Nama : Aan Asep Saepudin
No UKG : 201500941615
Asal Institusi : SMAN 5 Pandeglang
LPTK : Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka
Siklus : 2
Petunjuk: Pada langkah ini, Anda akan melakukan eksplorasi penyebab-penyebab masalah yang telah diidentifikasi sebelumnya. Gunakan petunjuk berikut untuk membantu Anda dalam eksplorasi penyebab masalah:
1. Kajian Literatur
Lakukan pencarian literatur terkait masalah yang diidentifikasi.
Baca artikel, jurnal, buku, atau sumber informasi lain yang relevan dengan topik masalah.
Identifikasi faktor-faktor yang dikaitkan dengan masalah tersebut berdasarkan temuan dalam literatur.
2. Wawancara dengan Guru/Kepala Sekolah/Pengawas Sekolah/Rekan Sejawat di Sekolah:
Ajukan pertanyaan kepada guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, atau rekan sejawat yang memiliki pengalaman terkait masalah yang diidentifikasi.
Tanyakan pengalaman, pandangan, dan pemikiran mereka mengenai penyebab masalah tersebut.
Catat informasi yang diperoleh dari wawancara sebagai referensi untuk menganalisis penyebab masalah.
3. Wawancara dengan Pakar dan Pihak Terkait Lainnya:
Carilah pakar atau pihak terkait lainnya yang memiliki keahlian atau pengalaman dalam masalah yang diidentifikasi.
Lakukan wawancara dengan pakar tersebut untuk mendapatkan wawasan dan pemahaman lebih mendalam tentang penyebab masalah.
Tanyakan saran atau rekomendasi mereka mengenai langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengatasi masalah tersebut.
Mintalah masukan, arahan, dan saran dari mereka untuk membantu Anda menganalisis penyebab masalah secara lebih mendalam.
Setelah Anda mengumpulkan informasi dari langkah-langkah di atas, Anda dapat menggunakan data yang terkumpul sebagai dasar untuk menganalisis dan mengidentifikasi penyebab masalah yang lebih spesifik. Selanjutnya, langkah selanjutnya adalah merencanakan strategi dan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut.
Tabel Hasil Eksplorasi Penyebab Masalah
No. Masalah yang
Diidentifikasi Hasil eksplorasi penyebab
masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah 1
Sebagian siswa belum terlibataktif dalam aktivitas pembelajaran kelompok
Faktor Penyebab:
1. Siswa tidak tertarik pada media belajar yang digunakan guru.
2. Rendahnya motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran Matematika
3. Readiness (kesiapan siswa) dalam belajar belum tercapai Hasil kajian Literatur:
Rismawati dan Khairiati
(2020). Hasil analisis faktor ditemukan 6 faktor yang
Setelah dilakukan analisis terhadap hasil kajian literatur dapat diketahui bahwa penyebab masalah siswa terlibat aktif yang rendah adalah:
1. Rendahnya motivasi siswa untuk mengikuti pelajaran
pembelajaran Matematika
mempengaruhi rendahnya motivasi belajar siswa yang diberi nama faktor sarana belajar, faktor minat, faktor perhatian, faktor kemampuan diri, fakor teman sebaya, dan faktor kesehatan dengan persentase varians 66,985%. Faktor paling dominan yang mempengaruhi rendahnya motivasi belajar siswa yaitu faktor sarana belajar dengan persentase varians 20,914%.
Rismawati dan Khairiati (2020). ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA.
J-PiMat: Jurnal Pendidikan Matematika 2(2):203-212 https://doi.org/10.31932/j- pimat.v2i2.860
Widyadari, (2019). Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa:
1. Penerapan metode pembelajaran diferensiasi progresif berbantuan LKS dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dari kurang aktif pada refleksi awal menjadi aktif pada akhir siklus II.
2. Penerapan metode pembelajaran diferensiasi progresif berbantuan LKS dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas X MIPA 3 SMA Taman Rama Denpasar, dimana rata-rata kelas meningkat sebesar 1,54 daya serap peserta didik meningkat sebesar 15,4% dan ketuntasan belajar secara klasikal meningkat sebesar 65,7% dari hasil belajar refleksi awal
Widyadari, (2019). PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN DIFERENSIASI PROGRESIF BERBANTUAN LKS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X MIPA 3 SMA TAMAN RAMA DENPASAR TAHUN
PELAJARAN 2019/2020. Widyadari:
2. Siswa tidak tertarik pada media belajar yang digunakan guru.
Jurnal Pendidikan
https://ojs.mahadewa.ac.id/index.p hp/widyadari/article/view/499
Menurut Putri & Firmansyah (2019), keaktifan siswa dalam pembelajaran sangatlah penting dan harus dikembangkan oleh guru di setiap pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran keterlibatan siswa secara langsung akan memiliki
keaktifan belajar yang tinggi.
Keaktifan siswa dalam belajar tidak hanya mendengar ataupun sekedar memahami materi tetapi siswa akan terlibat langsung seperti menjelaskan tugas didepan yang diberi oleh guru ataupun berusaha memecahkan permasalahannya dengan mencari berbagai informasi.
Putri, N. Y., & Firmansyah, D.
(2020). Hubungan keaktifan belajar siswa terhadap prestasi belajar. Prosiding Sesiomadika, 2(1a).
https://journal.unsika.ac.id/ind ex.php/sesiomadika/
article/view/2327.
Menurut Ratmi dalam Trimuah (2016),
menyebutkan bahwa keaktifan belajar siswa
mempunyai ciri yaitu:
1) keinginan dan keberanian;
menampilkan perasaan.
2) keinginan dan keberanian
serta kesempatan
berprestasi dalam kegiatan baik persiapan, proses dan kelanjutan belajar.
3) penampilan berbagai usaha dan kreativitas belajar mengajar dalam menjalani dan menyelesaikan kegiatan belajar mengajar sampai mencapai keberhasilannya.
4) kebebasan dan kekeluasaan
melakukan hal tersebut di
atas tanpatekanan guru
atau pihak lain.
Muah, T. (2016). Penggunaan Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 9B Semester Gasal Tahun Pelajaran 2014/2015 SMP Negeri 2 Tuntang-Semarang.
Scholaria: Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 6(1), 41-53.
https://doi.org/10.24246/j.sch olaria.2016.v6.i1.p41-
53
Sapbrina (2021). Hasil analisis SEM menunjukkan minat belajar berpengaruh signifikan terhadap aktivitas belajar, Minat belajar berpengaruh signifikan terhadap kesiapan belajar,
Motivasi belajar berpengaruh signifikan terhadap aktivitas belajar,
Motivasi belajar berpengaruh signifikan terhadap kesiapan belajar.
Sapbrina (2021)
PENGARUH MINAT DAN MOTIVASI TERHADAP AKTIVITAS DAN KESIAPAN BELAJAR FISIKA SISWA SMAN 1 SUKOMORO. ORBITA: Jurnal Kajian, Innovasi dan aplikasi pendidikan Fisika. Universitas Muhammadiyah Mataramhttps://doi.org/10.31764/orbita.v7i1.4405
Hasil Wawancara :
Hasil wawancara dengan teman sejawat mengenai pembelajaran blended learning yang dapat meningkatkan motivasi siswa dalam berprestasi.
Sumber guru mata pelajaran Bahasa Inggris (Endang S.,M.Pd)
Dilihat dari beberapa faktor yang timbul pada saat pembelajaran, ada faktor dari guru maupun faktor dari siswa. Ketika faktor yang timbul dari guru maka tugas guru haruslah
memperbaiki metode
pembelajaran yang
mengintegrasikan teknologi, melakukan diferensiasi konten, diperensiasi proses dan produk.
Dimana dengan memperbaiki metode pembelajaran dan melakuan berbagai diferensiasi tersebut akan memicu siswa untuk menyukai mata pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan motivasi siswa dalam berprestasi.
Sumber Guru TIK ( Bapak Ratim, S.Pd)
Pembelajaran blended learning yang dilaksanakan di sekolah menggunakan aplikasi Schoolgy dan Moodle, namun terdapat kendala yang dialami baik oleh siswa maupun guru karena minimnya pengetahuan dalam penggunaan aplikasi tersebut.
Sehingga perlu diadakannya suatu pelatihan dalam upaya untuk mengembangkan pengetahuan guru dalam penggunaan aplikasi tersebut 2
Siswa belum terbiasaditerapkannya model
pembelajaran model PBL yang berdiferensiasi.
Faktor Penyebab:
1. Sebagaian siswa kemampuan awal memahami ukuran penyebaran data masih rendah
2. Tingkat dan kecepatan berpikir siswa dan aspek- aspek lain yang heterogen.
3. Sebagian siswa tidak terbiasa menyelesaikan soal pemecahan masalah yang berkaitan dengan ukuran pemusatan data.
4.
Model pembelajaran yang inovatif, efektif dan efisien belum dijalankan secaramaksimal.
Hasil kajian Literatur
Khairuni Sirait, dkk (2021). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa subjek dalam penelitian ini belum memahami materi statistika khususnya mengenai ukuran pemusatan dan penyebaran data dengan baik. Dalam menyelesaikan soal masih ada siswa yang
Setelah dilakukan analisis terhadap hasil kajian literatur dapat diketahui bahwa penyebab masalah belum terbiasa
diterapkannya model pembelajaran model PBL yang
berdiferensiasi adalah:
1. Sebagaian siswa kemampuan awal/Materi Prasyarat ukuran penyebaran data masih rendah 2. Sebagian siswa
tidak terbiasa menyelesaikan soal pemecahan masalah yang berkaitan dengan ukuran
penyebaran data.
melakukan kesalahan-kesalahan.
Khairuni Sirait, dkk (2021).
ANALISIS KESALAHAN SISWA SMA DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN STATISTIKA. Articel:
https://www.researchgate.net/profi le/Cindy-Simanullang-
2/publication/355059367
Hasibuan, M., Minarti, A., &
Amry, Z. (2022).
Terdapat pengaruh kemampuan awal matematis terhadap kemampuan penalaran matematis siswa. Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai sig KAM sebesar 0,000, hal ini berarti ditolak dan diterima dan besar pengaruhnya sebesar 0,603 (60,3%), kemudian terdapat pengaruh kemampuan awal matematis terhadap disposisi matematis siswa. Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai sig KAM sebesar 0,000, hal ini berarti ditolak dan diterima dan besar pengaruhnya sebesar 0,758 (75,8%), selanjutnya terdapat pengaruh model pembelajaran (Project Based Learning dan Problem Based Learning) terhadap kemampuan penalaran matematis siswa. Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai sig model sebesar 0,002, hal ini berarti ditolak dan diterima dan besar pengaruhnya sebesar 0,603 (60,3%) dan terdapat pengaruh model pembelajaran (Project Based Learning dan Problem Based Learning) terhadap disposisi matematis siswa. Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai sig model sebesar 0,007, hal ini berarti ditolak dan diterima dan besar pengaruhnya sebesar 0,120 (12%).
Hasibuan, M., Minarti, A., &
Amry, Z. (2022). Pengaruh
Kemampuan Awal Matematis dan Model Pembelajaran (PjBL dan PBL) Terhadap Kemampuan Penalaran Matematis dan Disposisi Matematis Siswa. Jurnal Cendekia : Jurnal Pendidikan Matematika, 6(2), 2298- 2317.
https://doi.org/10.31004/cendekia .v6i2.1487
Retnaning Tyas (2017)
Hambatan yang dialami guru pada tahap perencanaan adalah sulitnya menentukan masalah yang tepat sehingga mampu menstimulus suasana diskusi yang baik dan
mampu menstimulus
perkembangan intelektual siswa.
Hambatan waktu yang lama dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran disebabkan karena guru belum terbiasa dengan pembelajaran PBL. Secara khusus pada pelaksanaan, hambatan yang dialami guru dalam implementasi setiap tahap PBL terletak pada tahap ketiga, ketika membantu investigasi mandiri dan kelompok.
Guru tidak mudah dalam memposisikan diri sebagai fasilitator, membimbing, menggali pemahaman yang lebih dalam, mendukung inisiatif siswa. Faktor kemampuan awal siswa, tingkat dan kecepatan berpikir dan aspek- aspek lain yang heterogen membuat guru perlu terus melatih kepekaan agar mampu menempatkan dirinya pada posisi yang tepat agar proses inkuiri berjalan dengan baik.
Retnaning Tyas (2017)
KESULITAN PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA.
Jurnal: Tecnoscienza Vol.2 Universitas Kahuripan Kediri
https://ejournal.kahuripan.ac.id/in dex.php/TECNOSCIENZA/article/d ownload/26/20
Nurhalimah, N., & Meilinda, M.
(2023).
Model PBL dengan strategi berdiferensiasi dapat meningkatkan keaktifan peserta didik. Penelitian ini
dapat dimanfaatkan sebagai rujukan bagi pendidik dalam meningkatkan keaktifan peserta didik di kelas.
Nurhalimah, N., & Meilinda, M.
(2023). Upaya Peningkatan Keaktifan Belajar Peserta Didik Menggunakan Model Problem Based Learning (PBL) dengan Strategi Berdiferensiasi . Ideguru: Jurnal Karya Ilmiah Guru, 8(3), 563-568.
https://doi.org/10.51169/ideguru.
v8i3.624
3 Siswa belum memahami karakteristik soal HOTS dan penerapannya.
Faktor penyebab :
1. Siswa tidak mengerti perintah soal.
2. Siswa terbiasa mengerjakan soal pada level MOTS dan LOTS Hasil kajian Literatur :
Menurut Hidayati dalam Rapih &
Sutaryadi (2018)
Kendala pengimplementasian HOTS dalam kegiatan pembelajaran mayoritas pada kegiatan merancang evaluasi. Evaluasi yang dapat
mengukur sekaligus
mengembangkan HOTS pada siswa haruslah disusun dengan mengedepankan nilai-nilai dalam HOTS itu sendiri. Selain itu, Gurupun ternyata juga mengalami kesulitan dalam mengajarkan bagaimana cara menyelesaikan masalah dengan baik.
Rapih, S., & Sutaryadi, S. (2018).
Perspektif guru sekolah dasar terhadap Higher Order Tinking Skills (HOTS): pemahaman, penerapan dan hambatan. Premiere Educandum: Jurnal Pendidikan Dasar dan Pembelajaran, 8(1), 78- 87.
http://ejournal.unipma.ac.id/index .php/PE/article/view/2560
Berdasarkan
identifikasi masalah dan kajian literasi dapat diketahui penyebab masalah adalah:
1. Siswa tidak mengerti perintah soal.
2. Siswa tidak terbiasa berfikir kritis untuk memehami konsep matematika yang abstrak.
Lucy Asri Purwasi dan Nur Fitriyana (2020)
Hasil penilaian keefektifan melalui tes HOTS menunjukkan persentase ketuntasan secara klasikal sebesar 86,7% dan respon siswa menunjukkan respon positif terhadap LKPD. Hasil penilaian tes menunjukkan rata-rata pretes diperoleh 30,76, sedangkan postes diperoleh 74,09. Artinya, terdapat peningkatan rata-rata nilai kemampuan berpikir tingkat tinggi dari pretes ke postes dalam ujicoba lapangan.
Lucy Asri Purwasi dan Nur Fitriyana (2020) PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD) BERBASIS HIGHER ORDER THINKING SKILL (HOTS). AKSIOMA:
Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika.
https://doi.org/10.24127/ajpm.v9i 4.3172
Qodriyah, dkk (2023).
Kemampuan ICT yang diukur dalam asesmen matematika SMA berbasis HOTS meliputi kemampuan analitis, kreatif, dan evaluatif untuk membantu guru dan siswa dalam meningkatkan pemahaman tentang konsep matematika, meningkatkan keterampilan berpikir kritis, memfasilitasi pembelajaran yang lebih interaktif, partisipatif dan mengevaluasi kemajuan siswa serta memberikan umpan balik yang lebih efektif. Namun, ada beberapa tantangan dalam penggunaan ICT dalam asesmen matematika berbasis HOTS, seperti masalah aksesibilitas dan kesenjangan digital antara siswa.
Oleh karena itu, diperlukan strategi yang tepat untuk mengatasi tantangan tersebut agar penggunaan ICT dalam asesmen matematika dapat memberikan manfaat yang optimal bagi pembelajaran matematika SMA berbasis HOTS.
Qodriyah, A., Sari, A. ., Agustin, E. L. ., Fauzah, M. ., & Pramesti, S. L. D. . (2023). Analisis ICT pada Assessment Matematika SMA berbasis HOTS: ICT. SANTIKA : Seminar Nasional Tadris
Matematika, 3, 57–68. Retrieved from
https://proceeding.uingusdur.ac.id /index.php/santika/article/view/1 325
Hasil Wawancara:
Beberapa faktor penyebab materi pembelajaran yang disampaikan belum berorientasi pada keterampilan tingkat tinggi atau HOTS menurut pendapat dari Rekan Sejawatsebagai berikut:
Rizka, S.Pd (Guru Fisika)
1. Daya nalar peserta didik terhadap pemahaman materi masih belum mampu menerima sepenuhnya
2. Keterbatasan kemampuan guru dalam memahami prosedur pembelajaran berorientasi HOTS
4 Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam Assesmen penilaian belum dilakukan.
Faktor penyebab :
1. Kurang persiapan awal
membuat platform
penilaian/asesmen.
2. Kesulitan merancang penilaian berbasis TIK
3. Kreatifitas guru penggunan TIK dalam penilaian/asesmen kurang maksimal.
Hasil kajian Literatur
Siahaan, (2015)
Permasalahan ini bisa juga dilihat dari sisi guru, dengan kendalanya sebagai berikut:
1. Keterbatasan bidang akses.
2. Keengganan untuk melakukan
perubahan dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran.
3. Keterbatasan waktu pemanfaatan TIK dalam pembelajaran.
4. Keterbatasan dukungan teknis
https://jurnalteknodik.kemdikb ud.go.id/index.php/jurnalteknod ik/article/view/173/171
Febriani (2023). Penggunaan situs google form dapat memudahkan guru dan peserta didik dalam menerapkan asesmen sumatif literasi. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan situs google form dinilai efektif untuk menerapkan asesmen sumatif literasi di SMA N 5 Surakarta.
Berdasarkan
identifikasi masalah dan kajian literasi dapat diketahui penyebab masalah adalah:
1. Persiapan awal guru membuat platform
penilaian/asesme n belum maksimal 2. Kreatifitas guru
penggunan TIK dalam
penilaian/asesme
n kurang
maksimal.
Febriani (2023). PEMANFAATAN SITUS GOOGLE FORM SEBAGAI
PENERAPAN ASESMEN
KOMPETENSI MINIMUM (AKM) LITERASI DI SMAN 5 SURAKARTA.
Jurnal: Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Bahasa Indonesia.
https://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/snpb i/article/view/13174
Fatmawati, F., Yahya, F., &
Sentaya, I. M. (2023).
Menyampaikan bahwa: kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah memberikan pelatihan dan pendampingan pelaksanaan asesmen pembelajaran berbantuan tik untuk guru-guru pasraman.
Kegiatan terbagi menjadi tiga tahapan utama yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pengetahuan dan keterampilan guru-guru pasraman dalam melaksanakan asesmen pembelajaran berbantuan TIK.
Kegiatan ini mendapat respon positif dari semua guru di pasraman Widya Dharma.
Fatmawati, F., Yahya, F., &
Sentaya, I. M. (2023). PELATIHAN PELAKSANAAN ASESMEN
DIAGNOSTIK, FORMATIF, DAN SUMATIF BERBANTUAN TIK UNTUK GURU-GURU PASRAMAN WIDYA DHARMA SUMBAWA. Jurnal Pendidikan Dan Pengabdian
Masyarakat, 6(3), 154–161.
https://doi.org/10.29303/jppm.v6i 3.5595