• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pentingnya Alat Pendidikan Islam

Keberhasilan pendidikan Islam sangat dipengaruhi oleh seluruh faktor yang mendukung pelaksanaan pendidikan Islam, termasuk di dalamnya alat pendidikan Islam. Alat pendidikan Islam mempunyai peran penting dalam pelaksanaan pendidikan Islam. Hal ini dikarenakan alat pendidikan Islam merupakan sarana yang menghubungkan pendidik dengan anak didik menuju tujuan pendidikan Islam, yaitu terbentuknya pribadi muslim. Sehubungan dengan, pentingnya alat pendidikan Islam ini, Rasulullah SAW. sangat menganjurkan agar para pendidik memperhatikan kemampuan dan perkembangan anak didik. Ini tergambar dalam sabdanya:

"Kami para nabi, diperintahkan untuk menempatkan seseorang pada posisinya, berbicara kepada mereka sesuai dengan kemampuan akalnya".

Dari hadits di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan dalam menyampaikan materi dan bahan pendidikan Islam kepada anak didik harus benar-benar disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan anak didik. Dalam hal ini, pendidik ditekankan untuk tidak hanya mementingkan materi atau bahan pelajaran dengan mengorbankan anak didik. Sebaliknya, harus diusahakan dengan jalan menyusun materi atau bahan sedemikian rupa sesuai dengan taraf kemampuan anak, dan serta gaya yang menarik.

C. Jenis-Jenis Alat Pendidikan Islam

Mengingat begitu luasnya cakupan dari alat pendidikan Islam, yaitu mencakup segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan Islam, maka tentunya alat pendidikan Islam sangat banyak jenis dan bentuknya. Namun, secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua yang bersifat material dan non material. oleh karena pendidikan Islam lebih mengutamakan pengajaran ilmu dan akhlak, maka alat pendidikannya pun harus disesuaikan. Sama halnya dengan metode pendidikan, alat pendidikan merupakan sesuatu yang harus dipilih, sesuai dengan tujuan pendidikan. Yang jelas, alat pendidikan tidak hanya terbatas pada benda-benda yang bersifat kongkrit saja, tetapi juga berupa nasehat, bimbingan, tuntutan, contoh atau teladan, hukuman, ancaman, dan sebagainya. Selain itu, alat pendidikan dapat juga berupa situasi tertentu.

Amir Daien Indra Kusuma (1973 : 140) membagi alat pendidikan menjadi dua yaitu alat pendidikan preventif dan alat pendidikan represif Alat pendidikan preventif ialah alat pendidikan yang bersifat pencegahan. Tujuan alat-alat pendidikan preventif ini untuk menjaga agar hal-hal yang dapat menghambat atau mengganggu kelancaran dari proses pendidikan bisa dihindarkan. Adapun yang termasuk dalam alat-alat pendidikan preventif ini ialah tata tertib, anjuran dan perintah, larangan, paksaan dan disiplin.

1. Tata tertib, ialah sederetan peraturan-peraturan yang harus ditaati dalam suatu situasi atau dalam suatu tata pendidikan tertentu. Misalnya tata tertib, di dalam kelas, tata tertib ujian sekolah, tata tertib, kehidupan keluarga dan sebagainya. Tata tertib, ini dapat dibuat secara tertulis maupun tidak tertulis.

2. Anjuran dan perintah. Anjuran adalah saran dan ajakan untuk melakukan sesuatu yang baik dan berguna seperti bersuci, shalat dan puasa. Sedangkan perintah diartikan sebagai anjuran yang sifatnya lebih keras, yakni suatu keharusan atau

berguna dan yang diwajibkan (Zaenuddin, 1991: 83).

Keduanya digunakan sebagai alat pendidikan dalam pendidikan Islam yang bertujuan untuk membentuk kesadaran dan pengertian menjalankan kewajiban sehingga secara sertahap akan tumbuh rasa senang pada peserta didik untuk melaksanakannya, kemudian dengan sendirinya diharapkan anak didik akan terdorong untuk melaksanakannya tanpa suruhan dari luar, melainkan dorongan itu muncul dari dalam dirinya dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.

3. Larangan. Larangan sebenarnya sama saja dengan perintah.

Kalau perintah merupakan suatu keharusan untuk berbuat sesuatu yang bermanfaat, maka larangan merupakan suatu keharusan untuk tidak melakukan sesuatu yang merugikan, misalnya larangan untuk bercakap-cakap di dalam kelas.

(Indra Kusuma, 1973: 141) Larangan sebagai alat pendidikan Islam adalah untuk menghindarkan anak dari sesuatu perbuatan yang buruk, tercela, tidak berguna dan dilarang oleh ajaran agama.

4. Paksaan. Paksaan ialah suatu perintah dengan kekerasan terhadap anak untuk melakukan sesuatu (Indra Kusuma, 1973 : 141). Paksaan dilakukan dengan maksud agar jalannya proses pendidikan tidak terganggu atau terhambat. Contoh paksaan untuk selalu tidur siang sehingga waktu belajar malam hari tidak merasa lelah dan mengantuk.

5. Disiplin. Disiplin berarti adanya kesediaan untuk mematuhi peraturan-peraturan dan larangan-larangan (Indra Kusuma, 1973 : 142). Kepatuhan di sini bukan hanya patuh karena adanya tekanan dari luar, melainkan kepatuhan yang didasarkan pada adanya kesadaran tentang nilai dan pentingnya peraturan-peraturan dan larangan tersebut. Dalam hal menanamkan disiplin pada anak diperlukan ketegasan tentang sesuatu yang harus dilakukan dan yang tidak boleh

teratur tingkah lakunya akan mencapai pada tingkah iake yang wajar dan baik. Adapun langkah-langkah untuk menanamkan disiplin pada peserta didik ialah dengan pembiasaan, contoh dan teladan terutama dari guru dan orang tea, penyadaran serta pengaluasan.

Adapun alat pendidikan represif atau kuratif adalah suatu alat pendidikan yang bertujuan untuk menyadarkan anak kembali kepada hal-hal yang benar, baik, dan tertib. Alat pendidikan represif atau kuratif ini diadakan bila terjadi suatu perbuatan yang bertentangan dengan peraturan atau perbuatan yang dianggap melanggar peraturan (Indra Kusuma, 1973 : 144). Yang termasuk dalam alat pendidikan represif ini antara lain; pemberitahuan, teguran, peringatan, hukuman dan ganjaran.

1. Pemberitahuan. Yang dimaksud dengan pemberitahuan di sini ialah pemberitahuan kepada peserta didik yang telah melakukan sesuatu yang dapat mengganggu atau menghambat jalannya proses pendidikan.

2. Teguran. Bila pemberitahuan diberikan kepada anak yang mungkin belum mengetahui tentang suatu hal, maka teguran diberikan kepada anak atau peserta didik yang telah mengetahui, tapi melakukan pelanggaran. Dalam memberikan teguran yang berupa perkataan diusahakan jangan banyak diucapkan atau ceiaan, tapi hendaknya menegur dengan cara yang halus dan penuh kasih sayang serta teguran sebaliknya tidak sering diberikan melainkan hanya sekali-kali saja.

3. Peringatan. Peringatan diberikan kepada peserta didik yang telah berapa kali melakukan pelanggaran dan telah pula diberikan teguran. Biasanya dalam memberikan peringatan ini disertai dengan ancaman/sanksinya, apabila anak didik melakukan pelanggaran lagi. Dalam memberikan peringatan hendaknya dengan bijaksana, kalimatnya singkat, dan berisi.

kepada seseorang, dalam hal ini anak didik, secara sadar dan sengaja sehingga menimbulkan nestapa. Dan dengan adanya nestapa itu anak akan menjadi sadar akan perbuatannya dan tidak mengulanginya. Pemberian hukuman didasarkan pada dua prinsip yaitu:

a. Karena adanya pelanggaran yang diperbuat.

b. Dengan tujuan agar tidak terjadi pelanggaran.

Namun harus diingat bahwa hukuman merupakan jalan yang paling akhir apabila teguran, peringatan dan nasehat belum bisa mencegah anak melakukan pelanggaran. Pemberian hukuman hendaknya tidak sampai mencederai anak, dan pemberian hukumanpun harus diberikan melalui tahapan- tahapan. Menurut Imam Ghazali sebagaimana dikutip oleh Zaenuddin dkk (1991 : 87) pemberian hukuman dilaksanakan setelah melalui tahapan, yaitu pertama: anak harus diberikan kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya sehingga ia mempunyai rasa percaya diri. Bila tahap pertama tidak berhasil barulah tahap kedua; dengan memberikan peringatan, teguran, nasihat, dan penjelasan dengan cara yang bijaksana, singkat, dan berisi serta halus tutur katanya.

Apabila tahap kedua ini masih belum berhasil, barulah memberikan hukuman yang ringan dan tidak menyakitkan si anak. Dengan demikian diperbolehkannya pemberian hukumansetelah melalui beberapa tahapan

5. Ganjaran. Ganjaran adalah penilaian yang positif terhadap hasil belajar murid. Dengan kata lain ganjaran merupakan salah satu aias pendidikan yang diberikan kepada murid sebagai ganjaran atas prestasi belajar murid yang telah dicapainya. Dengan ganjaran ini diharapkan anak didik akan terangsang dan biasa dengan tingkah laku yang baik.

Menurut Imam Ghazali ada tiga macam ganjaran, yaitu:

a. Penghormatan (penghargaan), baik berupa kata-kata maupun isyarat.

b. Penghormatan dengan kata-kata, misalnya baik, bagus, pintar dan lain-lain. Sedangkan penghormatan dengan isyarat, seperti: anggukan kepala dengan wajah berseri, menunjukkan jempol, anggukan kepala, tepukan bahu dan lain-lain.

c. Hadiah, yaitu ganjaran yang berupa pemberian sesuatu yang bertujuan untuk membahagiakan dan menggembirakan anak. Hadiah sebaiknya tidak terlalu sering diberikan, tetapi pada saat yang tepat bila dianggap bila memang perlu diberikan, misalnya anak yang berprestasi tetapi orangtuanya kurang mampu.

d. Pujian dihadapan orang banyak. Dapat diberikan di depan kelas atau pada saat penerimaan rapor atau kenaikan kelas.

Selain alat pendidikan yang telah diuraian di atas, masih banyak terdapat alat pendidikan yang dapat digunakan untuk pendidikan agama di sekolah, misalnya:

1. Media tulis atau cetak seperti Al-Qur’an, Hadits, Tauhid, Fiqh, Sejarah dan sebagainya.

2. Benda-benda alam seperti manusia, hewan, tumbuh- tumbuhan zat padat, zat cair seperti gas dan sebagainya.

3. Gambar-gambar, lukisan, diagram, peta dan grafik. Alat ini dapat dibuat dalam ukuran besar dan dapat pula dipakai dalam buku teks atau bahan bacaan lain.

4. Gambar yang dapat diproyeksi, baik dengan alat atau tanpa suara seperti foto, slide, filmstrip, televiai, video, dan sebagainya.

5. Audio recording (alat untuk didengar) sebagai kaset tape, radio, piringan hitam dan lain-lain yang semuanya diwarnai dengan ajaran agama (ZakiahDajarat, 1991 : 81).

Dalam pendidikan Islam, pemakaian suatu alat atau media pendidikan harus disesuaikan dengan kepentingan pendidikan agama. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyeleksi alat tersebut adalah:

1. Pentingnya alat tersebut untuk mencapai tujuan atau kesesuaian alat tersebut dengan tujuan pengajaran.

2. Media tersebut harus disesuaikan dengan kemampuan siswa.

3. Harus diperhatikan keadaan dan kondisi sekolah.

4. Harus diperhatikan waktu yang tersedia untuk mempersiapkan alat dan penggunaannya di kelas.

5. Harga dan biaya alat tersebut hendaknya sesuai dengan efektivitas alat.

Dan untuk lebih efektifnya penggunaan alat pendidikan tersebut, ZakiahDarajat (1992 : 82) mengemukakan beberapa prinsip umum yang perlu diperhatikan dalam penggunaan alat pendidikan, yaitu :

1. Penggunaan setiap jenis harus dengan tujuan tertentu.

2. Alat harus digunakan untuk membantu menimbulkan tanggapan terhadap materi yang dipelajari.

3. Alat tidak perlu digunakan bila murid sudah memiliki pengalaman yang cukup untuk menanggapi dan menginterpretasikan materi pengajaran.

4. Alat harus digunakan bila alat tersebut menimbulkan minat dan perhatian baru dan memusatkan perhatian terhadap persoalan yang sedang dipecahkan.

5. Beberapa alat tertentu sangat berguna untuk membuat ringkasan pelajaran dan memberikan perspektif tentang hubungan tertentu dalam pelajaran.

6. Murid harus diajar menggunakan alat. Mereka harus tahu apa yang dicari dengan alat itu dan menginterpretasinya.

diharapkan tercapai dan memberikan koreksi terhadap kesalahan tanggap yang terjadi.