• Tidak ada hasil yang ditemukan

DUSUN NGANGET DESA KEDUNGJAMBE KECAMATAN SINGGAHAN KABUPATEN TUBAN

4.2. Performa Komunitas Eks Penderita Kusta Dusun Nganget dan Komunitas Dusun Krajan Desa Kedungjambe.

Komunitas Dusun Nganget merupakan komunitas campuran artinya bahwa yang menjadi warga dusun adalah orang yang sehat (bukan eks penderita) yaitu keluarga dari eks penderita kusta seperti anak, istri, suami ataupun keluarga yang lain serta pegawai beserta keluarganya. Mereka menempati Dusun Nganget baru sekitar tahun 1935 sebagai upaya pemerintah kolonial Belanda menangani para penderita kusta.

Sedangkan warga pada Dusun Krajan merupakan penduduk yang sudah sangat lama menempati dusun tersebut. Secara geofrafis Dusun Krajan berada di jalan raya yang menghubungkan Kabupaten Bojonegoro dan Tuban. Performa kedua dusun tersebut dapat dilihat pada tabel 3.

45 Tabel 3. Performa Komunitas Dusun Nganget dan Komunitas Dusun Krajan

Desa Kedungjambe Tahun 2005.

Performa Komunitas Dusun Nganget Dusun Krajan Sumber Nilai dan

Norma Norma lokal

ƒ Bagi tamu yang baru datang tidak akan diajak berjabat tangan ƒ Pemberian makanan

selalu yang

terbungkus / dalam kemasan (seperti pisang, aqua, permen)

ƒ Bagi tamu yang baru datang diajak berjabat tangan. ƒ Pemberian makanan

sifatnya bisa terbuka dan tertutup.

Mobilitas sosial Mobilitas sosial hanya terbatas pada

komunitasnya atau orang- orang yang sudah dikenal, bila keluar komunitas atau belum dikenal ada rasa minder dan kurang percaya diri.

Mobiltas sosial tidak terbatas bisa keluar komunitas tanpa perasaan minder dan kurang percaya diri.

Lapisan Sosial Pegawai Negeri menempati lapisan teratas. Ini disebabkan bahwa pegawai negeri adalah sebagai orang yang menolong mereka pada saat mereka di rumah sakit kusta Nganget.

Kyai menempati lapisan teratas. Ini disebabkan karena kyai mempunyai kepedulian terhadap permasalahan warga. Kyai mempunyai kelebihan secara keilmuan baik agama maupun ilmu yang lain seperti pengobatan.

Pola Hubungan Sosial Ketetanggaan dan pertemanan, organisasi hanya di bidang

keagamaan

Melalui organisasi seperti PKK, Arisan, Tahlilan, Remaja Masjid, NU,LDII. Sumber : Wawancara masyarakat di Dusun Nganget dan Dusun Krajan tahun 2005

Pola hubungan yang dimaksud disini adalah bahwa komunitas di Dusun Nganget dalam melakukan suatu aktifitas tidak menggunakan organisasi yang sifatnya formal sehingga di Dusun Nganget tidak banyak organisasi yang formal. Di Dusun Nganget hanya ada lembaga keagamaan dan sebuah yayasan yaitu

46 yayasan Bina Putra yang beberapa tahun yang lalu digunakan oleh warga Nganget untuk mencari bantuan pembangunan Masjid dan Gereja. Namun untuk sebuah kelompok informal yang tidak memiliki kepengurusan lebih banyak seperti kelompok-kelompok sosial, kulon kali, pucung, ataupun kelompok- kelompok yang sifatnya spontan.

Di Dusun Krajan pola hubungan bersifat formal ini ditandai dengan tumbuhnya organisasi – organisasi formal seperti arisan, PKK, kelompok tani, Karang Taruna, kelompok tahlilan baik bapak-bapak maupun ibu-ibu yang memerlukan kepengurusan. Interaksi sosial yang terjadi di Dusun Nganget antara warga terjadi pada sela-sela pekerjaan sampai dengan sore hari sedang pada malam hari komunitas Nganget khususnya eks penderita kusta lebih banyak tinggal di dalam rumah, sedangkan di Dusun Krajan interakasi sosial bisa sampai dengan malam hari di warung-warung atau ogek (tempat duduk yang dibuat untuk ngobrol di halaman rumah/pinggir jalan).

Nilai dan norma yang berlaku pada dusun Nganget yaitu berasal dari Agama /Pemerintah dan norma lokal. Nilai dan norma yang bersumber dari agama berupa larangan dan anjuran dari kitab suci agama yang dianutnya, dari pemerintah yaitu peraturan-peraturan pemerintah seperti pembayaran pajak bumi dan bangunan sedangkan normal lokal adalah norma-norma yang berkembang di tingkat lokal, hanya berlaku ditempat tertentu dan tidak berlaku di tempat lain. Perbedaan pada kedua komunitas hanya terletak pada norma lokal, bila dusun Nganget ada kekhususan bagi para tamu yang datang atau yang berkunjung ke permukiman yaitu warga tidak akan memberi makanan yang sifatnya terbuka tapi tertutup seperti pisang, permen, air kemasan dan tidak pernah mengajak jabat tangan pada orang yang baru dikenalnya.

Mobilitas sosial komunitas Dusun Nganget sangat terbatas ini disebabkan stigma yang diberikan masyarakat kepada eks penderita kusta sehingga komunitas hanya berinteraksi di kelompoknya atau disekitar lingkungan yang sudah mengenalnya. Masyarakat pada umumnya mempunyai anggapan yang keliru terhadap eks penderita kusta seperti (1) merupakan penyakit kutukan Tuhan atau pengaruh kekuatan ilmu gaib ; (2) merupakan penyakit menular dan turunan maka penderita harus diasingkan ditempat terpencil ; (3) merasa ngeri dan jijik yang amat sangat apabila bersinggungan dengan penderita. Pengertian

47 yang salah dan sudah berakar di masyarakat ini dipandang dari kesehatan dan sosial sangat merugikan.

Lapisan sosial yang terjadi di Dusun Nganget bersumber pada struktural dan agama sedangkan di Dusun Krajan bersumber pada agama dan kekayaan. Di Dusun Nganget lapisan sosial paling tinggi adalah kelompok pegawai karena secara struktur semua warga eks penderita kusta adalah di sebagian besar berasal dari Rumah Sakit atau panti. Di Dusun Krajan lapisan sosial yang tinggi adalah tokoh agama.

Bila dilihat dari semangat kerja di komunitas Dusun Nganget yaitu semangat atau motivasi kerja yang tinggi dibanding Dusun Krajan. Warga Komunitas Dusun Nganget walaupun mereka tidak mempunyai jari atau tidak mempunyai kaki mereka tetap mencangkul di sawah dan hampir seharian berada di sawah atau ladang, sehingga pada malam harinya lebih banyak di dalam rumah.

Solidaritas kedua dusun juga berbeda ini disebabkan masing-masing dusun mempunyai latar belakang yang berbeda. Di Dusun Nganget solidaritas sosial terbentuk karena mereka mempunyai perasaan senasib, mengalami kesulitan secara bersama-sama dan secara terus menerus. Dengan demikian apabila kepentingan kelompok terancam, maka dengan segera mereka akan bertindak progresif bisa menimbulkan perilaku anarkis.