• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Interregional Input-Output

2.3. Model Input-Output (I-O)

2.3.2. Model Interregional Input-Output

Modelinterregional Input-Output dibedakan menjadi dua jenis yaitu model

input outputantar daerah dan multi daerah. Untuk mengilustrasikan model input-output antar daerah, katakan ada dua daerah dalam perekonomian yang saling tergantung satu sama lain, yaitu daerah L dan daerah M. Jika data arus barang antar sektor dalam dua daerah tersebut tersedia, maka dapat dibuat tabel pergerakan arus barang antar daerah dan antar sektor.

Output setiap daerah tidak saja digunakan oleh sektor-sektor produksi di daerahnya sendiri saja, namun juga bisa diekspor ke daerah lain. Begitu pula dengan struktur input produksi. Inputproduksi tidak saja berasal dari daerah itu sendiri, namun bisa pula diimpor dari daerah-daerah lain di dalam perekonomian. Elemen-elemen dalam arus barang dapat dijadikan matriks arus barang intra daerah dan antar daerah.

Model Input-Output interegional lainnya adalah model input-output multi daerah, disebut pula dengan Model Chenery-Moses, yang dikembangkan sebagai suatu antisipasi terhadap data yang benar-benar ada di dalam perekonomian, khususnya perekonomian regional. Model ini sangat diperlukan dalam perencanaan regional karena kita melihat semakin hilangnya sekat-sekat wilayah dalam era globalisasi telah membawa konsekuensi pada terintegrasinya perekonomian antar wilayah. Integrasi tersebut mengakibatkan kebijakan ekonomi suatu wilayah akan mempengaruhi perekonomian wilayah lainnya. Model Input-Output satu daerah yang selama ini kita gunakan belum mampu menangkap pengaruh tersebut. Untuk itu perlu konsep model Input-Output yang dapat menangkap keterkaitan antar sektor maupun antar beberapa wilayah. Perencanaan dengan multiregional Input- Output akan memberikan suatu sistem perencanaan yang kompleks dan terintegrasi. Melihat pentingnya manfaat model tersebut maka dalam jangka pendek mendesak bagi daerah untuk menyusun tabel inter regionalinput output. TabelInput-Output tersebut paling tidak harus menangkap keterkaitan ekonomi dengan wilayah sekitarnya yang dinilai sangat berpengaruh kepada perekonomiannya. Sedangkan dalam jangka panjang, dalam proses perencanaan daerah harus memperbaruinya supaya sesuai dengan kondisi perdagangan antar wilayah.

Struktur dasar dari tabel transaksi IRIO dapat digambarkan seperti pada Tabel 1.

Permintaan Internal Wilayah Permintaan Eksternal Wilayah Total Output

Permintaan Antara Permintaan Akhir

Wilayah L Wilayah M Wilayah L Wilayah M

1 2 ... j ... n 1 2 ... J ... n C G I C G I E In p u t In te rn a l Wi la y a h In p u t A n ta ra Wi la y a h L 1 X11ll ... ... X11ll ... X11ll X11lm ... ... X11lm ... X11lm C1ll G1ll I1ll C1lm G1lm I1lm E1.l X1.l 2 X21ll ... ... X21ll ... X21ll X21lm ... ... X21lm ... X21lm C2ll G2ll I2ll C2lm G2lm I2lm E2.l E2.l : ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... i ... ... ... Xijll ... ... ... ... ... Xijlm ... ... Cill Gill Iill Cilm Gilm Iilm Ei.l Xi.l : ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... n Xn1ll ... ... Xnjll ... Xnnll Xn1lm ... ... Xnjlm ... Xnnlm Cnll Gnll Inll Cnlm Gnlm Inlm En.l Xn.l Wi la y a h M 1 X11ml ... ... X11ml ... X11ml X11mm ... ... X11mm ... X11mm C1ml G1ml I1ml C1mm G1mm I1mm E1.m X1.m 2 X21 ml ... ... X21ml ... X21ml X21mm ... ... X21mm ... X21mm C2ml G2ml I2ml C2mm G2mm I2mm E2.m E2.m : ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... i ... ... ... Xij ml ... ... ... ... ... Xijmm ... ... Ciml Giml Iiml Cimm Gimm Iimm Ei.m Xi.m : ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... n Xn1ml ... ... Xnjml ... Xnnml Xn1mm ... ... Xnjmm ... Xnnmm Cnml Gnml Inml Cnmm Gnmm Inmm En.m Xn.m N il a i Ta m b a h W W.1l ... ... W.jl ... W.nl W.1m ... ... W.jm ... W.nm CWL GWL IWL CWM GWM IWM Ew W T T.1l ... ... T.jl ... T.nl T.1m ... ... T.jm ... T.nm CTL GTL ITL CTM GTM ITM ET T S S.1l ... ... S.jl ... S.nl S.1m ... ... S.jm ... S.nm CSL GSL ISL CSM GSM ISM ES S Input Eksternal Wilayah M M.1l ... ... M.jl ... M.nl M.1m ... ... M.jm ... M.nm CML GML IML CMM GMM IMM - M TotalInput X.1l ... ... X.jl ... X.nl X.1m ... ... X.jm ... X.nm CXL GXL IXL CXM GXM IXM E X

Keterangan:

i, j : Sektor ekonomi, i = 1, 2, ..., n; j = 1, 2, ... n

Xijll : banyaknya output sektor i di wilayah L yang digunakan sebagai

input sektor j di wilayah L

Xijlm : banyaknya output sektor i di wilayah L yang digunakan sebagai

input sektor j di wilayah M

Xijml : banyaknya output sektor i di wilayah M yang digunakan sebagai

input sektor j di wilayah L

Xijmm : banyaknya output sektor i di wilayah M yang digunakan sebagai

input sektor j di wilayah M Xil : totaloutputsektoridi wilayah L Xim : totaloutputsektoridi wilayah M

Cill :`permintaan konsumsi rumah tangga di wilayah L terhadapoutputsektor i

di wilayah L

Cilm :permintaan konsumsi rumah tangga di wilayah M terhadap outputsektor i

di wilayah L

Ciml : permintaan konsumsi rumah tangga di wilayah L terhadap outputsektor i

di wilayah M

Cimm : permintaan konsumsi rumah tangga di wilayah M terhadapoutputsektor i

di wilayah M

Gill : permintaan konsumsi (pengeluaran belanja rutin) pemerintah daerah L terhadapoutputsektori di wilayah L

Gilm : permintaan konsumsi (pengeluaran belanja rutin) pemerintah daerah M terhadapoutputsektori di wilayah L

Giml : permintaan konsumsi (pengeluaran belanja rutin) pemerintah daerah L terhadapoutputsektori di wilayah M

Gimm : permintaan konsumsi (pengeluaran belanja rutin) pemerintah daerah M terhadapoutputsektori di wilayah L

Iill : permintaan pembentukan modal tetap netto (investasi) di wilayah L dari

outputsektoridari wilayah L

Iilm : permintaan pembentukan modal tetap netto (investasi) di wilayah M dari

outputsektoridari wilayah L

Iiml : permintaan pembentukan modal tetap netto (investasi) di wilayah L dari

output Yilsektoridari wilayah M

Eil : output sektor i dari wilayah L yang diekspor/dijual ke luar wilayah eksternal

Eim : output sektor i dari wilayah M yang diekspor/dijual ke luar wilayah eksternal

Yil : total permintaan akhir terhadap output sektor i(Yil = Cill+ Cilm+ Gill+ Gilm+ Iill+ Iilm+ Eil)

Yim : total permintaan akhir terhadapoutputsektor i(Yil =Ciml+Cimm+ Giml+ Gimm+ Iiml+ Iimm+ Eim)

Wjl : pendapatan (upah dan gaji) rumah tangga dari sektor j, nilai tambah

sektor j yang dialokasikan sebagai upah dan gaji anggota rumah

tangga yang bekerja di sektor j di wilayah L

Wjm : pendapatan (upah dan gaji) rumah tangga dari sektor j, nilai tambah

sektor j yang dialokasikan sebagai upah dan gaji anggota rumah

tangga yang bekerja di sektor j di wilayah M

Tjl : pendapatan pemerintah (pajak tak langsung) dari sektor j, nilai tambah sektor j yang menjadi pendapatan asli daerah L dari sektorj

Tjm : pendapatan pemerintah (Pajak Tak Langsung) dari sektor j, nilai

tambah sektor j yang menjadi pendapatan asli daerah M dari sektorj Sjl : surplus usaha sektor j, nilai tambah sektor j yang menjadi surplus usaha

di wilayah L

Sjm : surplus usaha sektor j, nilai tambah sektor j yang menjadi surplus usaha di wilayah M

Mjl : impor sektor j di wilayah L, komponen input produksi sektor j di wilayah L yang diperoleh/dibeli dari luar wilayah

Mjm : impor sektor j di wilayah M, komponen input produksi sektor j di wilayah M yang diperoleh/dibeli dari luar wilayah

Berdasarkan struktur dasar tabel IRIO (Tabel 1) dan dengan

menggunakan persamaan dasar yang telah dibahas dalam tahapan analisis IO

maka kita dapat mnegembangkan analisis multiplier untuk Tabel IRIO.

Kelebihan dari analisis IRIO adalah kemampuan untuk mendekomposisi dampak pembangunan suatu sektor ekonomi di suatu wilayah terhadap performa kinerja ekonomi di wilayah bersangkutan (lokal) dan wilayah lainnya (interregional). Berikut ini adalah persamaan untuk memperoleh matriks B pada model IRIO.

Parameter yang paling utama adalah koefisien teknologi yang secara matematis dalam analisis IRIO diformulasikan sebagai berikut:

.

=

.

;

.

=

.

;

.

=

.

;

.

=

.

Keterangan L = wilayah sendiri

M = wilayah lain

Dengan demikian, Tabel I-O secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

+ + .... + …+ + + ....+ + …+ =

+ + .... + …+ + + ...+ + …+ =

:

+ + .... + …+ + + ....+ + …+ =

+ + ... + …+ + + ...+ + …+ =

+ + .... + …+ + + ....+ + …+ =

:

+ + .... + …+ + + ....+ + …+ =

Jika persamaan di atas disajikan dalam notasi berikut:

= ; =

;

dan =

Maka: X–AX = Y (I–A)X= Y X = (I–A)-1.Y

Dalam IRIO, jika dampak perubahan final demand satu wilayah terhadap

wilayah lain dilambangkan dengan

=

dan dampak perubahan output

terhadap masing-masing wilayah dilambangkan dengan

=

maka

X* = (I- A)-1Y* dimana dalam konteks IRIO uraian dari persamaan ini adalah:

=

( )

( )

atau dapat ditulis

=

sehingga dalam persamaan biasa dapat ditulis

XL*BLL.YL*BLM.YM* XM*BML.YL*BMM.YM*

Dari persamaan di atas dapat diketahui dampak dinamika final demand suatu

sektor di suatu wilayah terhadap pembentukan tingkat output, serapan

tenaga kerja, tingkat pendapatan masyarakat, tingkat pendapatan pemerintah daerah, surplus usaha, penciptaan nilai tambah, dan kemandirian ekonomi di wilayah itu sendiri (lokal) dan di wilayah lain (interregional).

Secara teknis terdapat beberapa persamaan yang dikembangkan dalam analisis IRIO guna memperoleh kaitan langsung ke depan dan ke belakang (direct bacward and forward linkages) dan berbagaimultiplieratau interregional spilover effectyaitu:

(1) Kaitan langsung ke belakang (Direct backward linkages) dihitung

berdasarkan kaitan langsung ke belakang di dalam wilayah

. =

persamaan di atas menunjukkan keterkaitan langsung ke belakang sektor j di wilayah L terhadapinputdari wilayah L

. =

persamaan di atas menunjukkan keterkaitan langsung ke belakang sektor j di wilayah L terhadapinputdari wilayah M

. =

persamaan di atas menunjukkan keterkaitan langsung ke belakang sektor j di wilayah M terhadapinputdari wilayah M

. =

persamaan di atas menunjukkan keterkaitan langsung ke belakang sektor j di wilayah M terhadapinputdari wilayah L

(2) Keterkaitan langsung ke depan (direct forward linkage) dihitung

berdasarkan kaitan langsung ke depan di dalam wilayah

(intraregional) dan antar wilayah(interregional) sehingga diperoleh:

. =

persamaan di atas menunjukkan keterkaitan langsung ke depan input

sektor i di wilayah L terhadapoutput di wilayah L

. =

persamaan di atas menunjukkan keterkaitan langsung ke depan input

sektor i di wilayah L terhadapoutput di wilayah M

. =

sektor i di wilayah M terhadapoutput di wilayah M

. =

persamaan di atas menunjukkan keterkaitan langsung ke depan input

sektor i di wilayah M terhadapoutput di wilayah L

(3) Kaitan langsung dan tidak langsung ke belakang (direct and indirect backward llinkage)

. =

persamaan di atas menunjukkan pengaruh langsung dan tidak

langsung dari kenaikan permintaan akhir terhadap satu unit output

sektor j di wilayah L, pada peningkatan output seluruh sektor

perekonomian di wilayah L

. =

persamaan di atas menunjukkan pengaruh langsung dan tidak

langsung dari kenaikan permintaan akhir terhadap satu unit output

sektor j di wilayah L, pada peningkatan output seluruh sektor

perekonomian di wilayah M

. =

persamaan di atas menunjukkan pengaruh langsung dan tidak

langsung dari kenaikan permintaan akhir terhadap satu unit output

sektor j di wilayah M, pada peningkatan output seluruh sektor

perekonomian di wilayah M

. =

persamaan di atas menunjukkan pengaruh langsung dan tidak

langsung dari kenaikan permintaan akhir terhadap satu unit output

sektor j di wilayah M, pada peningkatan output seluruh sektor perekonomian di wilayah L.

(4) Kaitan langsung dan tidak langsung ke depan (direct and indirect fordward linkage)

. =

persamaan di atas menunjukkan pengaruh langsung dan tidak

langsung dari kenaikan permintaan akhir terhadap satu unit output

sektor i di wilayah L, pada peningkatan output seluruh sektor

perekonomian di wilayah L.

. =

persamaan di atas menunjukkan pengaruh langsung dan tidak

langsung dari kenaikan permintaan akhir terhadap satu unit output

sektor i di wilayah L, pada peningkatan output seluruh sektor

perekonomian di wilayah M.

. =

persamaan di atas menunjukkan pengaruh langsung dan tidak

langsung dari kenaikan permintaan akhir terhadap satu unit output

sektor i di wilayah M, pada peningkatan output seluruh sektor

perekonomian di wilayah M.

. =

persamaan di atas menunjukkan pengaruh langsung dan tidak

langsung dari kenaikan permintaan akhir terhadap satu unit output sektor i di wilayah M, pada peningkatan output seluruh sektor perekonomian di wilayah L.

(5) Multiplier:

Seperti halnya pada analisis IO, dalam analisis IRIO juga dikenal dua tipe multiplier, yakni: Multiplier Tipe I dan Multiplier Tipe II.

Multiplier Tipe I dihitung berdasarkan inverse matriks Leontief, (I-A)-1,

sektor rumah tangga dimasukkan dalam matriks saling ketergantungan, dengan menambah satu baris berupa pendapatan rumah tangga dan satu kolom berupa pengeluaran rumah tangga, yang berarti sektor rumah tangga diperlakukan secara endogenous dalam sistem, maka multiplier

yang diperoleh adalahMultiplierTipe II. DalamMultiplier Tipe II, bukan hanya Dampak Langsung dan Tidak Langsung yang dihitung tetapi termasuk pula Dampak Induksi, yakni dampak dari perubahan pola konsumsi rumah tangga akibat peningkatan pendapatan terhadap kinerja sistem perekonomian wilayah..

a. Analisis Dampak Output.

Dalam model IRIO, output memiliki hubungan timbal balik dengan permintaan akhir danoutput tersebut. Artinya jumlah output yang dapat diproduksi tergantung dari jumlah permintaan akhirnya. Namun demikian dalam keadaan tertentu,output justru yang menentukan jumlah permintaan akhirnya. Konsep multiplier adalah sangat penting dalam perencanaan, karena angka tersebut memberikan gambaran atau ukuran dampak peningkatan output suatu sektor terhadap total output di suatu wilayah. Semakin besar nilai multiplier tersebut, maka sektor tersebut dianggap memiliki keunggulan.

Outputdalam model IRIO dapat dihitung dengan rumus: (m) ij : ( I - A )-1(FD)

ij = baris dan kolom

n = jumlah sektor

FD = Permintaan akhir

(I-A)-1=multiplier output(matriks invers Leontief)

b. Analisis Dampak Nilai Tambah Bruto

Nilai tambah bruto adalah input primer yang merupakan bagian dari input secara keseluruhan. Sesuai dengan asumsi dasar yang digunakan dalam penyusunan tabel IRIO, maka hubungan antara nilai tambah bruto dengan output bersifat linier. Artinya, kenaikan atau penurunan output akan diikuti secara proporsional oleh kenaikan dan penurunan input primer (nilai tambah bruto). Hubungan tersebut dapat dinyatakan dalam persamaan matematika sebagai berikut :

V = v X

Dimana: V = matriks nilai tambah bruto,

v = matriks diagonal koefisien nilai tambah bruto, dan X = (I-A)-1

b. Analisis Dampak Terhadap Kebutuhan Tenaga Kerja

Dalam analisis ini dapat memberikan estimasi kebutuhan atau daya serap tenaga kerja sektoral di region-region yang terkait dalam studi ini, apabila terjadi kenaikan pada output sektoral yang dipengaruhi, oleh komponen-komponen permintaan akhir. Perhitungan analisis ini menggunakan rumus sebagai

berikut:

= L (I-A)-1F Dimana :

L : kebutuhan tenaga kerja yang dipengaruhi oleh permintaan akhir

L : Matriks diagonal kebutuhan tenaga kerja (I-A)-1F :Outputyang dipengaruhi oleh permintaan akhir

d Analisis Dampak terhadap Perubahan Penggunaan Lahan

Dalam analisis ini dapat memberikan estimasi perubahan penggunaan lahan pada setiap sektor dan wilayah yang terkait dalam studi ini, apabila terjadi kenaikan padaoutput sektoral yang dipengaruhi, oleh komponen-komponen permintaan akhir. Perhitungan analisis ini menggunakan rumus sebagai berikut :

c = C (I-A)-1F Dimana :

c : Kebutuhan lahan yang dipengaruhi oleh permintaan akhir

C : Matriks diagonal kebutuhan lahan

(I-A)-1F :Outputyang dipengaruhi oleh permintaan akhir