LK 1.3 Penentuan Akar Penyebab Masalah
Nama Mahasiswa: Anggreisye Jesica Thomas, S.Pd Asal Institusi: SD Inpres 1 Borgo
Petunjuk: Setelah mengeksplorasi penyebab-penyebab masalah, langkah selanjutnya adalah menentukan akar penyebab masalah yang paling mendekati konteks yang dihadapi guru di kelas/sekolahnya. Gunakan petunjuk berikut untuk membantu Anda dalam penentuan akar penyebab masalah:
1. Berkonsultasi dengan Guru/Kepala Sekolah/Pengawas Sekolah/Rekan Sejawat dan pakar/pihak terkait:
o Diskusikan temuan Anda mengenai penyebab masalah
o Bagikan informasi tentang penyebab masalah yang telah Anda identifikasi dan jelaskan konteks spesifik yang Anda hadapi.
o Tanyakan pendapat, saran, dan rekomendasi mereka dalam menentukan akar penyebab masalah yang paling relevan.
Analisis dan Pertimbangan:
o Tinjau kembali data dan informasi yang telah Anda kumpulkan selama eksplorasi penyebab masalah.
o Pertimbangkan konteks kelas/sekolah yang Anda hadapi dan evaluasi akar penyebab masalah yang paling relevan untuk situasi tersebut.
o Identifikasi akar penyebab masalah yang memiliki dampak signifikan terhadap hasil pembelajaran atau tantangan yang dihadapi oleh guru dalam tugas sehari-hari.
Penentuan Masalah dan Akar Penyebab:
o Pilih minimal 2 (dua) masalah yang paling sesuai dengan tugas keseharian guru.
o Jelaskan akar penyebab dari setiap masalah yang dipilih secara rinci.
o Tinjau kembali penelitian dan analisis Anda untuk memastikan akar penyebab tersebut relevan dan memiliki potensi untuk diatasi.
Pastikan untuk mencatat informasi yang diperoleh dalam lembar kerja dan gunakan sebagai panduan dalam langkah-langkah berikutnya untuk menemukan solusi bagi masalah yang telah diidentifikasi
N o
Hasil ekplorasi penyebab masalah Akar Penyebab
Masalah
Analisis akar penyebab masalah
(data pendukung)
Masalah terpilih yang akan diselesaikan 1 Masalah yang telah di identifikasi
Kurangnya minat belajar siswa dalam pembelajaran matematika pada materi penjumlahan
Sumber Kajian Literatur Jurnal Ilmiah
❖ Semperiuk A Buyung, Rika Wahyuni,Mariyam, faktor Penyebab Rendahnya Pemahaman Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika Di SD 14, STKIP Singkawang, 2022
https.journal.stkipsingkawang.ac.id/index.php/J ERR/article/download/3538/pdf
Adapun faktor umum yang menyebabkan rendahnya pemahaman siswa pada mata pelajaran matematika di SD:
1. Siswa Menganggap Pelajaran Matematika Sulit.
2. Kurangnya Minat Siswa.
3. Kurangnya Konsentrasi Siswa
4. Rendahnya Pemahaman Konsep Siswa
❖ Eben Arit Kebkole, Kurangnya Minat Belajar Siswa Terhadap Pelajaran Matematika, Universitas Indraprasta PGRI, 2022
https://www.kompasiana.com/eben90647/62cef 0df6...
1. Cara guru menyajikan pelajaran yang kurang menarik
2. Ketidakpedulian siswa terhadap pembelajaran 3. Pelajaran matematika yang terasa sulit dan membosankan menjadi pelajaran yang semakin tidak diharapkan oleh siswa.
❖ Rosanti, A. ., Tahir, M., & Maulyda, M.
AAnalisis Kesulitan Belajar Matematika Materi Penjumlahan dan Pengurangan Pada Kelas II di SDN 3 Pringgajurang. Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, 2022.
https://doi.org/10.29303/jipp.v7i3b.812 Kesulitan pada materi penjumlahan dan pengurangan. Kesulitan yang di alami siswa yaitu :
(1) Siswa kesulitan memahami konsep penjumlahan dan pengurangan ; (2) Siswa sering melakukan kesalahan dalam menulis angka ; (3) Siswa tidak lancar dalam membaca ; (4) Siswa sering melakukan kesalahan dalam melakukan perhitungan karena kurang teliti ; ( 5) Siswa kesulitan dalam mengenal nilai tempat pada soal penjumlahan
HASIL WAWANCARA (Guru, Kepala Sekolah, Pengawas, Pakar Pendidikan)
1. Siswa malas berhitung
2. Siswa kurang memahami materi penjumlahan
3. Siswa merasa sangat sulit untuk belajar 4. Kurangnya motifasi siswa dalam belajar
matematika
5. Tidak ada kemauan siswa dalam belajar penjumlahan karena yang ada dipikiran
1. Kurangnya kemampuan siswa dalam menghitung angka pada materi penjumlahan 2. Kurangnya
kosentrasi siswa dalam materi penjumlahan
Dari hasil akar penyebab masalah maka analisis akar penyebab masalah yang di simpulkan adalah Pemikiran siswa tentang matematika yang mengganggap
matematika itu sangat membosankan dan sulit untuk dilakukan.
Ada siswa yang mengganggu teman di dalam kelas membuat kosentrasi siswa yang lain terganggu
sehingga
pembelajaran di dalam kelas menjadi tidak kondusif.
1. Kurangnya
kemampuan membaca siswa kelas 2 dalam teks cerita pendek
2. Guru memilih model pembelajaran yang kurang tepat yang tidak sesuai dengan materi teks cerita pendek
siswa kalau Pelajaran matematika apalagi dalam penjumlahan itu sangat sulit.
6. Tidak mengerti apa yang sudah dijelaskan oleh guru tentang materi penjumlahan.
7. Siswa merasa bosan belajar matematika 8. Siswa merasa kesulitan dengan materi
penjumlahan
9. Suasana belajar yang kurang menyenangkan 10. Dorongan orang tua yang terlalu menekan
siswa untuk dapat berprestasi terhadap pembelajaran matematika, sehingga siwa merasa terbebani dan menimbulkan rasa bosan terhadap mata Pelajaran matematika 11. Siswa yang kesulitan dalam berhitung
mempengaruhi siswa dalam melakukan penjumlahan
12. Siswa yang tidak kosentrasi saat guru menjelaskan materi penjumlahan 2 Masalah yang telah diidentifikasi
Kurangnya minat siswa dalam kegiatan membaca teks cerita pendek
Sumber Kajian Literatur Jurnal Ilmiah
❖ Khairunnisa, Rendahnya Minat Baca Siswa, Teknologi Pendidikan, 2015
www.kompasiana.com/chaannis/54f98f9da3331 135028b556b/rendahnya-minat-baca-siswa Mengapa minat membaca siswa begitu rendah?
1.Sistem pembelajaran di Indonesia belum membuat siswa harus membaca buku lebih banyak dari apa yang diajarkan dan mencari informasi atau pengetahuan lebih dari apa yang diajarkan di kelas.
2.Kurangnya dorongan dari para guru agar siswa membaca secara rutin
3.Banyaknya hiburan TV dan permainan di rumah atau di luar rumah yang
membuat perhatian siswa untuk menjauhi buku.
4.Sifat malas yang merajalela
5.Kurang menariknya perpustakaan sekolah bagi siswa
6.Budaya baca masih belum diwariskan oleh nenek moyang kita
7. Buku dirasakan oleh masyarakat umum sangat mahal
❖ Runi Alcitra Amalia, Rendahnya Minat Baca Siswa, Pustakawan DKPUS Provinsi Kep.
Bangka Belitung 2019
dkpus.babelprov.go.id/content/rendahnya-minat- baca-siswa
Rendahnya minat baca sangat berpengaruh besar terhadap mutu pendidikan. Secara umum,
terdapat dua faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya minat baca siswa yaitu :
1. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam dirinya sendiri, seperti pembawaan, kebiasaan dan ekspresi diri.
2 Faktor eksternal. sarana dan prasarana, kurangnya atau minimnya ketersediaan buku yang membuat siswa kurang minat untuk berkunjung di perpustakaan, sehingga siswa harus membeli sendiri buku dan juga
perpustakaan sekolah menyediakan buku yang kurang menarik bagi anak-anak.
1. Kurangnya kemampuan membaca siswa kelas 2 dalam teks cerita pendek.
2. Kurangnya dorongan guru untuk siswa membaca teks cerita pendek
Dari hasil akar penyebab masalah maka analisis akar penyebab masalah yang di simpulkan adalah minimnya bahan ajar di sekolah.
Siswa kesulitan membaca karena masih mengeja huruf sehingga
menimbulkan kemalasan dalam membaca. Siswa tidak tertarik dengan teks cerita pendek yang diberikan oleh guru.
Pemanfaatan sudut baca yang kurang maksimal, sehingga siswa yang memiliki niat untuk membaca suatu cerita pendek di sudut baca menjadi tidak berminat lagi.
Siswa tidak diberi kesempatan untuk membaca, ketika pemberian tugas untuk membaca teks cerita, guru hanya memberi kesempatan bagi siswa yang sudah lancar membaca.
Sedangkan siswa yang tidak mampu
membaca disepelekan tidak diberi
kesempatan oleh guru.
❖ Siti Fatimah, Tri Saptuti Susiani, Rokhmaniyah, Analisis Faktor-Faktor Penghambat Pembelajaran Membaca Permulaan Siswa Kelas 2 SD Negeri Ambalkebrek Kecamatan Ambal, niversitas Sebelas Maret Surakarta, 2022
https://jurnal.uns.ac.id/jkc/article/download/630 55/38801
- Oktadiana (2019) menyebutkan hambatan yang dialami siswa kelas 2 dalam membaca permulaan adalah kesulitan mengeja huruf menjadi suku kata, kesulitan mengeja suku kata menjadi kata, dan kesulitan
membedakan huruf “b” dan “d” serta “p” dan
“q”.
- Windrawati, Solehun dan Gafur (2020) mengemukakan faktor-faktor penghambat pembelajaran membaca berasal dari faktor internal yang berasal dari diri anak yang meliputi faktor fisik, intelektual dan psikologis. Adapun faktor eksternal yang berasal dari luar diri anak mencakup
lingkungan keluarga dan sekolah. Selain itu, Astia (2020) menyebutkan faktor yang menjadi penghambat pembelajaran membaca permulaan berasal dari faktor internal (faktor dari siswa) dan faktor eksternal (dari
lingkungan siswa). Bersumber dari paparan di atas didapati bahwa terdapat faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam
pembelajaran membaca permulaan yang berasal dari faktor internal (dari siswa) dan faktor eksternal (lingkungan siswa).
HASIL WAWANCARA (Guru, Kepala Sekolah, Pengawas dan Pakar Pendidikan) 1. Kurangnya siswa dalam mengenal huruf
ALFABET
2. Siswa masih mengeja kata dalam kalimat sehingga siswa malas dalam membaca teks cerita pendek
3. Siswa kurang tertarik judul dan isi teks cerita pendek.
4. Siswa tidak tahu membaca
5. Siswa tidak ada motifasi untuk belajar membaca
6. Sudut baca tidak di manfaatkan dengan baik oleh siswa.
7. Siswa bosan membaca
8. Kemampuan membaca siswa masih kurang 9. Belum tersedianya bahan bacaan yang sesuai
dengan keinginan siswa.
10. Kurangnya kunjungan siswa dalam perpustakaan
11. Siswa kurang tertarik dengan teks cerita yang diberikan guru
12. Kurangnya persediaan bahan ajar (Buku Siswa).
3 Masalah yang telah diidentifikasi
Ada beberapa siswa yang belum bisa menjawab pertanyaan baik secara lisan maupun tertulis dalam bentuk soal HOTS (High Order Thinking Skills).
Sumber Kajian Literatur Jurnal Harian
❖ Arie Purwa Kusuma, Syita Fatih 'Adna, Analisis Kesulitan Siswa dalam
Menyelesaikan Soal HOTS (High Order Thinking Skills), Universitas Pekalongan Indonesia, 2021
openjournal.unpam.ac.id/index.php/jsmu/article/
view/8674
Analisis Kesulitan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Higher Order Thinking Skill (Hots) 1) Kurangnya pemahaman konsep yang digunakan dalam perhitungan,
2) tidak mampu memahami soal berupa narasi, 3) salah mendeskripsikan pertanyaan dari soal, 4) kurangnya berlatih dalam menyelesaikan soal sistem persamaan linier dua variable.
❖ Lailatun Najahah, Mochammad Ahied, Irsad Rosidi, Fatimatul Munawaroh, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesalahan yang Dilakukan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Hots, 2022
https://journal.trunojoyo.ac.id/nser/article/view/
8387
Faktor yang mempengaruhi Kesalahan yang Dilakukan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Hots yaitu : kesalahan membaca (reading errors), kesalahan memahami
(comprehension errors), kesalahan penulisan rumus (transformation errors), kesalahan keterampilan proses (process skill errors), dan kesalahan penentuan jawaban akhir (encoding error). Faktor yang mempengaruhi kesalahan siswa adala tidak paham konsep, kesalahan proses berpikir, lupa, kurang teliti, tidak mengetahui rumus dan langkah
penyelesaian soal, dan pengaruh dari kesalahan pada tahapan sebelumnya.
HASIL WAWANCARA (Guru, Kepala Sekolah, Pengawas dan Pakar Pendidikan)
1. Siswa kurang memahami pertanyaan guru 2. Siswa kurang berkosentrasi sehingga tidak
mampu menjawab pertanyaan dalam bentuk HOTS (High Order Thinking Skills).
3. Kurangnya kemampuan siswa dalam memberikan jawaban secara lisan.
4. Kurangnya kemampuan bernalar siswa dalam soal HOTS (High Order Thinking Skills).
5. Kurangnya minat siswa dalam menjawab pertanyaan guru
6. Rendahnya kosentrasi siswa dalam menyelesaikan soal HOTS (High Order Thinking Skills).
7. Ketidaktahuan siswa dalam menyelesaikan soal HOTS (High Order Thinking Skills).
8. Siswa tidak terbiasa dalam menyelesaikan soal HOTS (High Order Thinking Skills).
1. Siswa tidak mengerti mengerjakan soal HOTS (High Order Thinking Skills).
2. Kurangnya kemampuan bernalar siswa dalam soal HOTS (High Order
Thinking Skills).
Dari hasil akar penyebab masalah maka analisis akar penyebab masalah yang di simpulkan adalah soal yang diberikan kurang jelas.
Soal yang diberikan terasa sulit dikerjakan.
Guru tidak mengerti cara membuat soal HOTS.
Siswa tidak tau bagaimana menjawab soal HOTS, tidak ada kemauan untuk belajar.
Siswa tidak
mendengarkan dengan baik penjelasan guru tentang materi sehingga siswa kesulitan dalam menjawab soal HOTS.
9. Siswa malas mengerjakan soal HOTS (High Order Thinking Skills).
10. Siswa tidak memahami materi sehingga siswa tidak dapat menjawab pertanyaan guru dalam bentuk soal HOTS (High Order Thinking Skills).
11. Siswa tidak mengerti untuk mengerjakan soal HOTS (High Order Thinking Skills).
12. Guru tidak menjelaskan bagaimana cara mengerjakan soal dalam bentuk HOTS (High Order Thinking Skills) sehingga siswa kebingungan dalam mengerjakan soal HOTS (High Order Thinking Skills).
4 Masalah yang telah diidentifikasi
Kurangnya kemampuan beberapa siswa dalam memberikan pendapat tentang teks bacaan baik secara lisan maupun tulisan.
Sumber Kajian Literatur-- Jurnal Ilmiah
❖ Ginting, Kelara Br, Analisis Penyebab Siswa Tidak Mampu Mengajukan Pendapat Di Kelas Iv di Sd Masehi No.4 Kabanjahe. Skripsi Thesis, Universitas Quality, 2019
http://portaluniversitasquality.ac.id:55555/id/epr int/407
Termasuk kategori yang sangat buruk dalam percaya diri dalam mengajukan pendapat, kurangberani bertanya dan mengajukan pendapat, kurangnya menguasai materi,
kurangnya dalam memiliki motivasi, kurangnya usaha guru dalam memotivasi, kurangnya keterlibatan dalam kegiatan belajar mengajar, kurang mampu dalam berbicara, kurangnya konsentrasi.
❖ Eggi G. Ginanjar1 , Bambang Darmawan2 , Sriyono3, Universitas Pendidikan Indonesia Jl.
Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung, 2019 ejournal.upi.edu/index.php/jmee/article/downl oad/21797/10713
- keberanian memberikan tanggapan, pemahaman peserta didik,
- keberanian menjawab pertanyaan, - kemampuan menjelaskan,
- kemampuan menyimpulkan, - kepercayaan diri bertanya.
HASIL WAWANCARA (Guru, Kepala Sekolah, Pengawas dan Pakar Pendidikan)
1. Siswa malu memberi pendapat 2. Siswa masih belum mengerti cara
berpendapat
3. Tidak terbiasa dalam mengungkapkan pendapat
4. Siswa tidak percaya diri dalam memberikan pendapat
5. Tidak ada motifasi dalam siswa untuk memberi pendapat
6. Faktor lingkungan keluarga yang tidak memberi ruang untuk siswa berpendapat 7. Siswa takut dengan guru dan merasa ada
tekanan.
8. Kurangnya kemauan siswa dalam memberi tanggapan
1. Kurangnya pemahaman siswa dalam memberi pendapat tentang teks bacaan.
2. Kurangnya kepercayaan diri siswa memberikan pendapat tentang teks bacaan
Dari hasil akar penyebab masalah maka analisis akar penyebab masalah yang di simpulkan adalah siswa tidak mendengarkan dan membaca teks bacaan yang diberikan guru.
Siswa yang takut kepada guru tidak berani memberi tanggapan karena takut salah dan takut di marahi.
Siswa yang tidak fasi dalam berbicara Bahasa Indonesia dan cenderung pemalu.
9. Siswa tidak lancar membaca sehingga tidak memahami teks bacaan yang akan
ditanggapi atau memberi pendapat.
10. Siswa takut salah memberi pendapat sehingga mengurangi kemampuan siswa dalam memberi pendapat
11. Kurangnya pemahaman siswa dalam teks bacaan.
12. Siswa bosan dengan teks bacaan sehingga tidak mau memberi pendapat baik secara lisan atau tulisan.
5 Masalah yang telah diidentifikasi
Guru belum maksimal menggunakan media teknologi dalam kegiatan proses pembelajaran Sumber Kajian Literatur
Jurnal Ilmiah
Syahrial, Guru belum maksimal dalam
menggunakan Teknologi Untuk Pembelajaran, Guru Madya, 2023
https://www.kompasiana.com/syahrialsyahri…
Ada beberapa faktor yang dapat menjadi penyebabnya:
1. Keterbatasan akses dan fasilitas teknologi.
2. Kurangnya pelatihan dan dukungan.
3. Kebijakan sekolah dan kurikulum yang konservatif.
4. Keterbatasan waktu.
5. Kurangnya minat guru
❖ Bastudin, M.Pd, Hambatan Utama Penggunaan TIK dalam Pembelajran,
Pengembang Teknologi Pembelajaran LPMP Provinsi Sumatra Selatan, 2021
https://suyanto.id/hambatan-utama- penggunaan-tik-dalam-pembelajaran-dan- strategi-mengatasinya/
Kendala utama dalam pemanfaatan TIK dalam pembelajaran yang dihadapi guru di sekolah adalah sarana dan prasarana pendukung yang terbatas. Sarana dan prasarana yang dimaksud adalah komputer, laptop, dan infokus. Kendala berikutnya yang cukup tinggi mempengaruhi guru memanfaatkan TIK dalam pembelajaran adalah ketersediaan jaringan internet dan sinyal.
Selanjutnya kendala berikutnya adalah ketersediaan listrik. Pengetahuan teknis guru tentang teknologi informasi dan komunikasi yang terbatas menjadi kendala berikutnya dalam pemanfaatan TIK untuk pembelajaran di kelas.
Kemudian, ketakutan dan pertimbangan dampak negatif dari penggunaan alat
berupa handphone (HP) dan laptop di sekolah menjadi kendala guru memanfaatkan TIK dalam pembelajaran di kelas. Atas pertimbangan ketakutan penyalahgunaan alat TIK tersebut, sekolah mengeluarkan kebijakan melarang guru membawa HP ke sekolah. Kendala terkecil penghambat guru memanfaatkan TIK adalah terkait pengelolaan data.
❖ Sri Lestari, pemanfaatan TIK dalam pembelajaran, teknologi Informasi dan komunikasi (TIK), 2015
https://doi.org/10.31800/jtp.kw.v3n2.p121-- 134
1. Kurangnya sarana
penunjang seperti laptop dalam proses pembelajaran 2. Guru tidak terbiasa dengan penggunaan teknologi dalam kegiatan proses
pembelajaran.
- Dari hasil akar penyebab masalah maka analisis akar penyebab masalah yang di simpulkan adalah guru yang tidak memiliki laptop, dan lebih memilih
menggunakan metode ceramah dan tanya jawab dan mengabaikan penggunaan teknologi. Guru yang tidak memiliki data internet.
Jaringan yang tidak menunjang.
Kendala pemanfaatan TIK oleh guru adalah:
1.tidak adanya akses,
2. tidak adaanya sarana TIK,
3. pembelajaran tidak mengintegrasikan TIK, 4. guru tidak memiliki pengetahuan tentang TIK, dan
5. tidak adanya kemauan guru untuk memanfaatkan TIK.
HASIL WAWANCARA (Guru, Kepala Sekolah, Pengawas dan Pakar Pendidikan)
1. Guru tidak menguasai teknologi
2. Minimnya sarana penunjang seperti laptop dan lain-lain.
3. Belum tersedianya jaringan untuk mengakses internet.
4. Tidak ada motifasi dari guru untuk menggunakan teknologi.
5. Guru tidak terbiasa dengan penggunaan teknologi dalam kegiatan proses
pembelajaran.
6. Faktor umur guru sampai tidak mau menggunakan teknologi.
7. Ketidaktahuan guru dalam menggunakan teknologi
8. Guru merasa ribet kalau harus menggunakan teknologi
9. Guru terbiasa mengajar tidak menggunakan teknologi
10. Faktor Kemalasan dalam penggunaan teknologi
11. Faktor sarana yang tidak mendukung 12. Faktor Usia guru yang sudah tidak mudah
lagi yang membuat guru tidak dapat maksimal menggunakan teknologi 6 Sumber Kajian Literatur
Guru belum maksimal menerapkan model pembelajaran sehingga kurang menarik minat belajar siswa
Jurnal Ilmiah
❖ Wulandari Fransiska, Siti Quratul Ain, Kesulitan guru dalam menerapkan model- model pembelajaran, Universitas Islam Riau, 2022
https://repositori.uir.ac.id/12908/1/186910734.p df
Guru kesulitan mengatur waktu atau
mengoptimalkan pada saat menggunakan model pembelajaran. Hal ini dikarenakan guru belum terbiasa menggunakan model- model pembelajaran dan masih rendahnya pemahaman guru terkait penerapan model- model pembelajaran
❖ Yusriani Yusriani(1*), Muhammad Arsyad(2), Kaharuddin Arafah(3), Kesulitan Guru dalam Mengiplementasikan Model Pembalajaran, Universitas Negeri Makasar, 2019
ojs.unm.ac.id/semnasfisika/article/view/14378 Adapun faktor-faktor penghambat
yakni, membutuhkan biaya yang cukup banyak, guru tidak pernah mendapatkan pelatihan terkait model pembelajaran berbasis proyek, tidak tersedia LKPD berbasis proyek, guru merangkap jabatan, administrasi guru banyak, peserta didik
1. Guru
memilih model pembelajaran yang kurang tepat yang tidak sesuai dengan materi teks cerita pendek
2. Guru kurang memahami Langkah- langkah model pembelajaran yang
diterapkan
Dari hasil akar penyebab masalah maka analisis akar penyebab masalah yang di simpulkan adalah guru tidak fokus dalam pemberian materi.
Guru merasa ribet dalam penggunaan teknologi seperti laptop dan proyektor.
Guru lebih cenderung terbiasa menjelaskan dengan tidak
menggunakan teknologi. Guru menggunakan model pembelajaran tanpa adanya alat peraga yang menunjang.
tidak mandiri, dan penilaian menghabiskan banyak waktu
HASIL WAWANCARA (Guru, Kepala Sekolah, Pengawas dan Pakar Pendidikan) 1. Tidak menguasai materi
2. Guru tidak tahu Langkah-langkah dari model pembelajaran yang sudah dipilih dan
diterapkan.
3. Guru tidak fokus dalam proses pembelajaran 4. Guru tidak menguasai model pembelajaran 5. Guru tidak siap dalam proses pembelajaran 6. Guru hanya monoton menjelaskan
7. Tidak tepat dalam pemilihan model pembelajaran
8. Kurangnya kosentrasi guru dalam pembelajaran
9. Faktor banyaknya siswa di dalam kelas membuat proses pembelajaran dengan model yang di gunakan menjadi sulit diterapkan.
10. Situasi dan kondisi di dalam kelas yang membuat model pembelajaran yang sudah disiapkan kurang maksimal.
11. Tidak ada alat peraga yang mendukung 12. Guru memilih model pembelajaran yang
tidak tepat yang tidak ada kaitannya dengan materi.