• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODUL Pasca panen xi-1-30

N/A
N/A
Edy Cahyo Budyanto

Academic year: 2025

Membagikan "MODUL Pasca panen xi-1-30"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

MODUL AJAR DASAR-DASAR AGRIBISNIS TANAMAN

0

MODUL AJAR AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

PEMANENAN DAN PENANGANAN PASCA PANEN

Disusun Oleh: Nur Aliyah, S.Pd KELAS XI SMK Pertanian Program Keahlian Agribisnis Tanaman Perkebunan

(2)

ELEMEN Pemanenan dan penanganan pasca panen

CAPAIAN PEMBELAJARAN

Umum Pada akhir fase F, siswa akan memiliki kompetensi (hard skill dansoft skill) agribisnis tanaman perkebunan yang meliputi penyiapan lahan, penyiapan bibit, penanaman bahan tanam, pemeliharaan tanaman, pemanenan dan penanganan pasca panen, pengelolaan kesuburan tanah, pengelolaan limbah hasil perkebunan dan pemasaran.

Khusus Pemanenan tanaman perkebunan meliputi persiapan panen, melakukan pemanenan, dan pencatatan hasil panen serta penanganan pasca panen tanaman perkebunan baik secara konvensional atau dengan teknologi modern.

TUJUAN PEMBELAJARAN Pada akhir pembelajaran, peserta didik mampu:

1. Melaksanakan persiapan panen kopi dengan benar 2. Melakukan pemanenan kopi dengan tepat.

3. Melakukan pencatantan hasil panen kopi dengan benar

4. Melaksanakan pengolahan hasil panen secara konvensiona atau modern dengan tepat.

KATA KUNCI Panen, penanganan pasca panen.

PROFIL PELAJAR PANCASILA

Bernalar kritis

• Kreatif

• Gotong royong

• mandiri

SARANA DAN PRASARANA 1. Alat tulis dan buku

2. Gawai (bisa berupa handphone android, tablet, laptop dsb.)

(3)

3. Jaringan internet 4. LCD

5. Ember 6. Karung

7. Mesin pengolah pasca panen (seperangkat alat huller ) 8. APD (Masker, topi, sarung tangan, Sepatu boot)

TARGET PESERTA DIDIK

Semua siswa dalam kelas masing-masing

Jumlah peserta didik dalam pembelajaran maksimal 36 peserta didik

KETERSEDIAAN MATERI MODEL PEMBELAJARAN

Pengayaan untuk siswa berpencapaian tinggi: YA / TIDAK

Alternatif penjelasan, metode, atau aktivitas, untuk siswa yang sulit memahami konsep: YA / TIDAK

Model Pembelajaran :

Problem Based LearningdanProject Based Learning

KEGIATAN PEMBELAJARAN UTAMA Pengaturan peserta didik :

 Individu

 Kelompok (masing-masing kelompok terdiri dari 6 orang) Metode :

 Diskusi

 Observasi

 Presentasi

 Penugasan

MATERI AJAR 1. Persiapan panen

2. Melakukan pemanenan 3. Pencatan hasil panen 4. Penanganan pasca panen

LKPD (terlampir)

(4)

PEMAHAMAN BERMAKNA

Salah satu tantangan pembangunan pertanian ke depan adalah mempertahankan keberlanjutan untuk mewujudkan kedaulatan pangan dan kesejahteraan petani.

Tingkat kapasitas panen ini bakal meningkat setiap tahunnya seiring dengan usia tanaman kopi tersebut. Puncak panen kopi terjadi pada rentang umur antara 7-9 tahun dengan kapasitas produksi mencapai 500-1.500 kg/ha/tahun. Sedangkan tanaman kopi yang dirawat secara intensif mampu menghasilkan buah hingga 2.000 kg/ha/tahun. Buah kopi secara garis besar mulai masak pada bulan April/Mei dan berakhir di bulan September/Oktober.

PERTANYAAN PEMANTIK 1. Apa yang dimaksud dengan panen?

2. Apa persyaratan panen tanaman perkebunan ? 3. Apakah alat yang digunakan untuk panen kopi?

4. Bagaimana cara melaksanakan panen kopi?

PERSIAPAN PEMBELAJARAN Sebelum pembelajaran dimulai, pastikan bahwa :

Peserta didik :

a. Hadir tepat waktu dan melakukan presensi b. Mempersiapkan alat tulis dan buku

c. Ruang kelas, LCD, Laptop, dan materi (bahan tayang) telah siap.

URUTAN KEGIATAN PEMBELAJARAN Pertemuan 1 (10 JP)

Pendahuluan 20 Menit

- Guru mengucap salam dan mengajak peserta didik berdoa bersama untuk mengawali kegiatan pembelajaran

- Guru menanyakan kabar peserta didik - Guru melakukan presensi

- Guru memberikan informasi mengenai tujuan pembelajaran, langkah pembelajaran dan penilaian

- Guru memberikan apersepsi dengan mengaitkan masalah yang ada disekitar dengan materi yang akan dipelajari

- Guru membagi kelompok belajar dan membagikan Lembar Kerja Siswa

Kegiatan Inti 410 Menit

Orientasi - Guru memberikan penjelasan dan memberikan pertanyaan dengan

menampilkan slide berupa gambar dan video tentang buah kopi yang ada di lahan perkebunan.

- Peserta didik memperhatikan penjelasan guru dan merespon pertanyaan yang disampaikan oleh guru.

Organisasi - Berdasarkan gambar dan video yang ditampilkan oleh guru,peserta didik secara berkelompok berdiskusi dan merumuskan masalah tentang persiapan panen pada komoditas kopi dan mencatatnya pada lembar kerja

(5)

- Peserta didik berdiskusi dan membagi tugas untuk mencari data yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah.

Penyelidikan - Peserta didik secara berkelompok mencari data tentang kriteria panen tanaman perkebunan kopi dari berbagai sumber.

- Peserta didik melakukan penyelidikan dan pengamatan langsung ke lahan mengenai ciri-ciri kopi yang siap dilakukan panen.

- Guru memantau keterlibatan peserta didik dalam pengumpulan data selama proses penyelidikan.

Pengembangan dan penyajian hasil

- Peserta didik secara berkelompok melakukan pengembangan dari data yang diperoleh dan membuat penyajian hasil dengan media pendukung untuk dapat dipresentasikan

- Guru memantau diskusi dan membimbing pembuatan laporan atau penyajian hasil sehingga hasil tersebut siap untuk dipresentasikan Analisis dan

Evaluasi

- Peserta didik secara berkelompok melakukan presentasi dan menyampaikan hasil diskusi kelompoknya

- Peserta didik dari kelompok lain memperhatikan dan memberi tanggapan pada sesi akhir presentasi

- Setelah semua kelompok melakukan presentasi, guru bersama peserta didik membuat kesimpulan hasil diskusi hari ini

- Guru memberikan evaluasi terhadap proses dan hasil kerja yang dilakukan peserta didik

Penutup 20 Menit

- Guru dan peserta didik melakukan kegiatan refleksi pembelajaran tentang persiapan panen pada komoditas kopi.

- Guru menyampaikan ke peserta didik rencana pertemuan berikutnya yaitu cara atau teknik melakukan pemanenan komoditas kopi.

- Doa penutup -

Pertemuan 2 (8 JP)

Pendahuluan 20 Menit

- Guru mengucap salam dan mengajak peserta didik berdoa bersama untuk mengawali kegiatan pembelajaran

- Guru menanyakan kabar peserta didik - Guru melakukan presensi

- Guru memberikan informasi mengenai tujuan pembelajaran, langkah pembelajaran dan penilaian

- Guru memberikan apersepsi dengan mengaitkan masalah yang ada disekitar dengan materi yang akan dipelajari

- Guru membagi kelompok belajar dan membagikan Lembar Kerja Siswa

Kegiatan Inti 320 Menit

Orientasi - Guru memberikan penjelasan dan memberikan pertanyaan dengan menampilkan slide berupa gambar dan video cara atau teknik melakukan pemanenan.

- Peserta didik memperhatikan penjelasan guru dan merespon pertanyaan yang disampaikan oleh guru.

Organisasi - Berdasarkan gambar dan video yang ditampilkan oleh guru,peserta didik secara berkelompok berdiskusi dan merumuskan masalah tentang teknik

(6)

/cara melakukan pemanenan. dan mencatatnya pada lembar kerja - Peserta didik berdiskusi dan membagi tugas untuk mencari data yang

diperlukan untuk menyelesaikan masalah

Penyelidikan - Peserta didik secara berkelompok mencari data tentang cara melakukan pemanenan kopi dari berbagai sumber

- Guru memantau keterlibatan peserta didik dalam pengumpulan data selama proses penyelidikan

Pengembangan dan penyajian hasil

- Peserta didik secara berkelompok melakukan pengembangan dari data yang diperoleh dan membuat penyajian hasil dengan media pendukung untuk dapat dipresentasikan

- Guru memantau diskusi dan membimbing pembuatan laporan atau penyajian hasil sehingga hasil tersebut siap untuk dipresentasikan Analisis dan

Evaluasi - Peserta didik secara berkelompok melakukan presentasi dan menyampaikan hasil diskusi kelompoknya

- Peserta didik dari kelompok lain memperhatikan dan memberi tanggapan pada sesi akhir presentasi

- Setelah semua kelompok melakukan presentasi, guru bersama peserta didik membuat kesimpulan hasil diskusi hari ini

- Guru memberikan evaluasi terhadap proses dan hasil kerja yang dilakukan peserta didik

Penutup 20 Menit

- Guru dan peserta didik melakukan kegiatan refleksi pembelajaran tentang cara/ teknik melakukan pemanenan pada komoditas kopi.

- Guru menyampaikan ke peserta didik rencana pertemuan berikutnya yaitu pencatatan hasil panen pada komoditas tanaman perkebunan kopi.

- Doa penutup Pertemuan 3 (10 JP)

Pendahuluan 20 Menit

- Guru mengucap salam dan mengajak peserta didik berdoa bersama untuk mengawali kegiatan pembelajaran

- Guru menanyakan kabar peserta didik - Guru melakukan presensi

- Guru memberikan informasi mengenai tujuan pembelajaran, langkah pembelajaran dan penilaian

- Guru membagikan Lembar Kerja Peserta Didik dan meminta peserta didik bersiap melakukan kegiatan observasi di lahan

Kegiatan Inti 410 Menit

Pertanyaan mendasar

- Guru memberikan pertanyaan mengenai bagaimana cara mengetahui hasil panen kopi dalam satu periode ?

Mendesain perencanaan produk

- Secara berkelompok peserta didik berdiskusi pencatatan hasil panen komoditas kopi dalam satu periode panen.

- Peserta didik membuat format pencatatan hasil pnen kopi yang dilakukan dalam satu periode panen.

Menyusun jadwal pembuatan

- Bersama kelompok, peserta didik menyusun jadwal pembuatan panen, mulai dari persiapan alat dan bahan tanaman yang akan dilalukan pemanenan, proses pemanenan dan proses pengumpulan hasil panen.

Memonitor - Guru memberikan arahan dan memonitor keaktifan masing-masing peserta

(7)

keaktifan dan perkembangan proyek

didik dalam pencatatan hasil panen komoditas kopi dalam satu periode panen.

- Guru memonitor perkembangan pencatatan hasil panen dalam satu pepriode panen komoditas kopi.

Menguji hasil - Setelah selesai mencatat hasil panen kopi dalam satu periode panen, peserta didik menguji hasil efektivitas waktu dan tenaga kerja untuk mendapatkan hasil panen sesuai harapan dalam satu periode panen.

- Melaksanakan evaluasi hasil panen dengan waktu dan tenaga kerja yang tersedia pada saat melakukan panen satu periode panen.

- Peserta didik membuat laporan hasil secara individu dan kelompok, apakah pencatatan hasil panen selama satu periode masa panen sudah sesuai dengan standar efektififitas panen kopi yang ditentukan.

Evaluasi - Peserta didik secara berkelompok melakukan presentasi laporan hasil kegiatan

- Guru bersama peserta didik melakukan evaluasi kegiatan

Penutup 20 Menit

- Guru dan peserta didik melakukan kegiatan refleksi pembelajaran tentang teknik/ cara pencatatan hasil panen pada komoditas kopi dalam satu periode.

- Guru menyampaikan ke peserta didik rencana pertemuan berikutnya yaitu melaksanakan penanganan pasca panen kopi.

- Doa penutup Pertemuan 4 (8 JP)

Pendahuluan 20 Menit

- Guru mengucap salam dan mengajak peserta didik berdoa bersama untuk mengawali kegiatan pembelajaran

- Guru menanyakan kabar peserta didik - Guru melakukan presensi

- Guru memberikan informasi mengenai tujuan pembelajaran, langkah pembelajaran dan penilaian

- Guru memberikan apersepsi dengan mengaitkan masalah yang ada disekitar dengan materi yang akan dipelajari

- Guru membagi kelompok belajar dan membagikan Lembar Kerja Siswa

Kegiatan Inti 320 Menit

Orientasi - Guru memberikan penjelasan dan memberikan pertanyaan dengan menampilkan slide berupa gambar dan video cara atau teknik melakukan penanganan pasca panen kopi.

- Peserta didik memperhatikan penjelasan guru dan merespon pertanyaan yang disampaikan oleh guru.

Organisasi - Berdasarkan gambar dan video yang ditampilkan oleh guru,peserta didik secara berkelompok berdiskusi dan merumuskan masalah tentang teknik /cara melakukan penanganan pasca panen kopi. dan mencatatnya pada lembar kerja

- Peserta didik berdiskusi dan membagi tugas untuk mencari data yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah

Penyelidikan - Peserta didik secara berkelompok mencari data tentang cara melakukan penanganan pasca panen kopi dari berbagai sumber.

(8)

- Guru memantau keterlibatan peserta didik dalam pengumpulan data selama proses penyelidikan

Pengembangan dan penyajian hasil

- Peserta didik secara berkelompok melakukan pengembangan dari data yang diperoleh dan membuat penyajian hasil dengan media pendukung untuk dapat dipresentasikan

- Guru memantau diskusi dan membimbing pembuatan laporan atau penyajian hasil sehingga hasil tersebut siap untuk dipresentasikan Analisis dan

Evaluasi

- Peserta didik secara berkelompok melakukan presentasi dan menyampaikan hasil diskusi kelompoknya

- Peserta didik dari kelompok lain memperhatikan dan memberi tanggapan pada sesi akhir presentasi

- Setelah semua kelompok melakukan presentasi, guru bersama peserta didik membuat kesimpulan hasil diskusi hari ini

- Guru memberikan evaluasi terhadap proses dan hasil kerja yang dilakukan peserta didik

Penutup 20 Menit

- Guru dan peserta didik melakukan kegiatan refleksi pembelajaran tentang cara/ teknik melakukan penanganan pasca panen pada komoditas kopi.

- Guru menyampaikan ke peserta didik rencana pertemuan berikutnya yaitu asesmen pemanenan dan penangananan pasca panen pada komoditas kopi.

- Doa penutup

KRITERIA PENGUKURAN KETERCAPAIAN

a. Guru membuat kriteria berhasil/tidak dari instrumenperformance assessmenyang dibuat.

b. Guru membuat kriteria berhasil/ tidaknya penilaian normatif dari hasil observasi dan presentasi siswa

REFLEKSI GURU

- Apakah dalam pemberian materi dengan metode yang telah dilakukan serta penjelasan teknis atau instruksi yang disampaikan untuk pembelajaran yang akan dilakukan dapat dipahami oleh peserta didik?

- Bagian manakah pada rencana pembelajaran yang perlu diperbaiki?

- Bagaimana tanggapan peserta didik terhadap materi atau bahan ajar, pengelolaan kelas, latihan dan penilaian yang telah dilakukan dalam pembelajaran?

- Apakah dalam berjalannya proses pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan?

- Apakah arahan dan penguatan materi yang telah dipelajari dapat dipahami oleh peserta didik?

REFLEKSI SISWA

- Apakah kamu memahami instruksi yang dilakukan untuk pembelajaran?

- Apakah media pembelajaran, alat dan bahan mempermudah kamu dalam pembelajaran?

- Materi apa yang kamu pelajari pada pembelajaran yang telah dilakukan?

- Apakah materi yang disampaikan, didiskusikan, dan dipresentasikan dalam pembelajaran dapat kamu pahami?

- Manfaat apa yang kamu peroleh dari materi pembelajaran?

- Sikap positif apa yang kamu peroleh selama mengikuti kegiatan pembelajaran?

- Kesulitan apa yang kamu alami dalam pembelajaran?

- Apa saja yang kamu lakukan untuk belajar yang lebih baik?

(9)

LAMPIRAN

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK 1 Judul : Persiapan panen kopi.

Tujuan :

Peserta didik mampu mendeskripsikan : 1. Kriteria panen pada komoditas kopi 2. Cara panen komoditas kopi.

Dasar teori :

Kriteria panen ditentukan berdasarkan karakteristik komoditas kondisi dan ketentuan Du/Di

Menentukan saat panen adalah menetapkan saat panen yang tepat sehingga

tidak terjadi atau paling tidak mengurangi kendala yang mungkin nanti dihadapi pada saat panen atau pasca panen. Kegiatan ini perlu dilakukanan dengan pertimbangan-pertimbangan yang berkaitan dengan iklim, kematangan hasil dan faktor- faktor lain seperti ketersediaan peralatan, perlengkapan, tenaga kerja dan pengangkutan hasil produksi. Kegiatan ini penting dilakukan bagi petani, baik untuk tanaman semusim (tanaman pangan dan hortikultura) maupun tanaman tahunan (tanaman buah- buahan dan tanaman industri). Jika petani tidak menentukan saat panen dari usaha pertaniannya maka kemungkinan petani akan menghasilkan produksi yang tidak maksimal, baik kualitas maupun kuantitasnya. Akibatnya keuntungan petanipun akan menjadi tidak maksimal. Kegiatan penentuan saat panen ini umumnya petani tidak melakukan, namun sesungguhnya dengan tanpa disadari bahwa beberapa petani telah melakukan kegiatan ini.

Pertimbangan Menentukan Saat Panen

Sebagaimana kepentingan perlunya ditentukan saat panen adalah mengacu dari berbagai pertimbangan-pertimbangan yang merupakan dasar untuk mengambil keputusan mengapa tanaman harus segera dipanen atau ditunda.

Adapun pertimbangan-pertimbangan tersebut antara lain:

a.Adanya kriteria yang diberlakukan bagi tanaman untuk siap dipanen sesuai dengan kebutuhan produksinya. Apakah hasil panen akan dijual sesuai kriteria permintaan pasar atau sesuai kriteria pemanfaatan hasil produksi, misalkan untuk benih.

b.Pertimbangan waktu yang berkaitan dengan keadaan cuaca/iklim pada saat panen, baik untuk kemudahan pada saat pelaksanaan panen ataupun karena pengaruh ciaca/iklim terhadap sifat hasil produksi yang akan dipanen.

c.Pertimbangan umur tanaman atau umur buah, dimana untuk beberapa jenis tanaman sudah mempunyai ketentuan pada umur tertentu sudah harus dipanen.

(10)

A da beberapa kriteria panen tanaman perkebunan yang sebaiknya diikuti untuk menentukan saat panen. Hal ini tergantung dari apakan hasil produksi akan langsung dijual atau akan diproses. Namun secara umum kriteria yang biasa digunakan bagi para petani adalah sebagai berikut:

a. Berdasarkan kenampakan (visual)

Beberapa jenis komoditas dapat ditentukan saat panennya berdasarkan kenampakan baik kenampakan dari buah, batang ataupun daunnya. Misalnya;

warna, keadaan kulit, ukuran, bentuk dsb. Berdasarkan kriteria ini adalah sangat mudah untuk dilakukan karena dapat dilihat secara langsung.

b. Berdasarkan fisik (morfologis)

Beberapa jenis komoditas tanamam dapat dilihat dari segi fisik atau morfologisnya, Misal; tingkat kekenyalan, berat persatuan buah/biji, keriput atau bernas, dan lain-lain. Contoh buah kelapa, kalau tua akan mengecil Penentuan panen dengan metode ini sangat subyektif dan juga dipengaruhi faktor lingkungan.

c. Berdasarkan analisis kimia

Sebagian produksi diambil sebagai sampel untuk dilakukan analisis kimia di laboratorium. Dari hasil analisis tersebut akan dapat menentukan sifat kimiawi dari hasil produksi yang sedang diuji dan barulah dapat ditentukan apakah tanaman sudah bisa dipanen atau menunggu beberapa hari lagi sesuai dengan persyaratan kualitas produksi yang dikehendaki.

d.Berdasarkan fisiologi

Sebagaimana penentuan kadar air yang juga dilakukan di laboratorium, sifat- sifat kimia yang biasa ingin diketahui adalah kadar gula dan tingkat keasamannya.

Misalnya pada tanaman tebu dan karet merupakan tanaman sepesifik yang memerlukan analisis ini untuk menentukan saat panen.

e. Berdasarkan Umur tanaman.

Saat penanaman atau munculnya bunga dapat digunakan untuk perhitungan atau peramalan waktu panen berdasarkan umur panennya.

Kriteria panen dideskripsikan berdasarkan karakteristik komoditas sesuai kondisi dan ketentuan Du/Di

Kreteria Panen Kopi

Ciri-ciri buah kopi yang telah matang bisa dilihat dari warna kulitnya. Buah kopi yang paling baik untuk dipanen adalah yang telah matang penuh, berwarna merah. Namun karena berbagai alasan, para petani sering memanen buah yang masih berwarna kuning bahkan hijau.

Apa sajakah kriteria tanaman kopi yang telah siap panen? Jika pemeliharaannya dilakukan dengan baik dan benar, tanaman kopi robusta akan

(11)

mulai berbuah setelah usianya mencapai 2,5 tahun. Sementara itu, tanaman kopi arabika akan menghasilkan buah saat berusia sekitar 2,5-3 tahun.

Selain karena faktor jenisnya, faktor iklim juga berpengaruh besar terhadap waktu panen kopi. Rata-rata tanaman kopi yang dibudiyakan di dataran rendah lebih cepat berbuah daripada tanaman-tanaman yang dipelihara di dataran tinggi.

Pada umumnya, tanaman kopi akan menghasilkan buah dalam jumlah sedikit ketika masa panen yang pertama kali. Tingkat kapasitas panen ini bakal meningkat setiap tahunnya seiring dengan usia tanaman kopi tersebut. Puncak panen kopi terjadi pada rentang umur antara 7 -9 tahun dengan kapasitas produksi mencapai 500-1.500 kg/ha/tahun. Sedangkan tanaman kopi yang dirawat secara intensif mampu menghasilkan buah hingga 2.000 kg/ha/tahun. Buah kopi secara garis besar mulai masak pada bulan A pril/Mei dan berakhir di bulan September/Oktober. Penyebaran panen di daerah-daerah yang mempunyai kelembaban tinggi lebih merata dibandingkan dengan daerah kering. Itulah kenapa, masa panen kopi di daerah kering menjadi semakin lama. Guna memperoleh hasil buah kopi yang berkualitas tinggi, pemanenan hanya dilakukan pada buah kopi yang sudah benar-benar matang. Salah satu tandanya ialah warna kulit buah kopi tadi sudah berubah menjadi merah merata. Bunga kopi robusta akan berkembang menjadi buah setelah berumur 8-11 bulan. Sedangkan waktu yang diperlukan oleh bunga kopi arabika untuk tumbuh menjadi buah berkisar antara 6-8 bulan.

Kopi arabika dan kopi liberika yang ditanam di daerah basah mampu menghasilkan buah secara terus-menerus. Dengan demikian proses pemanenan pun dapat dilakukan sepanjang tahun. Berbeda dengan tanaman kopi robusta yang dipelihara di daerah kering, tanaman ini akan menumbuhakn buah hanya pada musim-musim tertentu sehingga pemanenannya dikerjakan secara musiman.

Tingkat kematangan buah kopi ditandai dari perubahan pada warna kulit buahnya.

Buah kopi mentah berwana hijau dan akan berubah menjadi kuning saat kondisinya mengkal. Kemudian warna kulit buah tersebut bakal berganti lagi menjadi merah ketika matang sempurna, lalu menjadi kehitam-hitaman apabila sudah over ripe (terlampau matang).

Kriteria lain yang juga menandakan tingkat kematangan buah kopi terletak pada tingkat kekerasan dan prosentase kandungan zat gula di dalam buah. Buah kopi yang masak memiliki daging buah yang bertekstru lunak, mempunyai lendir, dan agak berair. Kandungan zat gula yang terdapat di dalam buah kopi ini pun relatif tinggi sehingga terasa manis di lidah.

Sementara itu, tekstur daging yang dimiliki oleh buah kopi mentah cukup keras, tidak tebal, tidak mengandung lendir, dan tidak terasa manis sebab senyawa gula di dalamnya belum terbentuk secara maksimal. Sedangkan buah kopi yang terlalu masak (over ripe) mengandung sedikit lendir karena sebagian senyawa gula dan pectin di dalamnya telah terurai sebagai akibat dari proses respirasi secara alami.

Setiap tingkat kematangan menghasilkan karakteristik kopi yang berlainan.

Berikut ini karakteristik buah kopi dilihat dari tingkat kematangannya:

1) Warna hijau dan hijau kekuningan. Warna ini menandakan kondisi buah kopi masih muda. Apabila dipetik bijinya berwarna pucat keputihan dan

(12)

keriput. A roma dan postur (body) yang dihasilkan masih sangat lemah.

Buah seperti ini tidak disarankan untuk tidak dipetik.

2) Warna kuning kemerahan, menunjukkan sudah mulai matang.

A roma dan posturnya mulai terasa mantap. Bijinya berwarna keabu- abuan. Buah seperti ini sudah boleh untuk dipetik.

3) Warna merah penuh, menunjukkan buah telah matang sempurna.

Aroma dan citarasanya telah terbentuk dengan mantap. Keadaan buah seperti ini merupakan kondisi paling baik untuk dipetik.

4) Warna merah tua, menandakan buah sudah kelewat matang. Bijinya berwarna coklat dan kehitaman. Aroma dan posturnya mulai menurun, terkadang mengeluarkan citarasa seperti bau tanah (earthy). Buah seperti ini harus sudah dipetik.

Alat dan bahan : Alat :

Pensil, buku catatan dan palstik kecil transparan.

Bahan :

Tanaman kopi yang ada di lahan perkebunan

Langkah kerja:

1. Lakukan pemeriksaan lahan perkebunan yang digunakan untuk pengamatan.

2. Cermati langkah kerja dalam lembar kerja siswa 3. Laksanakan pengamatan sesuai dengan langkah kerja

4. Lakukan pencatatan data ke dalam tabel sesuai dengan data yang diperoleh 5. Lakukan analisa data bersama anggota kelompok

6. Lakukan presentasi di depan kelas bersama kelompoknya

7. Buatlah laporan dan kumpulkan kepada guru sebagai bukti melaksanakan tugas.

Contoh tabel pengamatan :

Nama kebun :

Hari/tanggal observasi :

Nama observer :

No Nama Tanaman Kesesuaian kriteria panen

Persentase pemanenan yang dapat dilaksanakan

Keterangan

dst

(13)

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK 2 dan 3

Judul : Melakukan pemanenan dan pencatatan hasil panen

Tujuan : Siswa dapat melaksanakan proses panen sesuai SOP panen perkebunan.

Siswa dapat melaksanakan pencatatan hasil panen dengan tepat Dasar teori :

Pemetikan buah kopi

Pada tanaman kopi arabika, buah kopi yang telah matang cenderung mudah rontok. Apabila dibiarkan jatuh ke tanah, buah tersebut akan menyerap bau-bauan di atas tanah yang bisa menurunkan mutu kopi. Sehingga dianjurkan untuk segera memetik buah kopi arabika begitu terlihat berwarna merah penuh.

Buah kopi tidak dipanen serentak, proses pemetikan dilakukan secara bertahap. Berikut ini beberapa cara pemetikan buah kopi:

Pemetikan selektif. Pemetikan dilakukan hanya pada buah yang telah berwarna merah penuh atau telah matang sempurna. Sisanya dibiarkan untuk pemetikan selanjutnya.

Pemetikan setengah selektif. Pemetikan dilakukan pada semua buah dalam satu dompol.

Syaratnya dalam dompolan tersebut terdapat buah yang telah berwarna merah penuh.

Pemetikan serentak atau petik racutan. Pemetikan dilakukan terhadap semua buah kopi dari semua dompolan, termasuk yang berwarna hijau dipetik habis. Biasanya pemetikan seperti ini dilakukan diakhir musim panen.

Lelesan. Pemanenan dengan cara memungut buah kopi yang gugur berjatuhan di tanah karena sudah kelewat matang.

Untuk menjaga produktivitas tanaman kopi, pemetikan harus dilakukan dengan cara yang benar.

Cabut buah secara vertikal agar tidak merusak tangkai buah, sehingga akan tumbuh kembali buah pada tangkai tersebut. Memetik buah kopi dengan cara merampas tidak dianjurkan karena bisa merusak tangkai.

Alat dan bahan :

Alat : APD (kaos tangan, topi dan sepatu boot), ember, karung, tali ravia dan timbangan Bahan : tanaman kopi yang berbuah siap panen di lahan perkebunan

Cara kerja :

1. Lakukan pengamatan identifikasi pada tanaman kopi yang sudah berbuah merah 2. Lakukan pemetikan sesuai dengan SOP pemetikan kopi (pemetikan seleksi) 3. Tempatkan buah kopi pada ember yang disediakan

4. Lakukan pemindahan pada karung yang telah disediakan 5. Lakukan penimbangan hasil panen kopi

6. Lakukan pencatatan hasil panen

7. Lakukan analisa hasil panen sesuai dengan SOP panen komoditas kopi.

8. Diskusikan hasil data yang diperoleh bersama kelompoknya.

9. Lakukan presentasi di depan elas bersama kelompoknya

(14)

10. Buatlah laporannya sebagai bukti kerja kepada guru.

Contoh tabel pencatatan data : Kebun Tanaman sampel:

Hari/tanggal panen :

Nama pemanen :

No. Jenis kopi Jumlah hasil panen Keterangan

Judul : Penanganan hasil panen kopi Tujuan :

Setelah melaksanakan kegiatan penanganan pasca panen siswa dapat : 1. Melaksanakan dry proces pada hasil panen kopi dengan benar.

2. Melaksanakan fullwashed proces pada kopi dengan benar 3. Melaksanakan semi washed proces pada kopi dengan benar Dasar teori :

Dalam setiap gelas kopi yang kita minum ada cerita unik dibaliknya; mulai dari jenis kopinya, asal perkebunannya, pengolah kopinya, proses pasca-panen yang diterapkan, metode sangrainya, hingga akhirnya sampai di kedai kopi kesayangan untuk kita beli dan seduh di rumah. Khusus postingan blog kali ini, kami akan fokus pada pembahasan tentang proses pasca panen yang dilakukan oleh para prosesor kopi.

Biji kopi pada umumnya memiliki warna coklat muda dengan variasi rona hijau yang berbeda. Biji kopi mentah atau yang belum disangrai biasa disebut juga kopi beras atau dalam bahasa Inggris disebut sebagai

green beans.

Bagaimana proses selanjutnya?

Sebelum memasuki proses pasca panen, biji kopi terlebih dahulu dipetik, dan hanya biji kopi yang sudah matang yang bisa dipetik. Secara kasat mata, parameternya adalah warna buah ceri yang merah. Buah ceri kopi yang merah cenderung memiliki tingkat kematangan yang sempurna.

Setelah dipetik dan dikumpulkan, proses selanjutnya adalah pengupasan kulit ceri kopi dan teknik penjemuran. Proses inilah yang disebut sebagai proses pasca panen.

Apa saja sih proses pasca panen pada kopi? Berikut ini beberapa diantaranya:

P r o s e s B a s a h ( F u l l W a s h e d )

(15)

Pada proses basah, biji kopi yang sudah dipetik masuk ke dalam proses pemisahan (sortasi). Di tahap ini, biji kopi dimasukkan ke dalam air dan jika biji kopi mengapung, ini menandakan biji kopi tersebut cacat. Biji kopi yang cacat ini kemudian dipisahkan dari biji kopi yang lain.

Setelah dilakukan pemisahan antara biji kopi yang cacat dan yang baik, langkah selanjutnya adalah pengupasan kulit dan daging biji kopi dengan menggunakan

pulper

atau alat pengupas. Saat dikupas dengan mesin

pulper, biji kopi

akan dimasukkan ke dalam bak penampung yang sudah diisi oleh air. Proses ini dilakukan untuk melarutkan lendir yang masih menempel pada kulit kopi (parchment). Setelah itu, kopi-kopi yang sudah dibersihkan ini masuk ke tahap berikutnya yaitu proses perendaman.

Perendaman biasanya dilakukan selama 12 - 34 jam, tergantung dari faktor kelembapan dan suhu udara di lingkungan tersebut. Selama proses perendaman, air rendaman ini diganti sebanyak satu kali.

Setelah perendaman selesai, tahap selanjutnya adalah penjemuran. Proses ini dilakukan untuk mengurangi kadar air pada biji kopi agar berada pada rasio 10-12%.

Setelah kering, biji kopi disimpan terlebih dahulu untuk diistirahatkan atau

resting,

dimana pada tahap ini biji kopi dimasukkan ke dalam

huller

untuk melepaskan kulit

parchment

(disebut juga

pergamino). Proses ini disukai petani kopi karena

kemungkinan gagalnya sangat kecil. Kopi yang diolah secara basah (washed) biasanya akan menghasilkan seduhan yang

clean

atau karakter rasa yang lebih jernih. Selain itu, umumnya kopi yang menggunakan proses ini memiliki aroma yang lebih kuat,

body

ringan,

aftertaste

lebih berkesan dan

acidity

lebih tinggi.

Lain halnya pada kopi arabika, proses basah jika dilakukan pada kopi robusta justru akan menurunkan kadar body kopinya menjadi lebih datar (mute) dan mellow. Metode ini biasanya digunakan untuk menghasilkan kopi robusta yang lebih ringan atau yang lebih dikenal dengan istilahsmooth robusta.

Penasaran coba kopi-kopi dengan proses Full Washed?cek disini.

G i l i n g B a s a h (S e m i W a s h e d / W e t H u l l e d)

Proses ini sebenarnya hampir mirip dengan proses basah yang sudah kami jabarkan di atas. Namun, pada metode giling basah, air yang digunakan tidak terlalu banyak. Air hanya digunakan pada proses perendaman dan saat membersihkan biji kopi saja. Proses ini merupakan proses pasca-panen yang khas di Indonesia, terutama di daerah Sumatera Utara dan Toraja.

Langkah pertama pada metode giling basah adalah pengupasan daging buah ceri kopi dengan menggunakan mesin. Setelah dikupas, biji kopi direndam di dalam air selama 1-2 jam agar bersih.

Setelah selesai direndam, biji kopi diangkat lalu dijemur. Pada tahap ini, biji kopi harus sering dibalik agar tingkat kekeringannya merata. Di Sumatera, proses penjemuran tahap pertama memakan waktu sekitar 2-3 hari hingga kulit parchment terbuka. Saat kulit parchment terbuka, biji kopi akan mengering lebih cepat jika dibandingkan dengan proses basah (washed).

Proses selanjutnya adalah pengupasan kulit parchment. Serupa dengan proses basah, pengupasan ini dilakukan dengan menggunakan huller. Setelah selesai, biji kopi akan menjalani proses penjemuran

(16)

yang kedua. Penjemuran ini dilakukan hingga kadar air di dalam kopi mencapai 10-12%. Angka tersebut adalah angka panduan standar yang digunakan di seluruh industri kopi, untuk menghindari kopi menjadi busuk atau rusak karena terlalu kering. Pada metode basah, aroma tanah akan memberikan rasa bitter, namun pada metode semi-washed sedikit berbeda. Aroma tanah ini menghasilkan aromaspicyserta profil yang kuat.

P r o s e s K e r i n g (N a t u r a l / D r y P r o c e s s)

Metode pengolahan kopi yang paling sederhana dan paling organik adalah proses kering (dry processing). Proses kering ini sering disebut juga sebagai proses natural, karena selain simpel, buah kopinya pun tetap utuh. Bayangkan seperti mengeringkan buah anggur hingga menjadi kismis. Selain itu proses fermentasinya juga tidak menggunakan air seperti halnya pada proses basah atau giling basah yang sudah kami jabarkan sebelumnya. Proses kering dilakukan ketika biji kopi yang telah dipetik, disortasi dan langsung dijemur dengan kulitnya, tanpa melakukan proses pengupasan dan pencucian.

Penjemuran pada proses kering ini dilakukan selama 5-6 minggu. Setelah kering, kopi baru digiling.

Hal inilah yang kemudian membuat metodedry washatau natural dapat menghasilkan cita rasa yang lebih beragam. Untuk mendapatkan kopi dengan kompleksitas rasa tertentu, dibutuhkan pengawasan yang lebih ketat. Metode ini mengharuskan petani untuk membalik biji kopi secara berkala saat penjemuran. Selain itu, petani pun harus sigap terhadap tantangan cuaca. Kopi pada proses ini rentan sekali terserang jamur karena iklim Indonesia yang sangat lembab.

Pengolahan kopi kering juga sangat tidak konsisten. Untuk menghasilkan secangkir kopi yang clean, manis, dengan rasa yang cukup intens; kopi dengan proses kering membutuhkan lebih banyak tenaga tangan dibandingkan dengan proses basah/giling basah. Bahkan pemetik kopi (pickers) yang paling berhati-hati pun biasanya akan memetik ceri kopi berwarna hijau/setengah matang ketika mereka memetik buah ceri merah matang. Jika ceri kopi ini tidak dipisahkan saat tahap-tahap awal proses pengeringan, ceri kopi berwarna hijau akan berubah menjadi coklat, sehingga sulit dibedakan dari ceri kopi yang matang. Lumayan banyak tantangannya ya! Tak heran, faktor-faktor inilah yang membuat banyak petani menghindari metode natural ataudryini.

Ingin coba uniknya kopi dengan proses Natural atau Dry Process?cek disini.

P u l p e d N a t u r a l a t a u H o n e y

Proses ini ditemukan pertama kali di Brasil, yang dikenal dengan istilah Cereja Descascada, yang berarti ceri yang dikupas.

Proses ini hampir mirip dengan proses basah (washed), namun di tahap ini lendir pada ceri kopi dihilangkan dengan menggunakan alat pencuci, tanpa melalui proses fermentasi sama sekali. Ceri kopi, memiliki lima lapisan yaitu kulit (pulp), lendir (mucilage), perkamen (parchment), kulit berwarna perak (chaff), dan biji kopi (coffee bean). Contohnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

(17)

Kredit foto: Seattle Coffee Works

Pada proses pulped natural ini, kulit ceri kopi dan lendirnya dibersihkan. Metode ini menggunakan lebih sedikit air dibandingkan proses basah/giling basah, sehingga terkadang proses ini disebut juga sebagai proses setengah kering (semi-dry). Karena tidak melalui tahapan fermentasi, kopi yang dihasilkan dari proses ini memiliki konsistensi karakter rasa yang lebih tinggi. Sayangnya, karena tidak ada tahapan fermentasi, Anda akan menemukan rasa yang cenderung hambar. Karena alasan ini, petani kopi pada umumnya menghindari penggunaan metode ini pada varietas kopi super-premium.

Sumber :https://www.gordi.id/blogs/updates/proses-pasca-panen-dalam-kopi

Alat dan bahan :

Alat : ember 4, serok, sapu lidi, sapu ijuk, engkrak Bahan : kopi merah ( chery)

Cara kerja : 1. Dry wash :

1. Lakukan sortasi dan perambangan

Lakukan penjemuran selama 5 sampai 6 minggu d

engan kulitnya, tanpa melakukan proses pengupasan

Lakukan penggilingan dengan benar

Lakukan grading sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan dan pisahkan ke dalam

wadah yang berbeda dan berikan label serta jumlahnya (berat dalam timbangannya)

(18)

Contoh tabel hasil pengolahan natural (honey)

No Nama species kopi Hasil grading Keterangan

1 2 dst

2.Full washed :

Alat dan bahan :

Alat : ember 4, serok, sapu lidi, sapu ijuk, engkrak Bahan : kopi merah ( chery)

Cara kerja :

Pada proses basah, biji kopi yang sudah dipetik masuk ke dalam proses pemisahan (sortasi). Di tahap ini, biji kopi dimasukkan ke dalam air dan jika biji kopi mengapung, ini menandakan biji kopi tersebut cacat. Biji kopi yang cacat ini kemudian dipisahkan dari biji kopi yang lain.

Setelah dilakukan pemisahan antara biji kopi yang cacat dan yang baik, langkah selanjutnya adalah pengupasan kulit dan daging biji kopi dengan menggunakan

pulper

atau alat pengupas. Saat dikupas dengan mesin

pulper, biji kopi

akan dimasukkan ke dalam bak penampung yang sudah diisi oleh air. Proses ini dilakukan untuk melarutkan lendir yang masih menempel pada kulit kopi (parchment).

Setelah itu, kopi-kopi yang sudah dibersihkan ini masuk ke tahap berikutnya yaitu proses perendaman. Perendaman biasanya dilakukan selama 12 - 34 jam, tergantung dari faktor kelembapan dan suhu udara di lingkungan tersebut. Selama proses perendaman, air rendaman ini diganti sebanyak satu kali.

Setelah perendaman selesai, tahap selanjutnya adalah penjemuran. Proses ini dilakukan untuk mengurangi kadar air pada biji kopi agar berada pada rasio 10-12%.

Setelah kering, biji kopi disimpan terlebih dahulu untuk diistirahatkan atau

resting,

dimana pada tahap ini biji kopi dimasukkan ke dalam

huller

untuk melepaskan kulit

parchment

(disebut juga

pergamino). Proses ini disukai petani kopi karena

kemungkinan gagalnya sangat kecil. Kopi yang diolah secara basah (washed) biasanya akan menghasilkan seduhan yang

clean

atau karakter rasa yang lebih jernih. Selain itu, umumnya kopi yang menggunakan proses ini memiliki aroma yang lebih kuat,

body

ringan,

aftertaste

lebih berkesan dan

acidity

lebih tinggi.

Lain halnya pada kopi arabika, proses basah jika dilakukan pada kopi robusta justru akan menurunkan kadar body kopinya menjadi lebih datar (mute) dan mellow. Metode ini biasanya digunakan untuk menghasilkan kopi robusta yang lebih ringan atau yang lebih dikenal dengan istilahsmooth robusta.

Contoh tabel hasil pengolahan full washed :

(19)

No Nama species kopi Hasil grading Keterangan 1

2 dst

3. Semi washed :

Alat dan bahan :

Alat : ember 4, serok, sapu lidi, sapu ijuk, engkrak Bahan : kopi merah ( chery)

Cara kerja :

 Langkah pertama pada metode giling basah adalah pengupasan daging buah ceri kopi dengan menggunakan mesin.

 Setelah dikupas, biji kopi direndam di dalam air selama 1-2 jam agar bersih. Setelah selesai direndam, biji kopi diangkat lalu dijemur. Pada tahap ini, biji kopi harus sering dibalik agar tingkat kekeringannya merata. Di Sumatera, proses penjemuran tahap pertama memakan waktu sekitar 2-3 hari hingga kulit parchment terbuka. Saat kulit parchment terbuka, biji kopi akan mengering lebih cepat jika dibandingkan dengan proses basah (washed).

 Proses selanjutnya adalah pengupasan kulitparchment. Serupa dengan proses basah, pengupasan ini dilakukan dengan menggunakan huller. Setelah selesai, biji kopi akan menjalani proses penjemuran yang kedua. Penjemuran ini dilakukan hingga kadar air di dalam kopi mencapai 10-12%. Angka tersebut adalah angka panduan standar yang digunakan di seluruh industri kopi, untuk menghindari kopi menjadi busuk atau rusak karena terlalu kering.

Pada metode basah, aroma tanah akan memberikan rasa bitter, namun pada metode semi- washedsedikit berbeda. Aroma tanah ini menghasilkan aroma spicy serta profil yang kuat.

 Proses ini sebenarnya hampir mirip dengan proses basah yang sudah kami jabarkan di atas.

Namun, pada metode giling basah, air yang digunakan tidak terlalu banyak. Air hanya digunakan pada proses perendaman dan saat membersihkan biji kopi saja. Proses ini merupakan proses pasca-panen yang khas di Indonesia, terutama di daerah Sumatera Utara dan Toraja.

Contoh tabel hasil pengolahan semi washed :

No Nama species kopi Hasil grading Keterangan

1 2 dst

(20)

PENILAIAN

a. Instrument 1

PENILAIAN KETERAMPILAN BERDISKUSI DAN PRESENTASI

NO NAMA

ASPEK YANG DINILAI

NILAI TOTAL Menyampaikan

gagasan

Menanggapi gagasan

Menyampaikan kritik

Penguasaan pengetahuan

Penampilan presentasi

Kerja Sama

Rubrik penilaian : Komponen yang di nilai

SKORE

1 2 3 4

1. Menyampaikan gagasan

Menyampaikan gagasan sangat tidak tepat

Menyampaikan gagasan tidak tepat

Menyampaikan gagasan kurang tepat

Menyampaikan gagasan tepat 2.menanggapi

gagasan

menanggapi gagasan sangat tidak tepat

menanggapi gagasan tidak tepat

menanggapi gagasan kurang tepat

menanggapi gagasan tepat 3.menyampaikan

kritik

menyampaikan kritik sangat tidak tepat

menyampaikan kritik tidak tepat

menyampaikan kritik kurang tepat

menyampaikan kritik tepat

(21)

4.Penguasaan pengetahuan

Penguasaan pengetahuan sangat tidak tepat

Penguasaan pengetahuan tidak tepat

Penguasaan pengetahuan kurang tepat

Penguasaan pengetahuan tepat

5.penampilan Presentasi

penampilan Presentasi sangat tidak tepat

penampilan Presentasi tidak tepat

penampilan Presentasi kurang tepat

penampilan Presentasi tepat 6.kerja sama

anggota

kerja sama anggota sangat tidak tepat

kerja sama anggota tidak tepat

kerja sama anggota kurang tepat

kerja sama anggota tepat

Hasil Penilaian : jumlah perolehan skor x 10 Skor maksimum

(22)

b. Instrument 2

PENILAIAN AKTIVITAS PEMBELAJARAN NO

NAMA

ASPEK YANG DINILAI

Skor Perhatian keseriusan Tanggapan

pertanyaan

Aktivitas bertanya

Etika

Rubrik Penilaian : Komponen yang di nilai

SKORE

1 2 3 4

1. Perhatian sangat tidak tepat perhatian dalam pembelajaran

perhatian dalam pembelajaran tidak tepat

perhatian dalam pembelajaran kurang tepat

perhatian dalam pembelajaran tepat

2.keseriusan keseriusan dalam pembelajaran sangat kurang tepat

Keseriusan dalam pembelajaran kurang tepat

Keseriusan dalam pembelajaran sedikit kurang

Keseriusan dalam pembelajaran tepat

3.tanggapan pertanyaan

tanggapan

pertanyaan sangat tidak tepat

tanggapan pertanyaan tidak tepat

tanggapan pertanyaan kritik kurang tepat

tanggapan pertanyaan tepat 4.aktifitas

bertanya

Aktifitas bertanya sangat tidak tepat

Aktifitas bertanya tidak tepat

Aktifitas bertanya kurang tepat

Aktifitas bertanya tepat

5.etika Etika sangat tidak tepat

etika tidak tepat etika kurang tepat Etika tepat

Hasil Penilaian : jumlah perolehan skor x 10 Skor maksimum

c. Instrumen 3

PENILAIAN PRAKTIK Pengendalian Hama NO

NAMA

ASPEK YANG DINILAI Persiapan Prosedur Skor

Kerja

Kebersihan akhir praktek

Hasil praktek

(23)

Rubrik penilaian : Komponen yang di nilai

SKORE

1 2 3 4

1. Persiapan praktek

Persiapan praktek sangat tidak tepat

Persiapan praktek tidak tepat

Persiapan praktek kurang tepat

Persiapan praktek tepat

2.Prosedur kerja Prosedur kerja sangat kurang tepat

Prosedur kerja kurang tepat

Prosedur kerja sedikit kurang tepat

Prosedur kerja tepat

3.kebersiahan akhir praktek

kebersiahan akhir praktek sangat tidak tepat

kebersiahan akhir praktek tidak tepat

kebersiahan akhir praktek kurang tepat

kebersiahan akhir praktek tepat 4.hasil praktek hasil praktek

sangat tidak tepat

hasil praktek tidak tepat

hasil praktek kurang tepat

hasil praktek tepat

Hasil Penilaian : jumlah perolehan skor x 10 Skor maksimum

(24)

d. Instrument 3

PENILAIAN PENYELESAIAN LAPORAN Tugas : Laporan hasil Praktek

Rubrik Penilaian : Komponen yang di nilai

SKORE

1 2 3 4

1.Judul Judul sangat

tidak tepat

Judul tidak tepat Judul kurang tepat

judul tepat 2.tata tulis .tata tulis sangat

kurang tepat

.tata tulis kurang tepat

.tata tulis sedikit kurang

.tata tulis tepat 3.data Data sangat tidak

tepat

Data tidak tepat Data kurang tepat tData tepat 4.pembahasan Pembahasan

sangat tidak tepat

pembahasan tidak tepat

pembahasan kurang tepat

pembahasan tepat 5.kerapihan kerapihan sangat

tidak tepat

kerapihan tidak tepat

kerapihan kurang tepat

kerapihan tepat

Hasil Penilaian : jumlah perolehan skor x 10 Skor maksimum

NO NAMA ASPEK YANG DINILAI Ketepatan

waktu skor Judul Tata tulis Data Pembahasan Kerapihan

(25)

BAHAN BACAAN

Dalam setiap gelas kopi yang kita minum ada cerita unik dibaliknya; mulai dari jenis kopinya, asal perkebunannya, pengolah kopinya, proses pasca-panen yang diterapkan, metode sangrainya, hingga akhirnya sampai di kedai kopi kesayangan untuk kita beli dan seduh di rumah. Khusus postingan blog kali ini, kami akan fokus pada pembahasan tentang proses pasca panen yang dilakukan oleh para prosesor kopi.

Biji kopi pada umumnya memiliki warna coklat muda dengan variasi rona hijau yang berbeda. Biji kopi mentah atau yang belum disangrai biasa disebut juga kopi beras atau dalam bahasa Inggris disebut sebagai

green beans.

Bagaimana proses selanjutnya?

Sebelum memasuki proses pasca panen, biji kopi terlebih dahulu dipetik, dan hanya biji kopi yang sudah matang yang bisa dipetik. Secara kasat mata, parameternya adalah warna buah ceri yang merah. Buah ceri kopi yang merah cenderung memiliki tingkat kematangan yang sempurna.

Setelah dipetik dan dikumpulkan, proses selanjutnya adalah pengupasan kulit ceri kopi dan teknik penjemuran. Proses inilah yang disebut sebagai proses pasca panen.

Apa saja sih proses pasca panen pada kopi? Berikut ini beberapa diantaranya:

P r o s e s B a s a h ( F u l l W a s h e d )

Pada proses basah, biji kopi yang sudah dipetik masuk ke dalam proses pemisahan

(sortasi). Di tahap ini, biji kopi dimasukkan ke dalam air dan jika biji kopi mengapung, ini

(26)

menandakan biji kopi tersebut cacat. Biji kopi yang cacat ini kemudian dipisahkan dari biji kopi yang lain.

Setelah dilakukan pemisahan antara biji kopi yang cacat dan yang baik, langkah selanjutnya adalah pengupasan kulit dan daging biji kopi dengan menggunakan

pulper

atau alat pengupas. Saat dikupas dengan mesin

pulper, biji kopi

akan dimasukkan ke dalam bak penampung yang sudah diisi oleh air. Proses ini dilakukan untuk melarutkan lendir yang masih menempel pada kulit kopi (parchment). Setelah itu, kopi-kopi yang sudah dibersihkan ini masuk ke tahap berikutnya yaitu proses perendaman.

Perendaman biasanya dilakukan selama 12 - 34 jam, tergantung dari faktor kelembapan dan suhu udara di lingkungan tersebut. Selama proses perendaman, air rendaman ini diganti sebanyak satu kali.

Setelah perendaman selesai, tahap selanjutnya adalah penjemuran. Proses ini dilakukan untuk mengurangi kadar air pada biji kopi agar berada pada rasio 10-12%.

Setelah kering, biji kopi disimpan terlebih dahulu untuk diistirahatkan atau

resting,

dimana pada tahap ini biji kopi dimasukkan ke dalam

huller

untuk melepaskan kulit

parchment

(disebut juga

pergamino). Proses ini disukai petani kopi karena

kemungkinan gagalnya sangat kecil. Kopi yang diolah secara basah (washed) biasanya akan menghasilkan seduhan yang

clean

atau karakter rasa yang lebih jernih. Selain itu, umumnya kopi yang menggunakan proses ini memiliki aroma yang lebih kuat,

body

ringan,

aftertaste

lebih berkesan dan

acidity

lebih tinggi.

Lain halnya pada kopi arabika, proses basah jika dilakukan pada kopi robusta justru akan menurunkan kadar body kopinya menjadi lebih datar (mute) dan mellow. Metode ini biasanya digunakan untuk menghasilkan kopi robusta yang lebih ringan atau yang lebih dikenal dengan istilahsmooth robusta.

Penasaran coba kopi-kopi dengan proses Full Washed?cek disini.

G i l i n g B a s a h (S e m i W a s h e d / W e t H u l l e d)

Proses ini sebenarnya hampir mirip dengan proses basah yang sudah kami jabarkan di atas. Namun, pada metode giling basah, air yang digunakan tidak terlalu banyak. Air hanya digunakan pada proses

(27)

perendaman dan saat membersihkan biji kopi saja. Proses ini merupakan proses pasca-panen yang khas di Indonesia, terutama di daerah Sumatera Utara dan Toraja.

Langkah pertama pada metode giling basah adalah pengupasan daging buah ceri kopi dengan menggunakan mesin. Setelah dikupas, biji kopi direndam di dalam air selama 1-2 jam agar bersih.

Setelah selesai direndam, biji kopi diangkat lalu dijemur. Pada tahap ini, biji kopi harus sering dibalik agar tingkat kekeringannya merata. Di Sumatera, proses penjemuran tahap pertama memakan waktu sekitar 2-3 hari hingga kulit parchment terbuka. Saat kulit parchment terbuka, biji kopi akan mengering lebih cepat jika dibandingkan dengan proses basah (washed).

Proses selanjutnya adalah pengupasan kulit parchment. Serupa dengan proses basah, pengupasan ini dilakukan dengan menggunakan huller. Setelah selesai, biji kopi akan menjalani proses penjemuran yang kedua. Penjemuran ini dilakukan hingga kadar air di dalam kopi mencapai 10-12%. Angka tersebut adalah angka panduan standar yang digunakan di seluruh industri kopi, untuk menghindari kopi menjadi busuk atau rusak karena terlalu kering. Pada metode basah, aroma tanah akan memberikan rasa bitter, namun pada metode semi-washed sedikit berbeda. Aroma tanah ini menghasilkan aromaspicyserta profil yang kuat.

P r o s e s K e r i n g (N a t u r a l / D r y P r o c e s s)

Metode pengolahan kopi yang paling sederhana dan paling organik adalah proses kering (dry processing). Proses kering ini sering disebut juga sebagai proses natural, karena selain simpel, buah kopinya pun tetap utuh. Bayangkan seperti mengeringkan buah anggur hingga menjadi kismis. Selain itu proses fermentasinya juga tidak menggunakan air seperti halnya pada proses basah atau giling basah yang sudah kami jabarkan sebelumnya. Proses kering dilakukan ketika biji kopi yang telah dipetik, disortasi dan langsung dijemur dengan kulitnya, tanpa melakukan proses pengupasan dan pencucian.

Penjemuran pada proses kering ini dilakukan selama 5-6 minggu. Setelah kering, kopi baru digiling.

Hal inilah yang kemudian membuat metodedry washatau natural dapat menghasilkan cita rasa yang lebih beragam. Untuk mendapatkan kopi dengan kompleksitas rasa tertentu, dibutuhkan pengawasan yang lebih ketat. Metode ini mengharuskan petani untuk membalik biji kopi secara berkala saat

(28)

penjemuran. Selain itu, petani pun harus sigap terhadap tantangan cuaca. Kopi pada proses ini rentan sekali terserang jamur karena iklim Indonesia yang sangat lembab.

Pengolahan kopi kering juga sangat tidak konsisten. Untuk menghasilkan secangkir kopi yang clean, manis, dengan rasa yang cukup intens; kopi dengan proses kering membutuhkan lebih banyak tenaga tangan dibandingkan dengan proses basah/giling basah. Bahkan pemetik kopi (pickers) yang paling berhati-hati pun biasanya akan memetik ceri kopi berwarna hijau/setengah matang ketika mereka memetik buah ceri merah matang. Jika ceri kopi ini tidak dipisahkan saat tahap-tahap awal proses pengeringan, ceri kopi berwarna hijau akan berubah menjadi coklat, sehingga sulit dibedakan dari ceri kopi yang matang. Lumayan banyak tantangannya ya! Tak heran, faktor-faktor inilah yang membuat banyak petani menghindari metode natural ataudryini.

Ingin coba uniknya kopi dengan proses Natural atau Dry Process?cek disini.

P u l p e d N a t u r a l a t a u H o n e y

Proses ini ditemukan pertama kali di Brasil, yang dikenal dengan istilah Cereja Descascada, yang berarti ceri yang dikupas.

Proses ini hampir mirip dengan proses basah (washed), namun di tahap ini lendir pada ceri kopi dihilangkan dengan menggunakan alat pencuci, tanpa melalui proses fermentasi sama sekali. Ceri kopi, memiliki lima lapisan yaitu kulit (pulp), lendir (mucilage), perkamen (parchment), kulit berwarna perak (chaff), dan biji kopi (coffee bean). Contohnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

(29)

Kredit foto: Seattle Coffee Works

Pada proses pulped natural ini, kulit ceri kopi dan lendirnya dibersihkan. Metode ini menggunakan lebih sedikit air dibandingkan proses basah/giling basah, sehingga terkadang proses ini disebut juga sebagai proses setengah kering (semi-dry). Karena tidak melalui tahapan fermentasi, kopi yang dihasilkan dari proses ini memiliki konsistensi karakter rasa yang lebih tinggi. Sayangnya, karena tidak ada tahapan fermentasi, Anda akan menemukan rasa yang cenderung hambar. Karena alasan ini, petani kopi pada umumnya menghindari penggunaan metode ini pada varietas kopi super-premium.

Sumber :https://www.gordi.id/blogs/updates/proses-pasca-panen-dalam-kopi

DAFTAR PUSTAKA

Retno Hulupi, Endri Martini PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA (Indonesian Coffee and Cocoa Research Institute) AGFOR SULAWESI,2013

https://www.gordi.id/blogs/updates/proses-pasca-panen-dalam-kopi

(30)

Temanggung, Juli 2022

Mengetahui Guru mata pelajaran ATP

Kepala SMK N1 Temanggung

Tri Setya Budi, S.Pd. Nur Aliyah, S.Pd

NIP. 19650507 198703 1 024 NIP.9650429 20050 2 001

Referensi

Dokumen terkait

Guru mengecek kesiapan peserta didik, ruang belajar peserta didik dan media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Peserta didik berkelompok mempersiapkan diri untuk

2) Guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pe- ngamatan melalui kegiatan membaca tentang penyajian data berkelompok dalam bentuk

 Peserta didik melakukan identifikasi terhadap masalah yang terjadi pada gambar  –  gambar tersebut  Guru mempersilahkan siswa secara berkelompok.. melakukan

4 Memonitor keaktifan dan perkembangan proyek :  Guru memantau keaktifan peserta didik selama melaksanakan proyek pemasangan titik tubuh pada dummy,  Memantau realisasi perkembangan

 Guru meminta siswa agar duduk berkelompok  Peserta didik duduk secara berkelompok dibagi dalam 8 kelompok Membimbing penyelidikan individu dan kelompok  Guru membagikan LK /

Fokus 2 : Guru melakukan strategi pengelompokk an untuk mengaktifkan keterlibatan peserta didik dipahami oleh siswa  Murid menyimak penguatan yang diberikan guru  Guru

Guru meminta peserta didik menyelidiki parameter getaran dengan melakukan percobaan pada tali secara berkelompok sesuai dengan LKPD-2.. Peserta didik membuat laporan percobaan secara

Kegiatan Pembelajaran Pertemuan 1 Pendahuluan • Guru membuka pembelajaran dengan salam dan berdoa bersama peserta didik • Guru menyiapkan fisik dan psikis serta memotivasi peserta