• Tidak ada hasil yang ditemukan

S K R I P S I. Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "S K R I P S I. Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara."

Copied!
158
0
0

Teks penuh

(1)

S K R I P S I

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

VICTOR LUGA HAMONANGAN HARIANDJA NIM:120200408

DEPARTEMEN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2016

(2)

PROSEDUR PENDIRIAN DAN PERIZINAN KOPERASI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG KOPERASI No.17 tahun 2012

DITINJAU DARI SUDUT HUKUM ADMINISTRASI NEGARA (Studi kasus Koperasi Simpan Pinjam Cinta Kasih Krakatau Bilal Medan)

Oleh

VICTOR LUGA HAMONANGAN HARIANDJA NIM:120200408

Disetujui Oleh

Departemen Hukum Administrasi Negara

SURIA NINGSIH, SH., M.Hum

NIP. 196002141987032002

Pembimbing I Pembimbing II

Suria Ningsih, SH., M.Hum Boy Laksamana,SH,M.Hum NIP. 196002141987032002 NIP.197503202009121002

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “PROSEDUR PENDIRIAN DAN PERIZINAN KOPERASI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG KOPERASI NO.17 TAHUN 2012 DITINJAU DARI SUDUT HUKUM ADMINISTRASI NEGARA (STUDI KASUS KOPERASI SIMPAN PINJAM CINTA KASIH KRAKATAU BILAL MEDAN)” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri dan disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dari plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi dengan peraturan yang berlaku.

Medan, 26 Mei 2016 Yang membuat Pernyataan

Viktor Luga Hamonangan Hariandja 120200408

(4)

ABSTRAK

PROSEDUR PENDIRIAN DAN PERIZINAN KOPERASI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG KOPERASI NO.17 TAHUN 2012 DITINJAU DARI

SUDUT HUKUM ADMINISTRASI NEGARA (STUDI KASUS

KOPERASI SIMPAN PINJAM CINTA KASIH KRAKATAU BILAL MEDAN)

*Viktor Luga Hamonangan Hariandja

**Suria Ningsih

***Boy Laksamana

Proses pendirian dan perizinan Koperasi merupakan hal yang utama yang harus dilakukan oleh pendiri Koperasi sebelum melakukan aktivitasnya di masyarakat. Hal ini di atur dalam Undang-undang Koperasi nomor 17 tahun 2012.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis proses pendirian dan perizinan Koperasi studi kasus Koperasi Simpan Pinjam Cinta Kasih Krakatau Bilal Medan serta kendala-kendala yang dihadapi dalam proses penerbitan akta pendirian dan perizinan di Kota Medan. Jenis penelitian adalah penelitian hukum yuridis normatif yaitu tipe penelitian yang difokuskan untuk mengkaji penerapan kaedah-kaedah atau norma-norma dalam hukum positif.

Akta pendirian dan perizinan Koperasi berdasarkan Undang-undang nomor 17 tahun 2012 yang diperjelas pada Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM nomor 1 tahun 2006 yaitu pasal 4 dan pasal 5 ayat (1) Para pendiri wajib mengadakan rapat persiapan tangga untuk keperluan pendirian koperasi yang dihadiri sekurang-kurangnya 20 (Dua Puluh) orang pendiri serta notaris dan pejabat yang berwenang. Kendala dalam penerbitan akta pendirian dan perizinan koperasi di Kota Medan antara lain pelayanan publik oleh instansi terkait dan lambannya proses penerbitan akta, serta mahalnya biaya notaris sebagai bagian dari proses administrasi Negara.

Kata kunci : Prosedur pendirian dan perizinan koperasi

*Mahasiswa Fakultas Hukum USU

**Dosen Pembimbing I / Sekaligus Ketua Departemen Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum USU

***Dosen Pembimbing II / Dosen Fakultas Hukum USU

(5)

KATA PENGANTAR

Untuk pertama kali, penulis ucapkan puji syukur dan hormat Kemuliaan kepada Tuhan atas berkat pertolongan-Nyalah penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dari awal pengerjaan hingga akhir. Sungguh tidak terduga hal-hal indah yang boleh Tuhan izinkan selama proses pengerjaan skirpsi ini. Terkhusus untuk Orangtua penulis yang terkasih Mustar Hariandja,SE dan Ratna Gultom yang senantiasa memberikan doa dan dukungan penuh kepada penulis selama ini.

Tugas skripsi ini dikerjakan demi memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari bahwa skripsi ini bukanlah tujuan akhir dari belajar karena pendidikan merupakan longlife education.

Terselesaikannya skripsi ini tentunya tak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Karenanya, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Bapak Prof., Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum Univesitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr.OK.Saidin,SH.,M.Hum Selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Puspa Melati Hasibuan.,SH,M.Hum,selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Suria Ningsih, SH., M.Hum selaku Ketua Departemen Hukum Administrasi Negara sekaligus Dosen Pembimbing I skripsi penulis yang telah memberikan saran dan petunjuk dalam pengerjaan skripsi ini.

5. Bapak Boy Laksamana, SH., M.Hum selaku dosen pembimbing II skirpsi penulis yang dengan sabar membimbing penulis hingga skripsi ini selesai.

6. Seluruh Staf dosen pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

7. Seluruh pegawai Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

8. Ungkapan terima kasih kepada adik-adik penulis Mauli Eka Wati Hariandja dan Yosua Hariandja yang telah mendukung dan memberikan doa kepada penulis untuk menyelesaikan studi di Fakultas Hukum USU.

(6)

9. Tidak lupa kepada Wanita Terkasih penulis, Yohana Oktryanti Nababan,SE yang sudah setia menemani penulis kesana-kemari selama menyelesaikan pendidikan S1 Hukum Universitas Sumatera Utara.

10. Terima kasih kepada Bapak Jallepen Sipayung, SH dan Bapak Edisman Silalahi,SE selaku pengurus Koperasi Simpan Pinjam Cinta Kasih Krakatau Bilal Medan dan para pegawai yang telah meluangkan waktunya pada penulis dalam wawancara guna mendapatkan informasi sehingga skrispi ini selesai.

11. Sahabat-sahabat penulis Gomgom Sidabutar,ST dan Daniel Sihite dan seluruh teman-teman stambuk 2012 Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Kiranya Tuhan membalas setiap kebaikan dari semua pihak yang telah membantu penulis selama proses perkuliahan dan pengerjaan skripsi ini.

Akhir kata, semoga penelitian ini bisa berrmanfaat dan menginspirasi banyak pihak. Terima kasih.

Medan, 27 Mei 2016

Penulis

Viktor Luga Hamonangan Hariandja

120200408

(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A Latar Belakang... 1

B Perumusan Masalah ... 5

C Tujuan dan manfaat Penelitian ... 5

D Keaslian Penulisan... 6

E Tinjauan Pustaka ... 7

F Metode Penelitian ... 9

G Sistematika Penulisan ... 12

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGKOPERASIAN DI INDONESIA ... 14

A Pengertian dan Asas dalam Koperasi ... 14

B Sejarah Koperasi dan Perkembangan Koperasi Di Indonesia ... 19

C Bentuk dan Pendirian Koperasi ... 30

BAB III PROSEDUR PENDIRIAN KOPERASI DAN PERIZINAN KOPERASI ... 50

A Gambaran Umum Koperasi Simpan Pinjam Cinta Kasih Krakatau Bilal Medan ... 50

B Dasar Hukum Pendirian Koperasi ... 65

C Proses Pemberian Izin Pendirian Koperasi Berdasarkan Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian ... 69

(8)

BAB IV KENDALA-KENDAL DALAM PENERBITAN PENDIRIAN KOPERASI SIMPAN PINJAM CINTA KASIH KRAKATAU

BILAL MEDAN ... 76

A Hambatan dalam Pemberian Perizinan Pendirian Koperasi Simpan Pinjam Cinta Kasih ... 76

B Hambatan dalam Pengembangan Koperasi di Kota Medan ... 77

C Solusi dalam Mengatasi Pendirian Koperasi ... 86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 89

A Kesimpulan ... 89

B Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 92

LAMPIRAN ... 95

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Koperasi merupakan bagian dari tata susunan ekonomi, hal ini berarti bahwa dalam kegiatannya Koperasi turut mengambil bagian bagi tercapainya kehidupan ekonomi yang sejahtera, baik bagi orang-orang yang menjadi anggota perkumpulan itu sendiri maupun untuk masyarakat di sekitarnya. Koperasi sebagai perkumpulan untuk kesejahteraan bersama, melakukan usaha dan kegiatan di bidang pemenuhan kebutuhan bersama dari para anggotannya.Koperasi mempunyai peranan yang cukup besar dalam menyusun usaha bersama dari orang-orang yang mempunyai kemampuan ekonomi terbatas. Dalam rangka usaha untuk memajukan kedudukan rakyat yang memiliki kemampuan ekonomi terbatas tersebut, maka Pemerintah Indonesia memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan perkumpulan-perkumpulan Koperasi21.

Konstitusi Negara kesatuan Republik Indonesia memberikan landasan bagi penyusunan dan pengelolaan ekonomi nasional dalam rangka memberikan kesejahteraan kepada rakyat banyak dengan asasdemokrasi ekonomi.hal ini ditegaskan dalam pasal 33 ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945 bahwa Perekonomian dususun sebagai usaha bersama atas asas kekeluargaan.dalam arti yang lebih luas, dirumuskan pada ayat 4 pasal tersebut diatas ,bahwa perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan,berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.Koperasi yang sering disebut dengan sokoguru ekonomi kerakyatan ini batasannya dirumuskan dalam Undang-Undang Perkoperasian Nomor 25 Tahun 1992 pasal 1 ayat 1.

21 I.G.Gde. Raka, Pengantar Pengetahuan Koperasi. (Jakarta: Departemen Koperasi, 1983), hlm. 15.

(10)

Sebagai badan usaha berbadan hukum dan melakukan kegiatan berdasarkan prinsip ekonomi, sesungguhnya koperasi adalah suatu kegiatan usaha karena prinsip ekonomi itu sendiri merupakan filosofi yang tidak dapat dilepaskan dari tujuan mencari keuntungan. Hal lainnya yang menunjukkan ciri koperasi sebagai perkumpulan adalah status keanggotaan dan hak suara tentang keanggotaan koperasi,pasal 29 ayat 2 Undang-Undang Perkoperasian Nomor 17 Tahun 2012 menyatakan bahwa keanggotaan koperasi tidak dapat dipindah tangankan. Hal ini berbeda dengan Perseroan Terbatas khususnya Perseroan Terbatas yang telah go public dimana para pemegang saham dapat memper-jual belikan sahamnya sewaktu-waktu.22

Seseorang dikatakan sejahtera apabila merasa bebas untuk mewujudkan kehidupan individual dan sosialnya sesuai dengan aspirasi serta dengan kemungkinan-kemungkinan yang tersedia bagi dirinya, tidak berarti bahwa yang dikejar dalam menciptakan kesejahteraan hanya kebebasan. Kebebasan dari satu orang akan berhadapan dengan kebebasan orang lain, demikian pula kepentingan sekelompok orang akan berhadapan dengan kepentingan pihak lain, untuk itu perlu ada keselarasan. Peran pemerintah dalam hal ini sangat diharapkan untuk mewujudkan kondisi itu, baik melalui pengaturan, kebijakan tetentu, maupun stelsel Perizinan.Perizinan itu sendiri dipandang sebagai salah satu instrumen pengaturan yang paling banyak digunakan oleh pemerintahan dalam mengendalikan masyarakat agar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Melalui pemerintahan yang desentralistik, akan terbuka wadah demokrasi bagi masyarakat lokal untuk berperan dalam menentukan nasibnya, serta berorientasi kepada kepentingan rakyat melalui pemerintahan daerah yang terpercaya, terbuka dan jujur serta bersikap tidak mengelak terhadap tanggung jawab sebagai prasyarat terwujudnya pemerintahan yang akuntabel dan mampu memenuhi asas-asas kepatuhan dalam pemerintahan.23

22 Sutantya Rahardja Hadikusuma,Hukum Koperasi Indonesia,Cet.II.(Jakarta:Raja Grafindo Persada,2001),hlm. 1-2

23 Ridwan Juniarso,Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara dan Pelayanan publik.Bandung:Nuansa.2009,hlm.229

(11)

Pemerintah dalam rangka mewujudkan tata pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa, dihadapkan pada pelaksanaan tugas yang sangat luas dan kompleks. Pemerintah memiliki hak dan wewenang untuk mengatur kehidupan warga negaranya. Pada dasarnya penyelenggaraan pemerintahan mengemban tiga fungsi hakiki, yaitu pelayanan (service), pemberdayaan (empowerment), dan pembangunan (development). Jadi selain melaksanakan pembangunan, pemerintah juga memberikan pelayanan publik.

Dibentuknya daerah-daerah otonom diseluruh wilayah Indonesia, memiliki keterkaitan erat dengan ketentuan pasal 1 ayat 2 UUD 1945 yang menyatakan “Kedaulatan rakyat ditangan rakyat”. Pencerminan demokrasi dalam pemerintahan daerah adalah merealisasikan politik desentralisasi untuk satuan- satuan wilayah di Negara Indonesia. Sehingga dasar dan otonomi daerah didasarkan pada keadaan dan factor-faktor rill dalam masyarakat serta untuk mewujudkan keinginan masyarakat. Pemerintah daerah diberikan kekuasaan untuk mengatur rumah tangganya sendiri.24

Hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, dalam kerangka hukum Tata Negara, pelimpahan wewenang pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam negara Indonesia adalah dalam rangka melaksanakan asas desentralisasi dan dekonsentrasi dalam kerangka negara kesatuan. Akibat mutlak dari negara kesatuan adalah adanya stelsel pengawasan atas segala keputusan pemerintah daerah dalam menyelenggarkan pemerintah daerah, sehingga selalu diusahakan terpelihara kesatuan, harmoniasasi hubungan pusat dan daerah. Dalam arti bahwa kemerdekaan daerah dalam mengurus rumah tangganya tidak merusak hubungan negara dan daerahnya. Hubungan antara pusat dan daerah dalam negara dan pemerintahan yang didesentralisir harus tetap ada dan terpelihara.25

Koperasi Simpan Pinjam Cinta Kasih Krakatau Bilal salah satu koperasi

24 Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945

25 Ridwan, Juniarso.Hukum Administrasi Negara dan Kebijakan Pelayanan Publik.

Bandung :Nuansa,.2009, hlm 165.

(12)

yang berdiri dikota Medan merupakan suatu bentuk usaha kecil menengah yg menunjang ekonomi kerakyatan yang berusaha berperan nyata mengembangkan dan memberdayakan tata ekonomi nasional yang berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi dalam rangka mewujudkan masyarakat maju, adil, dan makmur.Untuk mencapai hal tersebut, keseluruhan kegiatan Koperasi harus diselenggarakan berdasarkan nilai yang terkandung dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta nilai dan prinsip Koperasi.

Pembangunan Koperasi telah diselenggarakan sejak beberapa dekade yang lalu. Ditinjau dari segi kuantitas, hasil pembangunan tersebut sungguh membanggakan ditandai dengan jumlah koperasi di Indonesia yang meningkat pesat. Namun, jika ditinjau dari segi kualitas, masih perlu diperbaiki sehingga mencapai kondisi yang diharapkan. Sebagian Koperasi belum berperan secara signifikan kontribusinya terhadap perekonomian nasional.

Pembangunan Koperasi seharusnya diarahkan pada penguatan kelembagaan dan usaha agar Koperasi menjadi sehat, kuat, mandiri, tangguh, dan berkembang melalui peningkatan kerjasama, potensi, dan kemampuan ekonomi Anggota, serta peran dalam perekonomian nasional dan global.

Banyak faktor yang menghambat kemajuan Koperasi. Hal tersebut berakibat pada pengembangan dan pemberdayaan Koperasi sulit untuk mewujudkan Koperasi yang kuat dan mandiri yang mampu mengembangkan dan meningkatkan kerja sama, potensi, dan kemampuan ekonomi Anggota dalam rangka meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya hal inilah yang membuat penulis berkeinginan untuk mengkaji permasalahan tersebut dalam skripsi berjudul “Prosedur Pendirian dan Perizinan Koperasi Berdassarkan Undang-Undang Koperasi No.17 Tahun 2012 Ditinjau dari Sudut Hukum Administrasi Negara(Studi Kasus Koperasi Simpan Pinjam Cinta Kasih Krakatau Bilal Medan.

Dari latar belakang diatas,maka penulis tertarik untuk memilih judul

“Prosedur Pendirian dan Perizinan Koperasi Berdassarkan Undang-Undang

(13)

Koperasi No.17 Tahun 2012 Ditinjau dari Sudut Hukum Administrasi Negara (Studi Kasus Koperasi Simpan Pinjam Cinta Kasih Krakatau Bilal Medan)”.

B. Perumusan Masalah

Dalam setiap penulisan skripsi tentulah ditemukan yang menjadi permasalahan yang merupakan titik tolak bagi pembahasan nantinya. Adapun yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah Gambaran umum Perkooperasian di Indonesia?

2. Bagaimanakah Prosedur Pendirian Koperasi Simpan Pinjam Cinta Kasih Krakatau Bilal Medan Berdasarkan Undang-Undang No.17 Tahun 2012?

3. Bagaimanakah Kendala-Kendala dalam Pendirian Koperasi Simpan Pinjam Cinta Kasih Krakatau Bilal Medan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui bagaimana gambaran umum tetang perrkooperasian di Indonesia.

b. Untuk mengetahui bagaimana prosedur pendirian Koperasi Simpan Pinjam Cinta Kasih Krakatau Bilal Medan.

c. Untuk mengetahui kendala-Kendala dalam Pendirian Koperasi Simpan Pinjam Cinta Kasih Krakatau Bilal Medan.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut:

a.Manfaat Teoritis

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan dapat memberikan kontribusi untuk memperkaya khasanah ilmu hukum,khususnya dalam perspektif hukum administrasi Negara untuk

(14)

mewujudkan birokrasi yang berwatak responsive,competent,dan accountable.

2) Hasil penelitian ini diharapkan juga pula dapatkan memberikan sumbangan pemikiran mengenai konsep birokrasi Pemerintaha Indonesia dalam proses pendirian koperasi di Kota Medan sesuai dengan Undang-Undang Koperasi Nomor 17 Tahun 2012 Tentang Perkooperasian.

b.Manafaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi praktis kepada para Warga Indonesia yang memiliki minat untuk menjalankan Koperasi agar dengan memahami terlebih dahulu pengetahuan prosedur dan perizinan pada Koperasi sesuai dengan Undang-Undang Koperasi Nomor 17 Tahun 2012.

D. Keaslian Penulisan

Berdasarkan penelusuran dan hasil pengamatan yang telah dilakukan oleh penulis baik di perpustakaan Uiversitas Sumatera Utara maupun diperpustakaan cabang Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,maka dari itu peneliti memilih judul skripsi dengan judul “Prosedur Pendirian dan Perizinan Koperasi berdasarkan undang-undang nomor 17 tahun 2012(studi kasus koperasi simpan pinjam cinta kasis Krakatau bilal Medan)”. Judul penelitian ini sendiri belum pernah diteliti oleh peneliti yang lain,namun terdapat judul yang mirip dengan judul diatas,adapun judul yang mirip dengan judul skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Martunas Sianturi, 9002001164 dengan judul skripsi Aspek Hukum Administrasi Negara Dalam Pemberian Izin Penyiaran (Studi Kasus PT.

Radio Khamasutra),

(15)

2. Debora Margareth Uli Silitonga,100200378 Prosedur Pemberian izin mendirikan bangunan berdasarkan peraturan daerah kabupaten dli serdang Nomor 14 Tahun 2006 (studi kasus di kabupaten deli serdang).

E. Tinjauan Pustaka

Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum Koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip Koperasi.26 Pengertian koperasi juga dapat dilakukan dari pendekatan asal yaitu kata koperasi berasal dari bahasa Latin "coopere", yang dalam bahasa Inggris disebut cooperation. Co berarti bersama dan operation berarti bekerja, jadi cooperation berarti bekerja sama. Terminologi koperasi yang mempunyai arti "kerja sama", atau paling tidak mengandung makna kerja sama.27

1. Menurut International Labour Organization (ILO),Cooperative defined as an association of person usually of limited means, who have voluntarilyjoined together to achieve a common economic end through the formation of a democratically controlled business organization, making equitable contribution to the capital required and accepting a fair share of the risk and benefits of the undertaking.

2. Menurut Arifinal Chaniago,Koperasi adalah suatu perkumpulan beranggotakan orang-orang atau badan hukum, yang memberikan kebebasan kepada anggota untuk masuk dan keluar, dengan bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan usaha untuk mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya.

3. Menurut P.J.V. Dooren,Koperasi tidaklah hanya kumpulan orang-orang, akan tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari badan-badan hukum (corporate).

26 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 Tentang Perkooperasian Pasal 1 angka (1)

27 Sutantya Rahardja Hadikusuma,Hukum Koperasi Indonesia,Cet.II.(Jakarta:Raja Grafindo Persada,2001),hlm. 5-6

(16)

4. Menurut Moh. Hatta,Koperasi adalah usaha bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi berdasarkan tolong-menolong. Semangat tolong menolong tersebut didorong oleh keinginan memberi jasa kepada kawan berdasarkan prinsip seorang buat semua dan semua buat seorang.

5. Menurut Munkner,Koperasi adalah organisasi tolong menolong yang menjalankan urusniaga secara kumpulan, yang berazaskan konsep tolong menolong. Aktivitas dalam urusan niaga semata-mata bertujuan ekonomi, bukan sosial seperti yang dikandung gotong royong.28

Perizinan adalah salah satu bentuk pelaksanaan fungsi pengaturan dan bersifat pengendalian yang dimiliki oleh pemerintah terhadap kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat. Perizinan maksudnya dapat berbentuk pendaftaran, rekomendasi sertifikat, penentuan kuota dan izin untuk melaksanakan sesuatu usaha yang biasanya harus dimiliki atau diperoleh suatu organisasi perusahaan atau seseorang sebelum yang bersangkutan dapat melakukan suatu kegiatan atau tindakan yang dilakukan.Izin adalah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undang atau aturan pemerintah, untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan larangan perundangan.29

Hukum perizinan merupakan hukum publik yang pelaksanaannya dilakukan oleh pemerintah baik pemerintah di pusat maupun di daerah sebagai aparatur penyelenggaraan negara mengingat hukum perizinan ini berkaitan dengan pemerintah maka mekanisme media dapat dikatakan bahwa hukum perizinan termasuk disiplin ilmu Hukum Administrasi Negara atau hukum 'Tata Pemerintahan seperti yang kita ketahui pemerintah adalah : sebagai pembinaan dan pengendalian dari masyarakat dan salah satu fungsi pemerintah di bidang pembinaan dan pengendalian izin adalah pemberian izin kepada masyarakat dan organisasi tertentu yang merupakan mekanisme pengendalian administratif yang

28 Andjar Pachta W,Hukum Koperasi Indonesia,(Universitas Indonesia:Kecana Media Group,2005),hlm.15-16

29 Philipus M.Hadjon, Pengantar Hukum Perizinan, Jakarta: Yuridiks, 1993, hlm. 2

(17)

harus dilakukan di dalam praktek pemerintahan.30

N.M.Spelt dan J.B.J.M.Ten Berge, menyatakan bahwa secara umum izin merupakan suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan larangan perundang-undangan (izin dalam arti sempit). Berdasarkan pendapat tersebut, dalam izin dapat dipahami bahwa suatu pihak tidak dapat melakukan sesuatu kecuali diizinkan atau diberi izin. Artinya, kemungkinan seseorang atau suatu pihak tertutup kecuali diizinkan oleh pemerintah. Dengan demikian pemerintah mengikatkan perannya dalam kegiatan yang dilakukan oleh orang atau pihak yang bersangkutan. Selanjutnya larangan-larangan tersebut diikuti dengan perincian syarat-syarat, kriteria dan sebagainya yang perlu dipenuhi oleh pemohon, untuk memperoleh dispensasi dari larangan, disertai dengan penetapan prosedur dan petunjuk pelaksanaan (juklak) kepada pejabat-pejabat administrasi negara yang bersangkutan.31

Menurut Sjachran Basah, izin adalah perbuatan hukum administrasi negara bersegi satu yang mengaplikasikan peraturan dalam hal konkret berdasarkan persyaratan dan prosedur sebagaimana ditetapkan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan.32

F. Metode Penelitian

Istilah “Metode”berasal dari bahasa Yunani yaitu “Methods” yang berarti cara atau jalan sehubungan dengan penelitian yang menyangkut cara kerja yang berfungsi untuk memahami objek yang menjadi sasaran dari ilmu yang bersangkutan33.

Dalam suatu penelitian guna menemukan dan mengembangkan kejelasan

30 S.J. Fockema Andreae, Rechtsgdeerd Handwoordenboek, Tweede Druk, J.B. Wolter’

Uitgeversmaatshappij N.V., (Groningen, 1951), hlm. 311

31N.M.Spelt dan J.B.M. ten Berge,Pengamar Hukum Perizinan, disunting oleh Philipus M.Hadjon. Yundika . Surabaya, 1993, hlm.2-3.

32 Sjachran Basah, Pencabutan Izin Salah Satu Sanksi Hukum Administrasi, Makalah pada Penataran Hukum Administrasi dan lingkungan di Fakultas Hukum Unair, Surabaya, 1995, hlm. 2.

33 https://id.wikipedia.org/wiki/Metodepenelitian diakses tanggal 14 Maret 2016

(18)

dari sebuah pengetahuan maka diperlukan metode penelitian. Karena dengan menggunakan metode penelitian akan memberikan kemudahan dalam mencapai tujuan dari penelitian,kemudian dalam mencapai tujuan dari peneliti, kemudian penelitian tidak lain dari suatu metode studi yang dilakukan melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap suatu masalah, sehingga diperoleh pemmecahan yang tepat terhadap masalah-masalah.

Maka dengan metode penelitian yang digunakan untuk menganalisa permasalahan seperti diuraikan sebelumnya adalah sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif. Penelitian yuridis normatif adalah metode penelitian yang mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang- undangan.Penelitian ini juga menggunakan pendekatan yuridis empiris, yaitu penelitian yang menitikberatkan perilaku individu atau masyarakat dalam kaitannya dengan hukum.34

Penelitian dalam skripsi ini bersifat deskriptif analitis. Penelitian yang bersifat deskriptif analitis merupakan suatu penelitian yang menggambarkan, menelaah, menjelaskan, dan menganalisis peraturan hukum.Dengan menggunakan sifat deskriptif ini, maka peraturan hukum dalam penelitian ini dapat dengan tepat digambarkan dan dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian ini. Pendekatan masalah mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku (Statute Approach)35

2. Sumber Data

Data yang kemudian diharapkan dapat diperoleh di tempat penelitian

34 Soerjono Soekanto dan Sri Mamadji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2009, hlm 1.

35 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta, Kencana Prenada Media, 2010, hlm 87

(19)

maupun di luar penelitian adalah sebagai berikut : a. Data Primer

Sumber data yang berupa keterangan-keterangan yang berasal dari pihak- pihak atau instansi-instansi yang terkait dengan objek yang diteliti secara langsung, yang dimaksudkan untuk lebih memahami maksud, tujuan dan arti dari data sekunder yang ada.

b. Data Sekunder

Sumber data sekunder sebagai pendukung data primer yang di dapat melalui penelitian kepustakaan yaitu dengan membaca dan mempelajari literatur-literatur, peraturan perundang-undangan, dokumen-dokumen yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini.

c. Data Tersier

Bahan hukum tersier yaitu kamus, ensiklopedia, dan bahan-bahan lain yang dapat memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap bahan-bahan hukum primer dan sekunder yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpul data yang digunakan penulis untuk data primer adalah wawancara. Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelusuran data sekuender adalah studi dokumentasi atau melalui penelusuran literatur. Kegiatan yang akan dilakukan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu Studi Pustaka dengan cara identifikasi isi. Alat pengumpulan data dengan mengidentifikasi isi dari data sekunder diperoleh dengan cara membaca, mengkaji, dan mempelajari bahan pustaka baik berupa peraturan perundang- undangan, artikel ,dari internet, makalah seminar nasional, jurnal, dokumen, dan

(20)

data- data lain yang mempunyai kaitan dengan data penelitian ini.36

4. Analisis Data

Data yang di peroleh dari hasil penelitian kemudian di analisa dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif, berdasarkan disiplin ilmu hukum dengan memperhatikan fakta-fakta yang ada di lapangan. Kemudian di kelompokkan, di hubungkan dan dibandingkan dengan ketentuan hukum yang Berkaitan dengan koperasi.Dengan demikian,kegiatan analisis ini akan memberikan solusi atas permasalahan dalam penelitian ini baik secara normatif maupun secara faktual di lapangan

G. Sistematika Penulisan BAB I

PENDAHULUAN

Bagian bab ini akan membahas tentang Latar Belakang,Perumusan Masalah,Tujuan dan Manfaat Penelitian,Keaslian Penulisan,Tinjauan Pustaka,Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PERKOOPERASIAN di INDONESIA Bagian bab ini akan membahas tentang pengertian dan asas dalam KOPERASI dan Sejarah dan Perkembangan Hukum Koperasi di Indonesia serta Bentuk dan Pendirian Koperasi.

BAB III

PROSEDUR PENDIRIAN KOPERASI dan PERIZINAN KOPERASI Bagian bab ini akan membahas tentang gambaran umum Koperasi Simpan

36 Soerjono Soekanto.Op.Cit.,hal 22

(21)

Pinjam Cinta Kasih Krakatau Bilal Medan berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkooperasian dan Dasar Hukum Pendirian Koperasi

BAB IV

KENDALA-KENDALA DALAM PENERBITAN PENDIRIAN KOPERASI SIMPAN PINJAM CINTA KASIH KRAKATAU BILAL MEDAN

Pada bagian bab ini akan membahas tentang Hambatan dalam pendirian Perizinan koperasi dan Solusi dalam mengatasi Hambatan Pendirian Koperasi.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bab kesimpulan dan saran dari seluruh rangkaian bab- bab sebelumnya.Dalam bab ini berisikan kesimpulan yang dibuat berdasarkan uraian penelitian,kemudian dilengkapi dengan saran yang mungkin bermanfaat dimasa yang akan datang untuk penelitian lanjutan.

(22)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PERKOOPERASIAN DI INDONESIA

A. Pengertian dan Asas Dalam Koperasi

Secara etimologi,Koperasi berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu cooperative;merupakan gabungan dua kata co dan operation.Dalam bahasa Belanda disebut cooperative,yang artinya adalah kerjasama.Dalam Bahasa Indonesia dilafalkan menjadi koperasi.37

Henry Campbel Blacks dalam Blacks law dictionary mendefinisikan cooperative sebagai:

A coporation or association organized for purpose of rendering economic services,without gain to itself,to shareholders or members who own and control its.Type of business that is owned by its member customers.

Cooperative vary widely in character and in the manner in which they function.They have been classified along functional lines as follows: (a) consumer cooperative(incluiding customer stores,husing cooperatives,utility cooperative and health cooperative); (b) marketing cooperative; (c) business purchasing cooperatives; (d) workers productive cooperatives (e) financial cooperative (such as the credit union,mutual savings bank, savings and loan association,and production credit association); (f) insurance cooperative; (g) labor unions; (h) trade association; and (i) self-help cooperative.

The required from for a cooperative may differ in different states; e.g.

unincorporated association ,cooperative association, nonprofit corporation.Sedangkan cooperative corporation didefinisikan sebagai berikut:A”cooperative corporation”, While having a corporate existence,is

37 Andjar Pachta W.Hukum Koperasi Indonesia.Jakarta:Universitas Indonesia,Kencana 2001,hal 15

(23)

primarily an organization for purpose of providing services and profit to its members and not for corporate profit.38

International Labor Aliance (ICA) dalam kongresnya yang ke-100 di Manchester tahun 1995 telah mengesahkan ICA Cooperative Identity Statement (ICIS) dan mendefinisikan koperasi sebagai:

An autonomos association of person united voluntarily to meet their common economic,social and cultural needs and aspirations through a jointly- owned and democratically-controlled enterprise.39

Frank Robotka dalam tulisannya berjudul A Theory of cooperative,mengemukakan bahwa kebanyakan ekonom-ekonom Amerika Serikat yang telah menulis tentang teori koperasi, pada umumnya menerima ide-ide umum tentang perkumpulan koperasi (cooperative business association) sebagai berikut:

Perkumpulan koperasi adalah suatu bentuk badan usaha atau persekutuan ekonomi,yakni suatu perkumpulan yang anggota-anggotanya adalah para langanannya (patrons).Koperasi diorganisasikan oleh mereka dan pada dasarnya dimiliki dan diawasi oleh para anggota dan bekerja untuk kemanfaatan atau kuntungan bagi para anggota dan bekerja untuk kemanfaatan mereka.Hal ini sangat berlawanan dengan unit-unit usaha yang bekerja untuk kemanfaatan atau keuntungan bagi para pemilik modal atau para penerima upah.

Mengenai teknik organisasi dan teknik operasional,pembagian dan praktik usahanya terdapat kesesuaian pendapat dengan apa yang disebut Rochdale Principle, misalnya berdagang dengan harga umum,pembagian sisa hasil usaha menurut jasa anggota,menolak pemberian suara yang diwakili (proxy voting),pengawasan hanyalah oleh anggota yang aktif (aktif patrons

38Ibid,hal 16

39Ahmed, Riazuddin, Cooperative Movement in South East Asia Obstacles to Development. Dalam Dr. Mauritz Bonow (Ed). The Role of Cooperatives in Social andEconomic Development.London: International Cooperative Alliance, 1964), hal. 6

(24)

members),pembayaran yang rendah oleh para anggotanya untuk keanggotaannya,netral dalam politik dan agama,dan seterusnya.

Selanjutnya Frank Robotka mengutip pendapat J.D.Black yang mengemukakan bahwa koperasi sebagai struktur ekonomi merupakan suatu kombinasi horizontal dari unit-unit yang dikoordinasikan,melayani berbagai tujuan dari unit-unit itu. Akan tetapi, apabila integrasi vertikal dipertimbangkan baik ke depan terhadap konsumen atau ke belakang terhadap sumber daya yang tersedia. Kombinasi horizontal perlu diantara unit-unit yang terlalu kecil untuk melaksanakan integrasi vertikal secara individual.Dalam hal itu E.G Nourse memandang bahwa koperasi adalah suatu alat untuk mengefektifkan organisasi berskala besar,merupakan suatu proses integrasi vertikal,dan integrasi horizontal.

Mengenai hubungan ekonomi yang terjadi diantara anggota suatu koperasi.

Black mengatakan bahwa koperasi merupakan antithesis dari persaingan,yakni bahwa anggota-anggota lebih bersifat bekerja sama daripada bersaing diantara mereka sendiri

Pengakuan atas implikasi dari bentuk bukan kumpulan modal dan bukan mengejar keuntungan dari koperasi yang bertitik tolak dari prinsip-prinsip Rochdale dimana Nourse telah menunjukkan bentuk organisasi demikian yaitu suatu bentuk yang sangat berbeda dengan sebuah perseroan yang mengejar keuntungan dan bekerja dengan suatu rencana atau skema khusus untuk memperoleh keuntungan.

Keanggotaan di dalam koperasi lebih mendasarkan kepada anggota secara perseorangan daripada atas dasar yang bersifat finansial bukan perorangan (Impersonal Financial Basis). Orang akan dengan sukarela bergabung dengan atas dasar keinginan mereka sendiri,penilaian perseorangan dan kesanggupan serta kemauan untuk menepati janji termasuk di dalam pelaksanaan timbal-balik terutama terhadap risiko dan biaya-biaya.

Koperasi merupakan suatu wadah dimana para anggotanya secara lebih efektif menunjukkan fungsi-fungsinya yang tertentu,proses atau aktifitas yang

(25)

berhubungan secara integral dengan kegiatan-kegiatan ekonomi daripada anggota.Koperasi semacam ini bukan suatu unit ekonomi yang mengejar karier ekonomi yang bersifat bebas(Persues, Each, Own Independen Economic Carier).

Keanggotaan dalam koperasi yang sungguh-sungguh tidak ditentukan oleh pengikutsertaan modalnya,akan tetapi oleh partisipasinya dalam kegiatan-kegiatan koperasi yang bersngkutan. Modal koperasi yang demikian terlepas sama sekali dari konotasi entrepreneur yang tradisional (traditional entrepreneurial connotation) dan didasarkan atas dasar pinjaman.

Kegiatan yang dilaksanakan secara kooperatif adalah suatu usaha yang timbal balik,maka anggota-anggota koperasi itu setuju untuk memenuhi kewajiban-kewajiban dalam usaha memperoleh keuntungan timbal balik dalam hubungannya dalam pelaksanaan fungsi-fungsi tertentu yang biasa berlaku dalam mencapai tujuan ekonomi mereka,yang bukan anggota adalah bukan bagian dari perkumpulan semacam ini.oleh karena itu,tidak konsisten koperasi melayani mereka.40

Undang-undang Koperasi nomor 17 tahun 2012 menyatakan bahwa koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip Koperasi.

Perkoperasian adalah segala sesuatu yang menyangkut kehidupan koperasi.Koperasi primer adalah koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan orang perseorangan.Koperasi sekunder adalah koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan badan hukum koperasi.

Rapat Anggota adalah perangkat organisasi koperasi yang memegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi.Pengawas adalah perangkat organisasi koperasi yang bertugas mengawasi dan memberikan nasihat kepada pengurus.Pengurus adalah perangkat organisasi koperasi yang bertanggung jawab

40http://dianekaps.blogspot.co.id/2015/11/makalah-koperasi.html.diakses tanggal 26 February 2016

(26)

penuh atas kepengurusan koperasi untuk kepentingan dan tujuan koperasi tersebut, serta mewakili koperasi baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar.Setoran pokok adalah sejumlah uang yang wajib dibayar oleh seseorang atau badan hukum koperasi pada saat yang bersangkutan mengajukan permohonan keanggotaan pada suatu koperasi.Sertifikat modal koperasi adalah bukti penyertaan anggota koperasi dalam modal koperasi.Hibah adalah pemberian uang dan/atau barang kepada koperasi dengan sukarela tanpa imbalan jasa sebagai modal usaha.

Modal penyertaan adalah penyetoran modal pada koperasi berupa uang dan/atau barang yang dapat dinilai dengan uang yang disetorkan oleh perorangan dan/atau badan hukum untuk menambah dan memperkuat permodalan Koperasi guna meningkatkan kegiatan usahanya.

Selisih hasil usaha adalah surplus hasil usaha atau defisit hasil usaha yang diperoleh dari hasil usaha atau pendapatan Koperasi dalam satu tahun buku setelah dikurangi dengan pengeluaran atas berbagai beban usaha simpanan adalah sejumlah uang yang disimpan oleh anggota kepada koperasi simpan pinjam dengan memperoleh jasa dari Koperasi Simpan Pinjam sesuai perjanjian.

Pinjaman adalah penyediaan uang oleh Koperasi Simpan Pinjam kepada anggota sebagai peminjam berdasarkan perjanjian yang mewajibkan peminjam untuk melunasi dalam jangka waktu tertentu dan membayar jasa.Koperasi simpan pinjam adalah koperasi yang menjalankan usaha simpan pinjam sebagai satu- satunya usaha.

Unit simpan pinjam adalah salah satu unit usaha koperasi non koperasi simpan pinjam yang dilaksanakan secara konvensional atau syariah.Gerakan koperasi adalah keseluruhan organisasi koperasi dan kegiatan perkoperasian yang bersifat terpadu menuju tercapainya cita-cita dan tujuan koperasi. Dewan koperasi Indonesia adalah organisasi yang didirikan dari/dan oleh gerakan koperasi untuk memperjuangkan kepentingan dan menyalurkan aspirasi koperasi,hari adalah hari

(27)

kalender, menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang koperasi41

B. Sejarah Koperasi dan Perkembangan Koperasi di Indonesia

Sejarah perkembangan hukum koperasi di Indonesia sekurang-kurangnya dapat dibagi menjadi 3 (tiga) periode, yaitu periode penjajahan Belanda, periode pendudukan Jepang, dan periode Kemerdekaan, sebagaimana dijelaskan oleh Sutantya Rahardja Hadhikusuma42.

1. Periode Penjajahan Belanda a. Masa tahun 1896 - 1908

Masa ini merupakan titik awal dikenalnya koperasi di bumi Indonesia ini.

Pada tahun 1986 ada seorang Pamong Praja bernama R. Aria Wiria Atmadja di Purwokerto yang merintis pendirikan suatu Bank Simpanan (Hulp Spaarbank) untuk mendorong para pegawai negeri (kaum priyayi) yang terjerat dalam tindakan riba dari kaum lintah darat. Usahanya ini mendapat bantuan dari seorang Asisten Residen Belanda yang bertugas di Purwokerto bernama E.Sieburgh.Pada tahun 1898 ide tersebut diperluas oleh De Walf Van Westerrode yang menggantikan E. Sieburgh. Tetapi cita-cita dan ide dari R. Aria Wiria Atmadja ini tidak dapat berlanjut karena mendapat hambatan dari kegiatan politik Pemerintah Penjajah waktu itu43.

Karya R. Aria Wiria Atmadja yang sempat dilakukan adalah44:

1) Mendirikan Bank Simpanan yang dia anjurkan untuk kemudian diubah menjadi koperasi;

2) Dihidupkannya sistem Lumbung Desa untuk usaha penyimpanan padi rakyat

41Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2012 tentang Perkoperasian,Ketentuan Umum

42Sutantya Rahardja Hadikusuma. Op.Cit, hal.14 s.d. 30.

43 I.G.Gde. Raka, Pengantar Pengetahuan Koperasi.Op.Cit,hal. 42.

44 Margono R.M Djojohadikoesoemo, Sepoeloeh Tahoen Koperasi. (Batavia Centrum:

Balai Poestaka, 1940), hal. 9.

(28)

pada musim panen yang dikelola untuk menolong rakyat dengan cara memberikan pinjaman pada musim paceklik. Lumbung Desa ini di kemudian hari akan ditingkatkan menjadi Koperasi Kredit Padi.

Tindakan politik pemerintah yang merintangi usaha R. Wiria Atmadja pada waktu itu dilakukan dengan cara mendirikan Algemene Nallescrediet, Bank, Rumah Gadai, Bank Desa (sebagai cikal bakalnya BRI sekarang) dan sebagainya.

Tidak terwujudkannya pembentukan koperasi pada waktu itu, menurut Nindyo Pramono disebabkan oleh beberapa hal antara lain45:

1. Belum adanya instansi Pemerintah maupun badan non Pemerintah yang memberikan penerangan dan penyuluhan tentang koperasi. Pemerintah sendiri waktu itu bahkan menghalang-halangi karena mereka takut koperasi akan digunakan oleh kaum pejuang untuk tujuan yang dapat membahayakan Pemerintah Penjajah.

2. Ide koperasi hanya muncul dari segelintir orang dan tidak mendapat dukungan dari sebagian masyarakat luas.

3. Belum adanya undang-undang tentang perkoperasian.

b. Masa tahun 1908 – 1927

Bersamaan dengan lahirnya kebangkitan Nasional (1908 – 1913), Boedi Oetomo mencoba memajukan Koperasi-koperasi Rumah Tangga, Koperasi Toko yang kemudian menjadi Koperasi Konsumsi yang di dalam perkembangannya kemudian menjadi Koperasi Batik. Gerakan Boedi Oetomo dengan dibantu oleh Syarikat Islam inilah yang melahirkan koperasi pertama di Indonesia.Namun demikian, perkembangan koperasi pada waktu itu kurang memuaskan karena adanya hambatan dari Pemerintah Belanda46.

Meskipun perkembangan koperasi pada waktu itu kurang lancar,

45ibid hal 45

46 Rudi Irawan Pengantar Koperasi Untuk Perguruan tingg,Afran Jaya,hal 15

(29)

Pemerintah Belanda tetap khawatir jika koperasi makin tumbuh dan berkembang di kalangan Boemi Poetra.Untuk membatasi perkembangan koperasi, maka dibuatlah Undang-Undang Koperasi yang pertama kali di negara jajahan Hindia Belanda, yang disebut sebagai Verordening op deCooperative Verenegingen (Koninklijk Besluitt, 7 April 1915, Stb.431).

Munculnya Undang-undang Koperasi yang konkordan dengan Undang- undang Koperasi Belanda tahun 1876 ini mengakibatkan perkembangan koperasi di Hindia Belanda justru makin menurun. Ini disebabkan karena peraturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Penjajah pada waktu itu memang tidak cocok dengan corak kehidupan rakyat. Dengan Undang-undang Koperasi tahun 1915, Stb.431 ini, rakyat tidak mungkin dapat mendirikan koperasi, karena47:

1. Harus mendapat persetujuan dari gubernur jendral.

2. Harus dibuat dengan akta notaries dengan bahasa belanda.

3. Membayar bea materai sebesar 50 gulden.

4. Hak tanah harus menurut hukum eropa.

5. Harus diumumkan di Javasche Caurant,yang biayanya cukup tinggi.

Melihat ketentuan-ketentuan diatas, dapat disimpulkan bahwa peraturan itu sengaja diterapkan untuk menghambat laju pertumbuhan koperasi di Indonesia (Hindia Belanda). Pemerintah Belanda pada waktu itu, tidak menghendaki koperasi berkembang karena khawatir jika dipakai sebagai alat perjuangan rakyat untuk menentang Pemerintah Penjajah/Belanda

Munculnya Undang-undang Koperasi tahun 1915, Stb.431 tanggal 7 April 1915 tersebut kemudian mendapat tantangan keras dari para pemuka masyarakat Indonesia, khususnya dari kaum Gerakan Nasional.Akhirnya pada tahun 1920 Pemerintah Belanda membentuk suatu Komisi atau Panitia Koperasi, atas desakan keras dari para pemuka rakyat.Komisi ini dipimpin oleh Prof.DR.J.H.Boeke yang didampingi oleh beberapa wakil Pemuda Pejuang Indonesia. Komisi ini bertugas

47 Margono R.M Djojohadikoesoemo, Sepoeloeh Tahoen Koperasi. (Batavia Centrum:

Balai Poestaka, 1940), hal. 19.

(30)

untuk 48:

1. Mempelajari apakah bentuk koperasi itu sesuai dengan kondisi Indonesia atau tidak.

2. Mempelajari dan menyiapkan cara-cara mengembangkan koperasi, jika koperasi dipandang cocok untuk rakyat Indonesia.

3. Menyiapkan Undang-Undang Koperasi yang sesuai dengan kondisi di Indonesia.

Hasil dari komisi ini melaporkan bahwa koperasi di Indonesia memang perlu dikembangkan.Akhirnya pada tahun 1927 RUU Koperasi yang disesuaikan dengan kondisi Indonesia selesai dibuat dan diundangkan pada tahun itu juga.Maka keluarlah Undang-undang Koperasi tahun 1927 yang disebut Regeling Inlandsche Cooperatieve Verenegingen (Stb.1927-91).

Isi UU Koperasi tahun 1927 tersebut antara lain :

1. Akte pendirian tidak perlu Notariil, cukup didaftarkan pada Penasihat Urusan Kredit Rakyat dan Koperasi, dan dapat ditulis dalam Bahasa Daerah.

2. Bea materainya cukup 3 gulden.

3. Dapat memiliki hak tanah menurut Hukum Adat.

4. Hanya berlaku bagi Golongan Bumi Putera.

c. Masa tahun 1927-1942

Dengan keluarnya UU Koperasi tahun 1927 (Stb.1927-91) yaitu Regeling Inlandsche Cooperatieve Verenegingen, koperasi di Indonesiamulai bangkit dan berkembang lagi. Selain koperasi-koperasi lama yang dirintis oleh Boedi Oetomo, Serikat Islam, Partai Nasional Indonesia, maka bermunculanlah koperasi-koperasi lainnya seperti : Koperasi Perikanan, Koperasi Kredit, dan Koperasi Kerajinan.

Adapun yang mendorong pertumbuhan dan perkembangan koperasi pada

48 Ibid,hal 12

(31)

waktu itu adalah Adanya UU Koperasi tahun 1927 (Stb.1927-91) yang diperuntukkan khusus bagi golongan Boemi Poetra.Adanya jawatan Koperasi yang dibentuk sejak tahun 1930 (pimpinan Prof.DR.H.J.Boeke), didalam lingkungan Departemen Dalam Negeri.Namun demikian, perkembangan koperasi ini mundur lagi karena mendapat saingan berat dari kaum pedagang yang mendapat fasilitas dari Pemerintah Belanda.Pada tahun 1933, Pemerintah Belanda mengeluarkan lagi Peraturan Koperasi yaitu Algemene Regheling Op De Cooperatieve Verenegingen (S.1933-108) sebagai pengganti Peraturan Koperasi Tahun 1915.

Peraturan baru ini tidak ada bedanya dengan peraturan koperasi tahun 1915 yang sama sekali tidak cocok dengan kondisi rakyat Indonesia. Akibatnya koperasi semakin tambah mundur dengan keluarnya peraturan tersebut.Peraturan Koperasi tahun 1933 ini konkordan dengan Peraturan Koperasi di negara Belanda tahun 1925.

Pada tahun 1935 Jawatan Koperasi dipindahkan dari Departemen Dalam Negeri ke Departemen Ekonomi.Karena banyaknya kegiatan dibidang ekonomi pada waktu itu dan dirasakan bahwa koperasi lebih sesuai berada dibawah Departemen Ekonomi. Kemudian pada tahun 1937 dibentuklah koperasi-koperasi Simpan Pinjam yang diberi bantuan modal oleh Pemerintah, dengan tugas sebagai koperasi pemberantas hutang rakyat, terutama kaum tani yang tidak dapat lepas dari cengkeraman kaum pengijon dan lintah darat.

Selanjutnya pada tahun 1939 Jawatan Koperasi yang berada dibawah Departemen Ekonomi, diperluas ruang lingkupnya menjadi Jawatan Koperasi dan Perdagangan Dalam Negeri. Hal ini disebabkan karena koperasi pada waktu itu belum mampu untuk mandiri sehingga pemerintah penjajah menaruh perhatian dengan perlu memberikan bimbingan,penyuluhan,pengarahan, dan sebagainya tentang bagaimana cara koperasi dapat memperoleh barang dan memasarkan hasilnya.Perhatian yang diberikan oleh pemerintah penjajah tersebut dimaksudkan

(32)

agar mengatasi dirinya sendiri49.

2. Periode Pendudukan Jepang (Tahun 1942-1945)

Sejak Balatentara Jepang mendarat di Indonesia pada tahun 1942, peranan koperasi menjadi berubah lagi.Koperasi yang bercirikan demokrasi sudah tidak ada lagi karena oleh Balatentara Jepang sebagai penguasa pada waktu itu.Koperasi dijadikan sebagai alat pendistribusian barang-barang keperluan tentara Jepang.Koperasi-koperasi yang ada kemudian diubah menjadi Kumiai yang berfungsi sebagai pengumpul barang untuk keperluan perang.

Pada masa ini koperasi tidak mengalami perkembangan bahkan semakin hancur.Hal ini disebabkan karena adanya ketentuan dari penguasa jepang bahwa untuk mendirikan koperasi harus mendapatkan izin dari pemerintah setempat, dan biasanya izin tersebut sangat dipersulit50.

3. Periode Kemerdekaan a. Masa tahun 1945-1958

Sejak diproklamirkannya Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 dan sehari kemudian Undang-undang Dasar 1945 disahkan, maka timbul semangat baru untuk menggerakan koperasi. Hal ini dikarenakan koperasi sudah mendapat landasan hukum yang kuat didalam UUD 1945, yaitu pada Pasal 33 ayat (1) UUD 1945 beserta Penjelasannya.Karena koperasi sudah mendapat landasan hukum yang kuat dan merupakan bentuk organisasi ekonomi yang sesuai dengan jika keluargaan rakyat Indonesia, maka Gerakan Koperasi seluruh Indonesia mengadakan konggres yang pertama pada tanggal 12 Juli 1947 di Tasikmalaya, Jawa Barat. Dari beberapa keputusan penting yang diambil dalam konggres tersebut, salah satunya adalah menetapkan bahwa tanggal 12 Juli dijadikannya sebagai Hari Koperasi, yang bermakna sebagai hari bertekad dari

49 Djambah,A.M,Pengantar Koperas,jatinegara,1967 hal.15

50 Masngudi. Peranan Koperasi Sebagai Lembaga Pengantar Keuangan. Tidak diterbitkan. Disertasi Doktor pada Universitas Gajah Mada Yogyakarta, 1989, hal. 26.

(33)

seluruh bangsa Indonesia untuk melaksanakan kegiatan perekonomian melalui koperasi51.

Kemudian pada tahun 1949, peraturan koperasi tahun 1927 yaitu Regeling Inlandsche Cooperatieve Verenegingen (S.1927 – 91) diubah dengan Regeling Cooperatieve Verenegingen 1949 (Stb. 1949 – 179). Namun perubahan ini tidak disertai pencabutan Stb. 1933 – 108 (yang berlaku bagi semua golongan rakyat), sehingga pada tahun 1949 ini di Indonesia dalam alam kemerdekaan berlaku dualisme peraturan,yaitu:

1. Regeling Cooperatieve Verenegingen 1949 (Stb. 1949– 179) yanghanya berlaku bagi golongan Boemi Poetra.

2. Algemene Regeling op de Cooperative Verenegingen 1933 (Stb.1933–

108) yang berlaku bagi semua golongan rakyat, termasuk golongan boemi poetra.

Pada tahun 1953, Gerakan Koperasi Indonesia mengadakan konggres yang kedua, dimana salah satu keputusannya adalah menetapkan dan mengangkat DR.M.Hatta sebagai bapak Koperasi Indonesia.Kemudian pada tahun 1958 pemerintah mulai mengundangkan Undang–Undang Koperasi Nomor 79 Tahun 1958 (Lembaran negara 1958–139). UU Koperasi ini dibuat berdasarkan pada undang–undang Dasar sementara 1950 ( UUDS 1950) Pasal tersebut sama dengan isi ketentuan pasal 33 UUD 1945.

Dengan dikeluarkannya UU Koperasi Nomor 79 Tahun 1958 ini maka peraturan koperasi tahun 1933 (Stb. 1933–108) dan peraturan koperasi tahun 1949 (Stb. 1949–179) dinyatakan di cabut52.

b. Masa tahun 1958–1965

Sejak berlakunya undang–undang Nomor 79 tahun 1958 (L.N. 1958–139) yang mendasarkan pada ketentuan pasal 38 UUDS 1950, Koperasi semakin maju dan berkembang, serta tumbuh di mana–mana. Tetapi dengan diberlakukannya

51 Ibid,hal 15

52 Nadya Maulisa Benemay Hukum Koperasi Indonesia,Kencana,Jakarta hal 39

(34)

kembali Undang-undang Dasar 1945 berdasarkan Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959, maka Pemerintah kemudian mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 60 tahun 1959 sebagai Peraturan Pelaksana dari Undang-undang No.79 tahun 1958. Dalam peraturan ini ditentukan bahwa Pemerintah bersikap sebagai pembina, pengawas, perkembangan koperasi Indonesia.Jawatan Koperasi langsung bertanggungjawab atas perkembangan Koperasi Indonesia.Segala aktivitas Pemerintah dalam perekonomian dan perkoperasian, disalurkan melalui Jawatan Koperasi baik dari pusat sampai ke daerah-daerah.

Adapun tugas dari Jawatan Koperasi tersebut antara lain adalah:

a) Menumbuhkan organisasi koperasi dalam segala sektor perekonomian b) Mengadakan pengamatan dan bimbingan terhadap koperasi

c) Memberikan bantuan baik moril maupun materiil

d) Mendaftar dan memberikan pengesahan Status Badan Hukum Koperasi.

Perkembangan selanjutnya, pada tahun 1960 keluarlah Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 1960 yang isinya antara lain adalah menentukan bahwa untukmendorong pertumbuhan gerakan koperasi harus ada kerjasama antara Jawatan Koperasi dengan masyarakat dalam satu lembaga yang disebut Badan Penggerak Koperasi (Bapengkop). Tugas Bapengkop ini terutama mengadakan koordinasi dalam kegiatan-kegiatan dari instansi pemerintahuntuk menimbulkan Gerakan Koperasi secara teratur, baik dari tingkat pusat sampai daerah-daerah.

Dengan adanya Bapengkop ini maka tumbuh jenis-jenis koperasi yang tersebar merata diseluruh Indonesia

Besarnya perhatian Pemerintah terhadap perkembangan koperasi pada waktu itu, berdampak pada ketergantungan koperasi terhadap bantuan Pemerintah.Pengurus koperasi terbiasa hanya mengharapkan datangnya bantuan atau distribusi barang dari Pemerintah.Akibat selanjutnya, mereka (pengurus koperasi) menjadi kehilangan inisiatif untuk menciptakan lapangan usaha bagi kelangsungan hidup koperasi.Disamping itu juga, partai-partai politik mulai campur tangan pada koperasi.

(35)

Koperasi mulai dijadikan alat perjuangan politik bagi sekelompok kekuatan tertentu, akibatnya koperasi menjadi kehilangan kemurniannya sebagai suatu badan ekonomis yang bersifat demokratis, serta sendi dasar utama koperasi yang tidak mengenal perbedaan golongan, agama dan ras/suku menjadi tidak murni lagi.

Dalam keadaan seperti ini, maka pada tanggal 24 April tahun 1961 di Surabaya diselenggarakan Musyawarah Nasional (Munas) I, yang dihadiri oleh utusan-utusan baik dari koperasi tingkat I dan II dari seluruh Indonesia, maupun Induk Gabungan Koperasi tingkat Nasional dan wakil-wakil Pemerintah. Munas I ini belum dapat memperbaiki citra koperasi yang sudah menyimpang dari landasan idiilnya. Maka pada tanggal 2 sampai dengan tanggal 10 bulan Agustus tahun 1965, diselenggarakan Munas II yang kemudian melahirkan Undang- undang Nomor 14 Tahun 1965 tentang Pokok-pokok Perkoperasian (L.N.1965- 75). Namun sayangnya dalam Undang-undang inipun masih terdapat unsur-unsur politik yang masuk didalam koperasi, artinya koperasi masih tetap menjadi alat perjuangan dari partai-partai politik yang menguasainya.Akibatnya, anggota menjadi kehilangan kepercayaan kepada Pengurus karena Pengurus tidak lebih hanya seperti motor yang bergerak atas kendali dari kekuatan Partai Politik yang menguasai koperasi.

Kondisi demikian ini terjadi sampai meletusnya Gerakan 30 September (G-30-S/PKI) pada tahun 1965 yang ingin menggulingkan Pemerintahan yang sah dan mengganti idiologi negara Pancasila dengan idiologi lain. Gerakan 30 September ini dalam waktu singkat dapat ditumpas, dan kemudian lahir Pemerintahan Orde Baru yang berekad melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.

4. Masa Order Baru

Pada masa awal pemerintahan orde baru, pemerintah saat itu mengemban amanat untuk memperbaiki citra dan peranan koperasi yang dianggap telah dilalaikan oleh orde sebelumnya.Amanat tersebut tertuang dalam Ketetapan

(36)

Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) No.XXIII/MPRS/1966 tentang Pembaharuan Kebijaksanaan Landasan Ekonomi Keuangan dan Pembangunan.Peranan Koperasi dimuat dalam Bab V Pasal-pasal 42 dan 43 ketetapan tersebut.

Untuk merespon amanat MPRS tersebut maka pada tanggal 18 Desember 1966, Gerakan Koperasi Indonesia (GERKOPIN) mengadakan Musyawarah Nasional di Jakarta yang menghasilkan beberapa keputusan penting, antara lain:

a) Menolak dan membatalkan semua keputusan dan hasil Munas Koperasi lainnya, yang diselenggarakan pada tahun 1961 (Munas I) dan tahun 1965 (MUNAS II).

b) Menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS).

Selanjutnya pada tanggal 18 Desember 1967 Pemerintah Orde Baru dengan persetujuan DPRGR menerbitkan Undang-Undang No. 12 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Koperasi. Dengan terbitnya undang-undang ini maka Undang-Undang No. 14 tahun 1965 tidak berlaku.

Berlandaskan kepada UU No. 12 tahun 1967 ini, maka koperasi-koperasi yang tumbuh demikian mudah pada masa Orde Lama mulai ditertibkan. Pada akhir tahun 1967, jumlah koperasi telah mencapai sekitar 64.000 di mana dari jumlah tersebut hanya sekitar 45.000 yang berbadan hukum. Dengan adanya penertiban, maka pada akhir tahun 1968 jumlah koperasi yang ada tinggal sekitar 15.000 koperasi yaitu koperasi-koperasi yang dinilai sesuai dengan ketentuan UU No.12 tahun 196753. Selanjutnya,pada tahap pembangunan 5 (lima) tahun pertama orde baru pemerintah pada saat itu mendirikan54:

1. Pusat Latihan Penataran Koperasi (Puslatpenkop) di Jakarta

2. Balai latihan Pengkoprasian (Balatkop)di setiap propinsi sebagai tempat

53Republik Indonesia, Departemen Perdagangan dan Koperasi, Direktorat Jenderal Koperasi,Pengetahuan Perkoprasian, hal 145.

54 G. Kartasapoetra, A. G. Kartasapoetra, Bambang S., dan A. Setiady, Koperasi Indonesia, (Jakarta : Rineka Cipta, 2003), hal. 28.

(37)

pendidikan dan latihan keterampilan bagi para anggota koperasi, pengurus, badan pemeriksa, manager koperasi, karyawan, bahkan calon-calon anggota koperasi yang merasa perlu untuk mengikutinya.

3. Lembaga Jaminan Kredit Koperasi (LJKK) didirikan di Jakarta dengan kegiatan di propinsi membantu permodalan dengan cara menjadi lembaga penjamin atas pinjaman yang diperoleh koperasi dari Bank Pemerintah 4. Badan Usaha Unit Desa/Koperasi Unit Desa (BUUD/KUD)yang

berlandaskan kepada Intruksi Presiden Nomor 2 tahun 1978 tentang Badan Usaha Unit Desa/Koperasi Unit Desa (BUUD/KUD). BUUD pada awalnya merupakan lembaga ekonomi dalam bentuk koperasi sebagai gabungan dari koperasi pertanian dan koperasi desa lainnya di dalam wilayah unit desa dengan tujuan sebagai bentuk antara untuk dilebur menjadi KUD55.Akan tetapi pada perkembangan berikutnya, melalui Inpres Nomor 4 tahun 1973, BUUD berubah fungsi menjadi lembaga pembimbing, pendorong, dan pelopor pengembangan serta pembinaan KUD. Sedangkan keanggotaan KUD tidak berdasarkan kepada jenis usahanya, tetapi didasarkan kepada tempat tinggal penduduk atau anggota.

Koperasi-koperasi lain selain KUD dapat terus menjalankan kegiatan usaha atas namanya sendiri atau boleh juga bergabung dengan KUD atas kemauannya sendiri

Perhatian pemerintahan orde baru dalam bentuk terhadap koperasi pada masanya sebetulnya cukup serius melalui program-programnya yang berkesinambungan.Salah satu bukti kesungguhannya itu adalah terbitnya Undang- Undang Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian.Sayangnya, banyak sekali program pemerintah dalam pembinaan koperasi saat itu yang hanya mencapai keberhasilan di atas kertas saja sedangkan pada kenyataannya di lapangan tidak sebaik yang dilaporkan. Hal ini terjadi antara lain karena maraknya praktek korupsi, kolusi dan nepotisme baik yang dilakukan oleh pemerintah pusat, daerah dan para petugas yang langsung menangani pembinaan tersebut maupun yang

55Ibid. hal. 147.

(38)

dilakukan oleh para pengurus koperasinya sendiri dengan mendapat perlindungan dari atau dibiarkan oleh aparat pemerintah sebagai pembina dan pengawasnya.

5. Era Reformasi

Sejauh ini belum menunjukkan kemajuan berarti dalam hal pembinaan dan pengembangan koperasi bahkan dalam beberapa hal mengalami kemunduran.

Salah satu indikasinya adalah dengan berubahnya status Departemen Koperasi dan Usaha Kecil Menengah yang bercirikan tehnis operasional menjadi Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah pada Kabinet Indonesia Bersatu Kementerian Koperasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang bercirikan teknis strategis. Di pihak lain dalam perkembangan hukum koperasi terdapat kemajuan melalui Amandemen Undang Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat (4) yang berbunyi, perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kemerdekaan, efesiensi keadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan nasional.Isi pasal tersebut seyogianya dapat mendorong terhadap pertumbuhan dan perkembangan hukum koperasi Indonesia yang memiliki asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi56.

C. Bentuk dan Pendirian Koperasi.

Ketentuan Pasal 7 Undang-Undang No. 17 Tahun 2012 menyatakan bahwa Koperasi dapat berbentuk Koperasi Primer atau Koperasi Sekunder.

Koperasi Sekunder. Menurut penjelasan dari undang-undang tersebut adalah semua koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan Koperasi Primer dan/atau Koperasi Sekunder.Berdasarkan kesamaan kepentingan dan tujuan efisiensi, Koperasi Sekuder dapat didirikan oleh koperasi sejenis maupun berbagai jenis atau tingkatan. Dalam hal koperasi mendirikan Koperasi Sekunder dalam berbagai tingkatan, seperti yang selama ini dikenal sebagai Pusat, Gabungan, dan Induk, maka jumlah tingkatan maupun penamaan diatur sendiri oleh Koperasi yang

56 G. Kartasapoetra, A. G. Kartasapoetra, Bambang S., dan A. Setiady, Koperasi Indonesia, (Jakarta : Rineka Cipta, 2003), hal. 18.

(39)

bersangkutan.

Jika dilihat kembali ketentuan Pasal 90 Undang-Undang No.17 Tahun 2012 dan peraturan mentri koperasi Nomor 10/Per/M.UKM/IX/2015 tentang Kelembagaan Koperasi tentang Pokok-pokok Koperasi beserta Penjelasannya, maka dapat diketahui adanya 4 (empat) tingkatan organisasi koperasi yang didasarkan atau disesuaikan dengan tingkat daerah administrasi pemerintah.

Empat (4) tingkatan koperasi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut57 :

a. Induk Koperasi, terdiri dari sekurang-kurangnya 3 (tiga) gabungan koperasi yang berbadan hukum. Induk Koperasi ini daerah kerjanya adalah Ibukota Negara Republik Indonesia (tingkat Nasional).

b. Gabungan Koperasi, terdiri dari sekurang-kurangnya 3(tiga) Pusat Koperasi Yang berbadan hukum. Gabungan Koperasi ini daerah kerjanya adalah Daerah Tingkat I (Tingkat Propinsi).

c. Pusat Koperasi, terdiri dari sekurang-kurangnya 5 (lima) Koperasi Primer yang berbadan Hukum.Pusat Koperasi ini daerah kerjanya adalah Daerah Tingkat II (tingkat Kabupaten).

d. Koperasi Primer, terdiri dari sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) orang yang telah memenuhi syarat-syarat keanggotaan sebagaimana ditentukan dalam undang-undang.

Dengan adanya tingkatan organisasi koperasi seperti tersebut, maka koperasi pada tingkat yang lebih atas mempunyai kewajiban memberi bimbingan dan mempunyai wewenang untuk mengadakan pemeriksaan pada koperasi tingkat di bawahnya, dengan tanpa mengurangi hak koperasi tingkat bawah. Adanya kerjasama yang baik didalam organisasi koperasi dari tingkat Pusat sampai pada tingkat daerah, atau dari tingkat atas sampai pada tingkatbawah, akan dapat memajukan usaha koperasi secara keseluruhan.58Pembagian koperasi menjadi empat tingkat organisasi dalam

57 Undang-undang Nomor 17 tahun 2012 tentang perkooperasian pasal 90

58Nindyo Pramono. Op.Cit. hal.113.

Gambar

Tabel 1.1 Perkembangan Anggota KSP CINTA KASIH
Tabel 1.2 Gambaran Perkembangan Penyaluran Dana Tahun 2015
Tabel 1.3 Perkembangan Keuangan KSP CINTA KASIH tahun 2014 dan 2015  Sumber : laporan RAT KSP CINTA KASIH tahun 2014 & 2015

Referensi

Dokumen terkait

Data diperoleh melalui penelitian kepustakaan (library research) dan dianalisis dengan metode kualitatif. Prinsip keterbukaan di pasar modal diatur pada UU Pasar Modal

Efektifnya pernyataan pendaftaran; Surat tanda terdaftar; Persetujuan melakukan kegiatan usaha; Pengesahan; Persetujuan atau penetapan pembbubaran; dan penetapan lain

Keterkaitannya dengan illegal fishing terletak pada pengaturan garis batas ZEE yang sering digunakan oleh pelaku illegal fishing sebagai tempat pelarian dari

Skripsi ini mengemukakan permasalahan mengenai bentuk-bentuk pelanggaran terhadap perempuan korban perang di Suriah ditinjau menurut hukum internasional, diantara banyak

Bahwa Terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Melakukan usaha pertambangan tanpa IUP, IPR atau IUPK” sebagaimana yang didakwakan

3. suatu sebab yang halal. Pos Indonesia bergerak dalam bidang jasa, maka faktor yang sangat penting yang perlu di perhatikan adalah kepercayaan pengguna jasa, dimana

Ketidakterlaksanaannya suatu kontrak konstruksi dapat menimbulkan perselisihan atau yang sering disebut dengan “sengketa konstruksi” diantara pihak pengguna dengan pihak

3) Periksa dengan seksama kondisi kamera dan lensa tersebut, mulai dari kondisi fisik dan tombol-tombol fungsi produk. 4) Cek kelengkapan dari paket tersebut, mulai