• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model dan manipulasinya melalui proses simulasi adalah alat yang sangat bermanfaat dalam sistim analisis. Model dapat digunakan sebagai representasi sebuah sistim yang sedang dikerjakan atau menganalisis sistim yang sudah dilakukan. Dengan menggunakan model dapat dihasilkan desain atau keputusan operasional dalam waktu yang singkat dan biaya yang murah. Untuk dapat menyelesaikan permasalahan dengan pendekatan kesisteman, harus diawali dengan berpikir sistemik (system thinking), sibematik (goal oriented), holistik dan efektif. Dari terminologi penelitian operasional, secara umum model didefinisikan sebagai suatu perwakilan atau abstraksi dari sebuah objek atau situasi aktual. Model memperlihatkan hubungan-hubungan langsung maupun tidak langsung serta kaitan timbal balik dalam istilah sebab akibat. Oleh karena itu suatu model adalah suatu abstraksi dari realitas, maka pada wujudnya kurang komplek dari pada realitas itu sendiri (Eriyanto, 1999). Model adalah suatu bentuk yang dibuat untuk menirukan suatu gejala atau proses. Model dapat dikelompokkan menjadi model kuantitatif, kualitatif dan model ikonik. Model kualitatif adalah model yang berbentuk gambar, diagram atau matrik. Model ikonik adalah model yang mempunyai bentuk fisik sama dengan barang yang ditirukan. Model merupakan usaha memahami beberapa segi dari dunia kita yang sangat beraneka ragam sifatnya, dengan cara memilih sekian banyak pengamatan dan pengalaman masa lalu untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi. Dari berbagai pendapat tersebut diatas, maka model secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk peniruan dan penyederhanaan dari suatu gejala proses atau benda dalam skala yang lebih kecil skalanya (Eriyanto, 1999).

Sebagai salah satu pendekatan dalam pemodelan kebijaksanaan, metodologi system dynamics telah dan sedang berkembang sejak diperkenalkan pertama kali oleh Jay W. Forerseter pada decade 50-an yaitu mencoba mengembangkan metode manajemen untuk perencanaan industry jangka panjang. Kemudian dikembangkan suatu sistem yang terdiri dari enam jaringan flow yang saling berinteraksi yaitu material, order, uang, personil, capital dan informasi. Sistem ini kemudian diterbitkan dalam bentuk buku pada tahun 1961 dengan judul

model yang dikembangkannya, serta mngenalisis beberapa penyebab pertumbuhan dan penurunan dalam perkembangan kota serta menguji efek dari suatu program perbaikan kota, termasuk membangun perumahan untuk masyarakat berpenghasilan rendah, pelatihan kerja serta pembangunan perusahaan-perusahaan baru terhadap pertumbuhan kota (Direktorat Jenderal Penataan Ruang, 2005)

Pendekatan sistem dalam penataan ruang suatu kawasan adalah cara penyelesaian persoalan yang dimulai dengan dilakukannya identifikasi terhadap adanya sejumlah kebutuhan- kebutuhan ruang sehingga dapat menghasilkan suatu operasi dari sistem tata ruang yang dianggap efektif Dalam pendekatan sistem umumnya ditandai oleh dua hal, yaitu (1) mencari semua faktor yang penting yang ada dalam mendapatkan solusi yang baik untuk menyelesaikan masalah dan (2) dibuat suatu model kuantitatif untuk membantu keputusan secara rasional Untuk dapat bekerja sempurna suatu pendekatan sistem mempunyai delapan unsur yang meliputi (1) metodologi untuk perencanaan dan pengelolaan, (2) suatu tim yang multidisipliner, (3) pengorganisasian, (4) disiplin untuk bidang yang non-kuantitatif, (5) teknik model matematik, (6) teknik simulasi, (7) teknik optimasi, dan (8) aplikasi komputer

Pemodelan perkembangan kota mulai diminati oleh ahli perencanaan kota di Amerika sejak mulai berkembangnya ilmu komputer pada tahun 1950-an. Perkembangan model untuk kota (menurut APA Journal No. 3, 1994 dalam Direktorat Jenderal Penataan Ruang, 2005) sebagai berikut :

 Tahun 50-an bersamaan dengan perkembangan bidang akademis baru

seperti operation research, urban economics, regional science dan penerapanplanningsebagai teknologi terapan.

 Model computer kota besar muncul pertama kali dalam bentuk model untuk alokasi guna lahan, transportasi dan kegiatan-kegiatan lain pada sub-kawasan metropolitan.

 Tahun 60-an bersamaan dengan berkembangnya ilmu regional, program linier dan operation research, maka muncul generasi kedua model kota besar.

hasil sebagian besar gagal.

Kekurangan model perkotaan sebelum era tahun 1970 menurut Lee (1973

dalamDirektorat Jenderal Penataan Ruang, 2005) adalah :

 Terlalu komprehensif

 Kurang tajam

 Terlalu banyak membutuhkan data

 Salah arah

 Kurang valid secara science

 Kurang mekanis

 Mahal

Pemodelan untuk menggambarkan dinamika kota, pertama kali dikembangkan oleh Jay Forester melalui bukunya “urban Dynamics” (1969).

Sejak pertama kali dilontarkan, hingga saat ini, model dasar dinamika kota tersebut telah banyak dikembangkan oleh para pemodel lain di berbagai Negara, dan digunakan untuk menjelaskan dan memecahkan permasalahan yang berbeda-beda. Sebagian pemodel juga pernah mencoba menerapkan pemodelan system dynamics dalam pembuatan keputusan untuk memecahkan masalah perkotaan seperti :

Urban dynamics(Forester)

 Pemodelan “Sendai Metropolitan Area”

 Pemodelan pertumbuhan kota Brasilia

 Model generic “Sustainable Cities

 Dinamika “Perl Urban di El-Plobado, Medellin, Colombia

Sejak pertama kali dilontarkan hingga saat ini, model dasar dinamika kota telah banyak dikembangkan oleh para pemodel lain di berbagai negara, dan digunakan untuk menjelaskan dan memecahkan permasalahan yang berbeda-beda. Sebagian pemodel juga pernah mencoba menerapkan pemodelan system dynamics

dalam pembuatan keputusan untuk memecahkan masalah perkotaan

Pada perkembangannya, metodologi ini telah diterapkan di dalam analisis pada sejumlah persoalan ekonomi dan sosial yang menarik dan penting. Salah satu yang paling banyak dipublikasikan adalah model yang dikembangkan oleh Dennis Meadows dan club of rome dalam bukunya The Limits to Growth, yang

mencoba menganalisis berbagai hubungan yang mungkin terjadi antara perkembangan penduduk, polusi, sumberdaya alam dan pertumbuhan ekonomi. Berbagai model telah dikembangkan dengan sistem dinamik guna mempelajari berbagai permasalahan yang beragam, seperti manajemen proyek, pasukan perdamaian PBB, penemuan gas alam, pertumbuhan suatu bisnis, perencanaan ekonomi nasional dan sebagainya (Roberts et al, 1983 dalam Direktorat Jenderal Penataan Ruang, 2005).

Bersamaan dengan perkembangan fondasi teoritis, berkembang pula sejumlah software yang ikut mendukung sehingga penggunaan metodologi sistem dinamik sebagai salah satu pemodelan, menjadi lebih efisien. Saat ini berkembang software-software yang bukan hanya memudahkan pemakai untuk membangun model, tetapi juga untuk melakukan simulasi dan berbagai uji sensivitas model antara lain Ithink/Stella, PowerSim dan Vensim (Ruth and Hannon, 1997).