Pengembangan sistem informasi yang berbasis komputer dapat merupakan tugas kompleks yang membutuhkan banyak sumber daya dan dapat memakan waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun untuk menyelesaikannya. Proses pengembangan sistem melewati beberapa tahap dari mulai sistem itu direncanakan sampai dengan sistem tersebut diterapkan, dioperasikan dan dipelihara. Tidak menutup kemungkinan tahap I (pertama) terulang kembali apabila terjadi permasalahan yang kritis dan tidak dapat diatasi pada tahap pemeliharaan. Siklus ini disebut dengan siklus hidup sistem (system life cycle). Tahapan utama dalam siklus hidup pengembangan sistem terdiri dari :
Metode analisis data yang digunakan adalah metode forecasting yaitu metode Moving Avarage, Exponential Smoothing, dan Linear Regression yang kemudian dilanjutkan dengan metode MRP dengan teknik lot sizing yang digunakan yaitu Lot For Lot (LFL), Economic Order Quantity (EOQ), Part Period Balancing (PPB), Period Order Quantity (POQ), dan Wagner Within (WW). Teknik lot sizing yang direkomendasikan pada UD Mitra Usaha Kayu adalah Wagner Within. Pada tahun 2015 dibutuhkan papan sebanyak 108 lembar, lem kayu sebanyak 5.437 gram, pen sebanyak 1.306 buah, dan amplas sebanyak 108 lembar. Status inventori menunjukkan bahwa jumlah papan yang harus dipesan adalah 56 lembar dengan frekuensi pemesanan 7 kali. Untuk lem kayu jumlah yang harus dipesan adalah 4.737 gram dengan frekuensi pemesanan 7 kali. Untuk pen jumlah yang harus dipesan adalah 886 buah dengan frekuensi pemesanan 5 kali. Untuk amplas jumlah yang harus dipesan adalah 54 lembar dengan frekuensi pemesanan 4 kali. Dengan Metode MRP dapat memberikan efisiensi biaya persediaan pada perusahaan yang besarnya masing-masing yaitu papan sebanyak Rp 25.239.750, lem kayu sebanyak Rp 131.012, pen sebanyak Rp 85.446, dan amplas sebanyak Rp 589.350.
persediaan yang dikeluarkan oleh UD. Gerald Unedo sebesar Rp. 7.885.648.000 per- 2 tahun. Masing- masing terdiri dari biaya yang dikeluarkan untuk pemesanan rajungan periode Januari 2015 – Desember 2016 sebesar Rp. 313.720.000,- dan biaya yang keluar akibat persediaan digudang berupa biaya penyimpanan sebesar Rp. 7.571.928.800,- per- 2 tahun. Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa biaya penyimpanan rajungan lebih besar dari biaya pemesanannya. Sehingga perlu dilakukan penurunan kuantitas pembelian rajungan tanpa mengganggu kelancaran proses produksi. Sehingga biaya pengeluaran persediaan bahanbaku rajungan dapat ditekan.
Sukaria (2010), menyatakan bahwa Just in time adalah sebuah konsep pengendalian persediaan yang seluruh kegiatan dalam proses produksi menghindarkan pemborosan. Pemborosan yang dimaksud adalah apabila ketersediaan bahanbaku tidak tepat pada sisi jumlah dan waktu. Melalui metode tersebut diharapkan bahwa bahanbaku dapat disediakan seoptimal mungkin baik dari ketepatan jumlah maupun ketepatan waktu.
Pengaturan material mencakup hal–hal yang berhubungan dengan sistem persediaan sekaligus sistem informasinya, agar dicapai material tepat waktu, tepat jumlah, tepat bahan dan tepat harga. Ide dasar dari MaterialRequirementPlanning (MRP) sudah berkembang lama dan telah banyak digunakan dalam menyelesaikan proyek industri, mulai dari pembangunan rumah sederhana hingga gedung pencakar langit. Bahan yang tepat, pada saat yang tepat adalah filosofi yang digunakan dalam berbagai macam proyek tersebut.
PT. Dua Putra Utama Makmur merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan ikan dengan produk akhir berbagai jenis ikan beku, yang terletak di daerah laut yaitu di Pati, dengan sumber daya ikannya yang tinggi. Dimana produk- produk ikan yang telah dibekukan akan di ekspor ke Luar Negeri. Salah satu jenis produknya adalah Pell Deveined (PD) yaitu berupa udang beku tanpa kepala, tanpa kulit dan usus dibersihkan. PT. Dua Putra Utama Makmur merupakan perusahaan yang baru berkembang, sehingga sangat memerlukan sebuah perencanaan yang tepat untuk melancarkan proses produksinya, salah satunya adalah perencanaan kebutuhan bahanbaku, karena pada perusahaan ini belum melakukan hal tersebut, sehingga terjadi keterlambatan proses produksi. Yang paling sering terjadi adalah masalah keterlambatan bahan packing, sehingga menghambat proses produksi, berikut adalah data keterlambatan bahan packing dari bulan Januari – Juli 2015.
Nico Donuts sebagai salah satu perusahaan yang memenuhi kebutuhan donat dalam negeri untuk kalangan menengah yang telah mengalami perkembangan cukup pesat dalam waktu 5 tahun. Perkembangan ini selain disebabkan oleh tingginya permintaan donat pada toko Nico Donuts, juga sangat dipengaruhi oleh efisiensi atas seluruh penggunaan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Pemanfaatan sumber daya yang efektif dan efisien ini dapat dilakukan jika perusahaan melakukan manajemen produksi yang optimal yang ditunjang dengan pengendalian produksi yang optimal. Salah satu faktor penting dalam manajemen produksi ini yaitu pengendalian persediaan bahan bakunya.
Tabel 2.1. Tabel Contoh Netting ……………………………………................... Tabel 2.2. Tabel Contoh Proses Lotting ……………………………. ………….. Tabel 2.3. Tabel Contoh Offseting …..................................……………………. Tabel 2.4. Tabel Contoh Exploison ...............................……………………….. Tabel 2.5. Tabel Penetapan Ukuran Lot Dengan EOQ ......................................... Tabel 2.6. Tabel Penetapan Ukuran Lot Dengan FPR ......................................... Tabel 2.7. Tabel Penetapan Ukuran Lot Dengan L-4-L........................................ Tabel 3.1 Tabel Hasil Analisa Perhitungan MRP................................................. Tabel 4.1. Data Permintaan Periode Agustus 2009 – Juli 2010 ………………… Tabel 4.2. BOM (Bill Of Materials) Produk Good Day Moccacinno…............. Tabel 4.3. Data Kebutuhan BahanBaku Good Day Moccacinno.................... Tabel 4.4. Data Keadaan Persediaan ……………………………………………. Tabel 4.5. Data Harga BahanBaku ……………………………………………... Tabel 4.6. Biaya PersediaanPerusahaan Januari 2012 – Desember 2012........ Tabel 4.7. Perbandingan Total Biaya Persediaan Masing-masing Metode ........... Tabel 4.8. Perbandingan Total Biaya Rill Perusahaan dengan Total Biaya MRP Tabel 4.9. Perbandingan Total Biaya Persediaan dengan metode MRP......... Tabel 4.10. Perbandingan Total Biaya Persediaan dengan metode MRP (L-4-L)
Suatu industri manufaktur dalam mengendalikan produksi secara tepat waktu serta kesediaan bahanbaku dalam jumlah yang memadai merupakan hal yang utama. Pada PT Hilon Indonesia-Bali proses produksi dan penyediaan bahanbaku sering tidak terkendali dengan baik. Kadangkala persediaan bahanbaku tidak ada pada saat proses produksi, namun kadangkala berlebih yang menyebabkan menumpuknya bahanbaku di gudang. Hal ini menyebabkan kurang efisiennya biaya persediaan bahanbaku yang dikeluarkan oleh perusahaan. Untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan maka digunakan konsep MaterialRequirementPlanning (MRP). Penelitian ini dilakukan dengan melakukan peramalan permintaan pada periode sebelumnya sebagai langkah awal untuk perencanaan produksi dan dipakai untuk membuat Jadwal Induk Produksi (JIP). Selanjutnya dengan menerjemahkan JIP menjadi “kebutuhan bersih” untuk semua jenis dan mengatur aliran bahanbaku dan persediaan dalam proses sehingga sesuai dengan jadwal produksi untuk produk akhir. Setelah menerapkan sistemMRP pada perusahaan, terjadi penurunan persediaan bahanbaku sebesar 73%.
dalam volume-volume besar serta dibuat pada garis-garis produksi, dikendalikan dengan menggunakan flow control. Flow control banyak dijumpai dalam proses produksi kontiyus atau terus-menerus, dimana pengerjaan produk mengalir sepanjang lini produksi melalui pusat-pusat kerja sampai lini terakhir dari menit ke menit. Komponen- komponen dan bagian-bagian rakitan harus saling mengalir ke pusat-pusat kerja sepanjang garis pada tingkat yang sesuai dengan kebutuhan. Jadi tujuan utama flow control adalah untuk memadamkan tingkat-tingkat aliran berbagai komponen, bagian rakitan dan perakitan akhir.
Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan usaha untuk mengatasi agar tidak terjadi ketidaktersediaan komponen bahanbaku pada saat dibutuhkan untuk proses produksi. Hal tersebut dapat dilakukan dengan solusi melakukan perencanaan kebutuhan komponen bahanbaku dengan metode tertentu. Metode yang akan digunakan untuk perencanaan kebutuhan komponen bahanbaku tersebut adalah menggunakanMaterialRequirementPlanning (MRP). Perhitungan metode ini berdasarkan pada kebutuhan produk setiap periode tertentu yang disebut Jadwal Induk Produksi atau Master Production Schedule (MPS), struktur produk yang dinyatakan dengan Bill Of Material (BOM), dan persediaan yang masih ada (On Hand Inventory). Hasil yang diharapkan dari perhitungan MRP dengan menggunakan salah satu teknik lot sizing yang ada, yaitu perusahaan dapat melakukan perencanaan kebutuhan komponen bahanbaku yang tepat, baik dari segi jumlah maupun jadwal dibutuhkannya.
Pada perusahaan yang bergerak dibidang perdagangan yang menghasilkan barang jadi, proses produksi merupakan kegiatan inti dari perusahaan tersebut. Produksi bisa berjalan dengan lancar apabila bahanbaku yang merupakan input dari proses produksi tersedia sesuai dengan kebutuhan. Tersedianya bahanbaku tidak lepas dari perencanaan (planning) dan pengendalian (controlling). Perencanaan bahanbaku bermanfaat untuk menjaga kelangsungan proses produksi yang berdampak pada kelangsungan hidup perusahaan dan untuk mengantisipasi pada setiap permintaan konsumen yang datang secara tidak terduga. Dengan adanya persediaan bahanbaku maka perusahaan dapat memenuhi permintaan konsumen. Sistem yang dapat digunakan untuk pengadaan bahanbaku adalah MRP (MaterialRequirementPlanning) atau sistem kebutuhan bahanbaku. SistemMRP dapat digunakan untuk mengetahui jumlah bahanbaku yang akan dipesan sesuai dengan kebutuhan untuk produksi dengan memperhitungkan juga biaya-biaya yang akan timbul akibat dari persediaan, seperti biaya pemesanan dan biaya penyimpanan.
dengan baik, merumuskan dengan tepat apa saja yang dibutuhkan dalam proses produksi dan jumlah bahanbaku yang dibutuhkan, serta membuat jadwal produksi agar produk yang dibuat selesai tepat waktu. Salah satu metode pendekatan yang mampu mengatasi pengendalianbahanbaku produksi adalah MaterialRequirementPlanning, MRP adalah suatu metode untuk menentukan apa, kapan, dan berapa jumlah komponen dan material yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dari suatu perencanaan produksi, selain itu metode MRP dapat diterapkan untuk mengatasi masalah persediaan bahanbaku sesuai dengan karakteristik perusahaan yang sesuai dengan karakteristik metode MRP.
Perencanaan kebutuhan bahanbaku (materialrequirementplanning) menggantungkan pengendalian pekerjaan dan pengendaian produk (Daulay, 2010:15). Waktu yang digunakan untuk mengubah jadwal produksi akibat permintaan atau kelambatan tidak terduga secara manual cukup panjang, sehingga memungkinkan perhitungan kebutuhan bahan untuk keperluan produksi. Adanya komputer mempercepat perhitungan sehingga peramalan, saat pemesanan, jumlah pesanan, penjadwalan induk, waktu ancang, serta kondisi persediaan pada saat yang sama. MRP pada dasarnya dapat diterapkan untuk sebagian besar industri manufaktur yang bersifat diskrit, seperti industri mobil, elektronika, dan lain sebagainya.
memproduksi barang jadi. Sedangkan tiga output yang dihasilkan oleh sistemMRP adalah Order Release Requirements, dari informasi ini dapat diketahui kapan pemesanan dilakukan, Order Rescheduling, artinya penjadwalan kembali terhadap pemesanan yang dilakukan. Ini diperlukan karena adanya kemungkinan terjadi perubahan waktu kebutuhan terhadap produk akhir, seperti pesanan yang harus diterima lebih awal, pesanan yang diundur penerimaannya dan pembatalan, dan Planned Orders yaitu rencana pemesanan di masa yang akan datang. Keuntungan perusahaan dengan menerapkan sistemMRP adalah mengurangi biaya-biaya yang berhubungan dengan persediaan dan memuaskan konsumen.
Produksi/operasi merupakan kegiatan perusahaan yang paling banyak mengeluarkan biaya, oleh karena itu perlu adanya manajemen operasi. Manajemen operasi adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang atau jasa dengan mengubah input menjadi output (Operations Management, Jay Heizer and Barry Render, 2006, hlm 4). Di dalam suatu proses produksi, ada input yang terdiri dari bahanbaku (bahan mentah) atau komponen-komponen material yang kemudian akan diubah menjadi barang (produk) jadi.
Sejak berdirinya, Jayamix memfokuskan diri untuk mencapai kesuksesan dengan menggunakan pengalaman yang diperoleh melalui kerjasama diantara tenaga ahli dari Indonesia dan tenaga ahli asing. Konsep kerjasama ini tidak hanya dilaksanakan di masing- masing batching setiap harinya , akan tetapi juga ketika beberapa batching plant harus bekerjasama untuk melaksanakan proyek- proyek besar yang sangat rumit yang sebagian besar baru pertama kali dilaksanakan di Indonesia.
berkaitan menyebabkan waktu dan jumlah kebutuhan setiap komponen berbeda-beda menurut ketergantungan jenis komponen yang satu dengan yang lainnya. Kondisi ini menyebabkan sulitnya merencanakan kebutuhan akan material yang optimal dan sistem pengadaan material juga masih dilakukan secara tradisional yang tidak selalu mampu mengatasi permasalahan yang ada, sehingga sering sekali terjadi penumpukan barang dan disisi lain terkadang sampai terjadi kekurangan bahan-baku (stockout). Oleh karena hal tersebut maka diperlukannya suatu sistem manajemen perencanaan material yang mampu memberikan informasi tentang harga, waktu serta jumlah lot pemesanan kebutuhan bahanbaku yang optimal, untuk meminimasi biaya yang dikeluarkan.