• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Interregional Input Output (IRIO)

Kelas Kemampuan

3.3.5. Analisis Interregional Input Output (IRIO)

Untuk melihat kinerja perekonomian suatu wilayah atau suatu provinsi biasanya digunakan indikator-indikator makroekonomi, seperti peningkatan pendapatan masyarakat, peningkatan lapangan kerja dan pemerataan pendapatan. Dalam konteks analisis input-output regional Nazara (1997), menampilkan struktur ekonomi daerah. Di dalam Model Input-Output Interregional (IRIO), Struktur ekonomi dan keterkaitan ekonomi antar region adalah fakta yang tidak bisa dipungkiri. Apa yang terjadi di suatu region besar kemungkinannya berpengaruh kepada region lain, dalam suatu lingkup perekonomian yang lebih besar intensitas interaksinya. Selanjutnya IRIO, menjelaskan bahwa sektor-sektor usaha di region tersebut diminta untuk mengidentifikasikan bukan saja struktur

inputantara yang digunakan dan juga mensyaratkan manainput yang berasal dari regionnya sendiri, dan mana input yang berasal dari region lainnya. Tabel IRIO Jabodetabek yang tersedia, dihitung pada tahun 2002, oleh karena itu untuk mendapat Tabel IRIO tahun 2009 yaitu dengan memperbaharui tabel IRIO yang ada dengan menggunakan metode RAS.

Berdasarkan struktur dasar tabel IRIO (Tabel 2) dan dengan

menggunakan persamaan dasar yang telah dibahas dalam tahapan analisis IO

maka kita dapat mengembangkan analisis multiplier untuk Tabel IRIO.

Kelebihan dari analisis IRIO adalah kemampuan untuk mendekomposisi dampak pembangunan suatu sektor ekonomi di suatu wilayah terhadap performa kinerja ekonomi di wilayah bersangkutan (lokal) dan wilayah lainnya (interregional).

Permintaan Internal Wilayah Permintaan Eksternal Wilayah Total Output

Permintaan Antara Permintaan Akhir

Wilayah J (DKI Jakarta) Wilayah B (Bodetabek)

Wilayah I (Sisa

Indonesia) Wilayah J Wilayah B Wilayah I

1 2 ... n 1 2 ... n 1 2 ... n C G I C G I C G I E Input In te rna l W il aya h Input A nt a ra W il aya h J 1 X11JJ .. .. X11JJ X11JB ... ... X11JB X11JI ... ... X11JI C1JJ G1JJ I1JJ C1JB G1JB I1JB C1JI G1JI I1JI E1.J X1.J 2 X21JJ .. .. X21JJ X21JB ... ... X21JB X21JI ... ... X21JI C2JJ G2JJ I2JJ C2JB G2JB I2JB C2JI G2JI I2JI E2.J E2.J : ... .. .. ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... : ... .. .. ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... n Xn1 JJ .. .. XnnJJ Xn1JB ... ... XnnJB Xn1JI ... ... XnnJI CnJJ GnJJ InJJ CnJB GnJB InJB CnJI GnJI InJI En.J Xn.J W il aya h B 1 X11BJ .. .. X11BJ X11BB ... ... X11BB X11BI ... ... X11BI C1BJ G1BJ I1BJ C1BB G1BB I1BB C1BI G1BI I1BI E1.B X1.B 2 X21BJ .. .. X21BJ X21BB ... ... X21BB X21BI ... ... X21BI C2BJ G2BJ I2BJ C2BB G2BB I2BB C2BI G2BI I2BI E2.B E2.B : ... .. .. ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... : ... .. .. ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... n Xn1BJ .. .. XnnBJ Xn1BB ... ... XnnBB Xn1BI ... ... XnnBI CnBJ GnBJ InBJ CnBB GnBB InBB CnBI GnBI InBI En.B Xn.B W il aya h I 1 X11 IJ .. .. X11IJ X11IB ... ... X11IB X11II ... ... X11II C1IJ G1IJ I1IJ C1IB G1IB I1IB C1II G1II I1II E1.I X1.I 2 X21 IJ .. .. X21IJ X21IB ... ... X21IB X21II ... ... X21II C2IJ G2IJ I2IJ C2IB G2IB I2IB C2II G2II I2II E2.I E2.I : ... .. .. ... ... ... ... .. ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... : ... .. .. ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... n Xn1 IJ .. .. XnnIJ Xn1IB ... ... XnnIB Xn1II ... ... XnnII CnIJ GnIJ InIJ CnIB GnIB InIB CnII GnII InII En.I Xn.I N il ai T am ba h W W.1J .. .. W.nJ W.1B ... W.nB W.1I ... W.nI CWJ GWJ IWJ CWB GWB IWB CWI GWI IWI Ew W T T.1J .. .. T.nJ T.1B ... T.nB T.1I ... T.nI CTJ GTJ ITJ CTB GTB ITB CTI GTI ITI ET T S S.1J .. .. S.nJ S.1B ... S.nB S.1I ... S.nI CSJ GSJ ISJ CSB GSB ISB CSI GSI ISI ES S InputEksternal Wilayah M M.1J .. .. M.nJ M.1B .. .. M.nB M.1I M.nI CMJ GMJ IMJ CMB GMB IMB CMI GMI III M TotalInput X.1J .. .. X.nJ X.1B ... .. X.nB X.1I X.nI CXJ GXJ IXJ CXB GXB IXB CXI GXI IXI E X

Keterangan :

i, j : Sektor ekonomi, i = 1, 2, ..., n; j = 1, 2, ... n 1. Sektor pertanian

2. Sektor pertambangan dan penggalian 3. Sektor industri dan pengolahan 4. Sektor industri, gas dan air bersih 5. Sektor bangunan

6. Sektor perdagangan, hotel dan restoran 7. Sektor pengangkutan dan komunikasi

8. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 9. Jasa-jasa

XijJJ : banyaknyaoutputsektoridi wilayah J (DKI Jakarta) yang digunakan sebagaiinputsektorjdi wilayah J (DKI Jakarta)

XijJB : banyaknyaoutputsektoridi wilayah J yang digunakan sebagaiinput

sektorjdi wilayah B

XijJI : banyaknyaoutput sektori di wilayah J yang digunakan sebagai input

sektorj di wilayah I

XijBB : banyaknyaoutput sektori di wilayah B yang digunakan sebagai input

sektorj di wilayah B

XijBJ : banyaknyaoutputsektoridi wilayah B yang digunakan sebagaiinput

sektorjdi wilayah J

XijBI : banyaknyaoutputsektoridi wilayah B yang digunakan sebagaiinput

sektorjdi wilayah I

XijII : banyaknyaoutput sektori di wilayah I yang digunakan sebagai input

sektorj di wilayah I

XijIJ : banyaknyaoutput sektori di wilayah I yang digunakan sebagaiinput

sektorj di wilayah J

XijIB : banyaknyaoutput sektori di wilayah I yang digunakan sebagai input

sektorj di wilayah B

XiJ : totaloutputsektoridi wilayah J XiB : totaloutputsektoridi wilayah B XiI : totaloutputsektoridi wilayah I

EiJ : outputsektoridari wilayah J yang diekspor/dijual ke luar wilayah eksternal

EiB : outputsektoridari wilayah B yang diekspor/dijual ke luar wilayah eksternal

EiI : outputsektoridari wilayah I yang diekspor/dijual ke luar wilayah eksternal

YiJ : total permintaan akhir terhadapoutputsektor i di wilayah J YiB : total permintaan akhir terhadapoutputsektor i di wilayah B YiI : total permintaan akhir terhadapoutputsektori di wilayah I

WjJ : pendapatan (upah dan gaji) rumah tangga dari sektorj, nilai tambah sektorj yang dialokasikan sebagai upah dan gaji anggota rumah tangga yang bekerja di sektor j di wilayah J

WjB : pendapatan (upah dan gaji) rumah tangga dari sektorj, nilai tambah sektorj yang dialokasikan sebagai upah dan gaji anggota rumah tangga yang bekerja di sektor j di wilayah B

WjI : pendapatan (upah dan gaji) rumah tangga dari sektorj, nilai tambah sektorj yang dialokasikan sebagai upah dan gaji anggota rumah tangga yang bekerja di sektor j di wilayah I

TjJ : pendapatan pemerintah (Pajak Tak Langsung) dari sektor j, nilai

tambah sektor j yang menjadi pendapatan asli daerah J dari sektorj

TjB : pendapatan pemerintah (Pajak Tak Langsung) dari sektor j, nilai

tambah sektor j yang menjadi pendapatan asli daerah B dari sektorj

TjI : pendapatan pemerintah (Pajak Tak Langsung) dari sektor j, nilai

tambah sektor j yang menjadi pendapatan asli daerah I dari sektorj SjJ : surplus usaha sektorj,nilai tambah sektorjyang menjadi surplus usaha

di wilayah J

SjB : surplus usaha sektorj,nilai tambah sektorjyang menjadi surplus usaha di wilayah B

SjI : surplus usaha sektorj,nilai tambah sektorjyang menjadi surplus usaha di wilayah I

MjJ : impor sektor j di wilayah J, komponen input produksi sektor j di wilayah J yang diperoleh/dibeli dari luar wilayah

MjB : impor sektor j di wilayah B, komponen input produksi sektor j di wilayah B yang diperoleh/dibeli dari luar wilayah

MjI : impor sektor j di wilayah I, komponen input produksi sektor j di wilayah I yang diperoleh/dibeli dari luar wilayah

Parameter yang paling utama adalah koefisien teknologi yang secara matematis dalam analisis IRIO. Secara teknis terdapat beberapa persamaan yang dikembangkan dalam analisis IRIO guna memperoleh kaitan langsung ke depan dan ke belakang (direct bacward and forward linkages) dan berbagai multiplier

atauinterregional spilover effectyaitu :

(1) Kaitan langsung ke belakang (Direct backward linkages) dihitung

berdasarkan kaitan langsung ke belakang di dalam wilayah

(intraregional) dan antar wilayah (interregional) sehingga diperoleh :

 persamaan i n i menunjukkan keterkaitan langsung

ke belakang sektor j di wilayah J (DKI Jakarta) terhadap input

dari wilayah J (DKI Jakarta)

 persamaan ini menunjukkan keterkaitan

langsung ke belakang sektor j di wilayah B (Bodetabek) terhadap

input dari wilayah J (DKI Jakarta)

langsung ke belakang sektor j di wilayah I (Sisa Indonesia) terhadapinput dari wilayah J (DKI Jakarta)

 persamaan ini menunjukkan keterkaitan

langsung ke belakang sektor j di wilayah B (Bodetabek) terhadap

input dari wilayah B (Bodetabek)

 persamaan i n i menunjukkan keterkaitan

langsung ke belakang sektor j di wilayah J (DKI Jakarta) terhadapinput dari wilayah B (Bodetabek)

 persamaan i n i menunjukkan keterkaitan

langsung ke belakang sektor j di wilayah I (Sisa Indonesia) terhadapinput dari wilayah B (Bodetabek)

 persamaan ini menunjukkan keterkaitan

langsung ke belakang sektor j di wilayah I (Sisa Indonesia) terhadapinput dari wilayah I (Sisa Indonesia)

 persamaan ini menunjukkan keterkaitan

langsung ke belakang sektor j di wilayah J (DKI Jakarta) terhadapinput dari wilayah I (Sisa Indonesia)

 persamaan ini menunjukkan keterkaitan

langsung ke belakang sektor j di wilayah B (Bodetabek) terhadap

input dari wilayah I (Sisa Indonesia)

(2) Keterkaitan langsung ke depan (direct forward linkage) dihitung

erdasarkan kaitan langsung ke depan di dalam wilayah (intraregional) dan antar wilayah(interregional) sehingga diperoleh :

 persamaan ini menunjukkan keterkaitan langsung

ke depan input sektor i di wilayah J (DKI Jakarta) terhadapoutput

 persamaan ini menunjukkan keterkaitan langsung ke depan input sektor i di wilayah B (Bodetabek) terhadapoutput

di wilayah J (DKI Jakarta)

 persamaan ini menunjukkan keterkaitan langsung

ke depan input sektor i di wilayah I (Sisa Indonesia) terhadap

outputdi wilayah J (DKI Jakarta)

 persamaan ini menunjukkan keterkaitan langsung

ke depan input sektor i di wilayah B (Bodetabek) terhadap output

di wilayah B (Bodetabek)

 persamaan ini menunjukkan keterkaitan langsung

ke depan input sektor i di wilayah J (DKI Jakarta) terhadap

outputdi wilayah B (Bodetabek)

 persamaan ini menunjukkan keterkaitan langsung ke

depan input sektor i di wilayah I (Sisa Indonesia) terhadap output

di wilayah B (Bodetabek)

 persamaan ini menunjukkan keterkaitan langsung

ke depan input sektor i di wilayah I (Sisa Indonesia) terhadap

outputdi wilayah I (Sisa Indonesia)

 persamaan ini menunjukkan keterkaitan langsung

ke depan input sektor i di wilayah J (DKI Jakarta) terhadap

outputdi wilayah I (Sisa Indonesia)

 persamaan ini menunjukkan keterkaitan langsung

ke depan input sektor i di wilayah B (Bodetabek) terhadap output

di wilayah I (Sisa Indonesia)

(3) Kaitan langsung dan tidak langsung ke belakang (direct and indirect backward llinkage)

 persamaan di atas menunjukkan pengaruh langsung dan tidak langsung dari kenaikan permintaan akhir terhadap satu unit output sektor j di wilayah J (DKI Jakarta), pada peningkatanoutput seluruh sektor perekonomian di wilayah J (DKI Jakarta)

 persamaan di atas menunjukkan pengaruh

langsung dan tidak langsung dari kenaikan permintaan akhir terhadap satu unit output sektor j di wilayah B (Bodetabek), pada peningkatanoutput seluruh sektor perekonomian di wilayah J (DKI Jakarta)

 persamaan di atas menunjukkan pengaruh

langsung dan tidak langsung dari kenaikan permintaan akhir terhadap satu unit output sektor j di wilayah I (Sisa Indonesia), pada peningkatanoutput seluruh sektor perekonomian di wilayah J (DKI Jakarta)

 persamaan di atas menunjukkan pengaruh

langsung dan tidak langsung dari kenaikan permintaan akhir terhadap satu unit output sektor j di wilayah B (Bodetabek), pada peningkatan output seluruh sektor perekonomian di wilayah B (Bodetabek)

 persamaan di atas menunjukkan pengaruh

langsung dan tidak langsung dari kenaikan permintaan akhir terhadap satu unit output sektor j di wilayah J (DKI Jakarta), pada peningkatan output seluruh sektor perekonomian di wilayah B (Bodetabek)

 persamaan di atas menunjukkan pengaruh

langsung dan tidak langsung dari kenaikan permintaan akhir terhadap satu unit output sektor j di wilayah I (Sisa Indonesia),

pada peningkatan output seluruh sektor perekonomian di wilayah B (Bodetabek)

 persamaan di atas menunjukkan pengaruh

langsung dan tidak langsung dari kenaikan permintaan akhir terhadap satu unit output sektor j di wilayah I (Sisa Indonesia), pada peningkatanoutput seluruh sektor perekonomian di wilayah I (Sisa Indonesia)

 persamaan di atas menunjukkan pengaruh

langsung dan tidak langsung dari kenaikan permintaan akhir terhadap satu unit output sektor j di wilayah J (DKI Jakarta), pada peningkatanoutput seluruh sektor perekonomian di wilayah I (Sisa Indonesia)

 persamaan di atas menunjukkan pengaruh

langsung dan tidak langsung dari kenaikan permintaan akhir terhadap satu unit output sektor j di wilayah B (Bodetabek), pada peningkatanoutput seluruh sektor perekonomian di wilayah I (Sisa Indonesia)

(4) Kaitan langsung dan tidak langsung ke depan (direct and indirect fordward linkage)

 persamaan ini menunjukkan pengaruh langsung

dan tidak langsung dari kenaikan permintaan akhir terhadap satu unit output sektor i di wilayah J (DKI Jakarta), pada peningkatan

outputseluruh sektor perekonomian di wilayah J (DKI Jakarta).

 persamaan ini menunjukkan pengaruh langsung

dan tidak langsung dari kenaikan permintaan akhir terhadap satu unit output sektor i di wilayah B (Bodetabek), pada peningkatan

outputseluruh sektor perekonomian di wilayah J (DKI Jakarta).

 persamaan ini menunjukkan pengaruh langsung

unit output sektor i di wilayah I (Sisa Indonesia), pada peningkatan

outputseluruh sektor perekonomian di wilayah J (DKI Jakarta).

 persamaan ini menunjukkan pengaruh langsung

dan tidak langsung dari kenaikan permintaan akhir terhadap satu unit output sektor i di wilayah B (Bodetabek), pada peningkatan

outputseluruh sektor perekonomian di wilayah B (Bodetabek).

 persamaan ini menunjukkan pengaruh langsung

dan tidak langsung dari kenaikan permintaan akhir terhadap satu unit output sektor i di wilayah J (DKI Jakarta), pada peningkatan

outputseluruh sektor perekonomian di wilayah B (Bodetabek).

 persamaan ini menunjukkan pengaruh langsung

dan tidak langsung dari kenaikan permintaan akhir terhadap satu unit output sektor i di wilayah I (Sisa Indonesia), pada peningkatan

outputseluruh sektor perekonomian di wilayah B (Bodetabek).

 persamaan ini menunjukkan pengaruh langsung

dan tidak langsung dari kenaikan permintaan akhir terhadap satu unit output sektor i di wilayah I (Sisa Indonesia), pada peningkatan

outputseluruh sektor perekonomian di wilayah I (Sisa Indonesia).

 persamaan ini menunjukkan pengaruh langsung

dan tidak langsung dari kenaikan permintaan akhir terhadap satu unit output sektor i di wilayah J (DKI Jakarta), pada peningkatan

outputseluruh sektor perekonomian di wilayah I (Sisa Indonesia).

 persamaan ini menunjukkan pengaruh langsung

dan tidak langsung dari kenaikan permintaan akhir terhadap satu unit output sektor i di wilayah B (Bodetabek), pada peningkatan

outputseluruh sektor perekonomian di wilayah I (Sisa Indonesia). (5) Multiplier:

Seperti halnya pada analisis IO, dalam analisis IRIO juga dikenal dua tipe

Tipe I dihitung berdasarkan inverse matriks Leontief, (I-A)-1, dimana sektor rumah tangga diperlakukan secara exogenous. Bila sektor rumah

tangga dimasukkan dalam matriks saling ketergantungan, dengan

menambah satu baris berupa pendapatan rumah tangga dan satu kolom berupa pengeluaran rumah tangga, yang berarti sektor rumah tangga diperlakukan secara endogenous dalam sistem, maka multiplier yang diperoleh adalahmultiplier tipe II. Dalammultiplier tipe II, bukan hanya dampak langsung dan tidak langsung yang dihitung tetapi termasuk pula dampak induksi, yakni dampak dari perubahan pola konsumsi rumah

tangga akibat peningkatan pendapatan terhadap kinerja sistem

perekonomian wilayah.

(a) Output Multiplier, dihitung berdasarkan dampak di dalam wilayah (intra regional) dan dampak terhadap wilayah lain (interegional).

 yaitu dampak peningkatan permintaan akhir atas output

sektor j di wilayah J (DKI Jakarta) terhadap peningkatan total

output seluruh sektor di wilayah J (DKI Jakarta). Angka yang diperoleh sama dengan angka keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang seperti yang telah diuraikan di atas.

Persamaanya adalah sebagai berikut :

 yaitu dampak peningkatan permintaan akhir atas output

sektor j di wilayah B (Bodetabek) terhadap peningkatan total

output seluruh sektor di wilayah J (DKI Jakarta). Persamaanya adalah sebagai berikut

 yaitu dampak peningkatan permintaan akhir atas output

sektor j di wilayah I (Sisa Indonesia) terhadap peningkatan total

output seluruh sektor di wilayah J (DKI Jakarta). Persamaanya adalah sebagai berikut

j

sektor j di wilayah B (Bodetabek) terhadap peningkatan total

output seluruh sektor di wilayah B (Bodetabek). Persamaanya adalah sebagai berikut

 yaitu dampak peningkatan permintaan akhir atas output

sektor j di wilayah J (DKI Jakarta) terhadap peningkatan total

output seluruh sektor di wilayah B (Bodetabek). Persamaanya adalah sebagai berikut

 yaitu dampak peningkatan permintaan akhir atas output

sektor j di wilayah I (Sisa Indonesia) terhadap peningkatan total

output seluruh sektor di wilayah B (Bodetabek). Persamaanya adalah sebagai berikut

 yaitu dampak peningkatan permintaan akhir atas output

sektor j di wilayah I (Sisa Indonesia) terhadap peningkatan total

output seluruh sektor di wilayah I (Sisa Indonesia). Persamaanya adalah sebagai berikut

 yaitu dampak peningkatan permintaan akhir atas output

sektor j di wilayah J (DKI Jakarta) terhadap peningkatan total

output seluruh sektor di wilayah I (Sisa Indonesia). Persamaanya adalah sebagai berikut

 yaitu dampak peningkatan permintaan akhir atas output

sektor j di wilayah B (Bodetabek) terhadap peningkatan total

output seluruh sektor di wilayah I (Sisa Indonesia). Persamaanya adalah sebagai berikut

(b) Income Multiplier, dihitung berdasarkan dampak di dalam wilayah (intra regional) dan dampak terhadap wilayah lain (interegional).

,

wilayah J (DKI Jakarta) terhadap peningkatan total pendapatan rumah tangga secara keseluruhan di wilayah J (DKI Jakarta). Persamaannya adalah sebagai berikut:

dimana :

: rasio pendapatan rumahtangga dari sektor i di wilayah J (DKI Jakarta) terhadap totaloutputsektoridi wilayah J (DKI Jakarta).

,yaitu dampak peningkatan permintaan akhir atasoutputsektorjdi

wilayah B (Bodetabek) terhadap peningkatan total pendapatan rumah tangga secara keseluruhan di wilayah J (DKI Jakarta). Persamaannya adalah sebagai berikut:

dimana :

: rasio pendapatan rumahtangga dari sektor i di wilayah B

(Bodetabek) terhadap total output sektor i di wilayah J (DKI Jakarta)

,yaitu dampak peningkatan permintaan akhir atasoutputsektorjdi

wilayah I (Sisa Indonesia) terhadap peningkatan total pendapatan rumah tangga secara keseluruhan di wilayah J (DKI Jakarta). Persamaannya adalah sebagai berikut:

dimana :

: rasio pendapatan rumahtangga dari sektor i di wilayah I (Sisa Indonesia) terhadap total output sektor i di wilayah J (DKI Jakarta)

, yaitu dampak peningkatan permintaan akhir atas output sektor j

di wilayah B (Bodetabek) terhadap peningkatan total pendapatan rumah tangga secara keseluruhan di wilayah B (Bodetabek). Persamaannya adalah sebagai berikut:

dimana :

: rasio pendapatan rumahtangga dari sektor i di wilayah B

(Bodetabek) terhadap total output sektor i di wilayah B

(Bodetabek)

,yaitu dampak peningkatan permintaan akhir atasoutputsektorjdi

wilayah J (DKI Jakarta) terhadap peningkatan total pendapatan rumah tangga secara keseluruhan di wilayah B (Bodetabek). Persamaannya adalah sebagai berikut:

dimana :

: rasio pendapatan rumahtangga dari sektor i di wilayah J (DKI Jakarta) terhadap totaloutputsektoridi wilayah B (Bodetabek)

,

yaitu dampak peningkatan permintaan akhir atasoutputsektorjdi wilayah I (Sisa Indonesia) terhadap peningkatan total pendapatan rumah tangga secara keseluruhan di wilayah B (Bodetabek). Persamaannya adalah sebagai berikut:

dimana :

: rasio pendapatan rumahtangga dari sektor i di wilayah I (Sisa

Indonesia) terhadap total output sektor i di wilayah B

(Bodetabek)

,yaitu dampak peningkatan permintaan akhir atasoutputsektorjdi

wilayah I (Sisa Indonesia) terhadap peningkatan total pendapatan rumah tangga secara keseluruhan di wilayah I (Sisa Indonesia). Persamaannya adalah sebagai berikut:

dimana :

: rasio pendapatan rumahtangga dari sektor i di wilayah I (Sisa Indonesia) terhadap total output sektor i di wilayah I (Sisa Indonesia)

,yaitu dampak peningkatan permintaan akhir atasoutputsektorjdi

wilayah J (DKI Jakarta) terhadap peningkatan total pendapatan rumah tangga secara keseluruhan di wilayah I (Sisa Indonesia). Persamaannya adalah sebagai berikut:

dimana :

: rasio pendapatan rumahtangga dari sektor i di wilayah J (DKI Jakarta) terhadap total output sektor i di wilayah I (Sisa Indonesia)

,

yaitu dampak peningkatan permintaan akhir atasoutputsektorjdi wilayah B (Bodetabek) terhadap peningkatan total pendapatan rumah tangga secara keseluruhan di wilayah I (Sisa Indonesia). Persamaannya adalah sebagai berikut:

dimana :

: rasio pendapatan rumahtangga dari sektor i di wilayah B

(Bodetabek) terhadap total output sektor i di wilayah I (Sisa Indonesia)

(c) Total Value-Added Multiplier ataumultiplierPDRB, dihitung berdasarkan dampak di dalam wilayah (intra regional) dan dampak terhadap wilayah lain (interegional).

, yaitu dampak peningkatan permintaan akhir atas output

sektor j di wilayah J (DKI Jakarta) terhadap peningkatan PDRB secara keseluruhan di wilayah J (DKI Jakarta).Persamaannya adalah sebagai berikut:

dimana :

: rasio PDRB dari sektor i di wilayah J (DKI Jakarta) terhadap totaloutput sektor idi wilayah J (DKI Jakarta)

, yaitu dampak peningkatan permintaan akhir atas output

sektor j di wilayah B (Bodetabek) terhadap peningkatan PDRB secara keseluruhan di wilayah J (DKI Jakarta). Persamaannya adalah sebagai berikut:

dimana :

: rasio PDRB dari sektor i di wilayah B (Bodetabek) terhadap totaloutput sektor idi wilayah J (DKI Jakarta)

, yaitu dampak peningkatan permintaan akhir atas output

sektor j di wilayah I (Sisa Indonesia) terhadap peningkatan PDRB secara keseluruhan di wilayah J (DKI Jakarta). Persamaannya adalah sebagai berikut:

dimana :

: rasio PDRB dari sektor i di wilayah I (Sisa Indonesia) terhadap totaloutput sektor i di wilayah J (DKI Jakarta)

, yaitu dampak peningkatan permintaan akhir atas output

sektor j di wilayah B (Bodetabek) terhadap peningkatan PDRB secara keseluruhan di wilayah B (Bodetabek). Persamaannya adalah sebagai berikut:

dimana :

: rasio PDRB dari sektor i di wilayah B (Bodetabek) terhadap totaloutput sektor idi wilayah B (Bodetabek)

, yaitu dampak peningkatan permintaan akhir atas output

sektor j di wilayah J (DKI Jakarta) terhadap peningkatan PDRB secara keseluruhan di wilayah B (Bodetabek). Persamaannya adalah sebagai berikut:

dimana :

: rasio PDRB dari sektor i di wilayah J (DKI Jakarta) terhadap totaloutput sektor idi wilayah B (Bodetabek)

, yaitu dampak peningkatan permintaan akhir atas output

sektor j di wilayah I (Sisa Indonesia) terhadap peningkatan PDRB secara keseluruhan di wilayah B (Bodetabek). Persamaannya adalah sebagai berikut:

dimana :

: rasio PDRB dari sektor i di wilayah I (Sisa Indonesia) terhadap totaloutput sektor i di wilayah B (Bodetabek)

, yaitu dampak peningkatan permintaan akhir atas output

sektor j di wilayah I (Sisa Indonesia) terhadap peningkatan PDRB secara keseluruhan di wilayah I (Sisa Indonesia). Persamaannya adalah sebagai berikut:

dimana :

: rasio PDRB dari sektor i di wilayah I (Sisa Indonesia) terhadap totaloutput sektor i di wilayah I (Sisa Indonesia)

, yaitu dampak peningkatan permintaan akhir atas output

sektor j di wilayah J (DKI Jakarta) terhadap peningkatan PDRB secara keseluruhan di wilayah I (Sisa Indonesia). Persamaannya adalah sebagai berikut:

dimana :

: rasio PDRB dari sektor i di wilayah J (DKI Jakarta) terhadap totaloutput sektor idi wilayah I (Sisa Indonesia)

j

, yaitu dampak peningkatan permintaan akhir atas output

sektor j di wilayah B (Bodetabek) terhadap peningkatan PDRB secara keseluruhan di wilayah I (Sisa Indonesia). Persamaannya adalah sebagai berikut:

dimana :

: rasio PDRB dari sektor i di wilayah B (Bodetabek) terhadap totaloutput sektor idi wilayah I (Sisa Indonesia)

(d)Employment Multiplier, dihitung berdasarkan dampak di dalam wilayah (intra regional) dan dampak terhadap wilayah lain (interegional).

,

yaitu dampak peningkatan permintaan akhir atasoutput sektorjdi wilayah J (DKI Jakarta) terhadap peningkatan serapan tenaga kerja secara keseluruhan di wilayah J (DKI Jakarta). Persamaannya adalah sebagai berikut:

Dimana

: rasio serapan tenaga kerja dari sektor i di wilayah J (DKI Jakarta) terhadap totaloutputsektoridi wilayah J (DKI Jakarta)

,

yaitu dampak peningkatan permintaan akhir atasoutputsektorjdi wilayah B (Bodetabek) terhadap peningkatan serapan tenaga kerja secara keseluruhan di wilayah J (DKI Jakarta). Persamaannya adalah sebagai berikut:

Dimana

: rasio serapan tenaga kerja dari sektor i di wilayah B

(Bodetabek) terhadap total output sektor i di wilayah J (DKI Jakarta)

,

yaitu dampak peningkatan permintaan akhir atasoutputsektor jdi wilayah I (Sisa Indonesia) terhadap peningkatan serapan tenaga kerja

secara keseluruhan di wilayah J (DKI Jakarta). Persamaannya adalah sebagai berikut:

Dimana

: rasio serapan tenaga kerja dari sektor i di wilayah I (Sisa Indonesia) terhadap total output sektor i di wilayah J (DKI Jakarta)

,

yaitu dampak peningkatan permintaan akhir atasoutputsektorjdi wilayah B (Bodetabek) terhadap peningkatan serapan tenaga kerja secara keseluruhan di wilayah B (Bodetabek). Persamaannya adalah sebagai berikut:

Dimana

: rasio serapan tenaga kerja dari sektor i di wilayah B

(Bodetabek) terhadap total output sektor i di wilayah B

(Bodetabek)

,

yaitu dampak peningkatan permintaan akhir atasoutputsektorjdi wilayah J (DKI Jakarta) terhadap peningkatan serapan tenaga kerja secara keseluruhan di wilayah B (Bodetabek). Persamaannya adalah sebagai berikut:

Dimana

: rasio serapan tenaga kerja dari sektor i di wilayah J (DKI Jakarta) terhadap total outputsektor idi wilayah B (Bodetabek) B (Bodetabek)

,

yaitu dampak peningkatan permintaan akhir atasoutputsektorjdi wilayah I (Sisa Indonesia) terhadap peningkatan serapan tenaga kerja secara keseluruhan di wilayah B (Bodetabek). Persamaannya adalah sebagai berikut:

Dimana

: rasio serapan tenaga kerja dari sektor i di wilayah I (Sisa

Indonesia) terhadap total output sektor i di wilayah B

(Bodetabek)

,

yaitu dampak peningkatan permintaan akhir atasoutputsektor jdi wilayah I (Sisa Indonesia) terhadap peningkatan serapan tenaga kerja secara keseluruhan di wilayah I (Sisa Indonesia). Persamaannya adalah sebagai berikut:

Dimana

: rasio serapan tenaga kerja dari sektor i di wilayah I (Sisa Indonesia) terhadap total output sektor i di wilayah I (Sisa Indonesia)

,

yaitu dampak peningkatan permintaan akhir atasoutputsektor jdi