• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ketidakmerataan pembangunan yang ada di Indonesia merupakan masalah pembangunan regional dan perlu mendapat perhatian lebih. Dalam skala nasional,

proses pembangunan yang dilaksanakan selama ini ternyata di sisi lain telah menimbulkan masalah pembangunan yang cukup kompleks, dan cenderung akan mengakibatkan terjadinya kesenjangan pembangunan antar wilayah yang sangat besar (Anwar, 2005), Dalam penelitian ini, wilayah DKI Jakarta merupakan pusat dari aktivitas masyarakat yang didominasi oleh sektor tersier, serta wilayah Bodetabek yang merupakan wilayah penyangga DKI Jakarta didominasi oleh sektor sekunder. Sedangkan wilayah Sisa Indonesia masih didominasi oleh sektor primer. Investasi dan sumberdaya terserap dan terkonsentrasi di perkotaan dan pusat-pusat pertumbuhan, sementara wilayah hinterland mengalami pengurasan sumberdaya yang berlebihan.

Semakin berkembangnya penduduk yang tinggal di daerah perkotaan dengan segala aspek kehidupannya, yang berlangsung secara terus-menerus akan mengakibatkan kota tidak lagi dapat menampung kegiatan penduduk. Oleh karena wilayah kota secara administratif terbatas, maka harus mengalihkan perhatiannya ke daerah pinggiran kota. Dari kecenderungan di atas maka salah satu arah perkembangan kota yang perlu dicermati adalah perkembangan spasial yang berdampak pada perkembangan sosial ekonomi penduduk pinggian kota. Pokok persoalan yang terdapat di daerah urban fringe pada dasarnya dipicu oleh proses transformasi spasial dan sosial akibat perkembangan daerah urban yang sangat intensif. Dari kecenderungan di atas maka salah satu arah perkembangan kota yang perlu dicermati adalah perkembangan spasial yang berdampak pada perkembangan sosial ekonomi penduduk pinggiran kota.

Pembangunan ekonomi di DKI Jakarta yang ditunjukkan dengan peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang telah menyebabkan perubahan struktur ekonomi sektoral dan mempengaruhi permintaan akhir, telah berpengaruh pada perkembangan perekonomian dan penggunaan lahan di Bodetabek. Meningkatnya perekonomian Bodetabek ini dapat dilihat dan

meningkatnya output dan pendapatan dan kaitannya dengan perubahan

penggunaan lahan pertanian menjadi lahan non pertanian.

Perubahan pemanfaatan ruang yang tidak mempehitungkan keseimbangan geobiofisik akan berakibat kepada kemubaziran atau sebaliknya bencana alam yang terjadi. Pemanfaatan ruang optimum merupakan pemanfaatan ruang yang

memberikan kesempatan tiap komponen aktivitas dalam unit ruang tersebut berinteraksi secara maksimal sesuai daya dukung kawasan yang pada akhirnya memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang berkepentingan secara berkelanjutan. Aktivitas manusia, baik sosial maupun ekonomi merupakan sumber perubahan dalam pemanfaatan ruang atau kawasan. Dinamika sosial yang diikuti oleh dinamika aktivitas ekonomi akan selalu membawa perubahan tata ruang yang dinamis pula. Oleh karena itu, sifat dinamis tersebut perlu dipertimbangkan dalam pendekatan optimalisasi pemanfaatan ruang (Anwar, 2001).

Dalam pembangunan suatu daerah diperlukan suatu alat yang mampu menganalisis dampak dan keterkaitan antarsektor dan antarspasial dalam perekonomian. Untuk menganalisis dampak perekonomian suatu daerah atau nasional dan melihat hubungan dan keterkaitan antarsektor perekonomian biasanya digunakan tabel input- output.

Atas dasar isu keruangan tersebut menuntut adanya suatu komitmen yang jelas dari para perencana, pengelola dan pengusaha di wilayah Jabodetabek, agar tujuan-tujuan pengelolaan sumberdaya berkelanjutan serta tujuan pembangunan ekonomi berkelanjutan dapat tercapai. Untuk merealisasikan tujuan-tujuan itu pada hakekatnya diperlukan suatu kearifan dalam penataan ruang, pengelolaan dan pengusahaan, sehingga diperlukan adanya suatu konsep dinamis yang dapat mengatur pemanfaatan sumberdaya wilayah Jabodetabek secara optimal, akan

tetapi tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. Konsep dinamis yang

dimaksud adalah adanya suatu desain sistem terhadap pemanfaatan sumberdaya, sehingga secara simultan dapat diketahui tingkat pemanfaatan saat ini dan masa

mendatang. Model dinamik sangat memungkinkan untuk dapat mengatur

berbagai opsi antara tujuan optimasi pemanfaatan ruang dengan berbagai perubahan variabel secara berkelanjutan, dengan suatu bentuk pola transformasi dan pemodelan.

Penelitian ini dilakukan di Jabodetabek karena:

1. Kawasan Jabodetabek merupakan kawasan dengan peranan strategis di dalam pembangunan nasional baik dalam struktur perekonomian maupun

dalam konteks politik, sosial, budaya dan hankam. Perkembangan ini perlu dicermati secara seksama agar tidak menimbulkan dampak yang merugikan terhadap pembangunan nasional secara keseluruhan mengingat sangat besarnya peranan nasional, ekonomi, politik dan hankam, maupun lingkungan di wilayah ini terhadap pembangunan wilayah maupun nasional.

2. Proses suburbanisasi merupakan proses global yang tengah berlangsung di berbagai metropolitan dunia. Wilayah Jabodetabek mengalami proses suburbanisasi dengan berbagai keunikan dan kecenderungan yang berimplikasi khusus terhadap wilayah lainnya secara nasional.

3. Wilayah Jabodetabek dicirikan oleh keterkaitan antar wilayah (regional linkages) yang sangat tinggi, seperti dalam masalah keterkaitan ekosistem seperti adanya daerah aliran sungai (DAS) yang bersifat lintas wilayah serta masalah sosial yang dicirikan dengan intensitas menglajo (commuting) dari wilayah suburban ke pusat perkotaan serta semakin menonjolnya fenomena migrasi keluar (out migration) dari kota Jakarta kesuburban.

4. Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi dengan Puncak dan Cianjur (Jabodetabekpunjur) merupakan salah satu contoh kawasan yang direncanakan ditata secara formal melalui Keppres. Rancangan ini didasarkan pada suatu kesadaran akan fakta bahwa Jabodetabekpunjur merupakan satu sistem yang utuh yang setiap dinamika komponennya mempengaruhi dinamika komponen yang lain. Hubungan fungsional ekologis-ekonomis antar wilayah tersebut sulit untuk dipisahkan secara tegas. Geliat perekonomian di wilayah Bodetabekpunjur dipengaruhi oleh geliat ekonomi Jakarta. Di sisi lain, geliat aktifitas yang mempengaruhi kondisi ekologis Bodetabekpunjur akan mempengaruhi kondisi Jakarta. Berdasarkan pada pemahaman wilayah Jabodetabek sebagai satu kesatuan sistem, maka perlu dilihat dinamika yang terjadi di wilayah tersebut.

Disain model penataan ruang di wilayah Jabotabek ini diharapkan merupakan suatu kajian transformasi spasial dengan pendekatan sistem dinamik dalam penataan ruang kearah yang berkelanjutan. Pendekatan ini didasari oleh

prinsip umpan balik (causal loops) antar subsistem lingkungan, subsistem sosial dan subsistem ekonomi. Salah satu karakteristik dari proses pola transformasi spasial tersebut adalah adanya bentuk pemodelan yang bersifat dinamis dan kuantitatif guna menghasilkan keputusan yang rasional, terukur dan transparan.

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah

1) Bagaimana pola transformasi spasial yang terjadi pada kawasan Jabodetabek?

2) Bagaimana keterkaitan intersektoral dan interspasial dalam penataan ruang kawasan Jabodetabek yang berkelanjutan?

3) Bagaimana dampaknya terhadap perubahan output dan penggunaan lahan secara sektoral dan spasial Bodetabek apabila investasi DKI Jakarta diubah.