• Tidak ada hasil yang ditemukan

LK 1.3 Penentuan Akar Penyebab Masalah PDF

N/A
N/A
priyono spd

Academic year: 2024

Membagikan "LK 1.3 Penentuan Akar Penyebab Masalah PDF"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

LK 1.3 Penentuan Akar Penyebab Masalah

Nama Mahasiswa: Anggreisye Jesica Thomas, S.Pd Asal Institusi: SD Inpres 1 Borgo

Petunjuk: Setelah mengeksplorasi penyebab-penyebab masalah, langkah selanjutnya adalah menentukan akar penyebab masalah yang paling mendekati konteks yang dihadapi guru di kelas/sekolahnya. Gunakan petunjuk berikut untuk membantu Anda dalam penentuan akar penyebab masalah:

1. Berkonsultasi dengan Guru/Kepala Sekolah/Pengawas Sekolah/Rekan Sejawat dan pakar/pihak terkait:

o Diskusikan temuan Anda mengenai penyebab masalah

o Bagikan informasi tentang penyebab masalah yang telah Anda identifikasi dan jelaskan konteks spesifik yang Anda hadapi.

o Tanyakan pendapat, saran, dan rekomendasi mereka dalam menentukan akar penyebab masalah yang paling relevan.

Analisis dan Pertimbangan:

o Tinjau kembali data dan informasi yang telah Anda kumpulkan selama eksplorasi penyebab masalah.

o Pertimbangkan konteks kelas/sekolah yang Anda hadapi dan evaluasi akar penyebab masalah yang paling relevan untuk situasi tersebut.

o Identifikasi akar penyebab masalah yang memiliki dampak signifikan terhadap hasil pembelajaran atau tantangan yang dihadapi oleh guru dalam tugas sehari-hari.

Penentuan Masalah dan Akar Penyebab:

o Pilih minimal 2 (dua) masalah yang paling sesuai dengan tugas keseharian guru.

o Jelaskan akar penyebab dari setiap masalah yang dipilih secara rinci.

o Tinjau kembali penelitian dan analisis Anda untuk memastikan akar penyebab tersebut relevan dan memiliki potensi untuk diatasi.

Pastikan untuk mencatat informasi yang diperoleh dalam lembar kerja dan gunakan sebagai panduan dalam langkah-langkah berikutnya untuk menemukan solusi bagi masalah yang telah diidentifikasi

(2)

N o

Hasil ekplorasi penyebab masalah Akar Penyebab

Masalah

Analisis akar penyebab masalah

(data pendukung)

Masalah terpilih yang akan diselesaikan 1 Masalah yang telah di identifikasi

Kurangnya minat belajar siswa dalam pembelajaran matematika pada materi penjumlahan

Sumber Kajian Literatur Jurnal Ilmiah

Semperiuk A Buyung, Rika Wahyuni,Mariyam, faktor Penyebab Rendahnya Pemahaman Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika Di SD 14, STKIP Singkawang, 2022

https.journal.stkipsingkawang.ac.id/index.php/J ERR/article/download/3538/pdf

Adapun faktor umum yang menyebabkan rendahnya pemahaman siswa pada mata pelajaran matematika di SD:

1. Siswa Menganggap Pelajaran Matematika Sulit.

2. Kurangnya Minat Siswa.

3. Kurangnya Konsentrasi Siswa

4. Rendahnya Pemahaman Konsep Siswa

Eben Arit Kebkole, Kurangnya Minat Belajar Siswa Terhadap Pelajaran Matematika, Universitas Indraprasta PGRI, 2022

https://www.kompasiana.com/eben90647/62cef 0df6...

1. Cara guru menyajikan pelajaran yang kurang menarik

2. Ketidakpedulian siswa terhadap pembelajaran 3. Pelajaran matematika yang terasa sulit dan membosankan menjadi pelajaran yang semakin tidak diharapkan oleh siswa.

Rosanti, A. ., Tahir, M., & Maulyda, M.

AAnalisis Kesulitan Belajar Matematika Materi Penjumlahan dan Pengurangan Pada Kelas II di SDN 3 Pringgajurang. Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, 2022.

https://doi.org/10.29303/jipp.v7i3b.812 Kesulitan pada materi penjumlahan dan pengurangan. Kesulitan yang di alami siswa yaitu :

(1) Siswa kesulitan memahami konsep penjumlahan dan pengurangan ; (2) Siswa sering melakukan kesalahan dalam menulis angka ; (3) Siswa tidak lancar dalam membaca ; (4) Siswa sering melakukan kesalahan dalam melakukan perhitungan karena kurang teliti ; ( 5) Siswa kesulitan dalam mengenal nilai tempat pada soal penjumlahan

HASIL WAWANCARA (Guru, Kepala Sekolah, Pengawas, Pakar Pendidikan)

1. Siswa malas berhitung

2. Siswa kurang memahami materi penjumlahan

3. Siswa merasa sangat sulit untuk belajar 4. Kurangnya motifasi siswa dalam belajar

matematika

5. Tidak ada kemauan siswa dalam belajar penjumlahan karena yang ada dipikiran

1. Kurangnya kemampuan siswa dalam menghitung angka pada materi penjumlahan 2. Kurangnya

kosentrasi siswa dalam materi penjumlahan

Dari hasil akar penyebab masalah maka analisis akar penyebab masalah yang di simpulkan adalah Pemikiran siswa tentang matematika yang mengganggap

matematika itu sangat membosankan dan sulit untuk dilakukan.

Ada siswa yang mengganggu teman di dalam kelas membuat kosentrasi siswa yang lain terganggu

sehingga

pembelajaran di dalam kelas menjadi tidak kondusif.

1. Kurangnya

kemampuan membaca siswa kelas 2 dalam teks cerita pendek

2. Guru memilih model pembelajaran yang kurang tepat yang tidak sesuai dengan materi teks cerita pendek

(3)

siswa kalau Pelajaran matematika apalagi dalam penjumlahan itu sangat sulit.

6. Tidak mengerti apa yang sudah dijelaskan oleh guru tentang materi penjumlahan.

7. Siswa merasa bosan belajar matematika 8. Siswa merasa kesulitan dengan materi

penjumlahan

9. Suasana belajar yang kurang menyenangkan 10. Dorongan orang tua yang terlalu menekan

siswa untuk dapat berprestasi terhadap pembelajaran matematika, sehingga siwa merasa terbebani dan menimbulkan rasa bosan terhadap mata Pelajaran matematika 11. Siswa yang kesulitan dalam berhitung

mempengaruhi siswa dalam melakukan penjumlahan

12. Siswa yang tidak kosentrasi saat guru menjelaskan materi penjumlahan 2 Masalah yang telah diidentifikasi

Kurangnya minat siswa dalam kegiatan membaca teks cerita pendek

Sumber Kajian Literatur Jurnal Ilmiah

Khairunnisa, Rendahnya Minat Baca Siswa, Teknologi Pendidikan, 2015

www.kompasiana.com/chaannis/54f98f9da3331 135028b556b/rendahnya-minat-baca-siswa Mengapa minat membaca siswa begitu rendah?

1.Sistem pembelajaran di Indonesia belum membuat siswa harus membaca buku lebih banyak dari apa yang diajarkan dan mencari informasi atau pengetahuan lebih dari apa yang diajarkan di kelas.

2.Kurangnya dorongan dari para guru agar siswa membaca secara rutin

3.Banyaknya hiburan TV dan permainan di rumah atau di luar rumah yang

membuat perhatian siswa untuk menjauhi buku.

4.Sifat malas yang merajalela

5.Kurang menariknya perpustakaan sekolah bagi siswa

6.Budaya baca masih belum diwariskan oleh nenek moyang kita

7. Buku dirasakan oleh masyarakat umum sangat mahal

Runi Alcitra Amalia, Rendahnya Minat Baca Siswa, Pustakawan DKPUS Provinsi Kep.

Bangka Belitung 2019

dkpus.babelprov.go.id/content/rendahnya-minat- baca-siswa

Rendahnya minat baca sangat berpengaruh besar terhadap mutu pendidikan. Secara umum,

terdapat dua faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya minat baca siswa yaitu :

1. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam dirinya sendiri, seperti pembawaan, kebiasaan dan ekspresi diri.

2 Faktor eksternal. sarana dan prasarana, kurangnya atau minimnya ketersediaan buku yang membuat siswa kurang minat untuk berkunjung di perpustakaan, sehingga siswa harus membeli sendiri buku dan juga

perpustakaan sekolah menyediakan buku yang kurang menarik bagi anak-anak.

1. Kurangnya kemampuan membaca siswa kelas 2 dalam teks cerita pendek.

2. Kurangnya dorongan guru untuk siswa membaca teks cerita pendek

Dari hasil akar penyebab masalah maka analisis akar penyebab masalah yang di simpulkan adalah minimnya bahan ajar di sekolah.

Siswa kesulitan membaca karena masih mengeja huruf sehingga

menimbulkan kemalasan dalam membaca. Siswa tidak tertarik dengan teks cerita pendek yang diberikan oleh guru.

Pemanfaatan sudut baca yang kurang maksimal, sehingga siswa yang memiliki niat untuk membaca suatu cerita pendek di sudut baca menjadi tidak berminat lagi.

Siswa tidak diberi kesempatan untuk membaca, ketika pemberian tugas untuk membaca teks cerita, guru hanya memberi kesempatan bagi siswa yang sudah lancar membaca.

Sedangkan siswa yang tidak mampu

membaca disepelekan tidak diberi

kesempatan oleh guru.

(4)

Siti Fatimah, Tri Saptuti Susiani, Rokhmaniyah, Analisis Faktor-Faktor Penghambat Pembelajaran Membaca Permulaan Siswa Kelas 2 SD Negeri Ambalkebrek Kecamatan Ambal, niversitas Sebelas Maret Surakarta, 2022

https://jurnal.uns.ac.id/jkc/article/download/630 55/38801

- Oktadiana (2019) menyebutkan hambatan yang dialami siswa kelas 2 dalam membaca permulaan adalah kesulitan mengeja huruf menjadi suku kata, kesulitan mengeja suku kata menjadi kata, dan kesulitan

membedakan huruf “b” dan “d” serta “p” dan

“q”.

- Windrawati, Solehun dan Gafur (2020) mengemukakan faktor-faktor penghambat pembelajaran membaca berasal dari faktor internal yang berasal dari diri anak yang meliputi faktor fisik, intelektual dan psikologis. Adapun faktor eksternal yang berasal dari luar diri anak mencakup

lingkungan keluarga dan sekolah. Selain itu, Astia (2020) menyebutkan faktor yang menjadi penghambat pembelajaran membaca permulaan berasal dari faktor internal (faktor dari siswa) dan faktor eksternal (dari

lingkungan siswa). Bersumber dari paparan di atas didapati bahwa terdapat faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam

pembelajaran membaca permulaan yang berasal dari faktor internal (dari siswa) dan faktor eksternal (lingkungan siswa).

HASIL WAWANCARA (Guru, Kepala Sekolah, Pengawas dan Pakar Pendidikan) 1. Kurangnya siswa dalam mengenal huruf

ALFABET

2. Siswa masih mengeja kata dalam kalimat sehingga siswa malas dalam membaca teks cerita pendek

3. Siswa kurang tertarik judul dan isi teks cerita pendek.

4. Siswa tidak tahu membaca

5. Siswa tidak ada motifasi untuk belajar membaca

6. Sudut baca tidak di manfaatkan dengan baik oleh siswa.

7. Siswa bosan membaca

8. Kemampuan membaca siswa masih kurang 9. Belum tersedianya bahan bacaan yang sesuai

dengan keinginan siswa.

10. Kurangnya kunjungan siswa dalam perpustakaan

11. Siswa kurang tertarik dengan teks cerita yang diberikan guru

12. Kurangnya persediaan bahan ajar (Buku Siswa).

(5)

3 Masalah yang telah diidentifikasi

Ada beberapa siswa yang belum bisa menjawab pertanyaan baik secara lisan maupun tertulis dalam bentuk soal HOTS (High Order Thinking Skills).

Sumber Kajian Literatur Jurnal Harian

Arie Purwa Kusuma, Syita Fatih 'Adna, Analisis Kesulitan Siswa dalam

Menyelesaikan Soal HOTS (High Order Thinking Skills), Universitas Pekalongan Indonesia, 2021

openjournal.unpam.ac.id/index.php/jsmu/article/

view/8674

Analisis Kesulitan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Higher Order Thinking Skill (Hots) 1) Kurangnya pemahaman konsep yang digunakan dalam perhitungan,

2) tidak mampu memahami soal berupa narasi, 3) salah mendeskripsikan pertanyaan dari soal, 4) kurangnya berlatih dalam menyelesaikan soal sistem persamaan linier dua variable.

Lailatun Najahah, Mochammad Ahied, Irsad Rosidi, Fatimatul Munawaroh, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesalahan yang Dilakukan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Hots, 2022

https://journal.trunojoyo.ac.id/nser/article/view/

8387

Faktor yang mempengaruhi Kesalahan yang Dilakukan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Hots yaitu : kesalahan membaca (reading errors), kesalahan memahami

(comprehension errors), kesalahan penulisan rumus (transformation errors), kesalahan keterampilan proses (process skill errors), dan kesalahan penentuan jawaban akhir (encoding error). Faktor yang mempengaruhi kesalahan siswa adala tidak paham konsep, kesalahan proses berpikir, lupa, kurang teliti, tidak mengetahui rumus dan langkah

penyelesaian soal, dan pengaruh dari kesalahan pada tahapan sebelumnya.

HASIL WAWANCARA (Guru, Kepala Sekolah, Pengawas dan Pakar Pendidikan)

1. Siswa kurang memahami pertanyaan guru 2. Siswa kurang berkosentrasi sehingga tidak

mampu menjawab pertanyaan dalam bentuk HOTS (High Order Thinking Skills).

3. Kurangnya kemampuan siswa dalam memberikan jawaban secara lisan.

4. Kurangnya kemampuan bernalar siswa dalam soal HOTS (High Order Thinking Skills).

5. Kurangnya minat siswa dalam menjawab pertanyaan guru

6. Rendahnya kosentrasi siswa dalam menyelesaikan soal HOTS (High Order Thinking Skills).

7. Ketidaktahuan siswa dalam menyelesaikan soal HOTS (High Order Thinking Skills).

8. Siswa tidak terbiasa dalam menyelesaikan soal HOTS (High Order Thinking Skills).

1. Siswa tidak mengerti mengerjakan soal HOTS (High Order Thinking Skills).

2. Kurangnya kemampuan bernalar siswa dalam soal HOTS (High Order

Thinking Skills).

Dari hasil akar penyebab masalah maka analisis akar penyebab masalah yang di simpulkan adalah soal yang diberikan kurang jelas.

Soal yang diberikan terasa sulit dikerjakan.

Guru tidak mengerti cara membuat soal HOTS.

Siswa tidak tau bagaimana menjawab soal HOTS, tidak ada kemauan untuk belajar.

Siswa tidak

mendengarkan dengan baik penjelasan guru tentang materi sehingga siswa kesulitan dalam menjawab soal HOTS.

(6)

9. Siswa malas mengerjakan soal HOTS (High Order Thinking Skills).

10. Siswa tidak memahami materi sehingga siswa tidak dapat menjawab pertanyaan guru dalam bentuk soal HOTS (High Order Thinking Skills).

11. Siswa tidak mengerti untuk mengerjakan soal HOTS (High Order Thinking Skills).

12. Guru tidak menjelaskan bagaimana cara mengerjakan soal dalam bentuk HOTS (High Order Thinking Skills) sehingga siswa kebingungan dalam mengerjakan soal HOTS (High Order Thinking Skills).

4 Masalah yang telah diidentifikasi

Kurangnya kemampuan beberapa siswa dalam memberikan pendapat tentang teks bacaan baik secara lisan maupun tulisan.

Sumber Kajian Literatur-- Jurnal Ilmiah

❖ Ginting, Kelara Br, Analisis Penyebab Siswa Tidak Mampu Mengajukan Pendapat Di Kelas Iv di Sd Masehi No.4 Kabanjahe. Skripsi Thesis, Universitas Quality, 2019

http://portaluniversitasquality.ac.id:55555/id/epr int/407

Termasuk kategori yang sangat buruk dalam percaya diri dalam mengajukan pendapat, kurangberani bertanya dan mengajukan pendapat, kurangnya menguasai materi,

kurangnya dalam memiliki motivasi, kurangnya usaha guru dalam memotivasi, kurangnya keterlibatan dalam kegiatan belajar mengajar, kurang mampu dalam berbicara, kurangnya konsentrasi.

❖ Eggi G. Ginanjar1 , Bambang Darmawan2 , Sriyono3, Universitas Pendidikan Indonesia Jl.

Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung, 2019 ejournal.upi.edu/index.php/jmee/article/downl oad/21797/10713

- keberanian memberikan tanggapan, pemahaman peserta didik,

- keberanian menjawab pertanyaan, - kemampuan menjelaskan,

- kemampuan menyimpulkan, - kepercayaan diri bertanya.

HASIL WAWANCARA (Guru, Kepala Sekolah, Pengawas dan Pakar Pendidikan)

1. Siswa malu memberi pendapat 2. Siswa masih belum mengerti cara

berpendapat

3. Tidak terbiasa dalam mengungkapkan pendapat

4. Siswa tidak percaya diri dalam memberikan pendapat

5. Tidak ada motifasi dalam siswa untuk memberi pendapat

6. Faktor lingkungan keluarga yang tidak memberi ruang untuk siswa berpendapat 7. Siswa takut dengan guru dan merasa ada

tekanan.

8. Kurangnya kemauan siswa dalam memberi tanggapan

1. Kurangnya pemahaman siswa dalam memberi pendapat tentang teks bacaan.

2. Kurangnya kepercayaan diri siswa memberikan pendapat tentang teks bacaan

Dari hasil akar penyebab masalah maka analisis akar penyebab masalah yang di simpulkan adalah siswa tidak mendengarkan dan membaca teks bacaan yang diberikan guru.

Siswa yang takut kepada guru tidak berani memberi tanggapan karena takut salah dan takut di marahi.

Siswa yang tidak fasi dalam berbicara Bahasa Indonesia dan cenderung pemalu.

(7)

9. Siswa tidak lancar membaca sehingga tidak memahami teks bacaan yang akan

ditanggapi atau memberi pendapat.

10. Siswa takut salah memberi pendapat sehingga mengurangi kemampuan siswa dalam memberi pendapat

11. Kurangnya pemahaman siswa dalam teks bacaan.

12. Siswa bosan dengan teks bacaan sehingga tidak mau memberi pendapat baik secara lisan atau tulisan.

5 Masalah yang telah diidentifikasi

Guru belum maksimal menggunakan media teknologi dalam kegiatan proses pembelajaran Sumber Kajian Literatur

Jurnal Ilmiah

Syahrial, Guru belum maksimal dalam

menggunakan Teknologi Untuk Pembelajaran, Guru Madya, 2023

https://www.kompasiana.com/syahrialsyahri…

Ada beberapa faktor yang dapat menjadi penyebabnya:

1. Keterbatasan akses dan fasilitas teknologi.

2. Kurangnya pelatihan dan dukungan.

3. Kebijakan sekolah dan kurikulum yang konservatif.

4. Keterbatasan waktu.

5. Kurangnya minat guru

Bastudin, M.Pd, Hambatan Utama Penggunaan TIK dalam Pembelajran,

Pengembang Teknologi Pembelajaran LPMP Provinsi Sumatra Selatan, 2021

https://suyanto.id/hambatan-utama- penggunaan-tik-dalam-pembelajaran-dan- strategi-mengatasinya/

Kendala utama dalam pemanfaatan TIK dalam pembelajaran yang dihadapi guru di sekolah adalah sarana dan prasarana pendukung yang terbatas. Sarana dan prasarana yang dimaksud adalah komputer, laptop, dan infokus. Kendala berikutnya yang cukup tinggi mempengaruhi guru memanfaatkan TIK dalam pembelajaran adalah ketersediaan jaringan internet dan sinyal.

Selanjutnya kendala berikutnya adalah ketersediaan listrik. Pengetahuan teknis guru tentang teknologi informasi dan komunikasi yang terbatas menjadi kendala berikutnya dalam pemanfaatan TIK untuk pembelajaran di kelas.

Kemudian, ketakutan dan pertimbangan dampak negatif dari penggunaan alat

berupa handphone (HP) dan laptop di sekolah menjadi kendala guru memanfaatkan TIK dalam pembelajaran di kelas. Atas pertimbangan ketakutan penyalahgunaan alat TIK tersebut, sekolah mengeluarkan kebijakan melarang guru membawa HP ke sekolah. Kendala terkecil penghambat guru memanfaatkan TIK adalah terkait pengelolaan data.

Sri Lestari, pemanfaatan TIK dalam pembelajaran, teknologi Informasi dan komunikasi (TIK), 2015

https://doi.org/10.31800/jtp.kw.v3n2.p121-- 134

1. Kurangnya sarana

penunjang seperti laptop dalam proses pembelajaran 2. Guru tidak terbiasa dengan penggunaan teknologi dalam kegiatan proses

pembelajaran.

- Dari hasil akar penyebab masalah maka analisis akar penyebab masalah yang di simpulkan adalah guru yang tidak memiliki laptop, dan lebih memilih

menggunakan metode ceramah dan tanya jawab dan mengabaikan penggunaan teknologi. Guru yang tidak memiliki data internet.

Jaringan yang tidak menunjang.

(8)

Kendala pemanfaatan TIK oleh guru adalah:

1.tidak adanya akses,

2. tidak adaanya sarana TIK,

3. pembelajaran tidak mengintegrasikan TIK, 4. guru tidak memiliki pengetahuan tentang TIK, dan

5. tidak adanya kemauan guru untuk memanfaatkan TIK.

HASIL WAWANCARA (Guru, Kepala Sekolah, Pengawas dan Pakar Pendidikan)

1. Guru tidak menguasai teknologi

2. Minimnya sarana penunjang seperti laptop dan lain-lain.

3. Belum tersedianya jaringan untuk mengakses internet.

4. Tidak ada motifasi dari guru untuk menggunakan teknologi.

5. Guru tidak terbiasa dengan penggunaan teknologi dalam kegiatan proses

pembelajaran.

6. Faktor umur guru sampai tidak mau menggunakan teknologi.

7. Ketidaktahuan guru dalam menggunakan teknologi

8. Guru merasa ribet kalau harus menggunakan teknologi

9. Guru terbiasa mengajar tidak menggunakan teknologi

10. Faktor Kemalasan dalam penggunaan teknologi

11. Faktor sarana yang tidak mendukung 12. Faktor Usia guru yang sudah tidak mudah

lagi yang membuat guru tidak dapat maksimal menggunakan teknologi 6 Sumber Kajian Literatur

Guru belum maksimal menerapkan model pembelajaran sehingga kurang menarik minat belajar siswa

Jurnal Ilmiah

Wulandari Fransiska, Siti Quratul Ain, Kesulitan guru dalam menerapkan model- model pembelajaran, Universitas Islam Riau, 2022

https://repositori.uir.ac.id/12908/1/186910734.p df

Guru kesulitan mengatur waktu atau

mengoptimalkan pada saat menggunakan model pembelajaran. Hal ini dikarenakan guru belum terbiasa menggunakan model- model pembelajaran dan masih rendahnya pemahaman guru terkait penerapan model- model pembelajaran

Yusriani Yusriani(1*), Muhammad Arsyad(2), Kaharuddin Arafah(3), Kesulitan Guru dalam Mengiplementasikan Model Pembalajaran, Universitas Negeri Makasar, 2019

ojs.unm.ac.id/semnasfisika/article/view/14378 Adapun faktor-faktor penghambat

yakni, membutuhkan biaya yang cukup banyak, guru tidak pernah mendapatkan pelatihan terkait model pembelajaran berbasis proyek, tidak tersedia LKPD berbasis proyek, guru merangkap jabatan, administrasi guru banyak, peserta didik

1. Guru

memilih model pembelajaran yang kurang tepat yang tidak sesuai dengan materi teks cerita pendek

2. Guru kurang memahami Langkah- langkah model pembelajaran yang

diterapkan

Dari hasil akar penyebab masalah maka analisis akar penyebab masalah yang di simpulkan adalah guru tidak fokus dalam pemberian materi.

Guru merasa ribet dalam penggunaan teknologi seperti laptop dan proyektor.

Guru lebih cenderung terbiasa menjelaskan dengan tidak

menggunakan teknologi. Guru menggunakan model pembelajaran tanpa adanya alat peraga yang menunjang.

(9)

tidak mandiri, dan penilaian menghabiskan banyak waktu

HASIL WAWANCARA (Guru, Kepala Sekolah, Pengawas dan Pakar Pendidikan) 1. Tidak menguasai materi

2. Guru tidak tahu Langkah-langkah dari model pembelajaran yang sudah dipilih dan

diterapkan.

3. Guru tidak fokus dalam proses pembelajaran 4. Guru tidak menguasai model pembelajaran 5. Guru tidak siap dalam proses pembelajaran 6. Guru hanya monoton menjelaskan

7. Tidak tepat dalam pemilihan model pembelajaran

8. Kurangnya kosentrasi guru dalam pembelajaran

9. Faktor banyaknya siswa di dalam kelas membuat proses pembelajaran dengan model yang di gunakan menjadi sulit diterapkan.

10. Situasi dan kondisi di dalam kelas yang membuat model pembelajaran yang sudah disiapkan kurang maksimal.

11. Tidak ada alat peraga yang mendukung 12. Guru memilih model pembelajaran yang

tidak tepat yang tidak ada kaitannya dengan materi.

Referensi

Dokumen terkait

Penyampaian guru terhadap materi tidak membuat siswa paham sehingga materi jadi tidak teratasi merupakan penyebab utama hubungan komunikasi antar guru dan peserta didik terkait

Konsep awal / pemahaman dasar guru yang rendah tentang asessmen serta fakta yang ditemukan sehingga produktivitas yang diperoleh siswa disekolah tersebut sangat sedikit pembelajaran

Maka dapat di ambil kesimpulan bahwa Penyebab Siswa kurang memahami bacaan dan belum lancar membaca serta guru belum menggunakan metode yang tepat adalah siswa belum lancar membaca jadi

Penggunaan media yang kurang tepat Berdasarkan hasil analisis,ditentukan bahwa akar penyebab utama masalah tersebut adalah “Kurangnya perhatian dari orang tua dan guru dalam

Teman Sejawat : minimnya usaha guru dalam mengulang pembelajaran yang sudah diajarkan Dari hasil kajian literatur dan hasil wawancara yang didapat serta dikonfirmasi melalui observasi

Peserta didik memiliki perbendaraan kata yang minim, penalaran yang lemah sehingga ide yang sudah ada di pikirannya tidak dapat menghasilkan teks berita yang padu... 4 Guru tidak

Guru jarang menggunakan media pembelajaran karena masih proses memilih menyesuaikan materi pembelajaran maupun membuat media sederhana yang membutuhkan waktu yang sedikit lama, media

Guru belum melaksanakan metode pembelajaran yang menarik Guru belum menerapkan metode pembelajaran yang inovatif Setelah ditentukan akar penyebab masalah, maka dapat