• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelas Kemampuan

6.2 Analisis Pengganda

Analisis lain yang dapat dilakukan dengan menggunakan tabelinput output

adlah analis pengganda atau analisis angka pengganda. Analisis pengganda yang dilakukan pada penelitian ini adalah pengganda output, pengganda pandapatan, pengganda nilai tambah, pengganda pajak, serta pengganda impor.

6.2.1 PenggandaOutput

Analisis pengganda output digunakan untuk mengetahui pengaruh

pengembangan suatu sektor terhadap pertumbuhan output di Indonesia Output

disini meliputi output disini meliputi output antara yang digunakan oleh sektor perekonomian sebagai bahaninputdanoutputyang langsung dikonsumsi.

Sektor-sektor yang mempunyai pengganda output besar di DKI Jakarta yang ditunjukan pada Tabel 33 adalah sektor keuangan, persewaaan dan jasa perusahaan, sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor listrik, gas dan air bersih. Sedangkan untuk Bodetabek dapat dilihat bahwa sektor-sektor yang memiliki nilai pengganda atau outputbesar adalah sektor industri dan pengolahan, sektor pertambangan dan penggalian dan sektor keuangan, persewaaan dan jasa perusahaan. Di Sisa Indonesia, sektor-sektor yang memiliki pengganda output

besar adalah sektor sektor industri dan pengolahan, sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel dan restoran.

Pengembangan sektor-sektor tersebut diatas akan memberikan dampak yang cukup besar di dalam perekonomian Indonesia. Sektor-sektor ini mempunyai keterkaitan sangat besar dengan sektor lainnya sebagai bahan input produksinya,

sehingga setiap ada tambahan satu unit permintaan akhir maka sektor-sektor tersebut akan menggerakan sektor lainnya untuk meningkatkan outputnya. Nilai penggandaoutput terbesar di DKI Jakarta adalah sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yaitu sebesar 3,2027. nilai ini berarti jika permintaan akhir sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan di DKI Jakarta meningkat sebesar satu rupiah maka total permintaan output diseluruh Indonesia meningkat sebesar 3.202,7 rupiah. Besarnya nilai pengganda di sektor jasa hiburan di DKI Jakarta karena sektor tersebut memiliki kekuatan yang paling besar diantara sektor-sektor lainnya dalam hal pemanfaatan output suatu sektor terhadap sektor-sektor yang lain.

Tabel 33 Nilai Pengganda Output di Masing-Masing Wilayah terhadap Seluruh Wilayah Indonesia Tahun 2009

No Sektor Perekonomian DKI

Jakarta Rank Bodetabek Rank

Rest of

Indonesia Rank

1 Pertanian 1,0108 9 1,2239 5 4,6998 2

2 Pertambangan dan Penggalian 1,0455 8 2,6780 2 2,8770 5 3 Industri dan Pengolahan 1,9960 3 2,9431 1 5,2831 1 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 1,4419 5 1,1628 7 1,3428 7

5 Bangunan 1,1291 6 1,0767 8 1,3393 8

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 2,1948 2 1,6822 4 3,6332 3 7 Pengangkutan dan Komunikasi 1,5218 4 1,1667 6 1,8997 6 8 Keuangan, Persewaaan dan Jasa Persh 3,2027 1 1,9521 3 2,9558 4

9 Jasa-Jasa 1,1051 7 1,0352 9 1,2254 9

Sumber : Hasil analisa tabel IRIO tahun 2002 yang di update tahun 2009 dengan RAS

Wilayah Bodetabek nilai pengganda output terbesar adalah sektor industri dan pengolahan yaitu sebesar 2,9431. Nilai ini berarti jika permintaan akhir sektor industri dan pengolahan di Bodetabek meningkat sebesar satu rupiah maka total permintaan output di seluruh Indonesia meningkat sebesar 2,9431 rupiah. Sedangkan untuk Sisa Indonesia, nilai pengganda output terbesar adalah sektor industri dan pengolahan yaitu sebesar 5,2832. Nilai ini berarti jika permintaan akhir sektor industri dan pengolahan di Bodetabek meningkat sebesar satu rupiah maka total permintaanoutputdiseluruh Indonesia meningkat sebesar 5,2832 rupiah.

Apabila melihat sektor yang memiliki kontribusi PDRB terbesar di DKI Jakarta, maka sektor keuangan, persewaaan dan jasa perusahaan adalah yang paling tinggi di bandingkan sektor lainnya. Hal ini senada dengan nilai pengganda sektor

tersebut yang besar, atau dampak secara nasional sangat besar dibandingkan dengan sektor lain. Hal ini dapat diartikan bahwa keuangan, persewaaan dan jasa perusahaan yang merupakan penggerak bagi simpul ekonomi secara nasional yang berfungsi sebagaimana mestinya.

Selain itu, sektor keuangan, persewaaan dan jasa perusahaan juga memiliki nilai multiplier output lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah Bodetabek dan Sisa Indonesia. Bila dilihat dari struktur perekonomian di Indonesia, sektor tersebut merupakan sektor yang paling dominant di DKI Jakarta di bandingkan dengan wilayah lainnya.

Tabel 34. Nilai PenggandaOutputdi Wilayah Indonesia Tahun 2009

Sektor Hubungan Keterkaitan

DKI-DKI DKI-BDK DKI-ROI BDK-DKI BDK-BDK BDK-ROI ROI-DKI ROI-BDK ROI-ROI

1 1,0124 0,0002 0,0004 0,0065 1,2022 0,0039 1,2930 2,0764 2,4825 2 1,0602 0,0000 0,0002 0,0001 3,0599 0,0231 0,0193 0,5102 3,4386 3 3,0076 0,0720 0,0966 0,0104 3,5615 0,0393 0,3078 0,7184 3,2755 4 1,2949 0,0000 0,0001 0,0000 1,1438 0,0001 0,0005 0,0014 1,2701 5 1,0798 0,0011 0,0009 0,0000 1,0673 0,0000 0,0010 0,0057 1,2178 6 2,2206 0,0871 0,1179 0,0112 1,6671 0,0159 0,1476 0,4007 3,1496 7 1,4679 0,0532 0,0318 0,0189 1,1926 0,0030 0,1549 0,1725 1,5579 8 2,6698 0,5629 0,2316 0,0052 1,8340 0,0197 0,1320 0,4427 2,5481 9 1,0731 0,0911 0,0097 0,0010 1,0286 0,0013 0,1388 0,2786 1,1243 Sumber : Hasil analisa tabel IRIO tahun 2002 yang di update tahun 2009 dengan RAS

Keterangan:1. Pertanian DKI : DKI Jakarta 2 Pertambangan dan Penggalian BDK : Bodetabek 3 Industri dan Pengolahan ROI : Sisa Indonesia 4 Listrik, Gas dan Air Bersih

5 Bangunan

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 7 Pengangkutan dan Komunikasi 8 Keuangan, Persewaaan dan Jasa Persh 9 Jasa-Jasa

Tingginya pangsa relatif sektor-sektor tersier dan sekunder di DKI Jakarta dan Bodetabek nampaknya belum menciptakanmultiplier ekonomi yang optimal. Berdasarkan analisis inter-regional I/O sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3 4 , keterkaitan sektor-sektor ekonomi DKI Jakarta pada khusus dengan sisa wilayah Indonesia lainnya berindikasi kuat terjadinya fenomena backwash kecuali pada sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Indikasi fenomena backwash

sisa wilayah Indonesia dibandingkan denganmultiplier dari sisa wilayah Indonesia terhadap DKI Jakarta. Demikian juga keterkaitan antara Bodetabek dengan sisa wilayah Indonesia lainnya berindikasi kuat terjadinya fenomena backwash, hal ini terlihat dari lebih rendahnya multiplier dari s e m u a sektor Bodetabek terhadap sisa wilayah Indonesia dibandingkan dengan multiplier dari sisa wilayah Indonesia terhadap Bodetabek. Sedangkan dalam sekala regional keberadaan DKI Jakarta memperlihatkan multiplier yang positif terhadap perekonomian kawasan

Bodetabek. Efek pengurasan(backwash effect) ini menghambat perkembangan

wilayah lainnya.

6.2.2 Pengganda Pendapatan

Analisis ini digunakan untuk mengetahui dampak dari adanya pengembangan suatu sektor terhadap perekonomian Indonesia dilihat dari sisi pendapat rumah tangga. Berdasarkan Tabel 33. sektor-sektor yang mempunyai pengganda pendapatan yang besar di besar di DKI Jakarta adalah sektor pertambangan dan penggalian, sektor keuangan, persewaaan dan jasa perusahaan dan sektor pengangkutan dan komunikasi. Sedangkan di Bodetabek dapat dilihat bahwa sektor-sektor yang memiliki nilai pengganda pendapatan besar adalah sektor pertambangan dan penggalian, sektor pertanian dan sektor keuangan, persewaaan dan jasa perusahaan. Di Sisa Indonesia, sektoror-sektor yang memiliki pengganda pendapatan besar terhadap pembentukan pendapatan di Indonesia adalah sektor keuangan, persewaaan dan jasa perusahaan, sektor pertambangan dan penggalian dan sektor bangunan.

Nilai pengganda pendapatan terbesar di DKI Jakarta adalah sektor pertambangan dan penggalian yaitu sebesar 2,6826. Nilai ini berarti bahwa sektor tersebut memiliki dampak terbesar bagi pembentukan pendapatan di Indonesia ketika sektor pertambangan dan penggalian di DKI Jakarta terjadi peningkatan permintaan akhir (output). Nilai pengganda pendapatan terbesar di Bodetabek adalah sektor pertambangan dan penggalian yaitu sebesar 7,5600. Nilai ini berarti bahwa sektor tersebut memiliki dampak terbesar bagi pembentukan pendapatan di Indonesia ketika sektor pertambangan dan penggalian di Bodetabek terjadi peningkatan permintaan akhir (output). Sedangkan untuk nilai pengganda

pendapatan terbesar di Sisa Indonesia adalah sektor keuangan, persewaaan dan jasa perusahaan yaitu sebesar 6,3561. Nilai ini berarti bahwa sektor tersebut memiliki dampak terbesar bagi pembentukan pendapatan di Indonesia terjadi peningkatan permintaan akhir (output).

Tabel 35. Nilai Pengganda Pandapatan Di Masing-Masing Wilayah Terhadap Seluruh Wilayah Indonesia, Tahun 2009

No Sektor Perekonomian DKI

Jakarta Rank Bodetabek Rank

Rest of

Indonesia Rank

1 Pertanian 1,4123 7 6,1816 2 2,6461 4

2 Pertambangan dan Penggalian 2,6826 1 7,5600 1 4,3213 2 3 Industri dan Pengolahan 1,2805 9 1,3412 7 1,5071 8 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 1,3003 8 1,7925 5 1,0939 9

5 Bangunan 1,5505 6 1,2543 9 2,8963 3

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 1,6604 5 2,2432 4 1,6949 7 7 Pengangkutan dan Komunikasi 2,1623 3 1,7903 6 1,7199 6 8 Keuangan, Persewaaan dan Jasa Persh 2,4977 2 5,3652 3 6,3561 1

9 Jasa-Jasa 1,6888 4 1,3008 8 2,1027 5

Sumber : Hasil analisa tabel IRIO tahun 2002 yang di update tahun 2009 dengan RAS

Sektor-sektor yang memiliki nilai multiplier pendapatan yang tinggi merupakan sektor-sektor yang tidak hanya berkembang di wilayah itu sendiri, melainkan berkembang pula di wilayah lainnya. Walaupun sektor tersebut tidak memberikan kontribusioutputyang tinggi untuk wilayahnya sendiri, tetapi wilayah tersebut memberikan kontribusi pendapatan yang tinggi secara nasional.

6.2.3. Pengganda Nilai Tambah

Analisis digunakan untuk mengetahui kemampuan suatu ekspor dalam membentuk nilai tambah ekonomi Indonesia ketika sektor tersebut terjadi peningkatan permintaan akhir. Nilai tambah yang di maksud dalam penelitian ini adalah seluruh komponeninputprimer yang terdapat dalam tabel input-outputyang terdiri dari nilai upah gaji yang diterima oleh rumah tangga, surplus usaha, pajak tak langsung, penyusutan serta subsidi. Nilai tambah ini juga merupakan produk domestik regional bruto (PDRB) dilihat dari sisi pendapatan. Sehingga analisis ini