• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

1.2. Perumusan Masalah

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa pembangunan kesejahteraan sosial mengupayakan meningkatnya taraf kesejahteraan sosial, terjaminnya setiap warga negara untuk memperoleh hak-haknya sesuai dengan harkat dan martabat manusia. Dijelaskan pula dalam Keputusan Menteri Sosial RI No. 24/HUK/1996 tentang Sistem Kesejahteraan Sosial bahwa tujuan pembangunan kesejahteraan sosial adalah tercapainya kondisi kesejahteraan sosial yang adil dan merata serta berjalannya suatu sistem kesejahteraan sosial yang mapan dan melembaga sebagai salah satu piranti kehidupan masyarakat Indonesia dalam upaya menjadi bangsa yang maju, mandiri, sejahtera lahir dan batin. Pembangunan kesejahteraan sosial menekankan pada keberfungsian sosial manusia dalam kehidupan sosial kemasyarakatan (Suharto, 2004).

Perlu diakui bahwa pemerintah Indonesia telah banyak melakukan serangkaian upaya dalam rangka meningkatkan taraf kesejahteraan sosial masyarakat. Masalahnya belum semua warga negara dapat tertangani dan terjangkau dalam pemenuhan kebutuhannya. Terutama bagi para penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) yang termasuk masyarakat marjinal, jumlah warga PMKS yang membutuhkan perhatian sebesar 24,5 juta jiwa salah satunya adalah eks penderita kusta.

Program bantuan kesejahteraan sosial dengan membentuk Kelompok Usaha Bersama (KUBE) merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan tujuan meningkatkan harkat dan martabat serta menumbuhkan harga diri dalam rangka mewujudkan kehidupan dan

7 penghidupan yang lebih baik. Kelompok Usaha Bersama (KUBE) di Dusun Nganget terdiri dari lima kelompok masing-masing kelompok 10 orang. Adapun KBS-KUBE tersebut adalah (1) KBS-KUBE Sumber Makmur dengan modal awal 20 ekor, beranak tujuh ekor, mati tiga ekor dan hilang satu ekor, dijual 12 ekor, jumlah yang ada sekarang 11 ekor ; (2) KBS-KUBE Bangkit Mulia dengan modal awal 20 ekor beranak 28 ekor, mati tiga ekor, jumlah menjadi 45 ekor ; (3) KBS-KUBE Bina Usaha dengan modal awal 20 ekor beranak 10 ekor, mati lima ekor dan dijual dua ekor jumlah terakhir 23 ekor; (4) KBS-KUBE Barokah dengan modal awal 20 ekor beranak sembilan ekor, mati dua ekor, jumlah yang ada 27 ekor dan (5) KBS-KUBE Sumber Rejeki dengan modal awal 20 ekor, beranak delapan ekor, mati dua ekor, hilang tiga ekor dijual dua ekor, yang ada sekarang 21 ekor.

Dari modal awal usaha ternak kambing gibas sebanyak 100 ekor menunjukkan adanya perkembangan yang positif sebanyak 27 ekor kambing. Selanjutnya proses pengguliran diserahkan pada pengurus/pendamping yang terdiri dari tokoh masyarakat/agama/ketua Rukun Tetangga ditunjuk enam orang sebagai muara kegiatan KUBE setelah anak kambing berumur enam bulan . Setelah itu dimusyawarahkan antara anggota dan pendamping serta ditetapkan siapa yang dapat pengguliran berikutnya.

Perkembangan kambing sedikit banyak akan berpengaruh terhadap keberfungsian sosial eks penderita kusta. Pertama dengan berkembangnya kambing secara ekonomi akan meningkatkan pendapatan eks penderita kusta seperti adanya pembelian peralatan pertukangan kayu yang lebih baik (mesin) sehingga produksi meubel akan meningkat ini adalah hasil penjualan dari perkembangan kambing KUBE. Dengan adanya perkembangan kambing menambah semangat eks penderita kusta untuk saling bekerja sama dan bertukar pengalaman tentang pemeliharaan kambing dan menambah kepedulian sosial antar eks penderita kusta terhdapat sesama anggota kelompok KBS- KUBE maupun dengan masyarakat.

Dalam perkembangannya KUBE tersebut tidak terlepas dari berbagai permasalahan yang ada seperti pengorganisasian kelompok, dan individu sebagai anggota kelompok. Secara pengorganisasian kelompok ada kelompok- kelompok KUBE yang dapat berkembang dengan baik namun ada juga KUBE yang tidak dapat berkembang, ini disebabkan adanya Adapun kendala yang

8 berkaitan dengan anggota kelompok adalah kurangnya keterampilan anggota kelompok dalam mengembangkan kelompoknya dan terbatasnya keterampilan produksi kambing. Kendala kelompok KBS-KUBE meliputi (1) aspek kelembagaan antara lain srtuktural dan kultural, secara struktural pengurus belum dapat menjalankan peranannya sedangkan secara kultural belum belum dipatuhinya peraturan dan norma dalam kelompok ; (2) aspek sosial yaitu belum terjalinnya kerjasama, kepedulian sosial antar anggota dalam kelompok dan anggota antar kelompok KBS-KUBE maupun kelompok dengan kelompok, serta kelompok dengan masyarakat ; (3) aspek ekonomi yaitu masih rendahnya tingkat pendapatan eks penderita kusta. Selain itu ada faktor (1) jejaring yaitu masih terbatasnya jejaring antar anggota dalam kelompok KBS-KUBE maupun antar kelompok KBS-KUBE ; (2) integrasi sosial yaitu belum terbentuk intergrasi sosial antar anggota dalam kelompok maupun antar kelompok KBS-KUBE ; (3) solidaritas sosial dalam kelompok masih lemah dan (4) kohesivitas sosial juga masih lemah.

Kelompok KBS-KUBE yang akan diteliti dipilih berdasarkan tingkat progresifitas. Pertama Kelompok KBS – KUBE yang progresif, kedua kelompok KBS – KUBE yang pasif. Indikator progresifitas dapat dilihat dari aspek sosial (motivasi berkelompok, peran masyarakat, partisipasi, rasa turut memiliki, kepedulian sosial, kerjasama antar anggota kelompok), aspek ekonomi (meningkatkan perekonomian anggota kelompok KBS-KUBE dan aspek kelembagaan yang meliputi struktur dan kultur (rapat/pertemuan anggota, kelengkapan organisasi, pembagian tugas, administrasi, pendelegasian wewenang, aturan tertulis, norma dan tata nilai). Adanya kedua kelompok yaitu progresif dan pasif yang akan dikaji ini sangat penting artinya karena akan diketahui faktor – faktor penyebab suatu kelompok itu progresif atau pasif. Dengan diketahui faktor-faktor penyebab tersebut akan dapat dijadikan wahana belajar bagi kelompok yang pasif sehingga kelompok tersebut akan bergerak kearah progresif/maju.

Dengan berbagai kompleksitas permasalahan yang dihadapi kelompok KBS – KUBE maka penulis tertarik menelaah lebih dalam mengenai bagaimana strategi yang tepat memberdayakan komunitas eks penderita kusta melalui penguatan individu dan kelompok Keluarga Binaan Sosial (KBS) – Kelompok Usaha Bersama (KUBE).

9 Dari gambaran latar belakang dan permasalahan di atas dapat dirumuskan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana proses pembentukan kelompok Keluarga Binaan Sosial (KBS) – Kelompok Usaha Bersama (KUBE) ?

2. Bagaimana masalah dan akar masalah pengembangan kelompok yang dihadapi oleh kelompok KBS – KUBE dikembangkan oleh eks penderita kusta ?

3. Bagaimana analisis dan evaluasi program-program pengembangan masyarakat melalui penguatan individu dan kelompok KBS–KUBE di Dusun Nganget ?

4. Bagaimana program penguatan individu dan kelompok KBS–KUBE seharusnya disusun sehingga komunitas eks penderita kusta dapat melaksanakan fungsi sosialnya ?

1.3. Tujuan

Secara umum tujuan kajian ini adalah merumuskan bagaimana strategi pemberdayaan komunitas eks penderita kusta melalui penguatan individu dan kelompok KBS – KUBE. Seperti diketahui bahwa perkembangan KBS-KUBE terletak pada kerjasama, kekuatan, manajemen kelompok dalam mengatur dan mengelola anggota kelompok untuk tetap mencapai tujuan dari kelompok tersebut. Tujuan umum tersebut dapat didukung dengan tujuan khusus yang lebih spesifik yaitu :

1. Mengkaji proses terjadinya kelompok Keluarga Binaan Sosial (KBS) – Kelompok Usaha Bersama (KUBE).

2. Menganalisis masalah dan akar masalah yang dihadapi kelompok KBS – KUBE dalam hal jejaring, solidaritas sosial, kohesivitas sosial dan integerasi sosial.

3. Menganalisis dan mengevaluasi program-program pengembangan penguatan kelompok KBS-KUBE di Dusun Nganget.

4. Menyusun program penguatan individu dan kelompok KBS - KUBE sehingga eks penderita kusta dapat melaksanakan fungsi sosialnya dalam masyarakat.

10 Untuk mencapai tujuan tersebut dapat dicapai melalui penyusunan program secara partisipatif bersama masyarakat dengan metoda diskusi kelompok. Melalui diskusi kelompok dengan eks penderita kusta dapat diketahui, masalah dan akar masalah yang dihadapi oleh kelompok KBS - KUBE dan bagaimana strategi untuk memecahkan masalah tersebut sehingga KBS-KUBE dapat berkembang.

1.4. Kegunaan

1. Kegunaan praktis, sebagai bahan masukan mengenai kebijakan dan program secara partisipatif, bagi Departemen Sosial, Dinas Sosial serta instansi pendukung pembangunan kesejahteraan sosial secara lebih aplikatif.

2. Kegunaan akademis berupa pengayaan referensi tentang teori praktek pembangunan masyarakat secara partisipatif dan komprehensif.

3. Kegunaan strategis, berupa kontribusi terhadap berbagai strategi upaya pelayanan sosial dalam rangka meningkatkan keberfungsian sosial individu, kelompok, organisasi dan komunitas.

11 II. TINJAUAN TEORITIS