PENDAHULUAN
Daerah di Minangkabau memiliki peranan penting dalam perekonomian seperti daerah Tanah Datar yang sumber utama penghasilannya adalah emas. Penambangan emas sangat tergantung pada cadangan sumber daya alamnya, oleh karena itu habisnya bahan tambang tersebut maka akan secara langsung dapat menghentikan kegiatan penambangan itu sendiri. Hal tersebut dapat dilihat pada daerah yang dulunya dikenal sebagai penghasil emas utama di Minangkabau.1
Tanah datar bukan hanya satu- satunya daerah penghasil emas, masih terdapat daerah-daerah di Minangkabau yang memiliki cadangan emas yaitu salah satunya adalah Kabupaten Sijunjung.
Kabupaten Sijunjung yang letaknya berdekatan dengan Kota Sawahlunto di sebelah barat, memiliki berbagai potensi sumber daya alam yang sangat baik salah satunya yaitu potensi pertambangan.2
Kabupaten Sijunjung yang terdiri dari delapan Kecamatan yaitu Kecamatan Sumpur Kudus, Koto VII, Kupitan, Sijunjung, Lubuok Tarok, Tanjung Gadang, Kamang Baru, dan Kecamatan IV Nagari.3
Pada tahun 1980 masyarakat di Kecamatan IV Nagari sudah mulai melakukan aktivitas pertambangan emas di sungai-sungai dengan menggunakan peralatan yang masih tradisional. Cara penambangan dilakukan dengan para pekerja menyelam ke dasar sungai menggunakan dulang. Sekop dan ember. Ada juga masyarakat melakukan penambangan dengan cara membuat lobang-lobang kecil dengan pekerja masuk ke dalam lobang tersebut untuk mencari emas.
Seiring perkembangannya, aktivitas penambangan mulai mengalami perubahan dari cara penambangan yaitu dari cara yang masih tradisional sudah mulai menggunakan peralatan yang sudah canggih seperti
1 Christine Dobin, Gejolak Ekonomi, Kebangkitan Islam dan Gerakan Paderi Minangkabau 1784-1847 (Depok:
Komunitas Bambu 2008) Hal 97
2 Ibid
3 Data dari BPS.”Sijunjung Dalam Angka 2003” Hal 103
menggunakan mesin dong feng, kapa dan box.
Penelitian ini sangat menarik untuk diteliti karena tambang rakyat di Kecamatan IV Nagari ini bersifat illegal akan tetapi dibiarkan saja oleh Pemda setempat dan pertambangan emas juga dilakukan secara terang-terangan.
Penelitian ini memilik batasan temporal yaitu antara tahun 1980-2014.
Tahun 1980 diambil sebagai batasan awal penelitian karena pada tahun inilah aktivitas penambangan mulai dilakukan masyarakat Kecamatan IV Nagari. Tahun 2014 diambil menjadi batasan akhir karena pada tahun ini tidak diberlakukannya lagi izin operasional pertambangan oleh Bupati Sijunjung.
Batasan spasial penelitian ini adalah di Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana latar belakang dibukanya pertambangan emas rakyat di Kecamatan IV Nagari?
2. Bagaimana aktivitas pertambangan di Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung?
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui awal dimulainya pertambangan emas di Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung.
2. Untuk mengetahui perkembangan aktivitas pertambangan ema sdi Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung.
Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian maka manfaat dalam penelitian ini adalah:
1. Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan khususnya mengenai perkembangan tambang emas rakyat di Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung.
2. Penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi tentang pertambangan emas rakyat, gambaran yang jelas tentang pertambangan emas rakyat di Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung.
Skripsi Ririn Puspita Sari (2011) dengan judul “Tambang Emas Rakyat di Nagari Koro Baru Kecamatan IV Nagari
Kabupaten Sijunjung (2003-2010).4 Skripsi Ridha Rizki Arief (2014) dengan judul
“Pertambangan Emas Rakyat di Durian Gadang Kecamatan Sijunjung Tahun 1990- 2011”.5 Skripsi Sri Hartati (2013) dengan judul “Kehidupan Sosial Ekonomi Pekerja Tambang Emas di Nagari Koto Baru Kabupaten Sijunjung (2003-2013).6 Skripsi Reni Rahim (2005) dengan judul
“Pertambangan Emas Rakyat Kampung Baru (Sijunjung) Tahun 1990-2005”. 7 Skripsi Cici Wulandari (2013) dengan judul
“Tambang Batu Bara di Nagari Lubuk Tarok Kecamatan lubuk Tarok Kabupaten Sijunjung: Dari Tambang Rakyat Hingga PT. Marsawa Indah Mandiri (2000-2010).8
Beda penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu penelitian ini lebih membahas kepada perkembangan pertambangan emas rakyat di Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijnjung sedangkan penelitian terdahulu lebih membahas kepada kehidupan sosial ekonomi para penambang emas.
Metode Penelitian
Tahap pertama yaitu Heuristik adalah sebuah kegiatan mencari sumber-sumber
4 Ririn Puspita Sari, “Tambang Emas
Rakyat di Nagari Koro Baru Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung(2003-2010)”.
Skripsi, (Padang: STKIP PGRI Sumatera Barat, 2011).
5 Ridha Rizki Arief, “Pertambangan
Emas Rakyat di Durian Gadang Kecamatan Sijunjung Tahun 1990-2011”.Skripsi, (Padang: STKIP PGRI Sumatera Barat 2014).
6 Sri Hartati, “Kehidupan Sosial
Ekonomi Pekerja Tambang Emas di Nagari Koto Baru Kabupaten Sijunjung (2003- 2013). Skripsi: (Padang: STKIP PGRI Sumatera Barat, 2013)
7 Reni Rahim, “Pertambangan Emas
Rakyat Kampung Baru (Sijunjung) Tahun 1990-2005. Skripsi, (Padang: STKIP PGRI Sumatera Barat, 2005)
8 Cici Wulandari, “Tambang Batu Bara
di Nagari Lubuk Tarok Kecamatan lubuk
Tarok
Kabupaten Sijunjung: Dari Tambang Rakyat Hingga PT. Marsawa Indah Mandiri (2000-2010). Skripsi, (Padang: STKIP PGRI Sumatera Barat, 2013).untuk mendapatkan data-data atau materi sejarah. Informasi dari sumber ini diperoleh dari sumber tertulis berupa arsip-arsip dan dokumen ataupun dari sumber lisan berupa hasil wawancara. Sumber primer diperoleh dengan melakukan wawancara bersama Sekretaris Wali Nagari Palangki yaitu Mogek Kanamaan, Camat Kecamatan IV Nagari yaitu Kamsiardi serta Ninik Mamak nagari Palangki yaitu Pangulu Kayo dan Pangulu Sati. Wawancara juga dilakukan dengan pekerja tambang, petani serta pemilik tanah untuk lokasi pertambangan.
Sumber sekunder didapatkan melalui studi kepustakaan untuk mendapatkan data- data berupa arsip-arsip dari BPS Sijunjung dari tahun 1980-2014, Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Sijunjung.
Mendatangi beberapa perpustakaan yaitu pustaka Daerah Padang, pustaka UNP, DAN Pustaka STKIP PGRI Sumbar dan Kantor BPS Kota Padang.
Tahap kedua yaitu melakukan kritik sumber yang terdiri dari kritik eksternal dan kritik internal. Data atau informasi yang didapat di seleksi dan diadakan perbandingan terlebih dahulu. Data tersebut diseleksi sehingga diketahui apakah data tersebut bisa digunakan atau tidak.
Tahap ketiga yaitu interpretasi adalah data yang diperoleh dari lapangan baik itu berupa hasil wawancara maupun data yang didapat dari BPS Sijunjung, Perpustakaan UNP, Perpustakaan STKIP PGRI Sumbar, Profil Kecamatan IV Nagari kemudian dianalisis dan diinterpretasi dengan cara menghubungkan dan membandingkan dengan fakta-fakta yang diteliti sehingga mendapatkan fakta yang siap disajikan.
Tahap keempat yaitu Historiografi adalah penyajian hasil penelitian dalam bentuk tulisan ilmiah. Hasil yang didapat di lapangan kemudian dituangkan melalui tulisan sehingga menghasilkan sebuah karya ilmiah.
PERTAMBANGAN EMAS DALAM KAJIAN SEJARAH
Indonesia merupakan Negara yang kaya akan bahan galian seperti tambang.
Dalam bidang pertambangan umum seperti pertambangan emas kontrak yang digunakan adalah kontrak karya. Menurut sejarahnya, pada zaman Pemerintahan Hindia Belanda,
sistem yang digunakan untuk pengelolaan bahan galian emas adalah sistem konsesi.9
Pertambangan emas di Indonesia sudah ada sejak zaman Hindia Belanda akan tetapi tidak diketahui pasti kapan waktunya.
Pada awalnya Belanda datang ke Indonesia dengan tujuan utamanya yaitu untuk mencari rempah-rempah yang khas seperti cengkeh, lada dan pala yang merupakan kekayaan sumber daya alam Indonesia. Selain itu Belanda juga ingin melihat kekayaan mineral khususnya adalah emas.
Wilayah Sumatera yang luas dan bentuk tanahnya yang beragam. Lokasinya yang strategis dengan sungai-sungainya yang besar dan ekspor yang bernilai tinggi menjadi landasan bagi perkembangan daerah ini. Sejak zaman dahulu, sistem ahli penambangan emas rupanya sudah ada di Minangkabau dan pendirian tambang diatur oleh orang wiraswasta atau kepala tambang.10
Sumatera merupakan pulau paling barat dan terbesar di antara pulau-pulau besar Sunda di kawasan Kepulauan Melayu.
Sumatera dilhat dari luas wilayahnya adalah pulau keempat terbesar di Dunia. Sumatera merupakan daerah yang sangat subur yang terdiri dari rantai pegunungan tinggi yang berjejer sepanjang pesisir barat.11
Abad ke 17 tambang-tambang di daerah Minangkabau merupakan daerah yang paling kaya akan emas di seluruh kawasan itu. Emas di tambang dari sungai- sungai di sebelah Timur dan di tambang- tambang bukit Minangkabau. Emas semakin berperan penting untuk ekonomi luar juga berperan dalam ekonomi domestik Minangkabau.12
Daerah utama penghasil emas ini terletak di Tanah Datar, sungai-sungai Ombilin, Tanjung Ampalu, Sumpur Kudus dan Sijunjung. Tambang-tambang inipun mulai berakhir dan seluruh permukaan
9 Salim, S.H, M.S. 2005. Hukum Pertambangan di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Hal 1-2
10 Christine Dobin, 2008. Gejolak ekonomi, kebngkitan islam dan gerakan paderi minangkabau 1784-1847. Depok:
Komunitas Bambu. Hal 4
11 Ibid
12 Ibid
penuh dengan tambang-tambang yang sudah ambruk.
Kabupaten Sijunjung merupakan daerah yang sangat subur yang mayoritas masyarakatnya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Kabupaten Sijunjung yang berbatasan dengan Kota Sawahlunto di sebelah barat, memiliki berbagai potensi pertambangan.
Kabupaten Sijunjung mendulang emas dilakukan sepanjang aliran batang Palangki, Batang Suo dan Batang Laweh serta pada beberapa anak sungai lainnya.
Kabupaten Sijunjung yang terdiri dari delapan Kecamatan yaitu Kecamatan Sumpur Kudus, Kecamatan Koto VII, Kecamatan Kupitan, Kecamatan Tanjung Gadang, Kecamatan Lubuk Tarok, Kecamatan Kamang Baru, Kecamatan Sijunjung dan Kecamatan IV Nagari.
Kecamatan IV Nagari terdiri dari lima nagari yaitu nagari palangki, Koto Tuo, Muaro Bodi, Koto Baru dan Mundam Sakti.
Dilima nagari ini aktivitas pertambangan dilakukan, lokasinya tidak hanya di sepanjang aliran sungai melainkan juga di lahan-lahan milikiwarga baik itu lahan karet maupun lahan sawah. Kelima Nagari ini memiliki potensi kandungan emas yang sangat memadai, dari kelima nagari ini Nagari Palangki, Koto Tuo dan Mundam Sakti merupakan Nagari penghasil emas terbanyak.
PERTAMBANGAN EMAS RAKYAT DI KECAMATAN IV NAGARI KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN 1980-2014
Kecamatan IV Nagari merupakan salah satu dari delapan Kecamatan yang terdapat di Sijunjung. Kondisi geografis Kecamatan IV Nagari ini berbentuk berbukit-bukit, bergelombang dan berbentuk dataran. Ada tiga faktor yang menyebabkan masyarakat di Kecamatan IV Nagari mulai melakukan aktivitas pertambangan yaitu adanya faktor geografis karena daerah Kecamatan IV Nagari yang dikelilingi oleh beberapa sungai serta tanahnya yang subur.
Ada juga faktor budaya ikut-ikutan dengan teman melakukan penambangan dan faktor kemiskinan yang menyebabkan masyarakat mulai melakukan aktivitas pertambangan
karena susahnya kehidupan pada waktu itu.13
Pada tahun 1980, masyarakat mulai melakukan aktivitas pertambangan emas, awalnya dilakukan di sepanjang aliran sungai dengan cara penambangan yang masih tradisional dengan menggunakan peralatan sederhana seperti dulang atau jae, ember, linggis, dan sekop. Para penambang melakukan aktivitas penambangan di sungai dengan cara menyelam kedasar sungai untuk mengambil pasir dengan menggunakan jae.
Penyelam dibantu dengan memakai kaca mata agar terlindungi dari pasir di dasar sungai lalu pasir tersebut diletakkan di dulang tersebut kemudian dibawa ke permukaan sungai lalu dilakukan pendulangan emas. Penyelam ini beranggota sekitar 3-4 orang dan sistem upah banyak emas yang didapat dibagi sebanyak anggota.
Selain menyelam di dasar sungai.
Ada juga masyarakat yang melakukan aktivitas pertambangan dengan cara membuat lobang-lobang kecil yang lobang tersebut dikelilingi oleh kayu agar lobang yang dibuat tidak runtuh, para penambang masuk ke dalam lobang tersebut untuk mencari emas dengan membawa dulang ke dalamnya.
Seiring perkembangannya, aktivitas pertambangan emas ini mengalami perubahan dari cara penambangannya yang awalnya menggunakan cara yang masih tradisional sampai dengan penambangan emas dengan cara yang modern dengan menggunakan peralatan yang sudah canggih.
Tahun 2000, masyarakat di Kecamatan IV Nagari sudah diperkenalkan dengan peralatan tambang yang sudah canggih yaitu yang dikenal dengan mesin dong feng. Mesin dong feng ini awalnya dibeli oleh para pemiliki modal kemudian barulah penambangan mulai dilakukan di lahan sawah ataupun lahan karet. Mesin dong feng ini juga terbagi kedalam beberapa kapasitas, awalnya masyarakat hanya memakai mesin dong feng dengan kapasitas 5PK kemudian para penambang mulai
13 Wawancara dengan Mogek Kanamaan (50 tahun) pada 28 Juli 2015 di Kantor Wali Nagari Palangki Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung
menggunakan mesin dong feng dengan kapasitas 22 PK.14
Sistem kerja penambangan dengan mesin dong feng ini dilakukan dengan cara para pekerja tambang bersama-sama masuk ke dalam lobang tambang dan mesin dong feng berguna untuk memompa air yang terdapat dalam lobang tambang. Anggota tambang ini berkisar 20-30 orang, mesin dong feng ini juga digunakan menyedot pasir yang terdapat di dalam lobang tambang lalu dimasukkan ke dalam pipa dan disaring melalui asbuk atau karpet. Hasil emas yang didapat dalam aktivitas penambangan ini berkisar 10-20 emas sehari.
Sistem upah dalam penambangan emas ini yaitu 40% untuk anggota, 40%
untuk pemilik modal dan 20% untuk tuan tanah. Pembagian gaji ini dilakukan dan dibagi sekali dalam seminggu.
Selanjutnya yaitu penambangan dengan menggunakan kapa, kappa ini digunakan bagi penambang untuk mencari emas di dasar sungai. Kappa ini beroperasi tergantung kondisi cuaca. Kappa ini mulai dikenal masyarakat pada tahun 2008, awalnya kappa ini pekerjanya berasal dari Kalimantan karena hanya orang Kalimantan yang sanggup melakukan penyelaman dengan menggunakan kappa tersebut.15
Cara kerja dengan menggunakan kappa ini yaitu para pekerja menyelam ke dasar sungai untuk mengambil pasir dengan menggunakan mesin kompresor yaitu alat yang digunakan untuk alat bantu pernafasan bagi penyelam di dasar sungai. Anggota kappa ini sekitar 6-7 orang. Penyelam bekerja di dasar sungai dengan memasukkan pasir ke dalam pipa yang sudah disediakan lalu di saring dengan menggunakan asbuk.
Sistem upah pada kappa ini yaitu 40% untuk pemilik modal, 40% untuk penyelam dan 20% untuk tuan tanah. Hasil emas yang didapat dalam sehari yaitu sekitar 10-20 emas.
Selain kedua alat tersebut, ada juga sistem penambangan yang dilakukan yaitu dengan menggunakan box. Box ini
14 Wawancara dengan Lasriman (55 tahun) pada 28 Juli 2015) di Nagari Palangki Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung
15 Wawancara dengan Pen Ragi (35 tahun) di Nagari Palangki Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung
digunakan dari tahun 2010, box ini bekerja dengan menggunakan alat berat, box tersebut berbentuk segi empat yang terbuat dari kayu. Guna dari box ini yaitu untuk menampung pasir yang diangkut oleh alat berat lalu diletakkan pada box yang sudah disediakan. Alat berat pada box ini dirental oleh pemilik modal dengan biaya rental 700.000 per jam.
Anggota box ini berjumlah 8-9 orang yang para pekerja box tersebut harus menetap di lokasi box bekerja dan hanya bisa pulang sekali seminggu. Box ini bekerja sehari semalam dan pencucian emas dilakukan dua kali berbeda dengan penambangan menggunakan mesin dong feng dan kapa. Sistem upah pada box ini yaitu 7% untu anggota, 20% untuk pemilik tanah dan 43% untuk pemodal atau investor.16
Adanya sistem penambangan emas ini secara langsung telah merubah perekonomian masyarakat di Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung. Dulunya kehidupan masyarakat serba pas-pasan sejak adanya tambang ini telah merubah gaya hidup masyarakat dapat dilihat dari cara berpakaian, teknologi yang digunakan dan tempat tinggal penduduk.
KESIMPULAN
Latar belakang dibukanya aktivitas pertambangan di Kecamatan IV Nagari disebabkan oleh beberpa factor diantaranya yaitu factor ekonomi, geografis dan budaya.
Aktivitas pertmbangan dilakukan karena susahnya kehidupan ekonomi pada waktu itu dan keadaan alam yang sangat mendukung untuk melakukan aktivitas pertambangan.
Aktivitas pertambangan ini mulanya dilakukan di sepanjang aliran sungai.
Aktivitas pertambangan emas mengalami perkembangan seiring dengan berjalannya waktu yait awalnya pertambangan emas yang dilakukan dengan cara manual yaitu cara menambang yang masih tradisional dengan menggunakan peralatan manual.
Pertambangan emas awalnya dilakukan dengan cara manual yaitu
16 Wawancara dengan Syafriman (63 tahun) di Nagari Mundam Sakti Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung pada 03 Agustus 2015
dilakukan di dasar sungai dengan cara para pekerja tambang menyelam ke dasar sungai dengan menggunakan jae, sekop dan ember.
Tahun 2000 pertambangan emas mlai dilakukan dengan cara yang sudah lebih canggih yaitu dengan menggunakan mesin dong feng, kapa dan box. Adanya aktivitas pertambangan emas ini telah merubah kehidupan ekonomi masyarakat menjadi lebih baik dan mengalami perubahan dari cara berpakaian, tempat tinggal serta teknologi yang digunakan.
SARAN
Dari hasil penelitian yang diperoleh, maka dikemukakan beberapa saran yaitu diharapkan agar perkembangan pada pertambangan emas ini membawa dampak yang baik bagi penambang dan masyarakat yang ikut terlibat dalam aktivitas pertambangan.diharapkan juga kepada masyarakat agar aktivitas pertambangan ini mengalami kemajuan dan dapat membawa perubahan terhadap kehidupan ekonomi masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
ARSIP:
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sawahlunto Sijunjung “Kecamatan IV Nagari dalam Angka 1998-2014”
Kantor Kecamatan IV Nagari “Monografi Kecamatan IV Nagari Tahun 2014”.
BUKU:
Anthony Reid. 2011. Menuju Sejarah Sumatera antara Indonesia dan Dunia.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Dalliman. 2012. Metod penelitian sejarah.
Yogyakarta: ombak
Dobbin, Christine. 2008. Gejala Ekonomi, Kebangkitan Islam dan Gerakan Paderi Minangkabau 1784-1847.
Depok: Komunitas Bambu
Edwin, Loeb. 2013. Sumatera Sejarah dan Masyarakatnya. Yogyakarta: Ombak
Helius Sjamsudin. 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak
Koentowijoyo. 1994. Metodologi Sejarah.
Yogyakarta: Tiara Wacana
Sartono Kartodirjo. 1992. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah.
Jakarta: Gramedia.
Salim.2005. Hukum Pertambangan di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
SKRIPSI:
Ridha Rizki Arief. 2008. “Pertambangan Emas Rakyat di durian gadang kecamatan Sijunjung Kabupaten Sijunjung Tahun 1990-2011”. Padang:
STKIP PGRI Sumbar.
Reni Rahim.”Pertambangan Emas Rakyat Kampung Baru (Sijunjung) Tahun 1990-2005”. Padang: STKIP PGRI Sumbar.
Sri Hartati. 2009. “Kehidupan Sosial Ekonomi Pekerja Tambang Emas di Nagari Koto Baru Kabupaten Sijunjung Tahun 2003-2012. Padang:
STKIP PGRI Sumbar.
Cici Wulandari. 2008. “Tambang Batu Bara di Nagari Lubuok Tarok Kecamatan Lubuok Tarok Kabupaten Sijunjung dari Tambang Rakyat hingga PT Marsawa Indah Mandiri (2000-2011)”.
Padang: STKIP PGRI Sumbar
Ririn Puspita Sari. 2008. “Tambang Emas Rakyat di Nagari Koto Baru Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung tahun 2003-2010”. Padang:
STKIP PGRI Sumbar