• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ruang sebagai bentuk konstruksi interaksi masyarakat yang terbentuk dalam jangka waktu tertentu dan berubah secara dinamis karena dipengaruhi oleh banyak aspek, seperti sosial, politik, ekonomi, geografi, dan lain-lain. Dalam sudut pandang ini ruang bukanlah suatu bentuk statis yang hanya bisa dilihat dari segi fisik saja, namun juga terbentuk oleh faktor-faktor non-fisik. Sehingga ruang tidak hanya bisa dibentuk dalam selembar kertas, kemudian melupakan aktivitas sebenarnya yang terjadi di realita. Dikarenakan manusia, sebagai komponen utama dalam kota selalu berkembang. Populasi yang meningkat akan mempengaruhi jumlah permintaan lahan, air bersih, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, ketersedian jalan dan lain-lain, yang pada gilirannya akan mempengaruhi ruang hidup manusia. Oleh karena itu, baik dalam perencanaan ataupun dalam implementasi, perencanaan ruang harus mengacu pada kebutuhan

di realita. Interaksi yang terjadi harus dapat diwadahi dalam ruang-ruang yang sesuai.

Perubahan ruang, merupakan suatu hal yang wajar. Akan tetapi bukan berarti semua perubahan ruang berdampak baik bagi kehidupan manusia. Transformasi spasial merupakan sebuah proses perubahan ruang dari yang bercirikan perdesaan menjadi perkotaan atau juga dapat disimpulkan sebagai sebuah proses perkembangan daerah di daerah sub-urban atau pinggiran kota, kehidupan manusia akan didorong ke arah modern. Kehidupan modern yang diidentifikasi melalui kegiatan perekonomiannya, akan menimbulkan dua sisi dampak yang berbeda. Perkembangan ini antara lain ditunjukkan oleh tingginya pertumbuhan penduduk, peningkatan investasi, dan kontribusi sektor non agraris serta cepatnya proses alih fungsi lahan. Sebagai daerah transisi penghubung, daerah sepanjang koridor mengalami proses perubahan yang tinggi akibat tekanan kegiatan-kegiatan perkotaan yang terus meningkat yang tidak saja berdampak pada perubahan spasial akan tetapi juga aspek sosio-ekonomi dan kultural penduduk. Secara spasial daerah ini dicirikan dengan perubahan tata guna lahan pertanian menjadi guna lahan industri komersial atau permukiman (McGee, 1991).

Perkembangan suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh wilayah

sekitarnya, terutama antara wilayah kota dengan wilayah pinggirannya. Sejalan

dengan perkembangan kota Jakarta sebagai kota pusat pemerintahan,

perdagangan dan jasa, Bodetabek sebagai daerah penyangga secara langsung menerima dampak terhadap pertumbuhan dan perkembangan kota tersebut. Salah satu pengaruh yang mulai jelas terlihat adalah terjadinya urban sprawl. Urban sprawl merupakan suatu proses peluberan kegiatan perkotaan ke wilayah pinggiran, dengan kata lain terjadi proses perembetan kenampakan fisik kekotaan ke arah luar yang menyebabkan transformasi spasial dari bentuk-bentuk kedesaan menjadi bentuk-bentuk-bentuk-bentuk kekotaan. Proses transformasi spasial ini dapat terjadi lebih dahulu dari proses transformasi sosio kultural, namun dapat pula terjadi sesudah terjadinya transformasi sosio kultural kedesaan menjadi bersifat kekotaan.

Gambar 2. Unsur-unsur Pembangunan Berkelanjutan (Djakapermana, 2010)

Dalam Pengembangan pemodelan spasial dinamik dilakukan dengan terlebih dahulu mengkaji berbagai model yang telah ada. Kajian ini dibagi ke dalam tiga kategori yakni model ekonomi, model ekologi, dan model sosial berdasarkan pembangunan berkelanjutan. Pembangunan Berkelanjutan pada dasarnya mencakup tiga dimensi penting, yakni ekonomi, sosial (budaya), dan lingkungan. Dengan demikian, tujuan Pembangunan Berkelanjutan terfokus pada ketiga dimensi, keberlanjutan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi (economic growth), keberlanjutan kesejahteraan sosial yang adil dan merata (social progress), serta keberlanjutan ekologi dalam tata kehidupan yang serasi dan seimbang (ecological balance). Hubungan keterkaitan antara dimensi ekonomi, sosial dan lingkungan disajikan pada Gambar 2.

Pemodelan yang akan dibangun mempertimbangkan ketiga dimensi di atas dalam satu kesatuan, sehingga akan ada suatu trade-off antara satu dimensi dengan dimensi lainnya. Pemodelan ini nantinya dapat digunakan untuk

menyusun alternatif-alternatif skenario pembangunan yang mendukung

terwujudnya proses pembangunan berkelanjutan. Selain mempertimbangkan Ekonomi Pertumbuhan Efisiensi Stabilitas Sosial Pemberdayaan Inklusi Konsultasi Lingkungan Keliatan/keanekaragaman Sumber daya alam Polusi

Penurunan Kemiskinan Keberlanjutan

Keadilan Co-evolusi

ketiga dimensi tersebut dalam penyusunan model tersebut juga dikaitkan dengan perubahan-perubahan penatagunaan lahan (land use changes) akibat adanya pembangunan tersebut. Mengingat dikaitkan dengan perubahan tata guna lahan, maka model yang digunakan bukan merupakan model statik tetapi merupakan model sistem dinamik yang digabungkan dengan model dinamis spasial. Selanjutnya, ketiga subsistem tersebut akan dilihat kinerjanya terhadap perubahan lahan secara spasial. Dalam menganalisis perubahan lahan, penting memberi penjelasan tentang terminologi perubahan untuk mendeteksinya dalam dunia nyata. Pada umumnya perubahan penggunaan lahan diartikan sebagai (secara kuantitatif) perubahan besaran (bertambah atau berkurang) dari suatu jenis penggunaan atau tutupan lahan. Pendeteksian dan pengukuran perubahan tergantung kepada level ruang (spasial): semakin tinggi detil dari level spasial, semakin besar luas perubahan penggunaan lahan yang dapat dicatat dan direkam.

Fokus analisis perubahan penggunaan lahan terletak pada dua hal yang saling berkaitan: (1) faktor yang mendorong atau menyebabkan perubahan penggunaan lahan dan (2) dampak dari perubahan penggunaan lahan tersebut (baik secara ekologi maupun sosial-ekonomi). Faktor-faktor pendorong perubahan penggunaan lahan biasanya terbagi dalam 2 kategori, yaitu: kondisi bio-fisik dan kondisi sosial-ekonomi. Faktor bio-fisik melibatkan karakteristik dan proses ekologi alamiah seperti cuaca dan variasi iklim, bentukan lahan, topografi, proses geomorfik, erupsi vulkanik, suksesi tumbuhan, jenis tanah, pola aliran, dan ketersediaan sumberdaya alam. Sedangkan faktor sosial-ekonomi melibatkan persoalan demografi, sosial, ekonomi, politik dan kelembagaan, serta proses-proses yang terjadi di dalamnya seperti perubahan penduduk, perubahan struktur industri, perubahan teknologi, kebijakan pemerintah, dan sebagainya.

Faktor bio-fisik tidak mempengaruhi perubahan penggunaan lahan secara langsung, kebanyakan hanya menyebabkan terjadinya perubahan pada tutupan lahan, atau mempengaruhi keputusan pengelolaan terhadap lahan tersebut. Keputusan pengelolaan terhadap suatu tutupan lahan menjadi faktor perubahan yang berkaitan dengan aktivitas manusia.

Berdasarkan uraian di atas untuk memperoleh alokasi penggunaan lahan dalam rangka penataan ruang kawasan Jabodetabek yang berkelanjutan dengan menggunakan analisis secara komprehensif dengan memadukan beberapa teknik analisis yaitu analisis sistem dinamik, I-O interregional dan spasial dinamik maka dapat digambarkan seperti pada Gambar 3.