• Tidak ada hasil yang ditemukan

Batuan Sedimen a. Formasi Klapanunggal

Kelas Kemampuan

4.2.2. Morfologi dan Topografi

4.2.3.2. Batuan Sedimen a. Formasi Klapanunggal

No Formasi Geologi Luas

Hektar %

1 Alluvium 181.845 27,28

2 Miocene Volcanic 8.988 1,35

3 Miocene, Batu Gamping 4.108 0,62

4 Miocene, Sedimentary Facies 86.255 12,94

5 Old Volcanic Materials 13.182 1,98

6 Pleicone, Sedimentary Facies 23.503 3,53

7 Pleistocene Volcanic Facies 236.172 35,43

8 Pleistocene, Sedimentary Facies 1.578 0,24

9 Young Volcanic Materials 110.874 16,64

Jumlah 666.505 100,00

Sumber : Hasil Analisa

b. Endapan Pematang Pantai (Qbr)

Terdiri dari pasir halus-kasar, warna kelabu tua dan terpilah bagus. Sebarannya berarah timur-barat searah dengan bentuk pasir sekarang. Kenampakan di lapangan sangat sulit dikenal karena sudah tertutup oleh pemukiman. Namun masih tampak pada foto udara, yaitu berupa tanggul dengan morfologi menggelombang. Berdasarkan kenampakan morfologi dan batuan penyusunnya, diduga satuan ini terbentuk karena endapan angin yang membentuk onggokan pasir (sand dune).

c. Aluvium (Qa)

Terdiri dari lempung pasir, kerikil , kerakal dan bongkahan. Endapan ini meliputi endapan pantai sekarang, endapan sungai dan rawa. Sebaran satuan ini terlampar di sepanjang pantai utara dan di sepanjang lembah sungai besar. Endapan ini menyebar luas ke arah timur pada lembar Karawang yang terdiri dari endapan sungai muda (Qa), endapan dataran banjir (Qaf) dan endapan batu dangkal (Qac).

4.2.3.2. Batuan Sedimen a. Formasi Klapanunggal

Terdiri dari batu gamping koral dengan sisipan batu gamping pasiran, napal, batu pasir kuarsa glokonitan dan batu pasir hijau. Batu gamping koral, tersusun dari cangkang moluska dan koral, makin ke atas berubah menjadi batu

gamping pasiran, pejal, berlapis, kelabu muda, tebal 20-50 cm, kemiringan 200 dengan arah jurus timur laut-barat daya. Setempat mempunyai retakan dengan kemiringan 50-600 ke arah timur laut. Batu gamping pasiran, kelabu kekuningan, glokonitan, mengandung moluska, foraminifora dan koral, berlapis baik dengan tebal 5-20 cm, kemiringan 20-500, setempat sampai 700 dengan arah jurus timur laut-barat daya. Batu gamping ini berselingan dengan napal dan batu pasir hijau. Beberapa sayatan sisipnya menunjukkan bahwa batu ini mengandung glokonit, moluska, foraminifera, echinodermata dan bahan rombakan berupa kuarsa berhablur tunggal atau banyak, felspar, fragmen batuan andesitan dan granitan, hornblenda, biotit, piroksen, epidot, turnalin dan magnetit yang tersemen oleh sparit dan matrik mikrit. Napal, kelabu, tidak berlapis dan lunak mengandung foraminifera, moluska, berhablur priti, berselingan dengan batu gamping pasiran, tebal 40-200 m. Batu pasir kuarsa glakoinitan, kelabu kehijauan, banyak mengandung kuarsa, berbutir halus hingga sedang, membundar tanggung-bundar, terpilih baik, tebal 40-80 cm, menyisip dengan batu lempung.

Berdasarkan bentuk sebaran dan umurnya, formasi ini menjemari dengan kelapanunggal. Nama Formasi Jatiluhur pertamakali diusulkan oleh Effendi (1986) dan menerus ke lembar Karawang dan lembar Bogor.

b. Formasi Bojongmanik (Tmb)

Terdiri dari perselingan batu pasir dan batu lempung dengan sisipan batu gamping. Batu pasir, kelabu kehijauan, berbutir halus-sedang, membundar tanggung-membundar, terpilih baik, tersusun oleh kuarsa dan banyak glokonit tebal 40-80 cm. Batu lempung, kelabu kebiruan, berlapis baik, berstruktur perairan, agak padat, tebal berkisar antara 10-30 cm.

Secara umum formasi ini menunjukkan perlapisan bagus dengan struktur sedimen lapis bersusun, simpang siur dan struktur perairan, yang menunjukkan sedimen ini diendapkan dalam lingkungan air yang berarus. Pada lembar Bogor, Formasi Bojongmanik (Tmb) ini tertindih oleh tuf dan breksi (Tmtb), sedangkan pada lembar Jakarta tuf dan Breksi merupakan bagian dari Formasi Bojongmanik (Tmb).

c. Formasi Genteng (Tpg)

Terdiri dari tuf batu apung, batu pasir tufan, breksi, andesit, konglomerat dan sisipan lempung tufan. Tuf batu apung warna putih sampai kelabu, berbutir halus hingga kasar, bersifat asam hingga menengah, berlapis baik, mengandung batu apung, kaca gunung api, kuarsa, mika, hornblenda, dan pecahan batuan, tebal batuan sekitar 90 cm, setempat bersisipan tipis tuf debu dan kayu terkesikkan. Batu pasir tufan, kelabu hingga kebiruan, berbutir sedang hingga kasar, mengandung glokonit, kuarsa dan kayu terkesikkan yang melimpah, berstruktur silang siur, tebal lapisan sampai puluhan meter. Breksi andesit, berstruktur perlapisan bersusun, berbutir pasir kasar hingga kerakal, menyudut tanggung hingga membundar tanggung, berkomponen andesit basal, batu apung, kuarsa dan gunung api, tebal lapisan dari beberapa sentimeter hingga puluhan meter. Di beberapa tempat terdapat lensa-lensa tuf dan batu pasir terutama di bagian alasnya. Konglomerat, kelabu tua, agak mampat, berbutir pasir kasar hingga kerakal, membundar hingga membundar tanggung, berlapis baik, berkomponen andesit, kuarsa, batu apung, felspar, batu pasir dengan masa dasar tuf pasiran, berstruktur lapis bersusun, tebal lapisan antara 15-60 cm, terutama pada bagian bawah formasi. Lempung tufan, berwarna kelabu kehijauan, lunak, tebal sekitar 5-10 cm, sebagai sisipan dalam batu pasir. Di dalam formasi ini tidak ditemukan adanya fosil. Berdasarkan stratigrafinya yang menindih tak selaras Formasi Bojongmanik dan ditindih secara selaras Formasi Serpong, maka formasi ini diduga berumur Pliosen awal-pliosen tengah.

Nama satuan ini didasarkan persamaan litologi dan penyebarannya di lembar Serang, dengan lokasi tipe di Desa Genteng, sebelah selatan Rangkasbitung, Banten. Nama lain adalah ”Genteng Lagen” (Anonimous, 1938 dalam effendi,

1986) atau ”Genteng Bed” (Van Bemmelen, 1949dalameffendi, 1986).

d. Formasi Serpong (Tpss)

Tersusun oleh perselingan konglomerat, batu pasir, batu lanau, batu lempung dengan sisa tanaman, konglomerat batu apung dan tuf batu apung. Konglomerat, hitam kebiruan, terdiri dari beraneka ragam komponen, yaitu andesit, basal, dan batu gamping. Pada umumnya mengisi bagian yang tererosi pada batuan

yang lebih tua (Formasi Bojongmanik). Di bagian atas, konglomerat ini mengandung batu apung yang berukuran lebih kecil dari (3 - 5 cm) dengan matrik pasir tufan.

Batu pasir, kelabu kehijauan, halus-sedang, membundar tanggung-membundar baik, pemilihan sedang, sebagian berstruktur silang siur, tebal lapisan 60-200 cm, berselang seling dengan konglomerat. Batu lanau, kelabu kehitaman, berstruktur perairan, mengandung banyak sisa tanaman seperti daun, batang dan tunggul pohon, berselang seling dengan konglomerat, tebal lapisan 50-300 cm. Batu lempung, kelabu kehitaman, pejal dan berstruktur perairan, mengandung sisa tanaman dan bekas galian binatang, berselang seling dengan konglomerat, tebal lapisan 30-100 cm. Konglomerat batu apung, putih kekuningan, komponen terdiri dari batu apung andesitan, pemilihan baik, berukuran 3-5 cm, matrik tufan kelabu cerah, berselang seling dengan tuf batu apung. Tuf batu apung, putih, berbutir kasar, pemilihan jelek, membundar tanggung hingga membundar, tersusun dari pasir kasar (lapili) bersusunan andesitan, berstruktur silang siur, semakin ke atas semakin halus dan menjadi tuf halus yang berstruktur perairan, setempat bersisipan pasir hitam. Kemiringan batuan 5-100 dengan arah jurus timur laut-barat daya. Dalam formasi ini tidak ditemukan adanya fosil. Berdasarkan kedudukan stratigrafinya yang menindih secara tidak selaras Formasi Bojongmanik dan Formasi Genteng, dan ditindih secara selaras oleh batuan vulkanik muda. Diduga Formasi Serpong berumur Pliosen Akhir.

Berdasarkan kenampakan batuan, struktur sedimen dan bentuk sebarannya yang di sepanjang sungai, maka formasi ini diduga diendapkan pada sungai tua yang berpola menganyam dan bertanggul (levee), dan sebagian di endapkan pada lingkungan rawa. Tebal lapisan ini sekitar 100 m, sebaran Formasi ini di sepanjang Sungai Cisadane, Sungai Cikeas, Sungai Cileungsi, di Kampung Bodonglio dan Depok.

4.2.3.3. Batuan Gunung Api