⚫ MKDU4114/MODUL 2 2.7
Hal-hal di atas dapat menjelaskan kedudukan, peran dan fungsi Pancasila dalam arti bahwa Pancasila sebenarnya secara budaya merupakan kristalisasi nilai-nilai yang positif yang digali dari bangsa Indonesia sendiri. Disebut sebagai kristalisasi nilai-nilai yang positif, sebab nilai yang negatif juga pasti dimiliki yang harus ditinggalkan. Kelima sila dalam Pancasila merupakan serangkaian unsur-unsur tidak boleh terputus antara yang satu dengan yang lainnya, namun demikian terkadang ada pengaruh dari luar yang menyebabkan diskontinuitas antara hasil konkret dengan nilai budaya.
2.8 Pancasila ⚫
dengan memilah nilai-nilai luhur untuk kemudian dituangkan dalam lima sila.
Pancasila seperti dirumuskan oleh Senat Universitas Gadjah Mada pada tahun 1951 adalah hasil perenungan jiwa yang dalam dan penelitian cipta yang saksama atas dasar pengetahuan dan pengalaman hidup yang luas. Unsur-unsur Pancasila itu sebagaimana sudah dikatakan dalam uraian dimuka telah terdapat sebelumnya dalam adat kebiasaan, kebudayaan dan keyakinan agama-agama bangsa Indonesia, yang kemudian dijadikan sebagai dasar negara. Hal ini oleh para ahli diperkenalkan dengan istilah berpancasila dalam tri prakara.
Persoalan mengenai asal mula Pancasila sebagai dasar filsafat negara memerlukan perhatian khusus agar dapat dimengerti, fungsi, dan tempat yang sebenarnya.
Beberapa kalangan, harus diakui, dalam mendiskusikan perihal asal mula mengemukakan pendapat-pendapat yang berbeda-beda. Seseorang dapat membedakan antara beberapa macam asal mula atau sebab. Kita mengambil sebagai suatu contoh sebuah kursi dari kayu. Kayu yang menjadi bahan untuk dijadikan kursi itu merupakan asal mula atau sebab jenis pertama dan disebut asal mula atau sebab berupa bahan. Kayu dengan kata lain menjadi asal mula bahan. Kayu sebelum dan sesudah menjadi kursi, kayunya sama saja, yang berubah bukan kayunya, yang berubah adalah bentuk atau bangunnya. Bentuk atau bangun itu dikatakan menjadi asal mula atau sebab jenis kedua dan disebut asal mula bentuk atau sebab berupa bentuk atau bangun. Bahan kayu tidak cuma dapat dijadikan kursi, akan tetapi juga dapat dijadikan barang lain- lainnya. Kayu dijadikan kursi atau barang lainnya itu tergantung dari penggunaan barang yang akan dibuat, maka dari itu tujuan penggunaan merupakan asal mula atau sebab jenis ketiga dan disebut asal mula tujuan atau sebab berupa tujuan. Tiga macam asal mula atau sebab tadi belum dapat menyebabkan terjadi apa-apa, kursinya baru menjadi ada, apabila dilakukan perbuatan untuk membuat kursi, maka karya itu adalah asal mula atau sebab jenis keempat dan disebut asal mula atau sebab karya yang menimbulkan akibat terjadinya barang sesuatu baru, dan inilah yang pada umumnya dimaksud sebagai asal mula atau sebab yang langsung menimbulkan akibat.
Akan tetapi yang demikian itu sebenarnya tidak mencukupi untuk memperoleh pengertian yang sebaiknya dari hal sesuatu dan seringkali menimbulkan salah paham. Demikian pula halnya dengan Pancasila itu. Sebenarnya keempat- empat asal mula memiliki kedudukan yang sama-sama penting, dalam arti tidak dapat diabaikan, ibarat kursi di atas tidak dapat jadi kursi yang baik jika
⚫ MKDU4114/MODUL 2 2.9
tidak ada kayunya sebagai bahan, kayu tidak dapat dijadikan kursi begitu seterusnya.
Penerapannya diperuntukkan kepada Pancasila sebagai dasar filsafat Negara, maka kita mendapatkan asal mula-asal mula atau sebab-sebab sebagai berikut: asal mula langsung dan asal mula tidak langsung. Pembagian asal mula menjadi langsung dan tidak langsung didasarkan atas hubungannya dengan proses menjadinya Pancasila sebagai dasar filsafat negara. Asal mula langsung meliputi pembahasan-pembahasan menjelang dan sesudah proklamasi kemerdekaan yang menunjukkan aspek langsung menjadinya Pancasila sebagai dasar negara. Asal mula tidak langsung lebih menunjuk pada aspek bahan dalam dimensi historis masa lampau khususnya yakni sebelum kemerdekaan, tidak dihubungkan dengan kegiatan secara langsung dengan proses pembahasannya di sekitar proklamasi.
Asal mula langsung dari Pancasila dasar filsafat Negara dibedakan:
1. Causa materialis (asal mula bahan) ialah berasal dari bangsa Indonesia sendiri, terdapat dalam adat kebiasaan, kebudayaan dan dalam agama- agamanya sehingga pada hakikatnya nilai-nilai yang menjadi unsur-unsur Pancasila adalah digali dari bangsa Indonesia sendiri yang berupa nilai- nilai adat kebudayaan dan nilai-nilai religius yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia. Jadi asal mula bahan atau causa materialis Pancasila adalah bangsa Indonesia sendiri yang berupa kepribadian dan pandangan hidup. Catatan yang perlu mendapatkan perhatian, bahwa nilai-nilai yang terdapat pada kelima sila Pancasila merupakan kristalisasi nilai-nilai yang ideal, sedangkan yang dianggap tidak ideal tidak diakomodasikan. Jika kita perhatikan dengan seksama, maka tidak dapat dipungkiri dalam kehidupan bahwa terdapat hal-hal yang kurang baik dan berat sebelah, seperti terlalu individua atau sebaliknya terlalu sosial, sehingga mengorbankan kepentingan sosial atau sebaliknya mengorbankan kepentingan sendiri, sedangkan sila-sila Pancasila berupaya mencari jalan tengah di antara kedua kutub itu.
2. Causa formalis (asal mula bentuk atau bangun) dimaksudkan bagaimana Pancasila itu dibentuk rumusannya sebagaimana terdapat pada Pembukaan Undang-Undang Dasar NRI Tahun 1945. Pengusul dan pendukung asal mula bentuk dari Pancasila adalah Soekarno dan Hatta ditambah dengan anggota BPUPKI. Soekarno dan Hatta ditambah dengan anggota BPUPKI sebagai Pembentuk Negara mengatasnamakan wakil
2.10 Pancasila ⚫
bangsa Indonesia, juga telah merumuskan dan membahas Pancasila yang berkaitan bentuk rumusan dan nama Pancasila sebagai kesatuan.
3. Causa efisien (asal mula karya) ialah asal mula kegiatan yang meningkatkan Pancasila dari calon dasar negara menjadi Pancasila yang sah sebagai dasar negara. Asal mula karya dalam hal ini adalah PPKI sebagai pembentuk negara yang kemudian mengesahkan dan menjadikan Pancasila sebagai dasar filsafat Negara setelah melalui pembahasan dalam sidang-sidangnya.
4. Causa finalis (asal mula tujuan) adalah tujuan dari perumusan dan pembahasan Pancasila yakni hendak dijadikan sebagai dasar negara.
Usaha untuk sampai kepada asal mula tujuan (causa finalis) tersebut merupakan causa akhir, sehingga merupakan kelanjutan causa-causa lainnya. Causa finalis tersebut memerlukan causa atau asal mula sambungan. Asal mula sambungan penghubung antara asal mula bentuk (causa formalis) dan asal mula tujuan (causa finalis) yakni Panitia Sembilan, termasuk Soekarno - Hatta, anggota-anggota BPUPKI, anggota-anggota PPKI, yang merumuskan rancangan Pembukaan UUD 1945 dan yang menerima dengan perubahan rancangan tersebut (A.T.
Soegito, 1999, 25; Kaelan, 1999: 53-55).
Bangsa Indonesia yang menjadi asal mula atau sebab bahan dari Pancasila sebagai dasar filsafat Negara merupakan suatu hal yang sangat penting dan perlu dipahami kembali. Unsur-unsur Pancasila telah terdapat di dalam adat kebiasaan, kebudayaan dan di dalam agama-agama, maka seperti telah dikatakan dalam uraian yang terdahulu bangsa Indonesia sebenarnya mempunyai tiga macam fenomena Pancasila, yang kultural, yang religius dan yang kenegaraan, yang saling memperkuat dan memperkembangkan.
Kesimpulannya adalah bahwa dasar filsafat Negara bangsa Indonesia adalah Pancasila, karena bawaan dari adat kebiasaan, kebudayaan dan agama-agama bangsa Indonesia sendiri. Pancasila dijadikan sebagai dasar filsafat Negara, maka sebenarnya tidak lain dari kesetiaan bangsa Indonesia kepada dirinya sendiri, mengembangkan pribadinya sendiri, dahulunya dalam adat kebiasaan, kebudayaan dan agama-agama ketika belum bernegara dan sesudah bernegara menjadi dasar hidup kenegaraannya, yaitu dengan melaksanakannya dalam hidup bermasyarakat dan berpemerintahan.
Dasar filsafat negara Indonesia ini secara resmi diberi nama Pancasila dirumuskan dalam Pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik
⚫ MKDU4114/MODUL 2 2.11
indonesia Tahun 1945. Walaupun istilah Pancasila tidak disebutkan secara eksplisit dalam Pembukan tersebut, namun rumusan sila demi sila secara jelas dicantumkan di dalamnya, sehingga Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 disebut sebagai tempat terdapatnya Pancasila. Walaupun demikian di kalangan masyarakat luas pernah terdapat pelbagai rumusan Pancasila yang susunannya agak berbeda. Rumusan yang berbeda-beda tentang lima unsur yang diberi nama Pancasila itu tidak berarti membawa bangsa Indonesia bergerak menuju arah pertentangan-pertentangan, karena tanpa adanya rumusan resmi pun di dalam diri bangsa Indonesia atau dalam adat istiadat bangsa Indonesia sudah ada benih-benih jiwa Pancasila, hanya yang perlu dicari adalah keseragaman perumusan dan tata urutannya.
Pancasila dengan demikian merupakan inti-inti kesamaan yang terdapat dalam adat kebiasaan, kebudayaan dan agama-agama bangsa Indonesia, yang menurut kenyataannya begitu beraneka warna. Tentu masih ada hal-hal yang merupakan kesamaan, akan tetapi semuanya dapat dikembalikan kepada inti- inti yang menjadi sila-sila dari Pancasila, yakni Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan. Manusia di dalam hidupnya mempunyai tiga macam jenis persoalan hidup yang pokok, yaitu hubungan dengan diri- sendiri, sesama manusia, serta terhadap asal mula segala sesuatu, yaitu Tuhan.
Tiga persoalan pokok dalam hidup ini yang terhadap diri sendiri, termasuk hubungannya dengan benda, tersimpul dalam sila kemanusiaan yang adil dan beradab, yang terhadap sesama manusia, yang mengenai benda pula terutama dalam lingkungan kenegaraan tercantum dalam sila-sila persatuan, kerakyatan dan keadilan sosial, serta terhadap asal mula segala sesuatu ialah terkandung dalam sila ketuhanan yang Maha Esa. Soal-soal hidup yang pokok ini bersifat universal, berlaku untuk semua orang, lebih-lebih semua orang Indonesia sama, bahkan buat seluruh umat manusia sama. Meskipun tiga persoalannya sama, tetapi lain perwujudan dalam jawaban atas soal-soalnya, dan lain pula dalam hal pelaksanaan atau penjelmaan dari jawaban dan penyelesaian persoalannya.
Keputusan PPKI. sudah tepat, hanya lima sila itu yang dimasukkan dalam dasar filsafat Negara sebagai inti kesamaan dari segala keadaan yang beraneka warna, dan juga telah mencukupi, dalam arti pula tidak ada lainnya yang tidak dapat dikembalikan kepada salah satu sila dari Pancasila.
Asal mula bahan atau causa materialis dari sila-sila Pancasila adalah yang setepatnya dan sebaik-baiknya ialah bangsa Indonesia sendiri, dalam arti yang semutlak-mutlaknya ialah dalam hakikat kemanusiaannya yang kekal dan
2.12 Pancasila ⚫
tidak berubah. Usaha memahami sejarah Perjuangan bangsa Indonesia akan membantu pemahaman asal mula Pancasila Dasar Filsafat Negara Republik Indonesia. Kesimpulannya adalah sejarah Perjuangan bangsa Indonesia dapat dipakai sebagai titik tolak memahami asal mula Pancasila dasar filsafat Negara Republik Indonesia.
Ir. Soekarno dalam pidato promosinya di Universitas Gadjah Mada, ketika menerima gelar Doktor Honoris Causa 19 September 1951 menyatakan, bahwa menolak keterangan promotor bahwa Pancasila adalah ciptaannya. Ir.
Soekarno sekedar “perumus” dari perasaan-perasaan yang telah lama terkandung bisu dalam kalbu rakyat Indonesia, sekedar menjadi “pengutara”
dari keinginan-keinginan bangsa Indonesia yang turun-temurun. Ir. Soekarno selanjutnya, dalam Pidato di Surabaya 24 September 1955 mengatakan bahwa ia tidaklah menciptakan Pancasila, sebab baginya suatu dasar negara ciptaan tidak akan tahan lama. Ir. Soekarno mengajak bangsa Indonesia untuk meyelami sejarah sedalam-dalamnya. Ir. Soekarno mengakui bahwa lima mutiara yang terpendam hanya digalinya dari sejarah Indonesia, yang tadinya lima mutiara itu cemerlang tetapi oleh karena penjajahan asing yang 350 tahun lamanya, terbenam di dalam bumi Indonesia, sehingga Soekarno sendiri berkesimpulan bahwa Pancasila diciptakan oleh bangsa Indonesia sendiri.
Pancasila dan Sejarah Perjuangan bangsa Indonesia tidak dapat dipisah- pisahkan satu sama lain, bahkan studi Pancasila (terutama asal mula sebagai dasar filsafat Negara Republik Indonesia) akan lebih proporsional bila ditelaah dari aspek kesejarahannya (AT Soegito, 1983: 6). Aspek sejarah ini akan diperdalam dalam kegiatan belajar ke-2.