• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan minat menjadi guru dan IPK dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP (studi kasus pada mahasiswa S1 angkatan 2013 FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan minat menjadi guru dan IPK dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP (studi kasus pada mahasiswa S1 angkatan 2013 FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta)"

Copied!
206
0
0

Teks penuh

(1)

i

HUBUNGAN MINAT MENJADI GURU DAN IPK DENGAN

BAKAT KEGURUAN MAHASISWA FKIP

Studi Kasus pada Mahasiswa S1 Angkatan 2013 FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh: Natalia Dessy NIM 131334013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

Karya ini kupersembahkan untuk:

Tuhan Yang Maha Esa,

Ibunda yang sangat mendambakan hari kelulusanku,

Ayahanda yang selalu mendukung setiap langkahku,

Kak Santi dan Kak Selly yang menjadi tempat terhangatku,

Egaz, Ligas dan Elin, sang penyemangatku,

I Made Wisnawa Putra yang menjadi sandaranku,

(5)

v

MOTTO

(6)
(7)
(8)

viii ABSTRAK

HUBUNGAN MINAT MENJADI GURU DAN IPK DENGAN BAKAT KEGURUAN MAHASISWA FKIP

Studi Kasus pada Mahasiswa S1 Angkatan 2013 FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Natalia Dessy Universitas Sanata Dharma

2017

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya: (1) hubungan antara minat menjadi guru dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP; (2) dan hubungan antara IPK dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP.

Penelitian ini merupakan penelitian Studi kasus yang dilaksanakan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma angkatan 2013 pada bulan Februari-Maret 2017. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi. Jumlah sampel penelitian ini adalah 250 mahasiswa. Teknik pengambilan sampel adalah Proportional Random Sampling. Teknik analisis data adalah analisis deskriptif dan analisis Korelasi Spearman.

(9)

ix

ABSTRACT

THE CORRELATION BETWEEN INTEREST IN BECOMING A TEACHER AND GRADE POINT AVERAGE AND THE TALENT OF

STUDENT’S TEACHING ABILITY OF THE FACULTY OF TEACHER

TRAINING AND EDUCATION

A Case Study on The Faculty of Teacher Training and Education’s Students, 2013 Batch of Sanata Dharma University Yogyakarta

Natalia Dessy Sanata Dharma University

2017

The aims of this research is to find out the correlation between: (1) the interest in becoming a teacher and the talent of student’s teaching ability of The Faculty of Teacher Training and Education; (2) grade point average and the talent of student’s teaching ability of The Faculty of Teacher Training and Education.

This research is a case study which was conducted at The Faculty of Teachers Training and Education of Sanata Dharma University Yogyakarta. This research was conducted from February until March 2017. The data collection techniques were questionnaires and documentation. Samples of this study were 250 students which were taken by using proportional sample. The data analysis techniques were descriptive analysis and Spearman Correlation.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, rahmat, dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Hubungan Minat Menjadi Guru dan IPK dengan Bakat Keguruan Mahasiswa FKIP” dengan tepat waktu. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Akuntansi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini tidak akan terlaksana dan terselesaikan dengan baik tanpa bantuan, dukungan, serta kerjasama dari berbagai pihak yang dengan tulus dan rela mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis hingga terselesaikannya penulisan skripsi ini. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

2. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dan Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi;

(11)

xi

4. Segenap Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata Dharma yang telah mendidik dan membimbing penulis selama proses perkuliahan;

5. Theresia Aris Sudarsilah selaku Tenaga Administrasi yang telah membantu memperlancar untuk terselesaikannya skripsi ini;

6. Segenap Ketua Program Studi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan izin penelitian dan membantu kelompok peneliti dalam proses penyebaran kuesioner;

7. Ibu tersayang, Florensia Tirai yang selalu kurindukan dan menjadi motivasi terbesar dalam proses pengerjaan skripsi ini;

8. Bapak Asan Pasang yang selalu menjadi pengingat dan pemberi dukungan baik materi, dorongan, semangat, doa dan segala kerja keras untuk mendukung penulis dalam pengerjaan skripsi;

9. Kakak-kakakku tersayang, Agnes Santi dan Vercelliwilatia yang tidak berhenti memberikan semangat, doa, harapan dan penghiburan setiap saat; 10.Keponakan-keponakanku tersayang Egaz, Ligas dan Elin yang menjadi

sumber kekuatan dan penghibur;

11.I Made Wisnawa Putra yang selalu mendukung, membantu, dan memberikan semangat selama proses pengerjaan skripsi;

12.Sahabat-sahabat Grup Bahagia yang menjadi keluarga kecil di Yogyakarta;

(12)
(13)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan Masalah... 8

C. Rumusan Masalah ... 9

D. Tujuan Penelitian ... 9

(14)

xiv

BAB II KAJIAN TEORETIK

A. Bakat Keguruan ... 11

1. Pengertian Bakat ... 11

2. Bakat Keguruan ... 13

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Bakat ... 17

4. Penggolongan Bakat... 22

B. Minat Menjadi Guru ... 24

1. Pengertian Minat ... 24

2. Unsur-Unsur Minat ... 25

3. Profesi Guru ... 28

4. Syarat Menjadi Guru ... 29

5. Guru Sebagai Profesi... 31

C. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) ... 34

D. Kerangka Berpikir ... 36

1. Hubungan Minat Menjadi Guru dengan Bakat Keguruan Mahasiswa FKIP ... 36

2. Hubungan IPK dengan Bakat Keguruan Mahasiswa FKIP ... 38

E. Hipotesis ... 40

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 41

(15)

xv

1. Tempat Penelitian... 41

2. Waktu Penelitian ... 42

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 42

1. Subjek Penelitian ... 42

2. Objek Penelitian ... 42

D. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 42

1. Populasi ... 42

2. Sampel ... 43

3. Teknik Penarikan Sampel ... 44

E. Operasionalisasi Variabel... 46

1. Variabel Minat Menjadi Guru ... 46

2. Variabel Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) ... 47

3. Variabel Bakat Keguruan ... 47

F. Teknik Pengumpulan Data ... 50

1. Teknik Kuesioner ... 50

2. Dokumentasi ... 50

G. Teknik Pengujian Instrumen ... 51

1. Bakat Keguruan ... 51

2. Minat Menjadi Guru ... 52

H. Teknik Analisis Data ... 57

1. Teknik Analisis Data Deskriptif... 57

2. Tingkat Hubungan Antara Variabel ... 59

(16)

xvi

BAB IV GAMBARAN UMUM

A. Universitas Sanata Dharma ... 63

1. Sejarah ... 63

2. Arti Logo ... 66

3. Visi, Misi, Motto dan Nilai-Nilai Dasar ... 67

4. Tujuan Pendidikan ... 68

B. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan ... 68

1. Sejarah ... 68

2. Visi, Misi dan Motto ... 70

3. Tujuan FKIP ... 71

4. Output FKIP ... 72

BAB V PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 73

1. Program Studi ... 74

2. IPK ... 75

3. Bakat Keguruan ... 75

4. Minat Menjadi Guru ... 76

B. Pengujian Hipotesis ... 77

1. Hipotesis 1 ... 78

2. Hipotesis 2 ... 80

(17)

xvii

1. Hubungan Minat Menjadi Guru dengan Bakat Keguruan ... 82

2. Hubungan IPK dengan Bakat Keguruan Mahasiswa FKIP ... 86

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ... 90

B. Saran ... 90

C. Keterbatasan ... 93

(18)

xviii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kategori Nilai Akhir Keberhasilan Mahasiswa ... 35

Tabel 3.1 Populasi Penelitian ... 43

Tabel 3.2 Sampel Mahasiswa Setiap Program Studi ... 45

Tabel 3.3 Operasionalisasi Variabel Minat Menjadi Guru ... 46

Tabel 3.4 Skor Item Variabel Minat Menjadi Guru ... 47

Tabel 3.5 Variabel IPK ... 47

Tabel 3.6 Operasionalisasi Variabel Bakat Keguruan ... 48

Tabel 3.7 Konversi Total Skor pada Variabel Bakat Keguruan ... 49

Tabel 3.8 Hasil Uji Validitas Instrumen Pertama ... 54

Tabel 3.9 Hasil Uji Validitas Instrumen Kedua ... 55

Tabel 3.10 Tingkat Koefisien Reliabilitas ... 56

Tabel 3.11 Hasil Uji Reliabilitas ... 57

Tabel 3.12 Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tipe II ... 58

Tabel 3.13 Rentang Minat Keguruan ... 59

Tabel 3.14 Rentang Bakat Keguruan ... 59

Tabel 3.15 Tingkat Korelasi dan Kekuatan Arah Hubungan ... 59

Tabel 4.1 Program Studi yang Terdapat di FKIP ... 70

Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Program Studi ... 74

Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan IPK... 75

(19)

xix

Tabel 5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Minat Menjadi Guru ... 77 Tabel 5.5 Hasil Uji Korelasi Spearman Hubungan Minat Menjadi

Guru dengan Bakat Keguruan Mahasiswa FKIP ... 79 Tabel 5.6 Hasil Uji Korelasi Spearman Hubungan IPK dengan Bakat

(20)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Surat Izin Penelitian ... 97

Lampiran II Kuesioner Penelitian ... 99

Lampiran III Pedoman Skor ... 141

Lampiran IV Data Induk ... 150

Lampiran V Output Validitas dan Reliabilitas ... 180

Lampiran VI Deskripsi Data ... 183

(21)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan hal yang penting bagi suatu negara. Pendidikan menjadi sebuah tolak ukur keberhasilan suatu negara dalam mengelola sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki. Salah satu negara yang memiliki SDM yang melimpah adalah Indonesia. Jumlah SDM yang besar ini akan berdampak positif pada perkembangan bangsa, apabila berkualitas dan profesional. SDM yang menjadi pilar pembangunan Indonesia harus memiliki kualitas yang baik dan profesional di bidangnya masing-masing. SDM yang berkualitas dan profesional akan menjadi kekuatan dalam mengolah sumber daya alam (SDA) yang sangat melimpah di Indonesia. SDM yang berkualitas dan profesional dibentuk melalui sebuah pendidikan.

(22)

negara. Dalam melaksanakan pendidikan, guru menjadi bagian dari pendidik yang mengemban tugas dalam meningkatkan kecerdasan bangsa. Sebagai seorang guru yang akan bekerja di lembaga pendidikan, guru dituntut menjadi guru profesional. Sesuai PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 28 ayat (3) menyatakan bahwa kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesi, dan kompetensi sosial. Keempat kompetensi ini harus dimiliki oleh guru pada semua jenjang pendidikan, mulai dari pendidikan anak usia dini, hingga menengah ke atas maupun kejuruan.

(23)

Perilaku Berkarya (MPB), dan Mata kuliah Berkehidupan Bersama (MBB). Tujuan diberikannya kumpulan mata kuliah ini adalah untuk membekali dan mengasah kemampuan mahasiswa dengan kompetensi yang harus dimiliki sebagai seorang guru profesional.

Proses untuk menjadi seorang guru yang profesional bukan suatu hal yang mudah. Oemar Hamalik (2007: 118) menyatakan bahwa untuk menjadi guru, seseorang harus memiliki bakat sebagai guru. Bakat (aptitude) mengandung makna kemampuan bawaan yang merupakan potensi (potential ability) yang masih perlu pengembangan dan latihan lebih lanjut (Munandar, 1992: 78). Karena sifatnya yang masih bersifat potensial atau masih laten, bakat masih memerlukan ikhtiar pengembangan dan pelatihan secara serius dan sistematis agar dapat terwujud. Bakat sebagai guru atau bakat keguruan bisa diartikan sebagai potensi yang dimiliki oleh seseorang sejak lahir dan dapat diasah melalui latihan atau pendidikan agar mencapai kecakapan pengajaran dan keguruan. Dengan memiliki bakat keguruan, calon guru yang sedang berada pada masa perkuliahan akan mendapatkan arahan yang sesuai dengan bakat yang dimiliki melalui pembelajaran di FKIP.

(24)

Secara garis besar, faktor tersebut dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri seseorang. Sedangkan, faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari lingkungan. Salah satu faktor internal yang mempengaruhi bakat adalah minat.

(25)

Selain minat sebagai faktor internal, terdapat juga faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan bakat. Salah satu faktor eksternal adalah adanya kesempatan maksimal untuk mengembangkan bakat khusus secara optimal (Ali dan Asrori, 2005: 81). Dengan adanya sebuah kesempatan ini, seseorang dapat memunculkan kinerja atau kemampuan unggul dan mencapai prestasi yang menonjol. Prestasi yang menonjol menjadi bukti dari seseorang memanfaatkan kesempatan secara optimal untuk mengembangkan bakat yang dimiliki. Mahasiswa yang berada di perguruan tinggi juga menghasilkan prestasi. Dalam suatu perguruan tinggi, prestasi merupakan tingkat keberhasilan belajar mahasiswa yang dinyatakan dengan bilangan yang disebut Indeks Prestasi (IP) untuk masing-masing semester. IP mahasiswa dapat dilihat pada akhir semester setelah melewati masa pembelajaran selama semester yang bersangkutan. IP pada setiap semester akan diakumulasi menjadi Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). IPK adalah tingkat keberhasilan mahasiswa pada akhir keseluruhan program pembelajaran yang merupakan rata-rata terimbang dari seluruh mata kuliah yang ditempuh. Proses pembelajaran yang berfokus kepada pembekalan calon guru akan mengasah bakat keguruan mahasiswa sehingga menghasilkan prestasi yang menonjol dalam bentuk IPK yang maksimal.

(26)

mahasiswa menjadi guru profesional ketika terjun di dunia kerja. Tetapi, hal ini bukan sesuatu hal yang mudah untuk diwujudkan. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Ketua Program Studi Pendidikan Biologi, hasil uji kompetensi calon guru (UKCG) di FKIP USD termasuk rendah untuk nilai pedagogi dan nilai profesional sehingga dipertanyakan bakat keguruannya. Hal ini berbanding terbalik dengan pernyataan dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 7 ayat (1) tentang Guru dan Dosen yang menyatakan profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip memiliki bakat. Ditambahkan oleh Oemar Hamalik (2007: 118) bahwa untuk menjadi guru, seseorang harus memiliki bakat sebagai guru.

(27)

pada pilihan kedua atau ketiga untuk peminatan jurusan kuliah. Hal ini menjadi penting mengingat profesi guru adalah profesi yang harus dilandasi dengan perasaan sungguh-sungguh sehingga dapat mencerdaskan kehidupan bangsa.

Di sisi lain, IPK sebagai prestasi belajar mahasiswa juga ikut serta dalam mempengaruhi perkembangan suatu bakat terutama bakat keguruan. Proses pembelajaran yang berlangsung di FKIP mengarahkan mahasiswa kepada profesi seorang guru dan mendalami pemahaman mengenai konsentrasi ilmu yang dipilih mahasiswa. IPK yang merupakan prestasi belajar mahasiswa merupakan hasil dari seluruh proses yang dilakukan oleh mahasiswa. Namun demikian, IPK juga tidak dianggap menjadi satu-satunya tolak ukur untuk menilai kemampuan mahasiswa. Hal ini disadari karena banyak faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya IPK, salah satunya adalah mencontek. Menurut Mujahidah (2009: 178) perilaku mencontek tidak hanya dilakukan oleh mahasiswa yang berprestasi rendah, tetapi juga mahasiswa berprestasi tinggi. Pernyataan ini memperlihatkan ada kemungkinan IPK bukan prestasi belajar yang murni dari seorang mahasiswa.

(28)

perkembangan bakat. Tetapi, minat menjadi guru saja tidak akan menjadi dasar yang kuat apabila bakat tersebut tidak dilatih dan diarahkan dengan tepat. Oleh karena itu minat menjadi guru masih dipertanyakan apakah benar-benar mampu mengembangkan bakat keguruan mahasiswa. Di samping itu, terdapat IPK yang menjadi hasil dari sebuah kesempatan maksimal untuk mengembangkan bakat keguruan di FKIP. Tingkat keberhasilan ini merupakan prestasi yang bisa menjadi dasar untuk melihat sebuah bakat yang dimiliki oleh mahasiswa. Akan tetapi, disadari IPK saat ini juga bukan merupakan acuan utama dalam menilai bakat seseorang. Hal ini didasarkan penjelasan di atas karena banyak faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya IPK mahasiswa. Di sisi lain, masih terdapat mahasiswa yang tidak percaya diri dengan bakat keguruan yang dimilikinya walaupun memiliki IPK yang tinggi. Kedua hal ini menjadi hal yang perlu diteliti kembali, mengingat hasil UKCG yang menunjukkan bahwa bakat keguruan mahasiswa FKIP yang masih rendah. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengadakan penelitian tentang Hubungan Minat Menjadi Guru dan IPK Dengan Bakat Keguruan Mahasiwa FKIP.

B. Batasan Masalah

(29)

Prestasi Kumulatif (IPK) sebagai variabel yang berhubungan dengan bakat keguruan.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat hubungan minat menjadi guru dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma?

2. Apakah terdapat hubungan IPK dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma?

D. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah di atas tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Hubungan minat menjadi guru dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma.

2. Hubungan IPK dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma.

E. Manfaat Penelitian

(30)

1. Bagi Mahasiswa

Diharapkan dengan adanya penelitian ini mahasiswa bisa lebih konsisten dalam mempersiapkan masa depan sebagai seorang guru.

2. Bagi Dosen

Diharapkan dapat membantu dosen untuk memotivasi mahasiswa dalam menumbuhkan bakat keguruan melalui hasil belajar yang baik dan menumbuhkan minat menjadi guru.

3. Bagi Peneliti

(31)

11

BAB II

KAJIAN TEORETIK

A. Bakat Keguruan 1. Pengertian Bakat

Bakat memungkinkan seseorang untuk mencapai prestasi dalam bidang tertentu, akan tetapi diperlukan latihan, pengetahuan, pengalaman dan dorongan atau motivasi agar bakat itu dapat terwujud (Semiawan dkk, 1984: 2). Misalnya seorang mempunyai bakat musik, akan tetapi jika ia tidak pernah diberi kesempatan untuk mengembangkannya, maka bakat tersebut tidak akan tampak. Sedangkan, jika orang tuanya menyadari bahwa ia mempunyai bakat musik dan mengusahakan agar ia mendapat pengalaman yang sebaik-baiknya untuk mengembangkan bakatnya, dan anak itu juga menunjukkan minat yang besar untuk mengikuti pendidikan musik, maka ia akan dapat mencapai prestasi yang unggul, bahkan dapat menjadi pemusik ternama.

(32)

pengembangan dan latihan lebih lanjut. Bakat merupakan kemampuan alamiah yang dimiliki seseorang untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan, baik secara umum maupun khusus. Karena sifatnya yang masih bersifat potensial atau masih laten, bakat merupakan potensi yang masih memerlukan pengembangan dan pelatihan secara serius dan sistematis agar dapat terwujud. Dengan demikian, bakat dapat disimpulkan sebagai sebuah potensi bawaan sejak lahir, yang akan berkembang apabila mendapatkan kesempatan, arahan, dan latihan. Apabila hal tersebut dilakukan, bakat akan menghasilkan kepandaian, keahlian dan penguasaan bidang tertentu yang berwujud prestasi yang menonjol.

(33)

bisa melakukan sesuatu. Seseorang yang mampu menjadi menjadi pemain gitar akan berbeda dengan seseorang yang memiliki bakat bermain gitar. Perbedaan ini memberikan pemahaman bahwa bakat merupakan sebuah keadaan dimana seseorang memiliki satu keahlian utnuk menguasai suatu bidang.

2. Bakat Keguruan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 377), kata guru diartikan sebagai orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar. Sedangkan keguruan adalah perihal (yang menyangkut) pengajaran, metode pengajaran. Keguruan seringkali dikaitkan dengan sebuah sifat. Sifat keguruan merujuk pada hal-hal yang mengarah pada profesi seorang guru. Keguruan merupakan sifat-sifat dan kegiatan-kegiatan yang melekat pada seorang guru.

Salah satu syarat menjadi guru, menurut Oemar Hamalik (2007: 118) adalah memiliki bakat sebagai guru. Bakat sebagai guru yang dimaksud adalah bakat keguruan. Bakat keguruan memiliki arti sebagai potensi kemampuan individu dapat yang berkembang dengan pendidikan untuk melaksanakan proses pendidikan dan pembelajaran dengan baik (Wasidi, 2016: 100). Bakat keguruan, menurut Wasidi (2016: 99) merupakan sebuah konsep yang terdiri atas beberapa komponen, yaitu:

(34)

pemecahan masalah maupun inovasi-inovasi bagi bidang keguruan. Kreativitas pedagogi memiliki beberapa indikator, yaitu:

1) Kecepatan berpikir adalah tingkat kemampuan memproduksi alternatif pemecahan pendidikan dalam batas waktu yang ditentukan.

2) Keluwesan berpikir adalah kemampuan mencari alternatif pemecahan masalah pendidikan dalam batas waktu yang ditentukan.

3) Keaslian berpikir adalah kemampuan memproduksi alternatif masalah yang baru atau bersifat sintesa dalam waktu yang ditentukan.

4) Elaborasi berpikir adalah kemampuan mencari alternatif lain yang lebih luas pada pemecahan masalah yang sudah ada sebelumnya pada waktu yang ditentukan.

b. Komitmen pedagogi adalah komitmen atau kesanggupan untuk tetap menjadi guru yang memberikan seluruh hati dan waktu demi mencerdaskan peserta didik dan menjadikan profesi guru sebagai tuntutan jiwa. Komitmen pedagogi dibagi lagi menjadi beberapa bagian, yaitu:

(35)

2) Disiplin terhadap pelaksanaan tugas adalah tingkat ketepatan waktu yang diperlukan untuk melaksanakan tugas yang diembannya.

3) Tanggung jawab terhadap tugas adalah tingkat keberanian menanggung beban yang diembannya.

4) Keuletan dalam menjalankan tugas adalah tingkat kegigihan pelaksanaan tugas yang diembannya.

c. Kecerdasan emosi adalah kemampuan mengenali, mengelola emosi diri sendiri sehingga tercipta keharmonisan hubungan dengan orang lain. Di dalam kecerdasan emosi, terdapat beberapa indikator yaitu:

1) Emosi sendiri adalah gejolak perasaan seseorang yang mempengaruhi seseorang dalam merespon sesuatu hal yang berasal dari dalam maupun luar dirinya.

2) Mengelola emosi adalah kemampuan seseorang untuk mengelola secara efektif rasa marah atau frustasi, dan dapat berprilaku adaptif sesuai dengan kondisi situasi yang berbeda.

(36)

4) Empati terhadap orang lain adalah kemampuan untuk memahami apa yang dirasakan orang lain dan mencoba memposisikan diri sebagai orang tersebut.

5) Membina hubungan dengan orang lain adalah kemampuan menjaga relasi sehingga hubungan yang sudah ada dapat terus bertahan dan semakin harmonis.

Ketiga komponen ini menjadi tolak ukur ada atau tidak bakat keguruan di dalam diri seseorang. Dengan adanya bakat keguruan yang dimiliki seseorang, maka ia akan mampu mendedikasikan hidupnya sebagai seorang panutan, pembimbing, pengarah, dan pengelola kelas dalam pembelajaran di sekolah. Memiliki bakat keguruan juga berarti tidak sekedar menjadi guru tetapi benar-benar mendalami dan memaknai profesi guru. Dengan memiliki bakat keguruan, seseorang akan bersungguh-sungguh dalam mengajar dan akan bisa mentransfer ilmu dan mendidik siswanya dengan baik.

(37)

yang dibawa sejak lahir oleh individu yang memungkinkan dengan suatu latihan dan arahan dari lingkungan sesuai dan tepat, bisa tercapai suatu kecakapan, pengetahuan dan keterampilan perihal pengajaran, pendidikan, dan metode pengajaran.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Bakat

Semiawan (1987: 2) dan Munandar (1985: 17) menegaskan bahwa bakat berbeda dengan kemampuan yang menunjuk pada suatu kinerja (performance) yang dapat dilakukan sekarang. Bakat sebagai potensi masih memerlukan pendidikan dan latihan agar suatu kinerja (performance) dapat dilakukan di masa yang akan datang. Ini memberikan pemahaman bahwa bakat khusus sebagai potential ability

untuk dapat terwujud sebagai kinerja (performance) atau perilaku nyata dalam bentuk prestasi yang menonjol, masih memerlukan latihan dan pengembangan lebih lanjut.

Terdapat sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan bakat khusus menurut Ali dan Asrori (2005:8) yang secara garis besar dikelompokkan menjadi faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu. Faktor-faktor internal tersebut adalah:

a. Minat

(38)

dapat dipaksakan, ini merupakan rasa yang bersifat alamiah dan merupakan hasil pemikiran seseorang di dalam dirinya sendiri. b. Motif berprestasi

Dalam berjuang untuk menghasilkan prestasi di suatu bidang seseorang akan berusaha secara maksimal. Bakat yang terpendam yang dimiliki seseorang akan terlihat apabila seseorang berusaha untuk melatih bakat tersebut. Keinginan seseorang untuk menunjukkan prestasi yang dimiliki dapat menjadi awal bakat tersebut muncul dan mulai terarah sehingga bakat yang selama ini tidak terlihat menjadi jelas.

c. Keberanian mengambil resiko

(39)

d. Keuletan dalam menghadapi tantangan

Dalam proses memuculkan bakat, terdapat proses latihan yang seringkali menimbulkan tantangan. Untuk dapat bertahan dari sebuah tantangan seseorang harus ulet dan rajin berlatih. Bakat tidak muncul begitu saja, bakat memerlukan pelatihan dan pengarahan yang sesuai. Tantangan dan juga kesusahan akan menjadi sebuah proses yang akan dihadapi seseorang dalam berlatih. Semakin ulet seseorang dalam berlatih, akan semakin besar kemungkinan ia akan menguasai hal tersebut.

e. Kegigihan atau daya juang dalam mengatasi kesulitan yang timbul.

Kegigihan dan daya juang merupakan kesanggupan seseorang dalam bertahan dan tidak menyerah dengan kesulitan yang timbul. Daya juga merupakan kekuatan seseorang untuk melakukan usaha-usaha untuk menguasai sesuatu hal. Dengan adanya kegigihan dan daya juang ini maka seseorang akan menjadi lebih memiliki semangat untuk berlatih mengembangkan bakat yang dimiliki.

(40)

a. Kesempatan maksimal untuk mengembangkan diri

Seseorang yang berbakat, tentu memiliki kesempatan untuk berlatih dan mengasah kemampuannya. Dengan adanya kesempatan yang diberikan seperti mengikuti les atau kursus, seseorang akan mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan bakat yang dimiliki.

b. Sarana dan prasarana

Bakat tidak muncul dengan sendirinya, bakat membutuhkan tidak sekedar wadah. Beberapa bakat memiliki syarat akan sarana dan prasarana. Hal ini akan mendukung seseorang untuk menemukan bakat yang ia miliki. Sarana seperti alat musik piano merupakan hal utama dalam menemukan bakat bermain piano.

c. Dukungan dan dorongan orang tua/keluarga

Keluarga merupakan tempat pertama seseorang belajar bersosialisasi. Keluarga yang mendukung seseoranng mengembangkan bakat akan menjadi kekuatan dan juga motivasi tersendiri untuk seseorang dalam mengasah dan mengembangkan bakat yang dimiliki.

d. Lingkungan tempat tinggal

(41)

mengekspresikan diri. Melalui kegiatan yang disenangi maka seseorang akan mampu memaksimalkan bakat yang dimiliki tanpa ada rasa terbatas atau terhambat karena lingkungan tempat tinggal yang tidak kondusif. Lingkungan yang nyaman dan aman akan memberikan rasa nyaman untuk seseorang dalam memaksimalkan diri untuk mengeksplor bakat yang dimiliki. e. Pola asuh orang tua

Pola asuh menjadi penting karena turut berperan dalam membetuk karakter seseorang. Selain karakter, pola asuh secara tidak langsung akan menjadi panutan seseorang dalam bertindak. Seseorang yang mendapatkan pola asuh yang baik, akan mampu memaksimalkan potensi yang dimiliki. Di sisi lain seseorang yang tidak mendapat pola asuh yang baik cenderung tidak memaksimalkan potensi dan tidak mendapat arahan yang sesuai.

(42)

Berdasarkan teori tersebut, bisa disimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bakat adalah hal-hal yang berasal dari dalam diri seseorang yang merupakan pemikiran mandiri seseorang dan pengaruh yang ditimbulkan akibat dari interaksi seseorang dengan lingkungan sekitarnya. Faktor-faktor ini berperan dalam berkembangnya suatu bakat seseorang. Dengan adanya faktor-faktor tersebut dapat dipastikan bahwa orang tersebut akan mampu memaksimalkan bakat yang dimilikinya.

4. Penggolongan Bakat

Bakat digolongkan menjadi dua kelompok menurut Maria (2016: 13), yaitu:

a. Bakat umum adalah potensi yang bersifat umum yang berkenaan dengan kemampuan intelektual seseorang. Bakat umum biasa diistilahkan dengan gifted. Seseorang yang memiliki bakat umum memiliki kemampuan intelegensi di atas rata (ber-IQ 12 atau lebih).

b. Bakat khusus atau talent adalah kemampuan bawaan sejak lahir yang potensial dalam bidang tertentu, misalnya memiliki bakat khusus dalam bidang seni, olahraga, dan lain-lain.

Mulyaningtyas dan Yusup (2017: 11), mengungkapkan penggolongan bakat khusus, yaitu:

(43)

b. Bakat kreatif-produktif, adalah bakat untuk menciptakan suatu penemuan baru yang belum ada sebelumnya.

c. Bakat seni, adalah bakat yang berhubungan dengan seni. Bisa bersinggungan dengan bakat bermain musik, menari dan juga melakonkan peran.

d. Bakat kinestetik/psikomotorik, misalnya bakat dalam bulu tangkis, basket, sepak bola, dan lain-lain.

e. Bakat sosial, misalnya mahir dalam bernegosiasi, mahir dalam menawarkan produk, mahir dalam kepemimpianan, mahir dalam berpendapat, dan mahir mencari relasi atau koneksi.

Penggolongan bakat akan membantu seseorang memahami bakat yang dimiliki. Dengan mengetahui jenis bakat yang dimiliki, seseorang juga akan lebih terarah dan memaksimalkan diri untuk menggali dan mengasah bakat tersebut. Masing-masing bakat memiliki perhatian khusus yang berbeda untuk dapat ditimbulkan atau dimunculkan. Seseorang harus benar-benar memahami bakat apa yang terpendam di dalam dirinya agar bakat yang dimiliki tidak menjadi sia-sia karena tidak terarah.

B. Minat Menjadi Guru 1. Pengertian Minat

(44)

mahasiswa) memutuskan untuk masuk ke dalam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Setiap calon mahasiswa memiliki kebebasan untuk menentukan pilihan fakultas yang sesuai dengan cita-cita atau profesi yang diinginkan. Dalam menentukan pilihan tersebut, calon mahasiswa cenderung memilih sesuai dengan minat yang dimiliki. Dalam bahasa Inggris, minat sering digambarkan dengan kata-kata interest atau passion. Interest bermakna suatu perasaan ingin memerhatikan dan penasaran akan sesuatu hal, sedangkan passion

sama maknanya dengan gairah atau suatu perasaan yang kuat atau antusiasme terhadap sesuatu objek.

(45)

melakukan sesuatu hal yang berhubungan dengan objek atau kegiatan yang diminati.

Menurut Hurlock (1999: 58), minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Sedangkan Winkel (1984: 30) mengemukakan minat adalah kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam suatu bidang. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, minat tidak hanya merupakan rasa tertarik dari dalam diri seseorang tetapi juga suatu bentuk kemandirian seseorang dalam menegaskan perasaan ketertarikan dengan timbulnya niat untuk melakukan sesuatu tanpa suruhan dari pihak lain. Dengan memiliki minat, seseorang menjadi lebih bergairah untuk melakukan hal-hal yang berhubungan dengan objek yang diminati. Minat memberikan dampak seseorang untuk mau berusaha lebih untuk sesuatu yang diminati.

2. Unsur-Unsur Minat

Berdasarkan penjelasan Abdul Rahman Abror (1993: 112), minat terdiri dari beberapa unsur sebagai berikut:

a. Unsur kognisi (mengenal), dalam arti minat itu didahului oleh pengetahuan dan informasi mengenai objek yang dituju oleh minat tersebut.

(46)

c. Unsur konasi (kehendak), merupakan kelanjutan dari kedua unsur tersebut yaitu diwujudkan dalam bentuk kemauan dan hasrat untuk melakukan sesuatu kegiatan.

Menurut Adityaromantika (2010: 12), seseorang dikatakan berminat terhadap sesuatu bila individu itu memiliki beberapa unsur antara lain:

a. Perhatian

Seseorang yang berminat apabila seseorang disertai adanya perhatian, yaitu kreativitas jiwa yang tinggi semata-mata tertuju pada sesuatu objek. Jadi, seseorang yang berminat terhadap sesuatu objek pasti perhatiannya akan memusat terhadap objek tersebut.

b. Kesenangan

Perasaan senang terhadap sesuatu objek baik orang atau benda akan menimbulkan minat pada diri seseorang, seseorang merasa tertarik kemudian pada saatnya timbul keinginan yang dikehendaki agar objek tersebut menjadi miliknya. Dengan demikian maka individu yang bersangkutan berusaha untuk mempertahankan objek tersebut.

c. Kemauan

Kemauan yang dimaksud adalah dorongan yang terarah pada suatu tujuan yang dikehendaki oleh akar pikiran. Dorongan ini akan melahirkan suatu perhatian terhadap suatu objek.

(47)

Berdasarkan beberapa teori di atas, terdapat beberapa unsur yang terkandung dalam minat. Dapat disimpulkan terdapat 4 unsur dari kedua teori tersebut, yaitu: a). kognisi (mengenal) b). emosi/perasaan, c). konasi (kemauan/kehendak), d). perhatian. Dari keempat unsur ini, dapat dipahami indikator-indikator minat menjadi guru. Indikator tersebut adalah:

a. Mengetahui informasi mengenai profesi guru. b. Memiliki rasa ketertarikan untuk menjadi guru c. Merasa senang saat mengajar peserta didik d. Merasa tertarik dengan kehidupan di sekolah.

e. Memiliki keinginan untuk mengikuti kegiatan yang berguna untuk profesi guru.

f. Memiliki kehendak untuk berada di FKIP.

g. Mempunyai rencana untuk menjadi guru setelah menyelesaikan pendidikan guru.

h. Mau berdiskusi mengenai cara menjadi seorang guru yang baik. i. Memusatkan diri kepada informasi-informasi yang berkaitan

dengan keguruan.

j. Ingin lebih fokus mendalami ilmu mengenai pengajaran.

(48)

3. Profesi Guru

Guru merupakan sebuah profesi yang mulia. Guru memiliki tanggung jawab dalam mempersiapkan generasi muda untuk membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Istilah guru berasal dari bahasa Sansekerta, yang artinya pengajar, pendidik dan pengasuh dalam institusi pendidikan seperti sekolah atau trusyen (kelas bimbingan). Dalam pepatah Jawa, guru diartikan dengan ungkapan digugu lan di ditiru. Artinya, guru adalah orang harus selalu dapat ditaati dan diikuti (Kartono, 2006: 80). Hal ini menunjukkan bahwa seorang guru memiliki tanggung jawab yang besar karena secara langsung akan menjadi panutan bagi siswa.

Tanggung jawab yang besar tersebut sesuai dengan tugas guru yang tertera pada UU Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, yang menyatakan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Salah satu tugas yang harus dilaksanakan guru di sekolah ialah memberikan pelayanan kepada para siswa atau anak didik yang selaras dengan tujuan sekolah.

(49)

pelayanan demi meningkatkan kecerdasan bangsa. Menurut Hasbulah (2006: 45) sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah yang lahir dan berkembang secara efektif dan efisien dari dan oleh serta untuk masyarakat, merupakan perangkat yang berkewajiban memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam mendidik warga negara. Sekolah dikelola secara formal, hierarkis dan kronologis yang berhaluan pada falsafah dan tujuan pendidikan nasional. Dalam memberikan pelayanan yang optimal kepada peserta didik, sekolah membutuhkan guru-guru yang berkompeten di bidangnya. Guru yang berkompeten akan mampu meningkatkan kualitas pendidikan di suatu sekolah. Oleh karena itu, sekolah membutuhkan guru-guru yang berkompeten. Untuk menjadi guru, seseorang harus melalui syarat yang sudah ditetapkan.

4. Syarat Menjadi Guru

(50)

Dosen No.14/2005 dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, yaitu : 1) Kompetensi Kepribadian, 2) Kompetensi Pedagogik, 3) Kompetensi Profesional, dan 4) Kompetensi Sosial. Kompetensi-kompetensi ini harus dimiliki oleh seorang guru.

Pekerjaan guru merupakan pekerjaan profesional yang memerlukan orang-orang yang tepat dan sesuai diposisi tersebut. Menurut Oemar Hamalik (2003: 118), seseorang yang menjadi guru harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Harus memiliki bakat sebagai guru, b. Harus memiliki keahlian sebagai guru

c. Memiliki kepribadian yang baik dan terintregasi d. Memiliki mental yang sehat

e. Berbadan sehat

f. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas g. Guru adalah manusia berjiwa Pancasila

h. Guru adalah seorang warga negara yang baik

(51)

tingkat pendidikan yang dimiliki. Syarat-syarat ini dibuat dengan tujuan terciptanya sebuah kualitas dari seorang guru sehingga kualitas ini akan memajukan pendidikan di Indonesia. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan yang berguna untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

5. Guru Sebagai Profesi

Profesi menurut Rugaiyah dan Sismiati (2011: 6) adalah suatu pekerjaan khusus yang dilandasi dengan keahlian, tanggung jawab dan kesejawatan. Pengertian tersebut sejalan dengan kualifikasi guru yang tercantum pada UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, yaitu guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal.

Menurut Djamarah (2005: 56) tugas guru sebagai suatu profesi menuntut kepada guru untuk mengembangkan profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Berdasarkan tugas ini, dapat dipahami bahwa profesi guru menuntut guru yang harus selalu berkembang dan tidak ketinggalan akan perubahan-perubahan yang selalu terjadi. Tuntutan ini diharapkan mampu membentuk gambaran seorang guru yang mengikuti perkembangan zaman peserta didik yang terus berkembang.

(52)

a. Mempunyai bakat sebagai guru b. Memiliki keahlian sebagai guru

c. Memiliki kepribadian yang baik dan terintegrasi d. Memiliki mental yang sehat dan berbadan sehat e. Mempunyai pengalaman dan pengetahuan yang luas f. Mempunyai jiwa pancasila dan warga negara yang baik.

Guru sebagai profesi memiliki makna bahwa guru merupakan pekerjaan yang memiliki kualifikasi dan tuntutan yang harus dipenuhi. Ketika guru merupakan sebuah profesi, maka seorang guru juga harus siap dengan tuntutan profesionalitas dalam bekerja. Profesionalitas yang dituntut dari profesi guru tidak dapat disamakan dengan profesi lainnya. Ini disebabkan karena guru memiliki tugas yang bersinggungan dengan segala aspek kehidupan seseorang yang menjadi guru. Hal ini digambarkan dengan jelas dengan adanya 4 kompetensi wajib yang harus dimiliki seorang guru. Guru sebagai profesi memiliki arti mendalam mengenai kehidupan seorang guru.

Profesi guru merupakan profesi yang tidak mudah untuk dijalani dikarenakan guru akan menjadi teladan bagi siswa dan bertugas mencerdaskan kehidupan bangsa. Profesi guru sudah sepantasnya dikatakan sebagai profesi yang mulia. Selain itu, pahlawan tanpa tanda jasa yang melekat pada profesi guru juga sudah tidak diragukan, mengingat bagaimana peran guru dalam mencerdaskan bangsa. Tugas seorang guru yang tidak mudah ini, harus dilandasi dengan kecintaan dan minat yang besar untuk menjadi seorang guru.

(53)
(54)

menilai dan mengevaluasi peserta didik pada suatu jenjang pendidikan formal.

C. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)

Prestasi belajar adalah hasil akhir yang diperoleh melalui proses pembelajaran. Prestasi belajar mahasiswa FKIP digambarkan melalui besarnya Indeks Prestasi (IP) yang didapat dari hasil belajar selama satu semester. Tingkat keberhasilan belajar mahasiswa dinyatakan dengan bilangan yang disebut IP. Berdasarkan Buku Pedoman Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata Dharma (2012: 30) besar IP dihitung dari jumlah hasil kali antara besar kredit (K) dan bobot nilai (N) dibagi dengan jumlah kredit yang direncanakan; atau dinyatakan dengan rumus:

Proses pemberian nilai pada suatu mata kuliah adalah proses penetapan taraf kompetensi mahasiswa dalam mata kuliah tersebut. Hasil pengukuran taraf pencapaian kompetensi mahasiswa dinyatakan dalam bentuk skor.

(55)

Tabel 2.1

Kategori Nilai Akhir Keberhasilan Mahasiswa

Huruf Mutu Angka Mutu Arti

A Ekuivalen dengan bobot 4 Amat baik

B Ekuivalen dengan bobot 3 Baik

C Ekuivalen dengan bobot 2 Cukup

D Ekuivalen dengan bobot 1 Kurang

E Ekuivalen dengan bobot 0 Jelek

Sumber: Buku Pedoman Program Studi Pendidikan Ekonomi 2012 Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) adalah tingkat keberhasilan mahasiswa pada akhir keseluruhan program pembelajaran yang merupakan rata-rata terimbang dari seluruh mata kuliah yang ditempuh. Indeks Prestasi Kumulatif adalah penghitungan IP dengan menggabungkan semua mata kuliah yang telah ditempuh sampai suatu semester tertentu. FKIP sebagai fakultas, adalah unsur pelaksana universitas yang mengkoordinasi dan/atau melaksanakan pendidikan akademik, dan/atau pendidikan profesi serta vokasi dalam satu atau seperangkat cabang ilmu pengetahuan, teknologi, atau seni tertentu. Program sarjana adalah program pendidikan tinggi yang diselenggarakan dengan menggunakan Sistem Kredit Semester (SKS), yang dijadwalkan untuk 8 semester. Jumlah satuan kredit mahasiswa yang merupakan calon guru untuk Program Sarjana (S-1) berkisar antara 144-160 dan untuk Program Diploma III (D-III) berkisar antara 110-120.

(56)

Prestasi juga dapat dimanfaatkan untuk menilai keberhasilan mahasiswa dalam menguasai kompetensi-kompetensi yang menjadi tujuan mata kuliah yang diambilnya. Lebih jauh lagi bahwa prestasi mahasiswa di perguruan tinggi dapat turut menentukan kesempatan kerja yang lebih baik sekaligus menentukan masa depannya.

D. Kerangka Berpikir

1. Hubungan Minat Menjadi Guru dengan Bakat Keguruan Mahasiswa FKIP.

Salah satu faktor internal yang mempengaruhi suatu bakat adalah minat (Ali dan Asrori, 2005: 8). Minat merupakan dorongan berupa keinginan dan rasa tertarik yang berasal dari dalam diri seseorang. Minat mampu menggerakkan seseorang untuk berusaha lebih dan melakukan sesuatu dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki minat. Rasa ketertarikan dari seseorang, menjadi bukti nyata adanya sebuah minat. Rasa tertarik dari dalam diri seseorang untuk menjadikan guru sebagai profesi yang diinginkan disebut minat menjadi guru.

(57)

pendidikan formal. Minat menjadi guru adalah hal yang seharusnya dimiliki mahasiswa FKIP sebagai calon guru.

Mahasiswa yang memilih FKIP sebagai jurusan diharapkan memiliki minat menjadi guru. Minat menjadi guru yang dimiliki mahasiswa akan menjadi kekuatan mahasiswa untuk berproses selama perkuliahan berlangsung. Minat yang berwujud rasa ingin tahu yang dimiliki mahasiswa, berdampak pada semangat belajar mahasiswa. Semangat belajar yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi seseorang dalam bersikap. Kurniasari (2016: 55) menyatakan bahwa, terdapat pengaruh positif dan signifikan antara minat menjadi guru terhadap kesiapan mengajar.

Kesiapan dalam mengajar menunjukkan seseorang memiliki bakat keguruan. Hal ini tentu akan memberikan nilai lebih bagi mahasiswa yang memiliki minat menjadi guru. Bakat keguruan yang merupakan potensi yang masih harus dikembangkan dan dilatih akan menjadi hal yang sesuai apabila berada di FKIP. Hal ini dikarenakan, selama proses perkuliahan FKIP akan membekali dan mengasah bakat keguruan mahasiswa. FKIP menjadi wadah yang dapat digunakan mahasiswa untuk menyalurkan minat yang dimiliki.

(58)

dimilikinya. Seseorang yang memiliki bakat keguruan, apabila tidak memiliki minat menjadi guru maka tidak memiliki rasa tertarik untuk mengasah bakat yang dimiliki. Sehingga, bakat keguruan yang dimiliki tentu tidak akan berkembang dengan maksimal atau bahkan tidak tampak. Hal ini tentu akan sangat disayangkan apabila seseorang yang sebenarnya memiliki bakat keguruan tetapi tidak memiliki minat untuk menjadi guru sehingga bakat yang terpendam tersebut tidak terarah dengan baik sehingga tidak tampak sehingga menjadi bakat terpendam. Ada atau tidak suatu minat menjadi guru akan memiliki hubungan dengan bakat keguruan yang dimiliki mahasiswa FKIP 2. Hubungan IPK dengan Bakat Keguruan Mahasiswa FKIP.

(59)

semester. Proses pembelajaran, latihan dan evaluasi akan mengasah bakat keguruan yang dimiliki mahasiswa.

(60)

E. Hipotesis

= Tidak terdapat hubungan minat menjadi guru dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP USD.

= Terdapat hubungan minat menjadi guru dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP USD.

= Tidak terdapat hubungan IPK dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP USD.

(61)

41

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk di dalam penelitian studi kasus yang merupakan penelitian yang mendalam tentang suatu aspek lingkungan sosial. Menurut Arikunto (2010: 185) penelitian studi kasus merupakan penelitian yang dilakukan secara intensif terinci dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan minat menjadi guru dan IPK dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma. Hasil penelitian ini hanya berlaku di FKIP Universitas Sanata Dharma, dan tidak berlaku di luar populasi.

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sanata Dharma. Terdapat 3 kampus yang menjadi tempat penelitian, yaitu:

a. Kampus 1 di Jalan Affandi (Gejayan) Tromol Pos 29, Yogyakarta.

(62)

c. Kampus 4 di Jalan Ahmad Jazuli Nomor 2, Yogyakarta. 2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2017.

C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah Mahasiswa-Mahasiswi angkatan tahun 2013 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sanata Dharma.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah minat menjadi guru, Indeks Prestasi Kumulatif (IPK), dan bakat keguruan mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma.

D. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel 1. Populasi

(63)

perusahaan, atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian.

Berdasarkan kedua pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksudkan populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan mahasiswa yang dijadikan sebagai sumber data dalam penelitian. Populasi dan wilayah generalisasi penelitian ini adalah mahasiswa S1 angkatan tahun 2013 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. Jumlah keseluruhan mahasiswa angkatan 2013 di bawah FKIP adalah 855, dengan rincian jumlah per prodi yang ditampilkan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Populasi Penelitian

Program Studi Jumlah Mahasiswa

Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan

Agama Katolik 39

(64)

sesuai dengan karakter yang sudah ditentukan (Yusuf, 2014: 150). Dalam penelitian ini, agar mendapatkan sampel yang representatif, yang berarti dapat mewakili populasi menjadi sasaran penelitian. Dalam penentuan sampel penelitian, digunakan rumus Slovin sebagai berikut:

Keterangan:

n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi

e = Batas toleransi kesalahan 0.05

Dengan rumus Slovin di atas, maka diperoleh sejumlah 273 sampel untuk penelitian ini.

3. Teknik Penarikan Sampel

Pada penelitian ini, jenis teknik penarikan sampel yang digunakan adalah proportionate stratified random sampling.

(65)

Pengambilan sampel dilakukan secara proportional, yaitu dengan mengambil subyek dari setiap strata atau setiap wilayah yang ditentukan seimbang dengan banyaknya subyek dalam masing-masing strata atau wilayah. Pengambilan sampel secara proportional dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Dengan demikian, dapat dihitung sampel yang akan diteliti berdasarkan program studi masing-masing respoden. Jumlah sampel masing-masing program studi dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2

Sampel Mahasiswa Setiap Program Studi

Program Studi Jumlah Sampel

Ilmu Pendidikan Kekhususan

Pendidikan Agama Katolik 39 12

Pendidikan Guru Sekolah Dasar 194 62

Pendidikan Bahasa Inggris 150 48

Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia 83 26

Pendidikan Sejarah 51 16

Pendidikan Ekonomi BKK

Pendidikan Ekonomi 37 12

Pendidikan Ekonomi BKK

Pendidikan Akuntansi 102 33

Pendidikan Matematika 92 29

Pendidikan Fisika 50 16

Pendidikan Biologi 57 18

Total 855 273

(66)

E. Operasionalisasi Variabel

1. Variabel Minat Menjadi Guru

Minat mejadi guru adalah keinginan dari dalam diri seseorang untuk memahami, mendalami, berlaku dan bekerja sebagai guru. Minat merupakan sebuah bentuk sikap yang menunjukkan rasa tertarik dan memiliki perhatian akan suatu objek. Minat menjadi guru memiliki unsur-unsur yang tertera pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3

Operasionalisasi Variabel Minat Menjadi Guru

Variabel minat menjadi guru diukur dengan menggunakan skala sikap likert. Skala likert merupakan skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang tentang suatu objek

Unsur-unsur Indikator Positif Negatif

Kognisi

10.Ingin lebih fokus mendalami ilmu

(67)

atau fenomena tertentu (Siregar 2010: 138). Skala likert dimodifikasi menjadi 4 opsi jawaban yaitu Sangat Setuju, Setuju, Tidak Setuju, Sangat Tidak Setuju. Skor item variabel minat menjadi guru terlampir pada Tabel 3.4

Tabel 3.4

Skor Item Variabel Minat Menjadi Guru

Jenis

2. Variabel Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)

Variabel IPK akan dilihat berdasarkan IPK untuk semester tujuh. Hal ini dikarenakan pada semester 7, mahasiswa diharapkan sudah mengambil seluruh mata kuliah yang ditawarkan oleh program studi masing-masing. Variabel IPK diukur berdasarkan Indeks Prestasi yang dicapai secara kumulatif dengan ketentuan yang terlampir pada Tabel 3.5.

(68)

pedoman penskoran yang terdapat pada instrumen bakat keguruan yang dikembangkan oleh Wasidi (2015). Instrumen bakat keguruan terdiri atas tiga bagian, yaitu: kreativitas pedagogi, komitmen pedagogi dan kecerdasan emosi. Setiap bagian memiliki indikator masing-masing yang dapat dilihat pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6

(69)

berjenjang dengan penskoran 1 sampai dengan 3, dengan penempatan urutan skor secara acak, agar skornya tidak mudah untuk ditebak.

Setiap pertanyaan dalam instrumen bagian kreativitas pedagogi diukur dengan menggunakan Tes Kreativitas Verbal (TKV), pemberian skor pada setiap jawaban dapat dilihat pada lampiran 3 (halaman 141). Setiap pertanyaan dalam instrumen bagian komitmen pedagogi dan kecerdasan emosi diukur dengan inventori model Guttman, dengan tiga pilihan berjenjang, dengan penskoran 1 sampai dengan 3, dengan penempatan urutan skor secara acak, agar skornya tidak mudah untuk ditebak. Pemberian skor pada setiap jawaban dapat dilihat pada lampiran 3 (halaman 146).

Skor akhir pada variabel bakat keguruan diperoleh dari menjumlahkan skor tes kreativitas pedagogi, komitmen pedagogi dan kecerdasan emosi. Skor akhir lalu dikonversikan menjadi nilai. Konversi skor adalah sebagai berikut:

Tabel 3.7

(70)

No Interval Skor Nilai 12 218 – 228 5.5 13 229 – 238 6.0 14 239 – 249 6.5 15 250 – 259 7.0 16 260 – 269 7.5 17 270 – 280 8.0 18 281 – 290 8.5 19 291 – 301 9.0 20 302 – 311 9.5 21 ≥ 312 10.0 Sumber: Wasidi (2015), diolah

F. Teknik Pengumpulan Data 1. Teknik Kuesioner

Teknik ini merupakan teknik pengumpulan data dengan cara membagikan beberapa daftar pertanyaan secara tertulis kepada responden agar peneliti memperoleh informasi yang tepat (Arikunto, 2010: 195). Dalam penelitian ini, data yang ingin didapatkan adalah mengenai minat menjadi guru, IPK dan bakat keguruan yang dimiliki oleh responden. Sehingga instrumen yang diberikan kepada responden akan mampu mendapatkan data mengenai variabel penelitian.

2. Dokumentasi

(71)

G. Teknik Pengujian Instrumen 1. Bakat Keguruan

Agar instrumen dapat digunakan untuk mengumpulkan data, maka instrumen tersebut harus valid dan reliabel. Instrumen bakat keguruan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Wasidi (2016). Instrumen bakat keguruan sudah diuji terkait validitas dan realibilitasnya.

a. Validitas Bakat Keguruan

Konstruk bakat keguruan mempunyai validitas isi sebesar 0.93, dimana dimensi kreativitas pedagogi memiliki validitas isi sebesar 0.92, komitmen pedagogi sebesar 0.94, dan kecerdasan emosi sebesar 0.97 (Wasidi, 2016). Hasil analisis butir menggunakan pendekatan IRT PCM menunjukkan bahwa nilai infit instrumen dimensi kreativitas pedagogi bergerak dari nilai 0.88 - 1.23, komitmen pedagogi 0.77 - 1.18, dan kecerdasan emosi 0.86 - 1.28, masih di dalam interval syarat batas infit mean square (MNSQ) untuk butir yaitu 0.77 - 1.3 (Wasidi, 2016). Hasil pengujian konstruk bakat keguruan memenuhi syarat goodness of fit statistics (GOF).

b. Reliabilitas Bakat Keguruan

(72)

memiliki koefisien sebesar 0.94 dengan nilai informasi kemampuan kreativitas pedagogi antara -2.05 sampai +1.4. Koefisien reliabilitas instrumen komitmen pedagogi sebesar 0.707 dengan nilai informasi kemampuan pedagogi sampai +0.01, sedangkan kecerdasan emosi mempunyai informasi responden dengan kemampuan sampai +0.4. Berdasarkan hasil pengujian reliabilitas tersebut instrumen bakat keguruan yang dikembangkan tergolong baik, karena instrumen tersebut mempunyai koefisien reliabilitas yang tinggi.

2. Minat Menjadi Guru

Syarat pokok suatu instrumen penelitian adalah validitas dan reliabilitas (Arifin, 2011: 245). Validitas dan reliabilitas suatu instrumen penting untuk dilakukan karena berkaitan dengan hasil berupa data yang akan diperoleh melalui instrumen tersebut. Instrumen yang valid dan reliabel akan memberikan hasil yang dapat dipercaya. Hal ini berlaku juga untuk instrumen minat menjadi guru. a. Pengujian Validitas

(73)

berupa kuesioner untuk variabel minat menjadi guru diuji validitasnya untuk memperoleh kesahihan instrumen penelitian sehingga dapat dibakukan menjadi instrumen pengambilan data penelitian. Pengujian validitas penelitian ini didasarkan pada rumus korelasi Product Moment sebagai berikut:

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

Keterangan:

r xy : Koefisen korelasi

∑X : Skor total

∑XY : Skor total perkalian x dan y

∑X2

: Skor kuadrat masing-masing item

∑Y2

: Skor total kuadrat N : Jumlah kasus

Pengujian validitas alat ukur dalam penelitian ini dilakukan dengan program komputer SPSS dengan cara melihat nilai korelasi (pearson correlation) adalah positif, dan nilai probabilitas korelasi [sig. (2-tailed)] ≤ taraf signifikan (α) sebesar 0, 05. Ditambahkan oleh Nunally (1994: 100), sebuah instrumen dikatakan valid apabila nilai korelasi > 0, 30

(74)

Tabel 3.8 Sumber data: output SPSS yang diolah

(75)

Tabel 3.9 Sumber data: output SPSS yang diolah

Setelah dilakukan pengujian ulang pada uji validitas, maka dapat dilihat pada tabel di atas bahwa semua item pada instrumen variabel minat menjadi guru sudah valid.

b. Uji Reliabilitas

(76)

instrumen/alat uji. Pengujian ini akan dilakukan dengan metode

Internal Consistency dengan teknik Alpha Cronbach.

Uji reliabilitas ini melalui beberapa tahap (Siregar, 2014: 58) 1. Menentukan nilai varian setiap butir pertanyaan

∑ ∑

2. Menentukan nilai varians total

∑ ∑

3. Menentukan reliabilitas instrumen

[ ] [ ∑ ] Keterangan:

N = jumlah sampel

= jawaban responden untuk setiap butir pertanyaan X = total jawaban responden untuk setiap butri pertanyaan = jumlah varians butir

∑ = varians total

= jumlah butir pertanyaan

= koefisien reliabilitas instrumen

Nunally (1994: pp. 228-265), menjelaskan bahwa terdapat tingkat reliabilitas berdasarkan koefisien reliabilitas suatu instrumen, sebagai berikut:

Tabel 3.10

Tingkat Koefisien Reliabilitas Koefisien Tingkat Reliabilitas

< 0,60 Sangat Rendah 0,61 – 0,70 Rendah 0,71 – 0,80 Cukup

0,81 - 0,90 Tinggi

(77)

Pengujian ini akan menggunakan Program Komputer SPPS versi 17. Dari hasil uji coba yang telah dilakukan dengan menyebar kuesioner pada 34 mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma, telah didapatkan hasil untuk uji reliabilitas. Adapun hasil dari uji tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.11 di bawah ini.

Tabel 3.11 Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Cronbach’s Alpha Minat Menjadi Guru 0,922

Sumber data: output SPSS yang diolah

Tabel 3.11 menunjukkan bahwa nilai alpha hasil uji reliabilitas adalah 0,922. Berdasarkan informasi tingkat reliabilitas instrumen pada Tabel 3.10, nilai alpha yang berada di antara 0,91 – 1,00 memiliki tingkat reliabilitas yang sangat tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen variabel minat menjadi guru reliabel dalam mengumpulkan data penelitian.

H. Teknik Analisis Data

1. Teknik Analisis Data Deskriptif

(78)

Tabel 3.12

Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tipe II

Skor Kategori Kecenderungan Variabel

81%-100% Sangat Tinggi

66%-80% Tinggi

56%-65% Cukup

46%-55% Rendah

<45% Sangat Rendah

Dalam PAP tipe II terdapat batas atau patokan yang paling rendah (passing score) yaitu 56% dari total skor yang seharusnya dicapai, diberi nilai cukup. PAP II umumnya merupakan cara menghitung dengan skor minimal 0 dan skor maksimal 100. Pada penelitian variabel minat menjadi guru, peneliti menetapkan skor terendah 1 dan skor tertinggi 4, maka utnuk mendeskripsikan kategori variabel lebih dulu harus menentukan skor interval dengan memodifikasi rumus PAP tipe II, sebagai berikut:

Skor terendah yang mungkin dicapai + [nilai presentase x (skor tertinggi yang mungkin dicapai item – skor terendah yang mungkin dicapai)].

Skor tertinggi yang mungkin dicapai: 4 x 22 = 88 Skor terendah yang mungkin dicapai: 1 x 22 = 22 Skor:

(79)

Sangat Rendah = < 45% x 88 = 40

Dari data perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa kategori kecenderungan variabel minat menjadi guru adalah sebagai berikut:

Tabel 3.13

Rentang Minat Keguruan

Nilai Kategori Kecenderungan Variabel Skor

71 – 88 Sangat Beminat 5 58 – 70 Berminat 4 49 – 57 Cukup Berminat 3 41 – 48 Kurang Berminat 2 < 40 Tidak Berminat 1

Sedangkan untuk rentang variabel bakat keguruan menggunakan rentang yang diadopsi dari instrumen Wasidi (2016).

Tabel 3.14

Nilai koefisien korelasi menyatakan kekuatan antara dua variabel atau lebih. Dalam menentukan tingkat hubungan dapat dilihat dari Tabel 3.15

Tabel 3.15

Tingkat Korelasi dan Kekuatan Arah Hubungan No Nilai Korelasi (r) Tingkat Hubungan

(80)

No Nilai Korelasi (r) Tingkat Hubungan

5. 0,0 Tidak ada hubungan

6. - 0,01 – - 0,09 Hubungan negatif tak berarti 7. - 0,10 – - 0,20 Hubungan negatif yang rendah 8. - 0,30 – - 0,49 Hubungan negatif yang sedang 9. - 0,50 – - 0,59 Hubungan negatif yang mantap 10. - 0,70 – ke bawah Hubungan negatif yang sangat kuat

Sumber: Taniredja dan Mustafidah (2011: 32) 3. Pengujian Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Dalam penelitian ini terdapat dua pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan bantuan komputer program SPSS (Statistical Package for Social Science) for Windows versi 17.0 dengan menggunakan Uji Korelasi Spearman. Prosedur pada pengujian hipotesis yang akan dilakukan terdiri dari beberapa langkah, di antaranya:

1) Membuat hipotesis dalam uraian kalimat a) Hipotesis I

= Tidak terdapat hubungan minat menjadi guru dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP USD. = Terdapat hubungan minat menjadi guru dengan

bakat keguruan mahasiswa FKIP USD. Secara statistis, hipotesis di atas dapat dituliskan sebagai berikut:

(81)

b) Hipotesis II

= Tidak terdapat hubungan IPK dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP USD.

= Terdapat hubungan IPK dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP USD.

Secara statistis, hipotesis di atas dapat dituliskan sebagai beriku t

2) Menentukan tingkat signifikansi (resiko kesalahan)

Penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi (α)

5% atau 0.05.

3) Menentukan uji yang digunakan

Uji statistik pada kedua hipotesis menggunakan Uji Korelasi Spearman.

4) Kriteria penerimaan hipotesis

a) Jika nilai Sig. (2-tailed) > 0.05 maka H0 diterima.

b) Jika nilai Sig. (2-tailed) < 0.05 maka H0 ditolak.

5) Penarikan Kesimpulan

a) Jika nilai Sig. (2-tailed) > 0.05 maka H0 diterima,

(82)

(2-tailed) < 0.05 maka H0 ditolak, artinya terdapat

hubungan minat menjadi guru dengan bakat keguruan. b) Jika nilai Sig. (2-tailed) > 0.05 maka H0 diterima,

artinya IPK dan bakat keguruan tidak hubungan. Di sisi lain, jika nilai Sig. (2-tailed) < 0.05 maka H0 ditolak,

(83)

63

BAB IV

GAMBARAN UMUM

A. Universitas Sanata Dharma 1. Sejarah

(84)

Pater Prof. Nicolaus Driyarkara, S.J. menjadi Dekan PTPG Sanata Dharma dan Pater H. Loeff sebagai Wakil Dekan Nama "Sanata Dharma" diciptakan oleh Pater K. Looymans, S.J. yang waktu itu menjadi pejabat Departemen Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan di Kantor Wali Gereja Indonesia. "Sanata Dharma" sebenarnya dibaca "Sanyata Dharma", yang berarti "kebaktian yang sebenarnya" atau "pelayanan yang nyata". Kebaktian dan pelayanan itu ditujukan kepada tanah air dan gereja (Pro Patria et Eclessia).

FKIP Untuk menyesuaikan diri dengan ketentuan pemerintah, dalam hal ini Kementrian Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan tentang perubahan PTPG menjadi FKIP, maka PTPG Sanata Dharma pada bulan November 1958 berubah menjadi FKIP (Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan) Sanata Dharma dan merupakan bagian dari Universitas Katolik Indonesia cabang Yogyakarta. Pada masa FKIP ini Sanata Dharma berhasil memperoleh status "disamakan" dengan negeri berdasarkan SK Menteri PTIP No.1 / 1961 pada tanggal 6 Mei 1961 jo No. 77 / 1962 tanggal 11 Juli 1962. Walaupun bagian dari Universitas Katolik Indonesia, secara de facto FKIP Sanata Dharma berdiri sendiri.

a. IKIP Sanata Dharma (1965 - 1993)

Gambar

Tabel 5.6    Hasil Uji Korelasi Spearman Hubungan IPK dengan Bakat
Tabel 2.1           Kategori Nilai Akhir Keberhasilan Mahasiswa
Tabel 3.1
Tabel 3.2 Sampel Mahasiswa Setiap Program Studi
+7

Referensi

Dokumen terkait

kekayaan debitur baik yang pada waktu pernyataan pailit maupun yang diperoleh selama. kepailitan berlangsung untuk kepentingan semua kreditur yang pada

[r]

Secara keseluruhan tingkat kepatuhan terhadap SOP Penerimaan Kas Divisi Pendidikan Yayasan Sion dikategorikan pada tingkat kepatuhan sedang dengan persentase kepatuhan

(3) Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah menyiapkan rancangan Renstra-SKPD sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dengan berpedoman pada rancangan

membantu dalam menjembatani antara keinginan jalur tracking yang diinginkan.. 25 Pemetaan jalur tracking di Desa Pejukutan telah dilaksanakan dengan menjangkau tiga. area tempat

Metode bagian merupakan bentuk latihan keterampilan yang dilakukan secara bagian perbagian dari keterampilan yang dipelajari. Bentuk keterampilan yang dipelajari

Pekerjaan lain yang tidak kalah pentingnya adalah sampling, yaitu pengambilan conto material yang sesedikit mungkin namun dapat mewakili material keseluruhan. Sampling

Kandungan Nutrisi Bahan Pakan yang Digunakan dalam Penelitian..