• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASAL MULA PANCASILA SECARA BUDAYA

Dalam dokumen MKDU4114 buku univ terbuka (Halaman 64-74)

2.12 Pancasila

tidak berubah. Usaha memahami sejarah Perjuangan bangsa Indonesia akan membantu pemahaman asal mula Pancasila Dasar Filsafat Negara Republik Indonesia. Kesimpulannya adalah sejarah Perjuangan bangsa Indonesia dapat dipakai sebagai titik tolak memahami asal mula Pancasila dasar filsafat Negara Republik Indonesia.

Ir. Soekarno dalam pidato promosinya di Universitas Gadjah Mada, ketika menerima gelar Doktor Honoris Causa 19 September 1951 menyatakan, bahwa menolak keterangan promotor bahwa Pancasila adalah ciptaannya. Ir.

Soekarno sekedar “perumus” dari perasaan-perasaan yang telah lama terkandung bisu dalam kalbu rakyat Indonesia, sekedar menjadi “pengutara”

dari keinginan-keinginan bangsa Indonesia yang turun-temurun. Ir. Soekarno selanjutnya, dalam Pidato di Surabaya 24 September 1955 mengatakan bahwa ia tidaklah menciptakan Pancasila, sebab baginya suatu dasar negara ciptaan tidak akan tahan lama. Ir. Soekarno mengajak bangsa Indonesia untuk meyelami sejarah sedalam-dalamnya. Ir. Soekarno mengakui bahwa lima mutiara yang terpendam hanya digalinya dari sejarah Indonesia, yang tadinya lima mutiara itu cemerlang tetapi oleh karena penjajahan asing yang 350 tahun lamanya, terbenam di dalam bumi Indonesia, sehingga Soekarno sendiri berkesimpulan bahwa Pancasila diciptakan oleh bangsa Indonesia sendiri.

Pancasila dan Sejarah Perjuangan bangsa Indonesia tidak dapat dipisah- pisahkan satu sama lain, bahkan studi Pancasila (terutama asal mula sebagai dasar filsafat Negara Republik Indonesia) akan lebih proporsional bila ditelaah dari aspek kesejarahannya (AT Soegito, 1983: 6). Aspek sejarah ini akan diperdalam dalam kegiatan belajar ke-2.

MKDU4114/MODUL 2 2.13

1. Ketuhanan Yang Maha Esa: bahwa di Indonesia tidak pernah ada putus- putusnya orang percaya kepada Tuhan, bukti-buktinya: bangunan (rumah peribadatan), kitab suci dari berbagai agama dan aliran kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, perbuatan (upacara keagamaan, peringatan hari besar agama, pendidikan agama, rumah-rumah ibadah), tulisan karangan sejarah/ dongeng yang mengandung nilai-nilai agama.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab: bahwa bangsa Indonesia terkenal ramah tamah, sopan santun, lemah lembut dengan sesama manusia. Bukti- buktinya: bangunan (padepokan, pondok-pondok), semboyan (aja dumeh, aja adigang adigung adiguna, aja kementhus, aja kemaki, aja sawiyah- wiyah, dsb), tulisan (buku Bharatayudha, Ramayana, Malin Kundang, Batu Pegat, Anting Malela, Bontu Sinaga, Danau Toba, Cinde Laras, Riwayat dangkalan Metsyaha), perbuatan (membantu fakir miskin, membantu orang sakit, dsb), hubungan luar negeri (perdagangan, perkawinan, kegiatan kemanusiaan);

3. Persatuan Indonesia: bahwa bangsa Indonesia dengan ciri-cirinya guyub, rukun, bersatu, dan kekeluargaan. Bukti-buktinya: bangunan (candi Borobudur, Candi Prambanan, dan sebagainya), tulisan (sejarah tentang pembagian negara Kahuripan menjadi Daha dan Jenggala, Negara nasional Sriwijaya, Negara Nasional Majapahit), semboyan (bersatu teguh bercerai runtuh), crah agawe bubrah rukun agawe senthosa, bersatu laksana sapulidi, sadhumuk bathuk sanyari bumi, kaya nini lan mintuna), perbuatan (gotong royong membangun negara Majapahit, pembangunan rumah-rumah ibadah, pembangunan rumah baru, pembukaan ladang baru);

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat Kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan: bahwa unsur-unsur demokrasi sudah ada dalam kehidupan masyarakat. Bukti-buktinya: bangunan (Balai Agung dan Dewan Orang-Orang Tua di Bali untuk musyawarah, Nagari di Minangkabau dengan syarat adanya Balai, Balai Desa di Jawa), tulisan (Musyawarah Para Wali, Puteri Dayang Merindu, Loro Jonggrang, Kisah Negeri Sule, dan sebagainya), perbuatan (musyawarah di balai, dan sebagainya);

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia: bahwa bangsa Indonesia dalam menunaikan tugas hidupnya terkenal lebih bersifat sosial dan berlaku adil terhadap sesama. Bukti-buktinya: bangunan (bendungan air, tanggul sungai, tanah desa, sumur bersama, lumbung desa), tulisan

2.14 Pancasila

(Sejarah kerajaan Kalingga, Sejarah Raja Erlangga, Sunan Kalijaga, Ratu Adil, Jaka Tarub, Teja Piatu, dan sebagainya), perbuatan (menyediakan air kendi di muka rumah, selamatan, dan sebagainya).

Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945 sebagai dasar negara, maka nilai-nilai kehidupan berbangsa, bernegara dan berpemerintahan sejak saat itu haruslah berdasarkan pada Pancasila, namun berdasarkan kenyataan, nilai-nilai yang ada dalam Pancasila tersebut telah dipraktekkan oleh nenek moyang bangsa Indonesia dan kita praktekkan hingga sekarang. Hal ini berarti bahwa semua nilai dari kelima sila tersebut telah dipraktekkan dalam kehidupan rakyat Indonesia sejak zaman nenek moyang. Hal-hal mengenai sila pertama ada baiknya kami kemukakan sebagai berikut: bahwa sejak zaman nenek moyang telah diyakini kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Buktinya nenek moyang kita telah menganut animisme dan dinamisme serta bermacam-macam aliran kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Jika timbul pertanyaan, apakah animisme, dinamisme, dan bermacam-macam aliran kepercayaan itu dapat disamakan dengan monoteisme, maka jawabannya adalah harus dikembalikan kepada teori mengenai terjadinya agama dan pelaksanaan agama oleh manusia.

Dua teori tentang hal ini:

1. Konsepsi ketuhanan yang bersumber pada pemikiran manusia atau hasil usaha pemikiran manusia untuk mengenal Tuhan. Sikap manusia terhadap Yang Mahakuasa tumbuh dari pengalaman hidup sehari-hari dengan suka dukanya. Manusia dalam lubuk hatinya merasakan adanya suatu dzat ghaib yang menaungi hal ikhwal insani. Manusia dalam suka dan duka hidupnya menyapa yang Mahakuasa itu untuk memohon perlindungan terhadap bahaya yang mengancamnya dari pihak musuh, entah bencana alam, penyakit atau manusia yang bertujuan memohon keberuntungan dan kebahagiaan. Karena teori ini bersumber dari cipta dan karsa manusia sebagai makhluk sosiobudaya, maka teori ini disebut sebagai teori kultur (the cultural theory).

2. Konsepsi ketuhanan yang bersumber dari firman Tuhan, dari wahyu Tuhan, yang disampaikan melalui Rasul-rasul dan dibukukan dalam kitab- kitab suci. Konsepsi semacam ini disebut dengan teori kewahyuan (The revelation theory).

MKDU4114/MODUL 2 2.15

Rasa ketuhanan yang terpendam dalam batin manusia sukar diungkapkan, tetapi sikap yang timbul dari rasa itu juga pada mereka yang belum mengenal pewahyuan diri Tuhan menyatakan diri dalam dua bentuk. Satu pihak Yang Mahakuasa diakui sebagai yang menarik, mempesona, mesra dan yang menimbulkan cinta kepada-Nya. Golongan lain menganggap bahwa hal tersebut merupakan sesuatu yang menakutkan, yang jauh dan dahsyat.

Kepercayaan pada adanya Tuhan menjadi dasar bagi faham keagamaan.

Setiap agama pada awalnya berdasar atas kepercayaan pada yang ghaib. Cara hidupnya sangat dekat berhubungan dengan kepercayaannya tersebut.

Kepercayaan keagamaan pada masa awal peradaban (primitif) belum memberi nama kepada yang ghaib tersebut. Kekuatan yang ghaib belum diartikan seperti pada deisme dan teisme, tetapi masih diartikan seperti pada dinamisme dan animisme. Dinamisme berkeyakinan, bahwa setiap benda dapat memiliki kekuatan batin. Kekuatan batin ini disebut: mana (Melanesia), kami (Jepang), shakti (India), oudah (Afrika), wakan/orenda/maniti (India Amerika).

Animisme berkeyakinan, bahwa setiap benda baik hidup maupun mati memiliki roh (jiwa). Politeisme memperkecil jumlah roh yang disembah atau dipuja. Politeisme memberi bentuk dan sifat khas kepribadian yang lebih jelas bagi roh yang disembah. Roh yang disembah disebut dengan dewa-dewa.

Nama dewa-dewa disesuaikan dengan kekuatan ghaib yang dimilikinya.

Henoteisme merupakan bentuk perkembangan kepercayaan ketuhanan yang mengutamakan beberapa dewa. Tuhan atau satu Tuhan yang dipercaya paling tinggi kedudukannya di antara tuhan-tuhan yang banyak jumlahnya (Harun Nasution 1983:27–36). Monoteisme dapat berbentuk deisme dan teisme.

Deisme berkeyakinan, bahwa Tuhan berada di luar alam (transcendent) dan tidak di dalam alam (tidak immanent). Tuhan menciptakan alam dan sesudahnya alam berjalan menurut aturan-aturan yang sempurna, tidak berubah. Teisme berkeyakinan, bahwa Tuhan berada di luar alam, tetapi juga dekat dan berada di dalam alam. Alam berwujud dan berjalan karena Tuhan yang terus menerus mengatur alam (Harun Nasution, 1983:40–43).

Berbagai ragam keyakinan tersebut mestinya harus diyakini bahwa pada dasarnya jika manusia berusaha untuk mencari Tuhannya pasti akan menemukan. Pancasila sebagai ideologi tidak melarang bahkan sebaliknya mengajak untuk bertuhan, bahkan untuk memilih yang diyakini. Pancasila dengan demikian mengakui prinsip-prinsip ketuhanan, sehingga dari sisi ini Pancasila memiliki sifat universal, di disamping penghormatan terhadap martabat manusia, pada sila kedua, dan penegakan keadilan, pada sila kelima.

2.16 Pancasila

Suatu hal yang penting untuk dicatat bahwa asal mula Pancasila memang lebih dekat pada asal mula yang bersifat budaya. Kita tidak dapat semena-mena mengatakan bahwa orang yang gemar beribadah sebagai realisasi pelaksanaan Pancasila, sebab orang tersebut melaksanakan ibadahnya disebabkan oleh keyakinan beragama. Prinsip-prinsip mengenai ketuhanan yang dikandung Pancasila memberikan keleluasaan pada masing-masing orang untuk beragama dan melaksanakan ajaran-ajaran agamanya. Pancasila lebih baik sebagai suatu nilai-nilai yang universal digunakan untuk menjadi pedoman dalam kehidupan berkenegaraan dan berkebangsaan. Masalah-masalah mengenai disintegrasi, pertentangan yang melibatkan dua kultur atau etnis daerah, antar suku, persoalan ekonomi bangsa, dan masalah-masalah nasional yang lain menjadi bahan yang harus diselesaikan oleh atau dengan sudut pandang Pancasila. Pancasila pada saat ini, tidak mengurusi hal-hal kecil yang menjadi wewenang dan tugas agama, atau orang-perorang.

Pada masa Orde Baru, Pancasila ditafsirkan silanya butir-demi butir, dalam arti menjadikan Pancasila sebagai pedoman bagi urusan-urusan individu, sehingga tindakan baik apa saja diklaim sebagai pelaksanaan Pancasila. Beribadah ke mesjid sebagai pelaksanaan sila Pancasila, sehingga di sini terkesan adanya over acting. Nilai-nilai itu seharusnya dikembangkan sesuai budaya masyarakat masing-masing dan tidak perlu diterjemahkan ke dalam sub butir-butir yang sebenarnya tidak harus diurusi.

1) Jelaskan dengan bahasa Anda sendiri tentang teori asal mula langsung dan tidak langsung tentang Pancasila!

2) Jelaskan dan tuliskan secara rinci asal mula langsung dari Pancasila dasar filsafat negara!

3) Terangkan dan tuliskan asal mula Pancasila secara budaya!

4) Uraikan dengan bahasa Anda sendiri tentang teori nilai budaya!

5) Menurut Clyde Kluckhohn ada 5 masalah mendasar bagi manusia yang menyangkut budaya, sebutkan dan uraikan dengan bahasa Anda sendiri pada kertas lain?

LAT IH A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut!

MKDU4114/MODUL 2 2.17

Petunjuk Jawaban Latihan

Untuk dapat menjawab soal latihan di atas secara tepat, baca dan pahami materi Kegiatan Belajar 1 Modul 2 dengan cermat, apabila masih belum paham baca kembali dan diskusikan dengan teman-teman atau tutor Anda.

Asal mula Pancasila dasar filsafat Negara dibedakan:

1. Causa materialis (asal mula bahan) ialah berasal dari bangsa Indonesia sendiri, terdapat dalam adat kebiasaan, kebudayaan dan dalam agama-agamanya.

2. Causa formalis (asal mula bentuk atau bangun) dimaksudkan bagaimana Pancasila itu dibentuk rumusannya sebagaimana terdapat pada Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Dalam hal ini BPUPKI memiliki peran yang sangat menentukan.

3. Causa efisien (asal mula karya) ialah asal mula yang meningkatkan Pancasila dari calon dasar negara menjadi Pancasila yang sah sebagai dasar negara. Asal mula karya dalam hal ini adalah PPKI sebagai pembentuk negara yang kemudian mengesahkan dan menjadikan Pancasila sebagai dasar filsafat Negara setelah melalui pembahasan dalam sidang-sidangnya.

4. Causa finalis (asal mula tujuan) adalah tujuan dari perumusan dan pembahasan Pancasila yakni hendak dijadikan sebagai dasar negara.

Untuk sampai kepada causa finalis tersebut diperlukan causa atau asal mula sambungan.

Unsur-unsur Pancasila berasal dari bangsa Indonesia sendiri, walaupun secara formal Pancasila baru menjadi dasar Negara Republik Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945, namun jauh sebelum tanggal tersebut bangsa Indonesia telah memiliki unsur-unsur Pancasila dan bahkan melaksanakan di dalam kehidupan mereka. Sejarah bangsa Indonesia memberikan bukti yang dapat kita cari dalam berbagai adat istiadat, tulisan, bahasa, kesenian, kepercayaan, agama dan kebudayaan pada umumnya misalnya:

1. Di Indonesia tidak pernah putus-putusnya orang percaya kepada Tuhan, bukti-buktinya: bangunan peribadatan, kitab suci dari berbagai agama dan aliran kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, upacara keagamaan pada peringatan hari besar agama, pendidikan agama, rumah-rumah ibadah, tulisan karangan

RA NG KUM AN

2.18 Pancasila

sejarah/dongeng yang mengandung nilai-nilai agama. Hal ini menunjukkan kepercayaan Ketuhanan Yang Maha Esa.

2. Bangsa Indonesia terkenal ramah tamah, sopan santun, lemah lembut dengan sesama manusia, bukti-buktinya misalnya bangunan padepokan, pondok-pondok, semboyan aja dumeh, aja adigang adigung adiguna, aja kementhus, aja kemaki, aja sawiyah-wiyah, dan sebagainya, tulisan Bharatayudha, Ramayana, Malin Kundang, Batu Pegat, Anting Malela, Bontu Sinaga, Danau Toba, Cinde Laras, Riwayat dangkalan Metsyaha, membantu fakir miskin, membantu orang sakit, dan sebagainya, hubungan luar negeri semisal perdagangan, perkawinan, kegiatan kemanusiaan; semua meng- indikasikan adanya Kemanusiaan yang adil dan beradab.

3. Bangsa Indonesia juga memiliki ciri-ciri guyub, rukun, bersatu, dan kekeluargaan, sebagai bukti-buktinya bangunan candi Borobudur, Candi Prambanan, dan sebagainya, tulisan sejarah tentang pembagian kerajaan, Kahuripan menjadi Daha dan Jenggala, Negara nasional Sriwijaya, Negara Nasional Majapahit, semboyan bersatu teguh bercerai runtuh, crah agawe bubrah rukun agawe senthosa, bersatu laksana sapu lidi, sadhumuk bathuk sanyari bumi, kaya nini lan mintuna, gotong royong membangun negara Majapahit, pembangunan rumah-rumah ibadah, pembangunan rumah baru, pembukaan ladang baru menunjukkan adanya sifat persatuan.

4. Unsur-unsur demokrasi sudah ada dalam masyarakat kita, bukti- buktinya: bangunan Balai Agung dan Dewan Orang-orang Tua di Bali untuk musyawarah, Nagari di Minangkabau dengan syarat adanya Balai, Balai Desa di Jawa, tulisan tentang Musyawarah Para Wali, Puteri Dayang Merindu, Loro Jonggrang, Kisah Negeri Sule, dan sebagainya, perbuatan musyawarah di balai, dan sebagainya, menggambarkan sifat demokratis Indonesia;

5. Dalam hal Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, bangsa Indonesia dalam menunaikan tugas hidupnya terkenal lebih bersifat sosial dan berlaku adil terhadap sesama, bukti-buktinya adanya bendungan air, tanggul sungai, tanah desa, sumur bersama, lumbung desa, tulisan sejarah kerajaan Kalingga, Sejarah Raja Erlangga, Sunan Kalijaga, Ratu Adil, Jaka Tarub, Teja Piatu, dan sebagainya, penyediaan air kendi di muka rumah, selamatan, dan sebagainya.

Pancasila sebenarnya secara budaya merupakan kristalisasi nilai-nilai yang baik-baik yang digali dari bangsa Indonesia. Disebut sebagai kristalisasi nilai-nilai yang baik. Adapun kelima sila dalam Pancasila merupakan serangkaian unsur-unsur tidak boleh terputus satu dengan yang lainnya. Namun demikian terkadang ada pengaruh dari luar yang

MKDU4114/MODUL 2 2.19

menyebabkan diskontinuitas antara hasil keputusan tindakan konkret dengan nilai budaya.

1) Pernyataan-pernyataan berikut yang tidak benar berkaitan dengan proses penetapan Pancasila sebagai dasar filsafat Negara ....

A. penetapan Pancasila bersamaan dengan waktu ditetapkannya Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada tanggal 18 Agustus 1945

B. asal mulanya bersamaan dengan asal mula Pembukaan Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

C. kedua-duanya sama-sama mempunyai sejarah, Pembukaan direncanakan pada tanggal 22 Juni 1945 sebagai Jakarta-Charter (Piagam Jakarta) sedangkan Pancasila lebih dahulu diusulkan sebagai dasar filsafat Negara Indonesia Merdeka yang akan didirikan yakni tanggal 1 Juni 1945

D. Penetapan Pembukaan UUDNRI Tahun 1945 lebih dahulu daripada rumusan Pancasila

2) Causa formalis Pancasila mengandung makna yang menjawab....

A. siapa saja yang terlibat dalam proses perumusan Pancasila

B. bagaimana membahas Pancasila yang berkaitan bentuk rumusan dan nama Pancasila

C. untuk apa Pancasila itu pertama kali diusulkan D. kepada siapakah Pancasila harus diamalkan

3) Dalam Pembukaan UUDNRI Tahun 1945 dapat dijumpai ....

A. nama dari dasar filsafat negara Indonesia

B. istilah Pancasila tidak disebutkan secara eksplisit dalam Pembukaan tersebut, namun rumusan sila demi sila secara jelas dicantumkan di dalamnya

C. usulan resmi sila-sila Pancasila D. nama dan usulan sila-sila Pancasila

4) Bukti-bukti yang menunjukkan bahwa bangsa Indonesia sejak dahulu telah menegakkan keadilan antara lain adalah sebagai berikut kecuali ....

A. bangunan (bendungan air, tanggul sungai, sumur bersama) TES F ORM AT IF 1

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

2.20 Pancasila

B. tulisan (Sejarah kerajaan Kalingga, Sejarah Raja Erlangga, Sunan Kalijaga, Ratu Adil, Jaka Tarub, Teja Piatu, dan sebagainya), perbuatan menyediakan air kendi di muka rumah, selamatan, dan sebagainya)

C. bangunan (Balai Agung dan Dewan Orang-orang Tua di Bali untuk musyawarah, Nagari di Minangkabau dengan syarat adanya Balai, Balai Desa di Jawa), tulisan (Musyawarah Para Wali)

D. tanah desa, lumbung desa dan lain-lain

5) Berkaitan dengan banyaknya jenis kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, maka Pancasila ....

A. melarang adanya perbedaan-perbedaan yang tidak perlu

B. mengarahkan agar tercipta hubungan yang harmonis antar pemeluknya

C. memberikan kebebasan yang sebesar-besarnya D. melarang munculnya etnik kepercayaan baru

6) Pada saat sekarang, orang yang selalu menuntut hak asasi manusia merupakan bentuk realisasi pelaksanaan Pancasila. Pernyataan ini ....

A. benar B. salah

C. ada benarnya, ada salahnya D. sangat benar

7) Terdapat tiga kecenderungan mendasar pada manusia yang dipengaruhi oleh nilai budaya yaitu ....

A. Theo-genetis, bio-genetis, techno-genetis B. Theo-genetis, sosio-genetis, geo-genetis C. Theo-genetis, bio-genetis, sosio-genetis D. Techno-genetis, bio-genetis, sosio-genetis

8) Jika pengalaman-pengalaman empirik dirasakan tidak pernah lepas dari pengalaman-pengalaman meta-empirik, menandakan bahwa manusia kecenderungan ....

A. Geo-genetis B. Theo-genetis C. Bio-genetis D. Neo-genetis

MKDU4114/MODUL 2 2.21

9) Manusia harus adil terhadap dirinya dalam memenuhi kebutuhan material maupun spiritual, fisik mental, jasmani dan rohani. Keadilan model ini menunjukkan manusia memiliki ....

A. sifat kodrat B. susunan kodrat C. kedudukan kodrat D. bawaan kodrat

10) Kristalisasi nilai-nilai yang positif dan digali dari bangsa Indonesia dapat menjelaskan .... Pancasila

A. kedudukan, peran dan fungsi B. peran dan fungsi

C. fungsi dan kedudukan D. kedudukan dan peran

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali 80 - 89% = baik 70 - 79% = cukup < 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum dikuasai.

Tingkat penguasaan = Jumlah Jawaban yang Benar 100%

Jumlah Soal 

2.22 Pancasila

Kegiatan Belajar 2

Asal Mula Pancasila secara Formal

Dalam dokumen MKDU4114 buku univ terbuka (Halaman 64-74)