• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Keadaan dan Kondisi dalam Pembelajaran PJOK

N/A
N/A
Suci Nurul Fadilah

Academic year: 2025

Membagikan "Makalah Keadaan dan Kondisi dalam Pembelajaran PJOK"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

STRATEGI DAN TEKNOLOGI DALAM PEMBELAJARAN PJOK

“Keadaan Dan Kondisi Dalam Pembelajaran Penjas”

Dosen pengampu : Dr. Hendri Neldi, M.Kes.,ALFO

Riffo Satria Hendri M.Pd

Kelompok 1 :

Suci Nurul Fadilah (22086281) M.Aliga Lutfi (22086065) Mhd Andryan Rambe (22086378)

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2024

(2)

i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur bagi Allah SWT, yang telah memberikan kemampuan, kekuatan, serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun pikiran kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah Seminar yang membahas tentang “Keadaan dan Kondisi dalam pembelajaran penjas” tepat pada waktunya. Sholawat dan salam tetaplah kita curahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama yang sempurna.

Dalam penyusunan makalah, kita banyak mendapat tantangan dan hambatan tetapi dengan semangat, dan kerja sama sesama anggota kelompok kami dan berbagai cara, tantangan itu bisa teratasi. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya makalah ini. Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Hendri Neldi,M.Kes.,ALFO dan bapak Riffo Satria Hendri M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah atas pemberian tugas ini, Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan makalah ini. Maka dari itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Padang, 31Oktober 2024

Kelompok 1

(3)

ii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 1

C. Tujuan... 2

BAB II PEMBAHASAN ... 3

A. Definisi Pembelajaran ... 3

B. Pengertian keadaan dan kondisi ... 4

C. Pengertian Pembelajaran Penjas... 5

D. Pengertian keadaan dan kondisi dalam pembelajaran penjas ... 7

E. Faktor-faktor yang mempengaruhi ... 9

BAB III PENUTUP ... 12

A. Kesimpulan ... 12

B. Saran ... 12

DAFTAR PUSTAKA ... 13

(4)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Persoalan yang sangat mendasar dalam pendidikan jasmani bukanlah semata-mata bagaimana proses meningkatkan efektivitas belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan. Di dalam proses pembelajaran penjas juga terkandung beberapa tuntutan perubahan pada domain belajar kognitif, belajar afektif dan belajar psikomotor. Itulah sebabnya penyediaan pengalaman belajar yang mengandung nilai-nilai kependidikan, implimentasi pendekatan dan show pembelajaran yang serasi dengan substansi tugas ajar dan beberapa sumber belajar lainnya perlu di dapatkan oleh seorang calon tenaga pengajar.

Ditinjau dari materi pembelajaran pendidikan jasmani yang dilakukan oleh seorang tenanga pengajar, masalah yang ada dari proses belajar mengajar (PBM) di sekolah yaitu; masih banyak tenaga pengajar yang sering memaksakan peserta didik untuk melakukan aktivitas fisik dan tugas gerak yang di berikan terlalu berat, atau tidak sesuai dengan kemampuan fisik peserta didik.

Hal ini dapat terjadi ketika seorang guru memberikan beban mengajar dalam keyakinan dirinya, sementara banyak peserta didik yang rendah dalam kapasitas dan kapabilitas gerak tubunya, sehingga para peserta didik megalami kesulitan untuk mempraktekan tugas belajar gerak yang diberikan oleh guru penjas tersebut. Keadaan ini di perparah lagi oleh paham dan keyakinan seorang tenaga pengajar yang berpegang teguh bahwa penguasaan keterampilan olahraga merupakan tujuan utama dari pendidikan jasmani.

Dengan kata lain, seorang tenaga pendidik menyamaratakan semua kemampuan gerak siswa, sehingga peserta didik banyak yang mengalami kesulitan dalam menerima dan melakukan pembelajaran atau tugas gerak, bahkan malah membuat peserta didik tersebut merasa bosan serta malas mengikuti proses pembelajaran penjas di sekolahnya. Kemudian, fakta masalah lain adalah kondisi penjas saat ini menunjukkan bahwa masih banyak tenaga pengajar yang ketika membuka pelajaran, menyuruh anak hanya senam dan lari sebagai bentuk pemanasan.

(5)

B. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian sebagaimana dikemukakan di atas, maka makalah ini bermaksud mengkaji masalah diantaranya sebagai berikut:

1. Bagaimana keadaan dalam pembelajaran penjas?

2. Bagaimana kondisi dalam pembelajaran penjas?

3. Bagaimana seorang guru penjas bisa memahami keadaan dan kondisi pada saat pelaksanaan pemebelajaran penjas disekolah?

4. Apa saja Faktor-faktor yang memengaruhi keadaan dan kondisi pembelajaran Penjas disekolah?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui kondisi apa saja yang perlu guru ketahui dalam pembelajaran penjas 2. Untuk mengetahui keadaan apa yang ketahui seorang guru penjas dalam pemebelajaran

berlangsung

3. Untuk Memberikan masukan bagi guru, sekolah, dan pemerintah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Penjas di sekolah.

4. Untuk bahan evaluasi bagi sekolah untuk mengetahui sejauh mana kondisi dan fasilitas yang ada telah mendukung pembelajaran Penjas.

(6)

3 BAB II PEMBAHASAN A. Definisi pembelajaran

Pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidikan dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada siswa. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu siswa agar dapat belajar dengan baik. Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang komplek.

Pembelajaran pada hakikatnya tidak hanya sekedar menyampaikan pesan tetapi juga merupakan aktifitas profesional yang menuntut guru dapat menggunakan keterampilan dasar mengajar secara terpadu serta menciptakan situasi efisien (Mashudi, Toha dkk, 2007 :3).

Oleh karena itu dalam pembelajaran guru perlu menciptakan suasana yang kondusif dan strategi belajar yang menarik minat siswa. Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi kreativitas pengajar, pembelajaran yang memiliki motivasi tinggi motivasi tinggi ditunjang dengan mengajar yang mampu mempasilitasi tersebut akan membawa pada keberhasilan pencapaian target belajar.

Target belajar dapat diukur melalui perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui proses belajar. Desain pembelajaran yang baik, ditunjang fasilitas yang menandai, ditambah dengan kreatifitas guru akan membuat peserta didik lebih mudah mencapai target belajar.

Trianto (2010:17) mengatakan ‟Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan”. Pembelajaran secara simple dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup.

Pembelajaran dalam makna kompleks adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Hardini dan Puspitasari (2012:10).

“Pembelajaran adalah suatu aktivitas yang dengan sengaja untuk memodifikasi berbagai kondisi yang diarahkan untuk tercapainya suatu tujuan, yaitu tercapainya tujuan kurikulum”.

(7)

B. Definisi keadaan dan kondisi 1. Pengertian keadaan

Keadaan merujuk pada situasi atau status yang sedang dialami seseorang atau sesuatu pada waktu tertentu. Keadaan dapat bersifat objektif dan dapat diukur atau diamati.

Contoh Keadaan:

Keadaan Kesehatan: Seseorang mungkin dalam keadaan sehat, sakit, atau mengalami cedera.

Keadaan Cuaca: Cuaca bisa dalam keadaan cerah, hujan, atau berangin.

2. Pengertian kondisi

Kondisi adalah istilah yang sangat umum digunakan dalam berbagai bidang, mulai dari ilmu pengetahuan hingga kehidupan sehari-hari. Secara sederhana, kondisi merujuk pada keadaan atau situasi yang terjadi pada suatu objek, sistem, atau lingkungan pada waktu tertentu. Kondisi ini bisa bersifat sementara atau permanen, dapat diamati secara langsung atau tidak, dan dapat berubah seiring waktu.

Dimensi Kondisi

Untuk memahami kondisi secara lebih mendalam, kita dapat melihatnya dari beberapa dimensi:

➢ Fisik: Berkaitan dengan sifat fisik suatu objek atau sistem. Contoh: ukuran, bentuk, warna, tekstur, suhu, berat, dll.

➢ Fungsional: Berkaitan dengan kemampuan suatu objek atau sistem untuk menjalankan fungsinya. Contoh: mesin yang berfungsi dengan baik atau rusak, perangkat lunak yang berjalan atau error, dll.

➢ Sosial: Berkaitan dengan interaksi antar manusia dalam suatu kelompok atau masyarakat.

Contoh: kondisi ekonomi, politik, budaya, dll.

➢ Lingkungan: Berkaitan dengan keadaan alam sekitar. Contoh: kondisi cuaca, tanah, air, udara, dll.

Konsep kondisi sangat luas dan mendasar. Memahami kondisi suatu objek atau sistem sangat penting dalam berbagai bidang, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam dunia ilmu pengetahuan. Dengan memahami kondisi, kita dapat melakukan analisis, prediksi, dan pengambilan keputusan yang lebih baik.

Ada pengertian kondisi menurut para ahli, sebagai berikut :

a. Ahli Psikologi

Sigmund Freud, seorang ahli psikologi terkenal, mendefinisikan kondisi sebagai hasil interaksi antara kekuatan psikologis bawah sadar dengan lingkungan sekitarnya.

Menurutnya, setiap individu memiliki kondisi emosional dan mental yang berbeda-beda, yang dapat mempengaruhi perilaku dan pikiran mereka.

(8)

5 b. Ahli Kedokteran

Menurut World Health Organization (WHO), kondisi kesehatan adalah setiap keadaan yang mempengaruhi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial individu. Hal ini mencakup penyakit, cedera, dan gangguan kesehatan lainnya. Kondisi kesehatan dapat bersifat akut (satu kali) atau kronis (berlangsung dalam jangka waktu lama).

c. Ahli Sains

Para ilmuwan dalam berbagai disiplin ilmu, termasuk fisika, biologi, dan kimia, menggunakan istilah kondisi untuk merujuk pada berbagai variabel dan faktor yang mempengaruhi hasil eksperimen atau observasi. Kondisi eksperimental harus

dikendalikan dan diamati dengan cermat untuk memastikan validitas dan reliabilitas data yang diperoleh.

C. Pengertian Pembelajaran penjas

Pembelajaran penjaskes merupakan pembelajaran yang melibatkan kondisi Jasmani seseorang dan kesehatan fisik seseorang dimana pembelajaran ini sangat disukai anak-anak khususnya anak-anak di sekolah dasar, dalam pembelajaran ini anak-anak bisa bergerak sebebas- bebasnya sesuai yang diinginkan anak tersebut. Sehingga anak-anak merasa senang dalam pembelajarn tersebut. Di dalam pembelajaran pendidikan jasmani pun terdapat tiga aspek yang sangat penting yaltu psikomotor, afektif dan kognitif. Menurut Safari (2013, him. 8) menyatakan bahwa, Pendidikan jasmani adalah pase dari proses pendidikan keseluruhan yang berhubungan dengan aktivitas berat yang mencakup sistem otot serta hasil belajar dari partisipasi dalam aktivita tersebut. Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan pembentukan watak.

Apabila antara guru dan siswa saling bekerja sama dalam sebuah proses pembelajaran, tentunya akan ada sebuah hasil yang maksimal dari sebuah pembelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa. Berbicara tentang pendidikan jasmani, pendidikan jasmani adalah program

(9)

pendidikan yang memberikan kontribusi terutama melalui pengalaman gerak untuk pertumbuhan dan perkembangan secara utuh dan dilakukan dengan cara- cara yang benar agar memiliki makna bagi anak.

Sedangkan menurut Rosdiani (2012, hlm. 23) pengertian pendidikan jasmani adalah sebagai berikut, Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk mengembangkan dan mengingkatkan individu sera organik, neuromuskuler, perseptual, kognitif, dan emosional, dalam kerangka sistem pendidikan nasional. Pendidikan jasmani diartikan dengan berbagai ungkapan dan kalimat. Namun esensinya sama yang jika disimpulkan bermakna jelas, bahwa pendidikan jasmani memanfaatkan alat fisik untuk mengembangan keutuhan manusia. Dalam kaitan ini diartikan bahwa melalui fisik, aspek mental dan emosional pun turut dikembangkan, bahkan dengan penekanan yang cukup dalam. Berbeda dengan bidang lain, misalnya pendidikan moral, yang penekanannya benar-benar pada perkembangan moral, tetapi aspek fisik tidak turut dikembangkan, baik, langsung maupun secara tidak langsung Karena hasil-hasil kependidikan dari pendidikan Jasmani tidak hanya terbatas pada manfaat penyempurnaan fisik atau tubuh senata, definisi penjas tidak hanya menunjuk pada pengertian tradisional dari aktivitas fisik. Kita harus melihat Istilah pendidikan jasmani pada bidang yang lebih luas dan lebih abstrak, sebagai satu proses pembentukan kualitas pikiran dan juga tubuh. Pendidikan jasmani Ini. karenanya harus menyebabkan perbaikan dalam pikiran dan tubuh yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan harian seseorang. Pendekatan holistik tubuh-jiwa ini termasuk pula penekanan pada ketiga domain kependidikan: kognitif, afektif dan psikomotor.

Pendidikan jasmani memang merupakan dunia anak-anak dan sesuai dengan kebutuhan anak-anak. Di dalamnya anak anak dapat belajar sambil bergembira melalui penyaluran hasratnya untuk bergerak. Semakin terpenuhi kebutuhan akan gerak dalam masa-masa pertumbuhannya, makin besar bagi kualitas pertumbuhan itu sendiri. Pendidikan jasmani yang benar akan memberikan sumbangan yang sangat berarti terhadap pendidikan anak secara keseluruhan. Hasil nyata yang diperoleh dari pendidikan jasmani adalah perkembangan yang lengkap, meliputi aspek fisik, mental, emosi, sosial dan moral. Tidak salah jika para ahli percaya bahwa pendidikan jasmani merupakan wahana yang paling tepat untuk membentuk manusia seutuhnya.

(10)

7

Tujuan umum pendidikan jasmani di sekolah dasar adalah memacu kepada pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental, emosional dan sosial yang selaras dalam upaya membentuk dan mengembangkan kemampuan gerak dasar, menanamkan nilai, sikap dan membiasakan hidup sehat kepada anak. Menurut Lutan, dkk (2001, hlm. 2)

Salah satu tujuan pendidikan jasmani yang menjadi kepedulian guru pendidikan jasmani ialah pemahaman konsep kebugaran jasmani dan aktifitas jasmani untuk mencapai keadaan sehat. Sekolah-sekolah di Indonesia sekarang sudah mulai memperlihatkan tujuan tersebut, antara lain melalui pengamalan praktik pembinaan kebugaran jasmani. Sedangkan tujuan pendidikan jasmani menurut Rosdiani (2012, hlm. 26) ialah,Tujuan pendidikan jasmani yaitu memberikan kesempatan kepada anak untuk mempelajari berbagai kegiatan yang membina sekaligus mengembangkan potensi anak, baik dalam aspek fisik, mental, sosial, emosional dan moral. Singkatnya, pendidikan jasmani bertujuan untuk mengembagkan potensi setiap anak setinggi-tingginya. Melalui kegiatan pendidikan jasmani diharapkan siswa menjadi tumbuh dan berkembang sehat dan segar jasmaninya, serta perkembangan pribadinya secara harmonis.

Dalam hubungannya dengan peningkatan prestasi, pendidikan jasmani berupaya membentuk gerak dasar yang bermanfaat dalam usaha pembibitan olahragawan melalui kegiatan ekstrakurikuler misal olahraga-olahraga yang sangat memasyarakat seperti sepak bola, bola voli dan lain-lain selain murah, meriah dan memasyarakat olahraga-olahraga ini sangat berguna untuk kesehatan tubuh seseorang. Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pendidikan jasmani adalah proses pembelajaran yang dilakukan secara sistematis dan terprogram oleh guru dalam upaya membantu agar potensi dan kemampuan yang dimiliki para siswa dapat berkembang secara utuh baik terkait dengan tiga aspek yang sangat khas pendidikan jasmani di sekolah dasar yaitu aspek kognitif, afektif maupun psikomotor, yaitu dalam upaya mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.

D. Pengertian keadaan dan kondisi dalam pembelajaran penjas

Keadaan merupakan situasi yang sedang terjadi secara keseluruhan dalam proses pembelajaran. Ini mencakup segala sesuatu yang ada di lingkungan pembelajaran, baik yang berhubungan langsung dengan kegiatan jasmani (misalnya, antusiasme siswa, energi atau semangat, dan perilaku di lapangan) maupun hal-hal lain yang mempengaruhi suasana belajar secara umum (misalnya, cuaca, waktu pelaksanaan, fasilitas yang tersedia, dan kondisi lingkungan sekitar). Keadaan ini bisa berubah-ubah tergantung pada hari, waktu, atau situasi

(11)

tertentu saat pelajaran berlangsung.

Sedangkan, kondisi Lebih merujuk pada aspek yang lebih spesifik dan dapat memengaruhi kemampuan siswa untuk mengikuti pembelajaran. Kondisi biasanya mencakup aspek-aspek fisik atau kesiapan individu siswa maupun kelompok, seperti kondisi kesehatan fisik siswa, kesiapan mental, tingkat kebugaran jasmani, dan kesiapan alat serta fasilitas yang tersedia.

Misalnya, jika siswa dalam kondisi kurang fit, mereka mungkin tidak dapat mengikuti aktivitas dengan maksimal.

Secara keseluruhan, guru penjas harus bisa memahami keadaan dan kondisi dalam pembelajaran Penjas sangat penting bagi guru agar dapat mengelola kelas secara efektif. Dengan memperhatikan keadaan dan kondisi siswa, guru bisa menyesuaikan metode, intensitas, dan jenis aktivitas yang dilakukan sehingga semua siswa dapat belajar dengan aman dan maksimal.

Pembelajaran mengandung pengertian, bagaimana para guru mengajarkan sesuatu kepada peserta didik, tetapi disamping itu, juga terjadi peristiwa begaimana peserta didik mempelajarinya. Jadi dalam pembelajaran tersebut terjadi interaksi antara guru dengan siswa, dapat dikatakan guru memberi dan siswa menerima. Dalam belajar mengajar terjadi interaksi guru sebagai subyek pendidikan berusaha pelajaran, sedangkan siswa aktif mengikuti pelajaran sesuai dengan apa yang diajarkan oleh guru. Upaya guru untuk meningkatkan kualitas proses Penjas disekolah tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan, hal ini terlihat dari siswa masih kesulitan dalam memahami konsep tentang bahan materi ajar yang akan disampaikan dan guru- guru masih kesulitan dalam mengembangkan media pembelajaran, banyak guru kurang memahami tentang metode pembelajaran sehingga dalam proses pembelajaran jasmani di sekolah dilaksanakan dalam situasi dan kondisi yang monoton, di sekolah seorang guru hanya menggunakan metode ceramah atau metode tugas, karena mereka hanya mengajar bagaimana materi pembelajaran tersebut dapat selesai, tanpa memikirkan bagaimana pembelajaran itu bermakna dan dapat diaplikasikan oleh siswa dalam kesehariannya.

Maka dari itu guru Penjas perlu memodifikasi pembelajaran agar siswa siswi di sekolah tidak bosan dalam menerima pembelajarannya. Memodifikasi pembelajaran Penjas penting untuk dikuasai oleh para guru Penjas agar pembelajaran Penjas dapat disesuaikan dengan kemampuan siswa. Dalam penyelenggaran prinsip Penjas hendaknya mencerminkan karakteristik program Penjas itu sendiri, (Bredekamp, 1987) “ developmentally appropriate practice“ (DAP). Artinya bahwa tugas ajar yang disampaikan harus memperhatikan perubahan kemampuan atau kondisi anak, dan dapat membantu mendorong ke arah perubahan tersebut.

Dengan demikian tugas ajar tersebut harus sesuai dengan tingkat perkembangan dan tingkat kematangan anak didik yang diajarnya. Perkembangan atau kematangan yang dimaksud mencakup fisik, psikis maupun keterampilannya. Tugas ajar itu mampu mengakomodasi setiap perubahan dan perbedaan karakteristik individu dan mendorongnya kearah perubahan yang lebih baik.

Keadaan dan kondisi pada saat pelajaran pendidikan jasmani (penjas) dapat bervariasi, namun beberapa aspek umum meliputi:

1. Lingkungan fisik: Biasanya berlangsung di luar ruangan seperti lapangan atau di dalam ruangan seperti gimnasium, tergantung pada fasilitas sekolah dan cuaca.

2. Peralatan: Penggunaan berbagai alat olahraga seperti bola, matras, atau peralatan

(12)

9

3. Pakaian: Siswa umumnya mengenakan pakaian olahraga yang nyaman dan sesuai untuk aktivitas fisik.

4. Struktur kelas: Terdiri dari pemanasan, aktivitas inti, dan pendinginan.

5. Interaksi: Melibatkan komunikasi aktif antara guru dan siswa, serta interaksi antar siswa dalam kegiatan kelompok atau tim.

6. Intensitas: Bervariasi dari rendah hingga tinggi, tergantung pada jenis aktivitas dan tingkat kebugaran siswa.

7. Keamanan: Perhatian khusus diberikan pada aspek keselamatan untuk mencegah cedera.

8. Inklusi: Upaya untuk mengakomodasi siswa dengan berbagai tingkat kemampuan dan kebutuhan khusus.

9. Evaluasi: Penilaian kinerja dan perkembangan siswa selama pelajaran.

10. Tantangan: Mungkin mencakup keterbatasan waktu, variasi kemampuan siswa, atau keterbatasan sumber daya.

E. Faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan dan kondisi dalam pemebelajaran penjas 1. Fasilitas dan Peralatan Olahraga

Fasilitas yang lengkap dan peralatan yang memadai sangat penting dalam pembelajaran Penjas. Fasilitas yang baik (seperti lapangan olahraga, ruang ganti, dan peralatan olahraga yang beragam) memungkinkan siswa untuk berlatih dengan lebih nyaman dan aman, serta meningkatkan motivasi dan antusiasme mereka dalam berpartisipasi.

Kurangnya fasilitas dan peralatan dapat membatasi aktivitas yang bisa dilakukan dan mengurangi kualitas pembelajaran.

2. Lingkungan Sekolah

Lingkungan yang aman, bersih, dan nyaman mendukung suasana belajar yang positif.

Lingkungan yang ramah dan mendukung (seperti ruang terbuka hijau dan area bermain) dapat membuat siswa lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran Penjas. Sebaliknya, lingkungan yang kurang mendukung atau berisiko (seperti area dengan banyak

kendaraan atau kebisingan) bisa mengganggu fokus dan membahayakan keselamatan siswa.

3. Cuaca dan Iklim

Cuaca dan iklim sangat memengaruhi kondisi fisik siswa dan efektivitas kegiatan di luar ruangan. Misalnya, cuaca panas terik atau hujan deras dapat menghambat pelaksanaan pembelajaran Penjas di luar ruangan dan mungkin mengharuskan guru untuk menyesuaikan atau memindahkan kegiatan ke dalam ruangan. Memahami

(13)

kondisi cuaca dan iklim lokal membantu guru mempersiapkan alternatif aktivitas yang aman.

4. Jumlah Siswa dalam Kelas

Jumlah siswa yang besar dalam satu kelas dapat menjadi tantangan bagi guru untuk memberikan perhatian dan instruksi yang cukup kepada masing-masing siswa, terutama dalam kegiatan yang melibatkan keterampilan fisik atau latihan individual. Dengan jumlah siswa yang lebih sedikit, guru bisa lebih fokus dan memberikan umpan balik yang lebih personal, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung lebih efektif.

5. Kualifikasi dan Kompetensi Guru

Kualifikasi dan kompetensi guru Penjas memainkan peran utama dalam keberhasilan pembelajaran. Guru yang terampil dan berkompeten dapat menciptakan pembelajaran yang kreatif, aman, dan menarik bagi siswa. Mereka juga lebih mampu mengatasi tantangan, seperti keterbatasan fasilitas atau cuaca yang kurang mendukung, dengan menyesuaikan metode atau aktivitas.

Berikut ada Tantangan dan strategi untuk meningkatkan keadaan kondisi pemebelajaran serta dalam pelaksanaan pembelajaran penjas:

a. Tantangan

1. Keterbatasan waktu dan jadwal

Jadwal yang padat dan waktu pelajaran yang terbatas bisa menjadi tantangan bagi pembelajaran Penjas. Dengan waktu yang terbatas, guru perlu menyusun aktivitas yang efektif, memprioritaskan kegiatan inti, dan mengelola waktu dengan efisien agar tujuan pembelajaran tercapai. Ini juga mengharuskan guru untuk mengoptimalkan waktu yang ada dengan perencanaan yang matang.

2. Variasi kemampuan fisik siswa

Siswa dalam kelas Penjas biasanya memiliki beragam tingkat kemampuan fisik. Ada siswa yang lebih bugar, sementara yang lain mungkin memiliki keterbatasan atau kurang percaya diri dalam aktivitas fisik. Guru perlu menyiapkan kegiatan yang dapat disesuaikan dengan berbagai kemampuan fisik siswa (differentiated instruction), misalnya dengan memberikan opsi kegiatan atau variasi intensitas, sehingga setiap siswa bisa berpartisipasi sesuai kemampuannya tanpa merasa terbebani.

3. Motivasi dan minat siswa

Motivasi dan minat siswa sangat berperan dalam keterlibatan mereka dalam kegiatan Penjas. Siswa yang tertarik dan termotivasi akan lebih aktif berpartisipasi dan memperoleh manfaat maksimal. Untuk meningkatkan minat, guru perlu menciptakan lingkungan yang mendukung, memberikan variasi aktivitas, dan memastikan aktivitas yang menyenangkan namun menantang.

Strategi seperti permainan, kompetisi sehat, dan pemberian penghargaan bisa membantu meningkatkan motivasi siswa.

4. Keselamatan dan manajemen risiko

Pendidikan Jasmani melibatkan aktivitas fisik yang berpotensi menyebabkan cedera jika tidak dikelola dengan baik. Oleh karena itu, guru perlu

(14)

11

menerapkan manajemen risiko yang efektif, termasuk memeriksa keamanan peralatan, memastikan lapangan yang aman, dan memberikan instruksi yang jelas mengenai teknik yang benar. Guru juga harus mengawasi kegiatan dengan cermat dan memberikan pertolongan pertama bila diperlukan. Keselamatan menjadi prioritas agar kegiatan Penjas bisa berjalan lancar tanpa membahayakan siswa.

b. Strategi :

1. Perencanaan yang efektif

Perencanaan yang matang menjadi landasan dalam pembelajaran Penjas. Guru perlu menyusun rencana pelajaran yang jelas, termasuk tujuan pembelajaran, kegiatan yang akan dilakukan, alokasi waktu, dan evaluasi hasil belajar. Perencanaan yang baik juga mencakup antisipasi terhadap keterbatasan, seperti waktu dan fasilitas. Dengan perencanaan yang efektif, guru bisa memastikan bahwa setiap aktivitas berjalan sesuai dengan target dan memberi pengalaman belajar yang optimal bagi siswa.

2. Penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi

Variasi metode pembelajaran penting agar siswa tidak bosan dan selalu antusias mengikuti pelajaran Penjas. Penggunaan berbagai metode, seperti pembelajaran berbasis permainan, simulasi, demonstrasi, kolaborasi, dan pembelajaran langsung (direct instruction), memungkinkan siswa belajar dengan cara yang beragam dan menarik. Dengan metode yang bervariasi, guru dapat mengakomodasi perbedaan gaya belajar siswa, sehingga pembelajaran menjadi lebih inklusif dan efektif

3. Adaptasi kurikulum sesuai kondisi

Kurikulum Penjas perlu disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekolah, sarana dan prasarana yang tersedia, serta karakteristik siswa. Adaptasi kurikulum juga mencakup pemilihan aktivitas yang sesuai dengan cuaca dan musim atau pengaturan intensitas aktivitas yang mempertimbangkan kemampuan fisik siswa. Dengan melakukan adaptasi kurikulum, guru dapat membuat pembelajaran Penjas tetap relevan, aman, dan sesuai dengan kebutuhan siswa, sehingga meningkatkan keterlibatan dan pencapaian tujuan pembelajaran.

4. Pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran

Teknologi dapat meningkatkan pengalaman belajar siswa dalam Penjas dengan membuat aktivitas lebih interaktif dan mendalam. Misalnya, video instruksional dapat membantu siswa memahami gerakan yang benar; aplikasi kesehatan atau kebugaran dapat memantau kemajuan fisik siswa; serta penggunaan alat-alat seperti projector atau tablet untuk menampilkan materi visual. Teknologi juga memungkinkan guru untuk memberikan umpan balik yang lebih cepat dan tepat serta menyimpan data perkembangan siswa.

Pemanfaatan teknologi secara bijak dapat memperkaya pembelajaran Penjas dan membuatnya lebih menarik bagi generasi yang akrab dengan teknologi.

(15)

PENUTUP A. Kesimpulan

1. Keadaan mencakup aspek-aspek situasional, seperti cuaca, fasilitas, dan lingkungansekitar, yang dapat berubah dan mempengaruhi suasana serta dinamika pembelajaran. Memahami keadaan membantu guru dalam menyesuaikan kegiatan agar tetap relevan dan aman bagi siswa.

2. Kondisi merujuk pada kesiapan individu siswa dan lingkungan, termasuk kesehatan, kebugaran fisik, kesiapan alat, dan keterampilan guru. Memperhatikan kondisi ini membantu guru dalam merancang kegiatan yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa, serta memastikan keselamatan mereka.

Secara keseluruhan, keberhasilan pembelajaran Penjas bergantung pada kemampuan guru untuk memahami dan mengelola keadaan serta kondisi ini. Dengan pengelolaan yang baik, guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang aman, inklusif, dan efektif, sehingga setiap siswa dapat terlibat aktif dan mencapai hasil belajar yang optimal.

B. Saran

Dari penjelasan diatas, penulis menyarankan kepada pembaca agar dapat memahami lebih dalam tentang keadaan dan kondisi dalam pemebelajaran penjas. Dalam penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan, terutama sumber dan penataan bahasa.

Untuk itu kami sebagai penulis mohon maaf apabila pembaca tidak merasa puas dengan hasil yang kami sajikan dan kritik beserta saran juga kami harapkan agar dapat menambah wawasan untuk memperbaiki penulisan makalah kami.

(16)

13

DAFTAR PUSTAKA

Kurniawati, M., & Fitriani, Y. (2021, May). Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Di Masa Pandemi Covid-19. In Prosiding Seminar Nasional Program Pascasarjana Universitas PGRI Palembang.

Titu, M. A. (2015). Penerapan model pembelajaran project based learning (PjBL) untuk meningkatkan kreativitas siswa pada materi konsep masalah ekonomi. In Prosiding Seminar Nasional (Vol. 9, No. 1, pp. 176-186).

Dinata, K. B. (2021). Literasi digital dalam pembelajaran daring. eksponen, 11(1), 20-27.

Charlesworth, R. (1998). Developmentally appropriate practice is for everyone. Childhood Education, 74(5), 274-282.

Rink, J. E. (2013). Teaching Physical Education for Learning. McGraw-Hill Education.

Williamson, K. M., & Darst, P. W. (2008). Physical Education: Teaching and Training. McGraw- Hill.

Rink, J. E. (2013). Teaching Physical Education for Learning. McGraw-Hill Education.

Casey, A., Goodyear, V. A., & Armour, K. M. (2017). Digital Technologies and Learning in Physical Education: Pedagogical Cases. Routledge.

Juniardi, A., Martiani, M., & Supriyanto, S. (2018). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Pendidikan Jasmani, Olahraga, Dan Kesehatan Siswa Kelas X Sman 5 Kota Bengkulu. Motion: Jurnal Riset Physical Education, 9(2), 92-97.

Referensi

Dokumen terkait

Makalah ini membahas masalah yang terkait dengan pembelajaran Qur'an

Makalah ini membahas tentang konsep dan karakteristik model

Makalah ini membahas hakikat dan pengertian belajar dan

Makalah ini membahas tentang ciri-ciri belajar dan

Makalah ini membahas tentang pengukuran dan evaluasi dalam

Makalah ini membahas tentang pengaruh latihan kondisi fisik terhadap kemampuan atlet putra bola basket kota

Makalah ini membahas tentang model pembelajaran flipped classroom dalam mata kuliah Metodologi Pembelajaran

Makalah ini membahas tentang konsep pengembangan evaluasi pembelajaran dalam bidang