3.18 Pancasila ⚫
Kegiatan Belajar 2
Pancasila Sebagai Pandangan
Hidup Bangsa Indonesia
⚫ MKDU4114/MODUL 3 3.19
Seluruh bangsa Indonesia, tak terkecuali dengan demikian wajib mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum Indonesia, tercantum dalam ketentuan perundangan tertinggi yakni Pembukaan Undang-Undang Dasar NRI Tahun 1945 yang dijelmakan di dalam pokok-pokok pikiran, yang meliputi suasana kebatinan dari Undang-Undang Dasar 1945, yang pada akhirnya dikonkretisasikan dalam pasal-pasal Undang-Undang Dasar NRI Tahun 1945 maupun dalam hukum positif lainnya.
Konsekuensi kedudukan Pancasila sebagai dasar negara ini lebih lanjut dapat dirinci sebagai berikut: pertama; Pancasila sebagai dasar negara merupakan sumber dari segala sumber hukum atau sumber tertib hukum Indonesia. Kedua; Pancasila sebagai dasar negara meliputi suasana kebatinan (Geistlichen-hintergrund) dari UUD NRI Tahun 1945. Ketiga; Pancasila sebagai dasar negara mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum dasar negara Indonesia (baik hukum dasar tertulis/tidak tertulis). Keempat; Pancasila sebagai dasar negara mengandung norma yang mengharuskan Undang- Undang Dasar mengandung isi yang mewajibkan pemerintah maupun para penyelenggara negara untuk memelihara budi pekerti yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.
Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia memiliki dasar kedudukan formal seperti tersirat di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 alinea IV, yang berbunyi:
"...maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat, dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia".
Berdasarkan pada kalimat tersebut di atas, maka menjadi jelas bahwa Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia merupakan dasar yang paling fundamental dari negara Republik Indonesia atau merupakan pokok kaidah fundamental negara Indonesia. Prof. Dr. Drs. Notonegoro, S.H.
sehubungan dengan hal ini, dalam tulisannya berjudul “Berita Pikiran Ilmiah tentang jalan ke luar dari kesulitan mengenai Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia” antara lain menyatakan bahwa di antara unsur-unsur pokok kaidah negara yang fundamental, maka asas kerohanian Pancasila
3.20 Pancasila ⚫
mempunyai kedudukan istimewa dalam hidup kenegaraan dan hukum bangsa Indonesia. Norma hukum pokok tersebut yang disebut pokok kaidah fundamental negara di dalam hukum mempunyai hakikat dan kedudukan yang sifatnya tetap, kuat dan tidak berubah bagi negara yang dibentuk.
Pengertian kata "...dengan berdasar kepada..." di dalam kalimat terakhir Alinea IV Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, meskipun tidak tersurat kata Pancasila namun memiliki makna bahwa dasar negara Republik Indonesia adalah Pancasila. Pancasila seperti termuat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ini mempunyai kedudukan dan peranan yang pokok bagi penyelenggaraan hidup Negara Republik Indonesia. Jadi, Pancasila secara formal dan material termuat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sehingga segala sesuatu yang berkaitan dengan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, berlaku pula bagi Pancasila. Pancasila secara singkat merupakan dasar, rangka serta suasana, sehingga merupakan sendi-sendi pokok bagi negara.
Pancasila juga mempunyai kedudukan mutlak bagi bangsa dan negara, sehingga darinya terletak kelangsungan dasar hidup negara. Pokok-pokok pikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang tidak lain adalah perwujudan sila-sila Pancasila, merupakan suasana kebatinan bagi pasal-pasal Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, atau sebaliknya pasal-pasal Undang-Undang Dasar NRI Tahun 1945 merupakan perwujudan atau penjelmaan pokok-pokok pikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Soeprapto, 1997).
Pancasila sebagai dasar negara dengan demikian mempunyai kedudukan yang mutlak, terlekat pada kelangsungan hidup negara hasil Proklamasi 17 Agustus 1945, dengan jalan hukum tidak dapat diubah (Notonegoro, 1980).
Pancasila dengan sifat yang dimilikinya ini maka memungkinkan Pancasila dalam isi dan artinya sama dan mutlak bagi seluruh warga bangsa Indonesia.
Pancasila dengan sifat yang melekatinya tersebut memungkinkan juga sebagai sumber yang tak terhingga dalam dan luasnya bagi perkembangan hidup kenegaraan, kebangsaan, dan juga kemanusiaan untuk menciptakan kesejahteraan nasional maupun internasional (Sri Soeprapto, 1997).
Pandangan hidup adalah nilai-nilai yang dianut suatu masyarakat, yang dipilih secara kolektif oleh para individu dan golongan-golongan dalam masyarakat (Koentjaraningrat, 1980). Pandangan hidup terdiri dari cita-cita,
⚫ MKDU4114/MODUL 3 3.21
kebajikan dan sikap hidup. Ketiga hal ini tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Manusia dalam mengadapi segala macam problem hidupnya akan selalu berpegang pada sikap dan pandangan hidupnya. Manusia dalam masalah ini haruslah memiliki prinsip-prinsip sebagai suatu sikap dan pegangan hidup agar di dalam hidupnya tidak terombang-ambing.
Bagaimanapun sulit dan rumitnya problem dalam hidup, manusia hendaknya menghadapinya dengan sikap yang kritis dan terbuka. Manusia dengan demikian akan menumbuhkan dan memiliki keseimbangan pribadi, ketenangan, dan pengendalian diri.
Sistem nilai budaya sering juga menjadi pandangan hidup bagi sekelompok manusia yang menganutnya. Apabila ‘sistem nilai’ ini merupakan pedoman hidup yang dianut sebagian besar warga masyarakat, maka pandangan hidup merupakan sistem pedoman yang dianut oleh individu- individu khusus masyarakat tersebut. Jadi, hanya ada pandangan hidup golongan saja atau individu tertentu saja tetapi tidak ada pandangan hidup seluruh masyarakat dunia. Contoh, “pandangan dunia”, maksudnya adalah keseluruhan semua keyakinan deskriptif tentang realitas sejauh merupakan suatu kesatuan. Manusia memberikan struktur yang bermakna kepada alam pengalaman. Suatu pandangan dunia merupakan kerangka acuan bagi manusia untuk dapat mengerti masing-masing unsur pengalamannya. Contoh lain misalnya adalah pandangan dunia Jawa. Yang khas bagi pandangan dunia Jawa adalah realitas tidak dibagi dalam berbagai bidang yang terpisah dan tanpa hubungan satu sama lain melainkan suatu realitas dipahami sebagai kesatuan yang menyeluruh.
Pandangan hidup merupakan bagian hidup manusia dan tidak ada seorang pun yang hidup tanpa mempunyai pandangan hidup, meskipun tingkatannya berbeda-beda. Pandangan hidup adalah cita-cita atau aspirasi seseorang atau masyarakat, karena itu pandangan hidup itu mencerminkan citra diri seseorang (Manuel Kaisiepo, 1982). Sesuatu cita-cita atau aspirasi yang dikatakan oleh seseorang adalah pandangan hidup, karena dipengaruhi oleh pola berpikir tertentu. Pandangan hidup harus dibedakan dengan idealisasi atau angan- angan, sebab suatu idealisasi hanya mengikuti kecenderungan kebiasaan hidup yang sedang berlangsung di dalam masyarakat yang belum tentu diinginkannya.
Pandangan hidup dengan demikian adalah suatu wawasan menyeluruh terhadap kehidupan yang terdiri dari kesatuan rangkaian nilai-nilai luhur. Nilai luhur adalah tolok ukur bagi kebaikan yang berkenaan dengan hal-hal yang
3.22 Pancasila ⚫
bersifat mendasar dan abadi dalam hidup manusia (Suhadi, 1995). Jadi, pandangan hidup mempunyai fungsi sebagai kerangka acuan untuk menata hubungan manusia dengan dirinya sendiri, sesamanya, dan dengan alam sekitarnya maupun dengan Tuhannya. Pandangan hidup masyarakat ini berproses secara dinamis sehingga menghasilkan suatu pandangan hidup sebuah bangsa.
Pandangan hidup bangsa merupakan suatu kristalisasi nilai-nilai yang dimiliki oleh suatu bangsa dan diyakini kebenarannya sehingga menumbuhkan tekad untuk mewujudkannya. Konsekuensi pemahaman terhadap pandangan hidup bangsa ini adalah bahwa di dalam pandangan hidup suatu bangsa itu terkandung konsepsi dasar tentang suatu kehidupan yang dicita-citakan oleh bangsa yang bersangkutan.
Bangsa Indonesia mempunyai pandangan hidup yang sudah lama tumbuh bersama perkembangan masyarakatnya, yaitu Pancasila. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia merupakan suatu kristalisasi dari nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat Indonesia (inti sari dari nilai budaya masyarakat Indonesia) yang sudah diyakini kebenarannya, sehingga mampu menumbuhkan tekad untuk mewujudkannya. Pancasila dalam pengertian ini sering disebut sebagai way of life, weltanschauung, pandangan dunia, pandangan hidup, pegangan hidup, pedoman hidup, petunjuk hidup.
Pemahaman tentang Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia berarti nilai-nilainya dipergunakan sebagai petunjuk hidup sehari-hari.
Pancasila digunakan sebagai penunjuk arah semua kegiatan atau aktivitas hidup dan kehidupan di dalam segala bidang kehidupan. Hal ini berarti bahwa semua tingkah laku dan tindak perbuatan setiap manusia Indonesia harus dijiwai dan merupakan pancaran dari nilai-nilai semua sila Pancasila karena sebagai weltanschauung, Pancasila tidak bisa dipisah-pisahkan satu sila dengan sila yang lainnya.
Pancasila yang harus dihayati oleh bangsa Indonesia adalah Pancasila sebagaimana tercantum di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar` Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Konskuensinya nilai-nilai yang terkandung di dalam sila kesatu sampai sila kelima Pancasila selalu terpancar dalam semua tingkah laku dan perbuatan maupun sikap hidup bangsa Indonesia. Misalnya, nilai keagamaan sebagai perwujudan sila Ketuhanan Yang Maha Esa, nilai berperikemanusiaan yang terkandung di dalam sila dua, nilai kebangsaan sebagai manifestasi sila Persatuan Indonesia, nilai kerakyatan sebagai perwujudan sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanan dalam
⚫ MKDU4114/MODUL 3 3.23
permusyawaratan/perwakilan, dan nilai yang menjunjung tinggi keadilan sosial sebagai manifestasi sila kelima, semuanya selalu tercermin dalam setiap tingkah laku dan sikap hidup bangsa Indonesia.
Pancasila dengan demikian sebagai norma fundamental berfungsi sebagai suatu cita-cita moral atau ide yang harus direalisasikan menjadi suatu kenyataan. Wujud jiwa atau pribadi Pancasila tersebut tercermin dalam setiap tingkah laku, setiap perbuatan maupun sikap hidup sehari-hari bangsa Indonesia. Konskwensinya, Pancasila dalam kedudukannya sebagai pegangan hidup bangsa Indonesia, maka di dalam pelaksanaan hidup sehari-hari bangsa Indonesia tidak boleh bertentangan dengan norma-norma agama, norma- norma kesusilaan, norma-norma sopan santun, dan tidak bertentangan dengan norma-norma hukum yang berlaku (Kaelan, 1996).
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia merupakan cita-cita moral bangsa yang memberikan pedoman dan kekuatan rohaniah bagi bangsa untuk berperilaku luhur dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pengertian moral adalah norma adat atau cara hidup. Setiap bangsa di dunia ini memiliki adat atau cara hidup sendiri yang dirasa paling sesuai bagi bangsanya, tak terkecuali bagi bangsa Indonesia. Norma adat atau cara hidup yang sudah disepakati bersama oleh rakyat Indonesia adalah Pancasila.
Kelima sila di dalam Pancasila secara keseluruhan merupakan inti sari nilai- nilai budaya masyarakat Indonesia. Pancasila sebagai intisari dari nilai-nilai budaya, merupakan cita-cita moral bangsa yang memberikan pedoman dan kekuatan rokhaniah bagi bangsa untuk berperilaku dengan baik dan benar.
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia merupakan perjanjian luhur bangsa Indonesia. Perjanjian luhur yang dimaksud adalah suatu kesepakatan yang memiliki makna dan nilai yang sangat tinggi, oleh karenanya senantiasa dihormati dan dijunjung tinggi. Pancasila sebagaimana tercantum dalam alinea IV Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 merupakan hasil kesepakatan PPKI yang mewakili seluruh bangsa Indonesia dan merupakan suatu konsensus nasional, sehingga Pancasila merupakan perjanjian luhur bangsa Indonesia (Suhadi, 1998).
B. PENGEMBANGAN PANCASILA SUBJEKTIF SEBAGAI