B. Wewenang dan Tanggung Jawab Pelaksanaan Pendidikan
1. Wewenang dan Tanggung Jawab Pendidikan Islam
Wewenang dan tanggung jawab penyelenggaraan pendidikan Islam yang diselenggarakan di lingkungan keluarga pada umumnya adalah orang tua. Dalam hal ini, orang tua memiliki tanggung jawab yang sangat besar terhadap terselenggaranya pendidikan. Di samping itu, juga didasarkan pada dua alasan, yaitu:
a. Anak lahir dalam keadaan suci dan bersih. Hal ini menunjukkan bahwa anak lahir dalam keadaan tidak berdaya dan belum dapat berbuat apa-apa, sehingga masih sangat menggantungkan diri kepada orang lain yang lebih dewasa.
Orang tua adalah tempat menggantungkan diri dan tempat berlindung anak secara wajar berdasarkan atas adanya hubungan antara anak dan kedua orang tuanya.
b. Kelahiran anak di dunia ini, adalah merupakan akibat langsung dari perbuatan kedua orang tuanya. Oleh karena itu, orang tuanya sebagai orang yang telah dewasa harus menanggung segala resiko sebagai akibat perbuatannya (aktivitas, usaha), yaitu bertanggung jawab atas pemeliharaan dan pendidikan anakanaknya sebagai amanat Allah yang wajib dilaksanakan
c. Karena kepentingan kedua orang tuanya, yaitu orang tua berkepentingan terhadap kemajuan perkembangan anaknya, sukses anaknya merupakan kesuksesan orang tuanya juga (Ahmad Tafsir, 1994: 74).
Selain pendapat di atas, yang jelas tanggung jawab orang tua sebagai pendidik yang pertama dan utama dalam lembaga pendidikan yang dilaksanakan dalam keluarga didasarkan pada firman Allah : "Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka ... " (Q.S. 66: 6)
"Dirimu" yang disebut dalam ayat di atas adalah diri orang tua anak tersebut, yaitu ayah dan ibu, sedangkan "anggota keluarga"
dalam ayat tersebut ialah terutama anak-anaknya (Ahmad Tafsir, 1994: 74).
Dengan demikian, orang tua adalah orang yang pertama dan terutama yang berwenang dan bertanggung jawab atas pemeliharaan dan pendidikan anakanaknya. Tanggung jawab pertama adalah karena dalam keluarga inilah anakanak pertama kali menyandarkan hidup dan membutuhkan sentuhan kasih sayang pertama, mendapat bimbingan dan pengajaran serta pendidikan dari orang tuanya.
Sedangkan sebagai penanggung jawab terutama adalah karena sebagian besar hidup anak adalah di dalam keluarga, sehingga pendidikan dan bimbingan yang paling banyak diterima oleh anak adalah dari kedua orang tuanya.
Karenanya, tidaklah diragukan bahwa wewenang dan tanggung jawab pendidikan secara mendasar terpikul kepada orang tua.
Apakah tanggung jawab itu diakuinya secara sadar atau tidak, hal itu adalah merupakan fitrah yang telah dikodratkan Allah kepada setiap orang tua.
Di samping itu, pangkal ketentraman dan kedamaian hidup terletak dalam keluarga. Mengingat pentingnya hidup keluarga yang demikian, maka Islam memang keluarga bukan hanya sebagai persekutuan hidup terkecil saja, melainkan lebih dari itu, yakni sebagai lembaga hidup manusia yang memberi peluang kepada
anggotanya untuk hidup celaka atau bahagia duma dan akhirat. Oleh karena itu, hal pertama yang diperintahkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW. dalam mengembangkan agama Islam adalah untuk mengajarkan agama itu kepada keluarganya, baru kemudian kepada masyarakat luas. Hal itu berarti di dalamnya terkandung makna, bahwa keselamatan keluarga harus lebih dahulu mendapat perhatian atau harus didahulukan daripada keselamatan masyarakat.
Karena, keselamatan masyarakat pada hakekatnya bertumpu pada keselamatan keluarga. Firman Allah : "Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat" (Q.S. 26: 24).
Ditilik dari hubungan dan tanggung jawab orang tua kepada anaknya, maka wewenang dan tanggung jawab pendidikan ltu pada dasamya tidak bisa dipikulkan kepada orang lain. Dalam hal ini, guru dan pemimpin umat lainnya, dalam memikul tanggung jawab pendidikan hanyalah merupakan penanggung jawab kedua setelah orang tua. Dengan kata lain, tanggung jawab pendidikan yang dipikul oleh para pendidik selain orang tua adalah merupakan pelinipahan dari tanggung jawab orang tua, yang karena satu dan lain hal orang tua tidak mungkin melaksanakan pendidikan anaknya secara sempurna.
Sehubungan dengan tanggung jawab orang tua ini, Zakiah Darajat (1992 : 38) mengemukakan bahwa tanggung jawab orang tua sekurang-kurangnya harus dilaksanakan dalam rangka:
a. Memelihara dan membesarkan anak. Ini adalah bentuk yang paling sederhana dari tanggung jawab setiap orang tua dan merupakan dorongan alami untuk mempertahankan kelangsungan hidup manusia.
b. Melindungi dan menjamin kesamaan, baik jasmaniah maupun rohaniah, dari berbagai gangguan penyakit dan dari penyelewengan kehidupan dari tujuan hidup yang sesuai dengan falsafah hidup dan agama yang dianutnya.
c. Memberi pengajaran dalam arti yang luas sehingga anak memperoleh peluang untuk memiliki pengetahuan dan
d. Membahagiakan anak, baik duma maupun akhirat, sesuai dengan pandangan dan tujuan hidup manusia.
Melihat lingkup tanggung jawab pendidikan Islam yang meliputi kehidupan dunia dan akhirat dalam arti yang luas, dapat diperkirakan bahwa para orang tua tidak mungkin dapat memikulnya sendiri "sempurna", lebih-lebih dalam masyarakat yang senantiasa berkembang maju. Hal ini bukan merupakan suatu "aib"
karena tanggung jawab tersebut tidaklah harus sepenuhnya dipikul oleh orang tua secara sendiri-sendiri, sebab mereka, sebagai manusia mempunyai keterbatasan-keterbatasan. Namun demikian patut di ingat bahwa setiap orang tua tidak dapat mengelakkan tanggung jawab itu. Artinya, pada akhirnya betapapun juga tanggung jawab pendidikan itu berada dan kembali atau terpulang kepada orang tua juga.
Dalam memberikan pendidikan di dalam lingkungan keluarga, orang tua juga harus menanamkan kepada anak agar mereka mencintai ilmu, lebih dinamis, lebih disiplin dan hendaknya juga, terutama ibunya untuk memberikan motivasi yang sehat dan contoh teladan yang baik dari kedua orang tuanya. Oleh sebab itu orang tua harus:
"Mendidik anak lebih dinamis, anak dipacu untuk lebih kompetitif karena bersaing menuju kebaikan, termasuk perintah agama. Oleh karena itu, diharapkan kaum ibu mempunyai terobosan tersendiri dan sadar untuk memiliki daya saingi kompetitif dan dinamis dalam hidup.
Untuk itu seorang ibu harus mempersiapkan anak tersebut akan masa depannya, mempersiapkan mental dan yang paling penting menanamkan semangat pada anak disiplin tinggi, tepat waktu, mengertl tugas dan tanggung jawab, dan hal iniharus dipersiapkan sejak dinibukan dilakukan secara mendadak" (Abdurrahman Wahid, 1993 : 122).
Wewenang dan tanggung jawab orang tua dalam lingkungan rumah tangga yang berperan paling utama adalah ibu. Bila ibu kurang memahaml makna tanggung jawab sebagai orang tua, terlebih-lebih kurang menghayati akan tujuan hidup maupun tujuan
pendidikan, maka tujuan pendidikan akan sulit tercapai. Karena itu tanggung jawab orang tua betul-betul memegang peranan dasar yang harus diberikan, ditunjukkan kepada anak sedini mungkin.
Bertolak dari hal tersebut, tanggung jawab orang tua sangatlah berat dan memerlukan perhatian yang serius, di mana anak-anak itu harus dipersiapkan sedini mungkin, terarah, teratur, dan berdisiplin.
Apabila kehidupan anak yang dicontohkan orang tua dilingkungan keluarga sudah demikian, maka anak akan memiliki pondasi yang relatif kuat untuk menangkal pengaruh dari luar terutama godaan yang dapat merusak mental Serta moral anak. Anak adalah merupakan titipan, amanat Allah SWT., amanat wajib dipertanggung jawabkan sehingga tanggung jawab orang tua terhadap anak tidaklah kecil.
Jadi, jelas bahwa wewenang dan tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak semata-mata karena perintah Allah SWT bukan untuk kepentingan lain, sebagaimana telah diungkapkan secara luas di atas, sehingga orang tua tidak menyesal nantinya di belakang hari.
Karena kewenangan dan tanggung jawab dalam mendidik tersebut, semua berdasarkan karena Allah SWT., maka setiap orang tua di lingkungan keluarga dalam mendidik putra putrinya dan melaksanakan perbuatan mendidik harus dipandang sebagai suatu perbuatan yang bernilai ibadah.
2. Wewenang dan Tanggung Jawab Pendidikan Islam di Sekolah