• Tidak ada hasil yang ditemukan

ESTETIKA TARI ZAPIN API PADA MASYARAKATMELAYU RUPAT RIAU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ESTETIKA TARI ZAPIN API PADA MASYARAKATMELAYU RUPAT RIAU"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

ESTETIKA TARI ZAPIN API PADA MASYARAKATMELAYU RUPAT RIAU

SKRIPSI

DIKERJAKAN OLEH :

NAMA: RIZKY RAMADANI NAINGGOLAN NIM : 150702008

PROGRAM STUDI SASTRA MELAYU FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2020

(2)
(3)

Judul skripsi: Estetika Tari Zapin Api Pada Masyarakat Melayu Rupat Riau

Suatu Kajian Estetika dalam Tari

Oleh: Rizky Ramadani Nainggolan

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul estetika yang terdapat pada tari Zapin Api, tarian ini membahas tentang estetika dalam tarian Zapin Api yang memiliki nilai keunikan tersendiri dan kental dengan unsur mistik. Pasalnya sebelum tarian dimulai, para penari yang terdiri dari lima orang bertelanjang dada ini mengitari dupa kemenyan yang sudah dibakar.

Di tengah lapangan sudah disiapkan sabut kelapa yang sudah dibakar untuk pertunjukan. Pertunjukan ini dipimpin seorang khalifah yang kemudian membacakan doa-doa.

Semua pengunjung diinstruksikan agar tidak menyalakan api dalam bentuk apa pun. Musik pengiring yang berasal dari petikan dawai gambus, gendang, dan marwas (alat musik khas melayu Riau) seolah menjadi mantra untuk memanggil arwah. Suasana mencengkram muncul ketika khalifah mengeraskan suara lantunan doa-doa.

Pada Skripsi iniada dua rumusan masalah yaitu estetika yang terkandung dalam tarian Zapin Api dan sikap masyarakat terhadap tarian Zapin Api. teori yang digunakan dalam penelitian ini ialah teori estetika subjektif dan objektif. Metode dasar yang digunakan metode kualitatif deskriftif dengan melakukan penelitin di Pulau Rupat Utara, Kab Bengkalis, Desa Teluk Rhu. Setelah penulis melakukan penelitian selanjutnya menguraikan dan menganalisis data, maka dapat disimpulkan bahwa tari tarian Zain Api mengandung nilai keunikan dan keindahan tersendiri yang terkandung baik di dalam ritual sebelum memulai tarian, gerak, alat musik, serta busana yang dikenakan. Hasil penelitian ini sebagai refrensi sebagai kepustakaan khususnya mengenai estetika dalam tari, dan memberi wawasan baru dalam kebudayaan nasional khususnya tari Zapin Api, dan menginventarisasi khazana budaya Melayu.

Kata kunci: Estetika, Tari, Zapin Api, Melayu.

(4)

ركس لودىج ڤ

:س يلايَ

٢ بکيتيتسيا ڤ

از يربت د ڤ

ا ٍي ڤ ي ڤ ور ىيلاي تکربشي د ڤ

وبيير ت

يربت ىناد بکيتيتسيا ٍيجبک ىتاىس

:هنوا يءبَ يَادبيار يكذر ڬڠ

ٍنو

کرتسثا

ڤ ي بکيتيتسيا يلايَ لودىجرث ٍيا ٍيتيهَ

ڠ ادرت ڤ ت ڤ از يربت د ڤ

ا ٍي ڤ ادا ، ڤ ٌو ڤ يرد يريدرت ههئسي ٍسىيور ٢

ي بکيتيتسيا يلايَ ىتيءبي ودَبکرتڠ

از ٍيربت ىنادڠ ا ٍيڤ

کيس ٌاد يڤ دبهرت تکربشيڤ

از ٍيربتڤ ا ٍيڤ

يرىيت۔ڤ

ي ڠ د ݢ ىناد ٍکبَو ڤ

ا ٍيتيهَ

فتكجثوا ٌاد فيتکيجثىس بکيتيتسيا يرىيت هنبيا ٍي

۔ ي رساد يدىتيي ڠ

د ݢ يدىتيي ٍکبَو

د فتفركسد فيتبتيناىک ٍکىکلاي ٌڠ

د ٍتيهَڤ ور ولاوڤ

ة تك ،ربتوا تڤ ىهر قىهت بسيد ،سنبكڠ

ههتس۔ سينىَڤ

ٍکىکلاي ڤ

تىجُهس ٍيتيهَ

ڽ و ڠ و ٌاد ٍکيارو ڠ

اد کي ،تاد سيسينبَا ڤ

ىيسد ت ڤ يربت اىهث ٍکنو ا ٍيز ٍيربت

ڤ ي

ڠو ڠودَ

ي يريدُسرت ٍهدُيأک ٌاد ٍکيَوأک يلايَ

ودَبکرتڠ ،ٍيربت يءلاىًي وىهجس لاىتير ىناد د قيءبثڠ

تنا ،كرڬ

ي بَبسىث بترس ،كسىي ڠ

ٍكبُكيد

۔ ميصبح ڤ بجس ٍيا ٍيتيهَ

ݢ بجس سَرفر يا ݢ

ک يا ڤ صىصخ ٌءبکبتسو ڽ

و ڠ يءبَ

ىناد وربث ٍسواو يرجًي ٌاد ،ربت ىناد بکيتيتسيا صىصخ مَىيسبَ ٌءبيادىجک

از يربت ڽ ا ٍيڤ

و ٌاد ،ڤ

ٌڠ يسبسيربتَۏ

ىيلاي بيادىث بَاذبكخ

۔

چَىك تبک از ،ربت ،كيتتسيا :

ڤ ا ٍي ڤ ىيلاي ،

۔

(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhana wa’taala karena berkat lipahan rahmat,hidayatnyah, dan karuniaNya yang telah memberikan limpahan anugrah kesempatan dan pemikiran kepada penulis, sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini pada waktunya. Adapun judul skripsi ini “Estetika Tari Zapin Api Rupat Riau”. skripsi ini guna unuk memenuhi syarat starata S-1 di Program studi Sastra Melayu, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara .

Penulisan skripsi ini, penulis susun semaksimal mungkin yang mendapat bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar penyelesaian skripsi ini. Untuk itu penulis meyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran guna membangun kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis hanya bisa berharap bahwa dibalik ketidak sempurnaan kepenulisan ini dapat memberikan manfaat atau hikmah bagi penulis, pembaca, dan seluruh kalangan yang membutuhkan.

Medan, Desember 2020

Rizky Ramadani Nainggolan NIM :150702008

(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dukungan dari berbagai pihak.penulis secara khusus mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu. Penulis banyak menerima bimbingan, petunjuk dan bantuan serta dorongan dari berbagai pihak baik yang bersifat moral maupun material.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Allah SWT dengan segala rahmat serta karunia-Nya yang memberikan kekuatan bagi

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Budi Agustomo, M.S., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatra Utara.

3. Kepada Ibunda Dr.Rozanna Mulyani, M.A. Selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan bimbingan, arahan, dorongan, dan semangat kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Teristimewa Kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Salim Nainggolan dan Ibunda Rahmayanti Chaniago yang selalu membanjiri doa serta peluh dalam keikhlasaan tiada henti, dan selalu menabur cinta, tanpa mereka penulis tidak akan sampai pada tahap ini.

5. Kepada Abang semata wayang penulis windrianto Nainggolan serta adik-adik penulis Wahyudi Gibran , Razlina Mardika, Mustafa Khemal, Rafiqa Sahalimah,dan jantung hati Wira Nainggolan yang dengan penuh kasih perhatian dan doanya telah memberi dukungan kepada penulis.

6. Kepada Paman, Etek, Wawak, Nenek Kakek,dan Bapak yang selalu mendukung penulis hingga sampai kepada tahap terakhir dalam perkuliahan.

(7)

7. Kepada tata usaha prodi Sastra Melayu kak tri dan bang yogo terima kasih banyak sudah membantu penulis dalam mengurus segala berkas dan surat menyurat untuk kelengkapan dan kelancara skripsi.

8. Kepada terkasih Adi Mardiansyah terimakasih sudah menyemangati penulis dan memberi dukungan serta meluangkan waktu untuk menemani penulis dalam penyusunan skripsi.

9. Kepada Sanggar Petak Semai Pulau Rupat Utara dan seluruh Informan yang terlibat dalam penelitian penulis yang telah meluangkan waktu untuk penulis untuk melakukan penelitian di Desa Teluk Rhu Rupat Utara, Riau.

10. Teman-teman seperjuangan dari awal perkualiahan hinggan skripsi,Risa,Emon, kak Nining, Umma, Melati, Nawawi, Mardiah serta teman-teman lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih telah memberikan dukungan, semangat, motivasi, serta doa hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

11. Saudara - saudara penulis di Teater”O”, IMSAM, dan Kakak-kakak tersayang kak Putri, kak Novi,kak Ipeh yang selalu mengingatkan dan menegur penulis jika lalai dalam pengerjaan skripsi ini.

12. Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam mengerjakan skripsi ini. Namun, penulis hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kekurangan dan kehilafan, begitu pula dengan skripsi ini. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca yang sifatnya membangu.

(8)

Semoga Allah SWT senantiasa membalas semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti lain umumnya kepada para pembaca.

Medan, 27 Desember 2020 Penulis,

Rizky Ramadani Nainggolan 150702007

(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRAK JAWI...ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPANTERIMAKASIH...iv

DAFTAR ISI ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

2.1 Kepustakaan Yang Relevan ... 10

2.2 Gambaran Umum Tentang Zapin Api ... 11

2.3 Sejarah Singkat dan Perkembangan Tari Zapin Api ... 11

2.4 Teori Yang Digunakan ...……….15

2.4.1 Gambaran Umum Tentang Estetika...………..…15

2.4.2 Teori Estetika...……….16

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 18

3.1 Metode Dasar ... 18

3.2 Lokasi Penelitian ... 18

3.3 Instrumen Penelitian ... 19

3.4 Sumber Data ... 19

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 19

(10)

BAB IV PEMBAHASAN ... 22

4.1 Nilai Estetika yang Terkandung dalam Tari Zapin Api ... 22

4.1.1 Nilai Estetika yang Terkandung pada Ritual Sebelum Memulai Tari Zapin Api 22 4.1.2 Nilai Estetika yang Terkandung Dalam Busana ... 29

4.1.3 Nilai Estetika yang Terkandung Dalam Musik Zapin Tari Api ... 32

4.1.4 Nilai Estetika yang Terkandung Dalam Gerak Tari Zapin Api ... 37

4.2 Sikap Masyarakat Melayu Terhadap Tarian Zapin Api ... 44

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 46

5.1 Kesimpulan ... 46

5.2 Saran ... 48 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN DOKUMENTASI GAMBAR DAFTAR INFORMAN

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

`1.1 Latar Belakang Masalah

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki berbagai kebudayaan yang berbeda antara satu dengan yang lainya, kebudayaan ini tersebar di tanah air dari Sabang sampai Merauke. Budaya adalah salah satu identitas dari setiap daerah yang harus dilestarikan dan dikembangkan. Budaya Melayu merupakan budaya yang berkembang dan tersebar tidak hanya di Pulau Sumatra bahkan Riau, Malaysia, Singapura, Brunai Darusalam bahkan menyebar hingga sampai ke Sri Langka, Madagaskar, dan pulau Cocos (Australia).

Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 32 telah mengamanatkan bahwa negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya.

Seni adalah salah satu unsur kebudayaan, yang dalam konteks pengkajianya diperlukan ilmu-ilmu seni, seni tubuh, berkembang, dan berfungsi dalam kebudayaan manusia di seluruh dunia ini. Seni dalam konteks kebudayaan eksis karena setiap manusia membutuhkan pemuasan akan keindahan di dalam kehidupanya. Begitu pula dalam konteks agama Islam, dijelaskan bahwa Allah menyukai keindahan. Jadi kalau sang pencipta saja menyukai keindahan, pastilah makhluk yang diciptakanya, termasuk manusia, menyukai keindahan pula (Takari & Fadlin, 2004: 11)

Begitu pula jika keindahan itu diekspresikan melalui media ruang dan waktu, terutama oleh gerak serta tenaga maka disebut dengan seni tari. Tarian di anggap suatu bentuk seni yang pertama diusahakan oleh manusia karena tidak memerlukan peralatan apa pun, kecuali tubuh/badan manusia. Misalnya menggunakan tarian sebagai alat berkomunikasi dengan roh

(12)

nenek moyang yang dipercayai oleh masyarakat pada zaman dahulu tentang fenomena yang akan terjadi.

Tarian menjadi bagian yang sangat penting dan berfungsi pada masyarakat zaman dahulu. Ia membentuk dasar menggambarkan fenomena yang akan terjadi, yang tidak dapat diduga dan dimengerti (Nasruddin, 19994: 1).

Menurut Herkovits dalam Soekanto (1993: 162) untuk memahami esensi hakikat kebudayaan, harus dapat memecahkan paradoks-paradoks dalam kebudayaan, paradoks-paradoks itu adalah:

a. Dalam pengalaman manusia maka kebudayaan bersifat universal, tetapi setiap manifestasinya secara lokal maupun regional adalah khas (Unique).

b. Kebudayaan bersifat stabil akan tetapi juga dinamis; wujud kebudyaan senantiasa berubah secara konstan.

c. Kebudayaan mengisi dan menentukan proses hidup manusia, akan tetapi jarang disadari oleh pikiran.

Kebudayaan Melayu merupakan kebudayaan secara turun-temurun yang dilakukan oleh masyarakat. Kebudayaan Melayu merupakan pilar penopang ke budaya nasional Indonesia khususnya dan kebudayaan dunia umumnya. Budaya Melayu tumbuh subur ditengah-tengah masyarakat Indonesia.

Budaya Melayu merupakan salah satu kekayaan dari keragaman budaya yang ada di Sumatera Utara. Masyarakat Sumatera Utara adalah masyarakat yang terbuka terhadap perubahan yang menjadi konsekuensi logis dari berbagai pertemuan budaya yang secara historis sudah terjadi di daerah tersebut. Keragaman budaya Melayu di daerah ini juga memiliki nilai dan ciri khas tersendir.

Zapin adalah istilah yang diambil dari kata dasar zaffa dalam bahasa arab bermakna

”memimpin. Kata al-zafn yang di terjemahkan menjadi gerak kaki, menjadi asal kata dari kata zapin (mohd Anis M. Nor, 2000:64)

. Zapin salah satu media dakwah untuk menyebarluaskan nilai-nilai keislaman dan

(13)

dirangkai dari gerak-gerak kaki. Gerak tangan terjadi secara wajar karena pengaruh gerak badan yang di akibatkan oleh gerak-gerak kaki. Pada umumnya pergerakan tari zapin melayu dititkberatkan kepada cara melangkah serta bunga-bunga langkah dengan hayunan tangan dan badan. Dahulunya tari zapin ini hanya ditarikan oleh laki-slaki. Selain itu tarian ini berfungsi untuk upacara hari-hari besar islam, pernikahan.

Di Indonesia, tari zapin tersebar di seluruh penjuru Melayu, termasuk Langkat, Deli, Kalimantan dan Riau. Berikut adalah konsep gerak, busana, dan maupun music tari Zapin yang ada di Riau.

A.Ragam Gerak Zapin Riau

Gerakan tarian Zapin Riau lebih menumpuhkan pada gerak langkah dengan posisi kaki tertutup tidak merendah. Posisi badan umumnya bergerak seperti ombak mengaluh, sementara posisi tangan kanan dan kiri terlihat jelas berada dibawah bahu. Dalam tarian Melayu dikenal istilah rentak, yaitu motif irama (musik) tertentu (Dewan Kesenian Jakarta, 1978:99).

Rentaklah yang mmbangun suasana dan identitas tari Melayu. Retak yang dikenal antaralain rentak Zapin, rentak Melayu, rentak Mak inang, rentak Nobat, dan sebagainya.

Gerak tari Zapin mendapatkan inspirasi dari kegiatan manusia dan alam lingkunganya.

Misalnya titi batang, anak ayam, siku keluang dll. Berikut ini adalah sebagian dari gerakan Tari Zapin.

1. Tahto 1 : Gerakan dengan maksud sikap rendah diri dan menghargai yang biasa ditampilkan pada permulaan tari. Gerakan ini dilakuan sebanyak dua kali di awal dan di akhir dengan dilakukan sebanyak 8 hitungan per 1 kali.

2. Tahto 2 : juga dimaksud sebagai sikap rendah diri yang dilakukan sehabis gerak tahto 1. Dilakukan 8 hitungan per satu kalinya, sebanyak dua kali diawal dan diakhir gerakan tahto

(14)

3. Tahto 3: masih sama dengan gerakan rendah diri dan menghargai dan dilakukan stelah melakukan gerakan tahto 2. Dilakukan dengan 8 hitungan per 1 kali , sebanyak satu kali diawal dan diakhir gerakan tahto.

4. Bebas : gerakan yang selalu ditampilkan, dilakukan diiantara gerak-gerak lainya.

Terkadang sebanyak 1 kali 8 hitungan per 1 kali.

5. Shut : dimaksudkan sebagai sikap adil dan sabar dengan kesembangan. Dilakukan setelah gerak bebas yang sebelumnya adalah gerak tahto3. Dilakukan 2kali , shut maju dan shut mundur dengan 16 hitungan per 1 kali.

6. Siku kelung :mewakili dinamisnya kehidupan. Diakukan sebanyak 2kali setelah gerak bebas yang sebelumnya didahului gerak shut maju dan mundur. 16hitung per 1 kali.

7. Mata angin : mewakili keteguhan hati dan keterampilan dalam menghadap cobaan.

Dilakukan dengan 2 kali setelah gerak bebas yang sebelumnya didahului gerak mata angin. Dilakukan dua kali maju dan mundur yang kedunya dipisahkan satu gerakan bebas.

B. Tata Rias dan Busana Tari Zapin

Bentuk dan tata rias zapin dirias secara sedemikian rupa agar terlihat menarik, cantik dan tampan. Dalam tata rias busana, penari pria menggenakan pakaian adat melayu yang terdiri dari atasan

1 baju kurung 2.cekak musang 3.bawahan seluar 4.pelekat

5.kopiah

(15)

6.songket

7.hiasan bros agar terlihat lebih elegan.

Adapun penari wanitanya menggunakan 1. baju kurung labuh

2. kain songket

3. selendang tudung manto 4. kain samping

5. anting-anting, kalung 6. hiasan kembang goyang 7. sanggul lipat pandang 8. conget

Semua busana pada umumnya berwarna merah, kuning, hijau, atau biru. Warna-warna ini mencerminkan warna melayu.

Busana penari sengaja didesain bernuansah islam . Dalam fungsinya untuk menutupi tubuh, memperjelas garis-garis ruang gerak, serta mempertegas identitas tari, busana tari Zapin mampu menimbulkan nilai estetika yang tinggi, pakainya saja sudah menimbulkan suatu norma kesopanan didalam berpakaian yang diharapkan bisa menjadi acuan mayarakat dan menjadi aturan khusus yang sejalan dengan adat istiadat dalam daerah tertentu.

C. Musik dan Syair Pengiring Tari Zapin

Elemen pengiring Dalam tarian Zapin ada dua, alat musik dan syair-syair yang dibawakan umumnya mengandung pesan moral. Zapin yang ada di Riau sering ditampilkan dengan iringan beberapa alat musik seperti gambus,arkodeon, rebana, gendang, gitar,dan marwas. Untuk syairnya, Tari Zapin umunnya diiringin lagu-lagu yang diciptakan oleh tengku

(16)

mansyar seperti lagu Ya Salam, gambus Palembang, Tanjung Serindit, Sri pekan dan lancang kuning.

Salah satu Tari zapin yang peneliti angkat dalam proposal ini adalah Tari Zapin Api yang berasal dari Pulau Rupat Riau. Tari ini disusun dan disesuaikan dengan adat istiadat di daerah tersebut. Tari Zapin Rupat Riau sangat berbeda dengan Tari Zapin lainya. Tari Zapin Api mengharuskan penarinya menari di atas kobaran api. Menariknya para penari tidak merasa panas. Mereka justru terlihat menikmati tarian dan seolah seperti bermain di tengah api yang semakin membara. Kondisi ini sangat tidak bisa dicerna oleh logika, terlebih api yang panas tidak melukai kulit si penari.

Tari Zapin Api memiliki nilai keunikan tersendiri dan kental dengan unsur mistik.

Pasalnya sebelum tarian dimulai, para penari yang terdiri dari lima orang bertelanjang dada ini mengitari dupa kemenyan yang sudah dibakar.

Di tengah lapangan sudah disiapkan sabut kelapa yang sudah dibakar untuk pertunjukan. Pertunjukan ini dipimpin seorang khalifah yang kemudian membacakan doa-doa.

Semua pengunjung diinstruksikan agar tidak menyalakan api dalam bentuk apa pun.

Musik pengiring yang berasal dari petikan dawai gambus, gendang, dan marwas (alat musik khas melayu Riau) seolah menjadi mantra untuk memanggil arwah. Suasana mencengkram muncul ketika khalifah mengeraskan suara lantunan doa-doa.

Sementara itu, lima orang yang sudah bersiap di hadapan dupa kemudian mengitari piring kemenyan dan mengambil posisi bersila. Kelimanya melakukan gerak layaknya membasuh tubuh. Kedua tangannya meraih asap kemenyan dan menyapu seluruh tubuh, seolah menelan asap kemenyan dan mendekatkan diri ke hadapan dupa tersebut.

Begitu khasnya tarian ini sehingga sudah ditetapkan sebagai warisan budaya Rupat Riau. Namun, sangat disayangkan tarian Zapin Api sudah tidak terlalu sering lagi dipertontonkan dan tidak dikenal oleh masyarakat di luar Rupat Riau. Bahkan, keaslian tarian

(17)

ini mulai terkikis seiring perkembangan zaman. Hal ini disebabkan tidak adanya regenerasi yang memang mau mengembangkan dan merawat tarian Zapin Api.

Penyebabnya karena sudah mulai terkikisnya budaya bangsa yang mengandung begitu banyak nilai-nilai kearifan lokal yang notabene ikut membentuk karakter dan kepribadian bangsa. Kaum muda saat ini lebih cenderung tertarik kepada budaya asing yang sebenarnya tidak mmencerminkan jati diri bangsa Indonesia, juga tidak menjunjung kebudayaan lokal, adat-istiadat, maupun norma-norma serta kurang berminat untuk menggali kembali serta melestarikan budaya lokal yang bahkan seharusnya menjadi ikon di daerah tersebut.

Berdasarkan fenomena inilah penulis beranggapan sudah saatnya menggali kembali nilai-nilai keindahan dan keunikan yang terkandung dalam kebudayaan asli daerah, yang salah satunya adalah tari. Dalam hal ini penulis fokus kepada Tari Zapin Api yang dikaji memakai teori “Estetika”, yang belum ada yang menulisnya. Untuk itu peneliti tertarik untuk mengambil judul “Estetika Tari Zapin Api Rupat Riau”.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan salah satu faktor yang menjadi pegangan yang harus diselesaikan peneliti. Karena sebuah penelitian dapat dilakukan apabila adanya rumusan masalah.

Rumusan masalah diperlukan agar dalam penelitian di lapangan tidak terjadi penyimpangan dalam pengambilan data. Hal ini sesuai pendapat Arikuntolo(1993: 7) bahwa agar penelitian dapat dilakukan dengan sebaiknya, maka peneliti harus merumuskan masalahnya sehingga jelas dari mana akan dimulai, kemana harus pergi, dan dengan apa.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

(18)

1. Bagaimana Estetika Yang Terkandung Dalam Tarian Zapin Api?

2. Bagaimana Penilaian Masyarakat Setempat Terhadap Tarian Zapin Api?

1.3 Tujuan Penelitian

Setiap penelitian nantinya diharapkan untuk memperoleh hasil sebagai salah satu tujuan yang ingin dicapai dari penelitian tersebut (Sudjana, 1988: 108). Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk Menjelaskan Tentang Estetika Yang Terkandung Dalam Tarian Zapin Api.

2. Untuk Mengetahui Bagaimana Pendapat Masyarakat Setempat Mengenai Tarian Zapin Api

1.4 Manfaat Penelitian

Apabila seorang melakukan sebuah penelitian pasti nantinya akan memberikan manfaat bagi orang yang membacanya dan apabila penelitian yang dilakukan tidak ada manfaatnya maka hasil penelitian itu gagal tentunya. Untuk itub erdasarkan kajian yang diteliti nantinya, maka dapat diambil beberapa manfaat yang bisa menjadi pedoman dan informasi bagi pembaca, antara lain:

1) Manfaat teoritis

a) Penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan pustaka bagi penelitian selanjutnya, khususnya dalam penelitian tentang Nilai-nilai Estetika yang terkandung dalam Tari Zapin Api.

b) Penelitian ini juga dapat dimanfaatkan sebagai media informasi mengenai Nilai Estetika pada Tarian Zapin Api.

(19)

c) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran menyeluruh mengenai objek yang diteliti yaitu pemahaman tentang Nilai estetika yang terdapat pada Tarian Zapin Api.

2) Manfaat praktis

a) Menambah pengetahuan khususnya mahasiswa-mahasiswi yang belajar di sastra melayu khususnya di bidang sastra mengenai Estetika Tari.

b) Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat Melayu dan dapat melestarikan sebuah tradisi melayu.

Semoga penelitian ini dapat di jadikan rujukan dalam kegiatan penelitian-penelitian selanjutnya.

(20)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kepustakaan Yang Relevan

Dalam penulisan karya ilmiah diperlukan kajian pustaka sebagai acuan dan menjadi bukti keautentikan sebuah karya ilmiah. Kepustakaan yang relevan juga merupakan langkah yang penting dimana setelah seorang peneliti menempatkan topik penelitian, atau melakukan kajian yang berkaitan dengan teori yang berkaitan dengan topik penelitian. Dalam pencarian teori, peneiltian akan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari kepustakaan dari kepustakaan yang berhubungan dengan objek penelitian dan sumber-sumber kepustakaan dapat di peroleh dari buku, jurnal, atau hasil-hasil dari penelitian (tesis atau desertasi), dan sumber- sumber lainnya yang sesuai.

Bila kita telah memperoleh kepustakaan yang relevan, maka segera kita susun secara teratur untuk di gunakan dalam penelitian. Kepustakaan yang relevan atau sering juga disebut kajian pustaka ialah salah satu cara untuk mendapatkan referensi yang lebih tepat dan sempurna tentang informasi/data yang ingin kita teliti. Tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan, dan pendapat (Najir, 1998:112).

Studi kepustakaan meliputi proses umum seperti: mengidentifikasi teori secara sistematis penemuan pustaka, dan analisis dokumen yang memuat informasi yang berkaitan dengan topik penelitian (Najir, 1998:115). Kajian yang dimaksud adalah penelaahan terhadap penelitian lain yang relevan dengan judul proposal ini, antara lain:

Eliza Rizanti (2016) dalam sebuah jurnal dengan judul Nilai Estetis Tari Regga Manis dikabupaten Pekalongan. Dalam jurnal tersebut disebutkan bahwa tari Rengga Manis

(21)

merupakan tarian tunggal putri yang biasanya ditarikan oleh lebih dari satu penari. Tarian ini mempunyai nilai keindahan dari segi gerak, rias busana, serta iringan.

Dari gerak lembut yang ditarikan, ada gerak-gerak dengan tekanan yang tegas serta cepat terdapat pada gerakan silat atau bela diri yang memiliki pesan tertentu. Semula Renggang Manis menceritakan legenda gadis cantik dari Desa Lolong, Kecamatan Karang Anyar, Kabupaten Pekalongan.

Penelitian yang dilakukan oleh Panji Pratama (2010) yang berjudul Etika Pergaulan Pemuda Pemudi Melayu dalam Tarian Serampang XII: Suatu tinjauan Sosiologi. Dalam

penelitian ini peneliti menjelaskan bahwa tarian mencerminkan identitas bangsa dan tarian ini mengisahkan cinta suci pemuda-pemudi sejak pandangan pertama yang diakhiri dengan akad nikah. Dalam kajian ini peneliti menggunakan dua teori yaitu teori etika dan teori estetika.

Rahayu (2015) yang berjudul Kajian Estetis Koreografis Tari Gembayong Retno Kusumo. Dalam skripsi ini dijelaskan bahwa tari Gembayong Retno Kusumo merupakan

perkembangan tari dari tari Tladek yang hidup dan berkembang di lingkungan rakyat. Dalam skripsi ini, tarian ini diteliti menggunakan teori estetika koreografis.

Walaupun penelitian ini sama-sama membahas tentang tarian, namun akan berbeda dengan yang akan peneliti lakukan. Karena peneliti akan meneliti tentang “Nilai Estetika Pada Tari Zapin Api Rupat Riau”.

2.2 Gambaran Umum Tentang Tari Zapin Api

Tari Zapin Api terdapat di kecamatan Bengkalis, kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau.

Tari Zapin Api masih sangat langka dibahas maupun dikaji, bahkan pembahasan tentang teks Tari Zapin Api yang terkait dengan konteksnya belum pernah diungkap. Tarian ini merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat Melayu Bengkalis.

(22)

Tari Zapin Api merupakan representasi nilai adat dan kebudayaan Bengkalis. Tari ini adalah hasil kebudayaan Bengkalis yang memiliki hubungan erat dengan bahasa, mata pencaharian, alam, lingkungan, dan agama masyarakat Bengkalis.

Tari merupakan simbol dari berbagai ekspresi. Baik itu ekspresi senang maupun ekspresi sedih. Hadi (2005: 25) mengatakan bahwa seni tari dipandang sebagai simbol atau lambing untuk mengatakan sesuatu tentang sesuatu, yaitu makna dan pesan untuk diresapkan.

Simbol ekspresi tersebut bisa tersampaikan oleh orang lain.

Tari Zapin dan Zapin api sangat berbeda. Zapin adalah tarian yang sangat mengandalkan gerakan kaki yang lincah dan dinamis yang dibawakan perempuan ataupun laki- laki mengikuti irama gendang kecil yang biasa disebut kompang ataupun marwas dan alat petik gambus.

Penari Zapin haruslah melalui latihan yang cukup panjang sebelum dapat menampilkan tarian yang indah dan selaras. Zapin Api menggunakan irama gendang dan petikan gambus.

Namun bedanya Zapin Api ditarikan tanpa kesadaran diri. Penari baru bergerak setelah masuk pada fase tidak sadarkan diri (kesurupan), maka penari Zapin Api tidak pernah berlatih sebelum tampil di arena. Zapin Api ini hanya ditemukan di Pulau Rupat.

Karena itu peneliti mengkaji tarian ini dengan teori estetika. Peneliti beranggapan tarian ini memiliki keunikan dibanding tarian Zapin lainnya.

2.3 Sejarah Singkat dan Perkembangan Tari Zapin Api

Kemajemukan masyarakat Indonesia mengakibatkan kemajemukan budaya Indonesia.

Salah satu kebudayaan tersebut berbentuk kesenian daerah. Ada banyak sekali kesenian yang ada di Indonesia. Kesenian adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana yang digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia. Kesenian adalah salah satu di antara ketujuh unsur kebudayaan yang bersifat universal.

(23)

Tari Zapin Api merupakan salah satu kesenian tari tradisional dari desa Teluk Rhu Kecematan Rupat Utara Kabupatesn Bengkalis Provinsi Riau. Tari Zapin Api hadir di tengah masyarakat sebagai tradsi yang terus dilestarikan secara turun temurun. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan M. hafis selaku Khalifaj Zapin Api (23 Oktober 2019) sejarah Zapin Api berawal dari tarian bernama Tari Api. Tari ini berawal ketika Pulau Rupat diduduki oleh bangsa Melayu pelarian dari Melaka. Pada saat itu banyak peristiwa dan bencana alam yang terjadi di Pulau Rupat, melalui 4 (empat) unsur alam yaitu, api, air, tanah, angin. Pada saat itu ada 4 (empat) orang pawang besar yaitu, pawang air, pawang tanah, pawang angin, dan pawang api. Mereka setuju untuk menjaga Pulau Rupat dan melakukan perundingan dengan jin yang menguasai 4 (empat) unsur alam tersebut.

Pada saat pertama kali perundingan dilakukan, salah satu unsur yang dikawal oleh jin api tidak mau melakukan perundingan dengan pawang api, Jin api akan datang apabila dia disambut dengan sebuah tarian. Dengan inisiatif cepat, pawang api memanggil masyarakat yang hadir pada waktu itu untuk berdiri dan membuka baju melakukan gerakan bebas dengan menepuk tangan untuk menyambut kehadiran jin api. Setelah itu terjadilah perundingan dengan pawang api dan jin api untuk menghindari bencana-bencana di Pulau Rupat. Saat pertama kali tarian api dilakukan dengan tari biasa tidak menggunakan api. Seiring waktu berjalan dikarenakan jin api, dia meminta pawang api agar penyambutan jin api dilakukan dengan menggunakan api. Jin api melewati pawang sebagai perantaranya memberi syarat dan mantra yang harus diamalkan oleh masyarakat yang ingin menari api.

Setelah pertengahan abad ke-15 pengaruh Islam masuk ke Pulau Rupat melalui bangsa Aceh berketurunan Arab, maka Tari Api diubah bentuknya menjadi tarian yang menggunakan musik yang berunsurkan Zapin dengan alasan dalam Zapin Api banyak menggunakan sholawat nabi, sejarah nabi dan kebesaran ilahi. Kemudian para penari-penarinya setelah masuknya Islam tidak diperbolehkan lagi menggunakan mantra-mantra yang berunsurkan dari Jin Api.

(24)

Para penari Zapin diberi amalan yang tidak bertolak belakang dengan syariat Islam, biasanya para penari Zapin Api dianjurkan untuk membuat amalan yang berunsurkan Islam seperti puasa, zikir, sholawat, dan apabila para penari Zapin Api melakukan langgaran atau pantangan yang bertentangan dengan syariat Islam dia tidak akan bisa menari di atas Api.

Pada awal perkembanganya Tari Zapin Api mulai dikenal oleh masyarakat sekitar tahun 1950. Berdasarkan hasil wawancara dengan M. Hapis pada tahun 1980-1990-an Tari Zapin Api ini sempat tidak dimainkan karena tidak adanya penerus. Akan tetapi, setelah mendapatkan mimpi M.Hapis merasa ada panggilan untuk dirinya agar meneruskan sangggar atau kelompok Tari Zapin Api yang telah dibina oleh orang tuanya.

Menurut Muhammad Syawuden (Wawancara 23 Oktober 2019) Tari Zapin Api kembali lagi pada tahun 2006, tetapi baru mulai eksis dan aktif kembali pada tahun 2008. Tari Zapin Api dimainkan atau diperkenalkan kembali oleh Abdul Jafar, Ayah dari M.Hafis yang menjadi bidu atau khalifa Zapin Api saat ini. Tari Zapin Api mulai dikenal oleh masyarakat setempat maupun di luar Pulau Rupat.

Indonesia memiliki banyak jenis tarian. Tarian-tarian tersebut sudah dikenal sejak dulu, baik yang sudah berkembang di kalangan masyarakat ataupun yang sudah dikenal di lingkungan istana. Menurut Susetyo (2007:1-23) seni pertunjukan merupakan sebuah ungkapan budaya, wahana untuk menyampaikan nilai-nilai budaya dan perwujudan norma-norma estetik- artistik yang berkembang sesui zaman, dan wilayah di mana bentuk seni pertunjukan itu tumbuh dan berkembang.

Seni tari adalah sebuah ekspresi jiwa yang manusia yang diwujudkan melalui gerak keseluruhan tubuh yang indah. Gerak ini ditata dengan musik pengiring sesui watak dan tema tari. Tari Zapin Api adalah salah satu seni pertunjukan yang sangat terkenal di Kabupaten

(25)

menggabungkan tari dan musik dalam penampilannya. Pertunjukan Tari Zapin Api menggandung unsur-unsur tari atau elemen-elemen tari seperti gerak, musik, desain latar, dinamika, penonton, dll.

2.4 Teori yang Digunakan

Teori merupakan suatu prinsip dasar yang terwujud di dalam bentuk yang berlaku secara umum dan akan mempermudah seorang penulis memecahkan suatu masalah yang dihadapi. Teori berguna untuk membimbing dan memberi arahan sehingga bisa digunakan untuk langkah-langkah kerja bagi penulis. Setiap penelitian selalu menggunakan teori yang sesuai dengan objek penulisan. Penelitian akan lebih praktis metode kerjanya apabila teori yang di gunakan mempunyai hubungan langsung dengan peneliti yang di lakukan. Berdasarkan judul ini, maka teori yang digunakan untuk mengkaji tarian yaitu teori estetika

2.4.1 Gambaran Umum Tentang Estetika

Ilmu estetika adalah suatu ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan keindahan. Mempelajari dari semua aspek apa yang kita sebut sebagai keindahan (Djelantik, 2001: 7). Secara ringkas dapat digolongkan hal-hal yang termasuk kategori indah yaitu keindahan alami dan keindahan yang diciptakan dan diwujudkan oleh manusia. Sedangkan menurut Agus Schari, Estetika adalah filsafat ilmu yang membahas esensi dari totalitas kehidupan estetika.

Bruce Allsop (1977) berpendapat bahwa estetika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari proses-proses penikmatan dan aturan-aturan dalam menciptakan rasa kenyamanan. Dari defenisi yang dikemukakan oleh Bruce Allshop (1977), ia mengartikan bahwa estetika adalah ilmu pengetahuan. Allshop juga menjelaskan bahwa estetika merupakan suatu kegiatan edukasi atau pembelajaran mengenai proses dan aturan tentang penciptaan

(26)

sebuah karya yang nantinya akan menimbulkan perasaan nyaman bagi yang melihat dan merasakannya.

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) definisi estetika terdiri dari dua poin:

1. Cabang filsafat yang menelaah dan membahas tentang seni dan keindahan serta tanggapan manusia terhadapnya.

2. Kepekaan terhadap seni dan keindahan.

A.A. Djelantik (1999) mendefinisikan eestetika sebagai suatu ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan keindahan, mempelajari semua aspek yang disebut keindahan. Jakob Sumarjo (2000) menjelaskan estetika mempersoalkan hakikat keindahan alam dan karya seni, sedangkan filsafat seni mempersoalkan hanya karya seni atau benda seni, atau yang disebut seni.

“Estetika dapat didefenisikan sebagai susunan bagian dari sesuatu yang mengandung pola. Pola mana mempersatukan bagian-bagian tersebut yang mengandung keselarasan dari unsur-unsurnya, sehingga menimbulkan keindahan (Effendy, 1993)”.

2.4.2 Teori Estetika

Estetika adalah sebuah keindahan yang akan tercipta dalam sebuah karya seni, nilai estetika dalam tarian merupakan kemampuan dari seluruh elemen tari untu menciptakan sebuah nilai estetika. Setiap tarian pasti mnciptakan nilai estetika tersendiri yang perlu diulas dan dijelaskan secara cermat. Hal yang perlu dipahami dalam mengamati karya seni tari ialah adanya faktor subjektif dan faktor objektf. Terciptanya estetika tarian itu karena adanya proses relasi antara karya seni tari dengan tanggapan orang yang menggamati.

Masing-masing gerak tari disetiap daerah memiliki keunikan tersendiri, yang mana tidak bisa lepas dari pengaruh budaya yang terikat dalam daerah tersebut. Menurut Alwi (1995:

270). Estetis mempunyai arti indah atau keindahan. Konsep tentang nilai estetis inilah yang

(27)

dijadikan peneliti sebagai acuan untuk membantu mengungkapkan nilai keindahan pada tari.

Ada dua macam penilaian keindahan, yaitu keindahan bersifat objektif dan subjektif, yaitu:

a. Teori Objektif: Menilai karya seni lebih detail, yaitu unsur-unsur objektif itu nyata, yang dapat dilihat, dapat dirasakan, serta dapat didengar (Djelantik 1999: 165). Keindahan objektif merupakan keindahan yang dapat dilihat bentuk, teknik, dan biasanya mengabaikan latar budaya dari mana tarian/penata tari berasal.

b. Teori Subjektif: Menilai keindahan karya seni dari cara kita dalam menangkap, merespons, atau menanggapi keindahan. Kita mampu menemukan, merasakan keindahan sekurang-kurangnya daya tarik dari karya seni itu sebatas kemampuan diri (Jajuli 2008: 110). Keindahan subjektif berasal dari interpretasi dan evaluasi, di mana penikmat seni melakukan penilaian karya lebih dekat dengan murni seperti bentuk, ukuran dan warna.

(28)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Dasar

Metode dasar penelitian yang penulis lakukan adalah metode kualitatif bersifat deskriptif. Metode kualitatif deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan atau melukiskan keadaan objek atau subjek penelitian (seseorang, lembaga masyarakat, dan lainnya) pada saat sekarang berdasarkan fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi, 1987: 63).

Penelitian kualitatif bersifat deskriptif lebih mengutamakan proses daripada hasil, analisis data cenderung induktif, dan makna merupakan hal yang esensial (Semi, 1993: 59).

Proses dalam penelitian kualitatif lebih diutamakan karena hubungan antar bagian-bagian yang sedang diteliti jauh lebih jelas apabila diamati dalam proses. Dalam pelaksanaannya, metode deskriptif kualitatif menuntut peneliti untuk menangkap aspek penelitian secara akurat serta memperhatikan secara cermat apa saja yang menjadi fokus penelitian sehingga pemberian interpretasi dapat lebih mendalam.

Metode deskriptif ini menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data.

Peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungan sosial dijadikan objek kajian utama penelitian.

Pada metode ini pengamatan terhadap objek dilakukan pada suatu waktu, peneliti pergi ke lokasi penelitian, memilih data yang dijadikan objek penelitian, memahami dan mempelajari peristiwa yang terjadi, menguraikannya, serta memeroleh suatu kesimpulan.

3.2 Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian pada penelitian nilai estetika pada Tari Zapin Api ini adalah di Desa Tanjung Medang, Teluk Rhu, Kecamatan Rupat Utara, Kabupaten Bengkalis. Karena

(29)

hanya di lokasi ini yang mempertunjukan tarian Zapin Api. Peneliti akan langsung terjun ke lapangan agar penelitian ini benar-benar menyentuh masyarakat yang terlibat di dalamnya guna mendapatkan hasil penelitian yang maksimal.

3.3 Instrumen Penelitian

Pada penelitian kualitatif pada awalnya di mana prmasalahan belum jelas dan pasti, makayang menjadi instrument adalah peneliti sendir. Tetapi setelh maslah yang ada sudah dipelajari secara jelas, maka dapat dikembangkkan suatu instrument (Sugiono, 2014: 16).

Adapun instrumen penelitian/alat penelitian yang peneliti gunakan ialah rekaman suara melalui perekaman suara (Recorder), buku tulis untuk mencatat informasi, video untuk mendokumentasikan gambar yang bergerak serta bersuara, dan menyediakan daftar-daftar pertanyaan yang akan ditanyakan kepada warga.

3.4 Sumber Data

Data merupakan bahan yang sesuai untuk memberi jawaban terhadap masalah yang dikaji (Subroto dalam Al-Ma’ruf, 2009: 11). Sumber data dari penelitian ini adalah wawancara mendalam kepada informan yang terkait dengan judul skripsi ini. Selanjutnya penulis menggunakan buku-buku yang berhubungan dengan judul skripsi ini.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini metode pengumpulan data menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Metode observasi

Observasi adalah : suatu penyelidikan secara sitematis menggunakan indra manusia(Edwarsa, 2003: 208). Pengamatan dilakukan ketika terjadi aktivitas budaya.

(30)

Observasi dibantu juga dengan foto dan tape recorder. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai instrument, sehingga sedikit banyaknya peneliti bisa mendekripsikan tari Zapin Api.

2. Metode wawancara (interview)

Wawancara merupakan pertemuan antara dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalu proses tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dari suatu topic tertentu (Sugiyono, 2014: 72). Wawancara digunakan oleh peneliti dalam studi pendahuluan untuk menemukan suatu permasalahan yang harus dilakukan, tetapi digunakan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal responden yang lebih mendalam. Ada beberapa teknik wawancara yang dilakukan peneliti sebagai berikut:

a. Teknik rekam, yaitu merekam informasi atau data-data yang diberikan informan mengunakan alat perekam.

b. Teknik catat, yaitu mencatat semua keterangan mengenai data-data yang diperoleh melalui informan.

3. Metode kepustakaan, yaitu mencari bahan-bahan referensi yang berkaitan dengan pokok penelitian sebagai data sekunder penulis untuk melengkapi data primer dari lapangan.

3.6 Metode Analisis Data

Menganalisis data merupakan suatu langkah yang sangat kritis dalam penelitian.

Penulisan dikelasifikasikan sesui isi dan materi data tersebut dan dianalisis untuk menyederhanakan dan menginterprestasi data secara spesifik dalam rangka menjawab keseluruhan pertanyaan penelitian.

Langkah-langkah analisis dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Data yang sudah ada dipilih terlebih dahulu mana yang berkaitan tentang estetika yang sesui dengan teori yang penulis pakai. Sesui data yang sudah

(31)

dikumpulkan maka penulis mendeskripsikan tentang bagaimana nilai-nilai estetika yang terkandung dalam Tarian Zapin Api Rupat Riau.

2. Menginterpretasikan hasil analisis dalam bentuk tulisan yang sistematis sehingga semua data dipaparkan dengan baik.

(32)

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Estetika yang Terkandung dalam Tarian Zapin Api

Tari Zapin Api merupakan salah satu kebudaya Riau berupa tarian yang diiringi dengan musik Melayu. Tarian Zapin Api. Dalam Tari Zapin Api, para penari harus bergoyang di tengah bara api. Menariknya para penari sama sekali tidak merasa panas. Mereka justru terlihat begitu menikmati tarian dan seolah sedang bermain di tengah api yang semakin membara.

Memang kondisi ini tidak dapat dicerna logika, terlebih api yang panas itu tidak mampu melukai kulit penarinya. Berikut estetika yang terkandung dalam prosesi sebelum memulai ritual, busana, alat musik, dan juga gerak tarian Zapin Api.

4.1.1 Estetika yang Terdapat Pada Ritual Buka Panggung

Masyarakat Indonesia sudah mengenal kepercayaan sebelum masuknya agama Hindu Budha dan juga Islam. Pada masyarakat di zaman itu masyarakat menganut kepercayaan animisme. Animisme adalah kepercayaan terhadap adanya roh atau jiwa pada benda-benda, tumbuh-tumbuhan, hewan-hewan dan juga manusia sendiri. Upacara-upacara itu dilakukan dalam rangka menangkal pengaruh buruk dari daya kekuatan gaib yang tidak dikehendaki dan dapat membahayakan bagi kelangsungan hidup manusia. Berikut merupakan bahasan mengenai ritual yang bersangkutan dengan hal gaib menurut Koentjaramigrat.

Dunia gaib dapat diihadapi dengan berbagai macam perasaan, ialah cinta, hormat, bakti, tetapi jugalah takut, ngerih dan sebagainya. Atau dari campuran dari segala macam prasaan tadi mendorong manusia untuk melakukan hubungan dengan dunia gaib yang kita sebut kelkuan serba religi (Koentjarangrat 1967: 230 dikutip dari Danandjaja james 1989:355)

(33)

Keberadaan ritual-ritual di Indonesia tidak lepas dari kepercayaan Animisme dan dinamisme yang dianut masyarakat Indonesia zaman dahulu, begitu pula ketika masuknya agama Hindu Budha ke Indonesia masyarakat juga masih melakukan ritual-ritual seperti adanya sesaji untuk pemujaan kepada dewa-dewa. Ritual sering menjadi hal yang dipandang negatif oleh sebagian kalangan karena sering berkaitan dengan dunia mistis, padahal pada kenyataanya ritual merupakan wujud dari pelestarian kebudayaan.

Kepercayaan dan agama sangatlah berbeda, kedua hal ini tidak dapat disamakan dalam hal apapun. Agama lebih jelas aturanya dan terdapat aturan-aturan agama didalamnya.

Tujuan dari agama tentu tertuju kepada sang pencipta yaitu Tuhan, sedangkan kepercayaan memang belum jelas ditujukan kepada Tuhan atau untuk tujuan tertentu saja, seperti tujuan untuk kepentingan duniawi.

Dapat diketahui bahwa masyarakat mempercayai ritual selain karena sifatnya yang masih berkaitan dengan agama namun juga adanya kebudayaan sebagai karekteristik yang tidak dapat ditinggalkan. Perpaduan budaya dengan agama salah satunya terlihat dalam kehidupan masyarakat Melayu. Perpaduan tersebut dapat terlihat dalam Tari Zapin Api pada masyarakat Pulau Rupat yang penulis teliti. Adapun prosesi/ritual-ritual yang dilakukan sebelum memulai tarian Zapin Api seperti prosesi

1. Prosesi mandi 2. Wudu biasa

3. Sholat sunnah 2 rakaat 4. Wudu batin (Asap)

Berikut penjelasa-penjelasan ritual yang dilakukan sebelum memulai tarian.

(34)

1. Prosesi Mandi

Sebelum memulai pertunjukan tari, para pemain dan khalifa harus melakukan mandi terlebibh dahulu guna pembersihan diri. Adapun bahan yang digunakan untuk mandi ialah jeruk limau selain memberikan aroma jeruk limau dipercaya mempunyai makna mistis,

kesucian, dan tradisi. Dan air limau tersebut sudah dibacakan mantra/dzikir guna meminta keselamatan kepada Allah, dan bentuk media membersihkan batin.

2. Wuduh Biasa

Wuduh merupakan aktivitas yang dilakukan oleh orang untuk mensucikan diri dari hadas dan cara membersihkan dari najis kecil dengan menggunakan air yang dilakukan dalam agama islam sebelum melakukan salat.

Prosesi wuduh dalam Tari Zapin Api tidak ada bedanya dengan gerakan-gerakan maupun niat wuduh ketika ingin salat/mengaji. Wuduh digunukan untuk mensucikan kembali diri.

3 Salat sunnah 2 rakaat

(35)

Salat sunnah (salat nafilah) adalah salat tambahan di luar salat fardu, bila dikerjakan mendapat pahala bila ditinggalkan tidak mendapat dosa. Tetapi salat sunnah dalam prosesi tari Zapin Api wajib dilakukan karena sholat sunnah ini bagian dari ritual dan memohon keselamatan kepada Tuhan dalam pertunjukan taria Zapin Api dimulai. Setelah melakukan salat sunnah para pemain Zapin Api melakukan zikir dan doa-doa kepada Allah dan arwah leluhur, Syekh, nabi-nabi untuk memohon keselamat dalam atraksi tari Zapin Api.

4.wudu batin (Wudu asap)

Wudu batin ini menggunakan asap kemenyan guna membersihkan diri secara batiniah, sebelumnya asap kemenyan sudah dibacakan mantra oleh pawang, seluruh pemain Zapin Api duduk bersila mengintari kemenyan dan mengambil asap lalu dibasuh ke tubuh seperti gerakan mengambil wudu dan gerakan seolah menelan asap kemenyan. Dalam ritual-ritual yang

(36)

dilakukan para pemain Zapin Api harus benar-benar menjaga kesucian diri baik secara lahiriah dan batiniah demi keselamatan para pemain Zapin.

Gambar 2

Dalam melakukan sebuah pertunjukan Tari Zapin Api ada beberapa hal dan ketentuan yang harus dilakukan penari, pawang, penjaga dan pemain musik Zapin. Hal-hal yang perlu disiapkan yaitu:

1. Mempersiapkan Lokasi Tari Zapin Api

Menurut Robby Hidayat (2011: 63), panggung (stage) mempunyai bentuk yang bermacam-macam, seperti panggung yang disaksikan penonton dari segala arah, disebut panggung arena, panggung leter L yaitu panggung yang disajikan dari dua sisi mamanjang dan sisi melebar, panggung tapal kuda adalah panggung yang dapat disajikan oleh penonton dari sisi depan dan samping sisi kiri dan kanan, dan yang paling umum digunakan adalah panggung

(37)

prosenium, yaitu bentuk panggung yang tempat penyajianya hanya dapat disaksikan dalam satu arah.

Jenis panggung sebagai media mengekspresikan koreografi dibagi menjadi dua yaitu:

a) Panggung tradisional, adalah tempat turun temurun yang menjadi kebiasaan pada sebuah komunitas atau masyarakat etnis tertentu dalam mengekspresikannya.

b) Panggung modern, jenis panggung ini yang dikenal luas adalah panggung prosenium.

Dalam tarian Zapin Api panggung yang digunakan biasanya lapangan luas ataupun disebut juga pannggung tradisional, panggung Zapin Api ini sudah diberi pembatas tali antara pemain dan penonton. Arena Zapin Api juga diberi mantra terlebih dahulu oleh khalifa agar penonton t dan pemain Zapin Api tetap aman.

2. Memandikan Alat Musik Terutama Gambus

Alat musik yang digunakan dalam Tari Zapin Api harus dimandikan terlebih dahulu menggunakan air limau dan dibacakan matra-matra, prosesi pemandian alat musik harus rutin dilakukan oleh Khalifa Zapin Api setiap malam jumat, dan tidak hanya ketika memulai tarian Zapin Api saja.

3. Khalifa tidur bersama alat musik gambus

Satu hari sebelum tarian dimulai khalifa harus tidur dengan alat musik gambus. Hal ini merupakan prosesi yang tidak boleh dilupakan oleh khalifa karena jika khalifa tidak tidur dengan alat musik maka di hari pementasa tari Zapin Api alat musik gambus dipercaya tidak akan berbunyi. Alat musik gambus ini memiliki keunikan tersendiri, khalifa secara rutin harus tidur dengan alat musik gambus setiap malam jumat, dan alat musik gambus ini tidak dapat disentuh oleh wanita, karena dipercaya masyarakat setempat alat musik gambus yang dipakai pada saat tari Zapin Api ialah sosok gadis cantik yang memiliki suara merdu, jika gambus ini

(38)

disentuh wanita maka ia akan cemburu dan tidak mau berbunyi ketika Tarian Zapin Api hendak dilakukan.

4. Puasa Senin Kamis

Satu minggu sebelum acara dimulai para pemain yang terlibat dalam tarian Zapin Api ini seperti khalifa, penari, pawang api, dan pemain musik harus melakukan puasa Senin Kamis.

Puasa ini dilakukan guna melatih diri untuk menahan segala godaan dan kesucian diri tetap terjaga menjelang penampilan Tari Zapin Api.

5. Menghidupkan Api

Petugas penjaga api atau pawang api menghidupkan api pada sabut kelapa yang disediakan. Sebelum api dihidupkan musik Zapin Api dimainkan oleh bidu/Khalifa sebagai pertanda pertunjukan dimulai, dan para penari Zapin Api memasuki arena.

6. Pawang Api

Petugas penjaga api/pawang api juga menjaga penari untuk tidak masuk ke dalam api, jika api belum membesar dan menggumpulkan bara api yang berserakan supaya jangan samapai keluar dan mengenai penonton.

Dari uraian ritau-ritual diatas sangat terlihat jelas perbedaan tari Zapin Api dengan Zapin-Zapin yang ada di Indonesia. Zapin Api memiliki keunikan yang terlihat dari prosesi/ritual-ritual yang dilakukan, nilai religius yang dibawa oleh ritual tari zapin api memunculkan unsur kedekatan dengan nilai islami seperti sholat sunnah, wuduh, dzikir dan harus menjaga kesucian baik lahiriah maupun batiniah.

(39)

4.1.2 Nilai-nilai Estetika yang Terkandung dalam Busana

Busana adalah suatu pengertian bahwa yang dimaksud adalah pakaian khusus yang ada kaitanya dengan kesenian. Busana merupakan segala yang dikenakan seseorang, yang terdiri dari pakaian dan perlengkapan (accessories, dan identik dengan kostum (Nuraini, 2011:64).

Busana yang digunakan dalam tarian Zapin Api ini memiliki keunikan dan keindahan tersendiri, berikut penjelasan estetika yang terkandung dalam busana Tarian Zapin Api yang digunakan oleh penari, khalifa, pemain musik, dan pawang api.

1 Estetika yang Terkandung dalam Busana Penari Zapin Api

Para penari Zapin Api tidak menggunakan busana seperti layaknya penari-penari Zapin yang ada, penari Zapin Api hanya mengenakan celana panjang yang berwarna putih dan ikat pinggang yang terbuat dari kain berwarna merah. Warna merah diyakini sebagai wujud keberanian dan putih memiliki makna kesucian. Estetika perpaduan warna merah berani dan putih kesucian ini merujuk pada prosesi ritual yang dikakukan dalam memulai ritual seperti ritual wudu, sholat, dzikir dan berani ini merujuk pada tari Zapin Api menari menggunakan Api.

(40)

Gambar 3

2. Estetika yang Terkandung dalam Busana khalifa, pawang dan pemain musik Tari Zapin Api

Busana yang dipakai khalifa, pawang api, dan pemain musik Zapin Api sama dengan busana Melayu pada umumnya. Biasanya busana yang digunakan disebut “Teluk Belanga”.

Baju kurung teluk belanga adalah salah satu dari jenis baju kurung yang digunakan oleh kaum laki-laki Melayu. Baju kurung teluk belanga dipakai dengan baju di luar (menutupi) celana dan kain saping. Baju ini mulai diperkenalkan di Teluk Belenga, Singapura dan tersebar luas sebagai ciri khas Johor khususnya pada abad ke-19.

Gambar 4

Bentuk baju ini mempunyai alas leher berbentuk bulat dan belahan di bagian depan.

Pada keliling leher baju dilapisi dengan kain lain dan dijahit. Bagian pangkal belahan

(41)

dibuatkan tempat untuk mengancingkan baju yang disebut “rumah kancing” dengan menggunakan jahitan benang “Insang pari”. Leherny berkerah dan bertepi “kancing tepi”.

Kancing permata tergantung pada tingkat pemakaian dan lengan baju panjang agak menutupi pergelangan tangan yang lebar dan agak longgar. Baju teluk belanga biasanya dengan setelan baju dan celana dan dilengkapi dengan kain samping, kain samping selain dipakai agar terlihat lebih sopan juga memiliki makna yang lain yaitu sebagai penanda apakah pria tersebut masih lajang atau sudah menikah.

Apabila kain dipakai sampai ke bawah lutut itu pertanda pria itu sudah menikah.

Namun sebaliknya, apabila pria itu memakai kain di atas lutut berarti menandakan pria tersebut belum menikah. Sedangkan pemakaian songkok ataupun dalam Islam sering disebut peci, yaitu sebagai simbol ke Islaman dan identitas jati diri masyarakat Melayu.

Jika dikaji dari warna busana yang dipakai, sebenarnya bebas ingin menggunakan busana warna apa saja. Namun, sudah menjadi tradisi zaman dahulu bahwa orang Melayu itu identik dengan warna kuning dan hijau. Warna kuning menandakan keagungan dan kewibawaan khusus bagi raja-raja dan juga bisa kita tarik pada makna mengagungkan keEsaan Tuhan, serta warna hijau melambangkan keIslaman.

Adapun keindahan/keunikan dalan busana Tari Zapin ini terlihat pada ikatan kain merah yang dipakai penari Zapin Api, ikatan ini memberikan makna berani dan menambah energi ketika Api untuk menari Zapin Api dimulai, kain samping yang digunakan kahlifa, pawang, dan pemain musik Zapin Api memiliki keindahan tersendiri, selain dipakai agar terlihat lebih sopan juga memiliki makna yang lain yaitu sebagai penggambaran baju kebangsaan melayu yang dulunya hanya bisa dipakai oleh keluarga bangsawan ataupun yang memiliki darah turunan leluhur Zapin Api.

(42)

4.1.3 Estetika yang Terkandung dalam Alat musik Tari Zapin Api

Musik adalah suara yang disusun demikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan terutama dari suara yang dihasilkan dari alat-alat yang dapat menghasilkan irama.

Menurut R. Supanggah (1995;3) Etnomusikologi adalah sebuah musik tradisional yang diajarkan secara turun temurun dan tidak melalui tulisan. Biasanya musik tradisi diajarkan secara turun temurun dari nenek moyang terdahulu, dan berkembang hingga saat ini. Musik penggiring tari Zapin Api didapatkan oleh khalifa dari orang tuanya secara langsung. Musik yang digunakan dalam Tari Zapin Api adalah musik eksternal dengan menggunakan alat musik penggiring tari. Musik sangat berpengaruh penting terhadap tarian sebagai pengatur dalam sebuah tarian.

Seperti yang dikatakan Y. Sumandiyo Hadi (2003: 51) tari sebagai dalam sajianya tidak pernah terlepas dari musik pengiring, karena dalam hal ini antara tari dan musik sangat berhubungan erat, musik sebagai pengiring tari dapat dipahami, pertama, sebagai iringat ritmis gerak tarinya. Kedua sebagai ilustrasi pendukung suasana tari dan yang ketiga dapat terjadi kombinasi keduanya secara harmonis. Berikut nilai estetis yang terkandung dalam alat musik gendang (bebano) dan alat musik gambus.

1 . Alat Musik Gendang (Bebano)

Alat musik bebaano merupakan salah satu alat musik yang dipakai ketika tari Zapin Api, alat musik ini terbuat dari kulit kambing yang telah dibersihkan serta dikeringkan. Bebano dimainkan dengan cara dipukul disekitaran area lunak dengan menggunakan telapak tangan.

Kesenian Malaysia, Brunai, dan Indonesia sering memakai bebano sebagai alat musik penggiring tarian Zapin dipadukan dengan alat musik gambus, bebano ini juga bisa dipakai

(43)

sebagai alat musik perkusi yang mengiringi bukoban (koba) artinya tradisi lisan yang biasanya didendangkan.

Gambar 5

2.Alat musik Gambus

Alat musik gambus merupakan sebuah instrument musik yang bisa dimainkan baik secara kelomok maupun tunggal, cara memainkanya sama dengan halnya alat musik berdawai lainya. Gambus adalah alat musik petik yang berasal dari Timur Tengah. Paling sedikit gambus dipasangi 3 senar sampai paling banyak 12 senar. Gambus dimainkan sambil diiringi gendang. Suatu orkes yang mengggunakan alat musik gambus diberi nama orkes gambus atau gambus saja, telah di klaim oleh praktisi musik tradisional Melayu yang ansambel bahwa Zapin tidak akan lengka tanpa gambus, ada peranan penting gambus dalam ansambel.

Pertama, suara dari gambus dikaitkan dengan Islam dan melayu, kedua penggunaan gambus mengidentifikasikan mereka dengan gendre dan spesifik musik tradisional Melayu.

(44)

Cara membuat alat musik gambus yaitu pertama siapkan batang pohon dengan masa yang ringan seperti kayu angsa atau nibung. Potong kayu sesuai ukuran gambus yan akan dibuat, setelah itu lubangi bagian tengah kayu tersebut. Bagian lubang ini biasa disebut dengan bakal. Amplas bagian bakal ini untuk membersihkan dan memperhalus kayu tersebut. Untuk menghasilkan gambus yang lebih indah, menarik, dan mengkilap jangan lupa gunakan minyak kelapa lalu oles pada bagian bakal tersebut. Selain kayu bahan yang diperlukan lainya ialah kulit binatang yang sudah direndam, kulit ini berfungsi untuk menutupi lubang tadi.

Jika sudah selesai tahap berikutnya ialah memasang penyiput yang berbentuk tanduk sebanyak 4 buah pada bagian atas gambung. Penyiput ini berfungsi agar senar menjadi tegang dan sama. Pasang senar pada bagian pangkal atas dengan cara diikat kemudian tarik senar kebagian ujung.

Namun alat musik gambus dalam Tari Zapin Api ini sangat berbeda dengan gambus pada umumnya. Alat petik itu hanya dipasang tujuh senar, bukan 12 seperti umumnya. Tujuh senar itu melambangkan pengkajian diri atas tujuh maqam (martabat seseorang di hadapan Allah). Angka tujuh juga merujuk pada tujuh ayat pada Surat Al Fatihah dalam kitab suci Al Quran.

(45)

Gambar 6

Pada alat musik ini untuk memainkannya tidak sembarangan khususnya pada masyarakat Pulau Rupat, Bengkalis. Dan keunikan yang terdapat pada alat musik gambus terletak ada ritual yang harus dilakukan khalifa Zapin Api. Karena untuk memaikan alat musik ini khususnya untuk Tari Zapin Api sang khalifa Zapin Api harus melalaui beberapa tahapan lagi yaitu,

a. Yang memainkan harus berpuasa 144 hari

Tujuan berpuasa agar para pemain musik dapat menggunakan alat musik ini dengan lembut secara batiniah.

(46)

b. Memandikan alat musik setiap malam jumat

Masyarakat setempat mempercayai bahwasanya alat musik adalah seorang wanita, dan secara khusus diperlakukan selayaknya manusia, sehingga khalifa Zapin Api harus memandikannya secara rutin pada malam jumat.

c. Wudu Asap

Wudu asap ini sama dengan halnya memeberi wewangian terhadap alat musik tersebut.

Dan memberi kesucian mistik terhadap alat musik yang digunakan dalam Tari Zapin Api.

Wudu asap juga dilakukan oleh khalifa Zapin Api.

d. Tidur bersama pada malam jumat

Tahapan – tahapan di atas adalah ritual yang dilakukan untuk alat musik terkhusus gambus, karena dipercayai masyarakat setempat alat musik ini adalah seorang putri yang memiliki suara merdu. Apabila tahapan di atas tidak diikuti maka alat musik tersebut tidak akan berbunyi ketika dimainkan pada saat pertunjukan Tari Zapin Api, yang meniduri gambus ini adalah sang khlifa Zapin Api itu sendiri.

4.1.4 Nilai Estetika yang Terdapat dalam Gerak Tari Zapin Api

Seni tari adalah seni yang menggunakan gerakkan tubuh secara berirama yang dilakukan di tempat dan waktu tertentu yang berguna untuk mengungkapkan perasaan, maksud, dan pikiran, dan merupakan perpaduan antara raga, irama, dan rasa. Menurut pendapat Aristoteles adalah sebuah gerakan ritmis yang bertujuan untuk memberikan visualisasi karakter dan kehidupan yang dijalani oleh manusia sebagaimana mereka bertingkah laku.

Dari hasil suatau pengelolahan gerak yang telah mengalami stilisasi maka terbentuk dua jenis gerak tari, yang pertama gerak tari yang bersifat murni, kedua gerak tari yang bersifat

(47)

mankanawi. Gerak murni adalah hasil pengelolahan gerak tidak mempertimbangkan hasil dari gerak tersebut. Disini yan menjadi pertimbangan adalah faktor nilai keindahan gerak tarinya aja. Sedangkan gerak maknawi adalah gerak yang telah dibentuk

menjadi suatu gerakan tari dimana pengungkapanya mengandung pengertian dan maksud disamping keindahan saja (Supardjan dan Suparthan, 1982:8). Ditinjau dari pengungkapanya ada 2 jenis tari yaitu yang bersifat representative dan non-representatif.

Tarian yang bersifat representati adalah tarian yang memiliki makna. Sedangkan tarian yang non representatif adalah bentuk tari yang tidak mengandung makna hanya untuk kepentingan estetika saja (Supardjan dan Suparthan, 1982:10)

Tari Zapin adalah tari adat khas Riau yang jika diruntut dari sejarah merupakan sebuah akulturasi dua kebudayaan, yakni budaya Arab dan budaya Melayu pada masa lalu. Akulturasi ini terjadi karena banyaknya orang-orang yang berasal dari wilayah Arab tinggal di daerah Riau.

Sehingga terjadi perpaduan budaya dengan masyarakat melayu dan dikenang hingga saat ini. Tari Zapin adalah jenis tari berpasangan yang dipertunjukkan dalam berbagai acara dan hiburan masyarakat.

(48)

Gambar 7

Sedangkan Tari Zapin Api merupakan salah satu budaya Riau berupa tarian yang diiringi musik Melayu. Zapin api, mengharuskan para penarinya untuk bergoyang ditengah bara api. Menariknya para penari sama sekali tidak merasa panas. Mereka justru terlihat begitu menikmati tarian dan seolah sedang bermain di tengah api yang semakin membara. Memang kondisi ini tidak dapat dicerna logika, terlebih api yang panas itu tidak mampu melukai kulit penarinya dan dalam tarian Zapin Api penarinya harus ganjil. Dalam tarian ini ada beberapa kriteria yang berbeda dari tarian lain, seperti:

1. Silat (Pemandu/ketua)

Penari yang satu ini manari layaknya seorang sedang bersilat, seperti berdiri dengan teknik kuda-kuda, yaitu menepakkan kaki yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan pada saat melompat kecil-kecil, sesekali melentikan ujung jari dengan expresi wajah seolah memasuki dunia lain dan didukung lantunan musik Zapin sebagai tempo gerakan. Selanjutnyan penari berlari mencari bunga-bunga api yang berterbangan, penari Zapin yang menggunakan

(49)

Gambar 8

2. Tarian mengebe/silat khusus

Gerakan ini sering disebut mengebe geraka-gerakan yang dilakukan tidak jauh beda dengan gerakan silat pada umumnya, namun bedanya penari ini pembawaanya lebih santai dan tidak terlalu agresif dengan api, gerakan yang dilakuan tampak berpola mengangkat satu kaki dan tangan kanan sesekali melompat kecil dan menghempaskan kaki ketanah begitu secara bergantian, bentuk tubuh yang ditampilakan selalu membentuk teknik kuda-kuda, sesekali memberi gerakan memutar badan dan menepuk tangan mengikuti hentakan musik Zapin Api.

Gerakan mengebe memang khusus untuk yang memeng memiliki turunan dari leluhur Zapin Api, roh yang masuk kedalam penari dengan gerakan mengebe ini tidak akan berpindah kedalam tubuh penari yang lain.

(50)

Gambar 9

3. Munsang / Makan Api

Munsang artinya hewan hutan yang menyerupai harimau, jadi roh yang masuk kedalam

tubuh penari ini ialah seekor hewan, masyarakat setempat menyebutnya Munsang. Gerakan munsang sangat agresif dan sangat berbahaya, masuk kedalam tumpukan bara api yang terbuat dari sabut kelapa dan memakan api dengan memejamkan mata lalu melompat-lompa dengan memberikan ekspresi bahagia, penari ini seolah olah bermain dengan bunga-bunga bukan berhadapan dengan bara api.

(51)

Gambar 10 4 Tari Sapu Badan (Mandi Bunga)

Gambar 11

Gambar

Gambar 10  4  Tari Sapu Badan (Mandi Bunga)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan menjelaskan bentuk Tari Zapin Gergaji Labuhan pada masyarakat Melayu di Kecamatan Medan Marelan.. Penelitian ini menggunakan teori-teori yang

Adapun judul Skripsi ini adalah “ Akulturasi Alat Musik Tradisional Bansi (Minangkabau) Pada Iringan Tari Gobuk di Lembaga Kesenian YUSDA Kecamatan Tanjung

Hasil penelitian berdasarkan data yang terkumpul, dapat diketahui bahwa Tari Rapa’I Geleng tergolong tari tradisional Aceh yang berasal dari desa Seuneulop

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran musik pengiring pada tari cakalele, bentuk musik pengiring dalam tari cakalele, serta alat musik yang digunakan

Alat musik tradisional Karo apa saja yang d ipakai dalam seni p ertunjukan tari sijegiren.. Bagaimanakah hamb atan y ang terjadi ketika kulcap i tidak ditemp atkan dalam

Rekonstruksi Tari Tradisi Zapin 12 Kuala Kampar Di Sanggar Panglima Kota Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan Riau.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Peran alat musik beduk dalam musik iringan tari Melayu di Kota Pontianak menjadi bagian dari perkusi pada musik iringan tari Melayu, musik iringan lagu-lagu

dasar tari zapin kreasi pada siswa kelas V SD Negeri 138 Pekanbaru.” Berdasarkan Latar Belakang di atas, maka Rumusan Masalah dalam Penelitian Tidakan Kelas