• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENELITIAN TENTANG BERPIKIR KREATIF

BAB II BERPIKIR KREATIF

E. PENELITIAN TENTANG BERPIKIR KREATIF

Para peneliti di dunia telah banyak melakukan penelitian yang terkait dengan berpikir kreatif. Yang paling banyak adalah dibidang psikologi, gender dan pendidikan. Dibidang psikologi, berdasarkan kajian jurnal yang sudah dilakukan, fokus penelitian pada fungsi otak dan andil bagian-bagian tubuh yang menyebabkan seseorang berpikir kreatif. Untuk gender, telah diteliti mana yang memiliki kreativitas lebih diantara laki-laki dan perempuan. Hampir semua sasaran penelitian adalah siswa dan mahasiswa yang masih sekolah.

Wang (2012) melakukan penelitian mengenai eksplorasi hubungan membaca dan menulis pada berpikir kreatif. Peserta 196 mahasiswa dari sebuah universitas di Taiwan. Alat Ukur yang digunakan kuesioner dan alat tes kreativitas Torrent (ATTA). Prosedur yang dipakai kepada semua mahasiswa diberikan tes ATTA dan mengisi kuesioner. Uji yang digunakan adalah uji korelasi Pearson. Hasil penelitian meliputi: 1) Sikap membaca dan menulis yang positif memiliki korelasi dengan kreativitas tinggi, sedangkan sikap yang negatif berkolerasi dengan kreativitas rendah, 2) Sikap Kreativitas dalam memabca dan menulis berkorelasi singnifikan dan positif terhadap berpikir kreatif, sementara waktu yang dihabiskan tidak mempengaruhi kinerja berpikir kreatif, 3) Secara umum, siswa yang menghabiskan lebih banyak waktu membaca dan menulis dilakukan lebih baik pada tes kreativitas. Adapun kelemahan yang bisa diamati dari penelitian tersebut adalah: 1) Perbedaan gender tidak diperhitungkan dalam hal kemampuan kinerja kreatif, seharunya bisa ditemukan alasan kenapa pada jurusan tertentu salah satu gender lebih mendominasi dalam hal kinerja kreatif dan kreativitasnya tentu jika dihubungkan dengan membaca dan menulis, 2) Perbedaan Jurusan untuk tempat subjek menimba ilmu juga tidak diperhitungkan, seharusnya bisa dicari penyebab

33

kenapa tiap jurusan kemampuan kreatif dan kreativitasnya berbeda-beda dalam membaca dan menulis. (Wang, A.Y, 2012)

He, Wong, Li, dan Xu (2013) melakukan penelitian mengenai penerapan hipotesis variabilitas laki-laki lebih besar dalam budaya yang berbeda dan dalam domain yang berbeda. Peserta 627 siswa terdiri dari senior sebuah sekolah menengah (n=297) dan yunior sekolah sekunder (n=330), siswa laki-laki (n=332) dan perempuan (n=295).semua sudah memenuhi syarat pemilihan sampel. Kepada siswa diberikan tes berpikir kreatif dan mengerjakan diwaktu luang tampa batasan waktu. Instrumen penelitian menggunakan Test for Creative Thinking-Drawing Production yang diadopsi dari He&Wong(2011). Hasil penelitian: 1) Menunjukkan bahwa anak laki-laki memiliki varians lebih besar dari perempuan dalam kinerja tes kreativitas Sesuai dengan temuan penelitian sebelumnya, 2) Berdasarkan perbandingan laki-laki-perempuan tidak secara signifikan diungguli oleh jumlah siswa laki-laki, ini masih sejalan dengan prediksi hipotesis variabilitas laki-laki lebih besar, 3) Perbedaan gender dalam kreativitas dimana perbedaan rata-rata dalam TCT-DP, diperoleh siswa laki-laki dilakukan secara signifikan lebih baik dibandingkan siswa perempuan. Adapun kelemahan yang bisa dikemukakan dari pembahasan penelitian ini adalah: 1) Penelitian ini membandingkan superior laki-laki dengan perempuan dalam berpikir kreatif di China, padahal sudah jelas di China laki-laki sudah diunggulkan dalam segala hal sejak jaman dahulu. Perempuan diharuskan untuk selalu tunduk terhadap laki-laki, 2) Penelitian ini hanya dilakukan pada satu daerah saja, sehingga belum mewakili secara keseluruhan, 3) Peserta laki-laki lebih banyak dari perempuan walaupun katanya tidak terlalu signifikan perbedaannya, namun mungkin perbedaan jumlah bisa mempengaruhi hasil. (Wang, A.Y, 2012)

Navarrete (2013) melakukan penelitian mengenai pengalaman pemikiran kreatif pelajar pada desain game dan pengembangan kursus digital untuk siswa sekolah menengah dan mengembangkan wawasan untuk kreativitas yang melekat dalam merancang dan memproduksi permainan digital interaktif dalam lingkungan belajar tradisional. Metode penelitian yang digunakan studi kasus.

Peserta berjumlah 300 siswa kelas 7, 8, 9; Siswa terlibat dalam menciptakan permainan interaktif yang berfokus pada isu-isu sosial kritis yang

34

mengintegrasikan daerah konten seperti sains, matematika, dan ilmu sosial;

Teknik Pengumpulan Data yang digunakan adalah wawancara, pengamatan, dan permainan. Hasil penelitian: 1) Pada wawancara; siswa berpengalaman cenderung untuk mengidentifikasi proses berpikir kreatif, pemahaman yang melekat, sementara yang yunior, yang lebih konkret ditemukan di seni visual, seperti ekspresi kreatif melalui garis dan warna, dari teknologi yang terlibat dalam penciptaan game, 2) Pengamatan; siswa bekerja pada permainan mereka secara independen tetapi beberapa menyatakan frustrasi jelas ketika kode tidak bekerja seperti yang direncanakan. Namun para siswa diberikan demonstrasi kode dan prosedur melalui proyektor dan siswa berkolaborasi menciptakan game, 3) Banyak game digital yang dihasilkan terkait berbagai isu-isu kontemporer yang ditangani dengan topik tentang pencemaran lingkungan, politik, geng, intimidasi, kehamilan remaja, dll. Adapun kelemahan yang bisa di jelaskan pada pembahasan penelitian jurnal ini adalah: bahwa penelitian semacam ini tidak bisa dilakukan di semua tempat, paling tidak persyratan memiliki unit komputer dan pendukung lainnya mutlak harus ada. Lebih lanjut tidak semua sekolah atau perguruan tinggi memiliki unit komputer lengkap dan dukungan listrik yang memadai. (Navarrete, 2013)

Goclowka, Crisp (20013) melakukan penelitian mengenai paparan manipulasi, fluency, flexibility, dan originality antara stereotip dan counter- stereotip. Peserta terdiri dari 67 orang Sarjana, 68% perempuan dan 74%

mahasiswa psikologi, sisanya dari jurusan lain dan berumur rata-rata 20 tahun.

Prosedur yang dilakukan adalah diberikan pertanyaan dengan skala PNS;

kemudian diberikan tiruan mekanik laki-laki atau perempuan, peserta diminta untuk memberikan komentar menggunakan 10 kata sifat tunggal tentang tiruan tersebut. Selanjutnya diminta dua orang petugas yang tidak ada hubungannya dengan peserta perbuat untuk memberikan penilaian karakteristik kreativitas.

Hasil penelitian: 1) Dari hasil cek manipulasi diperoleh bahwa peserta lebih banyak yang berpikiran counter-stereotip dibandingkan stereotip, 2) Paparan counter-stereotip individu menimbulkan kelancaran tinggi dibandingkan dengan paparan individu stereotip, 3) Paparan counter-stereotip individu menimbulkan lebih tinggi fleksibilitas, 4) Paparan counter-stereotip individu menimbulkan lebih

35

tinggi fleksibilitas. Kelemahan yang dapat dijelaskan berdasarkan penelitian tersebut adalah: 1) Peneliti tidak bisa menjelaskan dalam penelitian ini dasar awal pemikiran peserta itu memiliki pandangan stereotip atau kontra stereotip atau tidak keduanya, 2) Peneliti mengatakan bahwa yang memberikan efek signifikan pada penelitian ini adalah karena kontra stereotip kurang berdasar. (Goclow ka, Crisp, 2013)

Bart, Hokanson, Sahin, dan Abdelsames (2015) melakukan penelitian mengenai investigasi perbedaan gender dalam kemampuan berpikir kreatif antara siswa kelas 8 dan 11. Peserta yang diteliti 996 siswa kelas 8 termasuk 503 laki- laki dan 493 perempuan dan 748 siswa kelas 11 termasuk 407 laki-laki dan 341 perempuan. Instrumen yang diberikan berupa kuesioner pribadi umum dan TTCT figural, Form A. memberikan skor lima subyek: (1) Kefasihan, (2) Orisinalitas;

(3) Elaborasi; (4) keabstrakan judul; dan (5) Ketahanan terhadap penutupan.

Pengumpulan data dilaksanakan peneliti dibantu guru yg memberikan kuesioner dan tes TTCT di tiap sekolah dengan persetujuan orang tua siswa. Hasil penelitian: 1) Bahwa perempuan kelas 8 secara signifikan lebih tinggi dari laki- laki kelas 8 disemua subyek kreativitas kecuali subtes kelancaran, 2) Temuan utama kedua perempuan secara signifikan lebih tinggi daripada laki-laki di antara siswa kelas 11 pada tiga subyek dari kreativitas, yaitu, elaborasi, abstraksi judul, dan ketahanan terhadap penutupan prematur; sedangkan, pria dan wanita mencetak sama dengan baik pada subyek kefasihan dan orisinalitas, 3) Subyek yang memiliki skor tinggi untuk fleksibilitas memiliki homogenitas fungsional yang lebih tinggi di gyrus oksipital superior kiri dan gyrus oksipital tengah kiri;

dan homogenitas rendah regional di precuneus kanan, 4) Subyek yang memiliki skor tinggi untuk kelancaran memiliki homogenitas fungsional yang lebih rendah di precuneus kanan. (Bart, Ho kanson, Sah in, Abdelsamea, 2015)