didalam kehidupan sehari-hari, istilah dari perjanjian sangat sering didengar dan juga sangat sering dilakukan oleh masyarakat misalnya: perjanjian jual beli, perjanjian sewa-menyewa, perjanjian simpan-pinjam, perjanjian tukar- menukar, dan jenis perjanjian lainnya.3

Perjanjian-perjanjian yang dibuat ini pada dasarnya berbentuk bebas.

Dapat diadakan secara lisan, dan dapat pula di terapkan dalam bentuk tulisan.

Namun perjanjian yang diterapkan dalam bentuk tulisan biasanya digunakan hanya sebagai alat bukti semata.4

Untuk mengetahui arti sebenarnya dari suatu perjanjian tidaklah mudah karena banyak pendapat para ahli hukum di dalam memberikan rumusan perjanjian tersebut. Dengan adanya berbagai pendapat tentang rumusan dari perjanjian tersebut. Penulis merasa perlu memberikan beberapa pengertian perjanjian menurut para sarjana.

Buku III KUHPeradata berbicara tentang perikatan (van verbibtenissen) yang memiliki sifat terbuka artinya isinya dapat ditentukan oleh para pihak dengan beberapa syarat yaitu tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan dan Undang-Undang.5Dalam pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Peradata menyebutkan bahwa “Perjanjian adalah suatu perbuatan yang satu atau orang lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.”

3. Novia Andrina, Op.Cit., hlm.21

4 Wan Sadjaruddin, Beberapa Sendi Hukum Perikatan, Medan: USU Press, 1992, hlm. 24

5 Handri Raharjo, Hukum Perjanjian di Indonesia, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2009, hlm 39.

(8)

Menurut Prof.Dr.Wrijono Prodjodikoro Perjanjian adalah : “Sebagai suatu perhubungan hukum mengenai harta benda antara dua pihak, dalam mana suatu pihak berjanji atau di anggap berjanji untuk melakukan suatu hal, sedang pihak lain berhak menuntut janji itu.”6

Menurut Mariam Darus Badrulzaman perjanjian ialah suatu hubungan yang terjadi antara dua orang atau lebih, yag terletak dalam bidang harta kekayaan, dengan mana pihak yang satu berhak atau prestasi dan pihak lainnya wajib memenuhi prestasi itu.7

2. Jenis-jenis Perjanjian dan Syarat Sahnya Suatu Prjanjian Perjanjian dapat dibedakan atas beberapa jenis yaitu:8

a. Perjanjian timbal balik adalah perjannjian yang dibuat dengan melektakan hak dan kewajiban kepada kedua pihak yang membuat perjanjian. Misalnya perjanjian jual beli pasal 1457 KUHPerdata dan perajanjian sewa-menyewa pasal 1548 KHUPerdata. Dalam perjanjian jual beli hak dan kewajiban ada di kedua belah pihak. Pihak penjual berkewajiban menyerahkan barang yang dijual dan berhak mendapatkan pembayaran dan pihak pembeli berkewajiban membayar dan hak menerima barangnya.

b. Perjanjian sepihak adalah perjanjian yang dibuat dengan meletakkan kewajiban pada salah satu pihak saja. Misalnya perjanjian Hibah.

Dalam hibah ini kewajiban hanya ada pada orang yang mengibahkan yaitu memberikan barang yang di hibahkan sedangkan penerima hibah tidak mempunyai kewajiban apapun. Perima hibah hanya berhak menerima barang yang di hibahkan tanpa berkewajiban apapun kepada orang yag menghibahkan.

6 Wirjono Prodjodikoro, Azas-asas Hukum Perjanjian, Mandar Maju, Bandung, 2000, hlm.7

7Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis. Alumni. Bandung . 1994. Hlm. 3

8 Sutarto, aspek-aspek Hukum Perkreditan pada bank, Bandung, Alfabeta, 2003, hlm. 82

(9)

c. Perjanjian dengan percuma adalah perjanjian menurut hukum terjadi keuntungan bagi salah satu pihak saja. Misalnya hibah (schenking) dan pinjam pakai pasal 1666 dan 1740 KUHPerdata.

d. Perjanjian konsensuil rill dan formil

Perjanjian konsensuil adalah perjanjian yang di anggap sah apabila telah terjadi kesepakatan antara pihak yang membuat perjanjian. Perjanjian rill adalah yang memelukan kata sepakat tetapi barangnya harus di serahkan. Misalnya perjanjian penitipan barang pasal 1741 KUHPerdata dan perjanjian menganti pasal 1754 KUHPerdata

Hal ini berarti bahwa para pihak bebas, tidak ada dari pihak manapun diluar perjanjian yang dibuatnya. Kebebasan melakukan perjanjian yang terkandung dalam pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata mengandung beberapa makna antara lain:

a. Setiap orang bebas untuk mengadakan atau tidak mengadakan perjanjian.

b. Setiap orang bebas untuk mengadakan perjanjian dengan siapapun juga.

c. Setiap orang bebas menentukan isi perjanjian.

d. Bebas menentukan syarat-syarat dalam perjanjian.

e. Setiap orang bebas menentukan terhadap hukum mana perjanjian itu tunduk.

Untuk sahnya suatu perjanjian menurut Pasal 1320 KUHPerdata ditetapkan sebagai berikut:

1. Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya 2. Cakap untuk membuat suatu perikatan

3. Suatu hal tertentu

(10)

4. Suatu sebab atau cuma yang halal

3. Analisis Implementasi Aspek Hukum Perjanjian Pada Kegaitan Usaha Koperasi Simpan Pinjam Pada Koperasi Kredit Harapan Kita Kota Medan

Dari pembahasan ini penulis berpendapat bahwa dalam hubungan simpan pinjam pada Koperasi Kredit Harapan Kita Kota Medan terdapat suatu bentuk perjanjian bersyarat. Pada hal ini hubungan simpan pinjam pada Koperasi Harapan Kita Kota Medan merupakan suatu jenis perjanjian pinjam meminjam dengan syarat tangguh. Untuk itu, Koperasi Kredit Harapan Kita Kota Medan memberikan persyaratan bahwa anggota baru dapat meminjam setelah memiliki masa keaktifan sebagai anggota Koperasi Kredit Harapan Kita Kota Medan selama minimal 6 bulan. Untuk itu pada masa 6 bulan tersebut, Koperasi Kredit Harapan Kita Kota Medan memeberikan penilaian dan pertimbangan jika seorang anggota mengajukan permohonan pinjaman kepada Koperasi Kredit Harapan Kita Kota Medan adalah seberapa teratur sianggota yang bersangkutan memenuhi kewajibannya yang melakukan simpanan dan seberapa besar simpanan saham yang dimiliki anggota tersebut.

Semakin besar simpanan yang dimilliki, semakin besar pinjaman yang dapat diberikan oleh Koperasi Kredit Harapan Kita Kota Medan kepada masing- masing anggotanya, karena semakin kecil resiko yang ada. Meskipun untuk beberapa permohonan pinjaman tertentu. Koperasi Kredit Harapan Kita Kota Medan bersedia memberikan pinjaman yang besarnya jauh lebih besar dari pada simpanan yang dimiliki anggotanya.

Hal ini dapat saja terjadi, tentunya dengan jaminan tertentu dan sesuai perjanjian yang telah disepakati. Hubungan simpan pinjam antara Koperasi Kredit Harapan Kita Kota Medan dan anggotanya merupakan suatu bentuk perjanjian pinjam meminjam dengan syarat tangguh, yaitu dimana perjanjian pinjaman tersebut baru akan dapat terjadi hanya bila terjadi jika anggota tersebut telah memiliki masa keaktifan selama minimal 6 bulan.

(11)

Dengan adanya keaktifan anggota minimal 6 bulan tersebut maka peminjaman dapat terlaksana, aggota yang aktif selama 6 bulan tersebut termasuk didalamnya menyimpan dana dan dalam keikut sertaan dalam kegiatan Koperasi Kredit Harapan Kita Kota Medan. Hal ini terkait dengan kondisi bahwa pinjaman yang diberikan, disesuaikan dengan besarnya simpanan saham yang dmiliki anggotanya masing-masing, yang tentunya tidak akan terjadi apabila simpanan anggotanya kosong.

B. KAJIAN TENTANG KEDUDUKAN KOPERASI KREDIT HARAPAN KITA KOTA MEDAN DALAM TERJADINYA WANPRESTASI

1. Sejarah Koperasi Pada Umumnya dan Kedudukan Hukum Pengurus Koperasi

Pada tahun 1949 pemerintah Indonesia mengganti UU No.91 Tahun 1927 dengan UU No. 179 Tahun 1949 yang pada hakekatnya adalah penterjemahan UU No. 21 Tahun 1927. Pada tahun 1958 pemerintah mengeluarkan UU No. 79 Tahun 1958 dan mencabut UU No. 179 Tahun 1949. UU No. 79 ini adalah undang-undang yang dibuat berdasarkan UUDS pasal 38 (kemudian menjadi UUD 1945 pasal 33).Setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959 pemerintah mengeluarkan PP No. 60 Tahun 1959 untuk menyesuaikan fungsi UU No. 79 Tahun 1958 dengan haluan pemerintah dalam rangka melaksanakan demokrasi ekonomi terpimpin. Pada tahun 1965 pemerintah mengganti PP No. 60 Tahun 1959 dengan UU No. 14 Tahun 1965. Undang-undang baru ini sangat dipengaruhi oleh konsep pemikiran komunisme. Hal ini tampak dari konsepsi dan aktivitas koperasi yang harus mencerminkan gotong-royong berporos NASAKOM. UU No. 14 Tahun 1965 hanya bertahan dua bulan karena setelah itu terjadi peristiwa G-30 S/PKI dan lahirnya Orde Baru.

Setelah dua tahun koperasi dikembangkan tanpa undang-undang, karena pengganti undang-undang yang lama belum ada, maka pada tahun 1967 pemerintah mengeluarkan UU No. 12 Tahun 1967 tentang pokok-pokok perkoperasian. Pada tahun 1992 pemerintah mencabut UU No. 12 Tahun 1967 karena dianggap sudah tidak relevan lagi dan mengeluarkan UU No. 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian.

(12)

Undang-Undang ini kemudian berlaku sampai sekarang.9 Pengembangan dan pemberdayaan koperasi nasional dalam kebijakan pemerintah selayaknya mencerminkan nilai dan prinsip perkoperasian sebagai wadah usaha bersama untuk memenuhi aspirasi dan kebutuhan ekonomi anggotanya. Dengan dasar itulah. Menteri Koperasi dan UKM Sjarifuddin Hasan mendorong percepatan realisasi atau revisi Undang-undang Koperasi Nomor 25 Tahun 1992. Pada medio Oktober 2012. Dewan Perwakilan Rakyat melalui Sidang Paripurna menyetujui Rancangan Undang-undang Perkoperasian Terbaru. Undang-undang Koperasi Nomor 25 Tahun 1992 perlu diganti, karena sudah tidak selaras dengan kebutuhan hukum dan perkembangan perkoperasian di Indonesia. Inilah landasan utama Kementerian Koperasi dan UKM untuk melahirkan Undang- undang Perkoperasian terbaru. Lahirnya Undang-Undang No. 17 Tahun 2012 menggantikan Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian dinilai memiliki beberapa kelemahan dan mewarisi tradisi perkoperasian kolonial. Salah satu contohnya adalah semangat koperasi dihilangkan kemandiriannya dan disubordinasikan di bawah kepentingan kapitalisme maupun negara.

Campur tangan pemerintah dan kepentingan pemilik modal besar sangat terbuka dalam undang-undang ini. Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Koperasi dijelaskan bahwa koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi. Dari definisi tersebut mengandung makna koperasi sebagai badan hukum yang tidak ada bedanya dengan badan usaha uang lain.

Undang-Undang No. 17 Tahun 2012 masih berlandaskan pada azas perseorangan yang hampir sama dengan perusahaan kapitalistik seperti Perseroan. UU Perkoperasian yang baru ini akan menggantikan UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian yang telah berumur 20 tahun. UU baru ini diharapkan dapat merevitalisasi peran koperasi dalam perekonomian nasional

9 http://lpkumkm-kepri.blogspot.com/2011/07/sejarah-undang-undang-koperasi.html, diakses selasa 02 April 2019 Pukul 13.40 Wib.

(13)

sekaligus menjawab berbagai tantangan era baru ini. Juga melindungi masyarakat dari praktik-praktik penipuan yang mengatasnamakan koperasi,”

tutur Wakil Ketua Fraksi PKS Bidang Ekonomi dan Keuangan sekaligus Anggota Panja RUU Perkoperasian Sohibul Iman dalam keterangannya. 10

2. Definisi Wanprestasi Dan Hal Yang Menyebabkan Terjadinya Wanpretasi

Wanprestasi berasal dari bahasa Belanda “wanprestastie”, yang artinya tidak dipenuhinya prestasi atau kewajiban yang telah ditetapkan terhadap pihak- pihak tertentu dalam suatu perikatan, baik perikatan yang dilahirkan dari suatu perjanjian ataupun perikatan yang timbul karena Undang-Undang.

Wanprestasi merupakan peristiwa hukum, yang mempunyai akibat hukum yang sangat besar, dan dalam praktek menimbulkan banyak sekali permasalahan, B.W. tidak memberikan batasan mengenai apa itu yang dimaksud dengan wanprestasi. Harus diakui bahwa istilah “wanprestasi” bukan merupakan istilah hukum Indonesia (dalam bahasa Indonesia).11 Namun karena diantara para sarjana belum ada kesepakatan mengenai istilah Indonesia untuk

“wanprestasi”, dalam buku ini kita akan tetap memakai istilah “wanprestasi”

karena istilah itu sudah umum dipakai, yang menunjukkan sudah umum diterima sebagai istilah kum Indonesia. Memang ada yang menerjemahkannya menjadi

“cidra janji” atau “Ingkar Janji”, tetapi penulis sendiri belum yakin bahwa terjemahan itu sudah secara umum diterima oleh para sarjana.12

Memang harus diakui bahwa kalau kita mendengar kata “Ingkar Janji”

atau “cidra janji”, sudah dengan sendirinya terbayang adanya sikap yang tidak benar pada orang yang tidak memenuhi janjinya itu. Karenanya dalam “cidra janji” atau “ingkar janji” sudah tersimpul adanya unsur salah, suatu unsur yang sebagai mana nanti dikemukakan merupakan unsur penting dalam peristiwa

10 https://fauziauzhe.wordpress.com/2013/10/06/undang-undang-koperasi-terbaru/, diakses selasa 02 April 2019 Pukul 13.40 Wib.

11 J. Satrio, Wanprestasi, Bandung: PT CITRA ADITYA BAKTI, 2012, hlm, 2

12 Vide Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Perjanjian, Bandung: PT CITRA ADITYA BAKTI, 2001, hlm. 18

(14)

“wanprestasi” sehingga antara wanprestasi dan ingkar janji memang sudah ada persamaannya.

Mengenai perumusan “wanprestasi” itu sendiri, sekalipun ada perbedaan dalam cara merumuskannya, pada umumnya para sarjana merumuskan sebagai berikut:13 “wanprestasi adalah suatu peristiwa atau keadaan, dimana debitur tidak telah memenuhi kewajiban prestasi perikatannya dengan baik, dan debitur punya unsur salah atasnya.” Maksud “unsur salah” adalah unsur salah pada debitur atas tidak dipenuhi kewajiban itu sebagaimana mestinya.

Kalau Buku III B.W mengatur tentang hukum perikatan, yang merupakan bagian dari hukum kekayaan yang bersama dengan hukum keluarga merupakan pokok dari hukum perdata, dimana hukum perjanjian merupakan bagian dari pada kiranya, dengan perumusan “wanprestasi” orang dalam kehidupan bermasyarakat sekarang ini, dari pagi hingga petang tidak pernah bisa lepas dari mengadakan hubungan hukum dengan orang lain dalam wujud menutup perjanjian. Sudah sepantasnya orang tahu bagaimana kedudukan hukumnya dalam perjanjian yang ia tutup. Bukankah selalu ada saja kemungkinan, hubungan kontraktual itu tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan dan karenanya orang ingin tau apa akibatnya.

Sehubungan dengan perumusan luas, baik yang dianut oleh doktrin maupun yurisprudensi , maka perbuatan melawan hukum meliputi:14

1. Perbuatan yang melanggar hak subjektif orang lain,

2. Melanggar kewajiban hukumnya sendiri (kedua-duanya sebagaimana dirumuskan dalm undang-undang,

3. Melanggar etika pergaulan hidup (goede zeden), dan

4. Melanggar kewajiban sebagai anggota masyarakat untuk, dalam pergaulan hidup, secara patut memperhatikan kepentingan diri dan hartanya orang lain (maatschappelijke betamelijheid).

13 J. Satrio, Op.Cit., hlm, 3

14 Ibid,.hlm. 4

(15)

Menurut ahmadi Miru wanprestasi itu dapat berupa15: 1. Sama Sekali Tidak memenuhi prestasi 2. Prestasi yang dilakukan tidak sempurna 3. Terlambat memenuhi prestasi

4. Melakukan apa yang di dalam perjanjian dilarang untuk dilakukan.

3. Kajian Tentang Kedudukan Koperasi Kredit Harapan Kita Kota Medan dalam Terjadinya Wanprestasi

Koperasi Kredit Harapan Kota Medan atau sering disebut dengan CU.

Harapan Kita merupakan koperasi yang memfokuskan kegiatan usahanya sebagai unit simpan pinjam yang berlokasi di JL. Medan Belawan KM. 20,5.

Mulanya berdiri Koperasi ini ada tanggal 17 juli 1992. Tujuan dari berdirinya Koperasi ini adalah untuk memberikan kesejahteraan dan membantu perekonomian anggota dan masyarakat yang bergabung didalam Koperasi Harapan Kita Kota medan tersebut. Koperasi Harapan Kita yyang berada di Medan Belawan ini termasuk Koperasi Pusat. Koperasi Harapan Kita memiliki beberapa cabang pendirinya.

Sudah 27 tahun berdirinya Koperasi Harapan Kita berkarya dan memberikan pelayanan simpan pinjam kepada para anggotanya. Namun tidak dapat dipungkiri perkembangan Koperasi Kredit Harapan Kita ini mengalami pasang surut selama berdirinya koperasi ini. Tercatat sampai tahun ini jumlah anggota Koperasi Kredit Harapan Kita berjumlah kurang lebih 65.000 jiwa.16 Koperasi Kredit Harapan Kita Kota Medan memiliki keebihan dan kekurangan selama 27 tahun ini, yang mana kelebihan tersebut dikatakan oleh bapak Rantodis Laia adalah memberi kesahjateraan dan meningkatkan perekonomian anggota Koperasi Harapan Kita, sedangkan kekurangan Koperasi ini adalah

15 Ahmadi Miru, Hukum Perikatan, Jakarta: Rajawali Pers, 2008, hlm.12

16 Bapak Rantodis Laia, Kepala Seksi SDM dan PROMBANG, Dokumen beserta Wawancara pada hari senin 18 Maret 2019 Pukul 11.40 Wib.

(16)

anggota Koperasi banyak tidak mematuhi peraturan yang ada dan sering membuat kredit macet.17 Koperasi Kredit Harapan Kita beroperasi setiap Senin- Sabtu, dimulai pukul 08.00 WIB – pukul 17.00 WIB. Koperasi Harapan Kita Kota Medan ini sudah berbadan hukum sendiri, adapun pengesahan Badan Hukum tersebut pada tanggal 10 juli 2000, dan No. Pengesahan Badan Hukum tersebut adalah 455/BH/KDK/2.17/VII/2000. Sejauh ini keberadaan Koperasi Harapan Kita sangat membantu perekonomian masyarakat khususnya anggota didalamnya dengan beragam suku bangsa, ras, dan agama.

Berdasarkan Undang-Undang perkoperasian, disebutkan bahwa Koperasi memperoleh status badan hukum setelah akta pendirianya disahkan oleh Pemerintah. Pengesahan akta pendirian diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia. Koperasi Harapan Kita Kota Medan adalah Koperasi yang terbesar diwilayah kota Medan dan mempunyai keanggotaan terbanyak.18

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa Koperasi Kredit Harapan Kita telah menjadi Koperasi yang sudah berbadan hukum, berdirinya Koperasi sejak tahun 1992 dan pengesahan Koperasi menjadi Badan Hukum yang sah pada tahun 2000. Dengan mendapatkan status badan hukum yang sah, maka Koperasi Harapan Kita Kota Medan menjadi subjek hukum yang memiliki hak dan kewajiban, sehingga terhadap pihak ketiga apabila diperlukan dapat dengan jelas dan tegas mengetahui siapa yang dapat diminta bertanggung jawab atas jalanya usaha badan hukum koperasi tersebut.

Berdasarkan sistem Eropa Kontinental yang dianut oleh yang dianut oleh Indonesia, kedudukan pengurus Koperasi adalah sebagai alat kelengkapan suatu badan hukum, dimana tindakan dianggap pula sebagai tindakan badan hukum, bukan atas nama pribadi. Alat perlengkapan adalah jabatan yang diciptakan dalam struktur organisasi Koperasi. Jabatan ini dilengkapi dengan tugas dan wewenang tertentu yang ditetapkan dalam undang-undang yang

17 Bapak Rantodis Laia, Kepala Seksi SDM dan PROMBANG, Dokumen beserta Wawancara pada hari senin 18 Maret 2019 Pukul 11.40 Wib.

18 Bapak Rantodis Laia, Kepala Seksi SDM dan PROMBANG, Dokumen beserta Wawancara pada hari rabu 20 maret 2019

(17)

mengatur tipe badan hukum yang demikian itu. Pejabat-pejabat yang dipilih untuk mengisi jabatan tersebut adalah manusia-manusia pribadi. Para pejabat itu mennduduki jabatannya selama masa jabatan yang ditentukan. Tindakan pejabat dianggap sebagai tindakan-tindakan badan hukum.

Koperasi Kredit Harapan Kita Kota Medan sudah berbadan hukum, telah dijelaskan sebelumnya bahwa kedudukan pengurus Koperasi adalah sebagai alat kelengkapan suatu badan hukum, dimana tindakannya dianggap pula sebagai tindakan badan hukum, bukan atas nama pribadi. Maka dari itu karena Koperasi Kredit Harapan Kita Kota Medan telah berbadan hukum, ini membuat kepengurusan utuk menjalankan tugasnya dibawah naungan hukum.

Koperasi Kredit Harapan Kita Kota Medan pernah mengalami peristiwa wanprestasi atau kredit macet, dimana bila terjadinya wanprestasi ini tindakan Koperasi Harapan Kita pertama mengaju kepada perjanjian yang telah disepakati antara kedua belah pihak, jika perjanjian itu tidak dijalankan oleh anggota yang meminjamnya maka tindakan selanjutnya yang dilakukan Koperasi Harapan Kita adalah memberikan peringatan secara tertulis, hingga sampai ketiga kali peringatan tersebut tidak ditangapi oleh sipeminjam, maka Koperasi Kredit Harapan Kita Kota Medan memberikan wewenang kepada tim lapangan yang akan pergi kerumah anggota yang meminjam tersebut, jika sipeminjam lari dan tidak membayar pinjaman tersebut, Koperasi Kredit Harapan Kita mempunyai 6 Departemen, dimana 6 departemen ini ada satu terkhusus bertugas untuk mengawasi, menagih anggota-anggota yang bermasalah setiap unit dan setiap anggota yang bermasalah disetiap unit itu dinamakan unit khusus, unit khusus ini ditangani oleh departemen PKM (Pengendali Kredit Macet) .

Jadi Koperasi Kredit Harapan Kita Kota Medan ada satu departemen yang langsung menangani masalah-masalah seperti ini yaitu departemen PKM.19 Koperasi Kredit Harapan Kita Kota Medan masih mempunyai faktor kekeluargaan sehingga jika anggota melakukan tindakan wanprestasi, maka Koperasi Kredit

19 Bapak Rantodis Laia, Kepala Seksi SDM dan PROMBANG, Dokumen beserta Wawancara pada hari rabu 20 maret 2019.

(18)

Harapan Kita Kota Medan tidak langsung melaporkan anggota tersebut kepihak yang berwajib atau langsung menuju hukum tetapi Koperasi melakukan beberapa langkah untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, jika tidak dapat diatasi maka Koperasi Harapan Kita Kota Medan dapat membuat permasalahan ke meja pengadilan.

Melihat hal ini, bahwa terdapat pemisahan harta kekayaan dan tanggung jawab antara pengurus dan Koperasi Kredit Harapan Kita Kota Medan, dimana dalam hal ini pengurus bertindak sebagai organ pelengkap yang menjalankan fungsi Koperasi Kredit Harapan Kita Kota Medan tersebut. Koperasi Kredit Harapan Kita bertanggung jawab atas segala permasalahan yang terjadi didalam kegiatan usahanya, termasuk pertanggungjawaban dalam hal terjadinya wanprestasi.

(19)

II. PENUTUP

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan mengenai hubungan simpan pinjam yang adalah kegiatan usaha dari Koperasi Kredit Harapan Kita Kota Medan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Ditinjau dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata hubungan simpan pinjam yang merupakan kegiatan usaha Koperasi Kredit Harapan Kita Kota Medan memang benar telah memenuhi unsur-unsur perjanjian sebagaimana diatur dalam KUHPerdata. Hubungan simpan pinjam tersebut telah memenuhi unsur-unsur kredit pada perbankan. Hal ini dikarenakan adanya beberapa persyaratan yang diberikan oleh Pihak Koperasi Kredit Harapan Kita Kota Medan sebelum terjadinya perjanjian Kredit tersebut. Dengan dimikian, melihat keberadaan persyaratan yang harus dipenuhi sebelum terjadinya suatu perjanjian, maka hubungan simpan pinjam antara Koperasi Kredit Harapan Kita Kota Medan dengan anggotanya dikategorikan sebagai suatu bentuk perjanjian pinjam meminjam dengan syarat tangguh

2. Koperasi Kredit Harapan Kita Kota Medan sudah berbadan hukum, kedudukan pengurus Koperasi adalah sebagai alat kelengkapan suatu badan hukum, dimana tindakannya dianggap pula sebagai tindakan badan hukum, bukan atas nama pribadi. Maka dari itu karena Koperasi 3. Kredit Harapan Kita Kota Medan telah berbadan hukum, ini membuat

kepengurusan untuk menjalankan tugasnya dibawah naungan hukum.

terdapat pemisahan harta kekayaan dan tanggung jawab antara pengurus dan Koperasi Kredit Harapan Kita Kota Medan, dimana dalam hal ini pengurus bertindak sebagai organ pelengkap yang menjalankan fungsi Koperasi Kredit Harapan Kita Kota Medan tersebut. Koperasi Kredit

(20)

Harapan Kita bertanggung jawab atas segala permasalahan yang terjadi didalam kegiatan usahanya, termasuk pertanggungjawaban dalam hal terjadinya wanprestasi.

B. SARAN

Saran yang dapat diberikan penulis terkait penelitian ini yaitu:

1. Anggota yang ingin mengajukan kredit sebaiknya benar-benar mempersiapkan persyaratan yang ditentukan pihak Koperasi Kredit Harapan Kita Kota Medan.

2. Meskipun Koperasi Kredit Harapan Kita Kota Medan adalah Koperasi yang masih menimbulkan faktor kekeluargaan, Koperasi Harapan Kita Kota Medan lebih ,mengambil sikap atau tindakan yang lebih tegas dalam menghadapi anggota yang berwanprestasi sehingga anggota tidak menyepelekan suatu perjanjian simpan pinjam agar kredit macet dapat diminimalisir, dimana halnya bertujuan agar kegiatan perjanjian simpan pinjam pada Koperasi Kredit Harapan Kita Kota Medan dapat berjalan dengan lancar sebagaimana mestinya demi tercapainya tujuan koperasi yaitu terwujudnya kesejahteraan anggota.

(21)

DAFTAR PUSTAKA A. Buku

Ali, Zainuddin. 2009. Metode Penelitian Hukum. Jakarta. Sinar Grafika.

Amirin, M, Tatang. 2000. Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta. Raja Grafindo Persada.

Badrulzaman, Darus, Mariam. 2001. Kompilasi Hukum Perikatan. Jakarta. Citra Aditya Bakti.

Badrulzaman, Darus, Mariam. 1994. Aneka Hukum Bisnis. Bandung. Alumni.

Dkk, Chaniago, Arifinal. 1973. Pendidikan Perkoperasian Indonesia. Bandung.

Angkasa.

Hadhikusuma, Rahadja, Sutantya, R.T. 2000. Hukum Koperasi Indonesia.

Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.

Harahap, Yahya, M. 1986. Segi-segi Hukum Perjanjian. Bandung. PT.alumni Hernoko, Yudha, Agus. 2010. Hukum Perjanjian Asas Proposionalitas Dalam

Kontrak Komersial. Jakarta. Kencana Prenada Group

H.S., Salim. 2006. Hukum Kontrak. Jakarta. Sinar Grafika.

Ibrahim, Johannnes. 2004. Kartu Kredit-Dilematis Antara Kontrak dan Kejahatan.

Bandung. Refika Aditama.

Kansil, T, S, C. 1986. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta. Balai Pustaka.

Koermen. 2008. Manajemen Koperasi Terapan. Jakarta, Sinar Grafika.

Meliala, Qirom, A. 1985. Pokok-pokok Hukum Perikatan Beserta Perkembangan.

Yogjakarta. Liberty.

Mertokusumo, Sudiksno. 1998. Mengenai Hukum. Yogyakarta. Liberty.

(22)

Merzuki, Mahmud, Peter. 2010. penulisan Hukum. Jakarta. Kencana Prenada Group.

Miru, Ahmadi. 2008. Hukum Perikatan. Jakarta. Rajawali Pers.

Patrik, Purwahid. 1994. Dasar-dasar Hukum Perikatan. Bandung. Mandar Maju.

Pramono, Nindyo. 1986. Beberapa Aspek Koperasi pada Umumnya dan kopersi Indonesia didalam perkembangan. Yogyakarta. TPK Gunung Mulia.

Prodjodikoro, Wirjono. 1981. Hukum Perdata Tentang Persetujuan-Persetujuan Tertentu. Sumur Bandung. Raja Grafindo Persada.

Prodjodikoro, Wirjono, Vide. 2001. Asas-Asas Hukum Perjanjian. Bandung.

PT Citra Aditya Bakti.

Raharjo, Handri. 2009. Hukum Perjanjian di Indonesia. Yogyakarta. Pustaka Yustisia.

R. Subekti. 1970. Hukum Perdjandjian. Jakarta. Pembimbing Masa.

Sadjaruddin, Wan. 1992. Beberapa Sendi Hukum Perikatan. Medan. USU Press.

Satrio, J. 2002. Hukum Perikatan, Perikatan yang lahir dari Perjanjian. Bandung.

Citra Aditya Bakti.

Satrio, J. 2012. Wanprestasi. Bandung. PT Citra Aditya Bakti.

Setiawan. 1985. Pokok - Pokok Hukum Perikatan Beserta Perkembangannya.

Yogjakarta. Liberty.

Siahaan, Haposan, Rudy. 2017. Hukum Perikatan Indonesia. Malang.

Inteligensia Media.

Sikumbang, jusmadi. 2012. Mengenai Sosiologi dan Sosiologi Hukum. Medan.

Pustaka Press.

(23)

Siregar, Anshari, Tampil. 2005. Metodologi Penelitian Hukum. Medan. Pustaka Bangsa Press.

Soekanto, Soerjono. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta. Universitas Indonesia.

Sofwan, Masyohen, Soedewi, Sri. 1981. Hukum Acara Perdata Indonesia dalam Teori dan Praktek. Yokyakarta. Liberty.

Subekti. 2004. Hukum Perjanjian. Jakarta. PT.Intermasa.

Sutarto. 2003. Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Pada Bank. Bandung. Alfabeta.

Syahrani, Riduan. 2004. Seluk-Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata. Bandung.

B. Skripsi

Andrina, Novia. 2013. Aspek Hukum Perjanjian Terhadap Pemberian Kredit Usaha Mikro Oleh Pihak Bank Kepada Nasabah. Medan.

C. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 Alinea ke-4.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 Pasal 33 ayat (1).

Penjelasan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, Pasal 33.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian, Pasal 1 ayat (1).

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian, Pasal 44 ayat (2).

Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian, Pasal 66.

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

D. Internet

(24)

http://lpkumkm-kepri.blogspot.com/2011/07/sejarah-undang-undang- koperasi.html, diakses selasa 02 April 2019 Pukul 13.40 Wib.

https://fauziauzhe.wordpress.com/2013/10/06/undang-undang-koperasi-terbaru/, diakses selasa 02 April 2019 Pukul 13.40 Wib.

E. Wawancara

Bapak Rantodis Laia, Kepala Seksi SDM dan PROMBANG, Dokumen beserta Wawancara pada hari Senin – Rabu 18 - 20 Maret 2019.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam KUHP ( Kitab Undang-Undang Hukum Pidana), tidak ada penjelasan yang pasti mengenai korporasi sebagai subjek hukum pidana, dikarenakan secara teoritis, subjek hukum yang

Apabila terjadi hal demikian maka para wajib pajak yang akan membayar Pajak Kendaraan bermotor yang sudah jatuh tempo pada hari itu juga harus mendatangi Kantor Bersama

Menimbang, bahwa menurut saksi Zulkifli Abubakar, atas tindakan yang telah dilakukan Tergugat sudah diingatkan sejak Tergugat mulai bertugas sampai ia tidak

Keterkaitannya dengan illegal fishing terletak pada pengaturan garis batas ZEE yang sering digunakan oleh pelaku illegal fishing sebagai tempat pelarian dari

dan saksi Dedi Irwanto Tarigan (Anggota Kepolisian Ditresnarkoba Polda Sumut) melakukan penyamaran dengan berpura-pura akan membeli kosmetik berupa Temulawak Cream

1) Selama masih dalam pemeriksaan dan untuk mencegah kerugian yang lebih besar, pemilik Merek dan/atau penerima Lisensi selaku penggugat dapat mengajukan permohonan

3) Periksa dengan seksama kondisi kamera dan lensa tersebut, mulai dari kondisi fisik dan tombol-tombol fungsi produk. 4) Cek kelengkapan dari paket tersebut, mulai

Maka dengan demikian, berdasarkan pembahasan yang dijelaskan sebagaimana yang dimaksud di atas, timbul keinginan untuk mengkaji tentang keringanan pajak sebagai bentuk insentif