• Tidak ada hasil yang ditemukan

MELALUI PENGUATAN INDIVIDU DAN KELOMPOK KBS KUBE

6.2. Analisis Aspek Kelembagaan Kelompok KBS KUBE

6.2.2. Aspek Kultur dalam kelembagaan KBS KUBE

Banyaknya unsur-unsur kebudayaan yang berkembang dalam masyarakat maka untuk memahami kelompok KBS - KUBE, pengamatan dibatasi pada nilai dan norma kelompok, dan tata perilaku dalam kelompok.

6.2.2.1. Sistem Nilai dan Norma dalam Kelompok KBS - KUBE

Sistem tata nilai yang diperankan oleh anggota-anggota kelompok dalam masyarakat mencerminkan tata nilai dari masyarakat itu sendiri, begitu juga

121 sebaliknya tata nilai masyarakat itu mencerminkan tata nilai dari anggota- anggota masyarakat. Begitu juga yang terjadi pada anggota – anggota kelompok KBS - KUBE dalam komunitas eks penderita kusta. Sistem tata nilai dan norma yang dianut oleh kedua kelompok KBS – yaitu pada KBS-KUBE Bangkit Mulia kepatuhan pada peraturan lebih baik dibanding dengan KBS – KUBE Sumber Makmur ini dapat dilihat pada perilaku penjualan kambing yang dilakukan oleh anggota kelompok KBS-KUBE Sumber Makmur lebih banyak dibanding kelompok Bangkit Mulia. Disamping penjualan kambing juga masalah pengguliran Kelompok KBS-KUBE Bangkit Mulia lebih banyak jumlah kambing yang digulirkan bahkan sudah membentuk kelompok baru.

Penjualan yang terjadi pada kelompok KBS-KUBE Sumber Makmur ini disebabkan karena tingkat ekonomi kelompok sumber Makmur sangat rendah dan sering sakit – sakitan sehingga kambing dijual untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan dipakai untuk pengobatan. Dalam kehidupan sehari-hari Eks penderita kusta mempunyai semangat hidup dan semangat kerja yang lebih tinggi dibanding dengan masyarakat di dusun sekitar permukiman Dusun Nganget ini sesuai dengan pernyataan Pak Mstr (55) yaitu :

“………..bahwa yang membedakan eks penderita kusta dengan warga di Dusun lainnya adalah semangat kerja dan keinginannya untuk tetap hidup lebih besar dibanding dengan warga dusun lainnya……….”

Hakekat hidup dan hakekat kerja ini dapat diamati melalui pola kerja atau waktu lamanya mereka bekerja. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Rph (42) yaitu :

“……….Kulo niku pak nyambut dhamel milai injing ngantos suruf, tangi jam 04.00 terus sholat subuh, masak, umbah-umbah bakdho niku angen dateng saben kulo sambi nburuh tandur ngantos bade dhuhur manthuk sekedap, mangke jam 13,00 berangkat malih dateng saben nerusake mburuh ngantos jam 16.00, saksampune niku mendhet mendho kalih pados suket kangge nedo medho menawi dhalu ngantos jam 17,30 ……..”

(artinya saya ini pak mulai bekerja dari pagi sampai metahari tenggelam, mulai bangun jam 04.00 pagi terus menjalankan sholat subuh, masak, mencuci setelah itu pergi mengembala kambing sambil menjadi buruh tani sampai hampir dhuhur, pulang sebentar sampai pukul 13.00 lalu berangkat lagi melanjutkan bekerja sebagai buruh tani sampai pukul 16.00, sesudah itu pergi mengambil kambing sekalian mencari rumput untuk makan kambing pada waktu malam hari selesai sampai pukul 17.30)

Para eks penderita kusta bekerja selama 12 jam setiap harinya dengan kualitas pekerjaan yang berat, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

122 6.2.2.2. Tata Perilaku Dalam Kelompok KBS - KUBE

Tata perilaku dalam kelompok juga merupakan perwujudan dari perilaku yang ditujukkan oleh suatu masyarakat. Tata perilaku tersebut merupakan wujud sistem norma dan nilai yang dianut oleh masyarakat di permukiman eks penderita kusta Dusun Nganget. Jadi baik buruhnya suatu perilaku suatu kelompok tergantung pada seberapa kuat nilai dan sistem norma yang dijalankan oleh kelompok tersebut. Untuk mengamati perilaku individu dalam kelompok KBS - KUBE di permukiman eks penderita kusta Dusun Nganget ada tiga hal yang pokok yaitu perilaku kerjasama, perilaku persaingan dan disiplin kerja.

Kerjasama adalah suatu bentuk interaksi sosial ketika tujuan anggota kelompok yang satu berkaitan erat dengan tujuan anggota yang lain atau tujuan kelompok yang lain secara keseluruhan sehingga setiap individu hanya dapat mencapai tujuan apabila individu yang lain juga mecapai tujuan. Persaingan suatu bentuk interaksi sosial ketika seorang individu dapat mencapai tujuan sehingga individu lain akan terpengaruh dalam mencapai tujuan tersebut atau suatu proses sosial ketika individu/kelompok saling berusaha dan berebut untuk mencapai keuntungan dalam waktu yang bersamaan. Sedangkan disiplin kerja merupakan perilaku untuk mentaati suatu aturan baik itu aturan tertulis maupun tidak tertulis. Ketiga faktor tersebut dipandang sangat berkaitan dengan tata nilai dan norma yang berlaku dalam dalam kelompok KBS - KUBE di permukiman eks penderita kusta. Untuk memahami lebih dalam tentang hal tersebut dapat diuraikan melalui tabel 14.

Tabel 14. Tata perilaku kelompok KBS - KUBE Dusun Nganget Tahun 2005. Tata Perilaku Dalam

Kelompok

Kelompok KUBE

Bangkit Mulia Sumber Makmur Perilaku Kerjasama Bila ada anggota lain yang

tidak bisa mengembalakan kambing maka dapat dititipkan kepada anggota lain tanpa pamrih.

Bila ada anggota lain yang tidak bisa mengembalakan kambing maka bisa dititipkan orang dengan jalan memberi upah. Perilaku Persaingan

Pengguliran

Ada kebanggaan bila sudah menggulirkan

Belum ada kebanggan bila sudah menggulirkan Disiplin kerja Dalam mengembala dan

pemberian makanan tambahan tepat waktu

Dalam mengembala dan pemberian makanan tambahan

Tidak tepat waktu Sumber : Wawancara dengan anggota kelompok tahun 2005

123 Perilaku kerjasama di antara kedua kelompok ini mempunyai perbedaan yang sangat menyolok. Bila pada kelompok KBS - KUBE Bangkit Mulia apabila ada teman yang sedang bepergian maka teman yang lain dapat diminta untuk sementara mengembalakan kambing yang dimilikinya ini.

Sesuai dengan pernyataan Ibu Smh (49) yaitu :

“……….Menawi wonten konco ingkang bade tindak an mendhonipun dititip kalih kulo, natos pak Stm tindak Griyo Sakit Sumber Glagah Mojokerto mresakaken gerahipun pinten-pinten ndinten mendhonipun dititip kulo, nggih kulo ngen sareng kalih mendho kulo ……..”

(artinya bahwa kalau ada teman yang akan pergi kambing dititipkan kepada saya pernah pak Stm pergi ke Rumah Sakit Sumber Glagah Mojokerto memeriksakan sakitnya, beberapa hari kambingnya dititipkan saya, ya saya mengembalakan bersamaan dengan kambing saya).

Bila ditelaah lebih dalam bahwa perilaku kerjasama yang ditunjukkan oleh anggota kelompok KBS - KUBE Bangkit Mulia adalah berkat kebersamaannya selama mereka berada di rumah sakit kusta Nganget sampai beberapa tahun bahkan bertempat tinggal pun bertetangga sehingga diantara mereka timbul solidaritas.

Sedangkan perilaku kerjasama di dalam kelompok KBS - KUBE Sumber Makmur sudah didasari oleh sikap yang agak komersial seperti pernyataan Pak Swt (50) yaitu :

“………..bahwa pada saat saya sakit dan berobat ke Rumah Sakit Sumber Glagah Mojokerto beberapa hari, saya minta tolong pada seseorang untuk sementara menggembalakan kambing, tetapi orang tersebut minta upah dan saya beri Rp. 60.000,- karena tidak punya uang maka kambing saya jual untuk berobat dan memberi upah orang tersebut……..”

Dari pernyataan tersebut apabila ditelaah maka sifat solidaritas kelompok KBS – KUBE Sumber Makmur sangat rendah ini disebabkan karena mereka dipertemukan di permukiman dan pada awalnya tidak mengetahui latar belakang masing-masing. Perilaku persaingan yang terjadi pada kedua kelompok KBS - KUBE hampir sama namun frekwensi anggota yang berbeda artinya persaingan antar anggota KBS - KUBE Bangkit Mulia terjadi apabila sudah bisa menggulirkan itu adalah merupakan kebanggaan karena mereka menganggap kewajiban sudah selesai dari 10 anggota hampir semua merasa senang kalau sudah menggulirkan ini berakibat bahwa kelompok KBS - KUBE Bangkit Mulia

124 jumlah pengguliran lebih banyak dibanding kelompok KBS - KUBE Sumber Makmur dan bahkan sudah terbentuk kelompok KBS - KUBE baru.

Pada disiplin kerja anggota kelompok KBS - KUBE Sumber Makmur masih kurang dibanding dengan kelompok KBS - KUBE Bangkit Mulia. Ini disebabkan tingkat mobilitas pada kelompok Sumber Makmur lebih tinggi sehingga kadang – kadang berpengaruh pada pemeiliharaan kambingnya. Sedangkan pada kelompok Bangkit mulia ada saling bekerjasama atau saling membantu antara suami dan istri dalam pemeliharaan kambing, sehingga kambing tetap terpelihara dengan baik.