• Tidak ada hasil yang ditemukan

ESOTERISME DALAM TAFSIR AL-'UTSAIMĪN - repository iiq

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "ESOTERISME DALAM TAFSIR AL-'UTSAIMĪN - repository iiq"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

Tesis berjudul “Esoterisme dalam Tafsir al-'Utsaimîn (Kajian Dimensi Sufi dalam Tafsir Al-'Utsaimîn)” yang disusun oleh Nomor Induk Mahasiswa Cecep Fuad Audah, berhasil menyelesaikan proses supervisi dan dinilai oleh dosen pembimbing dinyatakan lulus. syarat keilmuan yang akan diperiksa pada sidang Munaqasyah. Utsaimîn (Studi Dimensi Sufi dalam Tafsir Al-'Utsaimîn)" merupakan karya saya yang sepenuhnya orisinal, kecuali kutipan yang menunjukkan sumbernya. Skripsi berjudul "Esoterisme dalam Tafsir al-'Utsaimîn (Studi Dimensi Sufi dalam Tafsir Al-'Utsaimîn)" karya Cecep Fuad Audah dengan NIM 216410654 diuji pada Sidang Pascasarjana Munaqasyah Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta pada 10 Januari 2019.

Tesis tersebut diterima sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan ijazah Sarjana Agama (M.Ag) dalam bidang Al-Quran dan Tafsir. Ahmad Syukran, MA selaku Ketua/Ketua Program Al-Qur`an dan Tafsir (IAT) Program Pascasarjana Institut Al-Qur`an (IIQ) Jakarta. Dalam proses tafsir berdasarkan ayat-ayat tazkiyah an-nafs dan ajaran tasawuf secara maqâmât, serta tafsiran al-'Utsaimîn terhadap amalan tasawuf.

Sumber utama penelitian ini adalah Tafsir Al-Qur'an Al-Karîm karya Shâlih al-'Utsaimin dan beberapa karyanya seperti Syarh Mukaddimah fi ushūl at-Tefsîr, Mejmū' Fatâwa asy-Syaikh al-'Utsaimîn, Makârim al . - Akhlak. Data yang diperoleh secara kualitatif melalui metode tafsir, dengan menggunakan pendekatan dalâlah al-isyârah berfungsi untuk mengukur tingkat esoterisme tafsir al-Utsaimin.

لملا صخ

م َق َما

م َ َس ِةرا

ك ِرا

ا َبل ْح

Permasalahan

  • Identifikasi Masalah
  • Pembatasan Masalah
  • Perumusan Masalah

Pendapat Mannâ Al-Qattân, metode tekstualis tradisional merupakan penafsiran yang paling valid, semakin dekat suatu penafsiran dengan otoritas tertinggi maka semakin sahih penafsiran tersebut, karena setelah Nabi SAW wafat, pihak yang dianggap paling berwibawa. dalam penafsiran Al-Qur'an adalah generasi sahabat, generasi tabiin, karena generasi kedua mempunyai otoritas tertinggi dalam penafsiran dibandingkan generasi berikutnya. Mufasir mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam menangkap pesan tersirat dalam teks Al-Qur'an, sebagian mufasir menggunakan pendekatan tasawuf. Al-Qur'an mengandung dualitas tafsir eksoteris dan esoteris/zhâhir, mandi bagi para sufi adalah suatu keharusan.

Tafsir tersebut tidak sepenuhnya lepas dari unsur esoterisme atau eksoterisme karena hikmah dan hikmah spiritual dalam Al-Qur’an bersumber dari Allah SWT. Muhammad Shâleh Ibnu al-'Utsaimîn merupakan tokoh Salafi tidak terlepas dari pemahaman teks-teks agama yang cenderung tekstualistik bahkan konservatif. Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, agar tidak menimbulkan generalisasi yang salah terhadap objek penelitian, maka penelitian ini dibatasi pada kajian “Esoterisme dalam Tafsir Al-'Utsaimîn”.

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah menjadi satu pertanyaan besar, yaitu: “Bagaimana tafsir Muhammad Shaleh Ibnu al-’Utsaimîn dalam kaitannya dengan esoterisme Al-Qur’an. metode al-'Utsaimîn dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur'an dalam tafsir Al-Karîm tentang Al-Qur'an?

Tujuan Penelitian

Kegunaan Penelitian

Kajian Pustaka

  • Sumber Data
  • Analisa Data
  • Metode Penulisan

Dalam melaksanakan tugas tersebut, mereka menggunakan jargon yang lazim dikenal dengan “kembali ke Al-Qur’an dan Sunnah”, namun dengan pendekatan tekstualis.42. Sansan Ziaul Haq menulis dalam tesisnya “Dimensi Eksoterik dalam Tafsir Ishari” Kajian Metode Tafsir Al-Jilani (2016), mengungkapkan bahwa tafsir sufi menganggap Al-Qur’an adalah teks yang mengandung makna berlapis-lapis. 42 Alham Irfani, Ahistorisitas Tafsir Islam dan Radikalisme Kajian Konsep Kedaulatan Tuhan dan Kedaulatan Manusia dalam Tafsir Fî Dzilâlil Al-Qur'an (Jakarta: Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah, 2014), hal.

Pertama, pendekatan eksoteris (zhâhir), yaitu penafsiran yang lebih menitikberatkan pada sisi luar teks Al-Qur'an. Hal ini ditunjukkan dengan produk tafsir berupa identitas simbolis ayat-ayat Al-Qur’an berupa penyucian jiwa yang diarahkan pada keberadaan Yang Maha Suci. Dalam bukunya, Ahmad membahas totalitas Ibnu al-'Utsaimin dalam kajian ilmu agama, khususnya di bidang tafsir dan 'ulūm Al-Qur'an.

Ahmad juga membahas tentang konstruksi pemikiran Ibnu al-'Utsaimin mengenai tafsir dan 'ulum al-Qur'an. Dalam tulisannya, Ahmad menyebutkan bahwa Ibnu al-Utsaimin dalam tafsirnya banyak merujuk pada karya Ibnu Taimiyah, Ibnu Al-Qayyim, Tafsir Ibnu Jarir (Jāmi'u Al-Bayān 'an Ta'wīl Āyy Al-Qur'an), dan tafsir Ibnu Kathiri (Tafsīr Al-Qur'an al-'Ādzim), sebagai sumber yang banyak dikutip olehnya. Secara linguistik, Ibnu al-'Utsaimin terkadang menghadirkan puisi Arab untuk menjelaskan kosa kata dalam Al-Qur'an.

Berangkat dari kesenjangan yang belum diteliti oleh beberapa penelitian terdahulu serta menghindari plagiarisme atau pengulangan penelitian yang sudah ada, maka penulis mengangkat tema esoterisme dalam tafsir tekstual kajian dimensi sufi dalam tafsir al-'Utsaimîn dan membuat Tafsir. Al-Qur'aan Al-Karîm karya Muhammad Shâlih al-„Utsaimîn sebagai objek material penelitian ini. Mengingat, pokok bahasan penelitian ini berkaitan dengan ayat-ayat Al-Qur'an dan tafsirnya yang digunakan oleh Shalih dalam penafsirannya. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah kitab tafsir Tafsir Al-Qur'an Al-Karîm, Syarh Ushūl at-Tafsir, Syarh al-'Aqīdah al-Wāsathiyyah dan al-Qaul al-Mufīd 'Ala Kitāb at-Tauhīd.

Perlu ditegaskan bahwa dalam penelitian ini penulis tidak mungkin mengumpulkan ayat-ayat tersebut dari seluruh surat Al-Qur'an, misalnya QS: Al-Fajr: 22, QS: Thaha: 5, QS: Al-Fath : 10.

Sistematika Penulisan

Jika perlu, penulis mencoba mengkritisi apa yang dijelaskan Muhammad Shaleh Ibn al-'Utsaimîn dalam tafsirnya, dalam upaya mencari solusi. Aspek teknis penulisan ini menggunakan standar transliterasi dan penulisan catatan dengan mengikuti pedoman penulisan proposal, tesis dan disertasi sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Institut Ilmu Al-Quran (IIQ) Jakarta pada tahun 2017 dengan Surat Keputusan Direktur adalah bertekad. Program Pascasarjana Institut Ilmu Al-Quran a (IIQ) Jakarta Nomor: K.0123.XIX/PPS/IV/2017. Bab Keempat, Bab ini akan membahas tentang dimensi sufistik dalam penafsiran Muhammad Shâleh Ibnu al-'Utsaimîn dalam ranah spiritual ibadah individu dan sosial.

Bab ini juga membahas tafsir Shâleh al-'Utsaimîn tentang tazkiyah an-nafs, tafsir pengalaman sufi tertinggi, dan konsep 'ubūdiyah. Hal ini dimaksudkan untuk menyimpulkan seluruh pembahasan dan menyimpulkan penelitian yang disajikan sebagai jawaban atas permasalahan yang dikemukakan pada bab sebelumnya, dilanjutkan dengan saran-saran yang dapat dikembangkan pada penelitian selanjutnya. Berdasarkan hasil penelitian, penulis menyimpulkan bahwa terdapat dimensi esoteris dalam penafsiran al-'Utsaimîn dan penggunaannya sesuai dengan penafsiran atau pendapat para ulama sufi, meskipun Tafsir Al Muhammad Shâlih al-' Utsaimîm -Qur'ân Al-Karîm bersifat tekstual dalam arti diakhiri dengan kajian kebahasaan, namun terdapat aspek teologis dan hukum dalam praktik ibadah, khususnya dimensi sufi yang menjadi kajian skripsi ini.

Dalam proses penafsiran berdasarkan Al-Qur’an yang mempunyai dua makna, eksoteris dan esoteris, secara umum dapat dikatakan bahwa kitab-kitab tafsir dari klasik hingga kontemporer menggunakan dua pendekatan. Kedua, pendekatan esoterik (bâthin), yaitu penafsiran yang lebih menitikberatkan pada isyarat-isyarat atau pesan-pesan tersirat yang tersirat dibalik teks-teks Al-Qur’an dalam konteks tafsir sufi dan tafsir Islam. Dalam penafsiran ayat mutasyâbihât as-shifât al-'Utsaimîn terjebak dalam antropomorfisme yaitu kemiripan Allah SWT dengan makhluk-Nya yang dapat menimbulkan kesalahan penafsiran yang fatal karena menitikberatkan pada zhâhir (eksoteris) teks tersebut. dan mengabaikan unsur bâthin (esoterik), karena menurutnya pengertian zhâhir adalah istilah teknis yaitu makna yang terdiri dari beberapa unsur penting di dalamnya.

Urgensi makna lahirnya terletak pada kenyataan bahwa tatanan dogma Islam sebagai suatu kesatuan ajaran hanya dapat distrukturkan melalui konstruksi tekstual. Utsaimîn mendekati tema penyucian jiwa (tazkiyah an-nafs) sebagai instrumen untuk memahami makna yang tersirat, untuk sampai pada penyucian jiwa perlu melewati tingkatan-tingkatan atau yang disebut maqâmât dalam istilah tasawuf, maka Syaikh al-'Utsaimîn memaknai maqâmât ada dalam tafsirnya, yang sejalan dengan tafsir atau kajian sufi, kemudian tafsir al-'Utsaimîn tentang praktik sufi tertinggi 'ubūdiyah, mahabbah dan ma'rifah. Hanya keadaan pikiran yang murni yang mampu memahami makna spiritual teks Al-Qur'an.

Dengan demikian, konteks psikis spiritual berfungsi sebagai alat instrumental yang dengannya seorang sufi mampu membuka tirai kegelapan dalam teks suci, karena bagi para sufi sendiri, setiap huruf dalam Al-Qur'an merupakan representasi firman Tuhan.

Penutup

El-Harawi, Ebi „Abdillah el-Qâshim, Kitab fadhâil El-Kur‟an, Bejrut: Dâr Ibn Katsir, t.t. El-Zarkasyi, El-Imam Badrudin Muhamed Ibn Abdullah, El-Burhan fi Ulum El-Kur‟an, t.t. Es-Shiddiqi, Muhamed Hasbi, Bedoman Zekat Menurut Al-Kur‟an dhe Es-Sunnet, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2006.

At-Thantawi, Muhammad Sayyid, At-Tafsir Al-Washit li Al-Qur'an Al-Karîm (Cairo: Dâr As-Sa'adah, 2008. Katsir, Ibnu, Tafsir Al-Qur'an Al-„Adzhim, Giza : Maktabah Aulâd Al-Syaikh li Al-Turâts, tt. Knysh, Alexander D., "Esoterisme Kalam Tuhan: Sentralitas Al-Qur'an dalam Tasawuf", dalam Journal Studi Al-Qur'an, 2007.

Musadad, Asep Nahrul, "Sufistic Interpretation in the Tradition of Al-Qur'an Interpretation (History of Development and Construction of Hermeuntis)", v Iain Gorontalo Farabil Journal, 2015. Lathaif Al-Isyarât avtor Syaikh Al-Imam Al-Qusayri, Džakarta: Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ). Rodiah, Al-Qur'an Studies: Methods and Concepts: Contemporary Tafsir Methods Fazlur Rahman, Yogyakarta: eLSAQ Press, 2010.

Shtator Qurejsh, “Hubungan Hadits dengan Al-Qur’an: Tinjauan Fungsi dan Makna,” dalam Yunahar Ilyas dan M.

Solahudin, M, “Pendekatan Tekstual dan Kontekstual terhadap Tafsir Al-Qur’an”, Al-Bayan: Jurnal Kajian dan Tafsir Al-Qur’an 1, 2 Desember 2016. Suratman, Junaizar, “Pendekatan yang Membumi terhadap Al-Qur’an 'an' dan tentang instrumen sejarah, akal dan tanda-tanda internal" dalam majalah Intizar, vol. Anwar, “Mengingat Kewibawaan Sufi dalam Tafsir Al-Qur’an”, dalam Jurnal Kajian Agama dan Masyarakat, Vol.

Referensi

Dokumen terkait

Secara khusus, biasanya ketika Quraish Shihab menafsirkan Al- Qur‟an , menjelaskan terlebih dahulu tentang surat yang hendak ditafsirkan: dari mulai makna

Tesis dengan judul Konsep Syafa at dalam al-Qur an (Kajian Kitab Tafsir al- Kasysyaf yang ditulis oleh Leily Vidya Rahma ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Tesis

Skripsi dengan judul "RadhA'ah dalan.t al-Qur' Lahasi)" yang ditulis oleh Lathifatul Masula diperiksa dan disetujui, serta layak diujikan. an (Tafsir Ilmi atas

Dengan demikian hakikat zuhud yang semestinya kita pahami di zaman yang penuh dengan tipuan seperti sekarang ini, bukanlah zuhud dengan meninggalkan dan mengasingkan

Pembatasan masalah Berdasarkan beberapa identifikasi yang sudah penulis sebutkan di atas, maka dalam penelitian ini penulis akan membatasi kajian terhadap konsep ta’a>ruf dalam

Fokus pada skripsi ini membahas tentang bagaimana penafsiran Bakri Syahid terhadap ayat-ayat Al-Qur’an tentang hak perempuan sebagai istri dan kewajiban perempuan sebagai istri dalam

Perbincangan tentang tawâdhu’ dalam dunia tasawuf merupakan bahasan yang penting, sebab ia merupakan akhlak terpuji yang akan membawa pelakunya kepada masa kebahagian tiada tara, karena

Adapun letak perbedaan antara kelima penelitian di atas dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis ialah pada penekanan pentingnya peran seorang ayah dalam memberikan pendidikan