diharapkan tercapai dan memberikan koreksi terhadap kesalahan tanggap yang terjadi.
Bertolak dari rumusan tersebut di atas, maka dalam memilih suatu metode harus mempertimbangkan berbagai faktor di antaranya; metode harus disesuaikan dengan kemampuan guru yang akan menggunakan metode, tujuan dari materi yang akan diberikan, jenis mata pelajaran, kesiapan siswa yang akan menerima pelajaran yang diberikan guru, mempertimbangkan juga situasi dan kondisi tempat dilaksanakannya metode tersebut; sarana atau alat-alat yang bisa mendukung penggunaan metode tersebut. Karena, mungkin saja suatu metode dinilai baik untuk materi dan kondisi tertentu, tetapi (sebaliknya) kurang relevan digunakan pada materi yang berbeda dan suasana yang berlainan. Demikian pula, bisa jadi suatu metode sangat efektif penggunaan oleh guru yang satu, akan tetapi tidak efektif untuk guru yang lain.
Dalam pelaksanaan proses pendidikan, terutama dalam memberikan pengajaran, terdapat berbagai ragam metode yang dikemukakan oleh para ahli. Hal ini menurut Zuhaerini dkk. (1977 : 80-81) disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:
1. Tujuan yang berbeda dari masing-masing mata pelajaran sesuai dengan jenis, sifat maupun iai mata pelajaran masing-masing.
Misalnya dari segi tujuan dan sifat pelajaran tauhid yang membicarakan masalah keimanan tentunya lebih bersifat filosofis, dari pada pelajaran fiqh yang bersifat praktis dan menekankan pada aspek keterampilan. Oleh karena itu cara atau metode yang dipakai juga harus berbeda.
2. Perbedaan latar belakang individual anak, baik iatar belakang kehidupan, tingkat usianya maupun tingkat kemampuan berpikirnya. Oleh karena itu cara atau metode mengajar agama pada tingkat perguruan tinggi tidak dapat diaamakan dengan mengajar di sekolah dasar.
3. Perbedaan situasi dan kondisi dimana pendidikan berlangsung dengan pengertian di samping perbedaan jenis lembaga pendidikan (sekolah) masing-masing, juga letak geografis dan perbedaan sosial kultural ikut menentukan metode yang
4. Perbedaan pribadi dan kemampuan dari para pendidik masing-masing. Seorang guru yang pandai menyampaikan sesuatu dengan lisan, disertai iniinik, gerak lagu tekanan suara akan lebih berhasil dengan menggunakan metode ceramah dari pada guru lain yang karena pembawaannya, dia tidak pandai berbicara dan berakting di muka kelas.
5. Karena adanya sarana dan fasilitas yang berbeda baik dari segi kualitas maupun dari segi kuantitasnya. Suatu sekolah yang sudah lebih lengkap peralatan sekolahnya, baik sarana pergedungan, kelas dan alat pelajaran untuk praktikum relatif lebih mudah melaksanakan metode demonstrasi dan eksperimen dari pada sekolah-sekolah yang serba kekurangan sarana pendidikannya.
Oleh karena itu dalam pendidikan Islam, tidak ada jalan untuk memaksakan metode tertentu harus dipergunakan oleh seorang guru.
Bahkan guru dalam pendidikan Islam adalah pencipta metode mengajar. Oleh karena itu, guru berhak memilih atau menolak penggunaan suatu metode tertentu yang disesuaikan dengan kemampuan dan tujuan serta jenis materi yang diajarkan.
Dalam kaitan ini terdapat beberapa, macam metode yang dapat dipergunakan oleh guru dalam melaksanakan tugas mendidik atau mengajarnya yaitu:
1. Metode Ceramah. Yang dimaksud dengan metode ceramah adalah penerangan atau penuturan secara lisan oleh guru kepada sejumlah siswa yang biasanya berlangsung di dalam sebuah kelas. Tetapi tidak menutup kemungkinan untuk dilaksanakan di luar kelas. Dalam metode ini, guru merupakan pihak yang aktif sementara murid cenderung pasif Metode ini tepat dipergunakan apabila menghadapi kondisi sebagai berikut :
Jumlah murid atau peserta didik cukup besar sehingga kurang atau tidak efektif menggunakan metode yang lain.
berbicara yang baik dan berwibawa.
Materi yang akan disampaikan terlalu banyak sementara waktu yang tersedia sedikit.
Materi yang akan disampaikan merupakan keterangan atau penjelasan (tidak terdapat alternatif lain yang dapat di diskusikan).
2. Metode Tanya Jawab. Yang dimaksud dengan metode tanya jawab ialah menyampaikan pelajaran dengan jalan guru mengajukan pertanyaan dan murid menjawab. Hal ini dimaksudkan untuk mengenal pengetahuan, fakta tertentu yang sudah diajarkan dan untuk merangsang perhatian murid atau siswa dengan berbagai cara. Komunikasi dalam metode ini bersifat terbatas, hanya terjadi pada dua individu guru dan siswa, dan jika terdapat kesalahan dalam menjawab dapat diajukan kepada yang lain secara bergiliran. Metode ini tepat dipergunakan apabila;
Guru bermaksud mengetahui penguasaan materi yang telah diberikan.
Untuk mengarahkan proses berpikir anak.
Untuk merangsang anak agar perhatiannya terarah kepada masalah yang sedang dibicarakan.
Sebagai selingan dalam ceramah.
3. Metode Diskusi. Metode ini dapat juga disebut musyawarah, meskipun sebenarnya lebih mengarah pada kepentingan rapat dan kurang tepat dipergunakan dalam proses belajar mengajar.
Disamping pertanyaannya mengandung masalah, metode ini dapat dikembangkan menjadi metode pemecahan masalah (problem solving method). Metode diskusi ini sering diartikan sebagai metode di dalam mempelajari bahan atau menyampaikan materi dengan jalan mendiskusikannya, sehingga berakibat menimbulkan pengertian dan perubahan
terhadap hasil diskusi. Pelaksanaan metode ini merupakan latihan bagi siswa untuk beram mengemukakan pendapatnya, dan mampu menghormati dan menghargai pendapat orang lain, yang penting artinya dalam kehidupan bermasyarakat.
Dipergunakannya metode ini dalam pengajaran Islam menandakan bahwa tidak semua ajaran Islam itu bersifat dogmatis. Adapun penggunaan metode ini tepat.
Apabila soal-soal (masalah) yang sebaiknya pemecahannya diserahkan kepada siswa.
Untuk mencari keputusan atau pendapat bersama mengenai suatu masalah.
Untuk menumbuhkan kesanggupan pada anak didik untuk merumuskan pikirannya secara teratur dan dalam bentuk yang dapat diterima oleh orang lain.
Untuk membiasakan siswa suka dan menerima pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya sendiri, membiasakan bersikap terbuka dan toleran.
Dan harus diperhatikan dalam pelaksanaan diskusi ini, tidak semua pertanyaan dapat didiskusikan di lingkungan siswa. Di antaranya; Pertanyaan yang dapat menuntun pikiran pada kekufuran terhadap Kemaha Esaan dan Kemaha Besaran Allah SWT, Pertanyaan yang kemungkinan banyak jawabannya yang saling bertentangan dan pertanyaan yang bersifat menanyakan jawaban manakah yang benar dan yang salah tetapi lebih menitik beratkan pada kemampuan mendorong murid atau siswa untuk berpikir.
4. Metode Latihan Siap. Metode ini disebut juga metode drill yaitu suatu metode dengan jalan melatih anak didik atau siswa terhadap bahan pelajaran yang sudah diberikan, dengan cara berulang-ulang. Banyak pelajaran dalam bidang studi agama yang perlu dikuasai secara praktis, sehingga memerlukan
membaca Al-Qur’an dan latihan shalat. Metode ini tepat dipergunakan:
a.
Apabila pelajaran dimaksudkan untuk melatih Mangan pelajaran yang sudah diberikan atau yang sedang berlangsung.b.
Apabila pelajaran dimaksudkan untuk melatih keterampilan anak dalam mengerjakan sesuatu dan melatih keterampilan anak dalam mengerjakan sesuatu dan melatih anak untuk berpikir cepat.c.
Dipergunakan untuk memperkuat daya tanggapan anak terhadap pelajaran. Latihan atau pengaulan akan lebih tinggi nilainya apabila: Latihan tidak sekedar dilakukan secara mekania, tetapi diiringi juga dengan latihan pengertian mengenai apa yang dilatih itu. Seperti dalam mengulang membaca al-Fatihah akan lebih bermakna bila disertai dengan penjelasan terhadap apa yang diulang.
Latihan diketahui manfaatnya bagi yang bersangkutan baik dalam kehidupan dunia maupun akhirat.
5. Metode Demonstrasi dan Eksperimen. Metode demonstrasi adalah suatu metode dimana seorang guru diminta atau murid sendiri memperlihatkan atau memperagakan pada seluruh kelas tentang suatu proses atau suatu kaifiyah melakukan sesuatu. Misalnya cara berwudhu, shalat jenazah dan sebagainya. Sedangkan metode eksperimen adalah metode dimana, guru dan murid samasama mengerjakan sesuatu sebagai latihan praktis dari apa yang diketahui seperti eksperimen mengajar al-Qur’an dengan metode tertentu, eksperimen tentang tanah atau debu yang bisa dipakai bertayamum dan sebagainya. Metode ini dapat dirangkaikan
penggunaannya atau juga secara terpisah. Dan metode ini tepat dipergunakan apabila:
Akan memberikan keterampilan tertentu.
Untuk memudahkan berbagai jenis pekerjaan sebab penggunaan bahasa lebih terbatas.
Untuk menghindari verbalisme.
Untuk membantu anak dalam memahami dengan jelas jalannya suatu proses dengan penuh perhatian, sebab lebih menarik.
6. Metode Pemberian Tugas dan Resitasi. Metode pemberian tugas (resitasi) ini sering juga disebut metode pekerjaan rumah, yaitu metode dimana siswa diberi tugas khusus diluar jam pelajaran.
Dalam pelaksanaannya metode ini siswa dapat mengerjakan tugasnya di rumah atau di luar rumah seperti di perpustakaan, laboratorium, masjid dan sebagainya, untuk dapat dipertanggungiawabkan kepada guru. Misalnya tugas untuk mencatat basil ceramah ramadhan, khutbah jum'at dan sebagainya. Metode ini tepat dipergunakan :
Bila guru mengharapkan agar sernua pengetahuan setelah diterima anak menjadi lebih lengkap.
Untuk mengaktifkan anak atau siswa mempelajari sendiri suatu masalah dengan membaca sendiri, mengerjakan soal-soal sendiri dan mencoba sendiri mempraktekkan pengetahuannya.
Untuk merangsang siswa lebih aktif dan rajin.
7. Metode Karya Wisata. Metode karya-wisata adalah metode mengajar dengan membawa siswa meninggalkan sekolah menuju suatu obyek untuk mempelajari sesuatu yang berhubungan dengan pelajaran sesuai kurikulum yang berlaku.
Metode ini sering juga disebut studi wisata (study tour). Dalam
dipersiapkan oleh guru untuk didemonstrasikan atau clitunjukkan kepada siswa, disamping ada hal yang kebetuian ditemukan dalam perjalanan wisata tersebut. Misalnya pengenaian terhadap penciptaan Allah tentang alam semesta.
Metode ini tepat digunakan:
Apabila pelajaran dipergunakan untuk memberi pengertian lebih jelas dengan alat peraga langsung.
Apabila akan membangkitkan penghargaan dan cerita terhadap lingkungan dan tanah air, Serta menghargai ciptaan Allah.
Apabila akan mendorong anak mengenal masalah lingkungan dengan baik.
8. Metode Kerja Kelompok. Metode keqa kelompok adalah metode mengajar dengan membagi siswa dalam kelompok untuk mempelajari bahan pelajaran yang sama dengan cara bekerja sama antara yang satu dengan yang lain dan saling percaya mempercayai. Penggunaan metode kelompok dalam mengajar disamping dapat meningkatkan persaudaraan, terutama sesama saudara seagama, juga akan meningkatkan efesiensi dan efektivitas proses belajar. Metode ini dapat dipergunakan:
Apabila dalam keadaan kekurangan alat atau sarana pendidikan di dalam kelas, misalnya kekurangan buku paket pelajaran.
Apabila terdapat perbedaan kemampuan individual anak.
Dalam hal ini siswa dapat bekerja sama antara yang kurang pandai dengan yang pandai, sehingga dapat saling membantu, dan dapat juga bekerjasama antara siswa yang setarap kepandaiannya.
Apabila minat individual siswa berbeda-beda. Apabila terdapat beberapa unit pekerjaan yang harus diselesaikan dalam waktu yang bersamaan; atau bila pekerjaan lebih tepat untuk diperinci,maka jelas dapat dibagi menjadi
beberapa kelompok bertanggungjawab terhadap tugas khusus tersebut.
9. Tim Guru (Team Teaching). Tim guru dimaksudkan adalah dua orang guru atau lebih, bekerjasama dalam memberikan pelajaran kepada siswa dalam satu kelas. Metode ini banyak dipergunakan di perguruan tinggi. Ada tiga bentuk yang dapat dipergunakan dalam menggunakan metode mengajar dengan tim guru, yaitu;
Mengikutsertakan orang luar sebagai anggota tim.
Mengikutsertakan seorang yang ahli di bidang masing- masing.
Mengikut sertakan siswa yang ditunjuk sebagai asiaten hal ini ditempuh bila kesulitan terhadap bantuan guru dari masyarakat sementara guru sangat terbatas.
Metode ini tepat digunakan:
Apabila jumlah murid terlalu besar, sehingga pembagian tugas belajar kepada murid kurang merata dan penangkapan murid kurang sempurna.
Apabila pelajaran dimaksudkan untuk memberikan penjelasan lebih mendalam.
Apabila fasilitas (ruangan, alat-alat dan sebagainya) memungkinkan pengelompokkan murid sub kelompok.
10. Metode Sosiodrama dan Bermain Peranan. Kedua metode ini sulit untuk untuk dipisahkan satu dengan yang lain. Dalam penggunaannya, selain dapat dipergunakan secara silih berganti juga dapat dirangkaikan menjadi satu kesatuan.
Sosiodrama berarti mendramakan atau memerankan cara tingkah laku di dalam hubungan sosial. Sedangkan bermam peranan lebih menekankan pada kenyataan dimana para siswa diikut sertakan dalam memainkan peranan di dalam
metode ini kadang-kadang disebut dramatisasi. Metode ini dapat dipergunakan terutama pada bidang studi akhlak dan sejarah Islam. Metode ini dapat dipergunakan:
Apabila pelajaran dimaksudkan untuk menerangkan suatu peristiwa yang di dalamnya menyangkut orang banyak dan berdasar pertimbangan dedaktis, lebih baik didramatisasikan dari pada diceritakan, karena, akan lebih jelas dan dapat dihayati oleh anak atau siswa.
Apabila pelajaran dimaksudkan untuk melatih siswa agar mereka mampu menyelesaikan masalah-masalah yang bersifat sosial psychologis.
Pelajaran dimaksudkan untuk melatih siswa agar mereka dapat bergaul dan memberi kemungkinan bagi pemahaman terhadap orang lain beserta masalahnya.
Beberapa metode di atas, merupakan metode yang umum digunakan baik dalam pengajaran agama Islam maupun dalam mengajarkan pengajaran umum. Dan tentunya setiap metode yang telah clikemukakan di atas, disamping memiliki kelebihan-kelebihan tentu juga memiliki kekurangan atau kelemahan-kelemahan. Dengan mengetahui kelemahan-kelemahan pada setiap metode tentunya seorang guru dituntut untuk dapat mengatasi kelemahan-kelemahan ltu dan sekaligus untuk mewujudkan efisiensi dan efektivitas dalam menggunakan metode.
Di samping metode yang telah diuralkan di atas, terdapat pula metode pembinaan rasa beragama. Menurut an-Nawawi sebagian yang dikutip oleh Ahmad Tafsir (1994: 135) mengemukakan beberapa metode untuk menanamkan rasa iman yakni sebagai berikut:
1.
Metode hiwar (percakapan) Qur’ani dan Nabawi.2.
Metode Qisah Qur’ani dan Nabawi.3.
Metode Amtsal (perumpamaan) Qur’ani dan Nabawi.4.
Metode keteladanan.5.
Metode pembiasaan.6.
Metode 'ibrah dan mau'izah.7.
Metode targhib dan tarhib.Ad. 1. Metode Hiwar Qur'ani dan Nabawi.
Hiwar adalah percakapan silih berganti antara dua pihak atau lebih mengenai suatu topik, dan dengan sengaja diarahkan kepada suatu tujuan yang dikehendaki (dalam hal ini oleh guru). Dalam percakapan atau dialog itu bahan pembicaraan tidak dibatasi; dapat dipergunakan berbagai konsep sains, filsafat, wahyu dan lain-lain.
Kadang pembicaraan itu sampai pada satu kesimpulan, kadang juga tidak karena salah satu pihak tidak pugs terhadap pihak yang lain.
Masing-masing mengambil pelajaran untuk menentukan sikap bagi dirinya. Hiwar mempunyai dampak yang, dampak bagi pembicaraan maupun bagi pendengar. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal di antaranya :
a.
Dialog itu berlangsung secara dinamis, karena kedua pihak terlihat langsung dalam pembicaraan disamping kedua pihak juga saling memperhatikan untuk dapat mengikuti jalan pikiran pihak lain. Metode ini sama dengan diskusi bebas hanya saja dalam hiwar ini ada guru yang sengaja menggiring pembicaraan ke arah tujuan tertentu.b.
Pendengar tertarik untuk mengikuti jalannya dialog karena tertarik pada kesimpulan.c.
Metode ini dapat membangkitkan perasaan dan kesan dalam jiwa, yang membantu seseorang menemukan sendiri kesimpulannya.d.
Bila hiwar dilakukan dengan baik memenuhi akhlak dan tuntutan Islam, maka akan mempengaruhi peserta sehingga meninggalkan pengaruh berupa pendidikan akhlak, sikap dalam berbicara, menghargai pendapat orang lain dandengan tujuan yang ingin dicapai.
Hiwar qur'ani merupakan, dialog yang diambil dari dialog antara Allah dengan hamba-Nya. Dimana Allah memanggil hamba-Nya dengan mengatakan "Wahai orang-orang yang beriman" dan hamba- Nya menjawab dalam kaibunya dengan mengatakan, "Kusambut panggilan-Mu ya Rabbi". Dialog antara Allah dengan hamba-Nya ini menjadi petunjuk bahwa pengajaran seperti itu dapat kita pergunakan. Dengan kata lain metode dialog dapat kita pergunakan dalam pengajaran Islam. Sedangkan hiwar Nabawi adalah hiwar yang dipergunakan oleh Nabi dalam mendidik sahabat-sahabatnya. Yang mana beliau menghendaki agar sahabatnya mengajukan pertanyaan.
Dari sini kita dapat mengetahui bahwa guru harus mendorong muridnya untuk bertanya.
Ad.2. Metode Qisah Qur'ani dan Nabawi.
Dalam pendidikan Islam (terutama pendidikan agama Islam sebagai suatu bidang studi) metode kiaah sangat penting Qisah Qur'ani bukan hanya merupakan kiaah atau karya seni yang indah, akan tetapi merupakan suatu cara Tuhan mendidik umat-Nya untuk beriman kepada-Nya. Secara ringkas tujuan Qisah Qur'ani adalah sebagai berikut:
a. Mengungkapkan kemantapan wahyu dari risalah, mewujudkan rasa mantap dalam menerima Qur'an dan keutusan rasulnya. Kisah itu menjadi bukti atas kebenaran wahyu dan kebenaran Rasul SAW.
b. Menjelaskan secara keseluruhan bahwa ad-din itu berasal dari Allah SWT.
c. Menjelaskan bahwa Allah mencintai Rasul-Nya, menjelaskan bahwa kaum muslimin adalah ummat yang satu, dan Allah adalah Rabb mereka.
d. Kisah itu bertujuan menguatkan kelmanan kaum muslimin, menghlbur mereka dari kesedihan atas musibah yang
e. Mengingatkan bahwa musuh orang mukinin adalah setan;
menunjukkan permusuhan abadi itu lewat kiaah akan tampak lebih hidup dan Jelas. Adapun Qisah Nabawi tidak berbeda jauh dengan Qisah Qur'ani tersebut, hanya saja Qisah Nabawi berisi rincian yang lebih khusus seperti menjelaskan keikhiasan dalam beramal, menganjurkan bersedekah, mensyukuri nikmat Allah.
Ad.3. Metode Amsal (perumpamaan)
Dalam Al-Qur’an terdapat perumpamaan yang dibuat untuk mengajarkan hamba-Nya, seperti perumpamaan orang kafir itu adalah seperti orang yang menyalakan api atau perumpamaan sesembahan orang kafir itu seperti sarang laba-laba dan lain-lainnya. Jadi, cara seperti itu dapat juga dipergunakan oleh guru dalam mengajar, yaitu dengan berceramah atau membaca teks. Kebaikan metode ini antara lain:
a.
Mempermudah siswa memahami konsep yang abstrak.b.
Perumpamaan dapat merangsang kesan terhadap makna yang tersirat dalam perumpamaan tersebut.c. Amtsal Qur'ani dan Nabawi memberikan motivasi kepada pendengarnya untuk berbuat amal baik dan menjauhi kejahatan.
Dan harus diperhatikan dalam perumpamaan ini, atau dalam menggunakan metode ini perumpamaan itu harus yang logis dan mudah dipahami.
Ad.4. Metode keteladanan
Keteladanan merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan pendidikan karena secara psikologis manusia memang membutuhkan tokoh teladan dalam hidupnya. Dalam pendidikan siswa Sering kali menjadikan guru sebagai teladan. Oleh karena itu
Keteladanan itu ada dua macam yaitu :
a.
Keteladanan yang disengaja, yaitu keteladanan yang memang disertai perintah atau penjelasan agar meneiadamnya.b.
Keteladanan yang tidak disengaja yaitu keteladanan dalam keilmuan, kepemimpinan, sifat keikhlasan dan sejenisnya.Dalam pendididikan Islam kedua bentuk keteladanan itu sama pentingnya. Keteladanan yang disengaja dilakukan secara formal, sedangkan keteladanan yang tidak disengaja dilakukan secara tidak formal. Akan tetapi kadang keteladanan yang tidak formal itu kegunaannya lebih besar dari keteladanan yang dilakukan secara formal.
Ad.5. Metode Pembiasaan
Pembiasaan sebenarnya berintikan pengalaman. Apa yang dibiasakan itu ialah sesuatu yang diamalkan. Sedangkan inti pembiasaan itu adalah pengulangan. Karena pembiasaan berintikan pengulangan, maka metode pembiasaan juga berguna untuk menguatkan hafalan. Metode ini bisa dipergunakan pada tingkat yang terendah sampai pada tingkat perguruan tinggi.
Ad.6. Metode Ibrah dan Mau'izah
Menurut an-Nahlawi kedua kata ini ('ibrah dan mau'izah) mempunyai perbedaan dari segi makna. pendidikan Islam memberikan perhatian khusus kepada metode 'ibrah agar pelajar dapat mengambil pelajaran dari kisah yang diperikan oleh Al-Qur’an.
Ad.7. Metode Tarhib dan Targib
Targhib ialah janji terhadap kesenangan, kenikmatan akhirat yang disertai bujukan, sedangkan tarhib ialah ancaman karena dosa yang dilakukan. Targhib bertujuan agar orang mematuhi aturan Allah.
Tarhib demikian juga, akan tetapi, tekanan targhib yaitu agar seseorang melakukan kebaikan, sedangkan tarhib agar menjauhi
kejahatan. Targhib dan tarhib dalam pendidikan Islam berbeda dengan ganjaran dan hukuman dalam pendidikan Barat. Perbedaan utamanya ialah targhib dan tarhib bersandarkan hukuman dan ganjaran diuniawi. Perbedaan itu mempunyai iniplikasi yang penting, yaitu:
a. Targhib dan tarhib lebih teguh karena akarnya berada di langit (transenden), sedangkan teori hukuman dan ganjaran hanya bersandarkan sesuatu yang duniawi. itu mengandung aspek iman, sedangkan metode ganjaran dan hukuman tidak mengandung aspek iman. Oleh karena itu targhib dan tarhib lebih kuat pengaruhnya.
b. Secara operasional, Targhib dan tarhib lebih mudah dilaksanakan dari pada metode hukuman dan ganjaran karena materi targhib dan tarhib sudah ada dalam Al-Qur’an dan hadits Nabi, sedangkan hukuman dan ganjaran dalam metode Barat harus ditemukan sendiri oleh guru.
c. Targhih dan tarhib lebih universal dan dapat digunakan kepada siapa saja, sedangkan jenis hukuman dan ganjaran harus disesuaikan dengan orang tertentu dan tempat tertentu.
Di pihak lain, targhib dan tarhib lebih lemah dari pada hukuman dan ganjaran karena hukuman dan ganjaran lebih nyata dan langsung waktu itu juga, sedangkan pembuktian targhib dan tarhib kebanyakan gaib dan diterima nanti (di akhirat).
Metode yang dikemukakan oleh an-Nahlawi ini sangat diperlukan dalam pendidikan iman atau keimanan yang merupakan inti dari pendidikan Islam. Sedangkan untuk pendidikan keagamaan segi psikomotor dan kognitif dapat mempergunakan metode-metode yang umum dipergunakan dalam pengajaran, baik pengajaran agama atau pengajaran umum (ilmu umum). Sehubungan dengan metode pendidikan keimanan atau pendidikan keagamaan segi efektif ini, Ahmad Tafsir (1994 : 148-149) menambahkan dengan dua metode
1.
Metode pepujian. Pepujian ini dapat berupa pepujian terhadap Allah dan juga shalawat kepada Nabi Muhammad SAW.Termasuk dalam metode pepujian ini ialah membaca ayat Al- Qur’an. Metode ini sering dipergunakan di pesantren- pesantren, untuk menggugah hali para santri untuk melaksanakan lbadah.
2.
Metode wirid. Wirid adalah pengucapan doa-doa secara berulang-ulang. Lafal doa itu bermacam-macam dan biasanya dibaca selesai shalat. Pada dasarnya, wirid juga merupakan pepujian, hanya saja wirid tidak dilagukan seperti waktu membaca pujian-pujian.Disamping metode-metode ini, as-Syaibany (1979 : 560-577) juga menambahkan beberapa macam metode mengajar umum yang telah dipergunakan oleh pendidik-pendidik Islam, yaitu :
1. Metode pengambilan kesimpulan atau induktif. Metode ini bertujuan membimbing siswa untuk mengetahui fakta-fakta dan hukum-hukum umum melalui jalan pengambilan kesimpulan atau induksi. Dalam menjalankan metode ini, guru memberikan contoh yanng sederhana kemudian mengambil kesimpulan dan atau membuat dasar umum yang berlaku kepada contoh yang diberikan atau yang belum diberikan (bagian-bagian).
2. Metode perbandingan. Metode ini merupakan kebalikan dari metode induktif, yaitu kalau metode induktif dari bagian baru kepada yang umum, sedangkan metode perbandingan ini berangkat dari yang umum dulu, baru kepada yang khusus, dari keseluruhan dulu dan kemudian kepada bagian-bagian.
3. Metode kuliah. Dalam melaksanakan metode ini, guru terlebih dahulu mencatat perkara penting yang ingin dibahas dan kemudian menjelaskan secara rinci, sementara siswa mendengar sambil mencatat hal-hal yang dianggap penting.
4. Metode dialog dan perbincangan. Metode ini berdasar pada